ANALISIS KREDIT USAHA RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP 5C USAHA SUTERA ALAM (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KREDIT USAHA RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP 5C USAHA SUTERA ALAM (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS KREDIT USAHA RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP 5C USAHA SUTERA ALAM (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) SKRIPSI HARRY OCTA RIFKI H DEPARTEMEN AGRIBSINIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN EKSEKUTIF HARRY OCTA RIFKI. Analisis Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Prinsip 5C Usaha Sutera Alam (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor). Skipsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI) Bisnis ulat sutera merupakan kegiatan agroindustri yang mencakup dua aspek yang saling berhubungan yaitu aspek budidaya dan aspek industri. Aspek budidaya meliputi usaha penanaman murbei sebagai pakan ulat sutera, pembibitan ulat sutera serta kegiatan pemeliharaan ulat sampai membentuk kokon yang siap panen. Sedangkan aspek industri meliputi pengolahan kokon menjadi benang, penenunan sampai menjadi kain sutera. Kebutuhan dunia cukup besar dan stabil yaitu sebesar ton per tahun. Indonesia belum optimal dalam pongembangan bisnis ulat sutera. Selain penurunan ekspor, permintaan lokal di Indonesia belum dapat dipenuhi hingga saat ini. Hal ini mengakibatkan para pelaku industri sutera melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kokon segar. Penurunan produksi sutera alam dalam pemenuhan permintaan ekspor dan lokal dipengerahui dengan penurunan jumlah petani ulat sutera Indonesia. Penurunan produksi benang, sutera alam dan jumlah petani disebabkan karena kurangnya dukungan sumberdaya lokal terutama dalam ketersediaan modal. Kendala dalam hal ketersediaan modal mengakibatkan para petani tidak mampu mengembangkan usaha dan meninggalkan usaha sutera alam. Bogor berpotensi bagi usaha sutera karena memiliki cuaca yang cocok dan memiliki sumberdaya lahan bagi usaha ulat sutera. Salah satu perusahaan agribisnis ulat sutera adalah Rumah Sutera Alam yang berada di Ciapus, Bogor. Pada proses budidaya ulat sutera hingga menghasilkan kokon perusahaan memproduksi sendiri dan menggunakan sistem petani ulat plasma dengan persentasi 30 persen produksi sendiri dan 70 persen menggunakan sistem petani plasma. Masalah yang dihadapi oleh petani plasma rumah sutera sama dengan petani sutera di Indonesia pada umumnya yaitu keterbatasan modal. Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada BRI dapat menjadi salah satu alternatif para petani plasma untuk meperoleh bantuan dalam hal permodalan. Dana yang digunakan BRI untuk program KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial BRI. pihak bank yang memiliki program KUR tetap melakukan analisis kepada calon debitur. Analisis pengajuan kredit usaha rakyat dilakukan dengan metode penilaian 5C yaitu character, capacitiy, collateral, capital, dan condition of economi. Jika ternyata usaha calon debitur memenuhi penilaian dari bank berdasarkan 5C maka calon debitur tersebut layak mendapatkan KUR. Beberapa hal yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Hasil analisis kredit para petani plasma Rumah Sutera Alam berdasarkan prinsip 5C. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat yang harus dilakukan oleh para petani plasma ulat sutera pada perusahaan rumah sutera, (2) Mengetahui Hasil analisis kredit para petani plasma Rumah Sutera Alam berdasarkan prinsip 5C Penelitian mengenai analisis pengajuan kredit usaha rakyat oleh petani ulat sutera dilakukan pada perusahaan rumah sutera alam Ciapus, Bogor. Lokasi lain

3 yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Bank Rakyat Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada September Data yang akan digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu analisis kelayakan usaha para petani plasma rumah sutera alam. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil dari analisis pengajuan kredit para petani plasma rumah sutera berdasarkan prinsip 5C, yaitu character, capital, capacity, collateral, condition of economy. Analisis kelayakan dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian menggunakan kriteria investasi Net present Value (NPV), Net Benifit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return, dan Payback Period. Proyeksi laba rugi juga dilakukan untuk melihat pendapatan para petani plasma sehingga dapat diketahui kemmpuan petani untuk membayar kewajiban kepada bank. Mekanisme yang perlu dilalui untuk memperoleh kredit usaha rakyat adalah tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan kredit, dan analisis kredit untuk menentukan apakah layak atau tidak layak dalam mendapatkan kredit usaha rakyat. Berdasarkan analisis 5C, Bapak Ilyas tidak memenuhi kriteria, sehingga Bapak Ilyas tidak mendapatkan persetujuan pengajuan kredit. Dalam kriteria Character Bapak Ilyas dan Bapak Baidin memenuhi kriteria persetujuan kredit, sedangkan Bapak Dodi tidak memenuhi kriteria Character karena sering terlambat membayar tenaga kerja. Hal ini mencerminkan bahwa Bapak Dodi tidak memperhatikan kewajibannya sebagai pengusaha. Berdasarkan kriteria Capacity usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 4 m 6 m tidak memenuhi kriteria kelayakan usaha karena pola produksi yang jarak waktu panen terlalu jauh sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh dan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 4 m 6 m adalah tidak layak untuk dijalankan. Penilaian kriteria Capacity usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 6 m 10 m memenuhi kriteria kelayakan usaha dan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 6 m 10 m adalah layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria Capital, Collateral dan Condition of economy usaha sutera alam baik dengan skala rumah sutera 4 m 6 m dan skala rumah sutera 6 m 10 m memenuhi kriteria persetujuan kredit.

4 ANALISIS KREDIT USAHA RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP 5C USAHA SUTERA ALAM (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) HARRY OCTA RIFKI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBSINIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Analisis Kredit Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Prinsip 5C Usaha Sutera Alam (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) Nama : Harry Octa Rifki NRP : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Mengetahui Ketua Departemen Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : 30 Desember 2009

6 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kredit Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Prinsip 5C Usaha Sutera Alam (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Harry Octa Rifki H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 21 Oktober 1986, dari pasangan Bapak Mahyuddin dan Ibu Fatma Yurni. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tingkat pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri 01 Pamulang dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat menengah di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang dan dapat diselesaikan pada tahun Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 pada SMU Muhammadiyah 25 Pamulang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) pada program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Kredit Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Prinsip 5C Usaha Sutera Alam (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat Bank Rakyat Indonesia dan menganalisis para petani plasma rumah sutera alam berdasarkan prinsip 5C sebagai salah satu persyaratan pengajuan kredit. Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu Mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat diselesaikan oleh penulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kegiatan kuliah maupun tugas akhir ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memang membutuhkan. Bogor, Januari 2010 Harry Octa Rifki

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama penulisan skripsi. 2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang telah bersedia menjadi dosen evaluator dalam kolokium, dengan segala kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini. 3. Ir. Dwi Rachmina, M.Si sebagai penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam memperbaiki penulisan skripsi ini. 4. Ir. Narni Farmayanti, MS selaku perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini. 5. Bapak Tatang Ghozali selaku pemilik perusahaan Rumah Sutera Alam atas bimbingan, arahan, dan informasinya terkait usaha pesuteraan alam 6. Para petani plasma rumah sutera alam yaitu Bapak Ilyas, Bapak Dodi, dan Bapak Baidin yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis untuk terkait usaha pesuteraan alam 7. Andri Hadianto, SE selaku pihak dari Bank Rakyat Indonesia yang telah memberikan arahan dan informasi kepada penulis untuk terkait kredit usaha rakyat. 8. Staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus IPB yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungannya selama ini. 9. Ayahanda tercinta atas didikan yang masih tertanam dalam hati penulis dan Ibunda atas kepercayaan, segala perhatian, kasih sayang dan do`a restunya yang telah diberikan selama ini. Terima kasih kepada Adikku yang penulis sayangi atas do`a serta dukungannya.

10 10. Semua rekan-rekan MAB `41 dan Ekstensi Agribisnis angkatan II, III, IV dan V yang telah memberikan dukungan dan kebersamaanya selama ini. Ucapan tarima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah bersedia memberikan bantuan baik moril maupun spiritual. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2010 Harry Octa Rifki

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ulat Sutera Budidaya Tanaman Murbei Pengertian Kredit Unsur Unsur Kredit Tujuan Kredit Fungsi Kredit Kajian Penelitian Tentang Kelayakan Usaha Kajian Penelitian Tentang Kredit BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Konsep Modal Konsep Kredit Sebagai Modal Usaha Konsep Analisis Kredit Dengan Metode 5 C Kerangka Pemikiran Operasional BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data BAB V GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Visi dan Misi Rumah Sutera Alam Lokasi Rumah Sutera Alam Petani Plasma Rumah Sutera Alam Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia viii

12 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAAN 6.1 Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat BRI Analisis Kredit 5C Dengan Skala Rumah Sutera 4 m 6 m Analsis Kredit Bapak Dodi Dengan Skala Rumah Sutera 6 m 10 m BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi Benang Sutera dan Kokon Indonesia Tahun Ekspor Produk Sutera Alam Indonesia Impor Kokon Sutera Alam Indonesia Tahun Jumlah Petani Sutera Alam Indonesia Tahun Produksi Benang Sutera dan Kokon Jawa Barat Tahun Jumlah Petani Sutera Alam Jawa Barat Tahun Gambaran Umum Petani Plasma Rumah Sutera Alam Ketentuan Umum dan Persayaratan KUR Penilaian Character Bapak Ilyas Penilaian Character Bapak Dodi Perkiraan Biaya Investasi Usaha Sutera Alam dan Bapak Dodi Perkiraan Biaya Tetap Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Perkiraan Biaya Variabel Tahun Pertama Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Perkiraan Kebutuhan Kredit Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Perkiraan Biaya Variabel Tahun Kedua dan Seterusnya Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Proyeksi Laba Rugi Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Penilaian Capacity Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Penilaian Character Bapak Baidin x

14 20. Perkiraan Biaya Investasi Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Perkiraan Biaya Tetap Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Perkiraan Biaya Variabel Tahun Pertama Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Perkiraan Kebutuhan Kredit Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Proyeksi Laba Rugi Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Penilaian Capacity Bapak Baidin Penilaian 5C Petani Plasma Rumah Sutera Alam xi

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional xii

16 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Penelitian Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Kegiatan Produksi Usaha Sutera Alam Pola Produksi Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Kebutuhan Pupuk Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Perkiraan Biaya Penyusutan Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Jumlah Produksi Murbei Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Jumlah Produksi Kokon Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Jumlah Penerimaan Murbei Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Jumlah Penerimaan Kokon Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Rincian Perkiraan Nilai Sisa Usaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Analisis Cash FlowUsaha Sutera Dengan Skala Rumah 4 m 6 m Pola Produksi Usaha Sutera Bapak Baidin Kebutuhan Pupuk Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Pembelian Murbei Bapak Baidin Rincian Biaya Variabel Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Perkiraan Biaya Penyusutan Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Jumlah Produksi Murbei Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Jumlah Produksi Kokon Usaha Sutera Bapak Baidin xiii

17 Nomor Halaman 20. Rincian Jumlah Penerimaan Murbei Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Jumlah Penerimaan Kokon Usaha Sutera Bapak Baidin Rincian Perkiraan Nilai Sisa Usaha Sutera Bapak Baidin Analisis Cash FlowUsaha Sutera Bapak Baidin xiv

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesuteraan alam merupakan kegiatan agroindustri yang mencakup dua aspek yang saling berhubungan yaitu aspek budidaya dan aspek industri. Aspek budidaya meliputi usaha penanaman murbei sebagai pakan ulat sutera, pembibitan ulat sutera serta kegiatan pemeliharaan ulat sampai membentuk kokon yang siap panen. Sedangkan aspek industri meliputi pengolahan kokon menjadi benang, penenunan sampai menjadi kain sutera. Usaha pesuteraan alam pada umumnya termasuk usaha rumah tangga yang relatif mudah dikerjakan, berteknologi sederhana, bersifat padat karya dan cepat menghasilkan produk. Komoditas pesuteraan alam hanya dapat dikembangkan di negara negara beriklim tropis. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi sebagai negara produsen sutera alam karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif berupa tanah yang luas dan subur, iklim yang mendukung serta tersedia tenaga kerja di pedesaan. Ulat sutera dapat menjadi komoditas unggulan yang dapat menyumbang devisa negara dan ulat sutera merupakan bisnis yang ramah terhadap lingkungan. Selain itu, sutera alam merupakan produk yang berpotensi menjadi unggulan Indonesia, mengingat negara-negara kompetitor produk sutera seperti Jepang, Korea Selatan, China dan India mengalami krisis efisiensi dalam hal tenaga kerja (Fahmi, 2008). Potensi pasar dari ulat sutera dapat dikatakan sangat cerah. Karena, segmentasi pasar dari bisnis ulat sutera ini adalah kalangan menengah dan kalangan atas yang pada umumnya tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi. Kebutuhan dunia cukup besar dan stabil yaitu sebesar ton per tahun. Beberapa analisis menyatakan bahwa sutera alam mempunyai prospek yang baik, dan menurut Industri Silk Asociation (ISA) diperkirakan permintaan sutera akan meningkat antara dua persen tiga persen per tahun sementara, menurut Food Agriculture Organization (FAO) meramalkan lebih besar hingga lima persen, sementara peningkatan permintaan di Indonesia diperkirakan mencapai

19 12,24 persen dari kebutuhan nasional yaitu ton kokon 1. Selain permintaan yang baik, potensi sutera alam dapat dilihat dari potensi produk sutera alam. Beberapa potensi produk yang dapat dikembangkan antara lain : 1. Murbei Murbei yang dapat dikembangkan adalah daun, ranting dan buahnya. Murbei dapat dikembangkan menjadi teh murbei dan obat natural bagi beberapa penyakit seperti penyakit kulit, batuk,sakit gigi, sakit kepala dan rematik. 2. Ulat Sutera Ulat sutera berpotensi menjadi bahan komestik, pakan ternak, makanan, dan minuman. Kandungan gizi ulat sutera sangat besar dibandingkan dengan serangga lainnya. 3. Kepompong atau Kokon Kepompong atau kokon ulat sutera tidak hanya dapat menjadi benag sutera. Selain benang, kokon dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan seperti hiasan bunga, gantungan kunci, dan figura. 4. Limbah Limbah sutera dapat digunakan adalah kotoran dan sisa pakan dapat menjadi pupuk. Selain itu, pupa sisa kokon yang sudah diambil benangnya dapat menjadi makanan dan obat. Pupa sisa kokon tersebut merupakan obat terbaik bagi penyakit gizi buruk. Limbah benang sutera dapat digunakan sebagai bahan mentah bagi industri kertas dan fiberglass. Berdasarkan keterangan tersebut potensi pasar dan produk ulat sutera dapat dikatakan sangat baik. Namun, produksi sutera alam Indonesia masih sangat rendah, hal ini karena kurangnya dukungan sumberdaya lokal yang meliputi tiga hal yaitu ketersediaan modal, sumberdaya manusia dan sumberdaya lahan. Usaha persuteraan alam seharusnya mendapatkan dukungan pemerintah daerah baik berupa pemberian bantuan modal, mampu menyediakan sarana dan prasarana yang medukung. Sementara itu mengingat sifat kegiatan persuteraan alam yang dapat dilakukan oleh laki-laki maupun wanita, jumlah dan kualitas petani menjadi 1 [10Mei 2009] 2

20 modal dasar bagi tumbuh dan berkembangnya persuteraan alam ini. Produksi sutera alam Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Produksi Benang Sutera dan Kokon Indonesia Tahun Pertumbuhan Tahun Produksi Benang (Kg) Produksi Kokon (Kokon) Produksi Benang dan Kokon (%) Sumber : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2008) Dalam menghasilkan benang sutera dibutuhkan sepuluh kokon untuk menghasilkan satu kilogram benang sutera. Produksi sutera alam Indonesia mengalami peningkatan 25,59 persen hanya pada tahun 2005 sebesar kg benang sutera atau kokon. Pada tahun lainnya produksi mengalami penurunan karena kurangnya dukungan sumberdaya lokal terutama dalam hal ketersediaan modal. Selain itu, pemerintah melalui Perhutani dan Dinas Kehutanan hanya melakukan kegiatan berupa penyuluhan, tanpa melakukan pembinaan dan pengembangan pada bisnis sutera alam (Widyaputera, 2004). Penurunan produksi berpengaruh terhadap ekspor produk sutera alam Indonesia. Ekspor produk sutera alam secara keseluruhan dalam bentuk benang, kokon, kain, dan ulat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ekspor Produk Sutera Alam Indonesia Tahun Tahun Volume Ekspor (Kg) Pertumbuhan Ekspor (%) Sumber : Departemen Pertanian (2007) Ekspor ulat sutera mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini karena penurunan produksi ulat sutera yang dapat dilihat pada Tabel 1. Penurunan ekspor ulat sutera terjadi karena negara Indonesia kalah bersaing dalam pasar sutera. Pada saat ini negara yang menguasai pasar sutera adalah China dan India. Jika dilihat dari segi kualitas, sutera Indonesia tidak jauh berbeda dibandingkan dengan 3

21 China dan India. Namun, Indonesia belum optimal dalam pongembangan bisnis ulat sutera. Selain penurunan ekspor, permintaan lokal di Indonesia belum dapat dipenuhi hingga saat ini. Industri sutera membutuhkan kg benang atau kokon per tahun 2. Hal ini mengakibatkan para pelaku industri sutera melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kokon segar. Impor kokon sutera alam Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Impor Kokon Sutera Alam Indonesia Tahun Tahun Volume Impor (Kokon) Laju Pertumbuhan Impor (%) Sumber : Deptan (2007) Impor kokon sutera alam di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga Hal ini karena para pelaku industri sutera mengalami kekurangan kokon untuk berproduksi dari para petani lokal. Walaupun menggunakan kokon yang berasal dari petani lokal, para pelaku industri khawatir karena kebanyakan para petani lokal tidak dapat menjaga kontinuitas produksi kokon, sehingga 70 persen industri ulat sutera menggunakan kokon impor untuk berproduksi (Jadin, 2003). Hal ini mengakibatkan pemerintah tidak mendapatkan tambahan devisa negara dari bisnis sutera alam. Penurunan produksi sutera alam dalam pemenuhan permintaan ekspor dan lokal dipengaruhi dengan penurunan jumlah petani ulat sutera Indonesia. Hal ini karena petani menghadapi permasalahan seperti keterbatasan modal, aspek sumberdaya dan prasarana yang belum optimal, sehingga banyak petani menjadikan pekerjaan ulat sutera sebagai pekerjaan sampingan dan ada juga petani yang meninggalkan usaha ulat sutera dan lebih memilih bisnis lain yang lebih menguntungkan. Jumlah petani ulat sutera dapat dilihat pada Tabel [10Mei 2009] 4

22 Tabel 4. Jumlah Petani Sutera Alam Indonesia Tahun Tahun Petani Sutera Alam (Orang) Pertumbuhan Jumlah Petani Sutera (%) Sumber : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2008) Jawa Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang melakukan usaha dan pengembangan sutera alam. Pesuteraan alam sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Jawa Barat. Industri sutera alam di Jawa Barat selama ini mengalami kendala dalam ketersediaan kokon dan benang sutera. Produksi kokon dan benang sutera Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Benang Sutera dan Kokon JawaBarat Tahun Pertumbuhan Tahun Produksi Benang (Kg) Produksi Kokon (Kokon) Produksi Benang dan Kokon (%) Sumber : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2008) Produksi sutera alam Jawa Barat mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Penurunan produksi benang dan sutera alam disebabkan karena kurangnya dukungan sumberdaya lokal terutama dalam ketersediaan modal. Kendala dalam hal ketersediaan modal mengakibatkan para petani tidak mampu mengembangkan usaha dan meninggalkan usaha sutera alam. Data jumlah petani sutera alam di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Petani Sutera Alam Jawa Barat Tahun Tahun Petani Sutera Alam (Orang) Laju Pertumbuhan Jumlah Petani Sutera (%) Sumber : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2008) 5

23 Jumlah petani pada tahun 2003 dan tahun 2004 tidak mengalami peningkatan dan penurunan. Namun, dari tahun 2003 hingga tahun 2004 pada Tabel 5 menunjukan penurunan produksi dari petani sutera. Hal ini terjadi juga pada tahun 2006 dan tahun 2007 dimana jumlah petani tidak mengalami perubahan namun, produksi petani mengalami penurunan. Berdasarkan data pada Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukan bahwa petani ulat sutera Jawa Barat tidak berkembang. Dukungan sumberdaya lokal sebaiknya ditingkatkan dalam pengembangan pesuteraan alam Jawa Barat agar menanggulangi penurunan jumlah petani sutera alam, produksi kokon dan produksi benang sutera. Hal ini karena Jawa Barat berpotensi dalam bisnis ulat sutera karena memiliki cuaca yang cocok dengan ulat sutera dan memiliki sumberdaya lahan seluas Ha. Sumberdaya lahan tersebut tersebar di sepuluh wilayah kabupaten yaitu Pandenglang, Sukabumi, Cianjur, Garut, Subang, Bandung, Purwakarta, Tasikmalaya, Kuningan dan Bogor Perumusan Masalah Bogor berpotensi bagi usaha sutera karena memiliki cuaca yang cocok dan memiliki sumberdaya lahan bagi usaha ulat sutera. Salah satu perusahaan agribisnis ulat sutera adalah Rumah Sutera Alam yang berada di Ciapus, Bogor. Perusahaan ini melakukan budidaya ulat sutera hingga penenunan kain sutera. Pemilik Rumah Sutera Alam memiliki keinginan agar Bogor dapat swasembada sutera dan dikenal oleh masyarakat sebagai kota sutera. Selain itu, rumah sutera menginginkan produk sutera alam terutama kain sutera alam dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Pada proses budidaya ulat sutera hingga menghasilkan kokon perusahaan memproduksi sendiri dan menggunakan sistem petani ulat plasma dengan persentasi 30 persen produksi sendiri dan 70 persen menggunakan sistem petani plasma. Perusahaan menggunakan sistem petani plasma dengan bertujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. Selain itu, pemerintah mendukung sistem yang dijalankan perusahaan karena dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan 3 [12 Mei 2009] 6

24 terjalinnya kerjasama antara petani pemilik lahan dan perusahaan inti ini, akan memberikan keuntungan bagi berbagai pihak. Sistem petani plasma yang digunakan menberikan keuntungan pada aspek sosial masyarakat. Salah satunya dapat menyerap tenaga kerja pada masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Tenaga kerja tentunya direkrut atau didahulukan adalah tenaga kerja lokal, karena selain mereka tidak membutuhkan biaya transportasi menuju ke lokasi usaha, juga dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal, berarti dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar lokasi usaha. Perusahaan rumah sutera berharap dengan menggunakan sistem petani plasma dapat meningkatkan kapasitas produksi kain sutera dan meningkatkan kesejahteraan para petani ulat sutera khususnya di daerah Bogor. Namun, pada saat ini perusahaan masih kekurangan kokon untuk diolah menjadi benang sutera dan kain sutera. Perusahaan ulat sutera hanya mampu mengolah 4000 kokon yang dapat menjadi 400 Kg benang sutera. Hasil tersebut merupakan jumlah produksi kokon yang dilakukan sendiri oleh perusahaan dan kokon yang dilakukan oleh petani plasma. Sedangkan, kapasitas mesin yang dimiliki perusahaan dapat menampung kokon yang akan diolah menjadi 700 Kg benang sutra. Menurut pemiliki perusahaan rumah sutera, idealnya para petani dapat menghasilkan dua boks kokon ulat sutra dengan kapasitas satu boks adalah kokon. Pada saat ini petani hanya menghasilkan setengah boks kokon ulat sutra. Bahkan, terkadang para petani hanya memasok tanaman murbei saja karena tidak dapat memproduksi kokon. Petani plasma pada perusahaan Rumah Sutera Alam ada sepuluh orang yang berada di daerah Jasinga, Sukamantri, Sindang Barang dan Curug Nangka. Namun, hanya tiga orang petani yang selalu mengirimkan kokon dan murbei secara rutin kepada perusahaan. Hal ini karena, kurangnya kesungguhan para petani, rendahnya tingkat kedisplinan para petani, dan terutama keterbatasan modal dalam melakukan budidaya ulat sutera. Masalah yang dihadapi oleh petani plasma rumah sutera sama dengan petani sutera di Indonesia pada umumnya yaitu keterbatasan modal. Biaya yang dibutuhkan petani untuk membuat rumah sutera yang ideal adalah Rp dan jika petani ingin memintal benang sutera, petani harus menyediakan biaya 7

25 sebesar Rp untuk mesin pemintalan benang sutera. Biaya ini masih memberatkan para petani ulat sutera. Selain itu, luas lahan yang dimiliki oleh para petani sutera idealnya sebesar satu hektar untuk penanaman pakan ulat sutera yaitu tanaman murbei (Tatang, 2009). Hal ini karena jadwal makan ulat sutera per hari dapat mencapai empat kali. Dari luasan satu hektar dengan batang pohon murbei dapat memenuhi kebutuhan pakan dua boks ulat sutera dengan kapasitas satu boks adalah ulat. Selain itu, pemberian pakan ini juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas kepompong yang dihasilkan. Pada saat ini banyak bank atau lembaga keuangan lainnya masih beranggapan bahwa budidaya sutera alam memiliki resiko yang sangat tinggi dan berdasarkan penilaian bank para petani tidak mampu mengembalikan kredit yang telah diberikan 4. Beberapa lembaga perbankan salah satunya BRI yang memiliki program kredit usaha rakyat (KUR) pernah menawarkan kredit kepada perusahaan Rumah Sutera Alam baik untuk perusahaan. Namun, rumah sutera lama menolak hal tersebut karena saat ini perusahaan tidak mengalami kendala dalam hal permodalan tetapi, petani yang mengalami kendala dalam permodalan. Selain itu, menurut pemilik perusahaan jika kredit diberikan kepada para petani dikhawatirkan tidak akan digunakan oleh petani untuk mengembangkan usahanya. Rumah sutera belum membantu para petani dalam hal permodalan secara langsung. Hal ini, karena pemiliki Rumah Sutera Alam menginginkan para petani plasmanya mandiri. Rumah Sutera Alam membantu para petani dengan memberikan bibit ulat sutera sehingga para petani hanya melakukan pembesaran ulat sutera. Kemudian, perusahaan Rumah Sutera Alam membeli kokon hasil para petani dengan harga tertinggi yang berlaku walaupun kualitas kokon yang dihasilkan tidak sesuai dengan harga tersebut. Hal ini dilakukan untuk membantu para petani secara tidak langsung dalam hal permodalan untuk mengembangkan usahanya. Rumah Sutera Alam mengizinkan pada petani dalam hal memperoleh bantuan modal berupa kredit kepada lembaga perbankan dan petani harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kredit yang akan dipinjam oleh petani. Pemberian kredit untuk modal sangat diharapkan oleh petani dalam rangka mengembangkan usahanya sehingga dapat memenuhi kebutuhan kokon 4 [ 10 Mei 2009] 8

26 perusahaan inti yaitu Rumah Sutera Alam dan mewujudkan keinginan pemilik Rumah Sutera Alam. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat menjadi salah satu alternatif para petani plasma untuk meperoleh bantuan dalam hal permodalan. Karena, KUR adalah kredit yang diperuntukan bagi usaha mikro, kecil dan menengah dan koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan perbankan. Tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatakan perekonomian, mengurangi kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalurkan melalui enam bank pelaksana yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BTN, Bank Bukopin, Bank BSM. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank pelaksana terbesar dalam hal penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yaitu dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp 9,44 Triliun atau 73,35 persen dari pangsa pasar KUR di tanah air. Sedangkan bank penyalur lain seperti Bank Mandiri mencatat pangsa pasar 9,01 persen dengan total pinjaman Rp 1,159 triliun. Adapun Bank Negara Indonesia menguasai 8,9 persen atau senilai Rp 1,158 triliun. Sementara sisanya disalurkan oleh Bank Tabungan Negara (BTN), Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri 5. Namun, pada saat terjadi perbedaan persepsi antara bank dan debitur KUR. Perbedaan persepsi tersebut antara lain tentang jaminan, bentuk jaminan, kelayak usaha, skala usaha, tujuan kredit, moral hazard, laba dan misi sosial 6. Dana yang digunakan BRI untuk program KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial BRI 7. Menurut (Lumbangaol, 2008) pihak bank yang memiliki program KUR tetap melakukan analisis kepada calon debitur. Analisis pengajuan kredit usaha rakyat dilakukan dengan metode penilaian 5C yaitu character, capacitiy, collateral, capital, dan condition of economi. Jika ternyata usaha calon debitur memenuhi penilaian dari bank berdasarkan 5C maka calon debitur tersebut layak mendapatkan KUR. Analisis pengajuan kredit terhadap calon debitur KUR dilakukan karena, pada saat ini masyarakat menganggap KUR adalah dana dari pemerintah yang dijamin oleh pemerintah dan bukan kredit dari bank. Hal ini mempengaruhi tingkat pengembalian atau angsuran kredit dan kualitas KUR. 5 [14 Desember 2009] 6 [14 Desember 2009] 7 [21 Juli 2009] 9

27 Pada analisis pengajuan KUR lebih diutamakan character para calon debitur yang mengetahui keinginan calon debitur untuk membayar pengembalian atau angsuran kredit dan capacity yang menentukan kelayakan usaha para calon debitur. Jika usaha tersebut memenuhi kriteria penilaian tersebut maka calon debitur tersebut akan mendapatkan persetujuan pengajuan KUR. Para petani plasma Rumah Sutera Alam tidak memanfaatkan program KUR. Hal ini karena para petani plasma Rumah Sutera Alam tidak mengetahui informasi yang jelas tentang mekanisme pengajuan KUR. Informasi yang diketahui tentang KUR oleh para petani adalah KUR dapat digunakan sebagai modal usaha dan tidak memerlukan jaminan atau agunan. Selain itu, pemikiran para petani tentang perbankan adalah pihak perbankan tidak mau menyalurkan kredit ke usaha kecil menengah karena persyaratan kurang lengkap. Sedangkan menurut para petani plasma rumah sutera alam, persyaratan dari bank dapat dipenuhi dan layak mendapatkan kredit usaha rakyat. Jika dilihat dari aspek pasar, para petani sutera alam sudah memiliki pasar yang pasti yaitu perusahaan sutera alam. Selain itu, menurut pemilik perusahaan sebenarnya petani mampu mengembalikan kredit dari bank. Karena, seandainya pada awal bulan petani membeli dua boks ulat kecil untuk pembesaran dengan modal sebesar Rp , maka pada akhir bulan panen petani akan menerima penerimaan kotor Rp dan perusahaan ulat sutera alam sebenarnya bersedia menjadi penjamin bagi para petani plasmanya. Namun, menurut pemilik perusahaan mungkin butuh waktu yang lebih lama dibandingkan dengan ketentuan bank. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian. Rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil analisis kredit para petani plasma Rumah Sutera Alam berdasarkan prinsip 5C? 10

28 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat yang harus dilakukan oleh para petani plasma ulat sutera pada perusahaan rumah sutera. 2. Mengetahui hasil analisis kredit para petani plasma Rumah Sutera Alam berdasarkan prinsip 5C. 1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi para petani plasma Rumah Sutera Alam, sebagai informasi bagi para petani dalam hal memperoleh kredit usaha rakyat dari bank sehingga dapat mengembangkan usahanya dan memenuhi kebutuhan perusahaan inti yaitu perusahaan Rumah Sutera Alam. 2. Bagi bank sebagai informasi untuk menerima pengajuan kredit dari para petani plasma Rumah Sutera Alam bogor. 3. Bagi pembaca diharapkan menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam penelitian selanjutnya. 4. Bagi penulis untuk pengalaman dan wadah dalam teori teori serta aplikasi konsep konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Siklus perkreditan pada dasarnya dimulai dari permohonan kredit, analisis kredit, persetujuan kredit atau penolakan kredit, perjanjian kredit, pencairan kredit, pengawasan kredit. Setelah pengawasan kredit dilakukan dapat membuat kesimpulan tentang pelunasan kredit, penambahan kredit, dan kredit bermasalah. Pada penelitian ini hanya mengkaji siklus perkreditan dari permohonan kredit, analisis kredit, hingga persetujuan atau penolakan kredit yang merupakan hasil dari suatu analisis kredit. 11

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ulat Sutera Ulat sutera adalah serangga yang berguna seabagai penghasil benang sutera. Ulat sutera memiliki siklus hidup metamorfosa sempurna yang diawali dengan telur, larva, pupa, sampai kupu kupu. Telur sutera berbentuk lonjong berwarna putih kekuning kuningan dengan ukuran panjang 1,33 mm, lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm. Telur ini akan menetas dalam sepuluh hari setelah perlakukan khusus pada suhu 25 C dengan kelembaban 80 persen 85 persen. Ulat sutera dibagi dalam lima instar yaitu instar 1, 2 dan 3 disebut ulat kecil dengan umur 12 hari. Instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari. Pemeliharaan ulat kecil meliputi persiapan pemeliharaan, inkubasi (penyimpanan telur ulat utnu, ditetaskan dalam ruangan yang suhu dan kelembabannya sudah diatur), hakikate (pemeliharaan ulat kecil yang baru menetas sampai pemberian pakan yang pertama) dan pemeliharaan ulat kecil. Pemeliharaan ulat besar dilakukan pada ruangan dengan suhu 22 C 25 C dengan kelembaban 70 persen 75 persen. Tempat pemeliharaan harus terpisah antara tempat daun dengan tempat pemeliharaan ulat. Pada tahapan ini dilakukan desifeksi ulat agar ulat tidak terkontaminasi bakteri. Jika jumlah ulat matang sudah mencapai 80 persen, alat pengokon dapat dipasang langsung di atas ulat tersebut dan secara alami ulat akan mengokon. Ulat sutera akan mengokon selama tiga hari, kemudian panen kokon diperkirtakan dilakukan lima hingga enam hari setelah ulat mengokon. Pemanenan sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau lambat, karena jika terlalu cepat pupa akan mudah pecah dan kokon menjadi kotor. Jika pemanenan dilakukan terlalu maka kokon menjadi kupu kupu. 2.2 Budidaya Tanaman Murbei Tanaman murbei merupakan pakan ulat sutera. Terdapat berbagai jenis tanaman murbei di dunia, namun yang dianggap unggul ditanam di Indonesia adalah murbei chatayana, murbei khunpei, murbei lembang untuk daerah beriklim

30 panas. Pada daerah yang beriklim sedang yaitu murbei khanva, murbei multicaulis. Penanaman murbei harus memperhatikan faktor faktor lingkungan seperti suhu, kelmbaban, curah hujan dan ketinggian. Tanaman murbei dapat tumbuh dengan baik pada suhu 21 C 30 C, dengan kelembaban 60 persen. Curah hujan rata rata minimal adalah 1500 mm per tahun dengan ketinggian tanah 700 m diatas permukaan laut atau lebih. Waktu tanam yang tepat adalah awal atau pertengahan musim hujan kecuali pada daerah yang terdapat fasilitasi irigasi. Pemeliharaan tanaman murbei dilakukan seperti pemeliharaan tanaman lain pada umumnya meliputi penyiangan, pendaringan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pamangkasan dan pemanenan daun. Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 9 bulan 12 bulan. Pemangkasan adalah suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar tanaman dapat menumbuhkan tunas tunas baru dan untuk memungkinkan melakukan pemanenan pada tingkat produksi tertentu. Pada tanaman murbei dikenal tiga metode pemangkasan yaitu : 1. Pangkasan Rendah Pada metode ini, tanaman murbei dipangkas 10 cm 30 cm dari permukaan tanah, tunas yang dipangkas adalah pangkalnya. Keuntungan dari pemangkasan rendah adalah hasil daun lebih banyak, tapi pemeliharaan tanaman harus lebih efisien. Hal ini dikarenakan tingginya persaingan antara tanaman murbei dengan rerumputan dan alang alang. 2. Pangkasan Sedang Pada metode ini tanaman murbei dipangkas setinggi 70 cm 100 cm dari muka tanah. Pangakasan ini menyebabkan tanaman murbei memiliki perakaran yang dalam sehinnga tanaman tidak terserang penyakit kerdil. 3. Pangkasan Tinggi Pada metode ini tanaman murbei dipangkas 120 cm 125 cm dari permukaan tanah. Pada metode ini waktu masa pemungutan daun cukup lama, sedangkan pemungutannya cukup sulit untuk dilakukan. 13

31 Pemungutan daun murbei harus memperhatikan ukuran ulat yang akan diberi daun murbei tersebut. Kebutuhan pakan bagi ulat kecil adalah daun muda, sedangkan untuk ulat besar adalah daun tua yang segar. Daun murbei yang sudah dipetik disimpan di tempat yang memilki suhu rendah dan kelembaban tinggi. 2.3 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau badan usaha yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Manusia adalah Homo economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai dengan keinginan yang selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi keinginannya. Dalam hal berusaha, untuk meningkatkan usahanya atau meningkatkan daya saing sesuatu produk dari usahanya, manusia memerlukan bantuan dalam bentuk permodalan. Bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal disebut juga dengan kredit. Pengertian kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. 2.4 Unsur Unsur Kredit Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa suatu lembaga kredit akan memberikan kredit jika lembaga tersebut yakin bahwa penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat syarat yang telah disetujui 14

32 oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian, unsur unsur yang terdapat dalam kredit adalah : 1. Kepercayaan Keyakinan dari pihak pemberi kredit atau kreditur bahwa kredit yang diberikan baik dalam bentu uang, barang atau jasa akan benar benar dikembalikan oleh peminjam kredit atau debitur dalam jangka waktu yang tertentu di masa yang akan datang 2. Waktu Suatu masa yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembalian kredit yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of Risk Suatu tingkat resiko yang akan dihadapi oleh kreditur sebagi akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan pengembalian kredit yang akan diterima di masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu kredit maka semakin tinggi tingkat resiko yang dihadapi oleh kreditur. Hal ini karena, setiap waktu terdapat unsur ketidakpastian yang tidak dapat diperhitungkan yang menyebabkan munculnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko maka dalam pemberian kredit diberlakukan jaminan 4. Kesepakatan Merupakan unsur dalam suatu perjajnjian diaman masing masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing masing. 5. Objek Kredit Sebenarnya, objek kredit yang diberikan tidak saja berbentuk uang, tetapi juga berbentuk barang dan jasa. Namun, karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi kredit yang menyangkut uang selalu dijumpai dalam praktek perkreditan 15

33 6. Balas Jasa Balas jasa merupakan imbalan yang diperoleh pihak perbankan karena telah memberikan fasilitas kredit. Balas jasa tersebut dapat berupa keuntungan yang biasa kita kenal dengan istilah bunga atau bagi hasil. 2.5 Tujuan Kredit Tujuan kredit didasarkan kepada usaha memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh suaru negara. Pada umumnya prinsip ekonomi adalah dengan pengorbanan yang sekecil kecilnya meperoleh manfaat yang sebesar besarnya. Oleh karena itu, kredit dimaksud untuk memperoleh keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit, jika pihak bank merasa yakin bahwa nasabah atau debitur yang akan menerima kredit mampu dan mau mengembalikan kredit yanjg telah diterimanya. Dari faktor kemauan dan kemampuan tersebut, terdapat dua unsur dalam tujuan kredit yaitu unsur keamanan atau safety dan keuntungan atau profitability. Keamanan atau safety adalah kredit yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa oleh kreditur terjamin dalam pengembaliannya, sehingga keuntungan atau profitability yang diharapkan menjadi kenyataan. Keuntung atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terbentuk dalam bentuk bunga yang diterima. Karena negara Indonesia menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah negara, maka tujuan kredit tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian, maka tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah adalah: 1. Turut membantu program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsi fungsi sehingga dapat menjamin kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. 3. Memperoleh keuntungan agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat mengembangkan usahanya. 16

34 Dari tujuan tersebut, maka harus ada kepentingan antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha. Bank swasta harus menyesuaikan diri dengan tujuan kredit bank pemerintah. Berdasarkan kebijakan di bidang ekonomi, pembangunan dan ketentuan ketentuan yang berlaku di negara Indonesia, maka secara umum kebijakan kredit perbankan adalah sebagai berikut : 1. Pemberian kredit harus sesuai dengan kebijakan moneter dan ekonomi. 2. Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor sektor yang diprioritaskan 3. Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha usaha yang diragukan kemampuannya. 4. Setiap kredit harus terikat dengan suatu perjanjian kredit. 5. Overdraft atau penarikan uang dari bank melebihi saldo giro atau plfon kredit yang disetujui dilarang. 6. Pemberian kredit untuk membayar kepada pemerintah seperti untuk membayar pajak dan bea cukai dilarang. 7. Kredit tanpa jaminan dilarang. 2.6 Fungsi Kredit Pada kehidupan perekonomian modern, bank memiliki peranan penting. Oleh karena itu, lembaga perbankan selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek efek, dan lain lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang saat luas dalam segala kehidupan, khususnya di bidang perekonomian. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan Daya Guna Uang Masyarakat dapat menyimpan uangnya pada lembaga perbankan. Uang tersebut akan diberikan kepada orang lain atau perusahaan sebagai pinjaman untuk meningkatkan usahanya. 17

35 2. Meningkatkan Peredaran dan Arus Lalu Lintas Uang Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel sehingga, apabila pembayaran pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet, dan wesel maka akan meningkatkan peredaran uang giral. Di samping itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 3. Meningkatan Daya Guna dan Peredaran Barang Pengusaha yang mendapatkan kredit dapat mengubah bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Selain itu, kredit dapat meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang secara kredit dari satu tempat dan menjual ke temapt lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang. 4. Alat Stabilitas Ekonomi Bank dapat menjaga keadaan ekonomi dan menjadikan keadaan ekonomi membaik dengan mengeluarkan kebijakan kredit yang diarahkan kepada pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Arus kredit diarahkan pada sektor sektor yang produktif dengan pembatasan kualitatif dan kuantitatif. 5. Meningkatan Keinginan Berusaha Setiap orang yang melakukan suatu usaha selalu ingin meningkatkan usahanya. Namun, keinginan tersebut dibatasi oleh keterbatasan modal. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi keterbatasan di bidang permodalan, sehingga dapat meningkatkan usahanya. 6. Meningkatkan Pemerataan Pendapatan Para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek proyek tersebut. Dengan demikian para tenaga kerja akan memperoleh pendapatan. Dengan 18

36 membuka lapangan pekerjaan baru maka pemerataan pendapat akan meningkat pula. 7. Meningkatkan Hubungan Internasional Bank bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan pengusaha, dapat memberikan bantuan dalam kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan perusahaan di dalam negeri. Negara negara maju juga dapat meberikan bantuan kredit kepda negara negara berkembang. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak hanya dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga meningkatkan hubungan internasional. 2.7 Kajian Penelitian Terdahulu Tentang Kelayakan Usaha Penelitian yang dilakukan oleh Afrilia (2004) menganalisis kelayakan finansial usaha ulat sutera di Kecamatan Ngalik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini membedakan peternak ulat sutera berdasarkan rata rata luas lahan yang digunakan, yaitu rata tata luas lahan 0,06 Ha, 0,15 Ha, dan 0,4 Ha. Dua kelompok kegiatan dalam usaha sutera di Kecamatan Ngalik yaitu budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutera untuk produksi kokon. Umur usaha ulat sutera dianalisis selama sepuluh tahun berdasarkan pada pertimbangna umur teknis tanaman murbei. Indikator kelayakan finansial usaha ulat sutera menggunakan nilai NPV, IRR, dan BCR dengan suku bunga tabungan sebesar 12 persen. Nilai pada rata rata luas lahan usaha ternak 0,06 Ha, 0,15 Ha, dan 0,4 Ha masing masing adalah Rp ,39; Rp ,15; dan Rp ,51 menunjukan bahwa nilai NPV lebih besar dari nol. Nilai BCR pada rata rata luas lahan usaha ternak 0,06 Ha, 0,15 Ha, dan 0,4 Ha masing masibg adalah 1,16; 1,60; 1,51. Nilai BCR menunjukan usaha ini layak secara finansial untuk diusahakan karena nilai BCR lebih besar dari satu. Nilai IRR pada rata luas lahan 0,06 Ha, 0,15 Ha, dan 0,4 Ha masing masing adalah 21,42 persen; 41,15 persen; 44,74 persen sehingga layak diusahakan. Penelitian yang dilakukan oleh Firmawati (2006) menganalisis kelayakan finansial budidaya ulat sutera studi kasus Koperasi Petani Pengrajin Ulat Sutera 19

37 Sabilulungan III, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalya, Jawa Barat. Pada penelitian ini, peternak ulat sutera di KOPPUS Sabilulungan III dikelompokan menjadi tiga skala usaha menurut luas lahan yang dimiliki oleh peternak yaitu skala I dengan luas lahan 0,35 Ha; skala II dengan luas lahan 0,5 Ha dan skala III dengan luas lahan 1,00 Ha. Indikator kelayakan finansial usaha ulat sutera menggunakan nilai NPV, IRR, BCR dan Payback Periode. Analisis kelayakan dilakukan menggunakan dua asumsi untuk menentukan dua asumsi untuk menentukan indikator yang menyebabkan peternak masih bertahan menjalankan bududaya ulat sutera. Asumsi I menunjukkan sewa lahan dan biaya dan biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan. Nilai NPV pada skala I, II, dan III masing masing Rp ; Rp ; Rp Nilai IRR skala I, II, dan III masing masing sebesar 23 persen, 21 persen dan 26 persen. Payback periode pada skala I, II, dan III masing masing selama lima tahun enam bulan, empat tahun sembilan bulan, dan empat tahun sembilan bulan. Nilai BCR skala I, II, dan III masing masing sebesar 1,27; 1,19; 1,29. Asumsi II menunjukan sewa lahan dan biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan. Dengan menggunakan asumsi II, kriteria NPV dan BCR yang dihasilkan menunjukkan usaha tidak secara finansial. Nilai NPV skala I, II, dan III masing masing sebesar Rp ; Rp ; RP Nilai BCR skala I, II, dan III masing masing sebesar 0,74; 0,75; dan 0, Kajian Penelitian Terdahulu Tentang Kredit Penelitian yang dilakukan oleh Ilwah (2007) menganalisis mengenai faktor faktor yang mempengaruhi besar kredit umum pedesaan pada nasabah BRI unit Ciampea, Bogor. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap besar kredit adalah agunan, tingkat pendidikan dan frekuensi peminjaman. Sedangkan faktor lain seperti aset usaha, aset rumah tangga, jarak, pendapatan usaha pertahun tidak memiliki pengaruh terhadap besar kredit yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuli (2007) menganalisis faktor yang mempengaruhi kredit serta penilaian kredit bank yang ideal. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kredit bank adalah 20

38 suku bunga dan agunan. Beberapa faktor debitur untuk mengambil kredit adalah prosedur kredit, suku bunga, kinerja karyawan, periode anggaran, lokasi, jam atau hari buka kas, sistem pelayanan, kredibilitas, dan kecanggihan teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh Septy (2008) menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitianfaktor yang mempengaruhi penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah secara positif dan signifikan adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui GDP. Sedangkan, faktor faktor seperti kapasitas kredit, suku bunga kredit dan non perfoming loan berpengaruh negatif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Srikandi (2008) menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi realisasi pengajuan kredit di bank X, Bandung. Berdasarkan hasil penelitian variabel yang berpengaruh negatif adalah suku bunga, jangka waktu peminjaman, nilai jaminan, pengalaman usaha dan pengalaman. Faktor faktor yang berpengaruh positif terhadap persentase kredit adalah nilai pengajuan, waktu pencairan kredit. Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2009) faktor faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI unit Leuwiliang, Bogor. Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di BRI unit Leuwiliang adalah jumlah pendapatan, pengalaman, pengambilan kredit, lama usaha dan modal usaha. Dari semua faktor faktor yang mempengaruhi realisasi ada yang mempengaruhi secara negatif yaitu aset keluarga, aset usaha dan lama pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Mada (2009) menganalisis kelayakan usaha pertenakan ulat sutera studi kasus pada peternakan ulat sutera Bapak Baidin Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian analisis kelayakan non finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial usaha peternakan ulat sutera pada kondisi saat ini layak untuk dijalankan. Pada penelitian ini analasis kelayakan dibagi berdasarkan tiga skenario yaitu skenario I, skenario II, skenario III. Pada skenario I, pemeliharan murbei tidak dilakukan sesuai standar karena tidak dilakukan pengairan, pendangiran, pemupukan, pengapuran, dan pemberian obat obatan serta pemilik tidak 21

39 memperhitungkan biaya tidak tunai seperti biaya pelatihan, pembelian bibit murbei, upah tenaga kerja keluarga, dan sewa lahan. Hasil yang diperoleh adalah usaha tidak layak dengan nilai NPV sebesar Rp Untuk kriteria IRR dan Payback period, berdasarkan perhitungan menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan tidak pernah kembali karena mengalami kerugiaan, sehingga usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Pada skenario II, optimalisasi produksi kokon dilakukan dengan memperbaiki pemeliharaan murbei dengan luas lahan yang ada saat ini. Hasil yang diperoleh adalah usaha layak dijalankan dengan nilai NPV, sebesar Rp Kriteria IRR sebesar 45 persen. Berdasarkan Payback Period, investasi akan kembali dalam jangka waktu tiga tahun tujuh bulan. Pada skenario III, dilakukan analisis kelayakan finansial pada perluasan lahan dan kapasitas produksi kokon. Hasil yang diperoleh adalah usaha layak dijalankan dengan nilai NPV, sebesar Rp Kriteria IRR sebesar 77 persen. Berdasarkan Payback Period, investasi akan kembali dalam jangka waktu dua tahun lima bulan. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah hasil penelitian terdahulu penelitian ini menganalisis pengajuan kredit para petani plasma Rumah Sutera Alam berdasarkan metode penilaian 5C. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan analisis kelayakan usaha yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, sosial usaha dan finansial dan meneliti tentang kredit terutama kredit usaha rakyat. 22

40 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Konsep Modal Perkembangan suatu usaha dipengaruhi oleh suatu ketersedian modal. Secara garis besar terdapat dua jenis modal (Tarigan,2006), yaitu: 1. Modal Sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya. 2. Modal dari Luar (kredit), yaitu modal yang berasal dari pihak lain untuk mengembangkan suatu usaha. Untuk memperoleh modal ini, seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur. Modal sendiri pada umunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan suatu usaha. Oleh karena itu, ketersediaan modal dari pihak luar atau kredit sangat diperlukan. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal dan sumber non formal. Keterbatasan modal para petani plasma sutera alam, mengakibatkan para petani mengalami kesulitan dalam meningkatkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga dapat menghambat produksi kain sutera perusahaan sutera alam. 3.2 Konsep Kredit Sebagai Modal Usaha Petani tentunya ingin meningkatkan usahanya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang selalu meningkat. Namun, kemampuan petani untuk mencapai tujuan tersebut terbatas. Oleh karena itu, bantuan dalam bentuk permodalan dibutuhkan oleh para petani. Bantuan dari lembaga keuangan bank maupun non perbankan disebut kredit. Kredit menurut kegunaan dapat terbagi menjadi dua yaitu kredit konsumtif dan kredit produktif. Kredit konsumtif adalah sejumlah pinjaman yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Kredit produktif adalah sejumlah pinjaman yang akan digunakan dalam suatu kegiatan produksi atau melakukan usaha. 23

41 Kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa pada saat pemberian kredit pihak yang memberikan kredit yakin jika pihak yang menerima kredit akan mengembalikan pinjaman kredit sesuai dengan jangka waktu dan syarat syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Tanpa keyakinan tersebut suatu lembaga kredit baik lembaga perbankan maupun lembaga non perbankan tidak akan memberikan kredit. Pengajuan kredit oleh para petani berperan dalam membantu petani untuk mengatasi masalah keterbatasan modal. Dengan adanya pengajuan kredit para petani diharapkan dapat mampu meningkatkan produksinya, sehingga, pembentukan modal dapat meningkat lebih cepat, dan pada gilirannya memberikan kesempatan lebih besar bagi petani untuk melakukan inovasi inovasi sederhana guna menghadapi kendala yang mereka sehari hari. Dan meningkatkan peluang diversikasi sumber pendapatan petani. 3.3 Konsep Analisis Kredit Dengan Metode Penilaian 5C Pengajuan kredit akan mendapatkan persetujuan dari pihak perbankan jika debitur memenuhi kriteria 5C. Debitur yang yang dinginkan perbankan adalah orang yang mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman. Debitur seperti ini adalah debitur yang layak mendapatkan kredit dari pihak perbankan. Perbankan melakukan pertimbangan dan analisis terhadap debitur dengan prinsip 5C atau the five C s principles. Prinsip 5C, yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy. 1. Character Dalam melakukan analisis memgenai character atau watak calon debitur berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas sangat menentukan willingnes to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah diberikan. Penilaian terhadap kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya merupakan faktor yang sulit dianalisis. Analsis lebih mudah dilakukan jika telah terjalin hubungan bank dengan calon debitur atau dapat mencari informasi yang mendukung lainnya. Informasi pendukung dapat diperoleh dari lembaga perbankan lainnya jika 24

42 calon debitur mempunyai pengalaman kredit dari bank lain. Selain itu, informasi dapat diperoleh dari lingkungan bisnis dan lingkungan sosial calon debitur. Informasi diperoleh dari hubungan dengan pemasok dan konsumen. Sedangkan dari lingkungan sosial calon debitur dapat diperoleh dari riwayat hidup calon debitur dan orang lain di sekitar tempat tinggal calon debitur dan mengenal calon debitur tersebut. 2. Capital Pada pemberian kredit tidak semua pembiayaan atau modal akan sepenuhnya dibayai oleh pihak perbankan. Besarnya kemampuan modal calon debitur dapat diketahui dari laporan keuangannya. Semakin besar usaha yang dimiliki calon debitur maka semakin mudah memperoleh data tentang modal usaha calon debitur. Usaha usaha kecil seperti petani umumnya tidak memiliki laporan keuangan yang dapat dianalisis oleh bank. Oleh karena itu, pihak perbankan harus melakukan wawancara dan kunjungan ke tempat usaha calon debitur untuk menyusun perkiraan laporan keuangan sehingga diperoleh informasi tentang jumlah modal yang akan dibiayai oleh bank dengan kredit. Pada umumnya, modal yang dibiayai oleh bank sebanyak 70 persen dari biaya modal yang dibutuhkan petani dan 30 persen berasal dari para calon debitur sendiri. 3. Capacity Capacity adalah penilaian terhadap calon debitur dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian kredit, yaitu mebayar kembali pokok pinjaman kredit disertai bunga yang sesuai dengan ketentuan dan syarat syarat yang diperjanjikan. Kemampuan calon debitur yang harus diukur dalam capacity adalah : a. Kemampuan calon debitur menyediakan dana untuk modal b. Kemampuan calon debitur untuk membangun usahanya c. Kemampuan calon debitur untuk menghasilkan produk dari usahanya d. Kemampuan calon debitur untuk menjual hasil produknya e. Kemampuan calon debitur untuk memperoleh laba dari penjualan 25

43 f. Kemampuan calon debitur untuk menyediakan dana atau uang tunai yang memadai untuk membayar kewajiban kewajibannya kepada bank. Dengan demikian, hal hal yang perlu dianalisis adalah : a. Jadwal pembangunan usaha yang akan dibiayai oleh kredit dari bank b. Rencana produksi dan penjualan c. Kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial d. Kemampuan manejerial dari pimpinan perusahaan dalam mengelola usahanya e. Kemampuan calon debitur untuk memenuhi kewajiban kewajiban pada pihak pihak lainnya 4. Collateral Collateral atau jaminan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Jaminan pada umunya adalah barang barang yang diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya. nilai jaminan harus dapat menutupi jumlah kredit beserta bunganya. Dengan demikian, jaminan berfungsi sebagai : a. Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati hatian yang dilakukan bank. b. Cara yang dilakukan bank untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan usaha yang dibiayai oleh kredit c. Cara mendorong debitur agar mau bersungguh sungguh dalam melaksanakan usaha yang dibiayai dengan kredit dari bank d. Pengganti pembayaran apabila debitur tidak dapat memenuhi kewajiabannya kepada bank. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, setiap pemberian kredit oleh bank harus didukung oleh adanya jaminan yang memadai, kecuali untuk program program pemerintah. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program pemerintah melalui bank pelaksana. Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank pelaksana dalam program KUR. Calon debitur KUR sudah mendapat jaminan dari perusahaan penjamin yang ditunjuk oleh pemerintah yaitu Perum Sarana 26

44 Pengembangan Usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). Jaminan pokok hanya berupa aset usaha yang dibiayai oleh bantuan KUR. Pada saat penilaian Collateral hanya sampai pada tahap melihat apakah jaminan atau usaha tersebut benar milik calon debitor Jaminan tambahan tetap diperhitungkan walaupun tidak wajib dipenuhi. Para debitur yang menggunakan KUR tetap berkewajiban melunasi kewajibannya. 5. Condition of Economy Suatu usaha yang dibiayai oleh kredit yang berasal dari bank tentunya memiliki berbagai ciri terntu, misalnya jenis usaha yang akan dijalankan, jenis produk yang akan diproduksi, sasaran pasar, harga yang akan ditawarkan, promosi dan lainnya. Faktor faktor yang berada dalam lingkungan usaha akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ciri ciri usaha yang akan dibangun, baik usaha baru maupun pengembangan usaha yang sudah ada. Dalam rangka proyeksi pemberian, kondisi perekonomian harus dianalisis paling tidak selama jangka waktu kredit sehingga dapat diketahui kondisi usaha akibat suatu kondisi ekonomi. Kondisi kondisi tersebut antara lain meliputi : a. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global b. Peraturan peraturan pemerintah yang berlaku yang berhubungan debgan usaha yang dijalankan c. Kemudahan memperoleh sumberdaya dalam melakukan usaha d. Tingkat suku bunga yang berlaku Setelah dilakukan analisis maka terbentuk sebuah laporan analisis kredit calon debitur. Laporan analisis kredit akan diperiksa oleh direksi yang disebut dengan komite kredit. Komite kredit memiliki wewenang dalam mengambil keputusan berupa menyetujui pengajuan kredit atau menolak pengajuan kredit. 3.4 Kerangka Pemikiran Operasional Agribisnis ulat sutera merupakan usaha yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Karena, bisnis ulat sutra hanya dapat dikembangkan di negara negara beriklim tropis. Potensi dari ulat sutera tidak hanya benang 27

45 sutera dan kain sutera. Tetapi, kotoran dan sisa pakan ulat sutera dapat menjadi pupuk. Selain itu, pupa sisa kokon memiliki kandungan protein yang tinggi dapat dijadikan makanan dan obat bagi penderita gizi buruk. Bogor menjadi salah satu daerah yang berpotensi untuk dikembangkan dalam bisnis ulat sutera. Rumah Sutera Alam merupakan perusahaan yang bergerak di bidang persuteraan alam. Pemilik rumah sutra alam memiliki tujuan agar Bogor dikenal sebagai kota sutera dan produk ulat sutera berupa kain sutera tidak hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, namun dapat juga dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Rumah Sutera Alam menggunakan sistem petani plasma. Selain untuk mecapai tujuan yang disebutkan sebelumnya, rumah sutera ingin meningkatkan kesejahteraan para petani. Namun, kapasitas produksi para petani plasma belum dapat memenuhi kebutuhan kokon Rumah Sutera Alam. Kendala yang dihadapi para petani plasma Rumah Sutera Alam adalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani plasma ulat sutera. Pengajuan KUR pada BRI merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan petani plasma ulat sutera Rumah Sutera Alam. Pengajuan kredit usaha rakyat tetap memiliki mekanisme pengajuan yang harus dipenuhi oleh para petani berdasarkan ketentuan dan persyaratan pengajuan kredit usaha rakyat BRI. Analisis kredit tetap dilakukan pada para petani sebelum persetujuan pengajuan kredit diberikan. Hal ini karena, dana KUR sepenuhnya berasal dari bank pelaksana. Analisis kredit dilakukan dengan metode penilaian 5C yaitu Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy. Setelah dilakukan analisis kredit akan diketahui petani memperoleh persetujuan kredit usaha rakyat atau penolakan kredit usaha rakyat. Setelah itu, dapat dibentuk suatu kesimpulan dan saran yang akan direkomendasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengajuan KUR para petani plasma Rumah Sutera Alam sehingga dapat mengatasi permasalahan modal yang dihadapi oleh para petani plasma Rumah Sutera Alam. 28

46 Potensi Agribisnis Ulat Sutrea Rumah Sutera Alam Kendala Modal Petani Plasma Rumah Sutera Alam Pengajuan Kredit Usaha Rakyat BRI Analisi Pengajuan Kredit dengan Metode Penilaian 5C Character Hubungan rekan bisnis Pengalaman Usaha Capital Aset usaha Sarana produksi Capacity Kelayakan Usaha finansial dan non finansial Collateral Aset usaha Aset Keluarga Condition of Economy Kondisi ekonomi Kebijakan pemerintah Tingkat suku bunga Kemudahan sumberdaya Persetujuan Pengajuan Kredit Usaha Rakyat Penolakan Pengajuan Kredit Usaha Rakyat Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 29

47 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis pengajuan kredit usaha rakyat oleh petani ulat sutera dilakukan pada perusahaan rumah sutera alam Ciapus, Bogor. Pemilihan lokasi ini dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan perusahaan rumah sutera merupakan perusahaan menggunakan sistem petani plasma dan pada saat ini perusahaan belum optimal dalam memproduksi benang sutera karena kekurangan kokon dari para petani plasma karena, petani mengalami kendala dalam hal pemodalan, sehingga perusahaan rumah sutera alam dan para petani plasmanya dilihat berpotensi untuk dijadikan tempat penelitian. Lokasi lain yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Bank Rakyat Indonesia. Bank ini dipilih karena mempunyai program kredit bagi usaha pertanian. Lokasi bank yang dipilih adalah Bank Rakyat Indonesia yang dengan secara sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan bank tersebut pernah menawarkan bantuan kredit kepada perusahaan rumah sutera alam dan merupakan salah satu bank pelaksana program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Waktu penelitian dilakukan pada September Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari perusahaan rumah sutera alam, para petani plasma rumah sutera dan pihak BRI. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain yang terkait dengan penelitian, namun tidak dirancang khusus untuk penelitian yang sedang dilakukan. 4.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap pihak pihak terkait, penyebaran kuisioner, dan studi literatur. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuisoner kepada responden yang terkait dengan penelitian ini. Petani plasma rumah Sutera Alam

48 yang dijadikan sebagi respoden berjumlah tiga orang dari sepuluh orang para petani plasma Rumah Sutera Alam. Hal ini karena, petani plasma yang produktif hanya berjumlah tiga orang dan KUR akan diberikan hanya kepada suatu usaha yang produktif dan layak. Selain petani plasma, BRI dan perusahaan rumah sutera alam juga menjadi responden dalam penelitian ini. Bank Rakyat Indonesia dipilih sebagai responden karena pernah menawarkan bantuan kredit kepada perusahaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi literatur terhadap internet, instansi dan literatur lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu analisis kelayakan usaha para petani plasma rumah sutera alam. Analisis deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2003). Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara matematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil dari analisis pengajuan kredit para petani plasma rumah sutera berdasarkan prinsip 5C, yaitu character, capital, capacity, collateral, condition of economy. Berdasarkan prinsip character dapat diketahui willingnes to pay atau keinginan petani membayar kewajiban atas kredit yang telah diberikan. Berdasarkan prinsip capital dapat diketahui jumlah modal yang dibutuhkan oleh para petani plasma rumah sutera alam. Berdasarkan capacity dapat mengetahui kemampuan para petani plasma rumah sutera alam untuk mengembalikan kredit yang telah diberikan. Berdasarkan collateral dapat diketahui jaminan yang diperoleh bank terhadap kredit yang diberikan. Walaupun, pada KUR jaminan pokok hanya berupa proyeksi arus kas yang layak dan aset yang dibiayai oleh kredit tetapi tetap jaminan tambahan diperhitungkan walaupun tidak wajib dipenuhi. Berdasarkan condition of economy dapat diketahui kondisi usaha terhadapa suatu kondisi ekonomi, sehingga dapat diketahui para petani plasma ulat sutera mendapatkan persetujuan pengajuan kredit atau penolakan pengajuan kredit. 31

49 Pada penelitian dilakukan analisis kelayakan usaha para petani plasma rumah sutera alam untuk mengetahui hasil analisis kredit berdasarkan kriteria capacity. Analisis kelayakan dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Dalam aspek pasar, variabel variabel yang akan dianalisis meliputi pelanggan, pemasok, dan pemasaran. Pada aspek teknis, variabel variabel yang dianalisis meliputi produk, kegiatan produksi, dan perencanaan kegiatan produksi. Pada aspek manajemen, variabel variabel yang akan dianalisis adalah bentuk usaha. Sedangkan untuk aspek sosial, akan dikaji pengaruh usaha ulat sutera alam terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cash flow) dari usaha para petani plasma rumah sutera alam. Analisis Finansial merupakan analisis manfaat biaya yang berpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek yang terpusat pada hasil dari modal yang ditanamkan dalam proyek dan merupakan penerimaan langsung bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaannya (Umar, 2003). Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian menggunakan kriteria investasi Net present Value (NPV), Net Benifit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return, dan Payback Period. Proyeksi laba rugi juga dilakukan untuk melihat pendapatan para petani plasma sehingga dapat diketahui kemmpuan petani untuk membayar kewajiban kepada bank. Net present Value adalah manfaat bersih yang diterima perusahaan selama umur proyek. Net present Value dapat diartikan juga sebagai selisih antara Present value dari investasi dengan nilai sekarang dan penerimaan penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Net present Value dirumuskan sebagai berikut : NPV = n Bt Ct t ( i) t= 0 1+ Keterangan: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek (tahun) i = Discount rate (%) 32

50 Penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut: a. NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. b. NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan dan juga tidak merugi. c. NPV < 0,maka proyek merugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan. Net Benifit Cost Ratio merupakan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu satuan biaya. Hasil dari perhitungan Net Benifit Cost Ratio ini merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negatif. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah: NetB / C n t= 0 = n t= 0 Bt Ct t ( 1+ i) Bt Ct t ( 1+ i) untuk (Bt-Ct) > 0 untuk (Bt-Ct) < 0 Keterangan: Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t N = Umur Usaha (tahun) I = Discount rate (%) Internal Rate of Return adalah suatu tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Internal Rate of Return digunakan unrtuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang dengan pengeluaran investasi awal. Suatu kegiatan investasi dinyatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate maka kegiatan investasi tersebut tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah: IRR = i NPV ( i ) i1 NPV1 NPV2 Keterangan: i 1 = Nilai diskonto pada saat NPV 1 i 2 = Nilai diskonto pada saat NPV 2 33

51 NPV 1 = Nilai NPV positif NPV 2 = Nilai NPV negatif Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembalio pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Payback Period merupakan rasio antar pengeluaran investasi dengan aliran kas masuk yang hasilnya merupakan satuan waktu Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah: PP = I V /( 1+ i) n Keterangan: PP V I = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi = Jumlah modal investasi = Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun per periode Nilai payback period berbanding terbalik dengan nilai NPV, semakin tinggi nilai NPV maka nilai payback period yang dihasilkan semakin kecil. Semakin kecil nilai payback period yang didapat maka manfaat yang diperoleh semakin besar karena investasi pada usaha para petani plasma ulat sutera yang ditanamkan cepat dikembalikan. Proyeksi rugi laba dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Proyeksi rugi laba terdiri dari beberapa komponen, yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC), Total Cost (TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Proyeksi rugi laba dirumuskan sebagai berikut : π = TR TC Keterangan : π TR TC = Keuntungan = Total Revenue(total penerimaan) = Total Cost (total biaya) 34

52 BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan pemiliki dan pimpinan utama Rumah Sutera Alam. Beliau adalah seorang pensiunan perkebunan yang memiliki luas tanah dan bangunan sekitar empat Hektar yang terletak di bawah kaki Gunung Salak. Bapak Tatang memulai usaha dengan penanaman murbei di lahan miliknya dengan luas 1,5 hektar dan menjadi petani penghasil kokon dibawah asuhan PT Indojado, sebuah perusahaan Korea yang menghasilkan benang sutera yang terbesar di Asia Tenggara. Prestasi sebagai petani terus berkembang, sehingga banyak sekali kunungan dari manajemen Indojado yang datang untuk melihat usaha berternak ulat sutera dan perkembangannya. Tanpa disadari hubungan antara penyuluh lapangan, manajemen Indojado membentuk suatu keyakinan bahwa ulat sutera ini perlu ditekuni dan dikembangkan dengan orientasi komersil. Pada tahun 2002, kegiatan Rumah Sutera terus berkembang dengan menghasilkan benang sutera dengan membeli mesin bekas dan menggunakan tenaga ahlinya dari sentra sentra pesuteraan alam. Pada awalnya, hasil benang sutera Rumah Sutera Alam dikomplain oleh perusahaan yang diminta untuk kerjasama produksi bahakan ditolak karena kualitas yang di bawah standar. Oleh karena itu, Rumah Sutera melengkapi alat produksi agar dapat menghasilkan benang sutera yang memiliki kualitas sesuai dengan standar yang ada. Demikian seterusnya sehingga rumah sutera memiliki serangkaian proses produksi, dari budidaya murbei, budidaya ulat sutera, proses pengolahan kokon hingga menjadi benang yang siap tenun dan akhirnya tersedia fasilitas tenun bukan mesin (ATBM). Usaha pembuatan kain sutera yang terus berkembang menyebabkan para pengunjung Rumah Sutera tidak hanya ingin membeli benang atau kain sutera namun, ingin melihat bproses pembuatan kain sutera dari hulu hingga hilir. Dengan permintaan dan keinginan para pengunjung yang terus meningkat, pada

53 tahun akhir tahun 2006 dengan potensi luas lahan yang luas Rumah Sutera mengubah konsep wisata menjadi eduwisata dan mengubah nama perusahaan Rumah Sutera menjadi Rumah Sutera Alam, yang dimana pengunjung dapat melihat kegiatan agribinis ulat sutera secara lengkap. Dengan perubahan tersebut maka kegiatan perusahaan Rumah Sutera Alam yang dijalankan yaitu: 1. Unit usaha produksi sutera yang terdiri dari budidaya murbei hingga penjualan produk ulat sutera di galeri Rumah Sutera Alam dengan produk yang dijual seperti benang sutera, kain sutera polos dan bermotif, teh murbei, gantungan kunci kokon, pensil kokon dan sebagainya. Pada proses budidaya ulat sutera perusahaan menggunakan sistem petani plasma. Sedangkan untuk motif kain sutera perusahaan bekerjasama dengan pembuat motif batik di daerah Purwokerto. 2. Unit Eduwisata, dengan luas lahan empat hektar Rumah Sutera Alam selalu digunakan sebagai tempat wisata sambil belajar baik tentang pesuteraan alam maupun tentang pembuatan teh murbei, dengan target anak sekolah, perkumpulan ibu ibu. Sedangkan, produk yang ditawarkan seperti info tentang produksi kain sutera dan teh murbei, penginapan dua cottages, hingga potensi alam sekitar lainnya. 3. Pelatihan, bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas kehutanan Rumah Sutera Alam menyediakan tempat sebagai tempat pelatihan, seminar, maupun berbagai pengalaman demi pengembangan persuteraan alam Indonesia. 5.2 Visi dan Misi Rumah Sutera Alam Visi Rumah Sutera Alam adalah menjadikan Rumah Sutera Alam sebagai pusat pengembangan industri sutera di Indonesia, dengan semangat meningkatkan kulaitas produk dan jas yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan Rumah Sutera Alam ingin kota bogor swasembada sutera dan dikenal sebagi kota sutera. Sedangkan, misi Rumah Sutera Alam adalah sebagai berikut : 1. Memperkenalkan proses produksi sutera. 2. Menghasilkan kualitas produk yang bernutu tinggi 3. Bekerjasama dengan pihak luar dalam pengembangan sutera. 36

54 5.3 Lokasi Rumah Sutera Alam Rumah Sutera Alam berada di Jalan Raya Ciapus Km 8 No. 100 Bogor, Kecamatan Pasir Eurih, Kabupaten Bogor. Lokasi Rumah Sutera Alam berada di bawah kaki Gunung Salak dengan titik ketinggian berkisar antara 450 meter 500 meter di atas permukaan laut. Kelembapan udara berkisar antara 86 persen 90 persen dengan suhu rata rata pada siang hari berkisar antara 23 C 28 C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 22 C 25 C. Luas areal yang dimiliki Rumah Sutera Alam saat ini sebesar empat hektar. Areal yang digunakan sebagai kebun murbei sebesar 1,5 hektar dan 2,5 hektar digunakan untuk proses produksi benang dan kokon, galeri, cottages, tumah pemilik dan sebagainya. 5.4 Petani Plasma Rumah Sutera Alam Perusahaan Rumah Sutera Alam dalam memproduksi kokon sutera menggunakan sistem petani plasma. Rumah Sutera Alam memiliki petani plasma sebanyak sepuluh orang. Namun, petani plasma yang rutin mengirimkan kokon hanya tiga orang petani. Hal ini karena, keterbatasan modal dan kurangnya kedisplinan para petani dalam memproduksi kokon. Petani plasma yang rutin mengirimkan kokon adalah Bapak Baidin, Bapak Ilyas, dan Bapak Dodi. Bapak Baidin memiliki usaha peternakan ulat sutera di Desa Karyasari, Jasinga. Bapak Baidin berumur 55 Tahun dan pendidikan terakhir adalah sekolah menengah atas. Bapak Baidin memulai usaha peternakan ulat sutera pada tahun 2003 dengan menggunakan lahan seluas dua Hektar untuk penanaman murbei dan rumah berukuran 6 m 10 m untuk pemeliharaan ulat sutera. Usaha sutera yang dilakukan oleh Bapak Baidin merupakan pekerjaan utama bagi Bapak Baidin. Bapak Baidin menjadi petani plasma rumah sutera alam sejak awal berdirinya usaha ulat sutera hingga saat penelitian ini dilakukan. Hingga saat ini peternakan ulat sutera Bapak Baidin tidak memiliki perizinan usaha secara hukum dan belum memiliki nama usaha. Bapak Baidin menjalankan usaha sutera alam karena beranggapan usaha ulas sutera merupakan usaha yang meguntungkan dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memiliki usaha peternakan ulat sutera di Desa Pasir Eurih, Taman Sari. Bapak Ilyas memulai usaha pada tahun Sebelum 37

55 menjadi petani plasma Rumah Sutera Alam, Bapak Ilyas bergabung dengan peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor. Namun, karena beberapa hal Bapak Ilyas mengundurkan diri dari peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor dan pernah berhenti menjalankan usaha ulat sutera selama beberapa tahun. Pada tahun 2005, Rumah Sutera Alam menawarkan kepada Bapak Ilyas agar menjadi petani plasma perusahaan. Bapak Ilyas menerima tawaran tersebut karena beranggapan bahwa usaha sutera ini menguntungkan. Bapak Ilyas menjalankan usaha sutera alam dengan lahan seluas m 2 untuk penanaman murbei dan rumah seluas 4 m 6 m sebagai kandang pemeliharaan sutera alam. Bapak Ilyas menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama. Bapak Ilyas memiliki pekerjaan sampingan selain usaha sutera yaitu sebagai petani padi, membuka warung, dan pengrajin sepatu industri rumah tungga di daerah sekitar tempat tinggal Bapak Ilyas. Bapak Dodi memulai usaha dan bergabung dengan perusahaan Rumah Sutera Alam bersamaan dengan Bapak Ilyas. Namun, bapak Dodi memiliki luas lahan m 2 untuk penanaman murbei dan rumah seluas 4 m 6 m sebagai kandang pemeliharaan sutera alam. Bapak Dodi menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama. Gambaran umum para petani plasma Rumah Sutera Alam dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Gambaran Umum Petani Plasma Rumah Sutera Alam Kriteria Luas Luas Pengalaman Usia Pendidikan Lahan Rumah Sutera Usaha (Tahun) Petani (m 2 ) (m 2 ) (Tahun) Baidin 55 SMU Ilyas 50 SMP Dodi 53 SMP Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Kredit usaha rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja atau kredit investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, dan koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai jaminan yang cukup sesuai dengan yang ditetapkan oleh perbankan. Usaha mikro, kecil dan koperasi mendapatkan jaminan dari perusahaan penjamin. Tujuan akhir 38

56 KUR adalah meningkatkan perekonomian, mengurangi kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas yang diselenggarakan pad a tanggal 9 Maret 2007 bertempat di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dipimpin Bapak Presiden RI. Salah satu agenda keputusannya antara lain, bahwa dalam rangka pengembangan usaha UMKM dan Koperasi, Pemerintah akan mendorong peningkatan akses UMKM dan Koperasi kepada kredit atau pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin. Dengan demikian UMKM dan Koperasi yang selama ini mengalami kendala dalam mengakses kredit atau pembiayaan dari perbankan karena kekurangan agunan dapat diatasi. KUR telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 Nopember Peluncuran KUR merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Peluncuran tersebut merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah dan Perbankan. KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia. Penyaluran KUR dilakukan melalui enam bank yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Syariah Mandiri, Bukopin, dan BTN. Instansi pembina yang berasal dari pemerintah dalam proses penyaluran KUR adalah Kementrian Negara Koperasi dan UKM, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan instansi terkait lainnya. Perusahaan penjamian dalam KUR adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). Pembagian resiko jaminan adalah 70 persen perusahaan penjamin dan 30 persen bank pelaksana. Secara umum Skema KUR yang telah disepakati Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin dan Permerintah sebagai berikut: 1. Nilai Kredit maksimal Rp500 juta per debitur 2. Bunga maksimal 16% per tahun (efektif) 3. Pembagian resiko penjaminan: Perusahaan Penjaminan 70% dan Bank Pelaksana 30%. 39

57 4. Penilaian Kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana. 5. UMKM dan Koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjaminan (IJP) Cara mengakses KUR secara umum adalah sebagai berikut 1. UMKM dan Koperasi yang membutuhkan Kredit dapat menghubungi Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat. 2. Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan Bank Pelaksana. 3. Mengajukan surat permohonan kreditatau pembiayaan 4. Bank Pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan 5. Bank Pelaksana berwenang memberikan pesetujuan atau menolak permohonan kredit. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank pelaksana KUR. Bank Rakyat Indonesia Ketentuan umun dan persyaratan KUR pada BRI dapat dilihat pada Tabel 8. 40

58 Tabel 8. Ketentuan Umum dan Persayaratan KUR Keterangan Calon Debitur Lama Usaha Besar Kredit Bentuk Kredit Suku Bunga Perijinan Persyaratan Individu, Kelompok, Koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak Minimal 6 bulan Maksimal Rp. 500 juta KMK Menurun - maksimal 3 tahun KI - maksimal 5 tahun Efektif maksimal 16 % pa S/d Rp. 100 juta : SIUP, TDP & SITU atau Surat Keterangan Usaha dari Lurah/ Kepala Desa > Rp. 100 juta : Minimal SIUP atau sesuai ketentuan yang berlaku Legalitas Individu : KTP & KK Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkait atau Surat keterangan dari kepala desa atau Kelurahan atau akte notaris Koperasi atau Badan Usaha Lain : Sesuai ketentuan yang berlaku Agunan Sumber : BRI (2008) 6 Pokok : Dapat hanya berupa agunan pokok apabila sesuai keyakinan bank usaha yang dibiayai cashflownya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak) Tambahan : Seperti tanah atau bangunan kendaraan Calon debitur dapat mengakses KUR dengan menghubungi kantor cabang atau kantor cabang pembantu BRI terdekat. Setelah itu, calon debitur harus memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh BRI. Jika persyaratan telah dipenuhi oleh calon debitur dapat mengajukan surat pengajuan kredit usaha rakyat. Dana yang digunakan dalam penyaluran KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial BRI. Oleh karena itu, BRI berhak melakukan analisis pengajuan kredit terhadap calon debitur sebelum memberikan persetujuan pengajuan kredit calon debitur. 6 [22 Juni 2009] 41

59 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat BRI Kredit Usaha Rakyat adalah kredit kredit modal kerja dan atau kredit investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin. Kredit Usaha Rakyat dikeluarkan oleh pemerintah pada tanggal 5 November 2007 yang bertujuan untuk membantu usaha mikro, kecil dan koperasi produktif yang layak (feasible) namun, belum memiliki agunan (bankable) dalam mengakses kredit atau pembiayaan dari perbankan 7. Kredit usaha rakyat tidak langsung diberikan kepada calon debitur. Secara umum debitur harus melalui beberapa tahap mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat, yaitu tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan kredit, dan analisis kredit untuk menentukan apakah layak atau tidak layak dalam mendapatkan kredit usaha rakyat. Calon debitur dapat mengajukan permohonan kredit usaha rakyat ke kantor BRI Unit jika jumlah kredit yang diajukan lebih kecil dari Rp. 5 juta. Sedangkan, untuk kredit yang lebih besar dari Rp. 5 juta calon debitur harus mengajukan permohonan ke Kantor Cabang (KANCA) atau Kantor Cabang Pembantu (KANCAPEM) BRI 8. Secara lebih jelas mekanisme pengajuan kredit adalah sebagai berikut : 1. Pemenuhan Kelengkapan Berkas Pemenuhan kelengkapan berkas merupakan tahap awal dalam mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat. Kelengkapan berkas diperiksa oleh Costumer Service BRI. Berkas berkas yang harus dipenuhi oleh calon debitur sebelum pengajuan kredit usaha rakyat adalah : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami isteri bila sudah menikah b. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) c. Foto Diri 3 4 dan [17 Juni 2009] 8 [23 Oktober 2009]

60 d. Legalitas usaha atau Perijinan Usaha Jika, kelengkapan berkas yang dibutuhkan tidak terpenuhi oleh calon debitur maka pihak bank melalui Costumer Service mengembalikan berkas berkas calon debitur dan meminta calon debitur untuk melengkapi berkas berkas tersebut. Kredit usaha rakyat memberikan kemudahan bagi calon debitur dalam hal legalitas usaha. Untuk kredit dengan plafond sampai dengan Rp100 juta, ijin usaha antara lain Tanda Daftar Perusahaan (TDP) atau Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Kepala Desa atau Lurah. Pinjaman dengan plafond diatas Rp. 100 juta perijinan sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, ada syarat yang diajukan oleh BRI kepada calon debitur yaitu, usaha yang dilakukan telah berjalan minimal selama enam bulan dan calon debitur tidak sedang menggunakan kredit baik dari BRI maupun lembaga perbankan lainnya dan menerima program dari pemerintah. Pada penelitian ini para petani plasma Rumah Sutera Alam belum memiliki surat keterangan usaha dari kepala desa atau lurah. 2. Permohonan Kredit Setelah seluruh kelengkapan berkas dipenuhi, maka akan dilakukan proses permohonan kredit. Dalam hal ini calon debitur harus melengkapi form pengajuan kredit usaha rakyat yang dibutuhkan sebelum diserahkan kepada Kepala Unit atau Kepala Cabang. Setelah itu, Kepala Unit atau Kepala Cabang memberikan disposisi kepada Mantri (Account Officer) untuk melakukan pemeriksaan kebenaran laporan dan analisa kredit. 3. Analisis Kredit Analisis kredit dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kredit macet jika calon debitur mendapatakan persetujuan kredit. Analisis kredit menggunakan prinsip 5C yaitu, Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy. Pada penelitian ini, dilakukan analisis pada tiga orang petani plasma perusahaan Rumah Sutera Alam untuk mengetahui apakah ketiga petani tersebut layak mendapatkan kredit usaha rakyat atau tidak layak mendapatkan kredit usaha rakyat. Analisis kredit dilakukan berdasarakan skal rumah sutera yang dimiliki oleh petani. Mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat yang harus dilakukan oleh calon debitur dapat dilihat pada Lampiran 2. 43

61 6.2 Analisis Kredit 5C Dengan Skala Rumah Sutera 4 m 6 m Petani sutera yang memeiliki rumah sutera sebesar 4 m 6 m berjumlah dua orang yaitu Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. Hasil analisis kredit berdasarkan prinsip 5C Bapak Ilyas adalah sebagai berikut : 1. Character Character merupakan salah satu prinsip 5C yang merupakan persyaratan dalam mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat, baik tidaknya Character calon debitur mempengaruhi pengajuan kredit usaha rakyat.indikator yang digunakan untuk menilai character Bapak Ilyas adalah pengalaman usaha, hubungan dengan rekan bisnis, dan pengalaman kredit. Bapak Ilyas memiliki usaha sutera di Desa Pasir Eiuh, Taman Sari. Bapak Ilyas pada saat ini berusia 59 tahun dan pendidikan terakhir adalah SLTP. Bapak Ilyas memulai usaha sutera alam pada tahun 2001 dan bergabung dengan peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor. Namun, karena beberapa hal Bapak Ilyas mengundurkan diri dari peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor dan pernah berhenti menjalankan usaha ulat sutera selama beberapa tahun. Namun, selama tidak menjalankan usaha sutera alam bapak Ilyas tetap menjalankan pekerjaan lain yaitu sebagai petani padi dengan menggunakan lahan sendiri. Pada tahun 2005, Rumah Sutera Alam menawarkan kepada Bapak Ilyas agar menjadi petani plasma perusahaan. Bapak Ilyas menerima tawaran tersebut karena beranggapan bahwa usaha sutera ini menguntungkan dan memiliki harga jual yang lebih tinggi dari padi. Bapak Ilyas pada saat ini menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama, namun pekerjaan sebagai petani padi juga dilakukan oleh bapak Ilyas. Selain itu, bapak Ilyas memiliki sebuah warung sebagai penghasilan tambahan. Pendapatan hasil panen sutera alam digunakan untuk pembelian bibit sutera atau pengembangan usaha Menurut pemilik perusahaan Rumah Sutera Alam, bapak Ilyas merupakan salah satu petani plasma yang produktif, memahami tentang usaha pesuteraan alam dan selalu menjaga hubungan baik dengan perusahaan. Selain itu, Bapak Ilyas selalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan dan lembaga lain dalam hal persuteraan alam, sehingga Bapak Ilyas memiliki kemampuan dalam berusaha ulat sutera. Hal ini merupakan salah satu alasan perusahaan Rumah 44

62 Sutera Alam menawarkan Bapak Ilyas untuk menjadi petani plasma perusahaan Rumah Sutera Alam. Selama ini Bapak Ilyas selalu menggunakan modal pribadi untuk usaha sutera. Penilaian character Bapak Ilyas dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian Character Bapak Ilyas Keterangan Indikator Memenuhi Tidak Memenuhi Pengalaman Usaha Hubungan Dengan Rekan Bisnis Bapak Dodi memiliki usaha sutera di Desa Pasir Eiuh, Taman Sari. Bapak Dodi pada saat ini berusia 55 tahun dan pendidikan terakhir adalah SLTP. Bapak Dodi memulai usaha sutera alam pada tahun 2005 dan bergabung dengan Rumah Sutera Alam sebagai petani plasma perusahaan. Bapak Dodi mengikuti Bapak Ilyas menerima tawaran tersebut karena beranggapan bahwa usaha sutera ini menguntungkan. Bapak Dodi pada saat ini menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama. Pendapatan hasil panen sutera alam digunakan untuk pembelian bibit sutera atau pengembangan usaha Menurut pemilik perusahaan Rumah Sutera Alam, bapak Dodi merupakan salah satu petani plasma yang produktif, memahami tentang usaha pesuteraan alam dan selalu menjaga hubungan baik dengan perusahaan. Namun, Bapak Dodi memiliki kekurangan yaitu selalu terlambat membayar tenaga kerja yang dipekerjakan. Selain itu, Bapak Dodi selalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan dan lembaga lain dalam hal persuteraan alam, sehingga Bapak Dodi memiliki kemampuan dalam berusaha ulat sutera. Hal ini merupakan salah satu alasan perusahaan Rumah Sutera Alam menawarkan Bapak Dodi untuk menjadi petani plasma perusahaan Rumah Sutera Alam. Selama ini Bapak Dodi selalu menggunakan modal pribadi untuk usaha sutera. Penilaian character Bapak Dodi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Character Bapak Dodi Keterangan Indikator Memenuhi Tidak Memenuhi Pengalaman Usaha Hubungan Dengan Rekan Bisnis 45

63 2. Capital Capital atau modal merupakan biaya yang akan dibiayai oleh kredit. Pada umumnya modal yang dibiayai oleh perbankan adalah sebesar 70 persen dan 30 persen menggunakan biaya calon debitur pribadi. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi tidak memiliki laporan keuangan sehingga, untuk mengetahui modal usaha. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi peneliti membuat perkiraan modal yang diperlukan. Pada penelitian ini, kredit digunakan untuk biaya investasi, biaya variabel tahun pertama dan biaya tetap tahun pertama. Perkiraan biaya investasi Bapak Ilyas dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perkiraan Biaya Investasi Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) 1 Rumah Sutera (4 m x 6 m) Unit Bibit Murbei Batang Alat Stek Unit Garpu Unit Rak Pemeliharaan Ulat Unit Seriframe Unit Termometer Unit Sprayer Unit Total Biaya investasi Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dibuat untuk kebutuhan kredit adalah sebesar Rp Bibit murbei didapat dari perusahaan Rumah Sutera Alam. Biaya Tetap dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perkiraan Biaya Tetap Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi No Uraian Satuan Jumlah Harga per Nilai Satuan (RP) 1 Tenaga Kerja Orang Pemeliharaan Rumah Sutera Listrik bulan Sewa Lahan 5,000,000 5,000,000 Total Biaya tetap usaha persuteraan Bapak Ilyas dan Bapak Dodi terdiri dari biaya tenaga kerja, pemeliharaan rumah sutera dan biaya listrik. Tenaga kerja yang digunakan oleh sebanyak tiga orang dengan biaya Rp per orang dan 46

64 menggunakan tenaga kerja tidak tetap berasal dari keluarga dan masyarakat sekitar. Tenaga kerja hanya cukup bekerja satu hari pada satu bulan yaitu pada saat pemangkasan pohon murbei. Selain itu, lahan yang digunakan menggunakan perhitungan nilai sewa yaitu sebesar Rp per tahun. Selain biaya tetap, yang akan dibiayai oleh kredit usaha rakyat adalah biaya variabel tahun pertama. Biaya variabel tahun pertama dapat dilihata pada Tabel 13. Tabel 13. Perkiraan Biaya Variabel Tahun Pertama Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (RP) Nilai (Rp) 1 Pupuk Kandang Kg KCl Kg Urea Kg TSP Kg Posca Kg Bibit Ulat Sutera Box Persiapan Budidaya Sutera Persiapan Lahan Total Biaya varibel tahun pertama terdiri pembelian pupuk, bibit sutera, persiapan budidaya sutera dan persiapan lahan. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, KCl, urea, TSP, dan Posca. Semua jenis pupuk tersebut digunakan sebanyak lima Kg pada saat pemeliharaan tanaman murbei hingga panen murbei. Kebutuhan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 5. Persiapan budidaya sutera menggunakan biaya sebesar Rp per satu masa persiapan budidaya sutera. Selama tahun pertama terdapat tiga belas persiapan yang dilakukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. Hal ini karena, Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memulai budidaya sutera setelah panen murbei. Kebutuhan kredit yang diperlukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi untuk membiayai biaya investasi tanpa memperhitungkan lahan, biaya tetap dan biaya variabel tahun pertama. Kebutuhan kredit Bapak Ilyas dan Bapak Dodi sebesar Rp Kebutuhan kredit Bapak Ilyas dapat dilihat pada Tabel

65 Tabel 14. Perkiraan Kebutuhan Kredit Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi NO Uraian Jumlah (Rp) 1 Biaya Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Tahun Pertama Total Kebutuhan kredit pada Tabel 13 tidak semua akan dipebnuhi oleh bank. Kebutuhan kredit yang dipenuhi hanya sebesar 70 persen yaitu sebesar Rp Sedangkan, kebutuhan dana 30 persen lainnya dipenuhi oleh modal Bapak Ilyas dan Bapak Dodi yaitu sebesar Rp Capacity Capacity diukur menggunakan analisis kelayakan finansial dan non finansial. Kelayakan usaha non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek sosial. Sedangkan aspek finansial dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cash flow) dari usaha sutera yang dilakukan. A. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan penggambaran usaha yang dilakukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi alam. Produk yang dihasilkan adalah kokon sutera dan daun murbei. Kokon yang dihasilkan berasal dari ulat sutera jenis attacus yang menghasilkan benang berwarna putih seperti pada umumnya. Murbei diproduksi sebagai pakan bagi ulat sutera. Ulat sutera menurut pemilik perusahaan umah Sutera Alam tidak dapat memakan daun lain selain daun murbei. Kegiatan usaha sutera alam dilakukan di Desa Pasir Eurih. Kegiatan produksi akan dilakukan menggunakan lahan milik pibadi. Proses produksi terdiri dari budidaya murbei dan budidaya sutera. Proses produksi murbei memulai terdiri dari beberapa tahap yaitu, persiapan lahan, pemeliharaan murbei, dan panen. Pada saat pemeliharaan dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk menumbuhkan tunas tunas baru dan memudahkan pada saat panen murbei. Sedangkan, proses budidaya sutera dilakukan dari tahap persiapan, pemeliharaan, dan panen. Pada saat pemeliharaan dibutuhkan kedisplinan yang sanagat tinggi terutama dalam pemberian pakan. Pakan yang dibutuhkan selama satu masa produksi adalah

66 Kg daun murbei. Proses budidaya hanya mengalami kendala pada saat panen. Kendala tersebut berasal dari faktor alam. Jika pada saat musim panas, Bapak Ilyas dapat memanen kokon sebanyak 30 Kg per box, sedangkan pada saat musim panas Bapak Ilyas hanya dapat memanen 15 Kg per box. Pada kegiatan produksi murbei, persiapan dilakukan hanya pada awal memulai usaha. Kegiatan pemeliharaan murbei dilakukan selama sebelas minggu. Lahan seluas m 2 dibagi empat masa produksi. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk menjaga kontinuitas produksi. Produksi kokon dimulai dengan tahap persiapan budidaya sutera dilakukan seminggu sebelum saat panen murbei. Hal ini dilakukan karena, budidaya sutera dimulai pada saat panen murbei dilakukan. Proses produksi kokon dilakukan selama tiga minggu. Kegiatan produksi kokon Bapak Ilyas sebenarnya tidak optimal karena jarak waktu panen setiap masa terlalu lama yaitu sebelas minggu. Hal ini karena, Bapak Ilyas dan Bapak Dodi alam harus menunggu panen murbei untuk melakukan budidaya sutera dan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. Selain berpengaruh terhadap pendapatan, pola tanam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi berpengaruh terhadap penilaian bank. Bank berpendapat hal ini akan mempengaruhi kemampuan petani dalam hal pemenuhan kewajibannya. Pemilik perusahaan Rumah Sutera Alam sudah pernah menyarankan untuk melakukan budidaya sutera tidak bergantung pada usaha panen yang dilakukan dan perusahaan bersedia menyediakan murbei bagi para petani plasmanya sehingga dapat membelinya ke perusahaan Rumah Sutera Alam. Namun, hal ini ditolak oleh petani plasma dengan alasan hal tersebut akan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh. Pola produksi Bapak Ilyas dan Bapak Dodi alam yang memiliki skala rumah sutera berukuran 4 m 6m dapat dilihat pada Lampiran 4. B. Aspek Pasar Pasar sangat berpengaruh pada perkembangan suatu usaha yang akan dijalankan. Pada saat ini Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memiliki pasar yang pasti yaitu perusahaan Rumah Sutera Alam baik untuk murbei maupun kokon. Perusahaan Rumah Sutera Alam selalu membeli semua kokon dan murbei yang ditawarkan oleh para petani plasmanya. Selain itu, permintaan akan kebutuhan 49

67 kokon perusahaan Rumah Sutra Alam belum dapat terpenuhi oleh penawaran yang ada. Pada saat ini Bapak Ilyas dan Bapak Dodi menjual kokon sebanyak 30 Kg pada saat panen jika pada saat musim hujan dan 15 Kg pada saat musim panas. Sedangkan, kebutuhan perusahaan 700 Kg per bulan. Harga yang diberikan perusahaan Rumah Sutera Alam adalah Rp per Kg kokon. Selain kokon, Bapak Ilyas dan Bapak Dodi juga menghasilkan sebanyak 875 Kg murbei pada saat panen. Namun, yang dijual kepada perusahaan hanya 275 Kg karena 500 Kg murbei digunakan sebagai pakan kokon. Pemasaran saat ini terjadi karena adanya kemitraan dengan perusahaan Rumah Sutera Alam dan pasar yang terdekat adalah perusahaan Rumah Sutera Alam sehingga Bapak Ilyas dan Bapak Dodi tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. Walaupun, terdapat kemitraan dengan perusahaan Rumah Sutera Alam tidak menutup kemungkinan jika para petani plasmanya dapat menjual produk kepada perusahaan lain yang bergerak di bidang industri persuteraan. Selain itu, perusahaan Rumah Sutera Alam sudah mengijinkan jika petaninya menjual produknya ke perusahaan lain karena tujuan perusahaan adalah agar petani mandiri dan menjadikan Bogor sebagai kota sutera. Pemasok untuk bibit sutera adalah perusahaan Rumah Sutera Alam. Perusahaan Rumah Sutera Alam selalu menyediakan bibit sutera setiap ada permintaan dari para petaninya dan permintaan tersebut selalu dipenuhi oleh perusahaan Rumah Sutera Alam. Sedangkan, untuk pupuk didapat Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dari daerah Ciapus dan Sukasari. C. Aspek Manajemen Usaha yang dilakukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi merupakan usaha perseorangan. Hingga saat ini usaha yang dijalankan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi belum memiliki perijinan usaha secara hukum dan belum memiliki nama usaha. Dalam menjalankan bisnisnya, usaha ini tidak memiliki struktur organisasi. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi bertanggungjawab penuh terhadap usaha yang dijalankan. Tenaga kerja bertugas membantu pada saat pemangkasan tanaman murbei, kegiatan produksi yang lainnya dilakukan sendiri oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. Usaha persuteraan dapat dilakukan secara perseorangan namun, membutuhkan kedisplinan tinggi terutama dalam hal pemberian pakan ulat sutera. 50

68 D. Aspek Sosial Berdasarkan hasil observasi, keberadaan peternakan sutera Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdirinya peternakan sutera memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat walaupun bukan sebagai pekerjaan yang tetap. Usaha yang dilakukan juga ramah lingkungan dan menjaga kesuburan tanah karena tanaman murbei dapat mengikat oksigen. Selain itu, usaha sutera tidak menimbulkna limbah yang merugikan bagi lingkungan. Kotoran sutera dapat menjadi pupuk organik dan untuk pakan ikan. E. Analisis Kelayakan Fiansial Analisis kelayakan financial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga dapat diketahui apakah petni sutera mendapatkan persetujuan kredit atau penolakan kredit. Arus biaya pada analisis kelayakan ini terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi digunakan untuk rumah sutera, pembelian bibit murbei, alat stek, garpu, rak pemeliharaan sutera, seriframe, termometer, dan sprayer. Biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 10. Besarnya biaya investasi adalah Rp Rumah sutera untuk pemeliharaan rumah sutera dan tedapat rak yang digunakan untuk pemeliharaan sutera yang menampung sebanyak satu box ulat sutera dengan kapasitas satu box sebanyak bibit sutera. Bibit murbei didapat dari perusahaan Rumah Sutera Alam sebanyak batang. Jumlah tersebut disesuaikan dengan lahan yang digunakan untuk budidaya sutera. Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Bapak Ilyas adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap digunakan untuk membiayai tenaga kerja, pemeliharaan rumah sutera, dan biaya listrik. Biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 11. sedangkan, biaya variabel digunakan untuk pembelian bibit sutera. Pembelian bibit sutera selama tahun pertama terjadi sebanyak 12 kali dan 16 kali pada tahun berikutnya. Hal ini karena menyesuaikan dengan waktu pemanenan murbei. Total biaya variabel tahun pertama dapat dlihat pada Tabel 13. Dan biaya variabel pada tahun kedua dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel

69 Tabel 15. Perkiraan Biaya Variabel Tahun Kedua dan Seterusnya Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Nilai (RP) (Rp) 1 Pupuk Kandang Kg KCl Kg Urea Kg TSP Kg Posc Kg Bibit Ulat Sutera Box Persiapan Budidaya Sutera Total Selain biaya yang telah diperkirakan, terdapat biaya penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur ekonomis semua perlatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp Rincian perkiraan biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 6. Penerimaan pada usaha sutera terdiri dari penjualan kokon, penjualan murbei, dan nilai sisa investasi pada akhir periode jangka waktu analisis kelayakan finansial. Pada tahun pertama jumlah kokon yang dihasilkan sebanyak 270 Kg kokon segar dan Kg murbei. Pada tahun kedua dan seterusnya jumlah kokon yang dihasilkan sebanyak 360 Kg kokon dan Kg murbei. Rincian Jumlah Produksi dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Berdasarkan kebutuhan perusahaan Rumah Sutera Alam yang belum terpenuhi, jumlah produksi usaha sutera Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dapat diserap oleh pasar. Nilai penjualan pada tahun pertama sebesar Rp Sedangkan, pada tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp Rincian nilai penjualan dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Penerimaan yang diperoleh tidak hanya dari penjualan kokon dan murbei. Penrimaan yang lain yang diperoleh berasal dari nilai sisa investasi. Nilai sisa investasi diperoleh dari sisa umur ekonomis pada akhir jangka waktu analisis kelayakan finansial. Nilai sisa yang diperoleh sebesar Rp Rincian nilai sisa usaha sutera dapat dilihat pada Lampiran 11. Analisis finansial dengan metode yang meliputi proyeksi laba rugi dan analisis arus kas (cash flow). Pada penelitian digunakan beberapa asumsi asumsi dasar. Asumsi dasar tersebut meliputi : 52

70 1. Analisis kelayakan finansial dibuat dengan jangka waktu tiga tahun. Jangka waktu tersebut diperoleh berdasarkan perkiraan jangka waktu kredit. Perkiraan jangka waktu kredit diperoleh berdasarkan perhitungan bahwa 50 persen pendapatan Bapak Ilyas dipergunakan untuk membayar cicilan kredit beserta bunganya. 2. Pinjaman digunakan selama masa perikraan analisis finansial sebagai penerimaan yaitu sebesar Rp setiap tahunnya. 3. Cicilan yang sudah termasuk dengan bunga kredit dibayar selama umur perkiraan kelyakan dinansial usaha yaitu sebesar Rp Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan dengan setiap bulan terdiri dari empat minggu dan satu minggu terdiri dari tujuh hari kerja. 5. Analisis kelayakan finansial dimulai dari bulan september, karena penelitian dimulai pada bulan tersebut. 6. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan Maret. Sedangkan, musim panas dimulai pada bulan April hingga bulan September. 7. Panen kokon pada musim hujan adalah sebanyak 15 Kg per panen dan 30 Kg per panen pada saat muim panas. 8. Harga untuk kokon adalah Rp per Kg kokon dan Rp. 500 per Kg untuk harga murbei. 9. Tingkat discount rate yang digunakan sebesar 16 persen. Hal ini berdasarkan tingkat suku bunga maksimal kredit usaha rakyat BRI. 10. Pajak pendapatan usaha didasarkan pada UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Pendapatan Usaha dan perseroan, yaitu : a. Apabila mengalami kerugian tidak dikenai pajak b. Apabila pendapatan kurang dari Rp , dikenakan pajak sebesar 10 persen. c. Apabila pendapatan antara dari Rp sampai Rp , dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp pertama dan ditambah dengan 15 persen dari pendapatan setelah dikurangi Rp d. Apabila pendapatan diatas Rp dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp pertama ditambah dengan 15 persen dari 53

71 Rp kedua dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp Total penerimaan Bapak Ilyas dan Bapak Dodi pada tahun pertama adalah sebesar Rp dan pada tahun kedua dan seterusnya adalah Rp Sedangkan untuk total pengeluaran untuk tahun pertama adalah sebesar Rp dan pada tahun kedua dan seterusnya sebesar Rp Berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran tersebut, maka Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memperoleh rugi pada tahun pertama sebesar Rp dan Rp pada tahun kedua dan seterusnya. Proyeksi laba rugi Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Proyeksi Laba Rugi Usaha Sutera Alam Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Uraian Tahun Penerimaan Nilai Penjualan Pinjaman Total Penerimaan Pengeluaran Biaya variabel Biaya Tetap Biaya Penyusutan Cicilan Total Pengeluaran EBT Pajak Progresif: 10% 15% 30% Total Pajak EAT Analisis arus kas mencakup kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel

72 Tabel 17. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sutera Bapak Ilyas dan Bapak Dodi No Kriteria Kelayakan Kelayakan Satuan Jumlah 1 NPV NPV > 0 Rp IRR IRR > DF Persen 15,99 3 Net B/C Net B/C > 1-1,00 4 PP PP < Jangka Waktu Tahun 3,00 Pada hasil kelayakan finansial usaha sutera Bapak Ilyas menunjukan nilai NPV negatif sebesar Rp Hal ini menunjukan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Angka tersebut menunjukan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang negatif yang akan diterima oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi selama periode waktu kelayakan dengan memperhitungkan tingkat suku bunga kredit usaha rakyat yang masksimal yaitu 16 persen per tahun. Nilai Net B/C yang didapat pada analisis kelayakan finansial adalah 1,00. Hal ini menunjukan bahwa usaha Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dalam keadaaan titik impas. Karena, angka tersebut menunjukan setiap Rp. 1 biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp. 0, sehingga tidak mendapatkan manfaat tambahan. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial ini adalah 15,99 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha ini tidak layak karena memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat Discount Rate yaitu sebesar 16 persen. Pada analisis kelayakan ini juga menunjukan nilai Payback Period sebesar 3,00. Angka tersebut menunjukan bahwa usaha yang dilakukan akan mampu mengembalikan modal tiga tahun. Hal ini menunjukan usaha tidak layak karena kemampuan mengembalikan modal melebihi jangka waktu analisis kelayakan yang berdasarkan jangka waktu pembayaran kredit. Berdasarkan penilaian prinsip capacity Bapak Ilyas dan Bapak Dodi tidak memenuhi semua indikator yang terdapat dalam penilaian. Penilaian capacity Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dapat dilihat pada Tabel

73 Tabel 18. Penilaian Capacity Bapak Ilyas dan Bapak Dodi Indikator Keterangan Memenuhi Tidak Memenuhi Kelayakan Usaha Non Finansial Aspek Produksi Aspek Pasar Aspek Manajemen Aspek Sosial Kelayakan Usaha Finansial NPV IRR Net B/C PP 4. Collateral Collateral atau jaminan pada kredit usaha rakyat hanya dianalisis hingga apakah benar usaha tersebut milik calon cebitur. Usaha sutera yang dilakukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi merupakan usaha Bapak Ilyas dan Bapak Dodi sendiri. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi menggunakan lahan sendiri yang telah memiliki surat tanah yang resmi secara hukum. Selain itu, Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memiliki jaminan tambahan seperti motor, warung, dan lahan lain yang tidak digunakan untuk usaha sutera. Jaminan tambahan tetap diperhitungkan walaupun tidak wajib dipenuhi oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. 5. Condition of Economy Kondisi perekonomian saat ini sedang berfluktuatif karena dampak krisis global. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh karena pasar dari usaha sutera berasal dari kelas ekonomi atas yang tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi. Bapak Ilyas memperoleh kemudahan dalam mendapatkan bahan baku terutama bibit sutera. Pemerintah sebenarnya mengeluarkan program program peningkatan usaha pesuteraan alam seperti KUPA, pendirian sekolah sutera alam setara Diploma satu (D1), dan memperkuat kelembagaan Masyarakat Pesuteraan Alam Indonesia (MPAI). Selain itu, pemerintah meningkat dana bagi kredit usaha rakyat sebesar Rp dan akan menurunkan suku bunga pinjaman KUR menjadi 12 persen. Berdasarkan analisis 5C, Bapak Ilyas tidak memenuhi kriteria, sehingga, Bapak Ilyas tidak mendapatkan persetujuan pengajuan kredit. Dalam kriteria Character, Capital, Collateral dan Condition of Economy Bapak Ilyas memenuhi 56

74 kriteria persetujuan kredit. Namun, pada Capacity Bapak Ilyas tidak memenuhi kriteria persetujuan kredit karena pola produksi yang jarak waktu panen terlalu jauh sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Selain itu, berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha Bapak Ilyas tidak layak. Berdasarkan analisis 5C, Bapak Dodi tidak memenuhi kriteria, sehingga Bapak Dodi tidak mendapatkan persetujuan pengajuan kredit. Dalam kriteria Capital, Collateral dan Condition of economy Bapak Dodi memenuhi kriteria persetujuan kredit. Namun, pada Character dan Capacity Bapak Dodi tidak memenuhi kriteria persetujuan kredit karena pola produksi yang jarak waktu panen terlalu jauh sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Bapk Dodi juga sering terlambat membayar tenaga kerja. Hal ini mencerminkan bahwa Bapak Dodi tidak memperhatikan kewajibannya sebagai pengusaha. Selain itu, berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha Bapak Dodi tidak layak. 6.3 Analisis Kredit 5C Dengan Skala Rumah Sutera 6 m 10 m Salah satu petani plasma Rumah Sutera Alam adalah Bapak Baidin. Hasil analisis kredit berdasarkan prinsip 5C Bapak Baidin adalah sebagai berikut : 1. Character Character merupakan salah satu prinsip 5C yang merupakan persyaratan dalam mekanisme pengajuan kredit usaha rakyat, baik tidaknya Character calon debitur mempengaruhi pengajuan kredit usaha rakyat. Bapak Baidin memiliki usaha sutera di Desa Karyasari, Leuwiliang. Bapak Baidin pada saat ini berusia 59 tahun dan pendidikan terakhir adalah SLTP. Bapak Baidin memulai usaha sutera alam pada tahun 2003 dan bergabung dengan Rumah Sutera Alam sebagai petani plasma perusahaan. Bapak Baidin memilih usaha sutera karena menganggap usaha sutera menguntungkan dan bermanfaat bagi masyrakat sekitar. Menurut pemilik perusahaan Rumah Sutera Alam, bapak Baidin merupakan salah satu petani plasma yang produktif, memahami tentang usaha pesuteraan alam dan selalu menjaga hubungan baik dengan perusahaan. Selain itu, Bapak Baidin selalu mengikuti pelatihan yang diadakan oleh perusahaan dan lembaga lain dalam hal persuteraan alam, sehingga Bapak Baidin memiliki kemampuan dalam berusaha ulat sutera. Hal ini merupakan salah satu alasan perusahaan Rumah Sutera Alam menawarkan Bapak Baidin untuk menjadi petani plasma 57

75 perusahaan Rumah Sutera Alam. Selama ini Bapak Baidin selalu menggunakan modal pribadi untuk usaha sutera. Penilaian character Bapak Baidin dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Character Bapak Baidin Indikator Keterangan Memenuhi Tidak Memenuhi Pengalaman Usaha Hubungan Dengan Rekan Bisnis 2. Capital Capital atau modal merupakan biaya yang akan dibiayai oleh kredit. Pada umumnya modal yang dibiayai oleh perbankan adalah sebesar 70 persen dan 30 persen menggunakan biaya calon debitur pribadi. Namun, dalam kredit usaha rakyat seluruh modal dibiayai oleh bank, sehingga membutuhkan data laporan keuangan calon debitur. Bapak Baidin tidak memiliki laporan keuangan sehingga, untuk mengetahui modal usaha bapak Baidin peneliti membuat perkiraan modal yang diperlukan oleh bapak Baidin. Pada penelitian ini, kredit digunakan untuk biaya investasi, biaya variabel tahun pertama dan biaya tetap tahun pertama. Perkiraan biaya investasi Bapak Baidin dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perkiraan Biaya Investasi Usaha Sutera Alam Bapak Baidin No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) 1 Rumah Sutera (6 m x 10 m) Unit Bibit Murbei Batang Alat Stek Unit Garpu Unit Rak Pemeliharaan Ulat Unit Seriframe Unit Termometer Unit Sprayer Unit Motor Unit Total Biaya investasi Bapak Baidin dibuat untuk kebutuhan kredit tanpa sebesar Rp Bibit murbei didapat sewaktu mengikuti pelatihan dari PT Indo Jado Sutera Pratama. Biaya Tetap dapat dilihat pada Tabel

76 Tabel 21. Perkiraan Biaya Tetap Usaha Sutera Alam Bapak Baidin No Uraian Satuan Jumlah Harga per Satuan Nilai (RP) 1 Tenaga Kerja Orang Pemeliharaan Rumah Sutera Pemeliharaan Kendaraan Komunikasi Bahan Bakar Listrik bulan Sewa Lahan Total Biaya tetap usaha persuteraan Bapak Baidin terdiri dari biaya tenaga kerja, pemeliharaan rumah sutera dan biaya listrik. Tenaga kerja yang digunakan oleh Bapak Baidin sebanyak tiga orang dengan biaya Rp per orang. Bapak Baidin menggunakan tenaga kerja tidak tetap berasal dari keluarga dan masyarakat sekitar. Tenaga kerja hanya cukup bekerja satu hari pada satu bulan yaitu pada saat pemangkasan pohon murbei. Selain itu, lahan yang digunakan menggunakan perhitungan nilai sewa yaitu sebesar Rp per tahun. Selain biaya tetap, yang akan dibiayai oleh kredit usaha rakyat adalah biaya variabel tahun pertama. Biaya variabel tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Perkiraan Biaya Variabel Tahun Pertama Usaha Sutera Alam Bapak Baidin No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (RP) Nilai (Rp) 1 Pupuk Kandang Kg KCl Kg Urea Kg TSP Kg Posc Kg Bibit Ulat Sutera Box Persiapan Budidaya Sutera Persiapan Lahan Pembelian Murbei Kg Total Biaya varibel tahun pertama terdiri pembelian pupuk, bibit sutera, persiapan budidaya sutera dan persiapan lahan. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang, KCl, urea, TSP, dan Posca. Semua jenis pupuk tersebut digunakan 59

77 sebanyak lima Kg pada saat pemeliharaan tanaman murbei hingga panen murbei. Kebutuhan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 14. Persiapan budidaya sutera menggunakan biaya sebesar Rp per satu masa persiapan budidaya sutera. Selama tahun pertama terdapat 25 persiapan yang dilakukan oleh Bapak Baidin. Hal ini karena, Bapak Baidin memulai budidaya sutera setelah panen murbei. Kebutuhan kredit Bapak Baidin sebesar Rp Kebutuhan tersebut memenuhi syarat plafond kredit usaha rakyat yaitu maksimal pinjaman kredit sebesar Rp Kebutuhan kredit yang diperlukan oleh Bapak Baidin untuk membiayai biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Perkiraan Kebutuhan Kredit Usaha Sutera Alam Bapak Baidin NO Uraian Jumlah (Rp) 1 Biaya Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Tahun Pertama Total Kebutuhan kredit pada Tabel 23 tidak semua akan dipebnuhi oleh bank. Kebutuhan kredit yang dipenuhi hanya sebesar 70 persen yaitu sebesar Rp Sedangkan, kebutuhan dana 30 persen lainnya dipenuhi oleh modal Bapak Baidin yaitu sebesar Rp Capacity Capacity diukur menggunakan analisis kelayakan finansial dan non finansial. Kelayakan usaha non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, dan aspek sosial. Sedangkan aspek finansial dilakukan melalui penyusunan arus tunai (cash flow) dari usaha sutera Bapak Baidin. A. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan penggambaran usaha yang dilakukan oleh Bapak Baidin. Produk yang dihasilkan oleh Bapak Baidin adalah kokon sutera dan daun murbei. Kokon yang dihasilkan berasal dari ulat sutera jenis attacus yang menghasilkan benang berwarna putih seperti pada umumnya. Murbei diproduksi sebagai pakan bagi ulat sutera. Ulat sutera menurut pemilik perusahaan umah Sutera Alam tidak dapat memakan daun lain selain daun murbei. 60

78 Kegiatan usaha sutera alam Bapak Baidin dilakukan di Desa Karya Sari. Kegiatan produksi akan dilakukan menggunakan lahan milik pibadi. Proses produksi terdiri dari budidaya murbei dan budidaya sutera. Proses produksi murbei memulai terdiri dari beberapa tahap yaitu, persiapan lahan, pemeliharaan murbei, dan panen. Pada saat pemeliharaan dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk menumbuhkan tunas tunas baru dan memudahkan pada saat panen murbei. Sedangkan, proses budidaya sutera dilakukan dari tahap persiapan, pemeliharaan, dan panen. Pada saat pemeliharaan dibutuhkan kedisplinan yang sanagat tinggi terutama dalam pemberian pakan. Pakan yang dibutuhkan selama satu masa produksi adalah 500 Kg daun murbei. Proses budidaya hanya mengalami kendala pada saat panen. Kendala tersebut berasal dari faktor alam. Jika pada saat musim panas, Bapak Baidin dapat memanen kokon sebanyak 30 Kg per box, sedangkan pada saat musim panas Bapak Baidin hanya dapat memanen 15 Kg per box. Bapak Baidin memproduksi dua boks ulat sutera. Pada kegiatan produksi murbei, persiapan dilakukan hanya pada awal memulai usaha. Kegiatan pemeliharaan murbei dilakukan selama sebelas minggu. Lahan seluas m 2 dibagi empat masa produksi. Hal ini dilakukan oleh Bapak Baidin dengan alasan untuk menjaga kontinuitas produksi. Produksi kokon yang dilakukan Bapak Baidin berbeda dengan yang dilakukan oleh Bapak Ilyas dan Bapak Dodi. Bapak Baidin tidak menunggu saat panen murbei. Bapak Baidin membeli murbei untuk pakan sutera dari para petani lain dan perusahaan Rumah Sutera Alam jika Bapak Baidin belum panen murbei. Pola produksi Bapak Baidin dapat dilihat pada Lampiran 13. B. Aspek Pasar Pasar sangat berpengaruh pada perkembangan suatu usaha yang akan dijalankan. Pada saat ini Bapak Baidin memiliki pasar yang pasti yaitu perusahaan Rumah Sutera Alam baik untuk murbei maupun kokon. Perusahaan Rumah Sutera Alam selalu membeli semua kokon dan murbei yang ditawarkan oleh Bapak Baidin. Selain itu, permintaan akan kebutuhan kokon perusahaan Rumah Sutra Alam belum dapat terpenuhi oleh penawaran yang ada. Pada saat ini Bapak Baidin menjual kokon sebanyak 60 Kg pada saat panen jika pada saat musim hujan dan 30 Kg pada saat musim panas. Sedangkan, kebutuhan perusahaan 700 Kg per 61

79 bulan. Harga yang diberikan perusahaan Rumah Sutera Alam adalah Rp per Kg kokon. Pemasaran saat ini terjadi karena adanya kemitraan dengan perusahaan Rumah Sutera Alam dan pasar yang terdekat adalah perusahaan Rumah Sutera Alam sehingga Bapak Baidin. Walaupun, terdapat kemitraan dengan perusahaan Rumah Sutera Alam tidak menutup kemungkinan jika Bapak Baidin dapat menjual produk kepada perusahaan lain yang bergerak di bidang industri persuteraan. Selain itu, perusahaan Rumah Sutera Alam sudah mengijinkan jika petaninya menjual produknya ke perusahaan lain karena tujuan perusahaan adalah agar petani mandiri dan menjadikan Bogor sebagai kota sutera. Pemasok untuk bibit sutera adalah perusahaan Rumah Sutera Alam. Perusahaan Rumah Sutera Alam selalu menyediakan bibit sutera setiap ada permintaan dari para petaninya dan permintaan tersebut selalu dipenuhi oleh perusahaan Rumah Sutera Alam. Sedangkan, untuk pupuk didapat Bapak Baidin dari daerah Ciapus, dan Jasinga. Bapak Baidin membeli murbei dari perusahaan Rumah Sutera Alam. Selain itu, Bapak Baidin juga menggunakan sistem petani plasma kepada masyrakat sekitar. Sistem petani plasma baru digunakan Bapak Baidin pada tahun C. Aspek Manajemen Usaha yang dilakukan oleh Bapak Baidin merupakan usaha perseorangan. Hingga saat ini usaha yang dijalankan oleh Bapak Baidin belum memiliki perijinan usaha secara hukum dan belum memiliki nama usaha. Dalam menjalankan bisnisnya, usaha ini tidak memiliki struktur organisasi. Bapak Baidin bertanggungjawab penuh terhadap usaha yang dijalankan. Tenaga kerja bertugas membantu Bapak Baidin pada saat pemangkasan tanaman murbei, kegiatan produksi yang lainnya dilakukan sendiri oleh Bapak Baidin. Usaha persuteraan dapat dilakukan secara perseorangan namun, membutuhkan kedisplinan tinggi terutama dalam hal pemberian pakan ulat sutera. D. Aspek Sosial Berdasarkan hasil observasi, keberadaan peternakan sutera Bapak Baidin memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdirinya peternakan sutera Bapak Baidin memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat walaupun bukan sebagai pekerjaan yang tetap. Usaha yang dilakukan juga ramah 62

80 lingkungan dan menjaga kesuburan tanah karena tanaman murbei dapat mengikat oksigen. Selain itu, usaha sutera tidak menimbulkna limbah yang merugikan bagi lingkungan. Kotoran sutera dapat menjadi pupuk organic dan untuk pakan ikan. E. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga dapat diketahui apakah Bapak Baidin mendapatkan persetujuan kredit atau penolakan kredit. Arus biaya pada analisis kelayakan ini terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi digunakan untuk rumah sutera, pembelian bibit murbei, alat stek, garpu, rak pemeliharaan sutera, seriframe, termometer, dan sprayer. Biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 20. Besarnya biaya investasi adalah Rp Rumah sutera untuk pemeliharaan rumah sutera dan tedapat rak yang digunakan untuk pemeliharaan sutera yang menampung sebanyak dua box ulat sutera dengan kapasitas satu box sebanyak bibit sutera. Bibit murbei didapat dari perusahaan Rumah Sutera Alam sebanyak batang. Jumlah tersebut disesuaikan dengan lahan yang digunakan untuk budidaya sutera. Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Bapak Baidin adalah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap digunakan untuk membiayai tenaga kerja, pemeliharaan rumah sutera, dan biaya listrik. Biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 21, sedangkan, biaya variabel digunakan untuk pembelian bibit sutera. Pembelian bibit sutera selama tahun pertama terjadi sebanyak 37 kali dan 39 kali pada tahun kedua dan 38 kali pada tahun ketiga. Selain itu, Bapak Baidin membeli murbei sebagai pakan ulat sutera pada tahun pertam sebanyak Kg. Pada tahun kedua Bapak Baidin membeli sebanyak Kg murbei. Dan pada tahun ketiga Bapak Baidin membeli sebanyak Kg murbei. Murbei dibeli oleh Bapak Baidin dengan harga Rp. 300 per Kg. Rincian pembelian murbei dapat dilihat pada Lampiran 15. Total biaya variabel dapat dlihat pada Lampiran 16. Selain biaya yang telah diperkirakan, terdapat biaya penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur ekonomis semua perlatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar 63

81 Rp Rincian perkiraan biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 17. Penerimaan pada usaha sutera milik Bapak Baidin terdiri dari penjualan kokon, penjualan murbei, dan nilai sisa investasi pada akhir periode jangka waktu analisis kelayakan finansial. Pada tahun pertama jumlah kokon yang dihasilkan sebanyak Kg kokon segar dan Kg murbei. Pada tahun kedua dan seterusnya jumlah kokon yang dihasilkan sebanyak Kg kokon dan Kg murbei. Dan pada tahun ketiga Kg Kokon dan Kg murbei Rincian Jumlah Produksi kokon dan murbei dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Berdasarkan kebutuhan perusahaan Rumah Sutera Alam yang belum terpenuhi, jumlah produksi usaha sutera Bapak Baidin dapat diserap oleh pasar. Nilai penjualan pada tahun pertama sebesar Rp Sedangkan, pada tahun kedua sebesar Rp Dan pada tahun ketiga sebesar Rp Rincian nilai penjualan dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21. Penerimaan yang diperoleh Bapak Baidin tidak hanya dari penjualan kokon dan murbei. Penrimaan yang lain yang diperoleh berasal dari nilai sisa investasi. Nilai sisa investasi diperoleh dari sisa umur ekonomis pada akhir jangka waktu analisis kelayakan finansial. Nilai sisa yang diperoleh sebesar Rp Rincian nilai sisa usaha sutera Bapak Baidin dapat dilihat pada Lampiran 22. Analisis finansial dengan metode yang meliputi proyeksi laba rugi dan analisis arus kas (cash flow). Pada penelitian digunakan beberapa asumsi asumsi dasar. Asumsi dasar tersebut meliputi : 1. Analisis kelayakan finansial dibuat dengan jangka waktu tiga tahun. Jangka waktu tersebut diperoleh berdasarkan perkiraan jangka waktu kredit. Perkiraan jangka waktu kredit diperoleh berdasarkan perhitungan bahwa 50 persen pendapatan Bapak Baidin dipergunakan untuk membayar cicilan kredit beserta bunganya. 2. Pinjaman digunakan selama masa perikraan analisis finansial sebagai penerimaan yaitu sebesar Rp setiap tahunnya. 64

82 3. Cicilan yang sudah termasuk dengan bunga kredit dibayar selama umur perkiraan kelyakan dinansial usaha yaitu sebesar Rp Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan dengan setiap bulan terdiri dari empat minggu dan satu minggu terdiri dari tujuh hari kerja. 5. Analisis kelayakan finansial dimulai dari bulan september, karena penelitian dimulai pada bualn tersebut. 6. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan Maret. Sedangkan, musim panas dimulai pada bulan April hingga bulan September. 7. Panen kokon pada musim hujan adalah sebanyak 15 Kg per panen dan 30 Kg per panen pada saat muim panas. 8. Harga untuk kokon adalah Rp per Kg kokon dan Rp. 500 per Kg untuk harga murbei. 9. Tingkat discount rate yang digunakan sebesar 16 persen. Hal ini berdasarkan tingkat suku bunga maksimal kredit usaha rakyat BRI. 10. Pajak pendapatan usaha didasarkan pada UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Pendapatan Usaha dan perseroan, yaitu : a. Apabila mengalami kerugian tidak dikenai pajak b. Apabila pendapatan kurang dari Rp , dikenakan pajak sebesar 10 persen. c. Apabila pendapatan antara dari Rp sampai Rp , dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp pertama dan ditambah dengan 15 persen dari pendapatan setelah dikurangi Rp d. Apabila pendapatan diatas Rp dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp pertama ditambah dengan 15 persen dari Rp kedua dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp Total penerimaan Bapak Baidin pada tahun pertama adalah sebesar Rp dan pada tahun kedua adalah Rp Dan pada tahun ketiga sebesar Rp Sedangkan untuk total pengeluaran untuk tahun pertama adalah sebesar Rp dan pada tahun kedua sebesar Rp Dan pada tahun ketiga sebesar Rp Berdasarkan 65

83 perhitungan penerimaan dan pengeluaran tersebut, maka Bapak Baidin memperoleh laba bersih pada tahun pertama sebesar Rp dan Rp pada tahun kedua. Dan Rp pada tahun ketiga. Proyeksi laba rugi Bapak Baidin dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Proyeksi Laba Rugi Usaha Sutera Alam Bapak Baidin Uraian Tahun Penerimaan Penjualan Kokon Penjualan Murbei Nilai Penjualan Pinjaman Total Penerimaan Pengeluaran Biaya variabel Biaya Tetap Biaya Penyusutan Cicilan Total Pengeluaran EBT Pajak Progresif: 10% % 30% Total Pajak EAT Analisis arus kas mencakup kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost), IRR (Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Sutera Bapak Baidin No Kriteria Kelayakan Kelayakan Satuan Jumlah 1 NPV NPV > 0 Rp IRR IRR > DF Persen 32,62 3 Net B/C Net B/C > 1-1,37 4 PP PP < Jangka Waktu Tahun 2,19 Pada hasil kelayakan finansial usaha sutera Bapak Baidin menunjukan nilai NPV positif sebesar Rp Hal ini menunjukan bahwa usaha tersebut 66

84 tidak layak untuk dijalankan. Angka tersebut menunjukan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang positif yang akan diterima oleh Bapak Baidin selama periode waktu kelayakan dengan memperhitungkan tingkat suku bunga kredit usaha rakyat yang masksimal yaitu 16 persen per tahun. Nilai Net B/C yang didapat pada analisis kelayakan finansial adalah 1,02. Hal ini menunjukan bahwa usaha Bapak Baidin layak. Karena, angka tersebut menunjukan setiap Rp. 1 biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp. 1,37, sehingga manfaat yang akan didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial ini adalah 32,62 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha ini layak karena memiliki nilai yang lebih besar dari tingkat Discount Rate yaitu sebesar 16 persen. Pada analisis kelayakan ini juga menunjukan nilai Payback Period sebesar 2,19. Angka tersebut menunjukan bahwa usaha yang dilakukan akan mampu mengembalikan modal dua tahun dua bulan. Hal ini menunjukan usaha layak karena kemampuan mengembalikan modal kurang dari jangka waktu analisis kelayakan yang berdasarkan jangka waktu pembayaran kredit. Berdasarkan penilaian prinsip capacity Bapak Baidin memenuhi semua indikator yang terdapat dalam penilaian. Penilaian capacity Bapak Baidin dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Penilaian Capacity Bapak Baidin Indikator Keterangan Memenuhi Tidak Memenuhi Kelayakan Usaha Non Finansial Aspek Produksi Aspek Pasar Aspek Manajemen Aspek Sosial Kelayakan Usaha Finansial NPV IRR Net B/C PP 4. Collateral Collateral atau jaminan pada kredit usaha rakyat hanya dianalisis hingga apakah benar usaha tersebut milik Bapak Baidin. Usaha sutera yang dilakukan 67

85 oleh Bapak Baidin merupakan usaha Bapak Baidin sendiri. Bapak Baidin menggunakan lahan sendiri yang telah memiliki surat tanah yang resmi secara hukum. Selain itu, Bapak Baidin memiliki jaminan tambahan seperti motor, Jaminan tambahan tetap diperhitungkan walaupun tidak wajib dipenuhi oleh Bapak Baidin. 5. Condition of Economy Kondisi perekonomian saat ini sedang berfluktuatif karena dampak krisis global. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh karena pasar dari usaha sutera berasal dari kelas ekonomi atas yang tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi. Bapak Ilyas memperoleh kemudahan dalam mendapatkan bahan baku terutama bibit sutera. Pemerintah sebenarnya mengeluarkan program program peningkatan usaha pesuteraan alam seperti KUPA, pendirian sekolah sutera alam setara Diploma satu (D1), dan memperkuat kelembagaan Masyarakat Pesuteraan Alam Indonesia (MPAI). Selain itu, pemerintah meningkat dana bagi kredit usaha rakyat sebesar Rp dan akan menurunkan suku bunga pinjaman KUR menjadi 12 persen. Berdasarkan analisis 5C, Bapak Baidin memenuhi kriteria, sehingga, Bapak Baidin mendapatkan persetujuan pengajuan kredit. Dalam kriteria Character, Capital, Collateral Capacity dan Condition of economy Bapak Baidin memenuhi kriteria persetujuan kredit. Penilaian berdsasarkan prinsip 5C kepada ketiga petani sutera alam dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Penilaian 5C Petani Plasma Rumah Sutera Alam Kriteria Nama Petani Character Capital Collateral Capacity Condition Of Economy Bapak Ilyas Bapak Dodi Bapak Baidin Keterangan : = Memenuhi Kriteria = Tidak Memenuhi Kriteria 68

86 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Mekanisme yang perlu dilalui untuk memperoleh kredit usaha rakyat adalah tahap kelengkapan berkas, pengajuan permohonan kredit, dan analisis kredit untuk menentukan apakah layak atau tidak layak dalam mendapatkan kredit usaha rakyat. Mekanisme pengajuan mempermudah pengajuan calon debitur. Calon debitur dapat mengganti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) atau Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dapat digantikan dengan Surat Keterangan Usaha dari Kepala Desa atau Lurah untuk pinjaman dengan plafond dibawah Rp Sedangkan untuk plafon diatas Rp , perijinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, persyaratn utama adalah usaha calon debitur telah berjalan selama enam bulan dan calon debitur tidak sedang menerima kredit dari lembaga perbankan lain dan program program pemerintah. Setelah berkas dan persyaratan dilengkapi oleh calon debitur, pihak bank berhak melakukan analisis kredit untuk menentukan calon debitur layak atau tidk layak mendapatkan kredit usaha rakyat. Analisis kredit menggunakan prinsip 5C yaitu, Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of Economy. Berdasarkan analisis 5C, Bapak Ilyas tidak memenuhi kriteria, sehingga Bapak Ilyas tidak mendapatkan persetujuan pengajuan kredit. Dalam kriteria Character Bapak Ilyas dan Bapak Baidin memenuhi kriteria persetujuan kredit, sedangkan Bapak Dodi tidak memenuhi kriteria Character karena sering terlambat membayar tenaga kerja. Hal ini mencerminkan bahwa Bapak Dodi tidak memperhatikan kewajibannya sebagai pengusaha. Berdasarkan kriteria Capacity usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 4 m 6 m tidak memenuhi kriteria kelayakan usaha karena pola produksi yang jarak waktu panen terlalu jauh sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh dan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 4 m 6 m adalah tidak layak untuk dijalankan. Penilaian kriteria Capacity usaha sutera alam dengan skala rumah sutera 6 m 10 m memenuhi kriteria kelayakan usaha dan berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha sutera alam dengan

87 skala rumah sutera 6 m 10 m adalah layak untuk dijalankan. Berdasarkan kriteria Capital, Collateral dan Condition of economy usaha sutera alam baik dengan skala rumah sutera 4 m 6 m dan skala rumah sutera 6 m 10 m memenuhi kriteria persetujuan kredit. 7.2 Saran 1. Pihak Bank Rakyat Indonesia harus lebih menerangkan kepada masyarakat dan petani suteratentang kredit usaha rakyat terutama tentang kriteria layak atau tidaknya seorang calon debitur mendapatkan kredit usaha rakyat melalui lembaga terkait sepeti perushan Rumah Utera atau departemen pemerintahan yang terkait sebagai mediator. 2. Perusahaan Rumah Sutera Alam sebaiknya menganjurkan perubahan pola tanam secara lebih tegas kepada para petani plasma terutama Bapak Ilyas dan Bapak Dodi agar jarak panen tidak terlalu jauh, sehingga, kebutuhan kokon Rumah Sutera Alam dapat terpenuhi. 3. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi sebaiknya mengubah pola tanam seperti Bapak Baidin. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pendapatan dan kelayakan usaha yang dijalankan sehingga, Bapak Ilyas dan Bapak Dodi dapat memenuhi kriteria persetujuan kredit. 70

88 DAFTAR PUSTAKA Atmosoerdarjo, Soekiman dkk Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Bank Rakyat Indonesia Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia. x. [22 Juni 2009] Dendawijaya, L Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Edwar, Deddy Tanjung Kredit Usaha Rakyat di BRI. [17 Juni 2009] Fitrianingsih, Sevia Kenierja Penyaluran Kredit Umum Serta dampak Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha nasabah di BRI Unit Citeureup Cabang Bogor. [Skripsi]. Bogor. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institur Pertanian Bogor. Ismaliah, Nurul Hafsah Optimalisasi Produksi Kain Sutera Alam Pada Koperasi Warga Sejahtera Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. [Skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kredit Usaha Rakyat Cara Mendapatkan Kredit Usaha Rakyat. [17 Juni 2009] Kredit Usaha Rakyat Tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR). [17 Juni 2009] Mulyarto, Eko Putro Faktor Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nazir, M Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Perdana, Mada Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ulat Sutera (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

89 Putro, Eko Mulyarto Faktor Faktor Yang Memepengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Bank Rakyat Indonesia Unit Leuwiliang Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Rachmina, Dwi dan Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor : Departeman Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soekarwati Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugianto Skema Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia. [17 Juni 2009] Sutojo,Siswanto Analasis Kredit Bank Umum. PT Damar Mulia Pustaka. Jakarta Suyatno et all Dasar Dasar Perkreditan. PT Gramedia Pusaka Utama. Jakarta Tarigan, Karmina Putri Analisis Faktor yang mempengaruhi Permintaan kredit Umum Pedesaan dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung, Bogor. [Skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Umar, Husein Studi Kelayakan Bisnis Edisi Dua, Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Viva C Syarat Cepat Dapat Pinjaman Bank. [8 Juni 2009] 72

90 LAMPIRAN

91 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENGAJUAN KREDIT USAHA RAKYAT PETANI SUTERA ALAM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOGOR (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera Alam, Ciapus, Bogor) Saya sangat mengharapkan agar Bapak/Ibu dapat mengisi kuisioner ini dengan benar dan sunggu sungguh, karena kuisioner ini merupakan alat bantu penelitian yang bermanfaat untuk memperoleh data yang akurat dan benar serta dapat menjadi masukkan untuk penulisan tugas akhir (skripsi). Oleh: Harry Octa Rifki H DEPARTEMEN AGRIBSINIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

92 Kepada Yth : Responden Kuisioner ini berguna untuk mendukung penelitian mengenai Analisis Pengajuan Kredit Usaha Rakyat Petani Sutera Alam Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (Studi Kasus Petani Plasma Perusahaan Rumah Sutera Alam Ciapus, Bogor), oleh Harry Octa Rifki, mahasiswa Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. IDENTITAS DIRI 1. Nama lengkap :. 2. Alamat : Nama Desa : Kecamatan : Kabupaten : Umur : tahun 7. Jenis Kelamin : (1) Laki-laki, (2) Perempuan 8. Pendidikan : a. Tamat SD/ sampai kelas...sd b. Tamat SLTP/ sampai kelas...sltp c. Tamat SLTA/ sampai kelas...slta d. Lainnya... CHARACTER 9. Pengalaman berusaha ulat sutera :... tahun 10. Alasan menjadi petani ulat sutera alam : a. Menguntungkan b. Turun Temurun c. Hobi d. Lainnya, Apakah usaha sutera alam merupakan pekerjaan utama Bapak/Ibu: a. Ya b. Tidak 12. Pekerjaan di Luar usaha sutera alam a. Nama pekerjaan :... b. Jumlah waktu yang Dipakai :...hari 13. Berapa lama bapak/ibu menjadi petani plasma rumah sutera alam :...tahun/bulan 14. Pendapatan hasil panen digunakan untuk keperluan : a. Kebutuhan rumah Tangga b. Pembelian bibit ulat sutera (Pengembangan usaha) 15. Pernah menggunakan kredit dari lembaga perbankan : a. Ya, Di... b. Tidak 75

93 16. Bagaimana pembayaran kewajiban bagi lembaga perbankan dan non perbankan : a. Lancar b. Bermasalah (Macet) Alasannya: Pernah menggunakan kredit dari non perbankan: a. Ya, Di... b. Tidak 18. Apakah bapak/ibu mengetahui tentang KUR a. Ya b. Tidak 19. Apakah pernah mengajukan KUR a. Ya b. Tidak Alasannya: Jika pernah bapak/ibu memperoleh : a. Persetujuan b. Penolakan Alasannya:... CAPACITY 21. Jumlah kokon yang dihasilkan dalam satu kali panen... Kg 22. Jumlah murbei yang dihasilkan dalam satu kali panen... Kg 23. Rata rata banyaknya panen kokon dalam waktu satu tahun... kali 24. Rata rata banyaknya panen murbei dalam waktu satu tahun... kali 25. Harga jual kokon per kilogram Rp Harga jual murbei per kilogram Rp Penghasilan dalam sekali panen dari usaha sutera alam : Rp Penghasilan dari luar usaha sutera alam : Rp Biaya Tetap ulat sutera dan murbei dalam sekali panen : Keterangan Jumlah (Unit) Harga Satuan Total (Rp) 30. Biaya Operasional ulat sutera dan murbei dalam sekali panen : Keterangan Jumlah (Unit) Harga Satuan (Rp) Total 76

94 CAPITAL 31. Luas lahan yang dimiliki... Ha/m Luas lahan yang digunakan untuk usaha sutera alam... Ha/m Rumah sutera yang dimiliki... rumah COLLATERAL 34. Lahan/bangunan/benda lain yang tidak digunakan untuk usaha : a.... b.... c.... d.... CONDITION OF ECONOMY 35. Apakah bapak/ibu Pernah menerima bantuan dari pemerintah a. Ya b. Tidak Alasannya: Jika pernah pengaruh bantuan dari pemerintah a. Menguntungkan b. Biasa Saja c. Merugikan Alasannya: Kemudahan dalam mendapatkan sumberdaya selain bibit sutera dan murbei: a.... b.... c.... d Keadaan harga kokon ulat sutera : a. Stabil b. Fluktuatif Alasannya:... 77

95 Lampiran 2. Mekanisme Pengajuan Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Calon Debitur Melengkapi Persyaratan Lengkap Tidak Lengkap Mengisi Formulir Permohonan Penyerahan Dokumen kepada Bank Konfirmasi Data Data Lengkap Data Tidak Lengkap Analisis Kredit 5C Layak Tidak Layak Persetujuan Permohonan Kredit Penolakan Permohonan Kredit 78

96 Lampiran 3. Kegiatan Produksi Usaha Sutera Alam Ulat Sutera Pemintalan Benang Sutera Pemeliharaan Ulat Sutera Benang Sutera Kokok Siap Panen Penenunan Benang Sutera Pemintalan Benang Sutera Kain Sutera 79

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS PENGAJUAN KREDIT USAHA RAKYAT PETANI SUTERA ALAM PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG BOGOR (Studi Kasus : Petani Plasma Rumah Sutera

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM

BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun 2001. Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAUN MURBEI (Kanva-2) DAN KUALITAS KOKON ULAT SUTERA (Bombyx mori L.) HENDRA EKO SUTEJA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit Di dalam memahami pengertian kredit banyak pendapat dari para ahli, namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi mayarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI AJEN MUKAROM H34066008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT BERMASALAH OLEH NASABAH DI SEKTOR PERDAGANGAN AGRIBISNIS (KASUS PADA BPR RAMA GANDA BOGOR) SKRIPSI DICKY TRIWIBOWO A 14105530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAIRAN PINJAMAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI SEKTOR AGRIBISNIS (KASUS PADA BRI UNIT CIGOMBONG-BOGOR) SKRIPSI EDINHO IKHTISAR PANGIHUTAN HUTAGAOL H 34066037

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pilar perekonomian suatu negara tidak lepas dari bagaimana Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjalankan perannya demi meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH UNTUK UMKM AGRIBISNIS PADA KBMT WIHDATUL UMMAH KOTA BOGOR SKRIPSI MASTUTY HANDOYO H 34066079 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei

PEMBAHASAN. Tabel 11 Hubungan jenis murbei dengan persentase filamen Jenis Murbei 10 Persentase Filamen Persentase filamen rata-rata paling besar dihasilkan oleh ulat besar yang diberi pakan M. cathayana sedangkan yang terkecil dihasilkan oleh ulat yang diberi pakan M. alba var. kanva-2.

Lebih terperinci

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Kredit 2.1.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan bank maupun bukan bank tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI. Oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI. Oleh : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT INVESTASI OLEH PD. BPR GRESIK SKRIPSI Oleh : RAGIL ARIF RAKHMAWAN 1013010089 / FE / EA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori Bank II.1.1 Pengertian Bank Umumnya masyarakat mengenal bank sebagai badan usaha yang bertugas untuk menghimpun dana, mengelol dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Perbankan Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian bank, fungsi bank, dan jenis jenis bank : 2.1.1 Pengertian Bank Di Indonesia terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A

ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X. Oleh : ENY PUJIHASTUTI A ANALISIS KEBIJAKAN PERUSAHAAN DALAM PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT X Oleh : ENY PUJIHASTUTI A14105541 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan perekonomian global telah memperkuat posisi perbankan sebagai pilar utama dalam menunjang pertumbuhan ekonomi baik secara internasional maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci