Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE
|
|
- Dewi Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 54 Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE Comparison of Corneal Endothelial Cells Loss After Phacoemulsification between Dispersive- Cohesive Viscoelastic (Soft Shell) and Adaptive Viscoelastic in Hard Density Senile Cataract Elvita Marer, Budiman, Irawati Irfani Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran Cicendo National Eye Centre, Bandung, West Java ABSTRACT Background: Phacoemulsification cataract surgery can cause endothelial damage. Endothelial damage during phacoemulsification is caused by ultrasound energy (power), fluid turbulence, trauma by lens fragment, and the formation of air bubbles. To protect the corneal endothelium during phacoemulsification, we can use two types of dispersive and cohesive viscoelastic simultaneously (soft shell); dispersive viscoelastic not entirely in aspiration, but still coats the endothelium during phacoemulsification. The aim of this study is to compare the corneal endothelial cell loss one month after phacoemulsification cataract surgery between dispersive-cohesive viscoelastic (soft shell) and adaptive viscoelastic in hard lens nucleus. Methods: This study was randomised clinical trials. Subjects were mature senile cataract patients, aged 50 years old, who came to Cataract and Refractive Surgery Unit at Cicendo Eye Hospital. Selection of the sample was consecutive admission, divided into two groups: dispersive-cohesive viscoelastic (soft shell) and adaptive viscoelastic up to 13 samples per group. Examinations of corneal endothelial cells pre-surgical and one month post surgical were performed by a nurse in the diagnostic unit at Cicendo Eye Hospital, Bandung, by using specular microscope. Results: Corneal endothelial cell loss one month post surgery in the soft shell group was cells/mm 2 (59.09%) and adaptive viscoelastic group was cells/mm 2 (60.32%). There was no statistically significant difference between the two groups (p=0.184). Conclusion: Loss of post-operative corneal endothelial cells in cataract degree 5 and 6 was not statistically significant between soft shell an adaptive viscoelastic group. Keywords: phacoemulsification, dispersive-cohesive (soft shell), corneal endothelial cells, specular microscope S ejak prosedur fakoemulsifikasi diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Charles Kelman, dekompensasi kornea pasca bedah merupakan masalah yang penting. Faktor risiko yang berhubungan dengan edema kornea dan kehilangan sel endotel kornea selama tindakan fakoemulsifikasi adalah adanya turbulensi atau pergerakan cairan irigasi, adanya gelembung udara, trauma endotel langsung oleh fragmen lensa, waktu fakoemulsifikasi (phaco time) yang lama, terbentuknya radikal bebas, dan trauma panas akibat energi ultrasound (power) yang dibutuhkan untuk emulsifikasi nukleus lensa. Faktor usia juga dapat mempengaruhi kehilangan sel endotel kornea pasca bedah karena dengan bertambahnya usia, sel akan
2 Ophthalmol Ina 2016;42(1): mengalami kematian dan tidak digantikan melalui proses mitosis, bentuk sel menjadi tidak seragam dan tidak teratur setelah usia tua. 1,2,3 Arshinoff memperkenalkan pemakaian viskoelastik dispersif-kohesif (soft shell) secara bersamaan untuk melindungi endotel kornea selama fakoemulsifikasi dan baik digunakan pada pasien katarak dengan nukleus lensa yang keras. 2,7,8,9 Penelitian oleh Miyata dkk serta Kim dkk menggunakan viskoelastik dispersif-kohesif secara bersamaan (soft shell) aman dan efektif untuk melindungi endotel kornea selama operasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak dengan nukleus lensa yang keras. 7,8 Penelitian ini akan membandingkan antara pemakaian sodium hialuronat 3% dan kondroitin sulfat 4% (Viscoat) bersamaan dengan sodium hialuronat 1% (Provisc) dibandingkan dengan sodium hialuronat 2.3% (Healon-5). METODE Penelitian ini merupakan penelitian prospektif, sebanyak 24 mata pasien katarak senilis derajat lima dan enam (NO5NC5 dan NO6NC6) berdasarkan klasifikasi Lens Opacity Classification System (LOCS) III, usia 50 tahun yang dilakukan tindakan fakoemulsifikasi dengan implantasi lensa intraokular (LIO) di Unit Katarak dan Bedah Refraktif Rumah Sakit Mata Cicendo (RSMC) Bandung mulai bulan November 2014 sampai Februari Pasien dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok I (viskoelastik dispersif-kohesif) dan kelompok II (viskoelastik adaptif). Pasien dengan kelainan kornea, glaukoma, uveitis, diabetes mellitus, sel endotel kornea pra bedah <2.000 sel/mm 2 akan dieksklusi. Pasien dengan komplikasi intrabedah seperti corneal burn, ruptur kapsul posterior, prolaps vitreus, drop nukleus, iridodialisa, dan aspirasi korteks tidak lengkap juga dieksklusi. Semua tindakan bedah dikerjakan oleh satu orang operator. Mata ditetes dengan fenilefrin 1% dan tropikamid 2% untuk dilatasi pupil. Setelah anestesi topikal dibuat groove linier clear corneal sepanjang 2.75 mm di bagian temporal kornea. Pada kelompok I diinjeksikan Viscoat ke dalam bilik mata depan, kemudian diinjeksikan Provisc di bawah Viscoat. Kapsulotomi dengan continuous curvilinear capsulorrhexis (CCC) menggunakan sistotom. Fakoemulsifikasi memakai power renda dan vakum tinggi. Phaco time, phaco energy, dan total surgical time dicatat. Tajam penglihatan diperiksa 1 hari, 1 minggu, dan 4 minggu pasca bedah. Pemeriksaan sel endotel kornea pra-bedah dan 4 minggu pasca bedah menggunakan mikroskop spekular merk SP Data dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan jika data berdistribusi normal atau uji Mann Whitney jika data tidak berdistribusi normal. Kemaknaan hasil uji ditentukan berdasarkan nilai p<0,05. HASIL Tabel 1 memperlihatkan usia terbanyak adalah tahun pada kedua kelompok dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p=0,449). Pasien perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki pada kelompok 1 dan pasien laki-laki sama dengan perempuan pada kelompok 2 dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p=0,408). Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik 1 2 Kemaknaan (n=12) (n=12) Usia Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Derajat kekeruhan nukleus NO5NC5 NO6NC x 2 : chi-square test *berdasarkan uji x 2 bermakna bila p<0.05 x 2 =1,600 p=0,449 x 2 =0,686 p=0,408 x 2 =0,00 p=1,00 Tabel 2 memperlihatkan rerata jumlah sel endotel kornea prabedah untuk kelompok 1 sedikit lebih rendah dibandingkan kelompok 2 (p=0,094). Jumlah sel endotel kornea 1
3 56 Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic Tabel 2. Besarnya kehilangan sel endotel kornea 1 bulan pasca bedah Parameter 1 (n=12) 2 (n=12) Jumlah endotel pra bedah (sel/mm 2 ) 2564, , ,6-2863,5 2404,2-3355,1 Jumlah endotel 1 bulan pasca bedah (sel/mm 2 ) Rerata kehilangan endotel 1 bulan pasca bedah (sel/mm 2 ) Rerata kehilangan sel endotel (%) bulan pasca bedah pada kelompok 1 lebih kecil dibandingkan kelompok 2 (p=0,817). Tabel 2 juga memperlihatkan besarnya kehilangan sel endotel kornea 1 bulan pasca bedah pada kelompok 1 lebih kecil dibandingkan kelompok 2 (p=0,419). Persentase kehilangan sel endotel kornea pada kelompok 1 juga lebih kecil, yaitu sebesar 59,09% dibandingkan kelompok 2 sebesar 60,33% (p=0,184). Berdasarkan Tabel 3 rerata semua parameter intrabedah dalam penelitian ini didapatkan hasil yang hampir sama dan hasil uji statistik dengan uji t tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Tabel 3. Parameter intrabedah Parameter 1 (n=12) 2 (n=12) Kemaknaan Phaco energy (%) 17,30 18,65 14,30-19,70 10,10-30,00 p=0,354 Phaco time (detik) 88,50 86, p=0,371 Effective phaco time (detik) 15,85 15,93 7,15-23,5 3,54-36,0 p=0,864 Total surgical time (detik) 417,25 398,5 (365,56) (336,36) p=0, t: t test *berdasarkan uji t bermakna bila p<0.05 Berdasarkan Tabel 4, rerata tajam penglihatan 1 bulan pasca bedah dengan koreksi terbaik didapatkan hasil yang sama, dengan nilai p=0, ,25 655,8-2102,3 1467,55 321,7-1815,3 59,09 14,31-73,25 Z M-W : Mann Whitney test; *berdasarkan uji Mann Whitney bermakna bila p< ,35 788,2-2599,6 1682,3 376,5-1886,80 60,32 12,65-67,22 Tabel 4. Rerata tajam penglihatan 1 bulan pasca bedah dengan koreksi terbaik Parameter 1 (n=12) 2 (n=12) Kemaknaan Tajam penglihatan 1 bulan pasca bedah 0,8 0,8 0,32-1,00 0,63-1,00 p=0,423 t: t test *berdasarkan uji t bermakna bila p<0.05 DISKUSI Kemaknaan Z M-W =43,00 p=0,094 Z M-W =68,00 p=0,817 Z M-W =58,00 p=0,419 p=0,184 Dalam penelitian ini, rerata jumlah sel endotel kornea pra bedah adalah sebesar 2.564,45 sel/mm 2 pada kelompok 1 dan 2.756,95 sel/mm 2 pada kelompok 2. Rerata kehilangan sel endotel kornea 1 bulan pasca bedah dalam penelitian ini lebih kecil pada kelompok 1, yaitu sebesar 1.467,55 sel/mm 2 dibandingkan kelompok 2 sebesar 1.682,3 sel/mm 2, namun analisis statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p=0,419). Penelitian oleh Miyata dkk pada katarak derajat 3, rerata kehilangan sel endotel kornea 3 bulan pasca bedah adalah sebesar 9,6% pada kelompok soft shell dan 16,3% pada kelompok kontrol, dengan nilai p=0, Penelitian oleh Kim dkk melibatkan katarak dengan kekeruhan nukleus derajat 1, 2, 3, dan 4, kehilangan sel endotel kornea 2 bulan pasca bedah lebih sedikit pada kelompok soft shell dengan kekeruhan nukleus derajat 4, yaitu sebesar 12,2% dengan nilai p=0, Hal ini berbeda dengan yang didapatkan dalam penelitian ini, dimana semua subjek adalah katarak dengan kekeruhan nukleus
4 Ophthalmol Ina 2016;42(1): derajat 5 dan 6, sehingga kehilangan sel endotel kornea 1 bulan pasca bedah jauh lebih besar dibandingkan dengan penelitianpenelitian sebelumnya, yaitu sebesar 59,09% (14,31-73,25%) pada kelompok 1 dan 60,32% (12,65-67,22%) pada kelompok 2. Secara statistik, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p=0,184). Selain itu, faktor ras juga mempengaruhi kedalaman bilik mata depan, bisa saja pasien pada penelitian sebelumnya memiliki bilik mata depan yang lebih dalam dibandingkan penelitian ini, sehingga trauma endotelnya lebih sedikit. Defek pada endotel dapat membaik dalam waktu satu sampai beberapa minggu, tergantung pada beratnya edema kornea. Edema kornea pasca bedah katarak akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Setelah integritas lapisan endotel diperbaiki, fungsi pompa dan sawar endotel segera kembali stabil ditandai dengan deturgensi stroma dan meningkatnya kejernihan kornea. 10,12,13,14 Kornea tampak edema satu hari pasca bedah dalam penelitian ini; edema kornea berkurang saat pasien kontrol selanjutnya, yaitu 1 minggu dan 4 minggu pasca bedah. Hal ini didukung oleh tajam penglihatan yang mengalami kemajuan dan dapat dilakukan koreksi maksimal 1 bulan pasca bedah. Edema kornea yang berat (visus kurang dari 6/60) diberikan obat tetes yang dapat membantu mengurangi edema kornea tersebut sejak hari pertama pasca bedah. 2 Dalam penelitian ini, diberikan obat tetes yang mengandung sodium klorida 50 mg/ml dengan dosis 4x1 tetes/hari. Obat ini menyerap cairan, membuat kornea menjadi dehidrasi sehingga dapat membantu mengurangi edema tersebut. Kornea berpotensi edema jika jumlah sel endotel kornea 800 sel/mm 2. Jumlah sel endotel sel/mm 2 adalah batas minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi kornea normal. Jumlah sel endotel kornea di bawah 500 sel/mm 2 menyebabkan edema kornea permanen akibat peningkatan permeabilitas dan insufisiensi pompa mekanik untuk pengaturan cairan. 2,10,11,12,13 Dalam penelitian ini, jumlah sel endotel pasca bedah paling rendah pada kelompok soft shell sebesar 655,8 sel/mm 2 dan kelompok viskoelastik adaptif sebesar 788,2 sel/mm 2. Terdapat 8 pasien dengan jumlah sel endotel <1.000 sel/mm 2 pada kedua kelompok dan edema kornea secara klinis tampak berkurang saat pasien kontrol 1 minggu dan 4 minggu pasca bedah dan dapat dilakukan koreksi tajam penglihatan 1 bulan pasca bedah. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi pompa endotel masih baik untuk mempertahankan transparansi/kejernihan kornea. Morfologi endotel juga digambarkan dalam ukuran sel (polimegatism/koefisien variasi), yaitu rerata luas sel dibagi dengan standar deviasi luas sel dan bentuk sel (plemorphism/persentase sel heksagonal). Ukuran sel/koefisien variasi akan mengalami pembesaran dan bentuk sel heksagonal akan berubah setelah tindakan bedah katarak. Densitas sel endotel bisa tidak berbeda antara 1 bulan, 2 bulan, ataupun 3 bulan pasca bedah, tetapi ukuran sel yang besar akan kembali ke bentuk normal dan bentuk sel akan kembali ke bentuk heksagonal 3-12 bulan pasca bedah. Ketebalan kornea sentral pasca fakoemulsifikasi kembali ke nilai prabedah pada bulan ke-3 sampai ke-12, sehingga waktu yang tepat untuk mengukur sel endotel kornea adalah minimal 3 bulan pasca bedah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Miyata dkk, namun penelitian oleh Gharaee H dkk (2011) melakukan pengukuran sel endotel kornea 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan pasca bedah fakoemulsifikasi didapatkan hasil yang tidak bermakna. 10,12,13,14,24 Teknik fakoemulsifikasi sebaiknya menggunakan power yang rendah dengan vakum yang tinggi untuk memecah nukleus lensa. 2 Hal ini sudah diterapkan dalam penelitian ini dengan rata-rata power yang digunakan sebesar 30%, vakum sebesar mmhg dan flow rate sebesar cc/menit, dan trauma pada endotel dapat terjadi disebabkan oleh tingginya turbulensi cairan maupun trauma endotel oleh fragmen lensa selama fakoemulsifikasi. Rerata effective phaco time pada kelompok 1 adalah sebesar 15,85 detik, dengan rerata phaco energy sebesar 17,3% dan phaco time sebesar 88,50 detik. Rerata effective phaco
5 58 Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic time pada kelompok 2 adalah sebesar 15,93 detik, dengan phaco energy sebesar 18,65% dan phaco time sebesar 86 detik. Effective phaco time pada kelompok 1 hampir sama dengan kelompok 2 (p=0,864). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Miyata dkk yang melibatkan katarak derajat 3 atau lebih, dimana phaco time pada kelompok yang memakai viskoelastik dispersif-kohesif adalah lebih besar jika dibandingkan kelompok kohesif, namun phaco energy dan phaco time pada penelitian tersebut lebih besar dibandingkan penelitian ini, walaupun dilakukan pada katarak derajat sedang atau lebih, yaitu 44,9% dan 93,5 detik pada kelompok soft shell serta 46,6% dan 72,9 detik pada kelompok kohesif. 8 Hal ini juga bisa berhubungan dengan keahlian operator yang sudah berpengalaman dalam penelitian ini, sehingga phaco time dan phaco power yang digunakan kecil, walaupun dilakukan pada katarak dengan kekeruhan nukleus derajat 5 dan 6. Total surgical time adalah waktu yang dicatat sejak insisi kornea sampai hidrasi kornea. Total surgical time antara kedua kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Rerata total surgical time pada kelompok 1 adalah lebih lama (417,25 detik) dibandingkan kelompok 2 (398,5 detik). Secara statistik, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p=0,572. Total surgical time yang didapatkan dari penelitian Miyata dkk adalah lebih lama dibandingkan penelitian ini, yaitu sebesar 767 detik pada kelompok soft shell dan lebih lama dibandingkan kelompok kontrol, yaitu sebesar 610 detik. 8 Hal ini juga berhubungan dengan keahlian dan pengalaman operator. Tajam penglihatan 1 bulan pasca bedah dengan koreksi terbaik didapatkan hasil yang hampir sama antara kedua kelompok. Satu pasien pada kelompok 1 memiliki tajam penglihatan 0,32 dengan koreksi terbaik disebabkan oleh fibrosis vitreus yang menutupi aksis visual dari pemeriksaan funduskopi. Banyaknya cairan viskoelastik yang diinjeksikan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan endotel intrabedah, tetapi dalam penelitian ini tidak ditetapkan berapa banyak volume viskoelastik yang diinjeksikan selama tindakan fakoemulsifikasi, hal ini merupakan keterbatasan dalam penelitian ini. 7,8 Viskoelastik jenis kohesif tidak sebaik viskoelastik adaptif dalam membentuk bilik mata depan dan melebarkan pupil, sehingga saat fakoemulsifikasi bilik mata depan bisa saja menjadi sedikit dangkal. Kondisi ini menyebabkan trauma pada endotel kornea, sehingga ditambahkan viskoelastik dispersif untuk melindungi endotel kornea. Viskoelastik adaptif sangat baik dalam membentuk bilik mata depan dan melebarkan pupil, sehingga mempermudah manipulasi intrabedah. Di samping itu, viskoelastik adaptif ini juga bersifat dispersif, tergantung situasi intrabedah. 2,4,5,6 Hal ini juga dapat menyebabkan hasil yang hampir sama antara kedua kelompok. Hipotesis ini tidak diterima secara statistik, kemungkinan berhubungan dengan kekurangan dan keterbatasan yang telah disebutkan di atas, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini secara statistik. Referensi 1. West SK. Looking forward to 20/20: focus on the epidemiology of eye disease. Epidemiology Reviews. Vol. 22. No. 1. USA: The John Hopkins University School of Public Health, Soekardi I, Hutauruk JA. Transisi menuju fakoemulsifikasi: langkah-langkah menguasai teknik dan menghindari komplikasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Granit, 2004; American Academy of Ophthalmology. Lens and cataract. Section 11. Basic and Clinical Science Course ; Colvard DM. Understanding the Clinical Behavior of Ophthalmic Viscoelastic Devices. Chapter Mahar PS. Ophthalmic viscosurgical devices (OVDs): past, present and future. Pakistan Journal of Ophthalmology 2012;28(2): Masket S. Clinical update on advances in ophthalmic viscosurgical devices. The State of OVDs. Based on A Roundtable Discussion Held at the 2009 American Academy of Ophthalmology Meeting in San Fransisco, Calif Kim H, Joo CK. Efficacy of the soft shell technique using Viscoat and Hyal J Cataract Refractive Surgery 2004;30: Miyata K, Nagamoto T, Maruoka S, Tanabe T. Efficacy and safety of the soft shell technique in cases with a hard lens nucleus. J Cataract Refractive Surgery 2002;28:
6 Ophthalmol Ina 2016;42(1): Steve A, Arshinoff A. Dispersive-cohesive viscoelastic soft shell technique. J Cataract Refractive Surgery 1999;25: American Academy of Ophthalmology. External disease and cornea. Section 8. Basic and Clinical Science Course ; American Academy of Ophthalmology. Fundamentals and principles of ophthalmology. Section 2. Basic and Clinical Science Course ; Jorge CW, Martinez P, Juan R, Larrocea O. Endothelial and morphological changes in anterior segment induced by 1.8 mm microcoaxial phacoemulsification and implantation of single piece hydrophilic acrylic IOL. Mexico: Department of Ophthalmology, Instituto Nacional the Rehabilitation 13. McCarey BE. Clinical specular microscopy. Corneal endothelial cell morphology. Georgia, Atlanta (USA): Emory University Eye Center 14. Nujits R. Modern technique can significantly reduce endothelial cell loss after cataract surgery. PhacoTechnology. 15. Kristiawan AY, Budiman, Syumarti. Perbandingan penurunan jumlah sel endotel kornea pada teknik fakoemulsifikasi menggunakan viskoelastik natrium hialuronat 2.3% dan natrium hialuronat 1.5%. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Mata Cicendo; Siska. Musa RM. Memed FK. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keratopati bullosa pasca bedah katarak. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Mata Cicendo; Marer E, Boesoirie SF, Budiman. Karakteristik dan tajam penglihatan pasca bedah katarak fakoemulsifikasi. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Mata Cicendo; Fregard TJ. The physical basis of transparency of the normal cornea. Royal College of Ophthalmologists 1997: Muller LJ, Marfurt CF, Kruse F, Tervo TMT. Corneal nerve: structure, content, and function. Helsinki University Eye Hospital 2003: Richard J, Hoffart L, Chavane F, Ridings B. Corneal endothelial cell loss after cataract extraction by using ultrasound phacoemulsification versus a fluid based system. Vol 27. Number 1. Lippincott Williams & Wilkins; 2008
BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab kebutaan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pembedahan masih merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari bahasa Yunani yakni katarraktes yang berarti air terjun karena pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan angka kebutaan diseluruh dunia sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Lebih terperinciMuhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT
Perbandingan Peningkatan Tekanan Intraokular pada Pasien Post Operasi Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular dibandingkan dengan Fakoemulsifikasi di AMC Yogyakarta pada Tahun 2011-2012 The Comparison of Intraocular
Lebih terperinciPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
TESIS KEHILANGAN SEL ENDOTEL KORNEA PASCA FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS DENGAN DIABETES MELITUS LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN TANPA DIABETES MELITUS YULIA DEWI SUANDARI PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kornea merupakan dinding depan bola mata yang transparan dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kornea merupakan dinding depan bola mata yang transparan dan merupakan jaringan yang avaskular. Lapisan kornea dari luar ke dalam adalah epitel, membrana bowman, stroma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya(ilyas,
Lebih terperinciPERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR.
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciJST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN
JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : 66 73 ISSN 2252-5416 ASTIGMAT KORNEA ANTERIOR SETELAH FAKOEMULSIFIKASI DENGAN INSISI KORNEA TEMPORAL UKURAN 2,75 MILIMETER PADA PENDERITA KATARAK Anterior Corneal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornea merupakan jaringan yang transparan dan avaskuler yang membentuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kornea 2.1.1 Anatomi dan Histologi Kornea Kornea merupakan jaringan yang transparan dan avaskuler yang membentuk permukaan anterior bola mata dengan ukuran diameter horizontal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indera penglihatan merupakan organ vital bagi manusia untuk memperoleh informasi dalam bentuk visual yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, yaitu sebesar 51% (WHO, 2012). Perkiraan insiden katarak di Indonesia adalah 0,1%/tahun atau setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah setiap keeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya yang disebabkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak menurut American Academy of Ophtamology (AAO) adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa sehingga cahaya tidak bisa difokuskan dengan tepat kepada retina.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan
Lebih terperinciIntraocular Pressure Fluctuation after Cataract Surgery: Comparison between Phacoemulsification & Small-Incision Cataract Surgery
Ophthalmol Ina 2016;42(1):45-49 45 ORIGINAL ARTICLE Intraocular Pressure Fluctuation after Cataract Surgery: Comparison between Phacoemulsification & Small-Incision Cataract Surgery Banu Aji Dibyasakti,
Lebih terperinciPEMBERIAN ASAM ASKORBAT ORAL MENGHAMBAT PENURUNAN DENSITAS SEL ENDOTEL KORNEA PASCA FAKOEMULSIFIKASI
TESIS PEMBERIAN ASAM ASKORBAT ORAL MENGHAMBAT PENURUNAN DENSITAS SEL ENDOTEL KORNEA PASCA FAKOEMULSIFIKASI NOVIANTI PRIMASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PEMBERIAN ASAM
Lebih terperinciAKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY
AKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY ACCURACY OF INTRAOCULAR LENS POWER CALCULATION IN PATIENTS WITH AXIAL MYOPIA USING OPTICAL BIOMETRY Rahma
Lebih terperinciPerbedaan Tajam Penglihatan Pra dan Pasca Bedah Katarak dengan Uveitis
Ophthalmol Ina (2015) 41:1 89 Original Article Perbedaan Tajam Penglihatan Pra dan Pasca Bedah Katarak dengan Uveitis Ronny Gushalf, Erna Tjahyaningtyas, Budiman Department of Ophthalmology, Faculty of
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah restrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien yang menjalani operasi katarak dengan
Lebih terperinciPERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NISAUL AMALIA RAHMAWATI
Lebih terperinciAdditional Intraocular Surgery after Pediatric Cataract Surgery
294 Original Article Additional Intraocular Surgery after Pediatric Cataract Surgery Mario R Papilaya, Feti K Memed, Andrew M Knoch Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Padjadjaran University
Lebih terperinciPERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.
i PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Kesehatan Mata
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2008
HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN... 85 HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA MADE INTAN SHANTIVANI
UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS KESINTASAN PERBEDAAN WAKTU KESEMBUHAN PASIEN KATARAK MENURUT JENIS OPERASI YANG DILAKUKAN MADE INTAN SHANTIVANI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak sebagian besar timbul pada usia tua. Terkadang hal ini disebut juga sebagai katarak terkait usia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 KERANGKA TEORI 2.1. Astigmatisma 2.1.1. Pengertian Astigmatisma Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina
Lebih terperinciPERBANDINGAN SENSIBILITAS KORNEA SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS
PERBANDINGAN SENSIBILITAS KORNEA SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS Putu Ayu Wulansari 1, Kentar Arimadyo 2, Tuntas Dhanardhono 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat dalam berbagai kondisi patologis seperti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kornea 2.1.1 Anatomi dan Histologi Kornea Kornea adalah jaringan transparan dan avaskular yang menutupi bagian depan bola mata. Kornea dibatasi oleh konjungtiva di perifer bagian
Lebih terperinciOleh: Esti Widiasari S
HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN INJEKSI DEPOT-MEDROXYPROGESTERONE ACETATE (DMPA) DENGAN KADAR ESTRADIOL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Lebih terperinciARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCA OPERASI KATARAK SENILIS DI RSUP. DR. KARIADI SEMARANG PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2007 (Antara Operator Dokter Spesialis Mata dan Calon Dokter Spesialis Mata Tahap
Lebih terperinciPERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI
PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Melissa Donda
Lebih terperinciGlaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?
Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.
Lebih terperinciSOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata
Lebih terperinciKEAKURATAN TAJAM PENGLIHATAN HASIL BIOMETRI DENGAN HASIL KOREKSI KACAMATA BERDASARKAN AXIAL LENGTH
KEAKURATAN TAJAM PENGLIHATAN HASIL BIOMETRI DENGAN HASIL KOREKSI KACAMATA BERDASARKAN AXIAL LENGTH PADA PASIEN KATARAK SENILIS PASCAFAKOEMULSIFIKASI DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciJurnal Oftalmologi Indonesia JOI. Vol. 8. No. 1 Desember 2011
14 Jurnal Oftalmologi Indonesia JOI Vol. 8. No. 1 Desember 2011 Ketebalan Kornea Sentral pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebelum dan Setelah Fakoemulsifikasi Baswara Nandhiwardhana E.W, Wimbo Sasono
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR
KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR ANTARA PERAWAT DENGAN DOKTER SPESIALIS OBSTETRI-GINEKOLOGI DI LABORATORIUM CITO YOGYAKARTA Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata. atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan baik, sel-sel
Lebih terperinciThe Incident of Postoperation Complication with Phacoemulsification at PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1
The Incident of Postoperation Complication with Phacoemulsification at PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1 Angka Kejadian Komplikasi Pasca Bedah Katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi di RS PKU Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI
PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI LAPORAN AKHIR HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011
PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 011 DESEMBER 011 1 Dwi Ananda Thayeb J.S.M Saerang Laya M. Rares 1Kandidat SKRIPSI Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. 1 Di Indonesia, satu orang menjadi buta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata merupakan organ sensoris yang sangat vital. Delapan puluh persen informasi diperoleh dari penglihatan
Lebih terperinciKEBERHASILAN OPERASI PADA TRABEKULEKTOMI DENGAN DAN TANPA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA 2%
KEBERHASILAN OPERASI PADA TRABEKULEKTOMI DENGAN DAN TANPA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA 2% Elsa Gustianty, Andika Prahasta, R. Maula Rifada Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posterior Capsular Opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling umum dari operasi katarak yang terjadi pada pasien setelah operasi katarak fakoemulsifikasi dengan implantasi
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011 Lukas Jesse Tangguh, 2012, Pembimbing I : L. K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan diseluruh dunia. Oleh karena itu, terjadi pergeseran paradigma oftalmologi dari rehabilitasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 KERANGKA TEORI II.1.1 DEFINISI Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan
Lebih terperinciinduced astigmatism yang rendah. Sayangnya dalam beberapa kondisi teknik operasi fakoemulsifikasi tidak bisa dilakukan, misalnya pada daerah dengan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutaan saat ini masih merupakan masalah gangguan penglihatan di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) tentang angka kebutaan global, didapatkan
Lebih terperinciPERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KOAGULOPATI DAN KADAR SERUM LAKTAT SEBAGAI INDIKATOR MORBIDITAS DAN MORTALITAS PADA KASUS MULTIPEL TRAUMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Eka Prasetia Wijaya 1, Chairiandi Siregar 2
Lebih terperinciKatarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)
KONSEP MEDIK. Pengertian Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara) 2. Etiologi Ketuaan, biasanya dijumpai
Lebih terperinciAgia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ
Agia Dwi Nugraha 2007730005 Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Fisiologi lensa : Fungsi utama memfokuskan berkas cahaya ke retina. Kerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Katarak adalah keadaan di mana lensa mata mengalami kekeruhan akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang yang mengalami katarak
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH BERMAIN VIDEO GAME TIPE ENDLESS RUNNING TERHADAP WAKTU REAKSI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 Kedokteran Umum
Lebih terperinciPERBEDAAN EFEK PEREGANGAN AKUT SELAMA 15 DAN 30 DETIK TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI OTOT BICEPS BRACHII. Oleh : RUDY TANUDIN
PERBEDAAN EFEK PEREGANGAN AKUT SELAMA 15 DAN 30 DETIK TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI OTOT BICEPS BRACHII Oleh : RUDY TANUDIN 090100058 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERBEDAAN EFEK
Lebih terperinciPERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
Lebih terperinciNama Jurnal : European Journal of Ophthalmology / Vol. 19 no. 1, 2009 / pp. 1-9
Judul Jurnal : Efektifitas Penggunaan Levofloxacin Yang di Berikan Tiga Kali Sehari Untuk Pengobatan Konjungtivitis Bakterial Ditinjau Secara Klinis dan Mikrobiologis Nama Jurnal : European Journal of
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien katarak senilis pascaoperasi fakoemulsifikasi di Rumah Sakit PKU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tajam Penglihatan Fungsi penglihatan mata dapat dikarakterisasikan dalam lima fungsi utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap kontras,
Lebih terperinciBerdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:
MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. BEDAH KATARAK FAKOEMULSIFIKASI DENGAN PENANAMAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. BEDAH KATARAK FAKOEMULSIFIKASI DENGAN PENANAMAN LENSA INTRAOKULAR Bedah Katarak fakoemulsifikasi kembali diperhatikan sejalan dengan berkembangnya teknik bedah mikro dan
Lebih terperinciARTIKEL KARYA ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran
PERBEDAAN VISUAL OUTCOME PASCAOPERASI KATARAK DISERTAI PENANAMAN INTRAOCULAR LENS ANTARA PENDERITA KATARAK SENILIS TANPA DIABETES MELLITUS DENGAN DIABETES MELLITUS NON-RETINOPATI ARTIKEL KARYA ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR ABOUT RISK FACTOR OF CEREBROVASKULAR
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda
PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA Jurnal Media Medika Muda Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN)
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA PUZZLE TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN ANAK PRASEKOLAH (5-6 TAHUN) Studi Dilakukan di PAUD Widya Kusuma & PAUD Bina Mekar OLEH : NI WAYAN YATI
Lebih terperinciPERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan teknik operasi katarak yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Insisi di
Lebih terperinciSURAKARTA. Persyaratan Memperoleh G commit to user
JUMLAH SEL T CD4+ +PASIEN HIV KOINFEKSI HCV RNA POSITIF DAN NEGATIF RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Khilyat Ulin Nur Zaini G0012108
Lebih terperinciSKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015
SKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015 Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Katolik Widya Mandala
Lebih terperinciKata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT (BKMM) PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2014 Meisye S. Hanok*, Budi T. Ratag*, Reiny A. Tumbol** *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN
PROPORSI PENGGUNAAN TEKNIK BEDAH DAN MORTALITAS PENYAKIT GASTROSCHISIS DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2010 2012 Ratih Purnamasari Nukana 1 dan I Made Darmajaya 2 1 Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciPerbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi Tunggal dan Kombinasi Vitrektomi - Sklera Bukle
ARTIKEL PENELITIAN Wowo Masthuro Mahfud, Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder... Mutiara Medika Vol. 14 No. 1: 46-50, Januari 2014 Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Tinjauan Pustaka 1. LENSA KRISTALINA ANATOMI Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciI KOMANG AGUS SETIAWAN
TESIS USIA LEBIH DARI 45 TAHUN, JUMLAH LEKOSIT, RIWAYAT KONSUMSI ALKOHOL DAN KONSUMSI OBAT NSAID SEBAGAI FAKTOR RISIKO PADA ULKUS PEPTIKUM PERFORASI DI BAGIAN BEDAH RSUP SANGLAH I KOMANG AGUS SETIAWAN
Lebih terperinciABSTRAK PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK PADA RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2015
ABSTRAK PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK PADA RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2015 Katarak merupakan penyebab dominan kebutaan yang dapat dicegah didunia dan bertanggung jawab terhadap 75%
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Lebih terperinciPenurunan Tekanan Intraokular Pascabedah Katarak pada Kelompok Sudut Bilik Mata Depan Tertutup dan Terbuka
Penurunan Tekanan Intraokular Pascabedah Katarak pada Kelompok Sudut Bilik Mata Depan Tertutup dan Terbuka Rakhma Indria Hapsari, Andika Prahasta, Sutarya Enus Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas
Lebih terperinciSKRIPSI PERBANDINGAN ASTIGMATISMA PRA DAN PASCA OPERASI KATARAK DENGAN TEKNIK FAKOEMULSIFIKASI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA
SKRIPSI PERBANDINGAN ASTIGMATISMA PRA DAN PASCA OPERASI KATARAK DENGAN TEKNIK FAKOEMULSIFIKASI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA Oleh: Nama : Okky Imanuel Samatha NRP : 1523013067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
Lebih terperinciJUMLAH SEL T CD4+ PASIEN HIV KOINFEKSI HCV RNA POSITIF DAN NEGATIF RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA SKRIPSI
JUMLAH SEL T CD4+ PASIEN HIV KOINFEKSI HCV RNA POSITIF DAN NEGATIF RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Khilyat Ulin Nur Zaini G0012108
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi
ABSTRAK Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak yang menempel pada gigi dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa. katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
Lebih terperinciPERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU
PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik. Kebutaan yang diakibatkan karena
Lebih terperinciFollow-up dilakukan 1 jam, 1 minggu, 1 bilan, 1 tahun, dan 3 tahun pos operasi.
STABILITAS KAPSUL POSTERIOR DAN KEJADIAN OPASIFIKASI KAPSUL POSTERIOR (KATARAK SEKUNDER) PADA OPERASI KATARAK MIKROINSISI DENGAN LENSA INTRAOKULER DESAIN PLATE-HAPTIC: UJI ACAK 3 TAHUN ABSTRAK Tujuan Untuk
Lebih terperinciPERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN
PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN TERAPI CUCI HIDUNG CAIRAN ISOTONIK NACL 0,9% DIBANDINGKAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi, alat ortodontik cekat, pasta gigi, enzim amyloglucosidase, enzim glucoseoxidase.
iv ABSTRAK Pemakaian alat ortodontik cekat menyebabkan kesulitan dalam mengendalikan plak sehingga rata-rata indeks plak menjadi lebih tinggi. Salah satu cara mencegah akumulasi plak adalah dengan menyikat
Lebih terperinciSKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I NYOMAN AGUS PRADNYA WIGUNA KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, perubahan masyarakat, pemahaman cara belajar, serta kemajuan media komunikasi dan informasi memberikan tantangan tersendiri bagi kegiatan
Lebih terperinci