LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI)"

Transkripsi

1 LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI) 1. Auricularia auricula Deskripsi : Tubuh buah berukuran 6 hingga 10 cm, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis, transparan, dalam keadaan segar bertekstur seperti gelatin, berwarna coklat. Spora : berwarna putih, silindris, licin, berukuran x 4-7 mikron. Edibilitas : Dapat dikonsumsi. Habitat : Kayu lapuk, hidup bergerombol terutama pada musim hujan 2. Auricularia polytricha Deskripsi : Tubuh buah berukuran 6 hingga 10 cm, berbentuk seperti telinga atau mangkuk, berwarna coklat tidak bertangkai atau bertangkai pendek, tekstur seperti gelatin atau karet dan lurus serta mudah patah jika kering. Spora : berwarna putih, silindris, licin, berukuran x 4-7 mikron. Edibilitas : Dapat dikonsumsi. Habitat : Kayu lapuk, hidup bergerombol 3. Calocera cornea Deskripsi : Tubuh buah berukuran 1-1,5 cm, berbentuk silindris waktu muda dan pipih pada bagian ujung ketika dewasa, berwarna kuning dan elastis. Spora : berukuran 7-9 x 4-4,5 mikron, berwarna kuning kecoklatan, berbentuk elips dan permukaan licin. Edibilitas : Tidak bernilai karena ukuran tubuh buah kecil. Habitat : Kayu lapuk, soliter atau bergerombol pada tempat-tempat terbuka. 4. Calocybe ionides Deskripsi : Tudung berdiameter 3-6 cm, bentuk cembung hingga rata, warna violet, biru kecoklatan, semakin pucat pada saat tua. Gill berwarna putih, cnderung kuning muda melekat ke tangkai (adnate). Tangkai 3-6 cm, lebih besar pada bagian pangkal, permukaan berserat. Miselium berwarna putih. Spora : berukuran 5-6,5 x 2-3 mikron, warna putih, elips, dan licin. Edibilitas : Edibel. Habitat : Berkelompok pada serasah, tanah berumput

2 5. Cantharella cornucopioides Deskripsi : Diameter tudung 2-8 cm, bagian dasar bentuk tabung, bagian atas seperti terompet, kutikula berwarna coklat gelap atau hitam. Gill / hymenium warna abu-abu muda dan nampak berkerut. Tinggi tangkai kirakira 1,5 cm dan menyempit ke arah pangkal, kelihatan berserat. Spora berukuran x 6-9 mikron, elips, putih, licin. Edibilitas : Edibel. Habitat : Pada serasah 6. Clytocybe sp. Deskripsi : Diameter tudung 2-10 cm, bentuk corong, permukaan kasar, warna kuning, abu-abu. Gill decurrent, warna kekuningan, tangkai 2-7 cm, central. Spora berwarna putih, coklat, kuning, permukaan ada yang licin atau kasar, umumnya tidak amyloid. Edibilitas : Edibel. Habitat : Tersebar, mengelompok pada kayu lapuk 7. Clavulina cristata Deskripsi : Tubuh bercabang dan sebagian tidak bercabang, tinggi 2-7 (12) cm, lebar 5 cm. Secara longitudinal permukaan cabang nampak berkerut, sebagian rata, bagian ujung cabang runcing atau bergigi dan melebar, warna putih, kadang abu-abu terang, kekuningan atau pink. Tangkai tipis dan putih. Spora berukuran 7-11 (14) x 6,5-10 (12) mikron, putih dan licin. Edibilitas : Dapat dikonsumsi. Habitat : Soliter hingga tersebar di tanah, kayu dan daerah berumput 8. Collybia acervata Deskripsi : Tudung berdiameter 1-4 (5) cm, cembung dan tepi bergelombang, permukaan tudung licin, warna coklat kemerahan pada kondisi segar, menjadi coklat kemerahan pucat pada tempat yang gelap dan tempat yang terang, tubuh buah tipis. Gills adnexed, berwarna putih hingga kemerahan/pink. Panjang tangkai 4012 cm, ketebalan 2-6 mm, bagian atas licin, dan bagian pangkal berambut. Spora berukuran 5-7 x 2-3 mikron, bentuk lonjong, tidak amyloid. Edibilitas : Dapat dimakan. Habitat : Kayu lapuk

3 9. Collybia butyracea Deskripsi : Diameter tudung 5-8 cm, bentuk cembung, warna coklat kemerahan, abu-abu keunguan, cenderung kuning bila kering. Gill melekat ke tangkai. Tangkai 5-8 cm, bagian ujung menyempit, warna kuning, dan pada bagian dasar berwarna putih. Spora berukuran 6,5-8 x 3-3,5 mikron, warna keputihan, krem. Edibilitas : Edibel. Habitat : Serasah, kayu 10. Collybia cirrhata Deskripsi : Diameter tudung 0,5-1 cm bentuk cembung hingga rata, bagian tengah sedikit cekung, warna coklat kemerahan di bagian tengah atau kuning tua. Gill berwarna putih, tersusun rapat, melekat ke tangkai dan akan lepas dari lantai bila sudah tua. Spora berukuran 4-5 x 2 mikron, tangkai 2,5-5 cm, spora berwarna putih, memiliki bulu halus dan serbuk, elips, licin. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Pada serasah 11. Collybia confluens Deskripsi : Diameter tudung 2-5cm, bentuk cembung atau sedikit unbonate, tapi tudung atau bergelombang, permukaan licin, hygrophanous, warna coklat kemerahan, bagian tengah tudung lebih gelap. Gill adnate, rapat, kadang bebas, berwarna keputihan. Tinggi tangkai 3-10 cm, liat warna dekat tudung lebih gelap coklat kemerahan. Spora berukuran 7-9 x 3-4 mikron, elips, licin, tidak emploid. Edibilitas : Edibel terbatas. Habitat : Mengelompok di tanah sekitar hutan 12. Coltricia cinnamomea Deskripsi : tudung berdiameter 5-7 cm, tekstur liat, berwarna coklat, kuning kecoklatan, coklat gelap, mengkilap dengan garis-garis konsentris, pada bagian tengah lengkung. Lapisan hemineum berwarna coklat dengan pori-pori. Panjang tangkai 1-5 cm, letaknya ditengah cap, berwarna coklat. Spora berukuran 6-10 x 4,5-7 mikron, coklat kekuningan, elips, dan licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi karena tekstur liat dan keras. Habitat : Hidup soliter atau berkelompok pada kayu lapuk, humus

4 13. Coltricia perennis Deskripsi : Tubuh buah datar atau berbentuk corong, tipis, tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris, berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Permukaan bawah himenium berpori. Spora berukuran 5-10 x 3,5-6 mikron, kuning, elips, licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Tumbuh soliter atau bergerombol pada kayu lapuk 14. Coriolopsis occidentalis Deskripsi : Tubuh/Sphorophore tidak bertangkai (sessil) seperti gabus bentuk semisirkuler (dimidiate), panjang pilous 2-18 cm, lebar 1-10 cm. Permukaan memiliki garis-garis konsentris berwarna putih, kuning, kuning kecoklatan. Spora berukuran 6-7 x 2,5-3 mikron, permukaan hymen peroid berwarna putih ketika muda berubah jadi krem. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Pada kayu lapuk jenis kayu keras 15. Crepidotus herbarum Deskripsi : tudung berdiameter 0,5 hingga 2 cm, berbentuk ginjal hingga bulat, berwarna putih, tipis. Lapisan himenium berwarna putih, Gill jarang, radial dari pangkal hingga ke tepi tudung. Tidak bertangkai atau rudimenter. Spora berukuran 6-8 x 3-4 mikron, kuning pucat, elips, licin. Edibel : Tidak diketahui. Habitat : Tersebar atau dalam kelompok pada ranting, kayu lapuk 16. Crepidotus variabilis Deskripsi : Tudung berdiameter 0,5 hingga 2 cm, berbentuk ginjal hingga bulat, berwarna cokelat muda. Lapisan himenium coklat kemerahan, gill jarang dari pangkal hingga ke tepi tudung. Tidak bertangkai atau rudimenter. Spora berukuran 5-7 mikron, berbentuk elips. Edibilitas : Tidak diketahui. Habitat : Tersebar atau berkelompok pada ranting/cabang yang lapuk.

5 17. Daedalea quercina Deskripsi : Tubuh buah keras, kaku, seperti gabus dan tahan lama. Tubuh berdiameter 4-20 cm, tebal 1,5-8 cm, berbentuk kipas, cembung atau datar, permukaan kasar, berwarna putih, kecoklatan. Tubuh sangat liat dan keras. sebagian memiliki Gill yang rata-rata berwarna putih hingga kekuningan, coklat, Gill berupa tabung memiliki tebal kurang lebih 1 mm, gerak antara Gill 1 mm, panjang tabung Gill 0,5-3 cm. Tidak bertangkai atau rudimenter. Spora berukuran 5-7,5 x 2-3,5 mikron, putih, silindris hingga lonjong, licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Soliter, berkelompok pada kayu hidup dan kayu mati/lapuk 18. Daedalopsis confragosa Deksripsi : tubuh buah keras seperti gabus, kaku bila kering dan menahun. Diameter tudung (3)5-15(22) cm, bentuk kipas hingga setengah lingkaran, permukaan tudung kering, Tubuh berwarna putih hingga pink atau kecoklatan dan liat. Pori berdiameter 0,5-1,5 mm bentuk memanjang atau melingkar, sebagian membentuk Gill bergigi, berwarna putih hingga coklat, panjang saluran pori 1,5 cm. Tidak bertangkai. Spora berukuran 7-11 x 2-3 mikron berwarna putih, silindris, licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Soliter atau berkelompok pada kayu mati 19. Daedinella sp. Deskripsi : tubuh buah keras, kaku, diameter 4-20 cm, bentuk kipas, setengah lingkaran, warna coklat kekuningan saat muda menjadi coklat gelap saat tua, memiliki zona konsentris, batang pendek dan lateral. Spora berwarna putih, coklat, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter, mengelompok pada kayu lapuk. 20. Daldinia grandis Deskripsi : tubuh buah keras seperti kayu atau arang, berdiameter 1-6 cm, berbentuk bola lonjong, tidak bertangkai. Tubuh berwarna abu-abu hingga hitam keabu-abuan. Spora berukuran 14-17(27) x 6,5-11 mikron, berwarna coklat hingga hitam, lonjong dan licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Tersebar hingga mengelompok pada kayu mati, cabang

6 21. Entoloma sinuatum Deskripsi : diameter tudung 6-20 cm, cembung hingga rata agak cekung. Warna bervariasi putih, abu, coklat, pink. Gill melekat ke tangkai (adnate) warna kuning pucat hingga merah muda kekuningan dan bentuk sinuate. Panjang tangkai 7-13 cm, pada umur tua batang melengkung dan bagian dasar lebih besar, warna putih. Spora berukuran 8-11 x 7-8 mikron. Edibilitas : beracun. Habitat : Mengelompok, tersebar di tanah 22. Fomes fomentarius Deskripsi : tubuh berstruktur keras seperti kayu, berbentuk keranjang bertingkat, tidak bertangkai dan sessil, diameter hingga 10 cm, berwarna putih atau keabu-abuan. Bagian bawah tubuh buah (himenium) berpori, warna coklat karat. Spora berukuran 5-7 x 4-6 mikron, bentuk ellip, licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Soliter atau berkelompok pada batang mati dan pohon hidup 23. Fomes lignosus Deskripsi : tubuh keras dan kaku, berukuran 4 hingga 24 cm, berbentuk keranjang, permukaan himenium berwarna oranye terang, ketika tubuh segar dan berwarna coklat kemerahan bila kering. Spora berukuran 5-10 x 3,5 x 4,6 mikron, berwarna coklat, elips. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Soliter atau berkelompok pada batang mati dan parasit pada akar dan batang tumbuhan 24. Fomitopsis cajanderi Deskripsi : tubuh buah keras seperti kayu, keras berbentuk papan dan kuku, tudung berdiameter 2,5-10(13) cm dan tebal 8,3-2 cm, permukaan tudung berambut, berwarna merah pink hingga coklat pink, rambut berkurang pada spesies dewasa/tua. Tidak bertangkai. Spora berukuran 4-8 x 1,5-2,5 mikron, berwarna ptih, silindris dan licin. Edibilitas : Tidak dapat dikonsumsi. Habitat : Umumnya berkelompok pada kayu mati

7 25. Fomitopsis pinicola Deskripsi : tubuh keras, tekstur berkayu, berwarna putih, kuning pucat atau ungu pucat. Tubuh berdiameter 5-40 (75) cm, tebal 3-22 cm, berbentuk kipas atau setengah lingkaran, kuning tua atau kemerahan dan berwarna coklat karat atau coklat kehitaman ke arah dasar cap. Tidak bertangkai, spora berukuran 5-8 x 3,5-5 mikron, berwarna putih, atau kuning pucat, bentuks spora silindris, elips dan licin. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Soliter atau mengelompok pada kayu lapuk, tunggal kayu, kadang pada pohon hidup 26. Ganoderma applanatum Deskripsi : tubuh buah berdiameter cm, tidak bertangkai (sessil) atau bertangkai, berbentuk kipas, bergaris konsentris saat masih muda, berwarna putih namun segera berubah menjadi kuning karat atau mengkilap,hitam ke-abu-abuan. Bagian tepi tubuh berwarna putih atau abu-abu. Bagian bawah tubuh berwarna putih dan berubah menjdi warna coklat bila digores/luka. Spora berukuran 9-13 x 6-9 mikron, coklat dan elips. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Kayu lapuk, parasit pada pohon 27. Ganoderma sp. Deskripsi : tubuh (Carpophore) berdiameter 4-30 cm, bentuk seperti kipas, berkayu dengan garis-garis konsentrasi, permukaan kilat warna hitam atau kuning kemerahan, bagian tepi putih. Himenium berpori, warna putih hingga coklat muda atau kekuningan stipe lateral pendek dengan diameter 1-4 cm. Spora berukuran 3-11x6-8 mikron, warna coklat muda, oval, permukaan berbintil-bintil. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Kayu lapuk atau parasit pada pohon 28. Hebeloma sp. Deskripsi : Diameter tudung 3-11 cm, cembung hingga melebar, pada umur yang tua, bagian tepi dapat terangkat, permukaan lembab, licin, wrna keputihan hingga kekuningan, coklat abu-abu, dibagian tengah lebih gelap. Gill adnate, warna pucat ketika muda berubah coklat buram saat dewasa, bagian tepi dapat sedikit berlekuk. Tinggi tangkai 4-13 cm, warna putih, bagian ujung batang berserbuk. Spora berukuran 9-13x5-7 mikron, elips, licin. Edibilitas : Tidak stabil, beracun. Habitat : Soliter, tersebar, mengelompok di tanah sekitar hutan atau lahan berumput.

8 29. Heterobasidion annosum Deskripsi : ukuran carpophore cm. Bentuk rak (bracket) sessil, warna coklat hingga kehitaman, cembung atau datar, permukaan tidak rata, seperti kulit keras, licin. Tubuh berwarna putih seperti gabus, hingga seperti kayu. Sporophore berwarna putih atau kekuningan. Spora berukuran 4.5-6x3,5-4,5 mikron. Edibilitas : Tidak edibel, keras. Habitat : Parasit pada kayu 30. Hydnellum sp. Deskripsi : Tubuh keras, tekstur berkayu, berwarna coklat kemerahan, bagian tepi tudung berwarna putih. Diameter tudung 3-10 cm, tidak bertangkai (sessil) bentuk kipas atau setengah lingkaran. Spora berwarna coklat atau putih, permukaan kasar. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : tersebar atau mengelompok pada kayu lapuk 31. Hydnellum scrobilatum Deskripsi : Diameter tudung 3-10 cm, bentuk tubuh yang tidak beraturan berupa tonjolan atau seperti paku tumpul dan bersambungan antara tonjolan yang satu dengan tonjolan yang lainnya, dapat juga berupa tonjolan yang tersusun yang radial. Tubuh berwarna putih, coklat muda. Panjang tangkai 1-4 cm, ketebalan 0,3-1,5 cm. Spora berukuran 4,5-5,5 (7)x3,5-5 mikron, lonjong, warna kecoklatan. Edibilitas : Tidak stabil. Habitat : Tersebar hingga bergerombol pada batang 32. Hygrocybe acutoconia Deskripsi : diameter tudung 2-7 (10) cm, bentuk kerucut waktu muda, melebar ketika dewasa,. Memiliki umbo, warna kuning hingga oranye (arah ke pusat tudung ). Gill adnexed, bebas warna kuning, berlilin. Tinggi batang 5-8 (12) cm, memiliki garis-garis longitudinal, mudah robek / pecah, warna kuning, pada bagian dasar putih. Spora berukuran 9-15 x 5-9 mikron, elips, licin, kecil. Edibilitas : edibel Habitat : tersebar, mengelompok pada tanah di bawah pohon.

9 33. Hygrocybe miniata Deskripsi : tudung berdiameter 1-4 cm, cembung, permukaan sedikit bersisik, warna merah terang, orange, kuning. Gill adnaxe hingga adnate ( melekat ke tangkai), lembut, wrna kemerahan, kuning. Panjnag tangkai 2-5 (8) cm, tebal 2-4 mm. Spora berukuran 6-10x4-6 mikron, berwarna putih, elips, licin. Edibilitas : Edibel. Habitat : Soliter, tersebar atau bergerombol di tanah dan kayu busuk 34. Hypoxylon fragiformae Deskripsi : bentuk butiran/ bulat berdiameter kira-kira 1 cm, tubuh keras, berwarna merah muda, kekuningan dan pada saat tua berwarna merah bata. Spora berukuran 11-15x5-7 mikron, warna coklat gelap, kehitaman, licin. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Mengelompok pada cabang, batang busuk 35. Lactarius pubescens Deskripsi : Tudung berdiameter 4-12 cm, convex, bagian tengah cekung, berwarna ornge pucat, merah bata, permukaan tudung berbulu. Gill berwarna kekuningan dan dekurent. Tubuh berwarna keputihan, bergetah, berbau tajam. Spora berukuran 7,5-10x 6-8 mikron, berwarna krem, elips, amyloid. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Pada serasah, tanah 36. Lepiota procera Deskripsi : Diemeter tudung 7-25 cm, bentuk awal lonjong kemudian cembung, datar atau umbonate, permukaan kering, permukaan tudung awalnya licin kemudian bersisik, berwarna coklat, warna pada umbo lebih gelap. Gill bebas, warna putih ketika muda, berubah menjadi merah muda, coklat, bintik kecoklatan saat tua. Tinggi tangkai cm, bagian dasar sedikit lebih besar, memiliki cincin di sebelah atas berwarna putih atau coklat. Spora berukuran 12-18x8-12 mikron, elips, licin. Edibilitas : Edibel. Habitat : Soliter, tersebar luas di tanah, padang rumput, pinggir hutan.

10 37. Lepiota atrodisca Deskripsi : tudung berdiameter 1,5-5 (7,5) cm, bentuk cembung, hingga datar dan kadang tepi tudung terangkat (uplifted), permukaan kering, berwarna putih, abu-abu, abu-abu kehijauan, bagian tengah tudung lebih gelap, bersisik. Tinggi tangkai 2,5-10 cm, bagian dasar agar membesar, putih, memiliki ring sebelah atas atau tengah. Spora berukuran 6-8x3-5 mikron, putih, elips, licin. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : soliter, tersebar atau kelompok kecil di tanah, atau kayu lapuk. 38. Lepiota flammeatincta Deskripsi : tudung berdiamter 1,5-5 cm, permukaan dengan sisik warna merah kecoklatan, cembung ketika masih muda, kemudian mendatar saat dewasa. Gill berwarna putih. Panjang tangkai 3-10 cm dengan ukuran yang sama dari pangkal hingga ujung, berwarna di pangkal, putih di ujung. Spora berukuran 6-8 x 4-5 mikron, berwarna putih, ellip, licin. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : soliter atau berkelompok pada kayu lapuk dan humus 39. Lepiota naucina Deskripsi : tudung berukuran 5-10 cm, waktu muda berbentuk muda telur dan mendatar ketika dewasa. Permukaan tudung kering, putih dengan sisik kecil berwarna coklat kekuningan terutama pada bagian tengah. Gill berwarna putih berubah jadi abu-abu ketika dewasa. Tangkai lebih besar pada bagian pangkal. Spora berukuran 7-9 x 5-6 mikron, warna putih, oval dan licin. Edibilitas : edibel. Habitat : tanah berumput atau berhumus 40. Lepiota cristata Deskripsi : tudung berdiameter 1-2 cm, saat masih muda berbentuk lonceng dan mendatar saat dewasa dan sedikit cembung (ubonate) pada bagian tengah. Permukaan atas tudung berwarna putih dengan sisik berwarna kecoklatan terutama pada bagian tengah. Lapisan himenium berwarna putih. Tangkai berwarna putih, bersisik dan terdapat cincin (annulus). Spora berukuran 6-8 x 3-4 mikron, berwarna putih dan licin. Edibilitas : beracun. Habitat : soliter atau berkelompok pada kayu lapuk, humus

11 41. Lycoperdon pyriforme Deskripsi : carpaphore 1-5 cm, peridium (kulit) berwarna putih hingga coklat ujung (apex) berwarna lebih gelap. Endoperidium berwarna kuning, membuka pada bagian apex. Spora berukuran 3-4 mikron, warna kuning kecoklatan, licin. Edibilitas : edibel saat muda. Habitat : pada kayu busuk, tersebar atau mengleompok 42. Marasmiellus candidus Deskripsi : tudung berukuran 0,6-2,5 cm, cembung dengan sedikit cekung ditengah, permukaan tudung kering, putih transparan. Tubh buah lunak. Gill berwarna putih, antara dua gill panjang yang adnate diantarai gill pendek. Tinggi tangkai 0,5-3 cm berwarna putih. Spora berukuran x 3,5-6 mikron, warna putih, lonjong, licin. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : bergerombol pada ranting, kayu lapuk 43. Marasmius foetidus Deskripsi : tudung 1,5-4 cm, berwarna coklat, bentuk cembung hingga menjadi rata. Gill berwarna kemerahan, melekat ke tangkai (aduate) atau sedikit decurrent. Tangkai 1-4 cm, berwarna coklat hingga kehitaman. Spora berukuran 8-12 x 4-6 mikron, warna putih, ellip, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada cabang kayu yang lapuk 44. Marasmius candidus Deskripsi : diameter tudung 0,5-2,5 cm, cembung, pada bagian tengah sedikit cekung, berwarna putih transparan. Gill berwarna putih, tersusun tidak padat, melekat dari tangkai ke cap (adnate). Tangkai ditengah tudung yang panjangnya 0,5-3 cm. Spora berukuran x 3,5-6 mikron, berwarna putih, lonjong, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada cabang kayu yang lapuk

12 45. Marasmius copelandi Deskripsi : diameter tudung 0,5-2 cm, cembung hingga melebar, atau bagian tengah cekung, berkerut atau begaris-garis radial (striate), warna coklat terang hingga kekuningan kadang pucat hingga keputihan, beraroma bawang hingga sedikit tajam. Gill adnate dan berwarna seperti tudung. Tinggi tangkai 2-7 cm, bagian atas sedikit lebih tebal, berlubang berambut halus, warna coklat abuabu hingga coklat kemerahan, bagian atas lebih pucat. Spora berukuran 12,5-16 x 3-4 mikron, bentuk biji, licin, amyloid. Edibilitas : edibel. Habitat : tersebar, mengelompok pada daun, serasah 46. Marasmius haematocephalus Deskripsi : Diameter tudung 1-5 cm, bentuk cembung, seperti payung, permukaan kering, berkerut, warna merah gelap. Gill adnate. Tinggi tangkai 2-7 cm, keras namun rapuh, berwarna hitam, hitam kemerahan. Spora berukuran 11-15x5-6,5 mikron, elips, licin, amyloid. Edibilitas : Tidak edibel. Habitat : Tersebar atau mengelompok pada serasah humus. 47. Marasmius ramealis Deskripsi : tudung berdiameter 0,6-1,5 cm hingga rata, dibagian tengah sedikit cekung, sedikit kasar, berwarna putih hingga kemerahan, Gill berwarna putih atau merah muda, krem. Tinggi tangkai 6-10 cm, berwarna putih, coklat kemerahan pada bagian dasar. Spora berukuran 8,5-10,5 x 3-4 mikron, putih, elips, licin. Edibilitas : terlalu kecil untuk dikonsumsi. Habitat : bergerombol pada cabang, kayu mati 48. Marasmius sp. Deskripsi : diameter tudung 1,5-4,5 cm, bentuk cembung, umblicate atau rata, licin atau berkerut, bergaris-garis dan transparan ketika masih segar, warna putih, abu-abu muda atau kuning muda, bagian tepi bergelombang, tipis, mudah patah. Gill adnate hingga sedikit decurent. Tinggi tangkai 3-7 cm, wrna seperti tudung. Spora berukuran x 4-6 mikron, elips, licin, tidak amyloid. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : mengelompok pada cabang kayu lapuk terutama kayu pinus

13 49. Microporellus dealbatus Deskripsi : diameter tudung 1-8 cm, cembung atau sedikit cembung warna coklat gelap, sedikit bersisik, tubuh tipis, keras. Tinggi tangkai 2-6 cm pada bagian pusat tudung, sedikit bersisik. Spora berukuran 7-11 x 2-3 mikron, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter atau berkelompok pada kayu keras yang lapuk 50. Mycena acicula Deskripsi : diameter tudung 3-7 (10) mm, cembung atau bentuk lonceng, kadang agak melebar, berwarna merah hingga oranye terang atau kuning, semakin pucat dari tepi ke arah dalam. Gill adnate, warna oranye hingga kuning atau keputihan. Tinggi tangkai 1-7 cm, rapuh, dimeter 1mm, warna kuning, licin, bagian pangkal berbulu. Spora berukuran 9-11 x 3,5-4,5 mikron, putih, ellip, licin, tidak amyloid. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : soliter, tersebar, kelompok kecil di daun atau serasah 51. Mycena clavularis Deskripsi : diameter tabung 4-7 mm, bentuk cembung hingga seperti lonceng, permukaan tudung licin dengan garis-garis (striate) dari tengah ke pinggir, warna abu-abu atau coklat abu-abu. Gill berwarna putih atau abu-abu muda. Tinggi tangkai 0,5-2,5 cm, warna putih, licin, muda patah. Spora berukuran 8-10,5 mikron, bentuk ellip, licin, amyloid. Edibilitas : edibel. Habitat : tersebar, bergerombol pada kulit kayu mati atau hidup 52. Mycena lilacifolia Deskripsi : diameter tudung 0,8-2,5 cm, bentuk cembung, bagian tengah sedikit cekung, permukaan tudung lembab, transparan bergaris-garis, berwarna ungu hingga ke kuning muda, Gill langsung dari tangkai (decurent), warna sama dengan tudung. Tinggi tangkai 1-4 cm, agak membesar di bagian dasar. Spora berukuran 6-7 x 3-3,5 mikron, warna putih, elips, licin, amyloid. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : soliter, tersebar, bergerombol pada kayu lapuk

14 53. Mycena sp. Deskripsi : diameter tudung 1-5 cm, bentuk lonceng hingga sedikit cembung (umbonate), tepi tudung dapat terangkat pada saat tua, permukaan kering, warna coklat kemerahan hingga coklat terang. Gill melekat ke tangkai (adnate) atau bebas, warna coklat, panjang tangkai 2-8 cm. Spora berukuran 7-10 x 4-6 mikron, ellip, licin, tidak amyloid. Edibilitas : edibel. Habitat : bergerombol pada humus, serasah, padang rumput 54. Mycena strobilinoides Deskripsi : diameter tudung 1-2 cm, bentuk kerucut atau lonceng, permukaan licin, bergaris-garis radial, warna awalnya merah tua berubah menjadi oranye, kuning atau putih, pinggir tudung sering berlekuk. Gill adnate atau sedikit decurrent, warna kuning, hingga merah muda. Tinggi tangkai 3-6 cm, mudah patah, warna oranye hingga kuning. Spora berukuran 7-9 x 4-5 mikron, elips, licin, amyloid. Edibilitas : tidak diketahui. Habitat : tersebar hingga bergerombol di serasah terutama konifer 55. Panus sp. Deskripsi : tudung bentuk kipas atau cekungan lebar seperti terompet permukaan berbulu, Gill decurrent, warna putih, abu-abu atau coklat. Tangkai seperti tabung dengan bagian atas melebar (off-center to lateral), berbulu, warna seperti tudung. Spora berwarna putih, kuning pucat atau pink, licin tidak amyloid. Edibilitas : edibel, keras. Habitat : soliter, begerombol pada kayu busuk jenis keras atau pada tunggul kayu 56. Peziza sp. Deskripsi : diameter tubuh buah 0,5-5 cm, tertanam dalam tanah, sebagian di permukaan tanah, bentuk seperti mangkok dengan tepi yang menggulung (inrolled), warna permukaan luar putih hingga krem saat muda, kuning tua hingga kuning karat bila sudah tua dan berbulu. Tubuh rapuh, tidak bertangkai. Spora berukuran x 9-14 mikron, elips, sedikit kasar. Edibilitas : tidak dikenal. Habitat : soliter, tersebar, bergerombol di tanah di bawah pohon

15 57. Pholiota squarrosoides Deskripsi : diameter tudung 3-10 cm, berbentuk lonceng, saat muda dan datar saat dewasa dengan sedikit cembung (umbonate) pada bagian tengahnya, warna kekuningan, abu-abu, kuning pucat kecoklatan. Tinggi tangkai 4-10 cm, tertutup fisik warna seperti pada tudung. Spora berukuran 5,5-9 x 3,5-5 mikron, berwarna coklat karat, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : humus dan kayu lapuk 58. Pholiota mutabilis Deskripsi : diameter tudung 1,5-6 cm, bentuk melengkung hingga cembung, umbonate, permukaan licin, viscid, warna coklat buram hingga coklat oranye, coklat kemerahan. Gill melekat ke tangkai (adnate), warna pucat, coklat atau coklat kemerahan. Tinggi tangkai 3-10 cm, memiliki ring, putih diatas dan kecoklatan di bawah ring. Spora berukuran 5,5-7,5 x 3,5-5 mikron, elips, licin. Edibilitas : edibel (kurang baik). Habitat : mengelompok pada kayu log atau tunggul kayu, kadang pada tunggul kayu terbakar. 59. Piptoporus betulinus Deskripsi : diameter carpophore 4-20 cm, tebal hingga 6 cm, bentuk melingkar atau ginjal, warna pucat dan semakin gelap bila semakin tua, tertutup oleh sebaran pellikel yang licin, bagian pinggir tumpul. Sporophore warna putih ketika muda dan menjadi coklat muda atu coklat abu-au bila sudah tua. Tamgkai tidak ada, atau tangkai lateral yang pendek yag melekat ke tudung. Pora berkuran 3-6 x 1,5-2 mikron, bentuk silindris, licin. Edibilitas : edibel ketika muda. Habitat : soliter atau mengelompok pada kayu lapuk 60. Polyporus arcularius Deskripsi : diameter tudung 2-5 cm, bentuk cembung, umblicate, warna coklat, coklat abu-abu, tudung bersisik, bagian bawah tudung bertruktur tabung berwarna putih. Tinggi tangkai 1-2,5 cm, warna coklat abu-abu atau coklat kehitaman, tubuh seperti kulit. Spora berukuran 3 mikron, warna putih, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada cabang lapuk

16 61. Polyporus badius Deskripsi : tubuh buah berukuran besar bentuk corong, diameter hingga 18 cm, tekstur keras seperti kayu, warna putih terang, permukaan kering, bertangkai pendek (rudimeter). Lapisan himenium berpori warna putih. Spora berukuran 7-9 x 3-3,5 mikron, warna putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : hidup soliter, bergerombol pada kayu lapuk 62. Polyporus dermoporus Deksripsi : tubuh buah keras, liat dan rapuh apabila kering. Memiliki batang sederhana/ pendek (stipitate). Diameter pileus 4-8 cm, bentuk kipas (habelliform). Permukaan licin. Permukaan himen berpori berwarna putih hingga krem. Spora berukuran 8-11 x 3-4 mikron, berwarna putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : hidup pada cabang, kayu lapuk 63. Polyporus sp. Deskripsi : Tubuh buah keras, liat, diameter 4-8 cm, warna kecoklatan saat masih muda bagian tepi berwarna putih, pada saat dewasa warna putih hilang, memiliki zona konsentris. Tangkai pendek (stipitate). Spora putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : Soliter atau mengelompok pada kayu lapuk 64. Polyporus varius Deskripsi : diameter tudung 1,5 7 cm, entuk lingkaran atau ginjal awalnya cembung., dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga, permukaan licin dan bergarisgaris, warna coklat muda hingga kuning tua. Tubuh buah keras, warna putih hingga coklat kemerahan. Panjang tangkai 0,5 5 cm, central atau lateral. Spora berukuran 6,5-10 x 2,5-4 mikron, putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter atau beberapa pada kayu keras lapuk

17 65. Pycnoporus cinnabarius Deskripsi : tubuh (carpophore) keras, kaku sessil. Diameter 2-12 cm, bentuk melingkar, memanjang atau seperti kipas, permukaan licin, berbulu, berkerut, warna oranye terang hingga oranye merah, dan semaik tua semakin pudar. Sporhore berwarna sama seperti permukaan. Spora berukuran 5-6 x 2-2,5 mikron, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter atau bergerombol pada kayu lapuk yang keras 66. Russula mairei Deskripsi : diameter tudung 4-8 cm, bagian tengah cekung dan tepi bergaris-garis (striate), malengkung ke dalam, warna kemerahan terutama bagian tengah. Gill berwarna putih. Tangkai berwarna putih, rapuh. Spora berukuran 6-7,5 x 5,5 6,3 mikron, bentuk oval, permukaan berbintil, amyloid. Edibilitas : beracun. Habitat : di tanah, soliter 67. Russula sp. Deskripsi : diameter tudung 5-11 cm, bentuk cembung hingga rata dan agak cekung ketika tua, warna ungu pucat, kecoklatan dan lebih gelap pada bagian pusat. Gill adnate hingga adnexet, warna putih krem hingga kuning buram. Tinggi batang 3-12 cm, warna putih keabu-abuan atau merah anggur. Spora berukuran 8-10 x 6-8 mikron, warna kuning tua, lonjong, permukaan kasar (tonjolan seperti kerucut), amyloid. Edibilitas : edibel. Habitat : humus 68. Russula subnigricans Deskripsi : diameter tudung 5-20 cm, cembung, datar atau cekung, permukaan licin, keputihan dan berubah menjadi coklat muda. Tepi tudung menggulung ke dalam (inrolled). Gill melekat ke tangkai hingga agak decurrent, warna kemerahan, merah pucat. Panjang tangkai 3 (7)-13 cm, keras, warna putih, kecoklatan. Spora berukuran 6-20 mikron, agak bulat, kasar, amyloid. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter, tersebar di tanah bawah pohon.

18 69. Sparassis radicata Deskripsi : tubuh buah seperti kembang kol berukuran cm, permukaan lembut, berwarna putih susu, kekuningan. Tinggi tangkai 5-13 cm, tubuh agak keras, elastis. Spora berukuran 5-7 x 3-5 mkron, elips, licin. Edibilitas : edibel. Habitat : pada akar, batang lapuk. 70. Stereum hirsutum Deskripsi : carpophore 2-10 cm, melekat ke substrat seperti kulit kasar, bentuk keranjang, bagian permukaan tertutup bulu-bulu, sedikit berzonasi. Himenium licin, terang, warna kuning tua keabu-abuan. Spora berukuran 5-8 x 2-4 mikron, putih, elips, melengkung, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada kayu lapuk 71. Stereum sp. Deskripsi : Tubuh (carpophore) berdiameter 3-10 cm sessil, keras, kaku, bentuk seperti kipas, memiliki zonasi konsentris, kadang bagian tepi berwarna lebih gelap, warna kecoklatan. Spora berwarna putih hingga kuning atau coklat, bentuk silindris. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : tersebar, mengelompok pada kayu busuk. 72. Stereum ostreum Deskripsi : carpophore 2-10 cm, melekat ke substrat (sessil), tekstur keras, bentuk seperti keranjang, permukaan berbulu, zonasi warna kemerahan dan coklat. Himenium licin, warna kuning, hingga coklat kemerahan. Spora berukuran 5-8 x 2-4 mikron, putih, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada kayu lapuk

19 73. Suillus lakei Deskripsi : ukuran tudung 5-15 cm, bentuk cembung atau sedikit cekung, permukaan bersisik warna coklat kemerahan hingga merah bata. Tubuh berwarna kuning, merah muda bila tergores. Phorophore berwarna kuning hingga kuning tua. Tinggi tangkai 3-8 (12) cm, kering, warna kemerahan hingga coklat. Cincin/annulus pada tangkai sebelah atas. Spora berukuran 8-11 x 3-4 mikron, elips, licin. Edibilitas : edibel. Habitat : tersebar, mengelompok di tanah sekitar hutan 74. Suillus sp. Deskripsi : Diameter tudung 5-18 cm, bentuk cembung hingga rata-rata atau seikit cekung, warna bervariasi, coklat hingga kekuningan, dibagian tengah kecoklatan, bagian tepi kekuningan. Sporophore/veil berwarna putih atau pucat ketika muda berubah menjadi kuning saat dewasa. Tangkai 2,5-10 cm, berwarna kuning, bagian pangkal lebih buram/gelap. Spora berwarna coklat, elips, licin. Edibilitas : edibel. Habitat : tanah, tersebar, mengelompok 75. Trametes corrugata Deskripsi : tubuh atau sporophore tidak bertangkai (sessil) bentuk semi sirkuler (dimidate) seperti kulit atau seperti gabus. Panjang pileus cm, lebar 2-7 cm, permukaan licin, memiliki garis-garis konsentris dan kerutan radial, berwarna coklat kemerahan bagian tepi putih, pucat, krem hingga coklat abu-abu. Permukaan pori berwrna krem gelap. Spora berukuran 9-11 x 3-4 mikron, silindris, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada kayu lapuk 76. Trametes hirsuta Deskripsi : tubuh keras tekstur berkayu, kaku bila kering, berwarna kuning merah muda hingga coklat. Diameter tudung 2,5-15 (30) cm, bentuk kipas hingga lingkaran permukaan kering, berambut hingga seperti beludru, memiliki zona-zona konsentris yang kusam, warna putih hingga abu-abu, kekuningan hingga kuning tua, bagian tepi lebih gelap dan berlekuk. Sporophore berwarna putih hingga kuning buram atau coklat. Tidak bertangkai. Spora berukuran 4,5-7,5 x 1,5-3 mikron, silindris, bentuk sosis, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter, mengelompok, kelompok bertingkat pada kayu lapuk

20 77. Trametes versicolor Deskripsi : disebut juga Polyporus versicolor. Tubuh buah berdiameter 3-8 cm, datar agak melengkung, tipis, struktur seperti kulit, permukaan atas licin, kadang seperti beludru (velvety) dengan zona variasi warna, tidak bertangkai (sessil), berkoloni seperti rumpun bunga mawar. Spora berukuran 9-10 x 5-6 mikron, berwarna putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : pada kayu lapuk atau parasit pada pohon 78. Tricholoma sp. Deskripsi : diameter tudung 3-8 cm, bentuk tudung kerucut hingga hampir plane dan memiliki umbo, permukaan kering, warna abu-abu, coklat atau abu-abu ungu dan bagian pusat lebih gelap, di sela putih seratserat radial, sisik radial. Gill adnexed warna putih hingga abu-abu. Tinggi tangkai 6-12 cm, licin atau berserat, warna putih atau abu-abu pucat. Spora berukuran 6-7 x 5-6 mikron, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter, tersebar hingga bergerombol pada kayu lapuk 79. Tulostoma sp. Deskripsi : memiliki carpophore berukuran 0,5-1 cm, bentuk membulat, berwarna keputihan hingga kuning pucat. Panjang tangkai 1-5 cm, berbentuk silinder. Spora berukuran 4-6 mikron, warna kuning, bulat, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : mengelompok pada kayu lapuk, tanah berlumut 80. Tyromyces amarus Deskripsi : bentuk kuku kuda, lambut, berair ketika muda, keras bila sudah tua atau kering, diameter tudung 7-30 cm, cembung, berbulu halus saat muda dan gundul dan kasar, terdapat keretakan bila sudah tua, warna keputihan atau coklat muda kadang kuning tua. Sporophore berwarna kekuningan. Tidak bertangkai. Spora berukuran 6-7,5 x 3,5-5 mikron, elips, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter, kadang berkelompok pada kayu, akar lapuk

21 81. Xeromphalina campanella Deskripsi : ukuran tudung 0,3-2,5 cm, bentuk cembung dengan bagian tengah tudung cekung, warna kuning, coklat, atau coklat kemerahan, bagian tepi tudung bergaris-garis. Gill berwarna kekuningan hingga kuning kusam, decurrent. Tinggi tangkai 1-5 cm lebih besar dibagian pangkal, liat, warna kekuningan dibagian atas kecoklatan dibagian bawah. Spora berukuran 5-8 x 3-4 mikron, elips, licin, amyloid. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : mengelompok pada kayu busuk 82. Xylaria polymorpha Deskripsi : tubuh buah berbentuk gada, berwarna hitam dengan tangkai (stipe) silindris. Meskipun dalam kondisi segar tubuh buahnya sangat keras. Spora berwarna coklat gelap hingga hitam, berbentuk lonjong dengan ujung meruncing (fusiform). Edibilitas : tidak menarik untuk dikonsumsi karena strukturnya yang keras. Habitat : pada kayu lapuk atau humus/tanah yang banyak mengandung kayu. Hidup soliter atau berkelompok, hidup sepanjang tahun. 83. Xylaria Sp. Deskripsi : bagian ujung tumpul, permukaan kasar seperti kerak, berwarna hitam. Spora berukuran x 5-10 mikron, warna coklat hingga hitam, bentuk kumparan, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : mengelompok pada kayu keras yang lapuk atau pada tunggul kayu

22 LAMPIRAN 2 : Peta Lokasi Penelitian Sumber : Buku Saku Menuju Taman Nasional Gunung Leuser

23 Sumber : Buku Saku Menuju Taman Nasional Gunung Leuser

24 LAMPIRAN 3 : Pengambilan Data Jamur, Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan, dan Jamur Dominan Tiap Trail FOTO PEMBUATAN PLOT/PETA PENGAMATAN Pengambilan data jamur Foto pengambilan data jamur di lapangan

25 Alat-alat pengukur faktor fisik FOTO JAMUR YANG DOMINAN PADA SETIAP TRAIL Ganoderma applanatum (dominan trail 1) Hypoxylon fragiformae (dominan trail 2)

26 Fomitopsis pinicola (dominan trail 4 dan 11) Auricularia polytricha (dominan trail 1-2)

27

28 LAMPIRAN 4 : Tabel Pengamatan Jamur Makroskopis Di Kawasan Ekowisata Bukit Lawang TRAIL 1 No Nama Jenis Famili Minggu I II III Jumlah 1 Calocybe ionides Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Coriolopsis occidentalis Polyporaceae Crepidotus herbarum Cortinaceae Daedalea quercina Polyporaceae Daldinia grandis Xylariaceae Entoloma sinuatum Entolomataceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis cajanderi Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hydnellum sp. Hydnellaceae Lepiota procera Lepiotaceae Marasmiellus candidus Tricholomataceae Marasmius copelandi Tricholomataceae Marasmius ramealis Tricholomataceae Mycena sp. Tricholomataceae Pholiota squarrosoides Strophariaceae Polyporus arcularius Polyporaceae Polyporus sp. Polyporaceae Polyporus varius Polyporaceae Russula subnigricans Russulaceae Stereum hirsutum Stereaceae Trametes hirsuta Polyporaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tricholoma sp. Tricholomataceae Tyromyces amarus Polyporaceae

29 TRAIL 2 No Nama jenis Famili Minggu I II III Jumlah 1 Auricularia polytrica Auriculariaceae Cantharella cornucopioides Cantharellaceae Collybia confluens Tricholomataceae Crepidotus variabilis Cortinaceae Daedalopsis confragosa Polyporaceae Daedinella sp. Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Ganoderma sp. Polyporaceae Hebeloma sp. Cortinaceae Hydnellum scrobilatum Hydnellaceae Hypoxylon fragiformae Xylariaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius sp. Tricholomataceae Mycena acicula Tricholomataceae Pholiota mutabilis Strophariaceae Polyporus dermoporus Polyporus Polyporus sp. Polyporus Sparassis radicata Clavariaceae

30 TRAIL 4 No Nama jenis Famili Minggu I II III Jumlah 1 Auricularia polytrica Auriculariaceae Collybia acervata Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hygrocybe acutoconia Hygroporaceae Hygrocybe miniata Hygroporaceae Lepiota atrodisca Lepiotaceae Lepiota flammeatincta Lepiotaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius copelandii Tricholomataceae Microporellus dealbatus Polyporaceae Pycnoporus cinnabarius Polyporaceae Russula mairei Rusullaceae Russula sp. Rusullaceae Stereum sp. Stereaceae Suillus lakei Boletaceae Trametes corrugata Polyporaceae Trametes hirsuta Polyporaceae

31 TRAIL 11 No Nama jenis Famili Minggu I II III Jumlah 1 Auricularia auricula Auriculariaceae Clytocybe sp. Tricholomataceae Collybia butyracea Tricholomataceae Coltricia perennis Polyporaceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hydnellum sp. Hydnellaceae Hygrocybe acutoconia Hygroporaceae Lepiota naucina Lepiotaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Mycena acicula Tricholomataceae Mycena strobilinoides Tricholomataceae Polyporus arcularius Polyporaceae Stereum ostreum Stereaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tricholoma sp. Tricholomataceae

32 TRAIL 1 2 No Nama jenis Famili Minggu I II III Jumlah 1 Auricularia auricula Auriculariaceae Auricularia polytrica Auriculariaceae Calocera cornea Dacrymycetaceae Clavulina cristata Clavariaceae Collybia cirrhata Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Crepidotus herbarum Cortinaceae Crepidotus variabilis Cortinaceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Heterobasidion annosum Polyporaceae Lactarius pubescens Russulaceae Lepiota cristata Lepiotaceae Lycoperdon sp. Lycoperdaceae Marasmiellus foetidus Tricholomataceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius haematocephalus Tricholomataceae Mycena clavularis Tricholomataceae Mycena lilacifolia Tricholomataceae Mycena sp. Tricholomataceae Panus sp. Tricholomataceae Peziza sp. Pezizaceae Piptoporus betulinus Polyporaceae Polyporus badius Polyporaceae Polyporus varius Polyporaceae Stereum sp. Stereaceae Suillus sp. Boletaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tulostoma sp. Tulostomataceae Tyromyces amarus Polyporaceae Xeromphalina campanella Tricholomataceae Xylaria polymorpha Xylariaceae Xylaria sp. Xylariaceae

33 LAMPIRAN 5 : Hasil Analisis Vegetasi Pada Kawasan Ekowisata Bukit Lawang TRAIL 1 No Nama Jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Calocybe ionides Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Coriolopsis occidentalis Polyporaceae Crepidotus herbarum Cortinaceae Daedalea quercina Polyporaceae Daldinia grandis Xylariaceae Entoloma sinuatum Entolomataceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis cajanderi Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hydnellum sp. Hydnellaceae Lepiota procera Lepiotaceae Marasmiellus candidus Tricholomataceae Marasmius copelandi Tricholomataceae Marasmius ramealis Tricholomataceae Mycena sp. Tricholomataceae

34 No Nama Jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 19 Pholiota squarrosoides Strophariaceae Polyporus arcularius Polyporaceae Polyporus sp. Polyporaceae Polyporus varius Polyporaceae Russula subnigricans Russulaceae Stereum hirsutum Stereaceae Trametes hirsuta Polyporaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tricholoma sp. Tricholomataceae Tyromyces amarus Polyporaceae

35 TRAIL 2 No Nama jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Auricularia polytrica Auriculariaceae Cantharella cornucopioides Cantharellaceae Collybia confluens Tricholomataceae Crepidotus variabilis Cortinaceae Daedalopsis confragosa Polyporaceae Daedinella sp. Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Ganoderma sp. Polyporaceae Hebeloma sp. Cortinaceae Hydnellum scrobilatum Hydnellaceae Hypoxylon fragiformae Xylariaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius sp. Tricholomataceae Mycena acicula Tricholomataceae Pholiota mutabilis Strophariaceae Polyporus dermoporus Polyporus Polyporus sp. Polyporus Sparassis radicata Clavariaceae

36 TRAIL 4 No Nama Jenis Famili K (ind/0,2 ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Auricularia polytrica Auriculariaceae Collybia acervata Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hygrocybe acutoconia Hygroporaceae Hygrocybe miniata Hygroporaceae Lepiota atrodisca Lepiotaceae Lepiota flammeatincta Lepiotaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius copelandii Tricholomataceae Microporellus dealbatus Polyporaceae Pycnoporus cinnabarius Polyporaceae Russula mairei Rusullaceae Russula sp. Rusullaceae Stereum sp. Stereaceae Suillus lakei Boletaceae Trametes corrugata Polyporaceae Trametes hirsuta Polyporaceae

37 TRAIL 11 No Nama jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Auricularia auricula Auriculariaceae Clytocybe sp. Tricholomataceae Collybia butyracea Tricholomataceae Coltricia perennis Polyporaceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Hydnellum sp. Hydnellaceae Hygrocybe acutoconia Hygroporaceae Lepiota naucina Lepiotaceae Marasmius candidus Tricholomataceae Mycena acicula Tricholomataceae Mycena strobilinoides Tricholomataceae Polyporus arcularius Polyporaceae Stereum ostreum Stereaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tricholoma sp. Tricholomataceae

38 TRAIL 1-2 No Nama jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Auricularia auricula Auriculariaceae Auricularia polytrica Auriculariaceae Calocera cornea Dacrymycetaceae Clavulina cristata Clavariaceae Collybia cirrhata Tricholomataceae Coltricia cinnamomea Polyporaceae Crepidotus herbarum Cortinaceae Crepidotus variabilis Cortinaceae Fomes fomentarius Polyporaceae Fomes lignosus Polyporaceae Fomitopsis pinicola Polyporaceae Ganoderma applanatum Polyporaceae Heterobasidion annosum Polyporaceae Lactarius pubescens Russulaceae Lepiota cristata Lepiotaceae Lycoperdon sp. Lycoperdaceae Marasmiellus foetidus Tricholomataceae Marasmius candidus Tricholomataceae Marasmius haematocephalus Tricholomataceae Mycena clavularis Tricholomataceae Mycena lilacifolia Tricholomataceae

39 No Nama jenis Famili K KR FR INP F (ind/0,2 ha) (%) (%) (%) pi ln pi pi ln pi H' E 22 Mycena sp. Tricholomataceae Panus sp. Tricholomataceae Peziza sp. Pezizaceae Piptoporus betulinus Polyporaceae Polyporus badius Polyporaceae Polyporus varius Polyporaceae Stereum sp. Stereaceae Suillus sp. Boletaceae Trametes versicolor Polyporaceae Tulostoma sp. Tulostomataceae Tyromyces amarus Polyporaceae Xeromphalina campanella Tricholomataceae Xylaria polymorpha Xylariaceae Xylaria sp. Xylariaceae

40 LAMPIRAN 6 : Perhitungan Indeks Nilai Penting Seluruh Lokasi/Trail (Total) No Nama Jenis Famili K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 1 Auricularia auricula auriculariaceae 16 0,56% 0,4 1,67% 2,22% ,912,192-0, ,645,621 0, Auricularia polytrica auriculariaceae 92 3,20% 0,6 2,50% 5,70% ,420,194-0, Calocera cornea dacrymycetaceae 6 0,21% 0,2 0,83% 1,04% ,720,485-0, Calocybe ionides tricholomataceae 12 0,42% 0,2 0,83% 1,25% ,789,013-0, Cantharella cornucopioides cantharellaceae 30 1,04% 0,2 0,83% 1,88% ,626,106-0, Clavulina cristata clavariaceae 20 0,70% 0,2 0,83% 1,53% ,680,757-0, Clytocybe sp. tricholomataceae 60 2,09% 0,2 0,83% 2,92% ,694,634-0, Collybia acervata tricholomataceae 125 4,35% 0,2 0,83% 5,18% ,354,942-0, Collybia butyracea tricholomataceae 9 0,31% 0,2 0,83% 1,15% ,665,834-0, Collybia cirrhata tricholomataceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Collybia confluens tricholomataceae 3 0,10% 0,2 0,83% 0,94% ,651,957-0, Coltricia cinnamomea polyporaceae 25 0,87% 0,6 2,50% 3,37% ,449,321-0, Coltricia perennis polyporaceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Coriolopsis occidentalis polyporaceae 44 1,53% 0,2 0,83% 2,36% ,796,183-0, Crepidotus herbarum cortinaceae 8 0,28% 0,4 1,67% 1,94% ,843,664-0, Crepidotus variabilis cortinaceae 16 0,56% 0,4 1,67% 2,22% ,912,192-0, Daedalea quercina polyporaceae 70 2,43% 0,2 0,83% 3,27% ,153,127-0, Daedalopsis confragosa polyporaceae 87 3,03% 0,2 0,83% 3,86% ,978,998-0,10585

41 No Nama Jenis Famili K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 19 Daedinella sp. polyporaceae 39 1,36% 0,2 0,83% 2,19% ,002,463-0, Daldinia grandis xylariaceae 46 1,60% 0,2 0,83% 2,43% ,351,666-0, Entoloma sinuatum entolomataceae 8 0,28% 0,2 0,83% 1,11% ,843,664-0, Fomes fomentarius polyporaceae 100 3,48% 0,6 2,50% 5,98% ,586,378-0, Fomes lignosus polyporaceae 129 4,49% 0,8 3,33% 7,82% ,039,955-0, Fomitopsis cajanderi polyporaceae 10 0,35% 0,2 0,83% 1,18% ,612,229-0, Fomitopsis pinicola polyporaceae 208 7,23% 1 4,17% 11,40% ,262,699-0, Ganoderma applanatum polyporaceae 214 7,44% 1 4,17% 11,61% ,978,319-0, Ganoderma sp. polyporaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Hebeloma sp cortinaceae 10 0,35% 0,2 0,83% 1,18% ,612,229-0, Heterobasidion annosum polyporaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Hydnellum scrobilatum hydnellaceae 47 1,63% 0,2 0,83% 2,47% ,136,604-0, Hydnellum sp. hydnellaceae 44 1,53% 0,4 1,67% 3,20% ,796,183-0, Hygrocybe acutoconia hygroporaceae 2 0,07% 0,4 1,67% 1,74% ,706,608-0, Hygrocybe miniata hygroporaceae 11 0,38% 0,2 0,83% 1,22% ,659,127-0, Hypoxylon fragiformae xylariaceae 207 7,20% 0,2 0,83% 8,03% ,310,892-0, Lactarius pubescens russulaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Lepiota atrodisca lepiotaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Lepiota cristata lepiotaceae 54 1,88% 0,2 0,83% 2,71% ,748,239-0,07466

42 No Nama Jenis Famili K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 38 Lepiota flammeatincta lepiotaceae 6 0,21% 0,2 0,83% 1,04% ,720,485-0, Lepiota naucina lepiotaceae 9 0,31% 0,2 0,83% 1,15% ,665,834-0, Lepiota procera lepiotaceae 4 0,14% 0,2 0,83% 0,97% ,775,136-0, Lycoperdon sp lycoperdaceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Marasmiellus candidus tricholomataceae 23 0,80% 0,2 0,83% 1,63% ,283,137-0, Marasmiellus foetidus tricholomataceae 24 0,83% 0,2 0,83% 1,67% ,857,541-0, Marasmius candidus tricholomataceae 59 2,05% 0,8 3,33% 5,39% ,862,705-0, Marasmius copelandi tricholomataceae 60 2,09% 0,4 1,67% 3,75% ,694,634-0, Marasmius haematocephalus tricholomataceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Marasmius ramealis tricholomataceae 28 0,97% 0,2 0,83% 1,81% ,316,034-0, Marasmius sp. tricholomataceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Microporellus dealbatus tricholomataceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Mycena acicula tricholomataceae 6 0,21% 0,4 1,67% 1,88% ,720,485-0, Mycena clavularis tricholomataceae 3 0,10% 0,2 0,83% 0,94% ,651,957-0, Mycena lilacifolia tricholomataceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Mycena sp. tricholomataceae 4 0,14% 0,4 1,67% 1,81% ,775,136-0, Mycena strobilinoides tricholomataceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Panus sp. tricholomataceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Peziza sp. pezizaceae 5 0,17% 0,2 0,83% 1,01% ,437-0,01105

43 No Nama Jenis Famili K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 57 Pholiota mutabilis strophariaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Pholiota squarrosoides strophariaceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Piptoporus betulinus polyporaceae 53 1,84% 0,2 0,83% 2,68% ,993,516-0, Polyporus arcularius polyporaceae 90 3,13% 0,4 1,67% 4,80% ,639,983-0, Polyporus badius polyporaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Polyporus dermoporus polyporaceae 13 0,45% 0,2 0,83% 1,29% ,988,586-0, Polyporus sp. polyporaceae 40 1,39% 0,4 1,67% 3,06% ,749,285-0, Polyporus varius polyporaceae 4 0,14% 0,4 1,67% 1,81% ,775,136-0, Pycnoporus cinnabarius polyporaceae 6 0,21% 0,2 0,83% 1,04% ,720,485-0, Russula mairei rusullaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Russula sp. rusullaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Russula subnigricans rusullaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Sparassis radicata clavariaceae 1 0,03% 0,2 0,83% 0,87% ,963,808-0, Stereum hirsutum stereaceae 110 3,83% 0,2 0,83% 4,66% ,633,276-0, Stereum ostreum stereaceae 134 4,66% 0,2 0,83% 5,49% ,659,682-0, Stereum sp stereaceae 24 0,83% 0,4 1,67% 2,50% ,857,541-0, Suillus lakei boletaceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, Suillus sp. boletaceae 3 0,10% 0,2 0,83% 0,94% ,651,957-0, Trametes corrugata polyporaceae 30 1,04% 0,2 0,83% 1,88% ,626,106-0,04761

44 No Nama Jenis Famili K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) pi ln pi pi ln pi H' E 76 Trametes hirsuta polyporaceae 48 1,67% 0,4 1,67% 3,34% ,926,069-0, Trametes versicolor polyporaceae 136 4,73% 0,6 2,50% 7,23% ,511,531-0, Tricholoma sp. tricholomataceae 55 1,91% 0,4 1,67% 3,58% ,564,748-0, Tulostoma sp. tulostomataceae 46 1,60% 0,2 0,83% 2,43% ,351,666-0, Tyromyces amarus polyporaceae 2 0,07% 0,4 1,67% 1,74% ,706,608-0, Xeromphalina campanella tricholomataceae 21 0,73% 0,2 0,83% 1,56% ,192,855-0, Xylaria polymorpha xylariaceae 46 1,60% 0,2 0,83% 2,43% ,351,666-0, Xylaria sp. xylariaceae 2 0,07% 0,2 0,83% 0,90% ,706,608-0, ,00% ,00% 200,00% -364,562

45 LAMPIRAN 7 : Contoh Perhitungan (K,KR, F, FR, INP, H dan IS) A. Contoh Perhitungan Kerapatan Mutlak pada Calocybe ionides Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu suatu jenis Luas Plot contoh / Plot pengamatan = 12 0,2 ha = 12 ind/0,2 ha B. Contoh Perhitungan Kerapatan relatif pada Calocybe ionides Kerapatan mutlak suatu jenis Kerapatan Relatif (KR) = x100% Jumlah total kerapatan mutlak Seluruh jenis = x 100% = 1,60% C. Contoh Perhitungan Frekuensi Mutlak pada Calocybe ionides Frekuensi Mutlak (FM) = Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Jumlah seluruh plot pengamatan = 1 3 = 0,333

46 D. Contoh Perhitungan Frekuensi Relatif pada Calocybe ionides Frekuensi Relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi total seluruh jenis = 0,333 11,333 x 100% = 2,94% E. Contoh Perhitungan Indeks Nilai Penting pada Calocybe ionides INP = KR + FR = 1,60% + 2,94% = 4,55% F. Contoh Perhitungan Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener pada Calocybe ionides di Trail I pi = = ni N = H = -Σpi ln pi = - (-2,732257) =

47 G. Contoh Perhitungan Indeks Keseragaman pada Trail I H E = H maks = = 0, H. Contoh Menghitung Indeks Similaritas untuk Trail I dan II 2C IS = X 100 % A + B 2 x (3,07% + 21,99% + 4,55%) = X 100 % ,61% = X 100 % 200% = 14,80%

48 LAMPIRAN 8 : Analisa Korelasi Pearson Dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver Kelembaban Suhu Intensitas ph Keanekaraga man kelembaban Pearson Correlation 1 -,808 -,246,368,698 Sig. (2-tailed),098,690,543,190 N Suhu Pearson Correlation -,808 1,107 -,211 -,528 Sig. (2-tailed),098,865,733,360 N intensitas Pearson Correlation -,246,107 1,745 -,707 Sig. (2-tailed),690,865,149,182 N ph Pearson Correlation,368 -,211, ,137 Sig. (2-tailed),543,733,149,826 N keanekaragaman Pearson Correlation,698 -,528 -,707 -,137 1 Sig. (2-tailed),190,360,182,826 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

49

50 LAMPIRAN 9 : Indeks Kesamaan Y 2 dan 4 4 dan dan % % % % 1 dan 4 2 dan 11 4 dan % % % dan 11 2 dan dan % % % KESIMPULAN Trail % 14.63% 29.20% 20.89% % 13.68% 12.78% % 22.00% % 7.77

51 LAMPIRAN 10 : Faktor Fisik Trail 1 Kordinat N : ,3 E : ,9 Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Altitudinal Ketebalan serasah (cm) Trail 2 Kordinat N : ,7 N : ,8 N : ,8 E : ,2 E : ,7 E : ,9 Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Altitudinal Ketebalan serasah (cm) Trail 4 Kordinat N : ,7 E : ,4 Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Altitudinal Ketebalan serasah (cm) Trail 11 Kordinat N : ,0 E : ,7 Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Altitudinal Ketebalan serasah (cm) 3 4 4

52 Trail 1 2 Kordinat N : ,6 E : ,1 Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Altitudinal Ketebalan serasah (cm) KESIMPULAN trail 1 trail 2 trail 4 trail 11 trail 1.2 Rata rata Suhu udara Kelembaban Penetrasi cahaya ph substrat Ketebalan serasah (cm)

53 113 LAMPIRAN 11 : SPORA PRINT Marasmius Spora Marasmius

54 114 Lepiota Spora Lepiota

Lampiran 1. Deskripsi Jamur

Lampiran 1. Deskripsi Jamur Lampiran 1. Deskripsi Jamur 1. Amanita sp. Deskripsi : Tudung berdiameter 5 15 (20), bulat kemudian cembung hingga pipih, berwarna putihi permukaan licin. Lapisan himenium (gill) melekat pada tangkainya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang mempunyai luas sekitar 112,5 ha, yang diperuntukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman Nasional Berbak Kabupaten Muaro Jambi yang telah dilakukan di laboratoriun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016 KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH SUMATERA, INDONESIA (Studi Kasus di Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru) Tri Roh Wahyudi 1, Sri Rahayu P

Lebih terperinci

PRAKATA. Purwokerto, Agustus Penulis

PRAKATA. Purwokerto, Agustus Penulis PRAKATA Skripsi ini ditulis guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sains pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penulis mengambil topik tentang karakteristik jamur

Lebih terperinci

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS Species of Fungi Basidiomycetes Family Polyporaceae in The

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

KERAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCETES MAKROSKOPIS DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

KERAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCETES MAKROSKOPIS DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS KERAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCETES MAKROSKOPIS DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS Nur Alam 1, Elis Tambaru 2 As adi Abdullah 2 1. Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventory Of Macrofungi (Basidiomycetes) At Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Liska Chairani Harahap 1*, Fauziah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jamur Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Bionature Vol. 12 (2): Hlm: 93-100, Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: 1411-4720 Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Keanekaragaman Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng (Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU

JENIS-JENIS POLYPORACEAE DI TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROVINSI RIAU JENIS-JENIS POLYPOREE DI TMN HUTN RY SULTN SYRIF HSYIM PROVINSI RIU Rizki Harja *, tria Martina 2, Nery Sofiyanti 3 Mahasiswa Program S iologi, FMIP Universitas Riau 2 Dosen idang Mikrobiologi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

Oleh: Rizqi Istiqomah A

Oleh: Rizqi Istiqomah A EKSPLORASI DAN INVENTARISASI JAMUR KAYU SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS DI EDUPARK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri. LAMPIRAN Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas 1. Aspergillus sp.1 Ciri makroskopis

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes di Hutan Bukit Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu

Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes di Hutan Bukit Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu . Jenis-Jenis Jamur Basidiomycetes di Hutan Bukit Beluan Kecamatan Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Ita Mya Sari 1, Riza Linda 1, Siti Khotimah 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi ICS 79.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

Jamur Makro Berpotensi Pangan dan Obat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai dan Cagar Alam Batang Palupuh Sumatera

Jamur Makro Berpotensi Pangan dan Obat di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai dan Cagar Alam Batang Palupuh Sumatera Jurnal Mikologi Indonesia Vol 1 No 1 (2016): 15-27 JMI Available online at: www.jmi.mikoina.or.id Jurnal Mikologi Indonesia e-issn: 2579-8766 Online Jamur Makro Berpotensi Pangan dan Obat di Kawasan Cagar

Lebih terperinci

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI DAN Cara perbanyakannya Macam2 BENIH berdasarkan asal tetuanya : 1. Benih LEGITIM : hasil persilangan buatan 2. Benih PROPELEGITIM : biklonal / poliklonal Propelegitim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN BUKIT JIMBARAN BALI

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN BUKIT JIMBARAN BALI EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR KLAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN BUKIT JIMBARAN BALI EXPLORATION AND IDENTIFICATION SPECIES OF BASIDIOMYCETES IN AREAS OF BUKIT JIMBARAN BALI Meitini W. Proborini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh.

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kayu a. Taksonomi Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. Pohon Mindi menyukai cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran dan tahan terhadap salinitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

benar sebesar 30,8%, sehingga harus dilakukan kembali pengelompokkan untuk mendapatkan hasil proporsi objek tutupan lahan yang lebih baik lagi. Pada pengelompokkan keempat, didapat 7 tutupan lahan. Perkebunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007) No. Karakteristik Deskripsi Notasi Data 1 Kecambah : Panjang Sangat pendek 1 hipokotil (*) Pendek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Jamur dapat tumbuh dengan mudah sehingga banyak dijumpai di alam bebas. Namun tidak semua jenis jamur yang dapat dikonsumsi masyarakat, masih

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung TINJAUAN PUSTAKA Kepik Coklat (R.linearis Fabr.) Biologi Hama Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. Menurut Wahyu (2010), klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

JAMUR Jamur Yang Tidak Berbahaya

JAMUR Jamur Yang Tidak Berbahaya JAMUR Jamur merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sebagai saprofit, jamur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan Agus Salim) dari Hotel Astro sampai di perempatan lampu merah Jalan Rambutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

Uji Organoleptik Ikan Mujair

Uji Organoleptik Ikan Mujair Uji Organoleptik Ikan Mujair Bahan Mentah OLEH : PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu atau nilai-nilai tertentu yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

JENIS JAMUR KAYU MAKROSKOPIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues)

JENIS JAMUR KAYU MAKROSKOPIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues) Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 2, No. 1, Ed. April 2014, Hal. 1-76 JENIS JAMUR KAYU MAKROSKOPIS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues) Hasanuddin Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Tanaman Mentimun Mentimun termasuk suku Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Kedudukan tanaman mentimun dalam sistematika tumbuhan menurut Sumpena (2004) di klasifikasikan

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea) Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku BABII TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku laporan tugas akhir dan makalah seminar yang digunakan sebagai inspirasi untuk menyusun konsep penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR KELAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN HUTAN KELURAHAN LAHEI II KECAMATAN LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA SKRIPSI

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR KELAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN HUTAN KELURAHAN LAHEI II KECAMATAN LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA SKRIPSI PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR KELAS BASIDIOMYCETES DI KAWASAN HUTAN KELURAHAN LAHEI II KECAMATAN LAHEI KABUPATEN BARITO UTARA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Penelitian. Letak tanaman dalam plot. Universitas Sumatera Utara P3M2. P0M2 1,5 m P2M0 P0M3 P1M1 P2M2 P0M3. 1,5 m P3M1 P0M1 P2M0

Lampiran 1. Bagan Penelitian. Letak tanaman dalam plot. Universitas Sumatera Utara P3M2. P0M2 1,5 m P2M0 P0M3 P1M1 P2M2 P0M3. 1,5 m P3M1 P0M1 P2M0 57 Lampiran 1. Bagan Penelitian P3M3 P2M3 P3M2 Letak tanaman dalam plot P1M0 P1M2 P0M2 1,5 m P2M1 P3M3 P2M0 P2M2 P0M3 P1M1 P3M2 P3M2 P0M3 P2M0 P3M1 P0M1 1,5 m P3M0 P0M0 P2M3 P3M1 P1M1 P2M1 P0M2 P2M1 P1M0

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jati Tectona grandis Linn. f. atau jati merupakan salah satu tumbuhan yang masuk dalam anggota famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal juga dengan nama deleg, dodolan, jate,

Lebih terperinci