BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Inge Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Guided Inquiry a. Pengertian Guided Inquiry Inquiry termasuk dalam bahasa Inggris yang secara harfiah memiliki arti penyelidikan. Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan (Yuniyanti, Sunarno & Haryono, 2012). Inquiry merupakan suatu metode yang menggunakan hasil penelitian untuk mempelajari dan menjelaskan suatu fakta yang ada (Colburn, 2000). Siswa dapat menganalisis seluruh data yang mereka kumpulkan dan dapat menarik suatu kesimpulan. Hasil dari penyelidikan atau penelitian yang berupa informasi juga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan teori dari siswa (Kitot, Ahmad & Seman, 2010). Menurut Abdul Rahim Abdul Rashid (1999), inquiry memiliki arti bertanya kepada seseorang untuk mendapat jawaban dari apa yang telah dipelajari oleh orang tersebut. Jawaban tersebut didapat siswa melalui upaya memahami, mengoleksi data, menganalisis, membuat kesimpulan dan pada akhirnya dapat mengumpulkan semua hal tersebut untuk memecahkan suatu permasalahan dengan logis. Inquiry adalah suatu proses untuk mencari dan menginvestigasi suatu permasalahan, membuat suatu hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan membuat suatu kesimpulan dari masalah tersebut (Kitot, Ahmad & Seman, 2010). Hal ini juga diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Omardin bahwa untuk menjawab suatu permasalahan dengan menggunakan proses inquiry, maka siswa harus melewati beberapa tahap, yaitu: observasi masalah, membuat suatu hipotesis, merancang percobaan dan refleksi. Osborne (2010) mengatakan bahwa dengan melakukan proses inquiry, siswa dapat meningkatkan pemahaman konseptual dan keterampilan argumentasi. 6
2 7 Keterampilan argumentasi yang meningkat dapat membantu siswa dalam membangun pemahaman terhadap konsep-konsep sains (Yore, 2009) Menurut (Bell et al, 2005) mengatakan bahwa ada beberapa tipe dari inquiry, yaitu confirmation inquiry (inkuiri konfirmasi), dimana siswa mengonfirmasi suatu teori atau prinsip berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan; structured inquiry (inkuiri terstruktur), dimana guru memberikan permasalahan dan siswa diminta menyelesaikan masalah tersebut secara runtut dan terstruktur; guided inquiry (inkuiri terbimbing), pada tipe ini siswa mendapat bimbingan dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pada pokok permasalahan; open inquiry (inkuiri terbuka atau bebas), disini siswa melakukan aktivitas inquiry secara mandiri dimulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan percobaan sampai menarik suatu kesimpulan. Guided inquiry adalah salah satu tipe dari inquiry yang menitikberatkan perencanaan dan bimbingan berawal dari guru untuk meningkatkan keterampilan pada siswa di masa depan (Kuhlthau et al, 2007). Guided inquiry dapat menambah keberanian dalam berkomunikasi karena adanya guidance atau bimbingan yang akan menuntun siswa untuk berinteraksi sosial dengan kelompoknya. Menurut Damayanti dan Ngazizah (2013) guided inquiry cocok diterapkan pada siswa jenjang lanjutan pertama dan menengah dikarenakan siswa pada jenjang ini masih sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari seorang guru. Guided inquiry dapat membantu siswa untuk berpikir dan memecahkan masalah yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan membangun pengetahuan mereka secara mandiri dengan berinteraksi dengan lingkungan di dalam kelas (Chang, et al., 2010). Puspita & Jatmiko (2013) menjelaskan menjelaskan beberapa karakteristik guided inquiry, yaitu adanya keaktifan siswa untuk menyajikan suatu masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data dan menyusun suatu kesimpulan atau argumentasi sesuai dengan kejadian dan pengamatan. Karakterisitik lain yang terlihat pada guided inquiry adalah adanya
3 8 bimbingan dari guru, namun guru tidak terlihat dominan, guru hanya bertindak sebagai organisator dan fasilitator. b. Langkah-langkah Guided Inquiry Menurut Kuhlthau, et al. (2007) proses dalam inquiry mempunyai beberapa tingkatan meliputi initiation, pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memulai proses penyelidikan dengan memperhatikan beberapa sumber serta menyiapkan keputusan untuk memilih suatu topik; selection, dimana siswa memilih topik umum mengenai proyek yang mereka angkat di kelas; exploration, pada proses ini siswa mencari atau mengeksplor informasi mengenai topik yang dipilih. proses ini adalah tahap yang sulit untuk sebagian besar siswa karena akan menimbulkan kebingungan dan frustasi yang diakibatkan banyak keraguan dari informasi yang telah meraka dapatkan; formulation, dimana siswa mulai membuat suatu kerangka penelitian berdasarkan informasi yang telah mereka peroleh; collection, proses ini mengikuti setelah proses sebelumnya, yaitu formulation. Siswa mengumpulkan semua informasi yang mendukung terhadap topik yang dipilih; presentation, proses ini merupakan puncak dari proses inquiry karena siswa siap untuk membagi pengetahuan yang mereka dapatkan selama pembelajaran; assessment, proses ini melibatkan guru dan siswa untuk menilai semua yang telah dipelajari mengenai konten, proses dan semua yang dibutuhkan saat pembelajaran. Wening (2007) menguraikan tahap-tahap dalam pembelajaran inquiry, yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, membuat deduksi untuk menggeneralisasikan prediksi dari hipotesis, membuat rancangan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian, membuat suatu kesimpulan, dan mempresentasikan atau menjelaskan hasil dari penelitian. Menurut Scott, Tomasek & Matthew (2010) inquiry memiliki beberapa tahapan, yaitu observe, formulate inquiry question, develop Hypotesis, design investigation, conduct investigation, analyze data dan communicate.
4 9 c. Kelebihan dan Kekurangan Guided Inquiry Kelebihan yang dimiliki guided inquiry menurut Opara & Oguzor (2011) adalah siswa ikut aktif dalam pembelajaran melalui penyelidikan. Efek positif yang dihasilkan dari aktifnya siswa dalam pembelajaran adalah meningkatnya keterampilan proses, khususnya pada pelajaran biologi. Menurut Kuhlthau, et al. (2007) guided inquiry memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pemahaman dalam membaca, penggunaan bahasa, keterampilan menulis, pembelajaran kooperatif dan kemampuan bersosialisasi. Lee (2011) juga berpendapat bahwa Guided inquiry dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil sebuah keputusan dari suatu permasalahan di dalam pembelajaran. Kemampuan ini didapat dari kegiatan siswa yang melakukan aktivitas secara langsung seperti melakukan penelitian, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Guided inquiry tidak hanya memiliki kelebihan saja, tetapi juga memilki kelemahan. Menurut Hanafiah & Suhana (2009) guided inquiry memiliki kelemahan, yaitu siswa harus memiliki persiapan baik dari segi mental. Jumlah siswa dalam pembelajaran juga berpengaruh terhadap guided inquiry. Semakin banyak siswa, maka proses inquiry kurang memuaskan. d. Potensi Guided Inquiry dalam Memberdayakan Keterampilan Berargumentasi Siswa Penerapan inquiry didalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep dari siswa (United States National Research Council (NRC), 1996). Pemahaman konsep yang baik disebabkan oleh salah satu kompetensi yang didapat saat melakukan proses inquiry, yaitu pada saat siswa mengkomunikasikan argumentasi mereka (NRC, 2000). Menurut The United States National Science Teachers Association (2004) menjelaskan bahwa inquiry adalah proses yang tepat untuk memahami konten di dalam pembelajaran sains. Siswa belajar mengeksplor, mengumpulkan fakta dari informasi yang didapatkan, menyusun suatu argumen, membangun penjelasan berdasarkan informasi yang ada dan mengomunikasikan serta mempertahankan pendapat atau kesimpulan yang ditulis (Chang, et al., 2010).
5 10 Inquiry dapat meningkatkan kemampuan berinteraksi siswa dalam pembelajaran sains. Melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, siswa mampu membangun sendiri pengetahuan mereka dari argumentasi teman yang lain (NRC, 1996). Hal ini tentu harus didukung oleh kemampuan guru dalam mengondisikan dialog di dalam kelas agar siswa dapat mengkritisi, dan mengonfirmasi pengetahuan yang sedang diperbincangkan (Wood, 1999) 2. Keterampilan Berargumentasi a. Pengertian Argumentasi Toulmin (1958) menjelaskan bahwa argumentasi adalah proses menghubungkan antara data dan informasi untuk menghasilkan suatu ide atau gagasan yang kuat dan tepat. Argumentasi dapat digunakan untuk mempelajari informasi sains yang akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menjelaskan sebab akibat dari suatu kejadian (Trend, 2009). Hal ini akan berpengaruh pula pada kemampuan siswa untuk membangun suatu pengetahuan sains yang baru dan membangun mental yang baik. Keterampilan berargumentasi merupakan suatu keterampilan yang dapat membantu siswa untuk membangun sebuah prediksi (Driver, Newton & Osborne, 2000). Keterampilan dalam mengemukakan argumentasi dapat dikatakan sebagai salah satu proses kreatif karena siswa harus menghubungkan pendapat mereka dengan pengetahuan sains yang ada (Saracaloglu, Aktamis & Delioglu, 2011). Keterampilan dalam mengungkapkan ide atau argumentasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan sains (Simon, Erduran & Osborne, 2006). Adanya keterampilan berargumentasi dalam sains, siswa dapat lebih menggali konsepkonsep sains dan juga belajar menerapkan metode ilmiah disaat akan membenarkan atau menyangkal sebuah pendapat (Demircioglu, et al., 2012). Proses dari berargumentasi mengharuskan siswa untuk membuat suatu klaim, menggunakan data untuk mendukung klaim dan memakai suatu alasan yang kuat untuk membenarkan suatu klaim. Dewasa ini keterampilan dalam berargumentasi digunakan sebagai bagian dari praktek sains yang menjadi kebutuhan di dalam pendidikan sains
6 11 (Duschl & Schweingruber, 2007). Kemampuan berargumentasi dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa cara, yaitu menganalisis hasil interviu terhadap peserta didi yang terlibat dalam argumentasi, rekaman argumentasi yang dibangun, pendapat-pendapat siswa selama proses pebelajaran dan penulisan essai (Sampson & Clark, 2008). Menurut Duschl & Osborne (2002) menyatakan bahwa dengan menekankan proses berargumentasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan literasi sains pada siswa. Kemampuan lain yang dapat ditingkatkan dengan melakukan proses berargumentasi didalam pembelajaran adalah pengetahuan konten materi pembelajaran (Zohar & Nemet, 2002), kemampuan berpikir tingkat tinggi (Eskin & Berkiroglu, 2008), kemampuan berinteraksi atau berkomunikasi (Marttunen, 1994) dan kemampuan dalam memberikan suatu alasan (McNeil & Pimentel, 2010). b. Aspek Argumentasi Menurut Toulmin (1958) keterampilan berargumentasi dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu claim, penegasan tentang apa yang sedang dipelajari atau nili-nilai yang dipertahankan; data, pernyataan yang digunakan sebagai bukti untuk mendukung claim tersebut; warrant, pernyataan yang menjelaskan hubungan data dengan claim; backing, pernyataan yang digunakan untuk memperkuat warrant; qualifier, memunculkan perbandingan kekuatan dari data yang ditujukan pada claim oleh warrant; rebuttal, pernyataan sanggahan atau pernyataan yang bertentangan dengan claim, data, warrant, backing maupun qualifier. c. Upaya Mengembangkan Keterampilan Berargumentasi Keterampilan berargumentasi merupakan keterampilan yang digunakan untuk mengkoordinasikan antara fakta dengan pendapat dari sebuah kejadian (Osborne, Erduran & Simon 2004). Hal ini tentu membutuhkan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa, contohnya adalah inquiry. Hal ini dikuatkan oleh Kuhn (1993) bahwa inquiry dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menarik suatu alasan yang kuat atau dapat mengemukakan argumentasi yang logis.
7 12 B. Kerangka Berpikir Persaingan masa depan khususnya dunia pekerjaan membutuhkan seseorang yang memiliki berbagai kecakapan. Kecakapan atau keterampilan ini diharapkan muncul dari hasil pembelajaran di sekolah. Salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja adalah keterampilan berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan terbangun ketika seorang individu dapat menerapkan proses berargumentasi yang baik. Keterampilan berargumentasi dapat digunakan seorang siswa untuk mengemukakan gagasan atau ide-ide yang dapat menyelesaikan permasalahan dalam materi pembelajaran dengan menggunakan data dan fakta sebagai pendukungnya. Hasil observasi di kelas X-4 SMA N 3 Boyolali menunjukkan kurangnya siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru secara baik dan terpercaya. Banyak siswa yang hanya menjawab seadanya dan malu-malu dalam menjawab. Diskusi yang dilakukan oleh para siswa jarang dan cenderung pasif. Model pembelajaran yang digunakan guru belum dapat melatih siswa dalam berargumentasi dengan baik. Penggunaan model pembelajaran yang efektif dan tepat merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan berargumentasi. Adanya pembaharuan proses pembelajaran akan berakibat pada meningkatnya keterampilan berargumentasi siswa khususnya argumentasi lisan. Peningkatan keterampilan berargumentasi berhubungan dengan model pembelajaran yang digunakan. Tindakan yang diambil pada penelitian ini adalah dengan menerapkan Guided Inquiry untuk meningkatkan keterampilan berargumentasi. Model pembelajaran ini dibangun melalui menyajikan masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data serta membuat kesimpulan. Langkah-langkah yang ada di guided inquiry akan meningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat dan berargumentasi. Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah suatu penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berargumentasi siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan guided inquiry pada tiap siklus. Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.
8 13 MASALAH : Keterampilan berargumentasi kurang PENYEBAB : 1. Diskusi yang dilakukan oleh siswa lemah atau jarang 2. Kurangnya rasa percaya diri 3. Kurang sistematis dalam menjawab pertanyaan 4. Model pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau teacher center. AKIBAT : 1. Kemampuan berkomunikasi secara lisan siswa kurang 2. Siswa kurang sistematis dan logis dalam menjawab pertanyaan guru 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran berkurang SOLUSI : Model pembelajaran yang mampu meningkatkan siswa dalam berargumentasi PENERAPAN GUIDED INQUIRY Sintaks : 1. Observe 2. Formulate inquiry question 3. Develop hypothesis 4. Design investigation 5. Conduct investigation 6. Analyse data 7. Communicate MANFAAT : 1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengajukan suatu pertanyaan 2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk aktif dalam mengemukakan pendapatnya 3. Meningkatkan kemampuan analisis siswa dari sebuah fakta 4. Mampu memilih solusi terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah TARGET : Keterampilan berargumentasi lisan siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
9 14 C. Hipotesis Tindakan Penerapan guided inquiry dapat meningkatkan keterampilan berargumentasi lisan siswa kelas X-4 SMA N 3 Boyolali tahun pelajaran 2014/2015.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik untuk mendukung kinerja saat melaksanakan tugas. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan era globalisasi abad 21 ditandai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Fildzah Amalia, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan peradaban pada masa kini seringkali dihadapkan dengan segudang masalah, dilema dan teka-teki mengenai apa yang kita butuhkan untuk membuat
Lebih terperinci2015 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI COMPETING THEORIES TERHADAP KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMA PADA MATERI ELASTISITAS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran fisika tentunya tidak hanya dihadapkan dengan segudang fakta, setumpuk teori maupun sederetan prinsip dan hukum, namun lebih diarahkan kepada pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ideide baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Problem Solving. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberi penekanan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan salah satu mata pelajaran dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang bukan hanya kegiatan penyampaian konsep atau informasi dari guru kepada siswa,
Lebih terperinciSkripsi. Oleh: Alanindra Saputra K
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DI KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012 Skripsi Oleh: Alanindra
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kualitas Argumentasi Argumentasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah argumen atau pendapat siswa yang dikemukakan lisan dalam diskusi kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan dalam bidang ilmu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
175 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Telah berhasil dikembangkan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) melalui serangkaian kegiatan analisis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Banyudono Tahun Pelajaran 2014/2015. Sekolah berlokasi
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang demikian cepat di era globalisasi ini. Untuk mengantisipasi tantangan globalisasi tersebut dibutuhkan sumber daya
Lebih terperinci2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Fisika merupakan bagian dari rumpun ilmu dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mempelajari fisika sama halnya dengan mempelajari IPA dimana dalam mempelajarinya tidak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembelajaran Biologi yang tercantum dalam KTSP adalah Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 adalah era digital dengan perkembangan serta penyebaran informasi yang semakin luas dan cepat. Persaingan global dalam era digital membutuhkan lebih dari sekadar
Lebih terperinciANALISIS TES ARGUMENTASI MATERI TERAPUNG DAN TENGGELAM
ANALISIS TES ARGUMENTASI MATERI TERAPUNG DAN TENGGELAM Viyanti 1, Cari 2, Widha Sunarno 3, Zuhdan Kun Prasetyo 4 1 Program Studi Doktor Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret 2,3
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARGUMEN-BASED SAINS INQUIRY (ABSI)
PROFIL KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARGUMEN-BASED SAINS INQUIRY (ABSI) Agus Budiyono Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Kean dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Madura
Lebih terperinciINKUIRI DAN INVESTIGASI IPA
INKUIRI DAN INVESTIGASI IPA A. INVESTIGASI Sains terbentuk dari proses penyelidikan yang terus-menerus. Hal yang menentukan sesuatu dinamakan sebagai sains adalah adanya pengamatan empiris. PPK Jatim (2008:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat terwujud melalui generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini akan dijelaskan mengenai mengenai kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian. Mulai dari perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kemajuan inovasi kurikulum berpengaruh kepada hasil belajar siswa, dalam setiap proses belajar mengajar ditekankan pada pendekatan student center
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai ilmu dasar, matematika dipelajari pada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai hasil dari sesuatu yang dilihat, diketahui atau didengar. Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan
Lebih terperinci2015 PENALARAN ILMIAH (SCIENTIFIC REASONING) SISWA SEKOLAH BERORIENTASI LINGKUNGAN DAN SEKOLAH MULTINASIONAL
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran sains pada hakikatnya bukanlah suatu kegiatan pasif dalam rangka mentransfer pengetahuan, dimana siswa hanya menerima informasi berupa konsep
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus diarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Segala macam upaya dilakukan untuk perbaikan dalam pengajaran di sekolah terlebih untuk mata pelajaran fisika dewasa ini. Yang diperbaiki dan diperbaharui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ingin menjawab pertanyaan melalui analisis terhadap hubungan antara variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu proses pembelajaran, pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan tertentu yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru. Tujuan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual, manual, dan sosial yang digunakan. Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu faktor yang mendasar majunya suatu negara. Untuk mampu bersaing, suatu negara harus mengupayakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas, serta akan berdampak langsung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinciDwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN
TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 2, Juni 2017 Halaman: 76-84
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu acuan dasar sebuah ilmu pengetahuan dikatakan berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET
Penggunaan jurnal belajar dalam pembelajaran biologi model rancangan alat untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Dyah Puspita Damayanti
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya yaitu aspek pendidikan.
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk
Lebih terperinciPENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs
PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs Marliani Utami Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations. umum berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pendekatan Pembelajaran Multiple Representations Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik tolak atau sudut pandang mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA). Pada periode-periode awal penyelenggaraan, literasi sains belum
Lebih terperinciPENERAPAN DISKUSI KELOMPOK
PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK DISERTAI TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS ORAL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-J SMA NEGERI 1 KARTASURA SKRIPSI Oleh : ANI SUGIHARTI NIM. K 4305002 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki sumber daya yang cerdas dan terampil, yang hanya akan terwujud jika setiap anak bangsa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMP
PENERAPAN MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMP Wahyu Sukma Ginanjar, Setiya Utari, dan Muslim Departemen Pendidikan Fisika Fakultas
Lebih terperinciPENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Skripsi OLEH: ASTRI ASTUTI K 4305006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini prestasi belajar (achievement) sains siswa Indonesia secara internasional masih berada pada tingkatan yang rendah, hal tersebut dapat terindikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Keraf (2003: 3) menyatakan bahwa,
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Skill Argumentasi Menurut Keraf (2003: 3) menyatakan bahwa, Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI
PEMBELAJARAN KONSTRUTIVIS, INKUIRI/DISKOVERI A. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pengertian Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menyatakan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau
Lebih terperinci2008 PENDEKATAN INKUIRI mengenal masalah mengajukan pertanyaan mengemukakan langkah- langkah penelitian memberikan pemaparan yang ajeg
PENDEKATAN INKUIRI Handout_BPF 2008 Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti mendorong membelajarkan siswa untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. Menurut Trowbridge et.al (1973) : Sains adalah batang tubuh dari pengetahuan dan suatu proses. Batang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, secara umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh sebab itu, matematika dijadikan salah satu ilmu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran PBL Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi
Lebih terperinciSyntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi sosial. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi era kompetisi yang mengacu pada penguasaan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan semakin hari terus mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)
7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Setiap manusia telah diberi keterampilan oleh Yang Maha Pencipta semenjak
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis Setiap manusia telah diberi keterampilan oleh Yang Maha Pencipta semenjak manusia masih berada dalam kandungan. Namun setiap orang mempunyai keterampilan yang
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki.
Lebih terperinciSenada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah disajikan
A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. a. Secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap
Lebih terperinci