Aspek Ideologis Undang-undang BPJS : Analisis Nilai, Preferensi dan Interest Anggota DPR Periode dalam Penyusunan RUU
|
|
- Irwan Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Aspek Ideologis Undang-undang BPJS : Analisis Nilai, Preferensi dan Interest Anggota DPR Periode dalam Penyusunan RUU Dumilah Ayuningtyas Dep. Administrasi & Kebijakan Kesehatan, FKM UI Disampaikan dalam Forum Nasional II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Hotel Horison Makasar, 28 September 2011
2 Latar Belakang BPJS merupakan amanat UU SJSN NO.40/2004 Pasal 1 ayat 2 yang tak kunjung terlaksana, melampaui batas waktu yang ditetapkan. Pembahasan RUU tentang BPJS ini tak kunjung selesai dan memperlihatkan kuatnya tarik menarik antara pemerintah dengan DPR atau bahkan di antara anggota/fraksi-fraksi DPR sendiri (P Demokrat VS PDIP) Mendapatkan perhatian Istimewa Inpres No. 1 thn 2010 bahwa UU BPJS harus selesai akhir desember Kedua, menugaskan 8 menteri untuk mengawal proses UU ini.
3 Latar Belakang Proses penetapan kebijakan tidak lepas dari adanya nilainilai, preferensi, kepentingan atau aspek ideologi yang dimiliki oleh para elit yang terlibat (Apter; & Charlotte Bretherton and Geoffrey Ponton Political Behavior & Ideology Amerika Serikat dan Brazil memberikan contoh bagaimana nilai, kepentingan dan pilihan elit mempengaruhi kebijakan yang ada pada negara tersebut termasuk dalam kebijakan jaminan sosial Presiden Lula da Silva : melejitkan kesejahteraan rakyat dengan program-program seperti layanan kesehatan gratis, tunjangan sosial, Bolsa Familia Presiden Barack Obama: UU Reformasi Kesehatan (Jaminan kesehatan: universal coverage, potongan untuk Usila, jaminan bagi 30 Rabu, juta 28 September warga 2011miskin)
4 Pertanyaan & Tujuan Penelitian Bagaimana proses politik, konstelasi & interaksi elit yang terlibat pembahasan RUU BPJS, mengapa berlangsung lama & berlarut-larut, bagaimana aspek ideologis (nilai, preferensi & kepentingan (Anggota DPR Masa Bakti ) mempengaruhi proses tersebut Mengetahui proses politik yang terjadi dalam pembahasan RUU BPJS termasuk konstelasi dan interaksi elit yang terlibat di dalamnya Mengetahui bagaimana aspek ideologis (nilai, preferensi & kepentingan (Anggota DPR Masa Bakti ) mempengaruhi Proses Pembahasan RUU BPJS.
5 Metode Penelitian Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksplanatoris. Teknik pengambilan data adalah dengan wawancara mendalam (indepth interview), analisis statement informan yang diberitakan di media massa, telaah catatan rapat serta observasi jalannya persidangan ( 3(tiga) kali sidang dilakukan sebagai bentuk triangulasi Pengisian self assessment questionaire oleh anggota Pansus adalah upaya konfirmasi (konfirmatori) untuk mempertajam analisis nilai, preferensi dan kepentingan anggota DPR periode dalam pembahasan RUU BPJS.
6 Tinjauan Teori Charlotte Bretherton and Geoffrey Ponton falsafah dasar yang menjadi acuan arah & tujuan negara, berangkat dari pemahaman tentang relasi negara dan warganegara, penghormatan & paradigma tentang hakhak individu di satu sisi dengan sistem komunitas dan kesetaraan sosial yang terbangun di sisi lain (pengaturan kontrol negara vs masyarakat/komunitarian dan hak individu vs kesetaraan sosial David Apter pendekatan Behavioralisme, Ideologi merupakan kombinasi dari nilai, interest, dan kepentingan. Allport ( 1937, 1961, 1968) nilai, sikap dan karakter seorang aktor penetap atau pelaku kebijakan dapat mempengaruhi proses formulasi
7 Kerangka Teori James Anderson empat kategori nilai yang membantu & mengarahkan perilaku para pembuat keputusan Penelitian ini menggunakan pendekatan behavioralisme yakni kajian yang mengkaitkan produk kebijakan dalam sebuah sistem politik dengan pendekatan behavioralisme yang memandang politik dari segi apa adanya (what it is) yang berupaya menjelaskan mengapa gejala politik tertentu terjadi seperti itu, dan kalau mungkin memperkirakan juga gejala politik apa yang akan terjadi. Konsep black box of policy making process dapat dilihat sebagai gambaran pola perilaku manusia menyangkut aspek behavioralisme lainnya yaitu berupa kekuasaan, konflik, dan fungsionalisme.secara singkat faktor-faktor tersebut dianggap pula sebagai penentu partisipasi politik.
8 Hasil Penelitian Terbagi menjadi bagian : 1. Evaluasi peran negara dalam kewajiban pemenuhan jaminan sosial 2. Proses & konstelasi politik (peta kekuatan & kubu-kubu yang ada) 3. Aspek ideologis (nilai, preferensi dan kepentingan) dalam pembahasan RUU BPJS.
9 Beberapa Temuan Penelitian
10 Evaluasi Peran Negara Di Mata Elit Dalam Kewajiban Pemenuhan Jaminan Sosial jawaban normatif para informan tentang peran negara dalam pemenuhan kewajibannya (masih sangat minim & belum optimal) :.. sangat bergantung pada konstelasi politik yang ada, kan ada beragam kepentingan, nilai dan pilihan yang sangat mempengaruhi.
11 Peran Negara Pada Kewajiban Penjaminan Sosial konfirmatori : Jawaban Ekstrim Sangat Setuju & sangat Tidak Setuju No. Pertanyaan 35 Kegagalan negara dalam menyediakan jaminan sosial seharusnya menjadi dasar pengajuan impeachment pada pemerintah
12 Ideologi pengaturan kontrol negara VS masyarakat/komunitarian dan hak individu VS kesetaraan sosial No. Pertanyaan 1 Setiap warga negara berhak untuk hidup sehat dan sejahtera, karena itu adalah tugas pemerintah menjamin agar setiap anggota masyarakat hidup layak. 6 Masyarakat miskin karena tidak memiliki cukup akses terhadap pendidikan, kesehatan dan perekonomian 7 Negara berkewajiban memberdayakan masyarakat miskin untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial, kesehatan dan perekonomian yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara. 9 Negara menanggung beban ekonomi yang sangat berat karena hutang luar negeri yang sangat besar, harga minyak dunia yang semakin melonjak tajam, beban subsidi yang tinggi, angka pengangguran yang tinggi dan angka kemiskinan yang tinggi sementara pertumbuhan ekonomi semakin sulit. Adalah wajar jika pemerintah tidak bisa memberikan jaminan kesehatan
13 Konstelasi Politik...Kubu di pemerintah terbagi dua. Nomor satu kubu yang ditunjuk adalah Menkeu, sehingga bercerita tentang fiskal. Sedangkan objek yang akan diatur adalah menteri BUMN. Dua menteri ini tidak mungkin. Bertemu dengan Kubu Menteri BUMN, yang mengatakan bahwa Depkes juga mau mengelola Jamkesmas. Polisi juga mengatakan bisa mengelola BPJS.... Kubu di DPR dan kubu pemerintah. Kubu DPR setalah lama tahu, sebenarnya kalau mau bilang ideologi, akhir-akhir ini tidak ada masalah. Dua kubu berargumentasi, Perekatnya adalah uang, di sini tidak ada uang sama sekali. ( Wawancara dengan N dari F-PD, Anggota Pansus RUU BPJS) Tidak ada yang berani secara eksplisit menyatakan menolak RUU ini. Jelas itu, tapi memang jelas terlihat kubu-kubu. Ada yang pro, kontra, dan yang ditengah-tengah. Partai pemerintah, pemenang, oposan dan selainnya. (Wawancara dengan L dari F-PKS, Anggota Pansus RUU BPJS
14 Nilai Pribadi, Partai, Politik, Kebijakan... alhamdulillah di pansus tdk lagi mempermasalahkan partai apa. Kami melepaskan baju partai dan baju fraksi. Kami berterimakasih kepada Setgab, teman fraksi lain bahkan ditekan oleh pimpinan, mereka siap jika PAW.... Terlalu kecil jika ini ditarik menjadi kepentingan PDIP. Sebenarnya persoalan yang meluas bukan soal PDIP, tapi soal tanggung jawab negara (R dari F-PDIP), kami ini, khususnya Demokrat, tentu ada arahan kebijakan, pertimbangan kapasitas fiskal, kemampuan negara. Tetapi kami merasa, kesehatan ini perlu. Ini bagus, fungsinya begitu bagus, menjadikan saya termotivasi terus menerus. (wawancara dengan N dari F-PD,)
15 Nilai...Pemerintah menganggap no point di dalam UU SJSN ini; mudharatnya lebih banyak daripada manfaatnya. Bertanya pada menteri, menjawab no point. Bertanya kepada yang lebih tinggi dari menteri, kenapa bapak tidak lakukan ini? Jawabnya? Tidak ada orang yang mengerjakan. Artinya, pemerintah melihat bahwa tiada point di sini. (wawancara dengan N, F- PD, Ketua Pansus RUU BPJS)... Di pansus ini walaupun ada kecenderungan mengikuti arahan partai, tapi anggota pansus lebih bisa membawa suara pribadi tanpa ada arahan khusus dr partai karena kami merasa hal ini memang perlu diperjuangkan. (Wawancara dengan L dari F-PKS, Anggota Pansus RUU BPJS
16 Personal Values No. Pertanyaan 3 Saya mempunyai nilai-nilai keyakinan yang jelas dan menjadi dasar untuk menentukan tujuan hidup sehingga membuat saya berjuang sungguh-sungguh untuk mencapainya. 18 Eksistensi seorang manusia ditentukan oleh kekuasaannya. 19 Kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. 21 Kedudukan dan jabatan tak pernah didapat cuma-cuma melainkan harus dikejar dan diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh. 22 Jabatan dan kedudukan adalah kekuasaan yang harus dipertahankan, diperkuat dengan segala cara untuk kelanggengannya.
17 Organizational Values No Pertanyaan 8 Jabatan yang saya emban mengharuskan saya mendahulukan tujuan atau arahan kebijakan partai tempat saya bekerja dibandingkan dengan kepentingan masyarakat. 26 Nilai-nilai dan kebijakan partai selalu menjadi arahan bagi saya dalam bersikap, termasuk dalam konteks penyusunan RUU BPJS ini. 29 Persetujuan atau penolakan terhadap RUU BPJS didasari oleh pertimbangan peningkatan jumlah pemilih partai pada pemilu mendatang 37 Saya tetap mendukung atau menolak UU BPJS meskipun tidak sesuai dengan kebijakan partai saya.
18 Nilai Politik & Kebijakan: No Pertanyaan 2 Dari masa ke masa selalu ada perbedaan kelas sosial ekonomi di masyarakat, maka perbedaan adalah wajar dan harus diterima. 4 Banyak orang di masyarakat kita yang sibuk memikirkan diri atau kelompoknya sendiri dan tidak begitu peduli dengan kepentingan kebanyakan. 5 Hanya orang yang bekerja keras yang akan hidup cukup, kemiskinan adalah bukti dari kemalasan. 14 Menerapkan prinsip bisnis dalam lembaga pemerintahan dan menjalankannya seperti selayaknya entitas bisnis dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan publik.
19 Kepentingan Secara umum informan mengakui bahwa kepentingan baik itu kepentingan politik maupun ekonomi mempengaruhi proses pembahasan RUU BPJS di DPR RI. Ada satu menteri yang mengatakan bahwa konsep dari DPR ini seperti menggorok menteri. BUMN uangnya begini banyak, kementerian perlu dana mendadak untuk menyehatkan BUMN yang kecil. Jadi ada banyak kepentingan. pada saat yang sama..ada buruh-buruh yang tidak mau ada BPJS., ada yang demo mendukung, ini semua soal kepentingan (N dari F-PD DPR RI, Ketua Pansus BPJS) Pertarungan kepentingan bahkan menjadi penyebab berlarutlarutnya proses pembahasan RUU BPJS....Birokrasi harus direformasi, tarik-menarik kepentingan membuat proses ini berlarutlarut. Ada perbedaan sudut pandang antara pemerintah dan legislative. Ada ketakutan pada pihak yang BUMN yang menangani jaminan kesehatan askes, taspen, dll. ( L dari F- PKS, Anggota Pansus RUU BPJS)
20 Interest No Pertanyaan 27 Dalam politik setiap individu tidak dapat terlepas dari kepentingan pribadi dan kelompoknya. 30 Berlarut-larutnya penyusunan RUU BPJS terjadi karena perbedaan kepentingan antara DPR, Pemerintah, dan kepentingan industri termasuk farmasi dan badan penyelenggara perasuransian sebelumnya. 31 Dalam penyusunan undang-undang selalu ada benturan kepentingan, jika terjadi kebuntuan (dead lock) harus diselesaikan dengan Lobby, dan pendekatan persuasif serta langkah politis lainnya. 32 Biaya politik dalam penyusunan undang-undang lazim terjadi biasanya diperoleh dari kelompok yang menginginkan atau tidak menginginkan disusunnya sebuah undang-undang.
21 Preferences (Pilihan) Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa sebenarnya menyegerakan RUU BPJS pada akhirnya merupakan pilihan dari sisi policy maker.... Dan banyak ketakutanketakutan yang sebenarnya bisa dijawab. Semakin dikaji semakin membuka jalan bahwa memang ini bisa dilaksanakan. Misalnya hitunghitungan tentang fiscal, sebenarnya ini tidak masalah, bisa. Hanya masalahnya mau atau tidak. ( L dari F-PKS, Anggota Pansus RUU BPJS)...Ini bukan sanggup tidak sanggup, tapi soal political will, bukan kebijakan charity tapi pada kebijakan yang berbasis konstitusi. (R dari F-PDIP, Anggota Pansus RUU BPJS)... Sebenarnya dalam pembahasan UU BPJS ini, anggota pansus bersepakat dalam satu titik bahwa ini memang harus diperjuangkan. Ini menjadi kesadaran dan kesepakatan bersama, pada akhirnya ( L dari F-PKS, Anggota Pansus RUU BPJS)
22 Peran Pressure Group Civil Society Selain peran penting aspek ideologis pada elit dalam hal ini nilai, kepentingan dan pilihan dalam proses penentapan kebijakan, ada faktor lain yang cukup berperan dalam proses pembahasan RUU BPJS ini, yakni peran kelompok penekan (pressure group) dalam kasus ini diwakili oleh gerakan ekstraparlementer atau fraksi balkon. Hal ini dikemukan oleh salah satu informan.... Saya analisa bagaimana ada BPJS, bagaimana buruh mendukung ini, pada moment ini kita lihat konsensus yg terjadi tidak hanya di parlemen tapi juga di ektsra parlementer. Buruh berjuang tidak hanya untuk buruh tapi juga untuk rakyat. Ini suatu hal yg mengharukan sekali. (wawancara dengan R dari F-PDIP, Anggota Pansus RUU BPJS)... Tdk ada UU yang dikawal 8 menteri, tidak ada UU lain yg dikawal publik seperti ini, ada fraksi balkon. Dan itu bukan perjalanan yang gampang untuk membangun konsolidasi sperti itu. (wawancara dengan R dari F-PDIP, Anggota Pansus RUU BPJS)
23 Kesimpulan Proses pembahasan RUU BPJS dipengaruhi oleh bagaimana ideologi termasuk nilai, kepentingan dan pilihan yang ada pada elit yang terlibat dalam pembahasan RUU BPJS ini. Kejelasan ideologi sebagai dasar memandang relasi antara negara dan warganegara, pemerintah dan rakyat amat menentukan kebijakan jaminan sosial dalam berbagai bentuk dan aplikasinya. Kejelasan ideologi ini juga mempengaruhi komitmen politik pemerintah Perbedaan nilai, kepentingan dan pilihan dapat mencapai titik temu, (resolusi dan konsensus) bila terdapat sebuah kepentingan umum yang berlaku universal Civil society (active citizen) dan hadirnya gerakan LSM sebagai pressure group berperan penting dalam penetapan kebijakan untuk mengontrol terakomodasinya kepentingan rakyat banyak. Komunikasi politik dan terbangunnya jaringan yang melibatkan bernagai pihak yang berkepentingan menjadi langkah penting dalam penetapan kebijakan.
24 Daftar Referensi Charlotte Bretherton and Geoffrey Ponton (ed), Global Politics: An introduction (Cambridge, Massachussetts : Blackwell Publishers, 1996 David E Apter, Introduction to Political Analysis, Prentice Hall. Winthtop Publisher, Amerika Serikat. 1978:236- James Anderson, Public Policy Making (2nd Edition) ( New York : Holt, Renehart and Winston, 1969) Theda Skocpol, Negara dan Revolusi Sosial : Suatu Analisis Komparatif Tentang Perancis, Rusia, dan China (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1991), hlm 25 RamlanSurbakti. Memahami Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta.1992:132-3.
25 TERIMA KASIH
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOTAK HITAM SISTEM PENETAPAN KEBIJAKAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 11 No. 02 Juni 2008 Halaman 44-48 Dumilah Ayuningtyas: Kotak Hitam Sistem Penetapan Kebijakan Makalah Kebijakan KOTAK HITAM SISTEM PENETAPAN KEBIJAKAN DAN FAKTOR-FAKTOR
Lebih terperinciFORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014
FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014 DPR hasil Pemilu 2009, akan segera berakhir Kinerja para anggotanya perlu dinilai agar dapat diketahui masyarakat terutama konstituen yang telah memilihnya. Hasil penilaian
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN POLICY BERBEDA DENGAN WISDOM KAJIAN UTAMA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN ADALAH ADALAH KEBIJAKAN PEMERINTAHAN (PUBLIC POLICY) KEBIJAKAN ADALAH WHATEVER GOVERMENT CHOOSE TO DO OR NOT TO
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013
Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pengantar Peneliti memilih topik mengenai partisipasi publik dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan tidak terlepas dari latar belakang keterlibatan peneliti.
Lebih terperinciSTRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN
STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Paparan Metode Penelitian Penelitian tesis ini memfokuskan pada formulasi kebijakan kriminal dalam kaitan fenomena korupsi selama masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperinciDibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciSINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN
SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN LENA MARYANA MUKTI Anggota DPR/MPR RI 2004-2009 Jakarta, 21 Mei 2015 1 PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. POKOK PEMBICARAAN
LAPORAN SINGKAT KOMISI IX DPR RI (BIDANG DEPARTEMEN KESEHATAN, DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, BADAN PENGAWAS OBAT & MAKANAN, DAN BKKBN) -----------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase
BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase Konsolidasi dan Fase Perlawanan. Di Fase Inisiasi, 4 (Empat) Elemen Kelompok Kelompok Kepentingan
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciSistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan
Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TOR (TERM OF REFERENCE) KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS DPR RI DALAM RANGKA MENDAPAT MASUKAN UNTUK PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG DESA KE NEGARA BRAZIL
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR Rl PADA RAPAT PAR1PURNA DPR-RI PEMBUKAAN MASA PERSIDAN(3AN I TAHUN SIDANX3 201D-2011 SENIN,16AGUSTUS2010 Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciPENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
YURISKA, VOL. 2, NO. 1, AGUSTUS 2010 72 PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda ABSTRAK Hubungan
Lebih terperinciANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.
ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional
Lebih terperinciPANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA
PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : KEBIJAKAN PEMERINTAH JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ III HARI/ TANGGAL : SELASA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciTERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan adalah sesuatu yang pasti dijalani oleh seseorang yang terlahir di dunia ini. Hidup itu sendiri adalah hak asasi manusia, wajib dijunjung tinggi keberadaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciPublik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD
Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini
Lebih terperinciAsas Tunggal Partai Politik
Asas Tunggal Partai Politik Asas tunggal Pancasila bagi partai politik (parpol) kembali diperdebatkan. Ada fraksi yang ingin dicantumkan secara eksplisit. Tapi ada yang berpendapat cukup implisit dan bahkan
Lebih terperinciPimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,
PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor
Lebih terperinciPeran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS
Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012
1 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kemerdekaan berserikat,
Lebih terperinci2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA
BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )
KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) A. PENDAHULUAN Masalah keprotokoleran semula diawali dengan adanya pengaturan atas pembukaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciUNIT EKSPLANASI KELOMPOK DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
UNIT EKSPLANASI KELOMPOK DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Kelompok Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Kelompok Dalam Politik Luar Negeri
Lebih terperinciPEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH
PEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH Disampaikan Oleh : DR. Ir. SUHATMANSYAH IS, Msi Direktur Fasilitasi Organisasi Politik dan Kemasyarakatan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciPEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan
PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law
Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciKebijakan Publik Keputusan Kebijakan. 2. Teori Pengambilan Keputusan. 3. Kebijakan Isu Politik
Kebijakan Publik - 2 1. Keputusan Kebijakan. 2. Teori Pengambilan Keputusan. 3. Kebijakan Isu Politik 1 Pengantar KP : hasil kegiatan politik. Hubungan kebijakan (publik) dengan keputusan (politik). Kebijakan
Lebih terperinciMEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)
MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami
Lebih terperinciBAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan
BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan
Lebih terperinciANALISA UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Dr. Ahmad Jamaluddin. Dr. Muhammad Bayu Dento, SE
ANALISA UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL Dr. Ahmad Jamaluddin Dr. Muhammad Bayu Dento, SE Ns. Kokom Komariah, S.Kep PENDAHULUAN Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya
Lebih terperinciPERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain
Lebih terperinciPANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK
PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan
Lebih terperinciORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 DPR RI DAN ASPIRASI MASYARAKAT Minggu, 25 Oktober 2009
Lebih terperinciPolitik & Strategi Nasional
Politik & Strategi Nasional 4 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengerti, memahami, mendalami, menghayati politik dan strategi nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Lebih terperinciPOLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)
A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian
Lebih terperinciPELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si
PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS 2017 Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si KOALISI PEREMPUAN INDONESIA Hotel Ambara, 19 Januari 2017 Pengertian Keadilan dan Kesetaraan Gender
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS
SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS PADA RAPAT PERSIAPAN PENYUSUNAN RKP TAHUN 2005 DAN PEMBAHASAN REPENAS TRANSISI 15 Maret 2004 Para Sekretaris Jendral Departemen
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Acara Rapat Kerja Fraksi Partai Demokrat DPR-RI Jakarta, 26 November 2010
Lebih terperinciDisampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320
Disampaikan oleh : Prof. WILA CHANDRA WILA SUPRIADI Anggota Nomor : AA - 320 Assalamualaikum wr.wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Om Swastiastu MERDEKA! Yang terhormat saudara Pimpinan dan anggota
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha
No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciPartisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa setelah jatuhnya rejim Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, Indonesia kemudian menjadi
Lebih terperinciPEMANTAUAN LEGISLASI. FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH. Sesi 12
F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a PEMANTAUAN LEGISLASI FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH Sumber referensi: Panduan Praktis Pemantauan
Lebih terperinci: DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS.
Disampaikan oleh Anggota DPR RI : A-451 : DR. H. Happy Bone Zulkarnaen, MS. Assalaamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansus, Yang
Lebih terperinciRapat Paripurna DPR RI, 25 Agustus 2015 REPUBLIK INDONESIA
JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN 2016 BESERTA NOTA KEUANGANNYA Rapat Paripurna DPR RI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
Lebih terperinciModul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.
Lebih terperinciBAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA
BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang
Lebih terperinciBAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciDisampaikan Dalam Rapat Pansus Pemilu DPR-Rl, Kamis 12 Juli 2007 Oleh Juru Bicara F-PPP DPR-Rl: Dra. Hj. Lena Maryana Anggota DPR-Rl Nomor: A-26
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Namun demikian
Lebih terperinciMEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA
MEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA UU PEMILU? SETTING SOSIAL- POLITIK KETIKA UU DIPRODUKSI?
Lebih terperinciPENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1
PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap
BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen yang tinggi untuk menjalankan amanat konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 dalam mewujudkan kesejahteraan sosial
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciBahan Diskusi Seminar Kedua
Bahan Diskusi Seminar Kedua CATATAN TERHADAP METODE DAN MEKANISME PEMBAHASAN RUU DI DPR Oleh: Bivitri Susanti Konsultasi Publik Perlindungan HAM Melalui Reformasi KUHP Hotel Santika Slipi Jakarta, 3-4
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciYth. Sdr. Pimpinan Pansus dan Rekan-rekan Anggota Pansus ; Yth. Sdr. Menteri Dalam Negeri beserta Staf ; Para hadirin sekalian yang kami hormati,
PENDAPAT FRAKSI BINTANG PELOPOR DEMOKRASI DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR, DPD, DAN DPRD Disampaikan oleh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciH. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN PADA MASA RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2015-2016 DAERAH PEMILIHAN JAWA TIMUR V ----------- H. TOTOK DARYANTO, SE A-489
Lebih terperinciKecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom
Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Komunikasi dalam Lobi Pengertian Lobi Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan persuasif yang dilakukan oleh satu
Lebih terperinciBab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,
Lebih terperinciDemokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat
PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT
Lebih terperinci