MODEL ADITIF TERAMPAT VEKTOR DENGAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (STUDI KASUS: INDRAMAYU) EKA PUTRI NUR UTAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL ADITIF TERAMPAT VEKTOR DENGAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (STUDI KASUS: INDRAMAYU) EKA PUTRI NUR UTAMI"

Transkripsi

1 MODEL ADITIF TERAMPAT VEKTOR DENGAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (STUDI KASUS: INDRAMAYU) EKA PUTRI NUR UTAMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Model Aditif Terampat Vektor dengan Komponen Utama untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim (Studi Kasus: Indramayu) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Eka Putri Nur Utami NIM G * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

3

4 RINGKASAN EKA PUTRI NUR UTAMI. Model Aditif Terampat Vektor dengan Komponen Utama untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim (Studi Kasus: Indramayu). Dibimbing oleh AJI HAMIM WIGENA dan ANIK DJURAIDAH. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir ini mengakibatkan terjadinya curah hujan ekstrim. Curah hujan ekstrim ini berpotensi menimbulkan banjir yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu pemodelan curah hujan diperlukan untuk meminimumkan dampak yang terjadi. Statistical downscaling (SD) merupakan model statistik yang digunakan untuk menduga curah hujan (berskala lokal) dengan memanfaatkan informasi dari data luaran global circulation model (GCM). Data GCM adalah data hasil simulasi komputer yang memanfaatkan kaidah fisika, kondisi lautan, dan perubahan iklim pada atmosfer bumi yang dapat digunakan untuk menduga unsurunsur iklim saat ini ataupun di masa yang akan datang. Permasalahan yang muncul dalam metode SD adalah penentuan teknik statistika yang tepat untuk memodelkan curah hujan ekstrim. Sebaran nilai ekstrim yang biasa digunakan dalam teori nilai ekstrim adalah generalized extreme value (GEV) dan generalized pareto distribution (GPD). Penggunaan sebaran GEV memiliki kelemahan yaitu akan menghilangkan banyak data amatan. Oleh karena itu diusulkan untuk menggunakan GPD. Pemodelan yang dapat digunakan dalam SD antara lain model aditif terampat (generalized additive model/gam) yang dapat mengatasi pengaruh nonlinier masing-masing peubah penjelas terhadap peubah respon dengan teknik pemulusan. Kekurangan dari metode ini adalah GAM hanya terbatas pada sebaran-sebaran yang termasuk ke dalam sebaran keluarga eksponensial, sedangkan GPD tidak termasuk ke dalam sebaran keluarga eksponensial. Selain itu, metode GAM hanya dapat membuat satu fungsi hubung dari parameter sebarannya. Permasalahan tersebut, diatasi dengan vector generalized additive model (VGAM). Teknik ini merupakan perluasan dari model aditif terampat karena VGAM yang tidak terbatas pada sebaran keluarga eksponensial. Tujuan dari penelitian ini adalah menduga curah hujan ekstrim menggunakan VGAM berdasarkan sebaran GPD di Kabupaten Indramayu. Data curah hujan di Indramayu digunakan sebagai peubah respon dan data presipitasi GCM sebagai peubah penjelas. Data penelitian dibagi menjadi dua yaitu data tahun untuk pemodelan dan data tahun 2008 sebagai validasi model. Ukuran grid data GCM yang digunakan yaitu ukuran 6 6 dan 8 8. Sifat dari data GCM yang berdimensi tinggi dan terdapat multikolinearitas diatasi dengan menggunakan analisis komponen utama. Pemodelan VGAM dilakukan terhadap data yang lebih besar dari nilai ambang dengan menggunakan metode backfitting vector. Pemilihan nilai ambang ini dilakukan dengan menggunakan mean residual life plot (MRLP). Pemulusan data menggunakan pemulusan spline dan pemilihan derajat bebas optimum dilakukan dengan memilih nilai Akaike Information Criterion (AIC) terkecil. Pemodelan dilakukan dengan memodelkan keseluruhan bulan, dan membagi bulan dalam empat kelompok. Kelompok tersebut adalah bulan hujan, peralihan

5 hujan-kering, kering, dan peralihan kering-hujan. Model yang dibuat adalah model keseluruhan dan model setiap kelompok. Hasil analisis komponen utama menghasilkan dua komponen utama untuk data grid 6 6 dan empat komponen utama untuk data grid 8 8. Proporsi keragaman kumulatif yang dihasilkan adalah 96% untuk data ukuran grid 6 6 dan 95% untuk grid 8 8. Berdasarkan hasil MRLP diperoleh nilai ambang secara keseluruhan adalah 145. Nilai ambang untuk kelompok bulan hujan, peralihan hujan-kering, kering, dan peralihan kering-hujan berturut-turut adalah 145, 100,10 dan 45. Hasil pemodelan VGAM pada tahap awal menunjukkan data grid 6 6 menghasilkan nilai root mean square error prediction (RMSEP) yang lebih rendah dibandingkan dengan data grid 8 8. Oleh karena itu pada tahap selanjutnya pemodelan dilakukan dengan menggunakan data grid 6 6. Secara keseluruhan hasil pendugaan curah hujan dengan metode VGAM yang berbasis GPD mampu menghasilkan pola dugaan yang mirip dengan data aktual. Penggunaaan kuantil yang berbeda untuk setiap kelompok bulan menghasilkan dugaan yang lebih baik. Kelompok bulan kering memiliki nilai dugaan yang mendekati aktual pada kuantil rendah yaitu kuantil 5 dan 10, kelompok bulan hujan pada kuantil 75, kelompok bulan peralihan hujan-kering pada kuantil 50, sedangkan pada kelompok bulan peralihan kering-hujan dugaan terbaik yaitu pada kuntil 25. Kebaikan model menunjukkan bahwa model VGAM dengan GPD menghasilkan dugaan yang konsisten meskipun panjang data dugaan ditambah, nilai RMSEP yang dihasilkan tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan melakukan dugaan pada satu tahun. Kata kunci : generalized pareto distributions, model aditif terampat vektor, statistical downscaling, teori nilai ekstrim

6 SUMMARY EKA PUTRI NUR UTAMI. Vector Generalized Additive Model with Principal Components to Estimate Extreme Rainfall (Case Study: Indramayu). Supervised by AJI HAMIM WIGENA and ANIK DJURAIDAH. In the last few years, climate change happened and caused extreme rainfall. A high extreme rainfall potentially cause flooded and then impact on agricultural. Therefore modeling rainfall data needed to minimize the impact. Statistical downscaling (SD) is a statistical model to predict rainfall data (local-scale) by using the information of global circulation model (GCM). The GCM data is a computer simulation result of a large number interaction of physics, chemistry, and dynamics of the earth s atmosphere. GCM can be used to predict climate elements in the future. The problems for SD are to choose the methods for modeling the extreme events. There are two distributions in extreme value theory. They are generalized extreme value (GEV) and generalized pareto distributions (GPD). Modeling based on GEV will elliminate some data, than proposed modeling with generalized pareto distributions (GPD). One of the models used in SD is generalized additive models (GAM). The advantage of GAM is it can be solved the non-linear effects of predictor variables to responses variable by using a smoothing technique. Unfortunately, GAM are restricted to one-parameter distributions within the classical exponential family, whereas GPD is not included of exponential family. So, there are a new method to solve this problems. The methods known as vector generalized models (VGAM). The method of VGAM is claimed to be a larger framework of distribution. VGAM was an extension from generalized additive models which is not restricted for exponential family. The purpose of this research is to predict the rainfall data in Indramayu based on extreme value distribution (GPD) with VGAM technique. This research used monthly rainfall data in Indramayu from1979 to 2008 as independent variable and precipitation from GCM as dependent variables. The data divided into two parts, first is as data modeling and then 2008 as data validation. There are two size of grid for GCM data, that is 6 6 and 8 8. Principal compenent analysis used to reduce the dimention of the data and solved the multicollinearity. Data for modeling are the rainfall data that is greater than the threshold value. The threshold values choosed by using the mean residual life plot (MRLP). The method of VGAM are estimated by vector backfitting algorithm with vector smoothing. The optimum degree of freedom from smoothing is choosed by the minimum Akaike Information Criterion (AIC). For the first step, modeling the data for all month and then modeling data for group of month. The groups are rainfall, rainfall-dry transition, dry and transition dry-rainfall. The result of principal component analysis show that there are two components choosed for grid data 6 6 and four components for 8 8. The cumulative proportion of data variety is 96% for grid data 6 6 and 95% for grid data 8 8. Based on MRLP, the threshold value for all months is 145 and

7 the threshold value for group rainy, rainy-dry transition, dry and dry-rainy transition are 145, 100, 10 and 45 respectively. For the model of all month, VGAM result shows that the model from grid data 6 6 have the lowest value of RMSEP than the model from grid data 8 8. So for the next step, modeling is use with the data from grid 6 6. Overall, the result show that predicted value have the same pattern with the actual data. By using different quantile for each group of month can give a better estimation than using a same quantile. Dry group have a good predicted value at quantile 5 and 10, but for the rainy group is at quantile 75. Goodness of fit model showed that VGAM based on GPD can give consistent result for different length data. Keywords : extreme value theory, generalized pareto distribution, statistical downscaling, vector generalized additive model.

8 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

9 MODEL ADITIF TERAMPAT VEKTOR DENGAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (STUDI KASUS: INDRAMAYU) EKA PUTRI NUR UTAMI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Kusman Sadik, MSi

11 Judul Tesis : Model Aditif Terampat Vektor dengan Komponen Utama untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim (Studi Kasus: Indramayu) Nama : Eka Putri Nur Utami NIM : G Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Aji Hamim Wigena, MSc Ketua Dr Ir Anik Djuraidah, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Kusman Sadik, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian : 19 November 2015 Tanggal Lulus :

12 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Model Aditif Terampat Vektor dengan Komponen Utama untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim (Studi Kasus: Indramayu). Sesungguhnya penyelesaian tugas akhir ini semuanya adalah berkat kemudahan dan pertolongan dari-nya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir.Aji Hamim Wigena, MSc dan Ibu Dr.Ir.Anik Djuraidah,MS selaku pembimbing, yang telah sabar membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.Kusman Sadik MSi sebagai dosen penguji dan Ibu Dr. Ir. Indahwati,MSi selaku dosen perwakilan prodi statistika yang telah meluangkan waktunya hadir pada sidang tesis saya. Penulis juga mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh dosen departemen Statistika IPB yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah hingga berhasil menyelesaikan studi, serta seluruh staf departemen Statistika IPB atas bantuan, pelayanan, dan kerjasamanya selama ini. Terimakasih juga kepada rekan-rekan satu grup riset downscaling, Bapak Agus M Soleh serta Shynde Limar Kinanti dan Dewi Santri atas kerjasamanya selama ini dalam penelitian downscaling sehingga penyusunan tesis ini dapat selesai dengan baik. Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga juga penulis ucapkan kepada kedua orangtua, Bapak Isman dan Ibu Nuriyah yang telah memberikan kasih sayangnya kepada penulis dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Selain itu kepada kedua adikku tersayang Lena Dwi Prestiyani dan Widiya Tri Astuti atas doa dan semangatnya. Terakhir tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Pascasarjana departemen Statistika atas kerjasama dan kebersamaannya selama menghadapi masa-masa perkuliahan baik itu senang ataupun susah. Terimakasih karena telah menciptakan kenangan yang takkan terlupakan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2016 Eka Putri Nur Utami

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Statistical Downscaling (SD) 3 Teori Nilai Ekstrim 4 Model Aditif Terampat Vektor (VGAM) 6 Model Aditif Terampat Vektor untuk Nilai Ekstrim 10 3 METODE PENELITIAN 11 Data 11 Analisis Data 11 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Eksplorasi Data 13 Penentuan Nilai Ambang 13 Pemodelan GCM 15 5 SIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 38 vi vi vi

14 DAFTAR TABEL 1. Nilai akar ciri dan proporsi keragaman dari kumulatif analisis komponen utama Nilai AIC dari model VGAM pada beberapa derajat bebas Nilai RMSEP untuk model awal Hasil uji sebaran GPD dengan uji Kolmogorov-Smirnov Nilai AIC dari model VGAM pada beberapa derajat bebas pemulus setiap komponen utama Penduga parameter VGAM masing-masing kelompok bulan Nilai RMSEP data dugaan pada berbagai kuantil Nilai RMSEP pada panjang data dugaan yang berbeda Nilai korelasi data dugaan dengan data aktual pada pada panjang data dugaan yang berbeda 24 DAFTAR GAMBAR 1. Ilustrasi proses statistical downscaling 3 2. Pola curah hujan Kabupaten Indramayu tahun Grafik MRLP data curah hujan Grafik hubungan pendugaan parameter GPD dengan nilai ambang data curah hujan rata-rata Pengepasan model VGAM pada data berukuran Pengepasan model VGAM pada data berukuran MRLP curah hujan masing-masing kelompok bulan Pengepasan model VGAM pada model kelompok curah hujan Grafik hasil validasi silang model terhadap data curah hujan tahun 2008 pada kuantil atas Grafik hasil validasi silang model terhadap data curah hujan tahun 2008 pada kuantil bawah sampai atas 22 DAFTAR LAMPIRAN 1. Plot diagnostik kecocokan data curah hujan dengan GPD Plot curah hujan ekstrim dengan skor komponen utama terpilih Nilai dugaan curah hujan tahun 2008 pada model awal Grafik hubungan pendugaan parameter dengan nilai ambang pada data curah hujan setiap kelompok bulan Plot diagnostik untuk nilai ambang terpilih setiap kelomok bulan Plot pemulusan pada data curah hujan rata-rata berdasarkan kelompok bulan Nilai aktual dan dugaan curah hujan pada model setiap kelompok bulan pada tahun

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis. Perubahan iklim yang terjadi beberapa tahun terakhir ini mengakibatkan terjadinya curah hujan ekstrim. Curah hujan ekstrim merupakan kondisi curah hujan yang sangat tinggi atau sangat rendah. Curah hujan ekstrim tinggi berpotensi menimbulkan banjir yang akhirnya mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu diperlukan pendugaan melalui suatu pemodelan untuk mengantisipasi dampak yang akan terjadi. Penelitian mengenai pemodelan curah hujan menjadi salah satu hal penting untuk memprediksi curah hujan. Salah satu metode pemodelan curah hujan adalah dengan memanfaatan data Global Circulation Model (GCM). Menurut Wigena (2006) GCM merupakan sumber informasi primer dan dapat digunakan untuk memprediksi iklim dan cuaca secara numerik. GCM merupakan model peramalan curah hujan pada skala lokal dengan mempertimbangkan berbagai informasi atmosfer global yang disimulasikan. Teknik statistika yang menyatakan hubungan fungsional antara peubahpeubah luaran GCM dengan peubah respon lokal dikenal dengan statistical downscaling (SD). Peubah respon lokal yang digunakan untuk pemodelan curah hujan adalah curah hujan daerah setempat dan data GCM sebagai peubah skala global. Pemodelan SD dengan menggunakan data GCM menyertakan peubah berdimensi besar yang saling berkorelasi, sehingga untuk mengatasi hal ini pereduksian dimensi umumnya dilakukan dengan menggunakan analisis komponen utama. Permasalahan yang muncul dalam metode SD adalah menentukan teknik statistika yang tepat. Berbagai penelitian mengenai metode SD sudah dikaji dan menunjukkan gambaran perkembangan pemodelan SD banyak mengarah ke teknik statistika berbasis regresi parametrik, semi parametrik atau statistika nonparametrik. Penelitian mengenai pemodelan semi parametrik dilakukan oleh Rizki (2014) dan memperoleh kesimpulan bahwa pola hubungan fungsional curah hujan dengan komponen utama memiliki hubungan yang berupa gabungan parametrik dan nonparametrik yaitu semiparametrik kubik. Penelitian mengenai curah hujan yang berbasis nilai ekstrim telah dilakukan sebelumnya. Secara umum data curah hujan tidak mengikuti sebaran normal, sehingga pemodelan baku tidak dapat dilakukan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa curah hujan memiliki sebaran gamma. Sedangkan untuk curah hujan ekstrim, banyak pendekatan dilakukan dari teori nilai ekstrim. Penelitian curah hujan ekstrim sudah dilakukan antara lain oleh Mondiana (2012) yang menggunakan regresi kuantil, dan Handayani (2014) yang melakukan penelitian mengenai SD untuk curah hujan berdasarkan sebaran nilai ekstrim Generalized Extreme Value (GEV). Menurut Mallor (2009) pemilihan nilai ekstrim dengan metode block maxima yang mengikuti sebaran GEV akan mengakibatkan hilangnya banyak data, sehingga baik digunakan jika data yang dimiliki sangat banyak. Alternatif lain dalam pemilihan nilai ekstrim adalah dengan metode peaks over threshold (POT). Nilai ekstrim yang diperoleh dari metode ini akan mengikuti sebaran generalized pareto distribution (GPD).

16 2 Contoh penelitian curah hujan yang berdasarkan sebaran GPD adalah Li et al. (2005) yang mengidentifikasi curah hujan ekstrim di wilayah Australia. Penelitian tersebut tidak menggunakan peubah penjelas dalam pemodelan curah hujan ekstrim, hanya menduga parameter-parameter GPD. Oleh karena itu penelitian kali ini akan melakukan pemodelan curah hujan ekstrim yang mengikuti sebaran GPD dengan mengikutsertakan pengaruh peubah luaran GCM. Model aditif terampat (generalized additive model/gam) adalah suatu metode nonparametrik yang dapat digunakan untuk memodelkan data GCM. GAM merupakan generalisasi dari model linier terampat (generalized linear model /GLM). Metode GAM mengganti bentuk linier hubungan Y dan X sebagai suatu hubungan fungsional yang diharapkan mampu mengatasi pengaruh nonlinier terhadap peubah y (Hastie dan Tibshirani, 1986) Kelemahan dari metode GLM dan GAM adalah peubah respon terbatas pada sebaran keluarga eksponensial, sedangkan GPD tidak termasuk kedalam keluarga eksponensial. Yee dan Wild (1996) memperkenalkan teknik model aditif terampat vektor (vector generalized aditif model/vgam) yang merupakan perluasan dari teknik GAM, teknik ini memperluas teknik GAM ataupun GLM dalam tiga cara utama: 1. Sebaran y tidak terbatas hanya untuk keluarga eksponensial 2. Mampu mengatasi multi respon y dengan prediktor linear atau prediktor aditif 3. η j tidak harus merupakan fungsi dari mean μ, akan tetapidapat sebagai fungsi dari parameter lainnya, yaitu η j = g j (θ j ) untuk setiap parameter θ j Sehingga VGAM dapat mengatasi banyak sebaran dan model yang memungkinkan. Yee dan Wild (1996) telah mengembangkan metode VGLM/VGAM yang menjadi dasar berkembangnya metode tersebut. Salah satunya dilakukan oleh Yee dan Stephenson (2007) mengenai VGLM/VGAM untuk nilai ekstrim. Penelitian tersebut menggunakan sebaran dari teori nilai ekstrim yaitu GEV dan GPD sebagai dasar dalam pemodelanvgam. Sehingga dalam penelitian kali ini metode tersebut akan dikaji dan diikuti namun dengan menggunakan data presipitasi dari data luaran GCM sebagai bagian dari statistical downscaling. Teknik VGAM diharapkan mampu menduga curah hujan ekstrim yang terjadi di wilayah Indramayu. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menduga curah hujan ekstrim menggunakan model aditif terampat vektor berdasarkan sebaran GPD di Kabupaten Indramayu.

17 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Statistical Downscalling Data GCM adalah data hasil simulasi komputer yang memanfaatkan kaidah fisika, kondisi lautan, dan perubahan iklim pada atmosfer bumi yang dapat digunakan untuk menduga unsur-unsur iklim saat ini ataupun di masa yang akan datang. Data yang dihasilkan GCM berupa unsur-unsur iklim dalam bentuk grid (persegi). Setiap grid berukuran dan memiliki nilai unsur-unsur iklim masing-masing. Namun, data GCM masih berskala global dan tidak cocok digunakan untuk menduga unsur-unsur iklim pada skala yang lebih kecil. Resolusi data GCM yang rendah tidak cocok digunakan sebagai penduga data berskala lokal, tetapi masih memungkinkan sebagai penduga jika menggunakan teknik downscaling. Downscaling adalah suatu teknik transformasi hasil simulasi GCM pada skala besar ke dalam skala yang lebih kecil. Statistical downscaling (SD) adalah proses downscaling yang memanfaatkan ilmu statistika untuk menduga data berskala lokal. SD didasarkan pada pandangan bahwa iklim regional dikondisikan oleh dua faktor yaitu iklim skala global dan kondisi fisiografi lokal yaitu curah hujan di daratan (Wilby et al. 2004). Gambar 1 menunjukkan ilustrasi dari SD. Output dari data GCM adalah memberikan masukan untuk pemodelan statistik terhadap data daerah lokal yang berhubungan. SD dapat dimulai denganmenghubungkan variabel iklim skala global (X) dengan variabel-variabel lokal (Y). Luaran skala besar dari simulasi GCM dimasukkan sebagai input bagi model statistik tersebut untuk memperkirakan karakteristik iklim lokal atau regional yang bersangkutan. Bentuk umum dari model SD adalah: y = f(x) dengan, y : peubah iklim lokal (curah hujan) X : peubah GCM (presipitasi) t : banyaknya waktu (bulanan) g : banyaknya grid domain GCM Gambar 1 Ilustrasi proses statistical downscaling Sumber:Wilby RL & Dawson (2007)

18 4 Teori Nilai Ekstrim Teori nilai ekstrim (extreme value theory, EVT) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memodelkan kejadian-kejadian ekstrim. Hal yang membedakan antara EVT dengan teknik statisktika lain adalah EVT bertujuan untuk menghitung pola stokastik dari amatan yang sangat besar atau sangat kecil dibandingkan dengan amatan lain. Analisis nilai ekstrim biasanya memerlukan pendugaan dari sebaran amatan yang lebih ekstrim dari yang sudah diamati (Coles 2001). Model EVT didasarkan pada kejadian-kejadian ekstrim. Misalkan peubah acak Y 1, Y 2, Y n yang bebas stokastik identik dengan sebaran F maka EVT didasarkan pada nilai M n yaitu M n = maks{y 1,, Y n } Sebaran Mn pada teori dapat diturunkan dengan mudah jika sebaran Y i diketahui. Pemilihan kejadian ekstrim terdiri dari dua cara, pertama memilih kejadian ekstrim dalam suatu blok atau yang dikenal dengan block maxima sehingga data mengikuti sebaran generalized extreme value distribution (GEV). Fungsi sebaran GEV adalah sebagai berikut : F(y) = exp { [1 + ξ ( y μ σ 1 )] ξ } dengan x 1 + ξ ( y µ ) > 0, - < µ <, σ > 0 dan - < ξ <, dalam model ini ξ, σ σ, dan µ berturut-turut adalah parameter bentuk, skala, dan lokasi. Kelemahan dari metode blok maxima adalah keharusan membagi data ke dalam ukuran blok yang sama. Selain itu pemilihan nilai maksimum dari setiap blok akan mengakibatkan hilangnya banyak data amatan. Oleh karena itu metode kedua yang digunakan untuk menentukan kejadian ekstrim adalah dengan menentukan nilai ambang u dan dikenal dengan metode pemilihan nilai ambang (peaks over threshold/pot). Metode POT ini akan mengakibatkan data mengikuti sebaran generalized pareto distribution (GPD). Kejadian-kejadian ekstrim didefinisikan sebagai data Y yang lebih besar dari u. Dalam terminologi kejadian ekstrim Y u disebut excesses (Yee 2007). Fungsi sebaran (Y u) untuk Y > u didekati dengan fungsi berikut yang dikenal dengan sebaran pareto terampat (generalized pareto distribution/gpd). G(y) = { 1 (1 + ξy σ ) dan fungsi kepekatan GPD: 1 σ σ 1 ξ, ξ 0 exp ( y σ ), ξ = g (y) = { (1 + ξy σ σ ) ξ 1, ξ 0 (1) 1 exp ( y ), ξ = 0 σ

19 dalam model ini ξ adalah parameter bentuk, dan σ adalah parameter skala. Sebaran GPD akan menjadi bentuk pareto jika nilai ξ > 0. Hubungan antara sebaran GPD dengan pareto dapat diturunkan sebagai berikut: jika ξ > 0 maka μ = σ ξ g (y) = 1 σ 1 ξ(x μ) ξ (1 + ) 1 σ = 1 (1 + ξ(x σ ξ ) ) σ σ 1 ξ 1 = 1 σ (1 + ξx σ 1) 1 ξ 1 = 1 σ (ξ σ ) 1 ξ 1 X = = 1 1 ξ (σ) ξ ξ X (1 p +1) 1 1 ξ (σ) ξ ξ X (1 p +1) 1 ξ 1 Sehingga fungsi kepekatan pareto adalah: h (y) = αβα X (α+1) dengan 1 = α dan σ merupakan parameter dari sebaran pareto. ξ ξ Penentuan nilai ambang u pada GPD dapat ditentukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan menggunakan mean residual life plot (MRLP). Pemilihan nilai ambang dengan menggunakan MRLP dianalogikan seperti menentukan ukuran blok yang akan dipilih sehingga ada keseimbangan antara bias dan keragaman. Nilai ambang yang terlalu rendah mengakibatkan pendekatan dari model yang gagal atau parameter yang diduga bias meskipun ragamnya kecil sedangkan nilai ambang yang terlalu tinggi akan mengakibatkan jumlah nilai excesses yang diamati sedikit sehingga mengakibatkan keragaman yang tinggi. Prosedur untuk menentukan nilai ambang ini dapat dilakukan dengan cara membentuk MRLP. Titik plot (X, Y) dalam MRLP ditentukan berdasarkan: 5 {(u, 1 n u (y n (i) u) u i=1 ) u < y maks } dengan y (1),., y (nu ) adalah observasi sebanyak n u yang melebihi nilai u dan y maks adalah nilai terbesar dari Y i. Interpretasi dari MRLP tidak selalu mudah dan sedikit subjektif. Nilai ambang batas yang dipilih adalah nilai yang berada diatas nilai dimana plot mendekati linear terhadap u ( Mallor et al. 2009). Pendugaan parameter dari sebaran GPD dapat dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum. Jika terdapat y 1,, y k adalah k

20 6 banyaknya pengamatan yang melebihi nilai ambang u. Untuk ξ 0 fungsi logkemungkinan didapatkan dari persamaan (1) menjadi l ( σ, ξ ) = k log σ ( ) log( 1 + ξy i ξ i=1 ) dengan syarat ( 1 + ξy i ) > 0 untuk i= 1,...,k. Maksimisasi dari fungsi logkemungkinan tersebut dibutuhkan teknik analisis numerik, dan salah satu analisis σ numerik yang digunakan adalah metode Newton Raphson. Model Aditif Terampat Vektor Regresi linear klasik memerlukan asumsi bahwa peubah respon mengikuti sebaran Normal. Kenyataannya, banyak ditemukan peubah respon yang tidak mengikuti sebaran Normal. Oleh karena itu dikembangkan suatu metode yang dapat mengatasi peubah respon yang tidak menyebar normal yaitu model linier terampat (generalized linear model/glm). Regresi linear, regresi Poisson, regresi logistik, analisis probit dan beberapa model lainnya dapat diperlakukan sebagai kasus dari GLM. Peningkatan yang utama dari GLM dibandingkan regresi linear adalah kemampuan untuk mengatasi kelas sebaran peubah respon yang lebih besar tetapi masih termasuk ke dalam keluarga eksponensial. Terdapat tiga komponen utama dalam GLM yaitu (McCullagh dan Nelder 1983): 1. Komponen acak: komponen acak adalah peubah respon Y. Dalam model linier terampat peubah respon diasumsikan mengikuti sebaran keluarga eksponensial. 2. Komponen sistematik: komponen sistematik adalah kombinasi linier dari x 1, x 2,, x p. Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: p η = i=1 β i X i η disebut juga sebagai penduga linier atau linear predictor dan β i adalah konstanta. 3. Fungsi hubung: yaitu fungsi yang menghubungkan antara komponen acak dengan komponen sistematik. Misalkan E (y) = μ selanjutnya dapat dibuat hubungan p g(μ) = η = i=1 β i X i Fungsi hubung η yang berpola linier memiliki keterbatasan yaitu tidak mampu mengatasi hubungan nonlinier antara peubah respon dengan peubah bebas. Oleh karena itu dikembangkan model aditif terampat atau generalized additive models (GAM) sebagai model semi-parametrik yang dapat mengatasi pengaruh tidak linier peubah respon. GAM merupakan bentuk aditif dari model GLM dengan mengubah bentuk linier dari (β i x i ) menjadi penjumlahan hubungan fungsional f j (. ) antara peubah bebas dengan peubah respon yang dimodelkan secara nonparametrik dengan suatu fungsi pemulus (Hastie dan Tibshirani 1987). Bentuk umum model GAM adalah sebagai berikut: m η = β 0 + j=1 f j (X k ) Batasan dalam metode GLM/GAM yaitu metode ini hanya dapat memodelkan satu parameter dari sebarannya. Contohnya pada model linier, peubah respon Y diasumsikan mengikuti sebaran Normal (μ, σ 2 ) dengan fungs k σ

21 hubung η 1 = μ = β i T x. Teori standar GLM/GAM memperlakukan parameter σ sebagai skala. Yee dan Wild (1996) mengusulkan suatu metode yang lebih luas yang mampu memodelkan lebih dari satu parameter dan tidak terbatas hanya pada keluarga eksponensial. Metode ini dikenal dengan vector generalized linear model (VGLM) dan vector generalized additive model (VGAM). VGLM/VGAM merupakan perluasan dari model GLM/GAM dengan mengikutsertakan lebih dari satu prediktor aditif ( η ) (Mackenzie dan Yee 2002). Banykanya prediktor aditif ( η ) yang dapat diikutseratkan maksimal sebanyak jumlah parameter dari sebaran yang digunakan. Sehingga VGLM/VGAM diklaim berpotensial untuk menangani berbagai model dari bermacam-macam sebaran. Bentuk umum dari VGLM adalah sebagai berikut: f(y x; B) = h(y, η 1,, η m ) (2) m adalah banyaknya parameter dalam sebaran yang digunakan. dengan B = (β T 1,, β T m, ) T dan β T i = ( β (1)1 β (1)p ) dan η (j) = η (j) (x) = β 0j + β 1(j) x β j(p) x p = β 0j + k=1 β k(j) x k (3) Persamaan (3) dalam bentuk umum VGAM berubah menjadi η j (x) = β (j)0 + f (j)1 x f (j)p x p = β (j)0 + k=1 f (j)k (x k ) (4) Model dalam persamaan (2), dapat dibuat menjadi bentuk log-kemungkinan n l(β) = i=1 l i {η 1 (x 1 ),, η m (x i )} dengan η (j) = η (j) (x) = β T j x k. Nilai U(β) = ϑl ϑβ menunjukkan skor vektor untuk model dan I(β) = ϑ2 l(β) ϑβ ϑβ T adalah matriks informasi. Algoritma Newton-Raphson untuk memaksimalkan log-kemungkinan adalah β (a) = β (a 1) + I(β (a 1) ) 1 U (β (a 1) ) Untuk setiap iterasi a. dapat dituliskan dalam bentuk iterasi kuadrat terkecil terboboti yang pertama kali diperkenalkan oleh Green (1984): β (a) n T = ( i=1 X i W (a 1) i X i ) 1 n T ( i=1 X i W (a 1) i z i ) dengan W i adalah matriks berukuran m m dengan element (j, k) ϑ 2 l i (W i ) jk = ϑη j ϑη k Persamaan (4) merupakan penjumlahan fungsi pemulusan dari peubah bebas yang diduga secara simultan. Proses pemulusan dalam model aditif terampat merupakah langkah penting dalam proses pendugaan. Pada metode GAM, pemulusan dilakukan dengan pemulusan spline. Oleh karena itu pada metode VGAM pemulusan dilakukan dengan menggunakan pemulusan vektor spline. Fungsi pemulusan vektor f(x) yang dituliskan (f 1 (x),, f M (x) ) T dapat diduga dengan meminimumkan jumlah kuadrat terpenalti, yaitu: p p 7

22 8 n i=1{y i f (x i ) } T 1 m i {y i f (x i )} + j=1 λ j f j (t) 2 dt (5) Pada persamaan (5), Σ i adalah matriks ragam peragam galat yang bersifat definit positif. Setiap komponen dari fungsi f j memiliki parameter non-negatif pemulusan λ j. Seperti halnya pada spline, persamaan (5) dapat diubah ke dalam suatu nilai dari vektor fungsi f pada observasi nilai x. Jika x 1 < x 2 < < x n, y = (y 1 T,, y n T ) T, f = (f 1 (x 1 ),, f m (x 1 ),, f 1 (x n ),, f m (x n )) T dan Σ = diag (Σ 1,, Σ n ). Maka kriteria jumlah kuadrat terpenalti pada persamaan (5) sama dengan (y f) T Σ 1 (y f) + f T Kf dan K = (QT 1 Q T ) diag (λ 1,, λ M ). Elemen-elemen dari matriks T dan Q adalah sebagai berikut: (Q) ii = h i 1 (Q) i+1,i = (h 1 1 i + h i+1 (Q) i+2,i = (h 1 i+1 ) (T) ii = ( h i + h i+1 ) 3 (T) i,i 1 = (T) i,i+1 = h i 6 h i = x i+1 x i untuk i= 1,., n-1 Pendugaan VGLM dan VGAM Pendugaan VGLM dilakukan dengan menggunakan metode iteratively reweighted least square dengan algoritma sebagai berikut: 1. Bentuk matriks X VLM dari X LM dan H 1,, H p X LM X = (x 1,, x n ) T X VLM = X LM I M Sedangkan H p adalah matriks kendala dengan elemen 0 dan 1. Penentuan nilai ini berdasarkan fungsi hubung yang ditetapkan. 2. Inisialisasi : a = 1 dan tentukan η i (0) dari β (0) atau μ (0) 3. Jika diperlukan hitung μ i (0), l (0), definisikan β (0) n l(β) = i=1 l i {η 1 (x 1 ),, η M (x i )} 4. Hitung turunan pertama dan kedua u (0) (0) i dan W i (u i ) j = ϑl ϑη j ϑ 2 l i (W i ) jk = ϑη j ϑη k 5. Hitung z (0) = (z 1 (0)T,, z n (0)T ) T dengan fungsi: z i (0) = η i (0) + (W i (0) ) 1 u i (0) 6. Setelah itu (a). Regresikan z (a 1) terhadap X VLM dengan bobot

23 9 W (a 1) = diag (w 1 W 1 (a 1),, w n W n (a 1) ) untuk menghasilkan β (a) z (a 1) = X (a 1) VLM β (a) + ε (a 1) X VLM X LM I M = (X 1 T,, X n T ) T (b) Tentukan η (a) = X VLM β (a) (c). Hitung μ i (a), l (a) dari η (a) (d). Uji kekonvergenan, konvergen jika l (a) l (a 1) < ε (e). Jika tidak konvergen dan a < iterasi maksimum, maka: a = a + 1 kemudian hitung u i (a 1), W i (a 1) dan z i (a 1) = η i (a 1) + (W i (a 1) ) 1 u i (a 1) 7. Simpan a, η (a), μ (a), β (a) sebagai penduga akhir Seperti halnya GAM, metode VGAM dilakukan dengan menggunakan algoritma backfitting. Pada prosedur lebih dari satu kovariate, algoritma backfitting dapat diaplikasikan terhadap peubah bebas terkoreksi z i dengan menggunakan vektor pemulus. Istilah ini disebut sebagai algoritma backfitting vektor (Yee & Wild 1996). Metode pendugaan VGAM menggunakan algoritma vektor backfitting yang diaplikasikan terhadap z i dapat dituliskan sebagai berikut: Inisialisasi: β 0 = rata rata {z 1,..., z n } dan f (0) k = 0, k= 1,...,p z i adalah peubah bebas terkoreksi, z i = X i β (a+1) + W 1 i d i d i adalah elemen ke j dari (d i ) j = ϑl i ϑη j dan (W i ) jk = ϑ 2 l i ϑη j ϑη k Iterasi untuk β=1,2 (a) Iterasikan untuk k=1,.p (i) Hitunglah fungsi vektor f k sebagai fungsi vektor bobot penghalus dari observasi (x ik, z i (k) ) dan (bobot W i ), i=1,..., n n {z i f k (x ik )} T m i=1 W i {z i f k (x ik )} + j=1 λ (j)k f (j)k dengan f k (x ik ) = (f (1)k (x ik )., f M (x ik )) T. (t) 2 dt (ii) Duga intersep β 0 = β 0 + rata rata {f k (x ik ),. f k (x nk )} (iii) Duga f k (b) (x ik ) = f k (x ik ) rata rata {f k (x ik ),. f k (x nk )} (b) Berhenti jika perbedaan antara f (b 1) dengan f (b) kecil. Pada iterasi diatas z i (k) adalah penyesuaian dari z i sehingga efek dari semua peragam kecuali ke-k dihilangkan. Penyesuaian β 0 dibutuhkan untuk memudahkan identifikasi. z (k) i = z i β 0 l k (x il ) f l (b 1)

24 10 Proses pemulusan dalam model aditif terampat merupakah langkah penting dalam proses pendugaan. Derajat bebas dari fungsi pemulus mengukur banyaknya pemulusan yang dilakukan. Berdasarkan Yee (2015), derajat bebas didefinisikan sebagai teras dari matriks A, df = teras (A) dan A didefinisikan sebagai berikut: A(λ) = (I nm + K) 1 Matriks K adalah matriks penalti yang sudah didefinisikan sebelumnya dan merupakan matriks ragam peragam galat. Besarnya pemulusan yang dapat dilakukan adalah 2 sampai n. Semakin besar derajat bebas artinya semakin banyak pemulusan yang dilakukan. VGAM untuk Nilai Ekstrim Analisis VGAM dengan sebaran GPD akan memiliki dua penduga sesuai dengan jumlah parameter dalam fungsi sebaran. Model VGAM GPD dapat dituliskan sebagai berikut (Yee & Stephenson, 2007) log σ ( x) = η 1 = β (1) + f 1 (x 1 ) + f 2 (x 2 ) + + f k (x k ) (6) log (ξ ) = η 2 = β 2 (7) Nilai dugaan dari VGAM GPD pada persentil-p adalah sebagai berikut: y p = μ + σ ξ [(1 p) ξ 1] dengan nilai σ dan ξ yang diperoleh dari persamaan (6) dan (7), sedangkan p adalah besarnya persentil.

25 11 3 METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan Kabupaten Indramayu dari tahun 1979 sampai dengan 2008 sebagai peubah respon dan data GCM presipitasi sebagai peubah bebas. Data luaran GCM yang digunakan berasal dari Climate Model Intercomparison Project (CIMP5) dan diperoleh dari Keterbatasan penelitian ini adalah data curah hujan lokal yang digunakan hanya sampai tahun Hal ini dikarenakan adanya program dari BMKG pada tahun tersebut sehingga data sampai tahun 2008 dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu alasan lainnya adalah dikarenakan agar dapat membandingkan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan Wigena (2006) ukuran grid yang digunakan adalah 8 8. Penelitian kali ini akan mencoba ukuran lain yaitu 6 6, dengan alasan korelasi antar grid pada ukuran grid tersebut lebih tinggi. Posisi wilayah untuk data grid 8 8 adalah LS sampai BT. Sedangkan posisi wilayah untuk data grid 6 6 adalah LS sampai Data yang dihasilkan GCM berupa grid-grid berdasarkan garis lintang dan garis bujur dengan ukuran 2.5 (±300 km). Analisis Data 1. Eksplorasi Data a. Deskripsi data curah hujan dengan membuat diagram kotak garis data curah hujan berdasarkan bulan amatan untuk melihat pola curah hujan yang terjadi. b. Mengidentifikasi data curah hujan ekstrim dengan menentukan nilai ambang melalui MRLP. c. Melakukan uji kesesuaian sebaran dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian ini dilakukan dengan menyesuaikan fungsi sebaran empirik curah hujan lokal yang diatas nilai ambang F n (y) dengan sebaran teoritis tertentu F 0 (y) dengan hipotesis: H 0 : F n (y) = F 0 (y) ( data mengikuti sebaran GPD ) H 1 : F n (y) F 0 (y) ( data tidak mengikuti sebaran GPD ) F n (y) adalah fungsi sebaran kumulatif tertentu. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ini adalah D-hitung = sup F n (y) - F 0 (y) Untuk mendapatkan kesimpulan maka D-hitung dibandingkan dengan tabel ( D 1-α ) pada tabel Kolmogorov Smirnov. 2. Data GCM a. Mereduksi data GCM yang bersesuaian dengan analisis komponen utama (AKU), dengan langkah-langkah sebagai berikut: i. Sekumpulan data GCM berukuran p p, dengan p = 6 dan 8 ii. Menghitung matriks ragam peragam atau matriks korelasi A iii. Menghitung nilai akar ciri dengan menggunakan persamaan A λi iv. Menghitung skor komponen utama (KU) dari setiap akar ciri, yaitu y i = a i X, dengan a i adalah vektor ciri. v. Menentukan jumlah KU terpilih berdasarkan akar ciri lebih dari 1

26 12 b. Melihat pola sebaran skor KU sebagai peubah penjelas (x) dengan peubah respon curah hujan (y) 3. Pemodelan Pemodelan dilakukan dengan membagi dua data menjadi data untuk pemodelan sampai tahun 2007 dan data tahun 2008 untuk validasi model. Selanjutnya menghitung rata-rata curah hujan bulanan dari 15 stasiun. Nilai rata-rata inilah yang menjadi peubah respon dalam pemodelan. Tahap pemodelan adalah sebagai berikut: a. Menentukan derajat bebas pemulus pada peubah yang mempunyai hubungan nonlinear dengan pemulusan vektor spline dan nilai akaike information criterion (AIC) AIC = 2k 2 ln L b. Menduga fungsi f j pada model η j dengan menggunakan algoritma backfitting vector. c. Melakukan prediksi dengan menggunakan data validasi dan model yang sudah dibentuk. Nilai dugaan curah hujan dapat dirumuskan: y p = μ + σ ξ [(1 p) ξ 1] dengan p adalah besarnya kuantil. Penelitian kali ini menggunakan kuantil yang berbeda untuk setiap kelompok bulan, yaitu; i. Bulan hujan: 75, 90,95 ii. Bulan peralihan hujan-kering: 25, 70, 75 iii. Bulan kering: 5, 10, 25 iv. Bulan peralihan kering-hujan: 10, 25, Validasi dan Kebaikan model Validasi dan kebaikan model dilakukan untuk memilih model terbaik yang sudah dibuat. Validasi ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi dan nilai root mean square error of prediction (RMSEP). Korelasi antara nilai dugaan dan nilai aktul digunakan untuk melihat kesamaan pola dugaan. Semakin mendekati satu artinya data dugaan dan data aktual memiliki hubungan yang kuat dan memiliki pola yang sama. Rumus korelasi adalah sebagai berikut: r n n i 1 y n 2 i n i 1 y yˆ i n i 1 i y 2 i n i 1 n yi n i 1 i 1 yˆ n 2 i yˆ i n i 1 yˆ 2 i Selain itu nilai RMSEP digunakan untuk melihat rata-rata eror antara data dugaan dengan data aktual. Semakin kecil nilai RMSEP artinya semakin kecil selisih antara nilai dugaan dengan nilai aktual artinya, model yang dibangun semakin baik. Rumus dari RMSEP adalah: RMSEP = 1 n n i=1 (y i y ) i 2

27 13 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Eksplorasi data dilakukan sebagai informasi awal untuk mengetahui karakteristik curah hujan di Indramayu. Deskriptif statistik menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Indramayu pada tahun 1979 sampai 2008 adalah 123 mm dengan curah hujan minimum yaitu 0 dan curah hujan maksimum mencapai 583 mm. Nilai simpangan baku sebesar 110 mm menggambarkan keragaman data curah hujan yang cukup besar. Gambar 2 menunjukkan gambaran curah hujan di Kabupaten Indramayu yang berpola monsun. Pola monsun adalah pola curah hujan yang membentuk huruf U atau dapat dikatakan memiliki satu puncak musim hujan. Pola curah hujan pada Kabupaten Indramayu memiliki puncak curah hujan pada bulan Januari dan berada pada nilai terendah sekitar bulan Agustus. Rata-rata curah hujan bulan Januari yaitu sebesar 308 mm, sedangkan rata-rata curah hujan bulan Agustus adalah 16 mm. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadi kejadian ekstrim pada beberapa bulan yaitu Februari, Juli, Agustus, September, November dan Desember. Gambar 2 Pola Curah hujan Kabupaten Indramayu tahun Penentuan Nilai Ambang Identifikasi curah hujan ekstrim dilakukan dengan menentukan nilai ambang (u) dengan menggunakan MRLP. Gambar 3 adalah hasil MRLP untuk curah hujan rata-rata di Kabupaten Indramayu. Nilai ambang dipilih dengan cara melihat pola grafik yang membentuk garis lurus atau linier terhadap u. Ketika pola grafik sudah tidak beraturan maka nilai ambang dipilih pada titik awal terjadinya perubahan pola tersebut. Pada Gambar 3 terlihat pola mulai konstan di titik 100 dan mulai terjadi perubahan di titik antara 100 dan 200 seperti yang ditunjukkan pada garis putus-putus. Selanjutnya untuk menentukan titik nilai ambang digunakan grafik range pendugaan parameter dengan nilai ambang pada Gambar

28 14 4. Berdasarkan grafik pada Gambar 4, nilai dugaan kedua parameter konstan di nilai 145 maka nilai ambang yang dipilih pada kasus ini adalah 145. Plot diagnostik kecocokan data dengan sebaran dapat dilihat pada Lampiran 1. Grafik fungsi kepekatan peluang dengan data menunjukkan bahwa data ekstrim yang diambil mengikuti sebaran GPD. Sementara itu hasil plot peluang dan plot kuantil-kuantilnya pada Lampiran 1 juga menunjukkan data mengikuti sebaran teoritisnya yaitu GPD. Hal ini dikarenakan kedua plot membentuk garis lurus mengikuti sebaran teoritisnya. Rata-rata nilai kejadian ekstrim Gambar 3 Grafik MRLP data curah hujan Parameter skala Nilai ambang Parameter bentuk Nilai ambang Gambar 4 Grafik hubungan pendugaan parameter GPD dengan nilai ambang pada data curah hujan rata-rata

29 Pengujian formal perlu dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan data ekstrim yang diambil sudah mengikuti sebaran GPD. Pada penelitian kali ini pengujian formal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian menghasilkan statistik hitung 0.047, nilai ini lebih kecil dari nilai kritisnya 0.11 pada α = 5% sehingga hipotesis nol tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa data curah hujan ekstrim yang terpilih mengikuti sebaran GPD. Pemodelan Data GCM Data GCM yang digunakan adalah data presipitasi dengan ukuran grid 6 6 dan 8 8. Peubah GCM yang berjumlah banyak ini dianggap terlalu besar dan saling berkorelasi, sehingga akan mengakibatkan kondisi buruk. Analisis komponen utama dilakukan untuk mengatasai masalah ini. Hasil analisis komponen utama dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah komponen yang memiliki akar ciri lebih besar dari satu (λ i > 1) pada data grid 6 6 adalah sebanyak dua komponen. Proporsi kumulatif yang dihasilkan KU ke-1 dan KU ke-2 adalah 96% artinya dua KU mampu menjelaskan 96% peubah asalnya. Sedangkan pada data grid 8 8, akar ciri yang memiliki nilai yang lebih besar dari satu adalah empat komponen dengan proporsi kumulatif 95%. Dengan demikian jumlah komponen utama yang digunakan pada data grid 6 6 adalah sebanyak dua komponen dan pada data grid 8 8 sebanyak empat komponen dimana keragaman yang mampu dijelaskan keduanya hampir sama. Tabel 1 Nilai akar ciri dan proporsi keragaman kumulatif dari hasil analisis komponen utama Proporsi Ukuran Grid KU ke- Akar ciri Proporsi keragaman kumulatif Analisis selanjutnya adalah data curah hujan rata-rata (y) akan dimodelkan dengan skor komponen utama terpilih, dua komponen utama untuk data grid 6 6 dan empat komponen utama untuk data grid 8 8. Pemodelan analisis VGAM dilakukan dengan memodelkan curah hujan yang berada diatas nilai ambang sebagai kombinasi aditif dari skor komponen utama terpilih. Eksplorasi skor komponen utama terhadap curah hujan rata-rata pada Lampiran 2 mengindikasikan bahwa hubungan antara peubah respon dengan masing-masing 15

30 16 peubah penjelas ada yang tidak linear, hal ini terlihat dari sebaran data yang membentuk pola tidak linear. Penelitian kali ini terdiri dari beberapa alternatif model untuk memperoleh model yang paling baik. Model pertama adalah model dasar tanpa dummy, model kedua adalah model dengan menambahkan satu peubah dummy (1 untuk bulan hujan dan 0 untuk bulan kering), dan model ketiga adalah model dengan empat kategori (hujan, peralihan hujan-kering, kering dan peralihan kering-hujan). Model aditif terampat menggunakan pemulusan dan teknik pemulusan yang digunakan dalam model ini adalah pemulusan vektor spline. Banyaknya pemulusan yang dilakukan ditunjukkan dengan besarnya derajat bebas. Semakin besar derajat bebas maka pemulusan yang dilakukan semakin banyak. Penentuan derajat bebas dilakukan dengan membuat model semua kemungkinan derajat bebas pada setiap komponen dari 2 sampai banyaknya observasi. Derajat bebas terbaik adalah model yang memiliki nilai AIC paling kecil dibandingkan dengan derajat bebas yang lain. Nilai AIC setiap model dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil tersebut pada data grid 6 6, derajat bebas yang dipilih untuk KU1 adalah 9 dan 7 untuk KU2, sedangkan untuk data grid 8 8 derajat bebas yang dipilih untuk KU1, KU2, KU3, dan KU4 berturutturut adalah 9, 3, 2 dan 4. Tabel 2 Nilai AIC dari model VGAM pada beberapa derajat bebas derajat Grid 6 6 Grid 8 8 bebas KU1 KU2 KU1 KU2 KU3 KU Pengepasan model terhadap data 2008 dilakukan dengan menggunakan kuantil ke 50. Hasil pengepasan untuk masing-masing grid 6 6 dan 8 8 ditampilkan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Berdasarkan kedua gambar tersebut, terlihat bahwa pola dugaan curah hujan data grid 6 6 dan 8 8 hampir sama. Pada kedua data terlihat bahwa hasil nilai dugaan curah hujan belum membentuk pola monsun seperti pola curah hujan aktual. Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, kedua model menduga curah hujan pada musim kering jauh diatas nilai aktualnya dan menduga curah hujan ekstrim pada musim hujan dibawah nilai aktual. Terdapat beberapa bulan yang memiliki nilai dugaan mendekati nilai aktual yaitu bulan November dan Desember. Nilai dugaan curah hujan tahun 2008 masing-masing model secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

31 Penambahan peubah dummy tidak memberikan hasil yang signifikan pada pendugaan curah hujan. Dugaan yang dihasilkan hampir sama antara model awal tanpa dummy dengan model yang sudah ditambahkan dummy. Walau demikian, terdapat sedikit penurunan dalam nilai RMSEP Model tanpa dummy Model dengan 2 dummy Model 4 dummy Aktual Gambar 5 Pengepasan model VGAM pada data berukuran 6x Model tanpa dummy Model dengan 2 dummy Model 4 dummy Aktual Gambar 6 Pengepasan model VGAM pada data berukuran 8x8 Nilai RMSEP pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan nilai RMSEP dari model sebelum diberi peubah dummy dengan model setelah pemberian peubah dummy. Selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, pemodelan dilakukan kembali dengan membagi bulan kedalam empat kelompok (Sutikno 2013). Data yang digunakan adalah data grid 6 6 karena berdasarkan nilai RMSEP, data grid 6 6 menghasilkan nilai RMSEP yang lebih kecil jika dibandingkan dengan data grid 8 8.

32 18 Tabel 3 Nilai RMSEP untuk model awal Model Grid 6 6 (pada kuantil) Grid 8 8 (pada kuantil) Model tanpa dummy Model dengan 2 kategori Model dengan 4 kategori Pada tahap selanjutnya, bulan dalam satu tahun dibagi menjadi empat kelompok yaitu bulan hujan, bulan peralihan hujan-kering, bulan kering dan bulan peralihan kering-hujan. Identifikasi nilai ekstrim dilakukan untuk setiap kelompok bulan. Gambar 7 adalah hasil MRLP untuk setiap kelompok bulan. Pemilihan nilai ambang untuk kelompok bulan hujan dapat dilihat pada Gambar 7(a), terlihat perubahan mulai terjadi di titik antara 100 dan 200 dan berdasarkan grafik hubungan pendugaan parameter GPD dengan nilai ambang pada Lampiran 4(a) nilai dugaan parameter konstan di nilai 145 maka nilai ambang yang dipilih pada kelompok bulan hujan adalah 145. Hal yang sam dilakukan untuk kelompok bulan lainnya dan menghasilkan nilai ambang untuk bulan peralihan hujan-kering, bulan kering dan bulan peralihan kering-hujan masing-masing adalah 100,10 dan 45. (a) (b) (c) Gambar 7 MRLP plot curah hujan masing-masing kelompok bulan. (a) bulan hujan, (b) bulan peralihan hujan-keirng, (c) bulan kering, (d) bulan peralihan kering-hujan Kecocokan sebaran GPD data dilihat berdasarkan dua hal yaitu plot diagnostik sisaan dan uji formal. Plot diagnostik kecocokan dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan Lampiran 5 dapat dilihat bahwa sebaran data mengikuti (d)

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN :

Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil PPM IPB 2016 Hal : 1 7 ISBN : Hal : 1 7 ISBN : 978-62-8853-29-3 MODEL LINIER BERDASARKAN SEBARAN GAMMA DENGAN REGULARISASI PERSENTIL L1 DAN L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Linear Model based on Gamma Distribution with Percentile

Lebih terperinci

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS

5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS 5 MODEL ADITIF VECTOR AUTOREGRESSIVE EXOGENOUS Pendahuluan Pada model VARX hubungan peubah penjelas dengan peubah respon bersifat parametrik. Stone (1985) mengemukakan pemodelan yang bersifat fleksibel

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM APLIKASI METODE PUNCAK AMBANG BATAS MENGGUNAKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT DAN ESTIMASI PARAMETER MOMEN-L PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus : Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013)

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN : Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : 15 25 ISBN : 978-602-8853-27-9 PENGEMBANGAN METODE KOMPUTASI STATISTIK PADA MODEL LINIER NILAI EKSTRIM DENGAN REGULARISASI L1 DAN L2 (Development of

Lebih terperinci

PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN REGRESI KUANTIL SPLINE UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN INDRAMAYU NOOR ELL GOLDAMEIR

PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN REGRESI KUANTIL SPLINE UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN INDRAMAYU NOOR ELL GOLDAMEIR PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN REGRESI KUANTIL SPLINE UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN INDRAMAYU NOOR ELL GOLDAMEIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT

PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT TUGAS AKHIR - ST 1325 PRA-PEMPROSESAN DATA LUARAN GCM CSIRO-Mk3 DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT ANGGREINI SUPRAPTI NRP 1305 100 005 Dosen Pembimbing Dr. Sutikno, S.Si, M.Si JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING

REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING Aji Hamim Wigena Departemen Statistika, FMIPA Institut Pertanian Bogor Jakarta, 23 Juni 2011 Pendahuluan GCM (General Circulation Model) model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

STATISTICAL DOWNSCALING

STATISTICAL DOWNSCALING STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi kasus curah hujan kabupaten Indramayu tahun 1979-2008) SHYNDE LIMAR KINANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor. Jika plot peluang dan plot kuantil-kuantil membentuk garis lurus atau linier maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi (Mallor et al. 2009). Tingkat Pengembalian Dalam praktik, besaran atau

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI APLIKASI METODE MOMEN MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI UNTUK ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI PARETO TERAMPAT PADA DATA CURAH HUJAN (Studi Kasus Data Curah Hujan Kota Semarang Tahun 2004-2013) SKRIPSI Oleh: RENGGANIS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ANNISA RAHMAWATI

SKRIPSI. Oleh: ANNISA RAHMAWATI IDENTIFIKASI CURAH HUJAN EKSTREM DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN ESTIMASI PARAMETER MOMEN PROBABILITAS TERBOBOTI PADA NILAI EKSTREM TERAMPAT (Studi Kasus Data Curah Hujan Dasarian Kota Semarang Tahun 1990-2013)

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1 ( )

1. PENDAHULUAN. [8 Januari 2006] 1  ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi ramalan curah hujan sangat berguna bagi petani dalam mengantisipasi kemungkinan kejadian-kejadian ekstrim (kekeringan akibat El- Nino dan kebanjiran akibat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN

PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN PENDUGAAN NILAI EKSTRIM MENGGUNAKAN SEBARAN CHAMPERNOWNE TERMODIFIKASI, SEBARAN PARETO TERAMPAT, DAN NILAI GABUNGAN (Studi Kasus Curah Hujan Harian Darmaga Bogor) MUHAMMAD HAFID DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA

SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA SEBARAN GENERALIZED EXTREME VALUE (GEV) DAN GENERALIZED PARETO (GP) UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA Achi Rinaldi Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan achi_rinaldi@yahoo.co.uk

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

PEMBAHASAN ... (3) RMSE = 7 kemampuan untuk mengikuti variasi hujan permukaan. Keterandalan model dapat dilihat dari beberapa parameter, antara lain : Koefisien korelasi Korelasi dinyatakan dengan suatu koefisien yang menunjukkan

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA. Skripsi. Jurusan Statistika Fakultas Sains dan Matematika Undip

PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA. Skripsi. Jurusan Statistika Fakultas Sains dan Matematika Undip PEMODELAN DATA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN REGRESI PENALIZED SPLINE Disusun Oleh : NOVIA AGUSTINA 24010211130039 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta

Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta Sebaran Generalized Extreme Value (GEV) dan Generalized Pareto (GP) untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim di Wilayah DKI Jakarta Achi Rinaldi IAIN Raden Intan Lampung; achi_rinaldi@yahoo.co.uk Abstract Extreme

Lebih terperinci

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama

Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Reduksi Data Luaran GCM Stasiun Amahai Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama Ferry Kondo Lembang Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI ferrykondolembang@yahoo.co.id Abstrak Reduksi dimensi adalah bagian

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI 070803049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA GENERALIZED EXPLORATORY FACTOR ANALYSIS DAN ESTIMATOR LOKAL LINIER MULTIPREDIKTOR DALAM PEMODELAN KALIBRASI SENYAWA AKTIF KURKUMIN SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH

Lebih terperinci

3. PENENTUAN DOMAIN GCM DALAM PENYUSUNAN MODEL STATISTICAL DOWNSCALING

3. PENENTUAN DOMAIN GCM DALAM PENYUSUNAN MODEL STATISTICAL DOWNSCALING 3. PENENTUAN DOMAIN GCM DALAM PENYUSUNAN MODEL STATISTICAL DOWNSCALING 3.1. Pendahuluan Domain GCM berperan penting dalam pemodelan SD. Data pada domain ini dijadikan sebagai faktor yang menentukan pendugaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya peradaban, banyak pihak dalam berbagai bidang memerlukan suatu alat untuk memodelkan suatu data ke dalam suatu fungsi yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK

PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK PENANGANAN MASALAH HETEROSKEDASITAS DENGAN MODEL ARCH-GARCH DAN MODEL BLACK-SCHOLES MOSES ALFIAN SIMANJUNTAK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : NURMALITA SARI 240102120008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1)

PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1) PENGARUH MIXED DISTRIBUTION PADA PENDEKATAN QUASI-LIKELIHOOD DALAM MODEL LINEAR 1) Anang Kurnia Departemen Statistika FMIPA IPB Jl. Meranti, Wing 22 Level 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor Email: anangk@ipb.ac.id

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE EKSPLORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK

METODE EKSPLORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK METODE EKSPLO ORATIF UNTUK MENGUJI KESAMAAN SPEKTRUM FTIR TEMULAWAK EKO WAHYU WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING MENGGUNAKAN REGRESI LINIER DENGAN PERSENTIL L1 DAN PERSENTIL L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN MOH.

PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING MENGGUNAKAN REGRESI LINIER DENGAN PERSENTIL L1 DAN PERSENTIL L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN MOH. PEMODELAN STATISTICAL DOWNSCALING MENGGUNAKAN REGRESI LINIER DENGAN PERSENTIL L1 DAN PERSENTIL L2 UNTUK PENDUGAAN CURAH HUJAN MOH. IRVAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya peradaban zaman, banyak pihak dalam berbagai bidang memerlukan suatu alat untuk memodelkan suatu data kedalam suatu fungsi yang dapat dipergunakan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI

PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI PENGGUNAAN METODE NUMERIK DAN METODE MATRIKS DALAM PERHITUNGAN PARAMETER PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI ZULIVA EVASARI SILALAHI 090823004 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Statistika, Vol. 16 No. 1, 29 39 Mei 2016 Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial Annisa Lisa Nurjanah, Nusar Hajarisman, Teti Sofia Yanti Prodi Statistika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 74 82 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI KOTA PADANG TAHUN 2013 DAN 2014 DENGAN PENDEKATAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF

Lebih terperinci

SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN

SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN SEBARAN PARETO TERAMPAT UNTUK MENENTUKAN CURAH HUJAN EKSTRIM (Studi Kasus: Curah Hujan Periode 2001-2010 pada Stasiun Darmaga) MUHAMMAD IRFAN DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ESTIMASI MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK BIRESPON PADA DATA LONGITUDINAL BERDASARKAN ESTIMATOR LOKAL LINIER

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ESTIMASI MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK BIRESPON PADA DATA LONGITUDINAL BERDASARKAN ESTIMATOR LOKAL LINIER ESTIMASI MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK BIRESPON PADA DATA LONGITUDINAL BERDASARKAN ESTIMATOR LOKAL LINIER SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA STATISTIKA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : DEPY VERONICA 24010212140035 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) SKRIPSI Oleh : VICA NURANI 24010211130033 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO

MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO MODEL HIBRIDA RUNTUN WAKTU FUZZY TERBOBOT-DERET FOURIER UNTUK PERAMALAN CURAH HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BENGAWAN SOLO oleh INDIAWATI AYIK IMAYA M0111045 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE FUZZY

PERBANDINGAN METODE FUZZY PERBANDINGAN METODE FUZZY DENGAN REGRESI LINEAR BERGANDA DALAM PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI (Studi Kasus : Produksi Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan Tahun 2011-2012) SKRIPSI SISKA

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

APLIKASI SPLINE TRUNCATED DALAM REGRESI NONPARAMETRIK SKRIPSI FIKA KHAIRANI

APLIKASI SPLINE TRUNCATED DALAM REGRESI NONPARAMETRIK SKRIPSI FIKA KHAIRANI APLIKASI SPLINE TRUNCATED DALAM REGRESI NONPARAMETRIK SKRIPSI FIKA KHAIRANI 120823020 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 APLIKASI

Lebih terperinci

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb.

PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER. Agustini Tripena Br.Sb. JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011 PEMILIHAN PARAMETER PENGHALUS DALAM REGRESI SPLINE LINIER Agustini Tripena Br.Sb. Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Indonesia ABSTRAK.

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA SKRIPSI MUHAMMAD VAMY HANIBAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA

RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA RATA-RATA KUADRAT SESATAN PENDUGA REGRESI DENGAN KOMBINASI LINIER DUA VARIABEL BANTU PADA SAMPEL ACAK SEDERHANA oleh INTAN LISDIANA NUR PRATIWI NIM. M0110040 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang)

PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) PEMODELAN REGRESI 3-LEVEL DENGAN METODE ITERATIVE GENERALIZED LEAST SQUARE (IGLS) (Studi Kasus: Lamanya pendidikan Anak di Kabupaten Semarang) SKRIPSI Oleh: AMANDA DEVI PARAMITHA NIM: 24010210141036 JURUSAN

Lebih terperinci

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA

SKRIPSI APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING. Disusun oleh: DANI AL MAHKYA APLIKASI METODE GOLDEN SECTION UNTUK OPTIMASI PARAMETER PADA METODE EXPONENTIAL SMOOTHING SKRIPSI Disusun oleh: DANI AL MAHKYA 24010210141025 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS) 28 BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS) 3.1 Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR) Geographically Weighted Logistic Regression adalah metode untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS

MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS MODEL REGRESI ROBUST MENGGUNAKAN ESTIMASI S DAN ESTIMASI GS (Studi Kasus Produksi Jagung di Indonesia) Oleh VICTOR SATRIA SAPUTERA M0112089 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN METODE ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DAN METODE THEIL DALAM MODEL PENENTUAN REGRESI LINIER SEDERHANA

STUDI PERBANDINGAN METODE ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DAN METODE THEIL DALAM MODEL PENENTUAN REGRESI LINIER SEDERHANA STUDI PERBANDINGAN METODE ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DAN METODE THEIL DALAM MODEL PENENTUAN REGRESI LINIER SEDERHANA USWATUN HASANAH HARAHAP 090823072 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENDETEKSIAN KELAINAN OTAK BERDASARKAN ESTIMATOR KERNEL DENGAN PEREDUKSI DIMENSI TRANSFORMASI WAVELET DISKRET DAN PARTIAL LEAST SQUARE DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR

Lebih terperinci

SKRIPSI WANDA SURIANTO

SKRIPSI WANDA SURIANTO ANALISIS PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI WANDA SURIANTO 120803034 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN TRMM DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA

KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN TRMM DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA Steven Cahya Andika Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan Email

Lebih terperinci

MODEL PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN DI WILAYAH JAWA BAGIAN UTARA DENGAN PREDIKTOR SML DAN OLR DEDI SUCAHYONO

MODEL PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN DI WILAYAH JAWA BAGIAN UTARA DENGAN PREDIKTOR SML DAN OLR DEDI SUCAHYONO MODEL PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN DI WILAYAH JAWA BAGIAN UTARA DENGAN PREDIKTOR SML DAN OLR DEDI SUCAHYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR

STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR STUDI METODE REGRESI RIDGE DAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MULTIKOLINEARITAS SKRIPSI OCKTAVALANNI SIREGAR 100803011 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMODELAN PERAMALAN PENJUALAN PAKAN UDANG PADA PT CENTRAL PROTEINA PRIMA, TBK DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL (EXPONENTIAL SMOOTHING) SKRIPSI

PEMODELAN PERAMALAN PENJUALAN PAKAN UDANG PADA PT CENTRAL PROTEINA PRIMA, TBK DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL (EXPONENTIAL SMOOTHING) SKRIPSI PEMODELAN PERAMALAN PENJUALAN PAKAN UDANG PADA PT CENTRAL PROTEINA PRIMA, TBK DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL (EXPONENTIAL SMOOTHING) SKRIPSI HERRIJUNIANTO PURBA 130823002 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PADA PORTOFOLIO SAHAM

PADA PORTOFOLIO SAHAM PERBANDINGAN PENDEKATAN GENERALIZED EXTREME VALUE DAN GENERALIZED PARETO DISTRIBUTION UNTUK PERHITUNGAN VALUE AT RISK PADA PORTOFOLIO SAHAM SKRIPSI Disusun oleh: AYU AMBARSARI 24010212140079 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Sebelum melakukan pembahasan mengenai permasalahan dari skripsi ini, akan diuraikan beberapa teori penunjang antara lain: Kredit Macet, Regresi Logistik, Model Terbaik

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL REGRESI RUNTUN WAKTU DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL REGRESI RUNTUN WAKTU DENGAN EFEK VARIASI KALENDER PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN GROJOGAN SEWU MENGGUNAKAN MODEL REGRESI RUNTUN WAKTU DENGAN EFEK VARIASI KALENDER oleh APRILLIA COSASI M0109014 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Cacahan (Count Data) dalam GLM. Dr. Kusman Sadik, M.Si Sekolah Pascasarjana Departemen Statistika IPB Semester Genap 2017/2018

Pemodelan Data Cacahan (Count Data) dalam GLM. Dr. Kusman Sadik, M.Si Sekolah Pascasarjana Departemen Statistika IPB Semester Genap 2017/2018 Pemodelan Data Cacahan (Count Data) dalam GLM Dr. Kusman Sadik, M.Si Sekolah Pascasarjana Departemen Statistika IPB Semester Genap 2017/2018 Pendahuluan Pada model linear klasik, seperti regresi linear,

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION

PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN MODEL FORWARD SELECTION DAN ALL POSSIBLE SUBSET SELECTION PADA JUMLAH KEMATIAN BAYI DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) ( Studi Kasus di Provinsi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIKA PRATNYANINGRUM 24010211140095

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

METODE PENGALI LAGRANGE DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG EKONOMI SKRIPSI RAHMAD HIDAYAT

METODE PENGALI LAGRANGE DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG EKONOMI SKRIPSI RAHMAD HIDAYAT METODE PENGALI LAGRANGE DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG EKONOMI SKRIPSI RAHMAD HIDAYAT 110803018 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 METODE

Lebih terperinci

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI Disusun Oleh : SHERLY CANDRANINGTYAS J2E 008 053 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan

LANDASAN TEORI. Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan II. LANDASAN TEORI Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan beberapa konsep dan teori yang mendukung dari ilmu statistika. Berikut akan dijelaskan beberapa konsep dan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI M-KUANTIL MENGGUNAKAN METODE ITERATIVE REWEIGHTED LEAST SQUARE (IRLS)

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI M-KUANTIL MENGGUNAKAN METODE ITERATIVE REWEIGHTED LEAST SQUARE (IRLS) ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI M-KUANTIL MENGGUNAKAN METODE ITERATIVE REWEIGHTED LEAST SQUARE (IRLS) oleh Lisa Apriana Dewi M0108055 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratanmemperoleh

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI

PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI PREDIKSI CURAH HUJAN EKSTRIM SECARA SPASIAL (Studi Kasus: Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Indramayu) FITRI MUDIA SARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci