PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS KLAUSA MATA KULIAH SINTAKSIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
|
|
- Deddy Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS KLAUSA MATA KULIAH SINTAKSIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT Yulianah Prihatin Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ilmu PendidikanUniversitas Hasyim Asy ari, Abstract One of the problems that arise in the course of learning the syntax is generally done with college pulpit so that the learning is centered on the lecturer. This causes saturation for students and not the appearance of the activity within the student. Therefore it is necessary to have appropriate learning models in the course of Syntax, one with a model of the type of cooperative learning TGT. This study focused on the process of learning using TGT type of cooperative learning model, barriers to learning, student achievement during the learning and teaching model of cooperativetype linkage TGT with increased ability of students in the analysis of the clause. This study aims to determine the learning process, barriers to learning, student achievement during the learning and teaching model of cooperativetype linkage TGT with increased ability of students in the analysis of the clause. Keywords : clause, TGT Pendahuluan Penguasaan sintaksis bahasa Indonesia merupakan salah satu syarat mutlak penguasaan tataran kebahasaan yang lebih luas, seperti penguasaan wacana bahasa Indonesia. Di sisi lain, penguasaan sintaksis bahasa Indonesia itu sendiri sangat tergantung pada pertimbanganpertimbangan sintaktis, di samping juga pertimbangan fonologis dan morfologis. Hal tersebut kiranya dapat dipahami oleh hampir semua pengajar bahasa dan ahli linguistik bahasa Indonesia mengingat titik sentral jaringan kalimat dalam suatu bahasa terletak pada fungsi predikat dan bentuk lingual yang mengisinya, yang tentu saja memiliki kategori, peran, dan kekohesian tertentu. Bentukbentuk lingual pengisi fungsi predikat, yang berkategori, peran, dan kohesi tertentu itu, memiliki ciri bentuk, makna, dan fungsi yang berbedabeda. Dengan demikian dapat ditegaskan lagi bahwa penguasan sintaksis suatu bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, sangat menentukan penguasaan tataran kabahasaan berikutnya, seperti wacana. Salah satu topik pembahasan dalam mata kuliah Sintaksis yaitu analisis klausa. Klausa merupakan unsur kebahasaan yang berada pada tataran lebih rendah daripada kalimat dan berada pada tataran lebih tinggi daripada frase. Unsur inti klausa adalah subjek dan predikat.hanya saja dalam realisasi pemakaian bahasa, unsur subjek bisa tidak hadir dan hanya unsur predikat yang hadir, tergantung pada kaidah yang berlaku pada setiap bahasa. Ramlan (2005:89) dan Kridalaksana (1985:151) mengemukakan bahwa klausa merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Dapat juga dikatakan bahwa klausa adalah kalimat yang menjadi bagian dari kalimat majemuk. Dalam kajian sintaksis, klausa merupakan unsur dasar pembentuk kalimat. Untuk membedakan klausa dari kalimat, ada semacamonvensi dalam kajian sintaksis bahwa penulisan klausa tidak diawali dengan huruf besar dan tidak diakhiri dengan tanda baca. Sebagaimana diatur dalam ejaan, penulisan kalimat diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca. Pemakaian tanda baca tergantung pada jenis kalimatnya, kalimat berita diakhiri dengan
2 tanda titik, kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya dan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru. Beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya hasil pembelajaran Sintaksis terutama pada topik analisis klausa di kalangan mahasiswa dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. mahasiswa peserta kuliah memiliki kemampuan awal yang berbedabeda; dengan kata lain, mahasiswa peserta kuliah bersifat sangat heterogen daya paham dan aplikasinya; 2. penyelenggaraan kuliah sintaksis bahasa Indonesia pada umumnya dilakukan dengan kuliah mimbar; 3. perkuliahan dilakukan terlalu cepat karena alokasi waktu perkuliahan yang teramat sempit jika dibandingkan dengan banyak dan luasnya materi sintaksis; dengan kata lain, tempo perkuliahan tidak sesuai dengan kecepatan pemahaman mahasiswa; 4. sarana dan prasarana perkuliahan kurang memadai; di antaranya tidak adanya diktat perkuliahan kecuali hanya sekadar handout yang serba terbatas; 5. model pembelajaran sintaksis pada umumnya bersifat struktural dan lebih difokuskan pada aspek bentuk; 6. sistem belajar mandiri kurang berkembang sehingga sebagian besar mahasiswa hanya mengandalkan perkuliahan di kelas. Salah satu permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sintaksis adalah umumnya perkuliahan dilakukan dengan kuliah mimbar sehingga pembelajaran berpusat pada dosen. Hal tersebut menyebabkan kejenuhan bagi mahasiswa dan tidak munculnya keaktifan dalam diri mahasiswa. Oleh sebab itu perlu dipilih model pembelajaran yang tepat dalam perkuliahan Sintaksis. Pemilihan suatu model pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, kondisi mahasiswa, dan halhal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Apabila dalam pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mepengaruhi kemampuan mahasiswa. Kemampuan mahasiswa tidak terlepas dari bagaimana mahasiswa mengalami proses belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka diharapkan mahasiswa mampu dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh dosen. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan menganalisis Klausa dalam mata kuliah Sintaksis mahasiswa PBSI semester IV Universitas Hayim Asy ari masih rendah. Rendahnya kemampuan mahasiswa pada mata kuliah Sintaksis khususnya materi analisis klausa dapat diketahui ketika peneliti melakukan tes awal tentang analisis klausa. Pada tes awal tersebut,diketahui bahwa dari 13 mahasiswa yang terdiri dari 6 mahasiswa perempuan dan 7 mahasiswa lakilaki diperoleh ratarata kelas 50. Mahasiswa yang mendapat nilai 50 adalah 5 siswa dan 8 siswa lainnya memperoleh nilai 50. Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimm (KKM) pada mata kuliah Sintaksis yang sudah ditetapkan dosen, pada mata kuliah sintaksis KKM yang harus dicapai mahasiswa adalah 75. Hasil yang diperoleh dari tes awal tersebut, mahasiswa yang memperoleh nilai di atas KKM ada 5 orang, sedangkan yang lainnya masih di bawah KKM. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada mata kuliah Sintaksis khususnya materi analisis klausa, hasil yang diperoleh memang masih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik dalam menguasai materi analisis klausa. Berkaitan dengan keadaan tersebut, akan digunakan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan materi analisis
3 klausa yaitu menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe TGT (Teams Games Tournament). Pembelajaran kooperatif mengacu pada model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Suprihatiningrum, 2014:191). Dalam pembelajaran kooperatif anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan tugastugas kelompok dan untuk mempelajarai materi yang telah diberikan. Nur (2005:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan sisa untuk berinteraksi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainya di antara sesama bila dibandingkan dengan belajar dari gurunya. Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap peserta didik yang rendah hasil belajarnya. Wikandari dan Nur (2004:25) mengungkapkan bahwa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah peserta didik ditempatkan dalam kelompok kecil untuk beberapa waktu atau minggu. Peserta didik dilatih berdasarkan keterampilanketerampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik, misalnya keterampilan menyimak dengan baik, memberikan penjelasan dan sebagainya. Dalam model pembelajaran kooperatif, guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan peserta didik, mengarahkan keterampilan kerja sama dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Guru menempatkan aktivitas peserta didik sebagai subjek utama, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersentuhan dengan objek yang akan atau sedang dipeserta didiki seluas mungkin karena dengan demikian proses kontruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Dengan begitu, maka keterampilan peserta didik akan meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Model pembelajaran kooperatif mewujudkan aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan peserta didik mampu mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif selama proses pembelajaran. Johnson dan Johnson (Suprihatiningrum, 2014:194) menyatakan bahwa terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif seperti berikut. 1) Saling Ketergantungan Secara Positif (Positive Interdependence) Dalam model pembelajaran kooperatif peserta didik merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang peserta didik tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Peserta didik akan merasa bahwa dirinya merupakan bagia dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 2) Interaksi Tatap Muka Semakin Meningkat (Face to Face Promotive Interaction) Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara peserta didik. Hal ini, terjadi dalam hal seorang peserta didik akan membantu peserta didik lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dielajari bersama. 3) Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability/Personal Responsibility) Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab peserta didik dalam hal yaitu, (1) membantu peserta didik yang membutuhkan bantuan, dan (2) peserta didik tidak bisa untuk sekadar membonceng pada hasil kerja teman kelompoknya.
4 4) Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small Group Skill) Dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik dituntu untuk belajar bagaimana berineraksi dengan setiap anggota kelompok. Bagaimna peserta didik bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok. 5) Proses Kelompok (Group Processing) Model pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan yang baik. Lima unsur tersebut harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil maksimal. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya kelima unsur tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik. Suprihatiningrum (2014:196) mengungkapkan beberapa ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut. 1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pembelajaran; 2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras budaya, suku dan jenis kelamin yang berbedabeda; dan 4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Dalam model pembelajaran kooperatif, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. setiap kelompok biasanya terdiri dari 26 peserta didik dengan kemampuan berbeda, yakni tinggi, sedang dan rendah. Peserta didik tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Aktivitas peserta didik antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama menyelesaikan tugastugas dalam kelompok, memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi dan sebagainya. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Ibrahim,dkk (2006:10) mengungkapkan bahwa terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, seperti tampak pada tabel berikut. Tabel 1 Tahaptahap Model Pembelajaran Kooperatif Tahap Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Tahap 2 Menyajikan Informasi Tahap 3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompokkelompok Aktivitas guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau melalui bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok untuk melakukan transisi secara efisien. Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 5 Evaluasi Tahap 6 Memberikan Penghargaan Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masingmasing kelompok mempresentasian hasil kerjanya. Guru memberikan penghargaan hasil belajar kepada masingmasing kelompok.
5 Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif. Slavin (Suprihatiningrum, 2014:201) mengungkapkan beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu, 1) peserta didik bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi nilainilai dalam kelompok; 2) peserta didik aktif membantu dan mendorong semangat untuk bersamasama berhasil; 3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; 4) interaksi antar peserta didik seiring dengan peningkatan kemampuan dalam berpendapat; 5) interaksi antar peserta didik juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif yang nonkonservatif menjadi konservatif. Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuiskuis, divmana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Asma (2006: 54) menjelaskan bahwa model TGT adalah suatu model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masingmasing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaanpertanyaan atau masalahmasalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa akan bertemu di meja turnamen. Alasan pemilihan model TGT adalah pembelajaran akan lebih bervariasi dan menyenangkan karena disertai dengan permainanpermainan akademik. Dengan penerapan TGT, diharapkan mahasiswa semester IV jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Hasyim Ay ari dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyelesaikan analisis klausa sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi mahasiswa, dosen dan pihak Universitas dalam mencapai tujuan perkuliahan. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah dalam penelitian ini berhubungan dengan a) hambatan yang dialami dosen dan mahasiswa saat proses pembelajaran menggunakan model Kooperatif tipe TGT, prestasi mahasiswa selama proses pembelajaran yang menggunakan model Kooperatif tipe TGT, dan ketepatan model kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa mata kuliah Sintaksis. Analisis Data Penelitian dilakukan dengan 2 siklus, yang masingmasing dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tahap perencanaan dilaksanakan kegiatan menyusun RPS, membuat lembar pengamatan, menyusun lembar evaluasi dan menyediakan soal. Tahap tindakan dilaksanakan kegiatan perkuliahan, mengamati kelompok dan melakukan penilaian. Tahap pengamatan dilaksanakan kegiatan mengobservasi perkuliahan dengan lembar pengamatan, melaporkan kegiatan mahasiswa dan hasil penilaian. Tahap refleksi dilaksanakan kegiatan mengevaluasi setiap siklus. Hasil Dan Pembahasan Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Hasyim Asy ari Tebu Ireng Jombang.Subjek penelitian ini adalah proses pembelajaran analisis klausa pada mata kuliah Sintaksis, sedangkan
6 objek penelitiannya adalah mahasiswa semester IV jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Hasyim Asy ari. Mahasiswa yang dijadikan objek penelitian berjumlah 13 orang, 6 mahasiswa perempuan dan 7 mahasiswa lakilaki. Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I Proses Pembelajaran Proses pembelajaran siklus I analisis klausa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mahasiswa semester IV PBSI Universitas Hasyim Asy ari Jombang adalah sebagai berikut: Perencanaan Pada tahap perencanaan, beberapa hal yang dilakukan dosen yaitu: 1. menyusun dan membuat RPS (Rencana Pembelajaran Semester), 2. merancang skenario pembelajaran dengan sebaikbaiknya, 3. menyusun dan membuat lembar observasi, angket, dan lembar evaluasi. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dilakukan pada hari sabtu tanggal 5 Maret 2016 di ruang 2.09, jumlah mahasiswa PBSI semester IV dalam kelas tersebut adalah 13 orang mahasiswa yang terdiri dari 7 mahasiswa lakilaki dan 6 mahasiswa perempuan. Materi analisis klausa diajarkan pada mata kuliah Sintaksis dengan alokasi waktu 4 x 50 menit atau 200 menit, dimulai pukul WIB.Adapun kegiatan pada tahap pelaksanaan ini yaitu: 1. Kegiatan awal Pada kegiatan awal, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 20 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: A. mengawali perkuliahan dengan berdoa dan mengecek presensi mahasiswa; B. dosen melakukan tanya jawab dengan mahasiswa tentang materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya; C. dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai; D. dosen melakukan pretest dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan mahasiswa tentang materi yang akan disampaikan. 2. Kegiatan inti Pada kegiatan inti, alokasi waktu yang digunakan sekitar 130 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: A. dosen menjelaskan materi tentang pengertian, ciriciri dan klasifikasi klausa dengan memanfaatkan IPTEK berupa slide power point; B. selama menjelaskan materi, dosen memberikan pertanyaan pancingan untuk mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa terbiasa aktif dalam perkuliahan; C. dosen membagi mahasiswa dalam 4 kelompok. Masingmasing kelompok terdiri dari 34 mahasiswa. Pada tahap membagi kelompok, dosen memperhatikan beberapa kriteria dari mahasiswa seperti jenis kelamin, suku serta kemampuan mahasiswa dalam kelas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar setiap kelompok memiliki keseimbangan dan diskusi dapat berjalan dengan lancar; D. mahasiswa berkelompok sesuai dengan yang sudah dibagikan oleh dosen; E. dosen menjelaskan aturan diskusi kepada mahasiswa;
7 F. dosen memberikan beberapa amplop warnawarni dan perwakilan kelompok mengambil satu persatu amplop yang sudah disediakan; G. Setiap kelompok melakukan diskusi sesuai dengan petunjuk yang sudah dijelaskan oleh dosen; H. ketua atau kapten kelompok harus membagi tugas secara adil kepada setiap anggota kelompok agar diskusi berjalan dengan lancar; I. dosen melakukan penilaian proses selama mahasiswa melakukan diskusi; J. setiap perwakilan kelompok maju dan mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan tentang jawaban dari kelompok yang sedang menjlaskan di depan kelas. Bagi kelompok yang jawabanya benar akan mendapatkan 10 poin untuk setiap soal, sedangkan untuk kelompok yang jawabanya salah poin yang didapat akan dikurangi 10 dan diberikan kepada kelompok lain yang memberikan tanggapan secara benar; K. dosen melakukan games tournament dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan, dan setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk menjawab secara rebutan. Setiap kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapatkan point sebanyak 10 dan jika jawaban salah akan mengurangi poin sebanyak 5; L. dosen mengumumkan kelompok yang mempunyai poin terbanyak; M. dosen memberikan apresiasi kepada kelompok yang memiliki poin terbanyak. 3. Penutup Pada kegiatan penutup, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 50 menit, adapun beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: A. dosen merefleksi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa; B. dosen melakukan postest dengan cara memberikan tugas individu tentang analisis klausa; C. dosen menyimpulkan materi yang sudah disampaiakan; D. doa dan salam. Hambatan Pembelajaran Setiap proses pembelajaran tentunya memiliki hambatan. Adapun hambatan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan. Dosen Kurangnya referensi yang digunakan oleh dosen. Mahasiswa 1. Banyaknya mahasiswa yang terlambat dan tidak disiplin waktu. 2. Masih ada mahasiswa yang kurang semangat dalam perkuliahan. 3. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. 4. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok. 5. Mahasiswa kurang bertanggung jawab saat diberikan tugas individu. 6. Banyaknya mahasiswa yang kurang memperhatikan kaidah Bahasa Indonesia saat mengerjakan tugas secara tertulis. Lingkungan 1. Ruang kelas yang terasa panas. 2. Kursi yang berserakan dan tidak tertata dengna rapi.
8 3. Suasana bising dan ramai di luar kelas, sehinga membuat mahasiswa yang di dalam kelas merasa terganggu saat perkuliahan. 4. Papan tulis yang tidak terkait dengan benar, sehingga menyulitkan ketika akan menjelaskan menggunakan media papan tulis. 5. Layar LCD ditampilkan di tembok samping karena papan tulis tidak terkait dengan baik, sehingga menyulitkan mahasiswa saat melihat materi yang disampaikan melalui LCD. Prestasi Kemampuan Mahasiswa Prestasi kemampuan mahasiswa pada siklus I dalam analisis klausa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada lembar observasi kegiatan mahasiswa dan lembar tingkat pencapaian kemampuan mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa sebagai berikut. Tabel 2 Lembar Tingkat Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Siklus I No Nilai dari Aspek Pencapaian Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket Jml Mhs 13 f % f % f % % % 1 8% % 2 15% % 4 31% % 4 31% % KKM Nilai terendah Nilai Tertinggi Prosentase tuntas Prosentase blm tuntas Nilai ratarata kelas % 65% % Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. 60% Tabel 3 Lembar Refleksi Kegiatan Pembelajaran Siklus I No Aspek yang dinilai pendapat siswa tentang proses pembelajaran Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket Jumlah Mhs 13 f % f % f % 1 Tertarik atau bersemangat 4 31% 9 70% 2 Cukup tertarik 3 23% 2 15% 3 Kurang tertarik 6 46% 2 15%
9 Berdasarkan tabel tingkat pencapaian kemampuan mahasiswa pada kondisi awal menunjukkan ratarata kelas nilai ulangan harian 64% dari tiga belasmahasiswa, satu mahasiswa mendapat nilai 85, duamahasiswa mendapat nilai 80, duamahasiswa mendapat nilai 75, satumahasiswa mendapat nilai 70, satu mahasiswa mendapat nilai 65, satu mahasiswa mendapat nilai 60, satu mahasiswa mendapat nilai 55, satu mahasiswa mendapat nilai 50 dan satu mahasiswa mendapat nilai 45. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata kuliah Sintaksis adalah 75,00. Mahasiswa tuntas belajar 5 orang dengan prosentase tuntas belajar 35,00%, mahasiswa belum tuntas belajar 8 orangdengan prosentase belum tuntas belajar 65,00% nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85. Setelah dilaksanakan pembelajaran analisis klausa dengan menggunakan model Kooperatf tipe TGT pada Siklus I nilai ratarata kelas menjadi 76,00 dari 13 mahasiswa, satu mahasiswa mendapatkan nilai 95, satu mahasiswa mendapat nilai 90, satu mahasiswa mendapat nilai 85, tiga mahasiswa mendapat nilai 80, tiga mahasiswa mendapat nilai 75, satu mahasiswa mendapat nilai 70, dua mahasiswa mendapat nilai 65 dan satu mahasiswa mendapat nilai 55. Prosentase tuntas belajar klasikal meningkat dari kondisi awal dari 35,00% menjadi 40,00% setelah dilaksanakan siklus I, tetapi masih ada mahasiswa yang belum mencapai KKM. Dari hasil observasi dan pengambilan angket ketika kegiatan refleksi pembelajaran tentang kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa menggunakan model kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa pada kondisi awal dari 13 mahasiswa terdapat 70% mahasiswa yang tertarik dan bersemangat, 15% cukup tertarik dan 15% lainnya tidak tertarik. Siklus II Proses Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe TGT Proses pembelajaran siklus II analisis klausa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mahasiswa semester IV PBSI Universitas Hasyim Asy ari Jombang adalah sebagai berikut: Perencanaan Ulang Pada tahap perencanaan, beberapa hal yang dilakukan dosen yaitu: 1. menyempurnakan dan memperbaiki RPS, sehingga kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki; 2. merancang skenario pembelajaran dengan sebaikbaiknya; 3. menyusun dan membuat lembar observasi, angket, dan lembar evaluasi. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dilakukan pada hari sabtu tanggal 12 Maret 2016 di ruang 2.09, jumlah mahasiswa PBSI semester IV dalam kelas tersebut adalah 13 orang mahasiswa yang terdiri dari 7 mahasiswa lakilaki dan 6 mahasiswa perempuan. Topik yang diajarkan pada siklus II adalah klasifikasi klausa. Topik tersebut merupakan lanjutan dari siklus I. Materi analisis klausa diajarkan pada mata kuliah Sintaksis dengan alokasi waktu 4 x 50 menit atau 200 menit, dimulai pukul WIB. Adapun kegiatan pada tahap pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan awal Pada kegiatan awal, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 20 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:
10 A. mengawali perkuliahan dengan berdoa dan mengecek presensi mahasiswa; B. dosen melakukan tanya jawab dengan mahasiswa tentang materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang pengertian, ciriciri dan klasifikasi klausa; C. dosen menjelaskan kompetensi yang akan dicapai; D. dosen melakukan pretest dengan cara memberikan pertanyaan untuk memancing pengetahuan mahasiswa tentang materi yang akan disampaikan. 2. Kegiatan inti Pada kegiatan inti, alokasi waktu yang digunakan sekitar 130 menit. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: A. dosen menjelaskan materi tentang klasifikasi klausa dengan memanfaatkan IPTEK berupa slide power point; B. selama menjelaskan materi, dosen memberikan pertanyaan pancingan untuk mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa terbiasa aktif dalam perkuliahan; C. dosen membagi mahasiswa dalam 4 kelompok. Masingmasing kelompok terdiri dari 34 mahasiswa. Pada tahap membagi kelompok, dosen memperhatikan beberapa kriteria dari mahasiswa seperti jenis kelamin, suku serta kemampuan mahasiswa dalam kelas. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar setiap kelompok memiliki keseimbangan dan diskusi dapat berjalan dengan lancar; D. mahasiswa berkelompok sesuai dengan yang sudah dibagikan oleh dosen; E. dosen menjelaskan aturan diskusi kepada mahasiswa; F. dosen memberikan beberapa amplop warnawarni dan perwakilan kelompok mengambil satu persatu amplop yang sudah disediakan; G. setiap kelompok melakukan diskusi sesuai dengan petunjuk yang sudah dijelaskan oleh dosen; H. ketua atau kapten kelompok harus membagi tugas secara adil kepada setiap anggota kelompok agar diskusi berjalan dengan lancar; I. dosen melakukan penilaian proses selama mahasiswa melakukan diskusi; J. setiap perwakilan kelompok maju dan mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain menyimak dan memberikan tanggapan tentang jawaban dari kelompok yang sedang menjlaskan di depan kelas. Bagi kelompok yang jawabanya benar akan mendapatkan 10 poin untuk setiap soal, sedangkan untuk kelompok yang jawabanya salah poin yang didapat akan dikurangi 10 dan diberikan kepada kelompok lain yang memberikan tanggapan secara benar; K. dosen melakukan games tournament dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan, dan setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk menjawab secara rebutan. Setiap kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapatkan point sebanyak 10 dan jika jawaban salah akan mengurangi poin sebanyak lima; L. dosen mengumumkan kelompok yang mempunyai poin terbanyak; M. dosen memberikan apresiasi kepada kelompok yang memiliki poin terbanyak. 3. Penutup Pada kegiatan penutup, alokasi waktu yang digunakan kurang lebih 50 menit, adapun beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu: A. dosen merefleksi dan menanyakan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran analisis klausa; B. dosen melakukan postest dengan cara memberikan tugas individu tentang analisis klausa;
11 C. dosen menyimpulkan materi yang sudah disampaiakan; D. doa dan salam. Hambatan Pembelajaran Siklus II Setiap proses pembelajaran tentunya memiliki hambatan. Hambatan pada siklus II sudah berkurang dibandingkan dengan siklus I. Adapun hambatan siklus II dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan. Hambatan yang Dialami Mahasiswa 1. Masih ada mahasiswa yang kurang semangat dalam perkuliahan. 2. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. 3. Masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok. 4. Banyaknya mahasiswa yang kurang memperhatikan kaidah Bahasa Indonesia saat mengerjakan tugas secara tertulis. Hambatan yang Dialami lingkungan 1. Ruang kelas yang terasa panas. 2. Suasana bising dan ramai di luar kelas, sehinga membuat mahasiswa yang di dalam kelas merasa terganggu saat perkuliahan. 3. Papan tulis yang tidak terkait dengan benar, sehingga menyulitkan ketika akan menjelaskan menggunakan media papan tulis. 4. Layar LCD ditampilkan di tembok samping karena papan tulis tidak terkait dengan baik, sehingga menyulitkan mahasiswa saat melihat materi yang disampaikan melalui LCD. Prestasi Kemampuan Mahasiswa Prestasi kemampuan mahasiswa pada siklus II dalam analisis klausa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sudah banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tabel berikut ini.
12 No Tabel 4 Lembar Tingkat Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Siklus II Nilai dari Aspek Pencapaian Hasil Belajar Kondisi Siklus I Siklus II Ket Awal Jml Mhs F % f % f % % % 1 7% % 2 15% % 4 31% 1 7% % 4 31% 8 62% % 4 31% KKM Nilai terendah Nilai Tertinggi Prosentase tuntas Prosentase blm tuntas Nilai ratarata kelas % % % 65% 60% 100% Setelah kegiatan penilaian akhir diadakan tindakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu pembelajaran analisis klausa menggunakan model kooperatif tipe TGT. No Aspek yang dinilai pendapat siswa tentang proses pembelajaran Tabel 5 Lembar Refleksi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Kondisi Awal Siklus I Siklus II Ket Jumlah Mhs13 f % F % f % 1 Tertarik atau bersemangat 4 31% 9 70% 11 85% 2 Cukup tertarik 3 23% 2 15% 1 7,7% 3 Kurang tertarik 6 46% 2 15% 1 7,7% Kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa pada silus II sudah banyak mengalami peningkatan. Pada siklus II, mahasiswa sudah semakin aktif dalam diskusi kelompok dan dalam melakukan games tournament. Hal tersebut dibuktikan pada pemerolehan prosentase ratarata kelas sebesar 80%, mahasiswa dalam satu kelas sudah mencapai KKM secara keseluruhan. Dua mahasiswa mendapatkan nilai 95, dua mahasiswa mendapatkan nilai 90, lima mahasiswa mendapatkan nilai 85, tiga mahasiswa endapatan nilai 80 dan satu mahasiswa mendapatkan nilai 75. Pada siklus II, suasana pembelajaran semain menarik. Mahasiswa semakin antusias dalam berdiskusi dan melakukan games tournament. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil angket pada tahap refleksi siklus II bahwa 85% mahasiswa tertarik dan semangat dalam pembelajaran.
13 Kemampuan mahasiswa dalam analisis klausa pada silus II sudah banyak mengalami peningkatan. Pada siklus II, mahasiswa sudah semakin aktif dalam diskusi kelompok dan dalam melakukan games tournament. Hal tersebut dibuktikan pada pemerolehan prosentase ratarata kelas sebesar 80%, mahasiswa dalam satu kelas sudah mencapai KKM secara keseluruhan. Dua mahasiswa mendapatkan nilai 95, dua mahasiswa mendapatkan nilai 90, lima mahasiswa mendapatkan nilai 85, tiga mahasiswa endapatan nilai 80 dan satu mahasiswa mendapatkan nilai 75. Pada siklus II, suasana pembelajaran semain menarik. Mahasiswa semakin antusias dalam berdiskusi dan melakukan games tournament. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil angket pada tahap refleksi siklus II bahwa 85% mahasiswa tertarik dan semangat dalam pembelajaran. Simpulan Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilaksanakan dalam dua siklus maka dapat disimpulkan ebagai berikut. 1. Proses pembelajaran pada siklus I dan II terdiri dari tahap perencanaan dan pelaksanaan. Tahap perencanaan pada siklus I meliputi penyusunan RPS, lembar observasi, angket dan lembar evaluasi, sedangkan pada siklus II tahap perencanaan meliputi perbaikan RPS berdasarkan kekurangan pada siklus I. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan awal, inti dan penutup. 2. Hambatan selama proses pembelajaran meliputi tiga hal yaitu hambatan yang dialami oleh dosen, mahasiswa dan lingkungan. Hambatan yang dialami dosen pada diantaranya yaitu kurangnya referensi dan terlalu cepat saat menjelaskan materi, sedangkan hambatan yang dialami oleh mahasiswa diantaranya adalah banyaknya mahasiswa yang datang terlambat, kurang aktif dalam diskusi, kurang aktif dalam pembelajaran, kurang tanggung jawab dalam mengerjakan tugas individu. Hambatan yang berhubungan dengan lingkungan adalah ruangan yang terasa panas, kursi yang berserakan, suara bising di luar kelas yang mengganggu proses pembelajaran, serta kondisi papan tulis yang tidak terkait dengan benar. 3. Prestasi kemampuan mahasiswa PBSI semester IV dalam analisis klausa semakin mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti dapat meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa PBSI semester IV. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dari nilai ratarata kelas yang awalnya 64 pada kondisi awal menjadi 76 pada siklus I dan 80 pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1. dosen diharapkan untuk semakin kreatif dan inovatif dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi serta keadaan mahasiswa dan lingkungan kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan; 2. dosen mampu menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT secara efektif dan efisien; 3. dosen perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk merekam semua kegiatan pembelajarannya sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
14 Daftar Pustaka Arends, R.I Classroom Instruction and Management. New York: McGrawHill Companies. Arikunto, S Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Aqib Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD,SLB,TK. Bandung:Yrama Widya. Astuti Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningatkan Prestasi Belajar Sosiologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ibrahim, dkk Pengajaran Berbasis Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Nur, M StrategiStrategi Belajar. Surabaya: PSMS UNESA. Putrayasa, I,B Analisis Kalimat. Bandung: Revika Aditama. Putri Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN Tlompakan III Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ramlan Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Slavin, R.E Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Boston: Allyn and Bacon Publisher. Suprihatiningrum, J Strategi Pembelajaran (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: ArRuzz Media.
PEMBELAJARAN BAHASA-SASTRA MULTILITERASI: EVALUASI DAN REMIDIASI
PEMBELAJARAN BAHASA-SASTRA MULTILITERASI: EVALUASI DAN REMIDIASI Rusli Ilham Fadli Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ilmu PendidikanUniversitas Hasyim Asy ari, e-mail: rusliilhamfadli@ymail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,
Lebih terperinciOleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII.3 SMP NEGERI 11 PEKANBARU Oleh: Mutiara Rizky
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperincipembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah
33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Observasi pendahuluan yang dilakukan di kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi
Lebih terperinciSumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember
PENGGUNAAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG MENGIDENTIFIKASI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN PADA SISWA KELAS VI SDN DARUNGAN 02 TANGGUL Sumono 38 Abstrak. Penelitian ini diterapkan
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG
UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 3, November 2015 PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG Sri Astuti
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBUAT KALIMAT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I ALAFAN KABUPATEN SIMEULUE
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBUAT KALIMAT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I ALAFAN KABUPATEN SIMEULUE Isthifa Kemal 1 dan Delimawati 2 Abstrak Berdasarkan observasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu, dengan waktu penelitian mulai bulan Maret sampai dengan bulan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PGPAUD DALAM MATA KULIAH TARI UNTUK ANAK USIA DINI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PGPAUD DALAM MATA KULIAH TARI UNTUK ANAK USIA DINI Oleh: Badruli Martati, Aris Setyawan, Endah Hendarwati, Wahono *) Prodi PGPAUD FKIP UM Surabaya ABSTRAK Kegiatan
Lebih terperinciOleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek
114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Okmi Muji Rahayu 1, Suhartono 2, M. Chamdani 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciHerdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (PTK Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Pagelaran Kab.Pringsewu - Lampung) Herdian, S.Pd.,
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement Division) PADA PEMBELAJARAN KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-B MTs. NEGERI 3 MATARAM TAHUN
Lebih terperinciARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN Nelli Ma rifat Sanusi 1, Fitri Widyaningsih 2 1 Fakultas Keguruan
Lebih terperinciPUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 5 KARANGRAYUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS Setiawati, Benedictus Kusmanto Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS Ermayanti ermayanti@unsri.ac.id Abstrak. Telah dilakukan Penelitian
Lebih terperinciOleh: Tety Roosliana SMA Negeri 1 Kauman-Tulungagung Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, tipe Teams Games Tournaments (TGT)
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PESERTA DIDIK KELAS XI IPS-4 SMA NEGERI 1 KAUMAN Oleh: Tety Roosliana SMA Negeri
Lebih terperinciOleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088
PENERAPAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR HIDUP HEWAN BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER I SD N 02 KARANGBANGUN KECAMATAN MATESIH TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
50 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Yunie Nurhazannah SMP Negeri 21 Pontianak E-mail: yunienurhazannah@gmail.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi
Lebih terperinciOleh Lilik Sujayanti SD Negeri 1 Sawahan Kabupaten Tranggalek
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 237 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF STAD PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1
Lebih terperinciPembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama Suci Dahlya Narpila Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT Hartina Apriyati 1), H. Soegiyanto 2), MG. Dwiji Astuti 3) PGSD FKIP Universitas
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015
PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh : Erin Megasusilowati 1, Triyono 2, Warsiti 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA VISUAL SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Yunita Lailati Husna 1, Wahyudi 2, Tri Saptuti Susiani 3 E-mail: yunitalailatihusna@yahoo.com
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI. Oleh
i PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS X TKJ-2 SMK NEGERI 6 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA Dhian Arista Istikomah FKIP Universitas PGRI Yogyakarta E-mail: dhian.arista@gmail.com
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IIIA SDN SEMBORO 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kasmiati 10 Abstrak. Tujuan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X Kompetensi Keahlian 2 SMK Negeri 1 Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG Amalina 1), Lutfian Almash 2), Minora Longgom Nasution
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan
69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. PSKGJ - Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENGGUNAAN STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN MENGIDENTIFIKASI CARA MAKHLUK HIDUP MENYESUAIKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN PADA MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 03 SUMBEREJO TAHUN 2012/2013 NASKAH
Lebih terperinciKeywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR 1 Afta Rahmat Zayn, 2 Sunyoto, dan 3 Tri Murti Universitas Negeri Malang E-mail: rahmatzayn@ymail.com
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 GIRIWONDO JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBELAJARAN KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KINERJA MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Tan Amelia 1) 1) S1/Jurusan Sistem Informasi, STIKOM Surabaya, email: meli@stikom.edu
Lebih terperinciSyifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP
PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH : SUCI SEKARWATI NIM F15111030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) Isnita Lastyarini, Usada, Siti Kamsiyati PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciPENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD
PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD Oleh: Restu Heri Suryana 1), Suhartono 2), Ngatman 3) FKIP, PGSD Universitas Sebelas
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
NASKAH PUBLIKASI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 NAWANGAN KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD Negeri 01 Kebonsari
Lebih terperinciMeina Noriyana Guru SMPN 3 Paringin, Kabupaten Tabalong
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.4, No.1, April 2013, hlm. 79-84 79 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Lebih terperinciPenelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciJurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittingi Gusviar SMA
Lebih terperinciSebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan
31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR Oleh Ramadhani Rama_dhani62@rocketmail.com Absrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri 3 Kalirejo Kudus kurang efektif. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menyampaikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Pemahaman Materi Perjuangan Melawan Penjajah Jepang Melalui Metode Pembelajaran
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Maryanto ABSTRACT More than 60% of students in SMP Negeri 2 Pulosari
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN (PKn) MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV Emaill : Yentidiah@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO
232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:
Lebih terperinciModel Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 08 Salatiga. Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas 2
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Tejosari yang terletak di Kelurahan Tejosari,
Lebih terperinciPENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN
PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN Rismauli Syarifah Saragih Guru TK ABA 30 Medan Surel : rismaulisyarifah@gmail.com
Lebih terperinciAnna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IX H DI MTsN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) Oleh: Aji Heru Muslim Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen
Lebih terperinciPENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (SDA) DALAM IPA DENGAN MENERAPKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (SDA) DALAM IPA DENGAN MENERAPKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) Beta Kurnianingrum¹ ), Rukayah² ), Ismail Sriyanto³ ) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciAbas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X D SMA NEGERI 6 KOTA BENGKULU MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD YANG DIINTERVENSI DENGAN STRATEGI INKUIRI Abas Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BOCOR Gatot Prayitno 1, Suripto 2, Chamdani 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan
Lebih terperinciKeywords: TAI (Team Assisted Individualization), increase, math, learning outcomes
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN PAGUBUGAN KULON 04 TAHUN AJARAN 2012/2013 Adi Kurniawan 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
34 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk kajian reflektif yang dilakukan peneliti untuk tujuan perbaikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan peneliti sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru sebagai pengajar dalam penelitian. Sebelum
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIID SMP N 1 Kembaran Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 32 yang terdiri dari 16 siswa lakilaki dan 16 siswa
Lebih terperinciShinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMET) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA N 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Shinta Arwidya
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS VII Oleh Beni Asyhar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Pelaksanaan Tindakan 1.1.1 Kondisi Awal Sebelum pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciKata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AJARAN 2014-2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Noborejo 01 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan subjek penelitian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN TAMAN 3 MADIUN
PENERAPAN MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN TAMAN 3 MADIUN Fida Rahmantika Hadi fidarahma47@gmail.com FKIP UNIVERSITAS
Lebih terperinciDEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH ETIKA KOMUNIKASI Oleh : Komaruddin Ks Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon ABSTRAK Pengertian pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana mengemas proses pembelajaran agar dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi murid. Pembelajaran yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga, peneliti berhasil
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1. Aktivitas Belajar Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI Program Keahlian Akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH YUSNAWATI Guru SMP Negeri 2 Kuantan Mudik yusnawati445@gmail.com ABSTRAK Dari hasil pengamatan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN Raihanah Sari Universitas Lambung Mangkurat Email: reyhana89.rss@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas, dimana data diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu
Lebih terperinci