Follow-up dilakukan 1 jam, 1 minggu, 1 bilan, 1 tahun, dan 3 tahun pos operasi.
|
|
- Adi Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STABILITAS KAPSUL POSTERIOR DAN KEJADIAN OPASIFIKASI KAPSUL POSTERIOR (KATARAK SEKUNDER) PADA OPERASI KATARAK MIKROINSISI DENGAN LENSA INTRAOKULER DESAIN PLATE-HAPTIC: UJI ACAK 3 TAHUN ABSTRAK Tujuan Untuk membandingkan stabilitas kapsul posterior dan opasifikasi kapsul posterior (PCO) antara lensa intraokuler (IOL) plate-haptic dan lensa intraokuler standar three-piece open loop-haptic dengan bahan yang sama, yaitu acrylic. Metode Pada penelitian acak tersamar ganda ini, setiap pasien menjalani operasi katarak mikroinsisi IOL (MICS IOL; Acri.Smart 46S=CT SHERIS 209M) pada 1 mata dan operasi katarak insisi kecil IOL (SICS IOL; AcriLyc 53N=CT 53N, both Carl Zeiss Meditec AG, Germany) sebagai control pada mata kontralateral. Follow-up dilakukan pada 1 jam pertama, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, dan 3 tahun posoperasi. Kedalaman bilik anterior diukur dan retroiluminasi dilakukan pada setiap follow-up. Selanjutnya, visus tanpa koreksi, visus dengan koreksi, autorefraksi, dan refraksi subjektif juga dinilai. Hasil Total 50 mata dari 25 pasien. Perbedaan kedalaman bilik anterior antara MICS IOL dan SICS IOL tidak signifikan pada semua poin (p>0.05). Visus dengan koreksi pada follow-up 3 tahun sama dan perbedaannya tidak signifikan antara kedua grup (p=0.48). Rata-rata skor AQUA pada grup MICS IOL dan pada SICS IOL pada follow-up 3 tahun adalah 2.3 (SD ±2.3) dan 2.1 (SD±2.2), berturut-turut (p=0.79). Kesimpulan IOL MICS hidrofilik acrylic plate-haptic dengan permukaan hidrofobik menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan dengan IOL SICS dalam hal stabilitas kapsul posterior dan kejadian opasifikasi kapsul posterior sampai 3 tahun dengan bahan yang sama. Salah satu teknik yang paling baru dalam operasi katarak adalah MICS, dimana insisinya hanya 2.0 mm atau kurang, sedangkan SICS insisinya 2.5 mm. untuk MICS, bahan lensanya diemulsifikasi secara bimanual atau dengan single coaxial handpiece yang tipis. Keuntungannya adalah kejadian astigmatisma cornea menurun, insiden infeksi karena resistensi yang lebih tinggi pada luka sampai deformasi menurun dan risiko komplikasi menurun, seperti prolaps iris selama operasi pada pasien dengan sindrom iris floppy intraoperatif (IFIS). Bagaimanapun, hanya model-model IOL tertentu yang dapat diimplan melalui insisi yang sedemikian kecil. Model IOL MICS-compatible yang diinjeksikan
2 melalui insisi yang kecil ini memiliki plate-haptic untuk menetapkan IOL ke tengah kapsul posterior sama seperti IOL silicon foldable pada tahun 1980an. Desain standar tertentu untuk IOL SICS adalah open-loop haptic single-piece atau multipiece, yang tidak hanya menjamin sentralisasi yang baik dalam kapsul posterior tapi juga menentukan stabilitas refraktif posoperatif, sebaik mungkin sehubungan dengan inhibisi opasifikasi kapsul posterior ketika digandengkan dengan tepi optic posterior tajam. IOL MICS monoblok dipikirkan berpotensi memiliki insiden PCO yang lebih tinggi karena kurangnya lengkung kapsul posterior pada tepi optic tajam karena daerah sambungan haptic-optic yang luas, yang dapat menyebabkan sel epitel lensa (LECs) berpindah ke belakang optic IOL. Ditambah lagi, IOL MICS dibuat dari bahan acrylic hidrofilik, dimana karena mekanikalnya kelihatannya lebih cocok untuk implantasi melalui sistem injector IOL yang sangat kecil. Kejadian PCO yang lebih tinggi ditunjukkan pada bahan hidrofilik mungkin karena bahannya atau tepi optic yang kurang tajang dibandingkan bahan hidrofobik. Desain haptic IOL sangat penting untuk mempertahankan stabilitas aksial dan rotasional IOL. Tujuan utama studi ini adalah untuk membandingkan stabilitas kapsul posterior dan perkembangan PCO pada IOL plate-haptic dan IOL three-piece open loophaptic dengan bahan yang sama, yaitu acrylic, difollow-up sampai jangka waktu yang lama. METODE Uji acak tersamar ganda ini memasukkan pasien-pasien yang sudah terjadwal untuk operasi katarak bilateral. Kriteria inklusinya adalah usia 40 tahun atau lebih dan visus dengan koreksinya lebih dari 1/20 Snellen. Kriteria eksklusinya antara lain sindrom pseudoeksfoliasi, glaucoma, atau degenerasi retinal. Semua penelitian dan pengukuran mengikuti prinsip Helsinki, dan studi ini telah disetujui oleh komite etik local di London. Informed Consent dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan prosedur operasi. Setiap pasien menjalani operasi MICS IOL (Acri.Smart 46S=CT SHERIS 209M) pada 1 mata dan SICS IOL (AcriLyc 53N=CT 53N, both Carl Zeiss Meditec AG, Germany) sebagai kontrol pada mata kontralateral agar ada perbandingan intraindividual. Mata kedua dioperasi dalam 4 minggu. Mata pertama menggunakan tipe IOL secara acak dengan metode amplop. Ramdomisasi dilakukan dengan sistem komputer oleh seseorang yang tidak terlibat dalam studi ini. Pasien dan pemeriksa tidak mengetahui alokasinya, dan ahli bedah juga tidak mengetahui alokasinya sampai tiba waktu implantasi IOL.
3 IOL yang Diteliti dan Operasinya MICS menggunakan IOL single-piece pada studi ini, dengan optic equiconvex 6.0 mm dan dengan panjang 11.0 mm. IOL ini tidak kaku dan desain haptic dan optiknya menunjukkan persegi dengan sudut dipotong. Bahannya adalah acrylate copolymer yang dapat dilipat (fofldable) dengan absorber ultraviolet, 25% air pada status hidrasi penuh dan permukaan yang hidrofobik. Konstanta A optimal untuk SKR/T formula power IOL adalah 118.3, dan indeks refraktif IOL (kering) adalah q.51 dan 1.46 setelah hidrasi. Ketebalan tepi antara mm. keluaran refraktif dan penampilan visual IOL ini menunjukkan hasil yang baik. IOL SICS sebagai control (acrylic 53N) terdiri dari bahan yang sama seperti IOL MICS. IOL ini merupakan three-piece loop-haptic dengan optic bikonveks 6.0 mm dan total diameter 13.0 mm. C-loop haptic merupakan polymethyl methacrylate dan memiliki pembengkokan 5 0. Semua pasien dioperasi menggunakan teknik fakoemulsifikasi insisi kecil standar oleh 2 ahli bedah (OF dan VM). Kedua mata setiap pasien dioperasi oleh ahli bedah yang sama. Pada semua kasus, dilakukan insisi temporal 2.5 mm. bilik anterior diisi dengan bahan viskoelastik dan kapsuloreksis curvilinear yang kontinyu dibuat dengan ukuran sedemikian sehingga IOL rhexis overlap setelah implantasi IOL. Setelah hidrodiseksi dan fakoemulsifikasi, ahli bedah tidak lagi disamarkan dengan tipe IOL. IOL yang terlipat diimplantasikan di kapsul posterior dengan alat injector. Setelah implantasi ILO, ambil bahan viskoelastik dari belakang IOL, kapsul posterior, dan bilik anterior. Penatalaksanaan posoperatif terdiri dari deksametason dan kloramfenikol tetes mata 4x sehari selama 4 minggu. Pemeriksaan Preoperatif dan Posoperatif Sebelum operasi, teknologi interferometri koheren parsial (IOL-Master software V.5.1; Carl Zeiss Meditec AG, Germany) dilakukan untuk mengukur panjang aksial mata dan K-reading kornea. Formula SKR/T digunakan untuk menghitung power IOL dan target refraksi yaitu emmetropia (0.0D sampai -0.5D) atau -2.5D untuk pasien yang ingin tetap miopi setelah operasi katarak. Follow-up dilakukan 1 jam, 1 minggu, 1 bilan, 1 tahun, dan 3 tahun pos operasi. Kedalaman bilik anterior (ACD) diukur menggunakan inferometri koheren parsial (AC-Master, Carl Zeiss Meditec AC. Germany) 1 jam, 1 minggu, 1 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
4 Visus dengan koreksi dan tanpa koreksi ditentukan dengan backlit ETDRS chart (Precision Vision, USA) pada jarak 4 m; autorefraksi pada mode IOL (Topcon Corporation, Tokyo, Japan dan refraksi subjektif menggunakan metode crosscylinder dilakukan pada setiap follow-up. Skor subjektif untuk menganalisis ACO adalah 0-3 menggunakan slitlamp. Untuk menilai PCO, ukuran rhexis dan sentralisasi IOL, retroilumunasi dilakukan pada setiap follow-up psoperasi. Untuk tujuan ini, kami menggunakan kamera digital (EOS 5D, Canon, Japan) menjulang pada Slitlamp Zeiss 30 modifikasi (Carl Zeiss Meditec AG, Germany) dengan sebuah flashlight eksternal, yang menyediakan iluminasi koaksial dari flash pack melaui kabel serat optic ke kamera. Alat ini menghasilkan iluminasi pada seluruh gambar artefak flash yang relative kecil, dan dapat diproduksi baik. Semua gambar digital ditranser ke personal computer dan disimpan dalam hard disc untuk evaluasi kemudian. PCO secara objektif dievaluasi pengukuran entropi gambar retroiluminasi menggunakan sebuah software analisis gambar otomatis (AQUA) dengan skor antara 0-10, dimana 0 mengindikasikan kapsul yang jernih dan 10 mengindikasikan PCO berat. Lebih jauh, software AQUA member daerah rhexis. Pada bagian hasil, diameter rhexis ditunjukkan (didefinisikan sebagai d=2* Analisis Statistik ditambah lagi, sentrasi diobservasi pada semua gambar retroiluminasi. Untuk analisis statistic, digunakan Microsoft Exel 2008 untuk Mac (Microsoft, USA) dengan Statplus:mac V plug-in (AnalystSoft, USA), setara SPSS V.19.0 untuk Mac (IBM, USA). Data deskriptif selalu ditunjukkan sebagai mean, 95% CI mean, SD, dan range. Untuk perbandingan bilateral, paired t test dan Wilcoxon test digunakan (tergantung pada fakta jika hasil terdistribusi normal ataupun tidak normal). Data non metric dibandingkan menggunakan x 2 test. Untuk membandingkan pengukuran mata yang sama pada waktu yang berbeda, digunakan analisis varian/ analisis kovarian untuk pengukuran ulang. Lebih jauh, digunakan scatter plots, boox plots dan error bars untuk membandingkan 2 IOL yang berbeda. HASIL
5 Total 50 mata dari 25 pasien dimasukkan dalam studi ini. Rata-rata usia semua pasien adalah 69.0 tahun (SD 7.2), tiga pasien telah dikeluarkan dari studi karena komplikasi (dalam 1 kasus IOL telah diimplantasikan pada sulkus, satu kasus rupture kapsul posterior dan satu kasus terjadi sindrom distensi kapsular setelah diobservasi posoperasi), dan satu pasien tidak mau melanjutkan ikut studi ini setelah 1 mata dioperasi. Dari 21 pasien, 17 pasien mengikuti follow-up sampai 1 tahun dan 16 pasien mengikuti hingga 3 tahun ( 2 pasien pulang ke negara asal, 1 pasien tidak bisa hadir karena masalah kesehatan umum, 1 pasien pindah rumah dan tidak dapat dihubungi dan 1 pasien tidak mau menghadiri follow-up pada 1 tahun). ACD untuk IOL MICS dan IOL SICS ditunjukkan pada tabel 1 dan gambar 1,A,B. Perbedaan antara IOL MISC dan IOL SICS tidak bermakna pada setiap poin waktu (1 jam: p=0.8;1 minggu:p=0.66; 1 bulan:p=0.87; 1 tahun:p=0.68). Visus dengan koreksi pada follow-up 3 tahun sama dan tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p=0.48) antara kedua grup (IOL MICS: log MAR; CI: ±0.08; SD:±0.17). Pada follow-up 3 tahun, ACO berat, sedang, ringan, dan tanpa ACO diobservasi masing-masing 70%, 36%, 57% dan 0% pada grup IOL MICS dan 0%, 43%, 57%, dan 0% pada grup IOL SICS (n=32 mata), berturut-turut. Perbedaan ini tidak bermakna (p=0.62).
6 Rata-rata skor AQUA untuk PCO pada grup IOL MICS dan grup IOL SICS pada follow-up 3 tahun adalah 2.3 (CI:±0.4; SD: ±2.3; max: 5.6) dan 2.1 (CI: ±0.5; SD:±2.2; max: 6.4; gambar 2), berturut-turut (n=26 eyes) perbedaan ini tidak bermakna (p=0.79). Pada keseluruhan, 6 mata membutuhkan Nd:YAG kapsulotomi laser antara follow-up 1 tahun dan 3 tahun, 3 mata pada grup IOL MICS dan 3 mata pada grup IOL SICS (mata-mata ini tidak dianalisis dengan software AQUA). Lebih jauh, tidak ada perbedaan bermakna secara statistic pada ukuran rhexis saat follow-up 3 tahun (grup MICS : 4.9 mm; SD: 0,4 mm dan grup SICS: 4.9 mm; SD 0.3 mm; p=0.52). Tidak ditemukan desentrasi lebih dari 1 mm. DISKUSI Pengenalan MICS pada operasi katarak menghasilkan penurunan yang bermakna dari astigmatisma karena operasi dan berpotensi meningkatkan resistensi luka terhadap deformasi. Bagaimanapun, IOL MICS telah memenuhi persyaratan khusus terkait toleransi pada kompresi tinggi selama proses implantasi ditambah lagi menghasilkan stabilitas kapsul posterior yang baik dan kejadian PCO yang rendah. IOL MICS plate-haptic yang digunakan dalam studi ini memenuhi syarat terkait kemampuan dilipat, tidak menunjukkan kerusakan saat diinjeksikan dengan injector MICS khusus. Lebih jauh, Prinz dkk menunjukkan bahwa IOL MICS yang digunakan pada studi kami ini stabil dalam kapsul posterior terkait rotasi, yang sesuai dengan desain toric IOL ini. Bagaimanapun, pergeseran ACD pada IOL MICS ini belum pernah diteliti sebelumnya. Pada studi kami, IOL MICS plate-haptic menunjukkan pergeseran yang sedikit berlawanan pada bulan pertama yang tidak terungkap dibandingkan IOL SICS. Selama follow-up 1 bulan dan 1 tahun, IOL bergeser maju sedikit dengan hasil ACD yang sangat mirip dibandingkan dengan control IOL SICS pada follow-up 1 tahun. Temuan mirip ditemukan pada IOL plate-haptic yang lain. Wehner dkk mengamati keluaran refraktif yang baik setelah implantasi IOL dengan model yang sama dengan studi kami. Bagaimanapun, keluaran refraktif merupakan variabel yang lemah untuk menilai pergeseran ACD pada sebuah IOL posoperasi karena refraksi subjektif bukan metode yang akurat dan dampak dari pergeseran ACD yang sama pada keluaran refraktif berbeda pada mata pendek dibandingkan mata yang panjang. Hasil PCO untuk IOL MICS tidak bermakna perbedaannya dibandingkan dengan control IOL SICS pada studi ini. Kejadian Nd:YAG yang mirip diamati oleh Spyridaki dkk, yang mengamati kejadian Nd:YAG 20% 850 hari setelah operasi katarak. Skor PCO yang rendah ini dapat dijelaskan dengan ketebalan tepi yang relatif besar pada IOL plate-haptic ( µm 9 ) yang bekerja sebagai barier mekanik untuk sel epitel lensa. Penjelasan lain untuk rendahnya skor PCO adalah
7 permukaan yang hidrofobik pada IOL MICS dan dapat juga karena tepi optic yang lebih tajam dibandingkan dengan IOL hidrofobik acrylic yang lain. Studi ini menunjukkan bahwa MICS IOL hidrofilik acrylic plate-haptic dengan permukaan hidrofobik menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan dengan SICS IOL dalam hal stabilitas kapsul posterior dan kejadian opasifikasi kapsul posterior sampai 3 tahun setelah operasi dengan bahan yang sama.
BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posterior Capsular Opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling umum dari operasi katarak yang terjadi pada pasien setelah operasi katarak fakoemulsifikasi dengan implantasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien katarak senilis pascaoperasi fakoemulsifikasi di Rumah Sakit PKU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan diseluruh dunia. Oleh karena itu, terjadi pergeseran paradigma oftalmologi dari rehabilitasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MIOPIA Miopia merupakan gangguan tajam penglihatan, dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan retina. Miopia terjadi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah restrospektif analitik dengan melihat rekam medis pasien yang menjalani operasi katarak dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak sebagian besar timbul pada usia tua. Terkadang hal ini disebut juga sebagai katarak terkait usia.
Lebih terperinciREFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc
REFRAKSI Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc REFRAKSI PENGANTAR Mata : Media refraksi Media refrakta Pilem : Retina Sifat bayangan retina? Kesadaran di otak? REFRAKSI PADA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KORNEA 2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea Kornea adalah struktur yang luar biasa, sebagai media transparan, suatu jaringan yang tidak mengandung pembuluh darah, diameter
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tajam Penglihatan Fungsi penglihatan mata dapat dikarakterisasikan dalam lima fungsi utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap kontras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya(ilyas,
Lebih terperinciSOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 KERANGKA TEORI II.1.1 DEFINISI Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indera penglihatan merupakan organ vital bagi manusia untuk memperoleh informasi dalam bentuk visual yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Lebih terperinciAKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY
AKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY ACCURACY OF INTRAOCULAR LENS POWER CALCULATION IN PATIENTS WITH AXIAL MYOPIA USING OPTICAL BIOMETRY Rahma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 KERANGKA TEORI 2.1. Astigmatisma 2.1.1. Pengertian Astigmatisma Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas cahaya jatuh sebagai suatu fokus titik di retina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Definisi Kelainan refraksi atau ametropia adalah suatu keadaan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya katarak sangat berhubungan dengan faktor usia. Meningkatnya usia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Katarak Katarak merupakan penyebab terbanyak kebutaan di dunia. Proses terjadinya katarak sangat berhubungan dengan faktor usia. Meningkatnya usia harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah setiap keeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang
Lebih terperinciO P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
O P T I K dan REFRAKSI SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER SINAR MATA (Organ Penglihatan) KORNEA + 43 D B M D Media optik PUPIL LENSA + 20 D MEDIA REFRAKSI BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia, yaitu sebesar 51% (WHO, 2012). Perkiraan insiden katarak di Indonesia adalah 0,1%/tahun atau setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan
Lebih terperinciMuhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT
Perbandingan Peningkatan Tekanan Intraokular pada Pasien Post Operasi Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular dibandingkan dengan Fakoemulsifikasi di AMC Yogyakarta pada Tahun 2011-2012 The Comparison of Intraocular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelainan refraksi atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari bahasa Yunani yakni katarraktes yang berarti air terjun karena pada
Lebih terperinciBerdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:
MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak menurut American Academy of Ophtamology (AAO) adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa sehingga cahaya tidak bisa difokuskan dengan tepat kepada retina.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kornea merupakan dinding depan bola mata yang transparan dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kornea merupakan dinding depan bola mata yang transparan dan merupakan jaringan yang avaskular. Lapisan kornea dari luar ke dalam adalah epitel, membrana bowman, stroma,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat dalam berbagai kondisi patologis seperti
Lebih terperinci(Anterior surface Curvature) (Posterior surface Curvature)
Lensa kontak : setiap lensa yang diletakkan pada permukaan kornea dan sklera. Why Contact Lenses? Superior method of correcting refractive error Maximizes field of view Minimizes aberrations No frame BASIC
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi organ penglihatan Gambar 2.1. Anatomi bola mata Mata merupakan sebuah bola yang berisi cairan dengan diameter kurang lebih 24 mm. 8 Secara garis besar
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata.
23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP dr. Kariadi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di klinik Instalasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI A. DEFENISI Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir pada tahun pertama kehidupan dan merupakan salah satu penyebab kebutaan pada
Lebih terperinciJST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN
JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : 66 73 ISSN 2252-5416 ASTIGMAT KORNEA ANTERIOR SETELAH FAKOEMULSIFIKASI DENGAN INSISI KORNEA TEMPORAL UKURAN 2,75 MILIMETER PADA PENDERITA KATARAK Anterior Corneal
Lebih terperinciKMN Klinik Mata Nusantara
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea mata. Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan
Lebih terperinciDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata di BPRSUD Kota Salatiga
REFERAT KATARAK SENILIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata di BPRSUD Kota Salatiga Diajukan kepada dr. H. Djoko Luzono, Sp. M. Disusun oleh Wahyu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang. Laser-Assisted insitu Keratomileusis (LASIK) adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedah refraksi merupakan teknik manajemen miopia yang sangat berkembang. Laser-Assisted insitu Keratomileusis (LASIK) adalah salah satu teknik bedah yang lebih banyak
Lebih terperincimaka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.
Pemeriksaan Refraksi Subjektif dan Objektif 1. Pemeriksaan Visus Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai Snellen Chart atau dengan chart jenis lainnya. Jarak antara kartu Snellen dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata merupakan alat indra penglihatan yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
Lebih terperinciLASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)
Nama : IRRENA RAMAHADI NIM : 15308071 LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) Latar belakang adanya LASIK (Laser Assisted In Situ Keratomileusis) ini adalah banyaknya pengguna kacamata dan kontak
Lebih terperinciImagine your life without CONTACT LENSES & GLASSES Bayangkan hidup anda tanpa lensa kontak & kacamata
Imagine your life without CONTACT LENSES & GLASSES Bayangkan hidup anda tanpa lensa kontak & kacamata LASIK (Laser Assisted in-situ Keratomileusis) Lasik adalah prosedur koreksi penglihatan terkini dengan
Lebih terperinciSTANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN KESEHATAN MATA
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN KESEHATAN MATA UPT KESEHATAN INDERA MASYARAKAT (KIM) PROVINSI SUMATERA UTARA DAFTAR ISI. I. KEGIATAN DALAM GEDUNG A. RAWAT JALAN.. PELAYANAN RAWAT JALAN a. Alur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan angka kebutaan diseluruh dunia sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab kebutaan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pembedahan masih merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang menderita katarak mempunyai pengelihatan yang kabur seolah-olah dibatasi oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katarak Kata katarak berasal dari bahasa Latin cataracta, yang berarti air terjun, karena orang menderita katarak mempunyai pengelihatan yang kabur seolah-olah dibatasi oleh
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP dr.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014 di bagian rekam medis RSUD Dr. Moewardi. Populasi subyek pada penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian hubungan gangguan tidur dengan terjadinya miopia pada anak merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 2. LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu, saya dr. Wina Fuad Lubis akan melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Keratometri sebelum dan Setelah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata. atau dewasa (Vaughan dan Asbury, 2009)
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi Bola Mata Bola mata merupakan organ penglihatan manusia yang menempati bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata diameter
Lebih terperinciExcimer Laser Photorefractive Keratectomy pada Hipermetropia
Excimer Laser Photorefractive Keratectomy pada Hipermetropia Pendahuluan Ada beberapa teknik pembedahan untuk mengkoreksi hipermetrop. Hal ini termasuk holmium laser thermo-keratoplasty, automated lamellar
Lebih terperinciREFRAKSI ENAM PRINSIP REFRAKSI 3/28/2017. Status refraksi yang ideal : EMETROPIA. Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi
REFRAKSI RIA SANDY DENESKA Status refraksi yang ideal : EMETROPIA Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi Pada mata EMMETROPIA : kekuatan kornea +lensa digabungkan untuk memfokuskan
Lebih terperinciGlaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?
Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prosedur Refraksi adalah salah satu prosedur elektif
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur Refraksi adalah salah satu prosedur elektif yang paling sering dilakukan dan akan terus populer dengan semakin halusnya pengerjaan teknik ablasi dan meningkatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Tinjauan Pustaka 1. LENSA KRISTALINA ANATOMI Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang
Lebih terperinciABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011
ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011 Lukas Jesse Tangguh, 2012, Pembimbing I : L. K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata. atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan baik, sel-sel
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah kuasi experimental dengan rancangan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah kuasi experimental dengan rancangan perlakuan tunggal one group pre and post test design.kuasi experimental dimaksudkan adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa
Lebih terperinciTatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.
Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak,
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan
BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. KERANGKA KONSEPSIONAL Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang di teliti.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 DEFINISI ANAK Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 23 tahun 2002 Tentang perlindungan anak, yang dimaksud anak menurut Undang-undang tersebut adalah
Lebih terperinciBAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia
Lebih terperinciGambar 2.1 Anatomi Mata
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisologi Mata Gambar 2.1 Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula).
Lebih terperinciHarri Prawira Ezeddin. Ked
Author : Harri Prawira Ezeddin. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2010 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk 0 PENDAHULUAN Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan mobilisasi dengan penyembuhan luka pada pasien. Subjek yang diteliti
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimen dengan jenis penilitian adalah kuantitatif. Sedangkan design penelitian ini termasuk design observasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata. Mata sering disebut
Lebih terperinciBAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL
BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL GLOBE DIMENSI MATA OTOT MATA KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL KELOPAK MATA BULU MATA CONJUCTIVA SCLERA KORNEA BILIK/RONGGA
Lebih terperinciPERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC
Lebih terperinciOPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN
OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN Pembentukan Bayangan pada Cermin Pembentukan bayangan maya pada cermin datar CERMIN
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW Jurnal Media Medika Muda Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ginekologi. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan
Lebih terperinciReimplantasi Lensa Setelah Komplikasi Operasi Katarak
Artikel Penelitian Reimplantasi Lensa Setelah Komplikasi Operasi Katarak Lens Reimplantation After Cataract Surgical Complication Gilbert W. S. Simanjuntak Departemen Oftalmologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. KERANGKA TEORI Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu: 1. Miopia 2. Hipermetropia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tajam penglihatan merupakan salah satu komponen dari fungsi penglihatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tajam Penglihatan 2.1.1 Pengukuran tajam penglihatan Tajam penglihatan merupakan salah satu komponen dari fungsi penglihatan. Tajam penglihatan sentral dapat diukur menggunakan
Lebih terperinciComparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE
54 Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE Comparison of Corneal Endothelial Cells Loss After Phacoemulsification
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi. 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anisometropia yang merupakan salah satu gangguan penglihatan, adalah suatu keadaan dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi. 1,2 Anisometropia pada anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
Lebih terperinciObat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius
Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subjects design) (Bakta, 2000; Suryabrata, S. 2002). Rancangan
Lebih terperinciKATARAK SENILIS IMATUR
Laporan Kasus KATARAK SENILIS IMATUR Oleh : Utami Handayani 0802005154 Ina Atmaja 0802005126 PEMBIMBING: dr. Ariesanti Tri Handayani, Sp.M DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ablasi retina merupakan salah satu penyakit yang mengancam penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi menunjukkan bahwa angka kejadian
Lebih terperinciAlat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda
Alat optik Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda lain dengan lebih jelas. Beberapa jenis yang termasuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. BEDAH KATARAK FAKOEMULSIFIKASI DENGAN PENANAMAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. BEDAH KATARAK FAKOEMULSIFIKASI DENGAN PENANAMAN LENSA INTRAOKULAR Bedah Katarak fakoemulsifikasi kembali diperhatikan sejalan dengan berkembangnya teknik bedah mikro dan
Lebih terperinciKatarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)
KONSEP MEDIK. Pengertian Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara) 2. Etiologi Ketuaan, biasanya dijumpai
Lebih terperinciKETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG
KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG Membaca, menulis, mengamati dengan jarak sangat dekat Berjalan banyak tersandung
Lebih terperinciDiagnosa banding MATA MERAH
Diagnosa banding MATA MERAH Konjungtivitis Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma Kongestif Akut Visus Normal Tergantung letak infiltrat Menurun perlahan, tergantung Menurun ak letak radang Hiperemi konjungtiva
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tepat di retina (Mansjoer, 2002). sudah menyatu sebelum sampai ke retina (Schmid, 2010). Titik fokus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Miopia a. Definisi Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Katarak adalah keadaan di mana lensa mata mengalami kekeruhan akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang yang mengalami katarak
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW MF Ayu Maharani 1, Fifin Luthfia Rahmi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1
Lebih terperinci