BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Ida Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, yang meliputi informasi mengenai genom mitokondria, DNA mitokondria sebagai materi genetik, daerah D-loop mtdna, laju mutasi mtdna, peran mutasi mtdna pada penuaan, peran mtdna dalam identifikasi forensik, Polymerase Chain Reaction (PCR), Direct Sequencing dengan metode Dideoksi Sanger. II. 1. Genom Mitokondria Mitokondria merupakan organel intrasel penghasil energi yang terdapat pada semua sel eukariot. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter ~5 µ m dan panjang ~1 µ m (Gambar II.1). Struktur mitokondria terdiri dari membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks mitokondria. Membran luar berpori, mengandung sejumlah protein transpor yang disebut dengan porin, yang membentuk saluran yang berukuran relatif besar pada lapisan bilayer membran luar. Adanya protein ini memungkinkan membran luar untuk menyaring ion-ion atau molekul-molekul berukuran 5 kda atau kurang. Membran luar juga mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam biosintesis dan katabolisme lipid. Membran dalam mitokondria memiliki struktur berlipat-lipat, yang disebut dengan krista. Struktur ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuan mitokondria dalam menghasilkan ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi oksidasi pada proses respirasi, enzim ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, dan protein transport yang mengatur lalu lintas metabolit keluar masuk matriks mitokondria melewati membran dalam. Ruang antar membran terletak di antara membran dalam dan membran luar dan mengandung sekitar 6% total protein mitokondria.
2 4 DNA Krista Matriks Ribosom Membran dalam Membran luar Gambar II. 1. Struktur Mitokondria. Mitokondria memiliki membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks mitokondria (Cooper, 2000). Matriks mitokondria mengandung sebagian besar protein mitokondria, yaitu sekitar 67%. Banyak proses metabolisme yang terjadi pada matriks mitokondria, sehingga di dalamnya banyak ditemukan enzim-enzim yang berperan dalam proses metabolisme tersebut, misalnya kompleks piruvat dehidrogenase, enzimenzim yang berperan dalam siklus Krebs, β oksidasi asam lemak, dan oksidasi asam amino. Di dalamnya juga terdapat DNA, ribosom, ATP, ADP, ion-ion, seperti Mg 2+, Ca 2+, K +, serta metabolik intermediet yang larut (Karp, 1999). Peran nukeotida purin dan pirimidin diketahui berfungsi sebagai prekursor monomer asam nukleat. Nukleotida purin berfungsi juga sebagai sumber energi dalam bentuk ATP. Nukleotida pada DNA berikatan secara kovalen melalui jembatan fosfat dan ikatan fosfodiester antar nukleotida terletak pada arah yang sama disepanjang rantai ujung 5 dan ujung 3 (Gambar II.2)
3 5 a). Ujung 5 b). Ikatan fosfodiester Ujung 5 Ujung 3 Ujung 3 Gambar II.2. Struktur molekul DNA. a). Struktur kovalen DNA melalui jembatan fosfodiester antar nukleotida pada DNA, b). Skematik urutan nukleotida pada potongan DNA dengan lima unit nukleotida Mitokondria dalam sel eukariot berfungsi sebagai penghasil energi, dalam bentuk ATP, melalui serangkaian tahap yang disebut dengan fosforilasi oksidatif. Reaksi ini melibatkan lima macam kompleks enzim, yaitu Kompleks I NADH-ubikuinon reduktase, Kompleks II suksinat-ubikuinon reduktase, Kompleks III ubikuinolsitokrom c oksidase, Kompleks IV sitokrom oksidase, dan Kompleks V ATP sintase. Secara singkat, proses fosforilasi oksidatif adalah sebagai berikut kompleks I dan kompleks II mengalirkan pasangan elektron masing-masing dari NADH dan suksinat menuju ubikuinon (Q). Ubikuinon merupakan titik temu
4 6 antara elektron yang dilepaskan oleh kompleks I, II, dan elektron yang dilepaskan oleh FADH 2. Kompleks III selanjutnya memindahkan pasangan elektron dari ubikuinon menuju sitokrom c. Pada tahap terakhir, kompleks IV mengalirkan elektron dari sitokrom c menuju O 2, sekaligus mereduksi O 2 menjadi H 2 O. Sedangkan kompleks V akan mengkatalisis rekasi pembentukan ATP dari ADP dan fosfat anorganik (Pi). Proses ini terkait dengan aliran proton dari ruang antar membran menuju matrik melewati membran dalam (Karp, 1999). Proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP secara singkat dapat dilihat pada Gambar II. 3. Ruang antar membran Suksinat Fumarat Matriks Gambar II. 3. Reaksi Fosforilasi Oksidatif. Reaksi untuk menghasilkan ATP ini melibatkan lima kompleks enzim, yaitu Kompleks I NADHubikuinon reduktase, Kompleks II suksinat-ubikuinon reduktase, Kompleks III ubikuinol-sitokrom c oksidase, Kompleks IV sitokrom oksidase, dan Kompleks V ATP sintase (Karp, 1999) Komposisi genom mitokondria manusia terdiri atas dua gen ribosom RNA (12 S rrna dan 16 S rrna), 22 gen trna (1 gen trna untuk masing-masing asam amino dan 2 trna ekstra: trna leu dan trna ser ), 13 gen yang mengode 13 subunit (tujuh subunit kompleks I NADH-dehidrogenase: ND1, ND2, ND3, ND4L, ND4, ND5, ND6, satu subunit kompleks III sitokrom b: cyt.b, tiga subunit kompleks IV sitokrom oksidasi: COI, COII, COIII, dan dua subunit kompleks V ATP sintase: ATP 6 dan ATP 8) dari 70 subunit kompleks enzim respirasi, dan daerah D-loop (Anderson et al., 1981; Horaiet et al., 1995).
5 7 II. 2. DNA Mitokondria (mtdna) sebagai Materi Genetik Mitokondria memiliki sistem genetik yang berbeda dengan sistem genetik inti sel. DNA mitokondria manusia berbentuk lingkaran tertutup dan beruntai ganda (double stranded). Dua untai pada DNA mitokondria ini dikenal dengan untai heavy (H) dan untai light (L). Penamaan ini didasarkan pada perbedaan densitas tiap untai dalam gradien denaturan CsCl, dimana untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan untai L karena untai H memiliki lebih banyak basa-basa purin yang memiliki dua buah cincin pada strukturnya yang dinyatakan dalam rasio G : C. Jika rasio G : C lebih dari satu maka untai tersebut adalah untai H (Anderson et al., 1981). Urutan nukleotida DNA mitokondria sudah ditentukan secara lengkap oleh Anderson pada tahun MtDNA berukuran pb (Gambar II.4) dan menyandi 37 gen, yaitu 22 trna, 2 rrna, dan 13 polipeptida untuk kompleks protein yang dibutuhkan pada reaksi fosforilasi oksidatif. Untai H pb Untai L Gambar II.4. Struktur DNA Mitokondria. Mitokondria berukuran pb, beruntai ganda, untai H dan untai L. MtDNA menyandi 37 gen untuk 2 rrna, 22 trna, dan 13 polipeptida untuk kompleks protein yang dibutuhkan pada fosforilasi oksidatif. MtDNA juga memiliki daerah pengontrol yang tidak mengode protein yang disebut dengan D-loop berukuran 1121 pb (Anderson et al.,1981; Andrews et al., 1999)
6 8 Bentuk mtdna adalah sirkular terdiri atas untai H (Heavy) memiliki basa G lebih banyak dan untai L (Light) memiliki basa C lebih banyak (Wallace, 1997). Komponen penyusun mitokondria seperti protein struktural, protein transpor, mesin sintesis protein-protein mitokondria seperti DNA polimerase, RNA polimerase, amino asil trna sintetase, protein ribosomal, dan faktor pengendali transkripsi, translasi dan replikasi DNA mitokondria (mtdna) semua dikode oleh inti, disintesis di sitosol kemudian ditranspor ke mitokondria (Strachan dan Read, 1999; Moraes et al., 1999) seperti tercantum dalam Tabel II.1. Sebagian besar protein mitokondria dikode oleh DNA inti, disintesis oleh sitosol kemudian ditranspor ke mitokondria untuk mensintesis protein mitokondria atau tergabung dalam sistem fosforilasi oksidatif. Tabel II.1. Hubungan Fungsi Mitokondria dengan Inti. Komponen Dikode mtdna Dikode DNA Inti Komponen Sistem 13 subunit 80 subunit Fosforilasi Oksidatif : I. NADH dehidrogenase II. Suksinat CoQ reduktase III. Sitokrom b-cl IV. Sitokrom c oksidase V. ATP sintase 7 subunit 0 subunit 1 subunit 3 subunit 2 subunit > 41 subunit 4 subunit 10 subunit 10 subunit 14 subunit Komponen Sintesis Protein : trna rrna Ribosomal protein Protein mitokondria lainnya trna 2 rrna semua misal : DNA pol, RNA pol, enzim struktural dan transpor Setiap sel eukariot mengandung ratusan bahkan ribuan kopi DNA mitokondria. Mutasi dapat terjadi pada seluruh kopi mtdna atau hanya pada beberapa kopi saja. Apabila mutasi terjadi pada seluruh kopi mtdna dalam sel maka kondisi ini disebut homoplasmi, tetapi jika terjadi pencampuran lebih dari satu tipe mtdna di dalam sel dimana terdapat mtdna yang termutasi dan mtdna wild type, maka kondisi ini disebut dengan heteroplasmi. Penyebab heteroplasmi belum diketahui dengan pasti, Grzybowski pada tahun 2000 menjelaskan bahwa heteroplasmi
7 9 disebabkan karena mutasi yang terjadi pada mtdna sel telur diikuti oleh diferensiasi selama perkembangan embrio. Heteroplasmi dapat terdeteksi pada berbagai jaringan, termasuk tulang, otak, hati, otot, rambut, dan darah. Pada satu individu, heteroplasmi dapat terjadi pada satu atau lebih jaringan (Tully et al., 1999). Namun, rambut manusia memiliki frekuensi heteroplasmi yang tinggi. Dari satu akar rambut telah ditemukan enam macam perbedaan (Grzybowski, 2000). Pola panjang heteroplasmi mirip untuk individu-individu segaris keturunan ibu tetapi bervariasi untuk individu yang tidak segaris keturunan ibu (Malik et al., 2002). II.3. Daerah D-loop mtdna Daerah D-loop adalah daerah pada mtdna sepanjang 1121 nukleotida mulai dari nukleotida sampai 576 terletak antara gen trna prolin ( pb) dan gen trna fenilalanin ( pb) yang tidak menyandi (mengkode) protein tetapi mengandung beberapa basa yang mengontrol proses transkripsi dan replikasi mtdna sehingga disebut juga control region (CR). Daerah D-loop merupakan daerah beruntai tiga (triple stranded), mengandung origin of replication untuk untai H (O H ) dan dua promoter utama untuk untai H dan L (P H dan P L ) (Gambar II. 3). Gen-gen mtdna terdistribusi pada untai H dan L. Titik awal replikasi untai H dan dua promotor transkripsi terletak pada D-loop. Kedua promotor transkripsi tersebut berjarak 150 nukleotida dengan daerah pengenalan oleh faktor transkripsi mitokondria pertama sepanjang 27 pasang basa (Clayton, 1991). D-loop memiliki adaptasi yang tinggi terhadap mutasi sehingga antar individu yang tidak segaris keturunan ibu D-loopnya dapat sangat berbeda. Adaptasi D- loop terhadap mutasi disebabkan karena tidak menyandi protein sehingga mutasi pada daerah ini tidak mempengaruhi fungsi protein dan karenanya perubahan pada D-loop tidak berpengaruh pada fisiologi mitokondria ataupun sel. Variasi antar individu yang relatif tinggi ini menyebabkan D-loop disebut juga daerah
8 10 Hypervariable (HV) dan mempunyai laju mutasi lima kali lebih cepat dibandingkan daerah lain pada genom mitokondria (Creenberg et al., 1983). D- loop memiliki dua daerah yang sangat bervariasi, yaitu Hypervariable region I (HVR I) pada nukleotida dan Hypervariable regio II (HVR II) pada nukleotida (Anderson et al., 1981; Andrews et al., 1999). Variasi basa atau polimorfisme yang disebabkan oleh mutasi ini disebut dengan Single Nucleotide Polymorphism (SNP). SNP, yang dapat terjadi pada daerah pengkode (coding region) maupun daerah bukan pengkode (noncoding region) pada D-loop, dapat digunakan untuk membedakan satu individu dengan individu lain. Polimorfisme pada daerah D-loop lebih tinggi daripada polimorfisme daerah pengkode disebabkan karena laju mutasinya yang lebih tinggi. II. 4. Laju Mutasi mtdna Laju mutasi yang tinggi pada mtdna disebabkan oleh banyaknya radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil samping reaksi respirasi yang berlangsung pada mitokondria. Elektron yang ditransfer dapat tertangkap oleh molekul oksigen membentuk radikal bebas superoksida. Jumlah superoksida ini dalam kondisi normal mencapai 1-3% jumlah molekul oksigen. Enzim superoksida dismutase akan mengubah senyawa ini menjadi hidrogen peroksida dan oksigen. Hidrogen peroksida selanjutnya diubah menjadi air dan oksigen dengan enzim katalase. Reaksi-reaksi diatas memiliki hasil samping radikal bebas hidroksil yang sangat berbahaya karena dapat bereaksi dengan protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid menghasilkan suatu radikal dan bereaksi lebih lanjut. Radikal bebas hidroksil juga dapat terbentuk dengan katalis ion besi (Fe 3+ ). Ion besi dapat menerima elektron dari superoksida dan memindahkannya ke hidroksil sehingga menjadi radikal bebas. Kompleks ion besi dapat mengkatalisa fosfat pada DNA. Radikal bebas hidroksil dapat menyerang gugus gula ribosa ataupun mendeaminasi nukleotida yang menyebabkan mutasi subtitusi misalnya : T > C, C > G dan T > G. Tingginya laju mutasi mtdna juga disebabkan oleh karena enzim
9 11 polimerase λ yang digunakan pada proses replikasi mtdna tidak memiliki proofreading yang dapat mengoreksi kesalahan-kesalahan selama proses replikasi (Watson et al., 1987). Beberapa mutasi gen penyandi protein mtdna yang tidak berpengaruh pada kondisi fisiologis disebut varian normal (Marzuki et al., 1991). Sedangkan mutasi pada daerah yang tidak menyandi protein seperti daerah D-loop tidak berbahaya bagi kelestarian mtdna itu sendiri sehingga mutasi tersebut dapat diturunkan pada proses replikasi. Replikasi DNA tidak selalu akurat sehingga akan terjadi mutasi yang akan diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga makin jauh hubungan kekerabatan antara dua individu, makin besar pula jumlah perbedaan mutasi. II. 5. Peran Mutasi mtdna pada Penuaan Reaksi fosforilatif oksidatif dalam mitokondria menghasilkan ± 90% energi pada organ dan sistem jaringan (Wei, 1992). Proses fosforilatif oksidatif menghasilkan berbagai metabolit berupa radikal bebas yang berpotensi merusak DNA. Dalam kondisi normal, radikal bebas akan dieliminasi oleh dismutase, katalase, dan peroksidase, namun mekanisme pertahanan ini berkurang fungsinya dengan bertambahnya umur (Ames, 1989). Berkurangnya fungsi enzim-enzim tersebut berakibat pada banyaknya mutasi yang disebabkan oleh radikal bebas, hal ini berpotensi mempengaruhi proses penuaan. Namun demikian, tidak ditemukan adanya perubahan pola mutasi pada sel rambut seiring dengan pertambahan usia dalam satu individu (Liu et al., 2001). Percepatan angka laju mutasi DNA mitokondria dapat menghasilkan penuaan dini, suatu faktor penyebab utama penuaan. Telah ditemukan bahwa penuaan berkaitan dengan peranan DNA mitokondria. Mutasi DNA mitokondria terus menerus terakumulasi sepanjang usia dan bertanggung jawab langsung atas defisiensi dalam aktifitas fosforilasi oksidatif seluler. Kerusakan DNA mitokondria dan mutagenesis menyebabkan kerusakan dan disfungsi oksidatif
10 12 yang meningkat secara eksponensial, yang pada akhirnya terkulminasi pada penuaan. Sebuah peningkatan tiga hingga lima kali dalam mutasi-mutasi mtdna somatik pada mutator DNA mitokondria yang telah ditunjukkan untuk menghasilkan respirasi defektif dan oleh karenanya terjadi defisiensi energi dalam sel-sel individu (Trifunovic, 2006). II.6. Peran mtdna dalam Identifikasi Forensik Analisis forensik berupa tindakan identifikasi barang bukti, yang bertujuan untuk memperkirakan identitas (ras, umur, jenis kelamin) atau menghubungkan seseorang dengan tempat kejadian perkara. Analisis menggunakan DNA inti telah terlebih dahulu digunakan dalam bidang forensik dan berkembang pesat. Metode yang banyak digunakan adalah RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisme) dan STR (Short Tandem Repeat). RFLP memiliki tingkat akurasi paling tinggi tetapi juga tingkat kesulitan yang tinggi. Metode STR lebih praktis dan akurasinya dapat disesuaikan tergantung jumlah lokus yang dianalisis (Gill, 2001). Analisis menggunakan DNA inti memiliki akurasi yang tinggi karena dirujuk pada inti kedua orang tua (diploid). Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu bila salah satu atau kedua orang tua tidak ada. Penggunaan DNA inti saudara seayah-ibu, anak, paman, dan bibi atau kakek dan nenek kandung memerlukan koreksi yang didasarkan pada segresi mendel. Sedangkan generasi ketiga atau saudara sepupu, praktis tidak dapat digunakan (Gill, 2001) Selain DNA inti, mtdna telah digunakan dalam bidang forensik dan menjadi barang bukti di pengadilan Amerika Utara dan Eropa (Wilson et al., 1997). Kelebihan utama penggunaan mtdna dalam bidang forensik adalah mtdna mempunyai jumlah salinan yang tinggi (Robin dan Wong, 1988). Jumlah salinan per sel sekitar sehingga mtdna dapat digunakan untuk analisis sampel dengan jumlah DNA yang sangat terbatas (Moore dan Isenberg, 1999; Holland, 1997; Wilson et al., 1997). Kelemahan penggunaan mtdna adalah kemungkinan menemukan kesamaan antar individu yang relatif lebih tinggi, terutama individu yang terkait hubungan keluarga segaris keturunan ibu.
11 13 Kelemahan ini menjadi menguntungkan bila yang dilakukan adalah perunutan hubungan keluarga (Gill et al.,1994). Perunutan hubungan keluarga dengan mtdna didasarkan pada pola pewarisan maternal yang haploid dan hipervariabilitas daerah D-loop. Individu yang terkait hubungan maternal akan memiliki urutan nukleotida yang sama dan yang tidak terkait hubungan maternal ini akan berbeda. Terdapat kemungkinan dua individu yang tidak memiliki catatan hubungan maternal akan memiliki sekuen dengan urutan basa yang sama. Bila silsilah keluarga hanya diketahui beberapa generasi keatas, sementara kecepatan mutasi adalah satu titik dalam 33 generasi maka kemungkinan terjadinya kasus homologi dua individu yang merasa tidak memiliki hubungan maternal relatif tinggi. Hal ini yang menyebabkan mtdna tidak dapat menjadi alat bukti tunggal atau yang utama dalam pengadilan (Melton, 2001). Pemilihan mtdna didasarkan pada pertimbangan bahwa mtdna memiliki jumlah molekul yang sangat banyak dalam tiap sel, sehingga sekalipun sampel dalam keadaan rusak tetapi kemungkinan keberhasilan amplifikasi akan lebih tinggi dibandingkan DNA inti. II. 6. Polymerase Chain Reaction (PCR) PCR merupakan teknik in vitro untuk mengamplifikasi daerah spesifik suatu DNA yang dibatasi oleh sepasang primer (oligonukleotida pendek) menggunakan enzim DNA polimerase dan dntp sebagai monomernya (Newton dan Graham, 1997; Innis dan Gelfand, 1990). Komponen PCR terdiri dari master mix dan templat. Komposisi master mix PCR terdiri dari ddh 2 O sebagai pelarut, buffer PCR untuk mempertahankan ph yang sesuai bagi kerja DNA polimerase, MgCl 2 sebagai koenzim DNA polimerase, dntp (dinukleosida trifosfat) sebagai penyedia nukleotida-nukleotida yang akan digunakan untuk memperbanyak DNA, primer M1 dan HV2R sebagai komponen yang akan mengenali daerah amplifikasi, templat merupakan urutan DNA yang akan diamplifikasi, dan enzim Taq DNA polymerase sebagai biokatalis yang membantu proses PCR (Noer et al., 1994; Wilson et al., 1995)
12 14 Pada umumnya PCR berlangsung dalam tiga tahap yaitu: (1) Denaturasi, yaitu pemisahan DNA untai ganda menjadi tunggal karena terjadi pemutusan ikatan hidrogen basa-basanya pada suhu tinggi (94-96 o C); (2) Annealing, yaitu tahap penempelan primer pada templat DNA. Suhu annealing dapat dihitung berdasarkan nilai melting temperature (Tm) dari primer-primer yang digunakan; (3) Extension, yaitu tahap reaksi polimerasi oleh enzim DNA polimerase menggunakan dntp sebagai monomernya dan dimulai dari ujung 3 primer sepanjang DNA templatnya hingga terbentuk untai DNA baru. Tahap ini berlangsung pada temperatur saat enzim polimerase bekerja optimum. Waktu yang dibutuhkan pada tahap ekstensi tergantung pada panjang fragmen yang diamplifikasi dan kecepatan reaksi dari enzim DNA polimerase yang digunakan (Barnes, 1994; Cheng et al., 1994; Cheng dan Kolmodin, 1997). Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara terus menerus. Untuk menghasilkan produk yang banyak dibutuhkan sekitar siklus. Secara teori jumlah fragmen DNA yang dihasilkan selama n siklus PCR, dirumuskan dengan (2 n 2n)x, dimana n = jumlah siklus, dan x = jumlah templat DNA (Newton dan Graham, 1997; Innis dan Gelfand, 1990). II. 7. Direct Sequencing dengan Metode Dideoksi -Sanger Direct sequencing adalah suatu proses sekuensing menggunakan templat DNA hasil PCR secara langsung tanpa melalui proses kloning. Dideoksi Sanger adalah metode penentuan urutan nukleotida yang didasarkan pada terminasi basa spesifik saat dilakukan sintesis DNA secara in vitro oleh enzim DNA polimerase menggunakan satu primer. Basa spesifik yang digunakan adalah ddntp yaitu dideoksinukleosida trifosfat yang tidak memiliki gugus hidroksil pada karbon 3 nya. Hilangnya gugus hidroksil ini menyebabkan DNA polimerase tidak dapat mengkatalisis pembentukan ikatan fosfodiester dengan dntp atau ddntp berikutnya, sehingga tidak terjadi proses sintesis rantai DNA setelah reaksi dengan ddntp. Terminasi berlangsung secara acak sehingga dihasilkan untai DNA yang panjangnya berbeda-beda (Newton dan Graham, 1997).
13 15 Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hasil sekuensing adalah jumlah templat DNA, kemurnian DNA, kualitas primer, serta kontaminan seperti EDTA, fenol, dan kadar garam yang tinggi. EDTA pada konsentrasi diatas 0,5 mm dapat mengganggu ion Mg 2+ sebagai kofaktor enzim DNA polimerase. Adanya fenol dapat mengganggu dye fluorescent. Konsentrasi garam yang tinggi dapat menginhibisi enzim (Robertson, 1996).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul
Lebih terperinciorganel yang tersebar dalam sitosol organisme
STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam
Lebih terperinciPengertian Mitokondria
Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut
Lebih terperinciGambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Mantis 2.1.1 Biologi Udang Mantis Udang mantis merupakan kelas Malocostraca, yang berhubungan dengan anggota Crustasea lainnya seperti kepiting, lobster, krill, amphipod,
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel
BIOTEKNOLOGI Struktur dan Gambar Apakah Ini dan Apakah Perbedaannya? Perbedaan dari gambar diatas organisme Hidup ular organisme Hidup Non ular Memiliki satuan (unit) dasar berupa sel Contoh : bakteri,
Lebih terperinciRetikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)
Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh
Lebih terperinciBAHAN GENETIK SITOPLASMA
BAHAN GENETIK SITOPLASMA Bahan genetik Kromosom Ekstrakromosom Prokaryot: Plasmid Bahan genetik ekstrakromosom Eukaryot: Mitokondria Kloroplast Bahan genetik sitoplasma Sel Suharsono. 2005. BTK505. IPB
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Gajah Gajah adalah hewan mamalia, merupakan satu-satunya famili yang tersisa dari ordo Proboscidea. Gajah merupakan hewan darat terbesar di dunia. Sepanjang 55 juta tahun terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Mellitus Diabetes diturunkan dari bahasa Yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar
Lebih terperinciRetikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009
Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) 1 RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. Gambar 2. 1 Struktur mitokondria
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Mitokondria Berdasarkan hipotesis endosimbiosis mitokondria berasal dari sel eukariot yang bersimbiosis dengan prokariot (bakteri) sehingga membentuk organel sel (Marguillis, 1981).
Lebih terperinciDr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.
BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan
Lebih terperinci2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria
2.1.1 Definisi Bioenergetika Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi selama
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dipaparkan penjelasan singkat mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai DNA mitokondria manusia, basis data GenBank, basis data MITOMAP,
Lebih terperinciRESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi
RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciSecara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI
Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria
Lebih terperinciOrganisasi DNA dan kode genetik
Organisasi DNA dan kode genetik Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila DNA terdiri dari dua untai
Lebih terperinciSecara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI
Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria
Lebih terperinci19/10/2016. The Central Dogma
TRANSKRIPSI dr.syazili Mustofa M.Biomed DEPARTEMEN BIOKIMIA DAN BIOLOGI MOLEKULER FK UNILA The Central Dogma 1 The Central Dogma TRANSKRIPSI Transkripsi: Proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada
Lebih terperinciSiklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed
Siklus Krebs dr. Ismawati, M.Biomed Berfungsi dalam katabolisme dan juga anabolisme amfibolik Katabolisme memproduksi molekul berenergi tinggi Anabolisme memproduksi intermedier untuk prekursor biosintesis
Lebih terperinciM A T E R I G E N E T I K
M A T E R I G E N E T I K Tujuan Pembelajaran: Mendiskripsikan struktur heliks ganda DNA, sifat dan fungsinya. Mendiskripsikan struktur, sifat dan fungsi RNA. Mendiskripsikan hubungan antara DNA, gen dan
Lebih terperinciSINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya
SINTESIS PROTEIN Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya Sintesis Protein Proses dimana kode genetik yang dibawa oleh gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino SINTESIS PROTEIN EKSPRESI GEN Asam nukleat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Pada Bab II diberikan penjelasan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai mitokondria, fungsi mitokondria, genom DNA mitokondria manusia, sifat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya
Lebih terperinci5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor
1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan
Lebih terperinciPOLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985
Lebih terperinciSTRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK
STRUKTUR KIMIAWI MATERI GENETIK Mendel; belum terfikirkan ttg struktur, lokus, sifat kimiawi serta cara kerja gen. Sesudah Mendel barulah dipelajari ttg komposisi biokimiawi dari kromosom. Materi genetik
Lebih terperinciSMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses
Lebih terperinciBAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI
BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan
Lebih terperinciKATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis
KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens
Lebih terperinciPolimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging
DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering
Lebih terperinciFUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP
TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor
Lebih terperinciBimbingan Olimpiade SMA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2012
Bimbingan Olimpiade SMA Paramita Cahyaningrum Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2012 Genetika : ilmu yang memperlajari tentang pewarisan sifat (hereditas = heredity) Ilmu genetika mulai berkembang
Lebih terperinciBIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt
BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
Lebih terperinciMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut
Lebih terperinciANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL
ISSN 1907-9850 ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL Ketut Ratnayani, I Nengah Wirajana, dan A. A. I. A. M. Laksmiwati Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciASAM NUKLEAT (NUCLEIC ACID)
ASAM NUKLEAT (NUCLEIC ACID) Terdapat pada semua sel hidup Merupakan makromolekul dengan monomer Mononukleotida Fungsi : 1. Menyimpan, mereplikasi dan mentranskripsi informasi genetika 2. Turut dalam metabolisme
Lebih terperinciketebalan yang berbeda-beda dan kadang sangat sulit ditemukan dengan mikroskop. Namun, ada bukti secara kimiawi bahwa lamina inti benar-benar ada di
Membran Inti Inti sel atau nukleus sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik. Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul DNA linear panjang yang membentuk
Lebih terperinciBIO306. Prinsip Bioteknologi
BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari
Lebih terperincimenggunakan program MEGA versi
DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel
16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik
Lebih terperinciadalah proses DNA yang mengarahkan sintesis protein. ekspresi gen yang mengodekan protein mencakup dua tahap : transkripsi dan translasi.
bergerak sepanjang molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida ditambahkan secara kovalen pada ujung 3 molekul RNA yang baru terbentuk. Misalnya nukleotida DNA cetakan A,
Lebih terperincioksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik
Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan
Lebih terperinciAda 2 kelompok basa nitrogen yang berikatan pada DNA yaitu
DNA DNA adalah rantai doble heliks berpilin yang terdiri atas polinukleotida. Berfungsi sebagi pewaris sifat dan sintesis protein. Struktur DNA (deoxyribosenucleic acid) yaitu: 1. gula 5 karbon (deoksiribosa)
Lebih terperinciFISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)
FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2017 METABOLISME Metabolisme adalah proses-proses
Lebih terperinciAulia Dwita Pangestika A2A Fakultas Kesehatan Masyarakat. DNA dan RNA
Aulia Dwita Pangestika A2A014018 Fakultas Kesehatan Masyarakat DNA dan RNA DNA sebagai senyawa penting yang hanya ada di mahkluk hidup. Di mahkluk hidup senyawa ini sebagai master kehidupan untuk penentuan
Lebih terperinciDOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si
DISUSUN OLEH : WIDIYA AGUSTINA (A1F013001) FEPRI EFFENDI (A1F013021) DIAN KARTIKA SARI (A1F013047) DHEA PRASIWI (A1F013059) TYAS SRI MURYATI (A1F013073) DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si RESPIRASI Respirasi
Lebih terperinciMETABOLISME MIKROORGANISME
METABOLISME MIKROORGANISME Mengapa mempelajari metabolisme? Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Tujuan mempelajari metabolisme mikroorganisme Memahami jalur biosintesis suatu metabolit (primer
Lebih terperinciMATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.
MATERI GENETIK Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. PENDAHULUAN Berbagai macam sifat fisik makhluk hidup merupakan hasil dari manifestasi sifat genetik yang dapat diturunkan pada keturunannya Sifat
Lebih terperinciREPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.
REPLIKASI DNA Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI REPLIKASI adalah perbanyakan diri menghasilkan produk baru yang sama dengan dirinya Pada tingkat molekul kimia hanya DNA yang dapat melakukan replikasi
Lebih terperinciREKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si
REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi
Lebih terperinciRangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.
Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa
Lebih terperinciDr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.
BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi
Lebih terperinciTriasilgliserol. = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: Asam lemak: 3 asam lemak (gugus asil)
MetabolismeLemak Triasilgliserol = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: 3 asam lemak (gugus asil) dan gliserol. Asam lemak: jenuh (cth: as palmitat) tak jenuh (cth: as oleat) Gliserol
Lebih terperinciKomponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012
Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan
Lebih terperinciPenemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.
Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan
Lebih terperinciA. Respirasi Selular/Aerobik
UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pendahuluan METABOLISME Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 4 SEL: RESPIRASI Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah ANABOLISME (Pembentukan molekul kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II
BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau
Lebih terperinciOleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013
Energi & METABOLISME Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013 Sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas seluler, seperti pertumbuhan, gerak, transport molekul maupun ion
Lebih terperinciSaintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf
Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah
Lebih terperinciEKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti
EKSPRESI GEN Dyah Ayu Widyastuti Ekspresi Gen Gen sekuen DNA dengan panjang minimum tertentu yang mengkode urutan lengkap asam amino suatu polipeptida, atau RNA (mrna, trna, rrna) Ekspresi Gen Enam tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, dimana kondisi lingkungan geografis antara suku yang satu dengan suku yang lainnya berbeda. Adanya
Lebih terperinciProses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita
Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita 1. Replikasi 2. Transkripsi 3. Translasi TOPIK REPLIKASI Replikasi: Adalah proses perbanyakan bahan genetik. Replikasi bahan genetik dapat
Lebih terperinciMetabolisme : Enzim & Respirasi
Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya
Lebih terperinciMAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA
MAKALAH BIOLOGI PERBEDAAN ANTARA DNA dengan RNA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Oleh: Aria Fransisca Bashori Sukma 141810401023 Dosen Pembimbing Eva Tyas Utami, S.Si, M.Si NIP. 197306012000032001
Lebih terperinciAKTIVITAS GEN DAN PENGATURANNYA: SINTESIS PROTEIN. dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc
AKTIVITAS GEN DAN PENGATURANNYA: SINTESIS PROTEIN dr. Arfianti, M.Biomed, M.Sc Protein Working molecules of the cells Action and properties of cells Encoded by genes Gene: Unit of DNA that contain information
Lebih terperinciPRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)
Unitas, Vol. 9, No. 1, September 2000 - Pebruari 2001, 17-29 PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction] Darmo Handoyo
Lebih terperinciRespirasi seluler. Bahasan
Respirasi seluler dr.syazili Mustofa, M. Biomed Lektor Mata Kuliah Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bahasan 1. metabolisme oksidatif dan produksi ATP 2. Siklus asam sitrat 3. fosforilasi
Lebih terperinciMATERI GENETIK A. KROMOSOM
MATERI GENETIK A. KROMOSOM Kromosom pertama kali ditemukan pada kelompok makhluk hidup eukariot. Namun, di lain pihak dewasa ini kromosom tidak hanya dimiliki oleh klompok makhluk hidup eukariot tetapi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,
Lebih terperinciPertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011
Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan III. Cara Kerja Sel Topik Bahasan: Fungsi (protein) membran Energi dalam kehidupan Fungsi enzim
Lebih terperinciIdentifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )
Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan
Lebih terperinciSIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND
SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND SIKLUS KREBS Pertama kali ditemukan oleh Krebs tahun 1937, sehingga disebut Daur Krebs Merupakan jalur metabolisme utama dari berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan
Lebih terperinciKromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi
Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi Oleh: Fatchiyah dan Estri Laras Arumingtyas Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Universitas Brawijaya Malang 2006 2.1.Pendahuluan Era penemuan materi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi
Lebih terperinciAdalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.
DNA DAN RNA Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. ADN merupakan blue print yang berisi instruksi yang diperlukan untuk membangun komponen-komponen
Lebih terperinciKolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria
Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Ternak Sapi Potong di Indonesia Populasi penduduk yang terus berkembang, mengakibatkan permintaan terhadap kebutuhan pangan terus meningkat. Ternak memberikan kontribusi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii I. Pendahuluan...1 II. Tinjauan Pustaka...4 III. Kesimpulan...10 DAFTAR PUSTAKA...11 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya uniseluler dan multi seluler
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.
Lebih terperinciTEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN
TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak
Lebih terperinciMetabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2
Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida
Lebih terperinciEKSPRESI GEN. Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga
EKSPRESI GEN Kuliah ke 5 Biologi molekuler Erlindha Gangga Mengalirnya informasi dari DNA menuju protein tidak dapat berjalan secara langsung. Pertama DNA akan digunakan sebagai model / cetakan dalam sintesis
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI. Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen
BIOTEKNOLOGI Perubahan Genetik, Replikasi DNA, dan Ekspresi Gen Sekilas tentang Gen dan Kromosom 1882, Walther Flemming menemukan kromosom adalah bagian dari sel yang ditemukan oleh Mendel 1887, Edouard-Joseph-Louis-Marie
Lebih terperinciREPLIKASI DNA. Paramita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2014
REPLIKASI DNA Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2014 Why study DNA replication? Materi genetis : perlu diketahui untuk melihat pewarisan sifat Replikasi materi genetis : perlu diketahui untuk
Lebih terperinciULANGAN HARIAN BERSAMA TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN 2016/2017
ULANGAN HARIAN BERSAMA TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN 2016/2017 Mata Pelajaran : Biologi Hari / Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2016 Kelas / Peminatan : XII / IPA Waktu : 09.30 11.00 WIB ooooo Pilihlah salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini
BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop
Lebih terperinciParamita Cahyaningrum Kuswandi ( FMIPA UNY 2013
Paramita Cahyaningrum Kuswandi (email : paramita@uny.ac.id) FMIPA UNY 2013 Why study DNA replication? Materi genetis : perlu diketahui untuk melihat pewarisan sifat Replikasi materi genetis : perlu diketahui
Lebih terperinciMETABOLISME PROTEIN. Oleh : Tim Pengampu MK Biokimia
METABOLISME PROTEIN Oleh : Tim Pengampu MK Biokimia Outline Perkuliahan Katabolisme Protein Degradasi Protein Asam Amino Katabolisme Asam Amino Siklus Urea Anabolisme Protein Biosintesis Asam Amino Biosintesis
Lebih terperinci