BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yg saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2013:57). Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila terjadi interaksi untuk bertukar pikiran antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Dengan demikian, siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya melalui berbagai informasi yang telah di pelajarinya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran adalah peranan guru. Dimana secara garis besar tugas guru yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran (Hamzah, 2007: 20). Guru di katakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik secara fisik, mental dan sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan jika di lihat dari hasil, guru di katakan berhasil jika hasil belajar sebagian besar siswa menjadi lebih baik (Mulyasa, 2009: 13). Dengan demikian, guru juga melatih kemampuan komunikasi siswa. Dengan kemampuan komunikasi siswa yang terus terlatih, maka kemampuan pemecahan masalah siswa juga terlatih. Hamalik (2013: 152) juga mengungkapkan bahwa siswa harus dilatih tentang cara memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan atau ide untuk memecahkan masalah tersebut, dalam upaya mencapai tujuan. Guru seharusnya dapat memilih berbagai variasi strategi, pendekatan, metode dan model dalam pembelajaran, khususnya pada pelajaran matematika. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir logis, sistematis, obyektif, kritis dan rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. Oleh sebab itu matematika harus mampu menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi 1

2 siswa dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Untuk itu, guru harus dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, khususnya dalam pelajaran matematika. Sesuai dengan tujuan umum pembelajaran matematika menurut Permendikbud Tahun 2014 No. 58 yang salah satunya adalah mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Selain itu, tujuan umum pembelajaran yang dirumuskan NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan representasi. Kemampuan pemecahan masalah merupakan Tujuan pembelajaran matematika bukan hanya mengalihkan pengetahuan matematika kepada siswa, tetapi juga mengembangkan potensi yang ada pada siswa dan memiliki keterampilan pengetahuan tersebut sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada pola pikir siswa. Kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Siswa harus mempunyai kemampuan komunikasi matematis sebagai kemampuan dalam penyampaian dan penerimaan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa matematika. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sebagai proses menuju jalan keluar dari sebuah permasalahan. Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan di SMP Negeri 1 Karang Ploso pada tanggal 18 Februari 2015, khususnya di lakukan pada kelas VII-F, pembelajaran di mulai dengan guru menjelaskan materi dengan metode ceramah, memberikan contoh soal dan tanya jawab, kemudian guru memberikan latihan soal yang harus di kerjakan siswa. Saat guru menjelaskan materi yang di ajarkan, guru menjelaskan materi dengan metode ceramah sehingga siswa cenderung kurang aktif dalam proses pembelajaran. Ketika guru memberikan contoh soal siswa faham dengan contoh yang di berikan oleh guru. Namun, ketika guru memberikan latihan soal, sebagian besar siswa masih tampak kebingungan dalam mengerjakan latihan soal. Siswa juga terlihat jenuh selama proses pembelajaran. 2

3 Saat siswa mengerjakan soal latihan yang di berikan oleh guru, kemampuan siswa dalam menjelaskan ide matematika secara lisan maupun tulisan kepada siswa lainnya serta menyajikan ide matematika ke dalam notasi ataupun simbol matematika masih kesulitan. Karena kemampuan siswa dalam menjelaskan ide matematika belum cukup baik, guru membantu siswa dalam menyampaikan ide yang di maksud kepada siswa lainnya. Ketika siswa juga kesulitan dalam memahami permasalahan yang di berikan, berakibat siswa kesulitan menerapkan strategi untuk memecahkan masalah yang di berikan. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika siswa kurang baik. Setelah di lakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII-F, kemampuan siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasan matematika di rasa sangat kurang. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena terbiasa dengan metode ceramah. Selain itu, siswa juga terbiasa mengerjakan soal berdasarkan latihan soal yang diberikan oleh guru. Sehingga, ketika siswa diberikan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberikan oleh guru, siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut. Dengan demikian, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa dalam mengerjakan permasalahan tergolong rendah. Selain metode ceramah, guru pernah menerapkan metode pembelajaran kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 3 4 anak. Namun metode pembelajaran ini masih belum berhasil untuk melatih kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sebagian besar anggota kelompok pada setiap kelompok tidak aktif dalam proses diskusi dan hanya satu sampai dua siswa yang aktif dalam setiap kelompok. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Karang Ploso, khususnya di lakukan pada kelas VII-F, guru di harapkan lebih selektif memilih dan menggunakan metode, pendekatan, dan teknik yang tepat dalam mengajarkan matematika pada siswa sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian, kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa dapat di tingkatkan. 3

4 Untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satu alternatif yang dapat di gunakan adalah metode pembelajaran tipe Think-Pair-Share melalui pendekatan Problem Solving. Think-Pair-Share merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang membangun kepercayaan diri siswa dan mendorong partisipasi siswa dalam kelas. Tipe ini memberikan siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Pada tipe ini, proses pembelajaran di bagi menjadi tiga langkah, yaitu Thinking atau berpikir, Pairing atau berpasangan dan Sharing atau berbagi. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan menggunakan metode Think-Pair- Share, siswa secara langsung dapat memahami masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan lainnya, membuat kesimpulan serta mempresentasikan di depan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Think-Pair-Share sebagai salah satu metode yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika. Hidayat (2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan pendekatan CTL lebih efektif daripada pembelajaran ekpositori terhadap keaktifan belajar siswa. Selain itu, pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif tipe Think- Pair-Share dengan pendekatan CTL lebih efektif daripada pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share lebih efektif daripada pembelajaran ekspositori. Penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share akan lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa jika di gunakan suatu pendekatan yang melatih siswa untuk memecahkan permasalahan yang diberikan dalam pembelajaran di kelas. Dengan 4

5 demikian, siswa belajar untuk berpikir kritis dan mengkontruksi penyelesaikan masalah yang diberikan kemudian di pecahkan secara bersama-sama di kelas. Salah satu pendekatan yang dapat di gunakan adalah pendekatan Problem Solving. Pendekatan Problem Solving adalah suatu cara penyajian dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus di pecahkan atau diselesaikan baik secara individu maupun kelompok. Problem Solving adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pengajaran keterampilan pemecahan masalah yang kemudian diikuti dengan penguatan keterampilan (Shoimin, 2014). Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi/data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan (Hamalik, 2013: 152). Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Think-Pair-Share dan Problem Solving pada pembelajaran matematika memiliki keterkaitan untuk dapat menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa karena pada proses pembelajaran siswa dapat memecahkan masalah melalui pemikiran mereka sendiri kemudian di berpasangan untuk mencapai kesepakatan jawaban. Setelah di peroleh kesepakatan jawaban, siswa akan berbagi di depan kelas untuk memperoleh kesepakatan jawaban dalam kelas. Namun, ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matamatika. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika di siswa SMP Negeri 1 Karangploso Malang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Think-Pair-Share Dengan Pendekatan Problem Solving Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karangploso Malang perlu dilakukan. 5

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang? 2. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan model polya setelah di terapkan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang? 3. Bagaimana tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa setelah di terapkan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang? 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah digunakan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penegasan istilah yang di gunakan, adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Materi yang di pilih dalam penelitian ini adalah Statistika dan Peluang 2. Penelitian ini di lakukan di kelas VII-F SMPN 1 Karang Ploso Malang. 3. Kemampuan pemecahan masalah yang diteliti mengacu pada tahapan polya, karena tahapan polya menjadikan siswa berpikir dan menyelesaikan masalah dengan sistematis. 4. Kemampuan komunikasi matematika yang di teliti adalah kemampuan komunikasi tulisan, karena permasalahan yang banyak di temui dalam hal komunikasi matematika secara tertulis. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 6

7 1. Tingkat penerapan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang 2. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah di terapkan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang 3. Tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa setelah di terapkan metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving pada pembelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 1 Karangploso Malang 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Manfaat yang di harapkan peneliti adalah : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pembelajaran matematika, terutama di pakai sebagai acuan bagi para pendidik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah siswa melalui metode pembelajaran Think-Pair-Share dengan pendekatan Problem Solving. Secara Praktis a. Bagi guru dapat memberikan alternatif dalam memvariasikan model, pendekatan pembelajaran dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. b. Bagi siswa dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan kinerja siswa dalam memecahkan masalah matematika, khususnya berdasarkan langkah Problem Solving. c. Bagi peneliti dapat memberikan gambaran yang jelas akan fakta strategi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. 7

8 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya pebedaan pengertian atau kekurangjelasan antara peneliti dan pembaca, maka peneliti memberikan beberapa definisi opearsioanal sebagai berikut : 1. Metode Pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu metode pembelajaran yang memberikan siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain dengan tiga langkah utama yaitu think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku) dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas. 2. Pendekatan Problem Solving adalah pendekatan pembelajaran yang cara penyajian bahan pelajarannya dengan menjadikan pemecahan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk di analisis dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa. 3. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide, simbol, gagasan maupun informasi matematika yang didapat dalam pembelajaran matematika baik dari kegiatan menulis, menyimak, menelaah, menggambarkan dan mengevaluasi dalam bentuk tulisan. 4. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu proses atau langkah untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai tujuan dengan menggunakan tahapan polya. 8