BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 secara kesinambungan dan
|
|
- Hadian Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 secara kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, unsur-unsur pemerataan, pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional. Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera perlu disertai dengan, antara lain upaya pengelolaan keuangan negara secara optimal. Hal tersebut dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi dalam pengelolaan aset negara dan pengembangan sumber pembiayaan negara, guna meningkatkan daya dukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menggerakkan pembangunan sektor ekonomi secara berkesinambungan 1 Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan yang semakin 1 Afnil Guza, Undang-undang Perbankan Syariah UU RI No.21 Tahun 2008 dan Undangundang Surat Berharga Syariah Negara UU RI No.19 Tahun 200, Asa Mandiri, Jakarta,2008, Hlm.78 1
2 besar ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya, 2 oleh karena itu perlu ada upaya yang serius menciptakan iklim investasi yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu iklim investasi yang baik dapat mendorong manfaat bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hal ini berarti menambah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dana investasi tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor pemerintah tapi juga sektor swasta. Pemerintah biasanya bertindak sebagai pengambil inisiatif pembangunan prasarana fisik, sedangkan pihak swasta (perorangan/perusahaan) bertindak sebagai penggerak kegiatan ekonomi komersial. Semuanya ini memerlukan dana investasi baik yang sifatnya jangka pendek seperti modal kerja untuk biaya kebutuhan operasional, maupun jangka panjang seperti untuk pengadaan aktiva-aktiva tetap yang dibutuhkan. Namun dalam pembangunan tersebut terdapat kelemahan struktur dan sistem perekonomian Indonesia yang menimbulkan penyimpangan-penyimpangan, antara lain ketidak hati-hatian dan kerugian dunia investor di Indonesia dalam berinvestasi, diperparah oleh kurang memadainya perangkat hukum, lemahnya penegakan hukum disertai dengan sistem politik yang kurang demokratis sehingga diantaranya mengakibatkan banyaknya distorsi sehingga terjadinya penyimpangan dari praktek ekonomi pasar yang mengakibatkan semakin lemahnya pondasi perekonomian nasional. 2005, Hlm. 1 2 Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Alumni, Bandung, 2
3 Pada tahun 1998, perkembangan sektor moneter diwarnai situasi memprihatinkan yang disebabkan oleh krisis nilai tukar. Padahal pada triwulan pertama 1997, keadaan ekonomi masih tampak normal, sehingga kebijakan BI (Bank Indonesia) lebih ditekankan pada pengendalian permintaan dalam negeri, terutama untuk memelihara stabilitas makro-ekonomi. Upaya pengendalian itu dilakukan mengingat ekspansi kredit perbankan ke berbagai sektor masih sangat kuat, terutama ke sektor properti dan sektor-sektor konsumtif lainnya. Pada saat yang sama, arus modal asing masih deras mengalir masuk, ditambah dengan pinjaman luar negeri berjangka pendek. 3 Kurun waktu sepuluh tahun resesi ekonomi kembali terjadi pada tahun 2008 ditandai dengan krisis keuangan global setelah krisis moneter pada tahun 1998, yang menyebabkan krisis keuangan global di berbagai sektor, Salah satu sektor yang terkena dampak krisis tersebut adalah sektor riil. Sektor riil memberi andil terhadap krisis karena industri yang dibangun banyak sekali berbasis impor. Dengan demikian setiap usaha untuk mendongkrak ekspor, pasti akan berimplikasi terhadap rupiah dan perekonomian secara keseluruhan. Bahkan yang paling menyedihkan, industriindustri yang berorientasi ke dalam juga berkembang dengan impor bahan baku dan barang-barang modal, yang menguras devisa dalam jumlah besar. Resesi keuangan global pada tahun 2008 terjadi berawal pada kredit perumahan yang macet di Amerika Serikat yang melanda sebuah grup perusahaan. 3 Didik.J. Rachbini dan Suwidi.Tono, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT. Mardi.Mulyo, Jakarta, 2000, Hlm.9. 3
4 Namun, karena nilai asetnya melebihi beberapa kali total APBN, krisis kali ini memang luar biasa. Krisis yang terjadi di Amerika Serikat itu menimbulkan efek domino bagi perekonomian dunia karena banyak negara yang membeli obligasi dari grup yang besar tersebut. Efek domino itu kini secara kasat mata menerjang perekonomian Indonesia. 4 Berkaitan dengan krisis keuangan global yang menerjang perekonomian Indonesia, salah satunya adalah lemahnya suatu iklim investasi dalam penerbitan Obligasi Ritel Indonesia (ORI), terbukti dalam penjualan ORI005 tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga mengakibatkan hilangnya kepercayaan terhadap investor dalam menanamkan investasinya, meskipun sebelumnya penjualan ORI mencapai level oversubscribed. Disamping itu juga ORI merupakan sumber anggaran pembiayaan keuangan negara sudah tidak relevan lagi untuk diterbitkan pada saat-saat krisis keuangan global. Pemerintah melalui departemen keuangan selaku otoritas keuangan negara mengeluarkan kebijakan untuk mempertahankan sumber anggaran pembiayaan keuangan negara dengan mengesahkan Undang-undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Negara adalah jenis surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berdasarkan prinsip syariah. 4 Firmansyah, Krisis Keuangan Global, Indikator Sudah Berakhirnya Kejayaan Kapitalisme - Bag. 1, Syabab.Com, 29-Mei-2009, Wib. 4
5 SBSN atau Sukuk Negara ini merupakan suatu jenis instrumen surat berharga tanpa riba yang diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah. Hal itu dilihat dari Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN- MUI/IX/2002, disebutkan yang dimaksud dengan Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dominasi transaksi ribawi dalam perekonomian telah berdampak pada berfluktuasinya tingkat inflasi dan berpotensi sebagai alat eksploitasi manusia, mengarah pada ketidakadilan distribusi, dan membawa pada marjinalisasi kebenaran. Riba adalah tambahan nilai yang diperoleh dengan tanpa risiko dan merupakan hadiah atau kompensasi kerja, oleh karena itu, riba dimungkinkan terjadi pada transaksi perdagangan atau keuangan. 5 Secara umum ekonom muslim menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan yang harus dibayarkan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam yang bertentangan dengan prinsip syariah. 6 Prinsip syariah dimaksud menekankan bahwa para pelaku ekonomi untuk selalu menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi 5 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta, Hlm 1 6 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001, Hlm.37 5
6 dalam konsep syariah, pada dasarnya sistem ekonomi syariah memiliki tiga ciri yang mendasar, yaitu (a) prinsip keadilan, (b) menghindari dari kegiatan yang dilarang, (c) memperhatikan aspek kemanfaatan. Ketiga ciri sistem ekonomi syariah yang demikian, tidak hanya memfokuskan perhatian pada diri sendiri untuk menghindari dari praktik bunga, tetapi juga kebutuhan untuk menerapkan semua prinsip syariah dalam sistem ekonomi secara seimbang. 7 Upaya pengembangan Instrumen pembiayaan berdasarkan prinsip syariah tersebut antara lain bertujuan untuk. 8 a. Memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah di dalam negeri b. Memperluas basis pembiayaan anggaran negara c. Menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah, baik di pasar keuangan syariah domestik maupun internasional d. Memperluas dan mendiversifikasi basis investor e. Mengembangkan alternatif instrumen investasi syariah baik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri f. Mendorong pertumbuhan pasar keuangan syariah. Perbedaan prinsip antara surat berharga syariah dan konvensional antara lain adalah dalam surat berharga berdasarkan syariah menggunakan konsep imbalan, bukan bunga sebagai mana dikenal dalam instrumen keuangan konvensional. Dalam surat berharga dengan prinsip syariah juga diperlukan sejumlah aset tertentu yang 7 Zaenuddin Ali. Hukum Perbankan Syariah. Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hlm 20 8 Dharma Setyadi, SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), WealthIndonesia.Com, 13- April-2009,
7 digunakan sebagai dasar untuk melakukan transaksi dengan menggunakan Akad berdasarkan prinsip syariah. 9 Sesuai prinsip syariah, Undang-undang tersebut menetapkan bahwa penerbitan SBSN harus memiliki objek perjanjian (underlying asset) yang menjadi aset SBSN. Aset SBSN merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis seperti tanah dan bangunan. Penggunaan aset SBSN dapat dilakukan dengan cara dijual, disewakan, atau cara lain yang mengacu kepada prinsip syariah. Selain itu, penerbitan SBSN dapat dilaksanakan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit SBSN yang ketentuan pendiriannya diatur berdasarkan Undang-undang SBSN. Penerbitan SBSN dilakukan melalui Perusahaan Penerbit (Special Purpose Vehicle) dan akan menggunakan skema ijarah (sale and lease back). Dengan skema ini, Pemerintah akan melakukan perjanjian jual beli atas hak manfaat (beneficial title) BMN bukan hak kepemilikan (legal title) dengan Perusahaan Penerbit SBSN. Perusahaan Penerbit ini kemudian menerbitkan SBSN dan menjual SBSN kepada investor melalui agen penjual yang telah ditunjuk. 10 Pendirian Perusahaan Penerbit dalam rangka penerbitan Sukuk Negara memiliki kekhususan, karena Perusahaan Penerbit yang bersangkutan didirikan hanya untuk suatu tujuan tertentu dan tidak dapat difungsikan sebagai perusahaan penerbit yang akan melakukan penerbitan 9 Ibid. 10 Farid Abdurrahman & Erisa Habsjah. Menyambut Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara. Kompas.com, 30-Maret-2009, Wib 7
8 diluar Sukuk Negara. Berdasarkan PP No. 56 Tahun 2008, Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia selain sebagai penerbit SBSN juga dapat bertindak sebagai Wali Amanat dari pemegang SBSN. Penggunaan kata-kata wali amanat dalam Undang-undang Pasar Modal merupakan penggantian dari rumusan Trustee, yang sebelumnya digunakan dalam keputusan menteri keuangan No.696/KMK.01/1985 tentang lembaga Penunjang Pasar Modal. Penggunaan istilah Trustee ini selanjutnya diubah dengan nama Trust-Agent dalam keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/ Dalam konteks tersebut, pemilik dari efek bersifat utang tersebut adalah investor pasar modal, sedangkan Wali Amanat berdasarkan definisi yang diberikan adalah pihak yang mewakili investor pemegang efek bersifat utang ini. Dengan demikian Wali Amanat, meskipun bukan kreditor pemilik Efek bersifat utang, adalah satusatunya pihak yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat utang tersebut. 11 Obligasi dalam Pasal 52 UU PM yang mewajibkan Emiten Wali Amanat untuk membuat perjanjian Perwaliamanatan, kewajiban tersebut hanya semata-mata untuk kepentingan investor pemegang obligasi. Dalam penjelasan Pasal 51 Ayat (2) UUPM juga secara tegas menyatakan bahwa sejak ditandatangani Perjanjian Perwaliamanatan antara Emiten dengan Wali Amanat, Wali Amanat telah sepakat dan 11 Gunawan Widjaja, Penerbitan Obligasi Dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat Dalam Pasar Modal, CV. Kencana, Jakarta, Hlm
9 mengikatkan diri untuk mewakili pemegang Efek bersifat utang (investor pemegang obligasi). Dengan demikian, pada saat Perjanjian Perwaliamanatan ditandatangani, baik secara undang-undang maupun perjanjian telah melahirkan perikatan Wali Amanat terhadap Investor pemegang obligasi. 12 Pemerintah akan memberikan imbalan berupa sewa yang pembayarannya dilakukan melalui Bank Indonesia atau agen pembayar yang ditunjuk oleh pemerintah. Pembayaran imbalan berupa sewa bersifat tetap (fixed) yang dilakukan secara periodik setiap 6 bulan sampai jatuh tempo. Masa jatuh tempo untuk penerbitan SBSN pertama ini adalah 7 tahun dan 10 tahun. Pada saat jatuh tempo, Pemerintah membeli kembali hak manfaat aset SBSN dari Perusahaan Penerbit SBSN sesuai perjanjian akad SBSN (Ijarah agreement). Selanjutnya Bank Indonesia atau agen pembayar akan meneruskan pembayaran ini sejumlah nilai nominal SBSN kepada investor. Departemen Keuangan menunjuk agen dan konsultan hukum penerbitan sukuk yaitu PT Mandiri Sekuritas, PT Trimegah Securities dan PT Danareksa Sekuritas. Masa efektif bookbuilding relatif singkat, yakni 4 hari kerja mulai tanggal 15 agustus sampai 21 Agustus Sebagian besar investor terutama bank, baru menyampaikan bids setelah pengumuman bank Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2008 mengenai rencana pencabutan PBI terkait ketentuan hold to matuarity instrument syariah. Beberapa calon investor membatalkan order setelah princing 12 Ibid. hlm
10 karena naiknya yield (imbalan) obligasi Negara akibat harga minyak menjelang penutupan penawaran mencapai USD 121 per barrel, yield tanpa ekstra premi dan mengacu pada yield obligasi negara dengan tenor yang sama. Head Of Debt Capital Market Danareksa Securities menyebutkan hasil konsolidasi industri syariah saja menunggu instrumen investasi syariah namun juga bagi kalangan konvensional. Dipertegas dengan waktu penawaran selama enam hari, terhitung 15 hingga 21 Agustus 2008, agen penjualan sangat leluasa untuk meloloskan penjualan SBSN tahap pertama tersebut. Disamping itu juga dengan underlying asset yang disiapkan Departemen Keuangan atas penjualan SBSN tersebut sangat memadai dengan Rp. 18,3 triliun. Presiden Direktur, Mandiri Sekuritas, menjelaskan secara kualitas calon investor yang dari industri syariah maupun konvensional yang berminat terhadap SBSN (Sukuk) hampir sama besarnya. Direktur Trimegah Sekurities, menjelaskan hal serupa, reaksi pasar terhadap peluncuran SBSN sangat tinggi, instrument investasi seperti SBSN (obligasi syariah) sangat ditunggutunggu oleh pasar. Kalau dilihat aset industri perbankan syariah sudah mencapai Rp. 43 triliun, maka menurut dia, Rp. 5 triliun diantaranya diinvestasikan dalam bentuk surat berharga. 13 SBSN yang pertama kali diterbitkan adalah jenis akad ijarah (sale & lease back) dengan waktu jatuh tempo 10 tahun dan ditujukan untuk semua investor baik 13 Patri, Sukuk Negara (Obligasi Syariah) IFR-0001 & IFR-0002 Laris Manis, Majalah Ekonomi Syariah.com, 11-April-2009, Wib 10
11 institusi maupun perorangan, warga negara Indonesia maupun warga asing. Berdasarkan UU No. 19 tahun 2008 tentang SBSN, penerbitan SBSN ditujukan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) termasuk membiayai pembangunan proyek. Seseorang dalam melakukan investasi cenderung untuk menghindari kemungkinan menanggung risiko, tetapi tidak ada seorang pun yang terbebas dari risiko. 14 Meskipun surat berharga syariah negara merupakan instrumen obligasi yang menggunakan prinsip-prinsip syariah, kehatian-kehatian investor berinvestasi dalam penerbitan surat berharga syariah negara perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko yang dimaksud adalah : 15 a. Risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan; b. Risiko daya beli, disebabkan inflasi; c. Risiko pasar bear dan bull, tren pasar turun atau naik; d. Risiko manajemen, kesalahan/kekeliruan dalam pengelolaan; e. Risiko kegagalan, keuangan perusahaan ke arah pailit f. Risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva. 14 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi Dan Portofolio, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, Hlm Ibid. 11
12 g. Risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset/surat berharga oleh emiten h. Risiko konversi, keharusan penukaran atau aktiva. i. Risiko politik, baik internasional maupun nasional j. Risiko industri, munculnya saingan produk homogen. Surat berharga syariah negara diterbitkan untuk dijadikan sumber anggaran pembiayaan keuangan negara, sebelumnya risiko-risiko tersebut yang menyebabkan Obligasi Ritel Indonesia kurang mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak terutama kalangan investor, oleh karena itu dalam penerbitan SBSN masa yang akan datang diperlukan beberapa instrumen payung hukum terhadap investor bilamana terjadinya risiko-risiko tersebut. Diterapkan prinsip-prinsip syariah dalam penerbitan surat berharga syariah negara diharapkan berbagai pihak, pemerintah maupun investor tidak keluar dan melanggar dari peraturan-peraturan yang telah diterapkan, setidaknya risiko-risiko tersebut dapat teratasi dan tereliminir. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai pentingnya perlindungan investor dalam penerbitan surat berharga syariah negara, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul tesis; ANALISIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DIKAITKAN DENGAN UNDANG 12
13 UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diangkat permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan penerbitan surat berharga syariah negara berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2008 tentang surat berharga syariah negara? 2. Bagaimanakah penyelesaiannya bila terjadi wanprestasi oleh pemerintah kepada investor dalam penerbitan surat berharga syariah negara? C. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaturan penerbitan surat berharga syariah negara berdasarkan Undang-undang No.19 Tahun 2008 tentang surat berharga syariah negara. 2. Untuk mengetahui penyelesaiannya jika terjadi wanprestasi oleh pemerintah kepada investor dalam penerbitan surat berharga syariah negara. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis 13
14 Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya ilmu hukum pasar modal dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. 2. Kegunaan Praktis a. Pemerintah, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi intansi terkait seperti Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan, dalam melakukan pengawasan dan mengeluarkan kebijakan atau peraturanperaturan untuk lebih memperhatikan investor terutama dalam penerbitan surat berharga syariah negara agar dapat memberikan kepastian hukum. b. Investor dan masyarakat serta pihak-pihak lain yang tertarik dengan kegiatan pasar modal, penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan bagi para pihak yang berminat dalam berinvestasi terkait dengan diterbitkannya surat berharga syariah negara. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis terdapat sebuah tesis yang relevan, berjudul Analisis Hukum Terhadap Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara yang ditulis oleh Pristika Handayani dari Universitas Sumatera Utara. Karya tesis tersebut menggambarkan penilaian aspek hukum secara umum mengenai penerbitan SBSN dan kepastian hukum bagi pemegang SBSN. 14
15 Tesis tersebut di atas memiliki perbedaan fokus pembahasan dengan tesis penulis ini, yang menitikberatkan pada bagaimana penyelesaian permasalahan wanprestasi terhadap investor surat berharga syariah negara. 15
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
LAPORAN HASIL PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN/SUKUK NEGARA) SERI IFR-0001 DAN SERI IFR-0002 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan RI Jakarta, 26 Agustus 2008 Persiapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi industri perbankan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA INDONESIA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUSAHAAN PENERBIT SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinci2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa
No. 70, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA APBN. KEUANGAN. Pengelolaan. Pendapatan. Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4852) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian suatu negara biasanya dapat dilihat dari keberadaan suatu pasar modal. Sebuah negara industri maju maupun negara industri baru selalu
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.36,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.08/2012 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciSUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN
SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai
Lebih terperinciSeri SR-005. Tumbuhkan Semangat Pendidikan dengan Sukuk Negara Ritel.
Tumbuhkan Semangat Pendidikan dengan Sukuk Negara Ritel Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan www.valburysecurities.co.id 2013 PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN SYARIAH & SUKUK NEGARA
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan untuk mencari model ekonomi yang lebih komprehensif.salah satu alternatif pilihan adalah mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya
Lebih terperinciStruktur Akad Sukuk Negara
Struktur Akad Sukuk Negara 1. SBSN Ijarah - Sale and Lease Back 2. SBSN Ijarah - Asset to be Leased 3. SBSN Ijarah - Al-Khadamat 4. SBSN Wakalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan
Lebih terperinciInvestasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera
Investasi Untuk Pembangunan Bangsa Investasi Anda Untuk Indonesia Lebih Sejahtera KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH Gedung A.A. Maramis II Lantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal merupakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan.
No.67, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPATEMEN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara. Penerbitan. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.08/2009 TENTANG PENERBITAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.08/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA TABUNGAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.08/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA TABUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebijakan perusahaan agar bisa mendapatkan dana tanpa harus berutang ke perbankan dan menerbitkan saham baru adalah menerbitkan obligasi. Perusahaan
Lebih terperinciSurat Berharga Syariah Negara
Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negaranegara Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal. berkaitan dengan efek. (Indonesia Stock Exchange).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi dalam ekonomi syariah merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan. Karena dengan berinvestasi, harta yang dimiliki menjadi lebih produktif
Lebih terperinci- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan
BAB V PEMBAHASAN Pengujian penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Project Based Sukuk
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Project Based Sukuk PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA Mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi berbasis syariah (Islam) yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013
Lebih terperinciARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute
ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan Pembayaran Imbalan yaitu Sukuk Negara Ritel mencerminkan besaran sewa yang mejadi hak
Lebih terperinciFrequently Asked Questions (FAQ) Sukuk Negara Ritel SR-010
Frequently Asked Questions (FAQ) Sukuk Negara Ritel SR-010 1. Apakah yang dimaksud dengan SR-010? SR-010 adalah Sukuk Negara Ritel seri ke-10 yang merupakan Surat Berharga Syariah Negara yang diterbitkan
Lebih terperinciSukuk Negara Ritel Seri SR-002 Tahun 2010
Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 Tahun 2010 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan RI Jakarta, 22 Januari 2010 Agenda I. Dasar Hukum II. Tujuan dan Manfaat Penerbitan III. Investasi Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang,
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejarah liberalisasi sektor keuangan di Indonesia bisa dilacak ke belakang, setidaknya sejak tahun 1983 saat pemerintah mengeluarkan deregulasi perbankan (Pakjun 1983).
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memerlukan dana yang bersumber dari luar perusahaan untuk pengembangan usahanya. Dana luar itu, selain berupa pinjaman dari bank dapat pula dilakukan
Lebih terperincimenyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
61 BAB IV ANALISIS SUKUK IJĀRAH AL-MUNTAHIYA BITTAMLIK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Aplikasi Perdagangan Sukuk Ijārah Al-Muntahiya Bittamlik di Bursa Efek Indonesia Pada dasarnya segala bentuk
Lebih terperinciMEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA
MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA ABSTRAKS Ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi makro ekonomi Indonesia. Kondisi global ini ikut mempengaruhi depresiasi nilai
Lebih terperinciF A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012
F A Q OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-012 1. Apakah yang dimaksud dengan Surat Utang Negara? Yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dari pemerintah dalam mata uang Rupiah maupun Valuta
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan
Lebih terperincicommit to user BAB VI PENUTUP
110 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya Pihak Terkait Dalam Penerbitan Sukuk Korporasi Ijarah Agar Sukuk Tidak
Lebih terperinciSukuk Negara Ritel. Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan
Instrumen Investasi berbasis Syariah yang Aman dan Menguntungkan Disampaikan pada acara Marketing seri SR-007 Tahun 2015 Dasar Hukum Undang-Undang: UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciDPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF
DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anjuran atas sistem bagi hasil atau profit sharing, serta larangan terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep keuangan Islam berbasis syariah (Islamic finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh negara-negara
Lebih terperinciSEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH
SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya
Lebih terperinciSERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Sukuk Negara Ritel
RINGKASAN PRODUK SERI OBLIGASI NEGARA INDONESIA Mata Uang Rupiah, Sukuk Negara Ritel PT. Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Page 1 SERI OBLIGASI IDR NEGARA INDONESIA Mata
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal membawa peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat dipandang sebagai salah satu barometer kondisi perekonomian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan
Lebih terperinci-2- Dengan cara tersebut, diharapkan stabilitas nilai tukar Rupiah dapat terjaga dan tercipta pendalaman pasar valuta asing domestik. Transaksi Lindun
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Prinsip Syariah. Lindung Nilai. Transaksi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 36) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi perekonomian baik global maupun regional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami pasang surut, contohnya krisis ekonomi yang terjadi di Eropa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.592, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Valuta Asing. Pasar Perdana. Penjualan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/PMK.08/2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
A. OBLIGASI SYARIAH ( SUKUK ) 1. Pengertian Sukuk BAB II KERANGKA TEORI Obligasi berbasis sistem syariah yang sesuai dengan syariat islam atau dikenal dengan sebutan sukuk pengertian nya tidak jauh berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan pasar modal dalam aktifitas perekonomian sebuah negara sangat penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk membesarkan
Lebih terperinciEdisi Tahun 2013 DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN
Edisi Tahun 2013 DIREKTORAT PEMBIAYAAN SYARIAH DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG KEMENTERIAN KEUANGAN Istilah yang berasal dari Bahasa Arab: (ص ك ( Sakk Singular (ص ك و ك) Sukuk Plural Dokumen, Sertifikat,
Lebih terperinci- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan antara pihak yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciSURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA
Jurnal Perbankan Syariah Vol. 1 No. 2, November 2016 ISSN: 2527-6344 SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA Rukhul Amin Email: amin_rukhul@yahoo.com Abstrak Surat Berharga
Lebih terperinciTransaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.
BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).
Lebih terperincisukuk ritel INVESTASI RAKYAT PENUH MANFAAT
ritel INVESTASI RAKYAT PENUH MANFAAT Pengertian Surat Berharga Syariah Negara Ritel (Sukuk Ritel) adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciFAQ OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-013
FAQ OBLIGASI NEGARA RITEL SERI ORI-013 1 Q Apakah yang dimaksud dengan Surat Utang Negara? A Yaitu surat berharga yang berupa surat pengakuan hutang dari pemerintah dalam mata uang Rupiah maupun Valuta
Lebih terperinciSUKUK. MOHAMAD TOYYIB WIBIKSANA KAJIAN PEKANAN LISENSI 5 Mei 2010
SUKUK MOHAMAD TOYYIB WIBIKSANA KAJIAN PEKANAN LISENSI 5 Mei 2010 Pengertian Sukuk ص ك و ك) ) adalah istilah yang berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak (plural) dari kata Sakk ( ص ك ك ), yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak mulai didirikannnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 maka ekonomi syariah mulai banyak dikenal masyarakat dan mengalami perkembangan yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada tahun 2008 mengindikasikan akan kegagalan ekonomi kapitalisme. Sistem kapitalisme gagal menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Konsep keuangan berbasis syariah islam (Islamic Finance) dewasa ini telah tumbuh secara pesat, diterima secara universal dan diadopsi tidak hanya oleh
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.08/2014 TENTANG PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA DI PASAR PERDANA DALAM DENOMINASI YEN DI JEPANG DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan masyarakat adil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana
Lebih terperinciKRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 N
No.744, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Berharga Syariah Negara Ritel. Penjualan. Pasar Perdana Dalam Negeri. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/
Lebih terperinci