DAFTAR PUSTAKA. 2. Congalton,R.G, (1991), Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data : Principles and Practises, Lewish Publisher, New York, NY.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. 2. Congalton,R.G, (1991), Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data : Principles and Practises, Lewish Publisher, New York, NY."

Transkripsi

1 62 DAFTAR PUSTAKA 1. Congalton,R.G, (1988), A Comparison of Sampling Scheme Used in generating Matrices Error for Assesing the Accuracy of maps generated from Remotely Sensed Data, Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, Vol.54, No.5, hal Congalton,R.G, (1991), Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data : Principles and Practises, Lewish Publisher, New York, NY. 3. Danoedoro, P., (1996), Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya Dalam Bidang Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 4. Depkeu RI. (2002), Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 486/KMK.03/2002 tanggal 28 Nopember 2002, tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan, Jakarta. 5. Ditjen Pajak (2002), Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 519/PJ./2002 tanggal 2 Desember 2002 tentang Tata Cara dan Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan, Jakarta 6. Ditjen Pajak. (1999), Keputusan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-25/PJ.6/2006, Tanggal 20 Juli 2006 tentang Tata Cara Pembentukan/ Penyempurnaan ZNT/NIR, Jakarta. 7. Ditjen Pajak. (1999), Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 21/PJ.6/1999, Tanggal 23 April 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan KEP- 16/PJ.6/1998 Khusus Untuk Pengenaan PBB Sektor Perkebunan, Jakarta. 8. Ditjen Pajak. (1999), Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 30/PJ.6/1999, Tanggal 17 Mei 1999 tentang Penjelasan Pengenaan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan dan Penyempurnaan Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Perkebunan Serta Usaha Bidang Perikanan, Jakarta. 9. Ditjen Pajak. (2000), Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP- 533/PJ/2000, Tanggal 20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek PBB Dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), Jakarta. 10. Hariyanto, Isman, (2006), Analisis Keakuratan Peta Hasil Interpretasi Citra Ikonos Dalam Mengidentifikasi Obyek PBB Sektor Perkebunan Kepala Sawit, Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

2 Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta 12. Lillesand, Thomas M. dan Ralph W. Kiefer (1993), Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, terjemahan, Dulbahri dkk, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 13. Lubis,A.U, (1992), Kelapa Sawit (elaeis Guineensis Jacq) di Indonesia, Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar, Sumatera Utara 14. Nugroho, Edi dan Helmi, M., (2003), Pemetaan Vegetasi Menggunakan Citra Penginderaan Jauh : Penerapannya di Bidang Perkebunan, Prosiding Lokakarya, Pekanbaru. 15. Prahasta, E., (2001), Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis, Informatika, Bandung. 16. Prahasta, E., (2002), Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Informatika, Bandung. 17. Purwadhi, F.S.H., (2001), Interpretasi Citra Digital, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. 18. Ruslan, (2003), Pemanfaatan Data Citra Satelit Ikonos untuk Penentuan Jenis Penggunaan Bangunan dan Luas Obyek PBB, Tesis Magister, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. 19. Sabri, Luknis, 2006, Statistik Kesehatan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. 20. Sanjoto, Fadjar, (2003), Pengukuran Luas Bidang Tanah pada Citra Ikonos (Studi Kasus di Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan II), Tesis Magister, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 21. Santoso, Singgih, (2001), Aplikasi Excel Dalam Statistik Bisnis; Gramedia, Jakarta. 22. Setia Nugraha, Anung, (2004), Pemanfaatan Citra Landsaat TM 7+ Untuk Pendataan PBB sektor Perkebunan (Studi Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di KPP Palembang), Tesis S2 UGM, Yogyakarta. 23. Space Imaging, (2006), Ikonos Imagery Products and Product Guide, Wanasuria, Suih,dkk,2003, Penggunaan Citra Satelit Ikonos dan GIS dalam Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Potensi Produksi TBS, Prosiding Lokakarya, Pekanbaru.

3 LAMPIRAN

4 64 LAMPIRAN A Proses Pengecekan Koreksi Radiometrik 1. Buka file citra yang akan dilakukan pengecekan radiometrik. Pengecekan dilakukan dengan program ER Mapper melalui menu pull down View => algorithm => load data set, maka akan muncul kotak dialog 2. Menampilkan nilai terendah dan tertinggi piksel, klik pada kemudian akan muncul histogram citra pada Band1: Red Layer sebagai berikut : Gambar Histogram Saluran1 : Red Layer 3. Kemudian klik Limits => Limits to Actual, apabila aktual input limits terbaca 0 to 255 maka citra tersebut tidak perlu dilakukan koreksi radiometrik. Pada gambar, nilai minimum piksel adalah 0 untuk itu tidak perlu dilakukan koreksi radiometrik. 4. Lakukan langkah 2 untuk saluran lain yaitu Band 2 dan Band 3.

5 65 Lampiran B Langkah Pemotongan (Cropping) Citra 1. Pembuatan areal kebun yang menjadi daerah penelitian menggunakan software Map Info 8.5. Batas kebun dibuat dengan digitasi hasil overlay peta kebun Wajib Pajak yang telah melalui proses scanning. Hasil dari digitasi kemudian disimpan sebagai file batas kebun pemotong citra. 2. Setelah itu pada Map Info 8.5 klik menu Tools universal translator. Pada Menu Universal Translator source: Format pilih MapInfo Tab, sedangkan File : isi dengan nama file batas kebun pemotong citra. Pada bagian Destination, format: dipilih ESRI Shape dan directory diisi tempat akan melakukan penyimpanan. Hasil dari proses ini adalah file batas kebun pemotong citra_region 3. Menggunakan ER Mapper tampilkan citra yang akan dilakukan pemotongan. Klik Utilities File Maintenance Datasets Save a Subset an Image. Pada Image Subset Wizard Bar, isi Input image dengan nama file citra awal. Output Image dengan nama file hasil pemotongan. Start Row dan Start Column diisi dengan koordinat pixel daerah penelitian sebelah kiri atas, sedangkan End Row dan End Column diisi dengan koordinat pixel daerah penelitian kanan bawah, seperti pada gambar dibawah ini ; 4. Langkah berikutnya pemotongan citra untuk memperoleh citra dengan batas kebun yang telah dibuat pada nomor 2 diatas. Pilih menu Utilities Import Vektor & GIS format ESRI Shape file Import. Muncul Import Shape File

6 66 Bar, Input file name isi dengan file bataskebuncitra_region.shp, dan output file name diisi dengan direktori tempat penyimpanan. Map Projection dipilih SUTM 48 dan geodetic datum dipilih WGS84. Hasilnya adalah file batas kebun pemotong citra berubah menjadi bataskebuncitra_region.erv. 5. Kemudian dari menu Edit pilih Annote vektor layer, maka muncul kotak dialog New map composition. Pilih Raster Region, selanjutnya buka file bataskebuncitra_region.erv klik OK. 6. Pada menu Tools klik Save As Raster Region Save To File isikan dengan nama file hasil pemotongan sesuai dengan batas kebun daerah penelitian. 7. Menu pulldown bar View algorithma Klik Kotak dialog formula editor Standard inside region polygon test. Muncul Formula If (INREGION(r1)) THEN Input else null. Ganti null dengan 255, Klik Regions kemudian pada REGION1 pilih Region_0 selanjutnya klik apply changes. Hal tersebut dilakukan juga pada band lain. 8. Terakhir simpan file dengan memilih Save As pada menu File.

7 67 Lampiran C Proses Penajaman Citra Menggunakan Filter Spasial 1. Buka file citra. 2. Pada menu toolbar klik maka akan muncul filter window. 3. Pada filter filename pilih kernel filter high_pass Sharpen_11x11.ker 4. Lakukan hal yang sama pada Band green dan blue.

8 68 Lampiran D Hasil Interpretasi Visual Areal Klasifikasi (Hariyanto, 2006) 1. Interpretasi batas areal kebun Deskripsi Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Batas areal kebun menunjukkan batas kepemilikan kebun wajib pajak. Dari batas kebun tersebut akan diperoleh luas keseluruhan kebun. Bentuk Batas areal kebun dikenali dari bentuknya yang memanjang sepanjang tepi areal kebun. Bentuk cenderung lurus pada batas kebun berupa jalan atau bukaan lahan sedangkan pada batas alam seperti parit bentuknya berkelok kelok. Warna Warna cerah pada batas jalan, gelap pada batas alam dan adanya perbedaan tekstur pada bukaan lahan. Batas kebun berupa jalan Batas kebun berupa batas alam Batas kebun berupa perbedaan penggunaan lahan 2. Interpretasi batas blok / afdeling Deskripsi Batas blok / afdeling dibuat untuk membagi luas seluruh kebun menjadi bagian yang lebih kecil dengan maksud untuk memudahkan dalam perencanaan dan pengawasan areal kebun. Batas kebun biasanya berupa jalan kebun. Batas blok dilakukan digitasi untuk mempersempit luas bidang pada saat klasifikasi. Kunci Utama Interpretasi Bentuk Batas blok atau kebun dikenali dari bentuknya yang memanjang di dalam areal kebun dan cenderung lurus. Warna Warna pada batas blok sama dengan warna jalan Kenampakan di citra yaitu cerah. Garis putih menunjukkan batas blok kebun, sekaligus juga menunjukkan jalan yang ada di dalam lokasi perkebunan.

9 69 3. Interpretasi Areal Kebun 3.1. Kebun Klasifikasi A Deskripsi Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Kenampakan kebun dengan umur 1 tahun hampir tidak terlihat pola tanaman. Hanya berupa titik titik kecil sehingga terkadang sulit dibedakan dengan Klasifikasi F. Kecerahan citra tergantung dari tanah tempat penanaman sawit tersebut. Luas yang dihasilkan akan dilakukan analisis interpretasi visual. Warna Warna pada areal kelapa sawit umur 1 tahun cenderung mengikuti warna tanah. Tekstur Tekstur pada obyek masih halus karena belum tampaknya tanaman secara jelas. Pola Adanya kenampakan pola tanaman yang teratur walaupun masih belum tampak jelas. Areal tanam pada tanah yang mulai bersemak Areal tanam pada tanah yang bersemak Areal tanam pada tanah yang bersih 3.2. Kebun Klasifikasi B Deskripsi Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Kenampakan kebun dengan umur 2 tahun sudah terlihat berupa titik titik kecil yang teratur. Kecerahan citra masih tergantung dari tanah tempat penanaman sawit tersebut. Luas yang dihasilkan akan dilakukan analisis interpretasi visual. Tekstur Tekstur pada obyek masih halus tapi sudah menunjukan pola yang sedikit kasar. Warna Pola Masih mengikuti warna tanahnya Pola tanam kelapa sawit yang teratur mulai nampak Beberapa sampel kenampakan kebun klasfikasi B pada beberapa tanah yang berbeda kondisinya

10 Kebun Klasifikasi C Deskripsi Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Kenampakan kebun dengan umur 3 tahun terlihat mulai rapat dengan titik titik mulai membesar dan teratur. Kecerahan citra sudah dipengaruhi warna dari tanaman kelapa sawit. Tekstur Tekstur pada areal ini sudah mulai kasar disebabkan karena semakin besarnya diameter tanaman sehinga Pola terlihat lebih rapat. Pola jarak tanam kelapa sawit nampak teratur dengan lebih jelas terlihat. Warna Warna tanaman sudah mulai mempengaruhi kenampakan di citra Warna hijau tanaman berada diantara warna gelap tanah Kenampakan citra semakin cerah pada tanah yang bersemak. Warna hijau tanaman nampak berupa bintik bintik diantara gelapnya areal tanamnya Kebun Klasifikasi D Deskripsi Kecerahan citra pada kebun dengan umur 4 tahun sangat dipengaruhi oleh warna tanaman. Tanaman nampak rapat, teratur dan terlihat seperti bintang Kunci Tekstur Tekstur nampak kasar dengan tanaman yang jelas Utama Pola Pola tanam nampak rapi dan teratur Interpretasi Warna Warna tanaman sangat mendominasi kenampakan pada citra dengan variasi warna hijau, kuning & merah Kenampakan di citra Bentuk Bentuk tanaman nampak bulat dengan tajuk berbentuk seperti bintang. Kelapa sawit tua dengan warna kemerahan. Tanaman nampak rapat tapi belum nampak kemerahan Kerapatan tanaman nampak rapat

11 Kebun Klasifikasi E Deskripsi Areal emplasemen merupakan tempat dimana bangunan bangunan milik perusahaan tersebut didirikan. Biasanya areal ini dilakukan pematangan tanah yang lebih baik dari areal kebun. Misalnya adanya pengurugan, pemadatan, maupun perkerasan. Luas yang dihasilkan akan dilakukan analisis interpretasi visual. Kunci Utama Interpretasi Tekstur Warna Asosiasi Tekstur dari areal ini halus Warna dari areal emplasemen terlihat cerah Kenampakan areal emplasemen ini terlihat dengan adanya kenampakan bangunan berupa kotak kotak kecil yang teratur. Kenampakan di citra Sebagian areal emplasemen di kebun Sungai Pelepah 3.6. Kebun Klasifikasi F Deskripsi Kebun Klasifikasi F berupa areal kosong yang siap ditanami. Pada citra terdapat sedikit areal tersebut. Kenampakannya pada citra dimungkinkan sama dengan areal klasifikasi A. Luas yang dihasilkan akan dilakukan analisis interpretasi visual. Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Tekstur Warna Tekstur sangat halus Warna dipengaruhi warna asli tanah serta kondisi tanah masih bersemak atau bersih. Nampak warna tanah hitam dan tanah bersemak warna hijau

12 Kebun Klasifikasi G Deskripsi Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Kebun klasifikasi G merupakan areal cadangan sehingga keberadaan tanaman asli masih nampak pada areal ini. Biasanya masih berupa hutan atau belukar. Kenampakan dan kecerahan pada citra tergantung dari tanaman yang ada pada areal ini. Luas yang dihasilkan akan dilakukan analisis interpretasi visual. Tekstur Tekstur tergantung tanaman yang ada biasanya kasar. Warna Warna juga tergantung tanaman yang ada biasanya warna hijau cerah. Pola Pola tanaman rapat dan tidak teratur pada lahan berupa hutan. Areal hutan sebagai lahan cadangan 4. Interpretasi Bangunan Deskripsi Bangunan emplasemen berada pada areal emplasemen. Biasanya berada pada suatu lokasi tertentu dan tidak menyebar. Deliniasi bangunan dilakukan untuk menentukan jenis, jumlah dan luas dari bangunan tersebut. Sedangkan mengenai kondisi fisik bangunan sulit dilakukan interpretasi. Kunci Utama Interpretasi Kenampakan di citra Bentuk Bentuk bangunan umumnya berbentuk persegi panjang. Ukuran Besar kecilnya bangunan pada citra menunjukkan jenis penggunaan bangunan (JPB). Pola Pola teratur umumnya ditunjukan pada bangunan untuk JPB perumahan Asosiasi Kenampakan bangunan kantor biasanya terdapat kenampakan obyek lain seperti mobil tiang bendera dll. Pola teratur pada perumahan karyawan Bentuk memanjang sebagai bentuk gudang/bengkel /pabrik Bangunan perkantoran diasosiasikan dengan kenampakan mobil

13 73 Lampiran E Kenampakan Training Area pada Citra Ikonos No Nama Kelas Kenampakan Objek 1. Sawit Kelas A 2. Sawit Kelas B 3. Sawit Kelas C 4. Sawit Kelas D 5. Lahan Kelas A 6. Lahan Kelas B

14 74 7. Lahan Kelas C 8. Lahan Kelas D 9. Batas blok 10. Kelas E 11. Bangunan 12. Kelas F 13. Kelas G 14 Awan

15 75 Lampiran F Proses Penggabungan Subkelas Kedalam Kelasnya 1. Buka file hasil klasifikasi 2. Klik Edit Algorithm pada toolbar, kemudian akan tampil algorithm window. Klik, maka muncul Formula Editor window. 3. Kemudian klik, lakukan pada subkelas lain.

16 76 LAMPIRAN G Proses Penghitungan Pohon Secara Semi Otomatis 1. Buka File citra yang akan dilakukan penghitungan pohon. Tampilan citra dapat dipertajam dengan menggunakan filter high-pass Sharpen 11 x 11 kernel 2. Pada menu klik algorithm kemudian Edit Add vector layer Annotation layer. Akan muncul algorithm window. 3. Klik akan muncul warning massage window dan Tools. 4. Klik Page Setup, kemudian atur page setup sesuai dengan keinginan, setelah itu pada menu tools klik point, maka penghitungan pokok pohon dengan

17 77 mengubahnya ke dalam bentuk bentuk point/titik dapat dilakukan. Agar point/titik mempunyai warna sesuai dengan keinginan dapat merubah defaultnya dari warna putih menjadi sesuai keinginan pada algorithm window dengan mengklik. 5. Simpan file penghitungan pohon dalam bentuk Vektor File dengan mengklik pada Tools, Untuk mengetahui jumlah objek pokok pohon secara semi otomatis dapat diketahui dengan mengklik Map Compostion Information pada Tools. Contoh hasil penghitungan suatu blok dan tampilan vektor filenya. Jumlah pohon pada blok tersebut sebanyak pohon.

18 78 Lampiran H Overlay Hasil Klasifikasi dengan Peta WP/Interpretasi Visual 1. Pada ENVI 4.2 klik File open external file IP Software ER Mapper (hal ini karena proses pembentukan training area dan klasifikasi multispektral telah dilakukan di ERMapper). 2. Setelah file terbuka pada classified window klik Overlay vektors, maka akan muncul Vektor Parameters windows. Pada Vektor Parameters klik File Open vektor File, buka file hasil digitasi citra. 3. Setelah itu pada classified windows klik Overlay Region of Interest, akan muncul ROI Tool. 4. Kembali ke Vektor Parameter window klik file Export Active layer to ROIs Convert each record of an EVF layer to a new ROI. Maka pada ROI Tool akan muncul blok-blok ROI sebanyak blok pembagian peta wp maupun interpretasi visual.

19 79 Untuk mengetahui statistik masing-masing blok tandai blok dimaksud kemudian klik Stats, maka akan muncul data ROI tersebut.

20 80

21 81 Lampiran J Hasil Uji t - test dengan Ms. Excel Kelas A t-test: Paired Two Sample for Means Luas hsl interpretasi visual Luas hsl penghitungan rata-rata pohon Mean Variance Observations 6 6 Pearson Correlation Hypothesized Mean Di 0 df 5 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Kelas B t-test: Paired Two Sample for Means Luas hsl interpretasi visual Luas hsl penghitungan rata-rata pohon Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Di 0 df 23 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Kelas C t-test: Paired Two Sample for Means Luas hasil interpretasi Luas hsl penghitungan rata-rata pohon Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Di 0 df 52 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Kelas D t-test: Paired Two Sample for Means Luas hasil interpretasi Luas hsl penghitungan rata-rata pohon Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Di 0 df 85 t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail

22 82 Lampiran K Data Uji Statistik t-test dan Selisih Batas Toleransi 10% KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 1 A G5a , , , A G6a , , , A J , , , A M , , , A M6 a 95 5, , , A P2a , , , Jumlah 2, , ,228 1, KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 1 B B , , B C , , , B C , , , B C22B 123 8, , B D , , , B D16 1, , , , B D , , , B D , , , B D19 1, , , , B D , , B D , , , B D8 1, , , , B E , , , B E17 1,228 89, , , B E18 2, , , B E19 1,298 97, , , B E19B , , , B E , , , B E , , B E22 1,104 78, , , B E , , , B E , , , B F , , , B F2 1, , , , Jumlah 20,201 1,528, ,566, , KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 1 C B , , , C C13 1,333 95, , , C C14 2, , , , C C15 1, , , , C C , , , C C , , , C C3 30 2, , C D11 3, , , , C D12 1, , , , C D13 2, , , , C D14 2, , , , C D15 1, , , C D , , C D18 1, , , , C D , , , C D3a 1,111 84, , , C D4a 68 5, , C D4a 73 5, ,

23 83 Lampiran K (lanjutan) KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 19 C D9 2, , , , C E , , C E11 1, , , , C E12 1, , , C E13 3, , , , C E14 2, , , , C E16 2, , , , C E , , , C E5 1, , , , C E6A , , , C E , , C E7A 1, , , , C E8 2, , , , C E8A 81 5, , C E9 1,088 85, , , C F10 1,337 93, , , C F , , , C F , , , C F , , C F , , , C F , , C F , , C F20 1, , , , C F21 3, , , , C F22 3, , , , C F23 3, , , , C F , , , C F , , C F7A 55 4, , C F8 2, , , , C F8A , , , C F9A 1,381 97, , , C C4 79 6, , C G11b , , C G8 1, , , Jumlah 67,365 5,012,980 5,080,668-67, KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 1 D A2 4, , , D A3 2, , , D A4 3, , , D A5 3, , , D A7 2, , , D B , , D B10 2, , , D B11 3, , , D B3 1,074 85, , D B4 1, , , D B5 1, , , D B6 2, , , D B7 2, , , D B8 3, , , D B9 2, , , D C10 3, , , D C11 2, , , D C12 2, , , D C , , D C , , D C , , D C , , D C , ,

24 84 Lampiran K (lanjutan) KELAS REGION Jumlah Pohon Luas Region Rata - rata Luas Region Hasil % No. Sawit Peta WP hitung ( x ) Penghitungan rata-rata Selisih luas Selisih (Pohon) (m²) (m²/pohon) hitung luas/pohon (m²) (m²) 24 D C , , D C5 1,125 85, , D C6 1, , , D C7 2, , , D C8 2, , , D D10 3, , , D D12 1, , , D D , , D D , , D D16 1,192 94, , D D21 1, , , D D4 2, , , D D4a , , D D6 3, , , D D7 3, , , D D8 1, , , D D , , D E10 2, , , D E , , D E , , D E , , D E17 1,171 93, , D E , , D E19b , , D E20a , , D E21 2, , , , D E22 2, , , D E23 2, , , , D E24 2, , , D E25 2, , , D E , , D E5 87 6, , D E5a , , D E7 1,252 98, , D E8a , , D E9 1,082 87, , D E9a , , D F , , D F , , D F10a , , D F11a , , D F12 2, , , D F12a 37 2, , D F13 2, , , D F16 2, , , D F17 2, , , D F19 3, , , D F , , D F4 1, , , D F5 1, , , D F6 2, , , D F , , D F8a , , D F9a , , D G , , D G2 2, , , D G3 3, , , D G4 3, , , D H3 3, , , D H4 3, , , D I4 2, , , D I5 1, , , D O , , Jumlah 139,491 10,471,524 10,385,105 86,

25 85 Lampiran L Contoh Penghitungan Nilai Pasar atau Nilai Wajar Aktiva Tetap Perkebunan Kelapa Sawit. No. Peruntukan Objek Luas Tanah SIT Jumlah Kelas Nilai Jumlah Jumlah Keseluruhan (m²) (Rp/m²) Rp Tanah (Rp/m²) Rp Rp 1. Areal Kebun Kelapa Sawit Tanaman berumur 1 tahun 195, ,768,404 A.36 14,000 2,735,572,000 2,813,340,404 Tanaman berumur 2 tahun 1,642, ,520,628 A.36 14,000 22,988,308,000 23,930,828,628 Tanaman berumur 3 tahun 5,123, ,086,167,013 A.36 14,000 71,723,092,000 75,809,259,013 Tanaman berumur 4 tahun 10,365, ,768,046,019 A.36 14, ,121,914, ,889,960, Areal Emplasemen a. Pabrik A.34 27, b. Perkantoran A.34 27,000 22,923,000 22,923,000 c. Gudang 2, A.34 27,000 58,644,000 58,644,000 d. Tangki A.34 27, e. Pipa A.34 27, f. Perumahan (Pabrik) 23, A.34 27, ,189, ,189,000 Perumahan (Estate) A g. Sarana OR/Rekreasi A h. Bangunan Poliklinik A i. Bangunan Sosial A j. Landasan pesawat udara A k. jalan diperkeras di lokasi A perkebunan l. Lain-lain A Areal Lainnya Areal sudah diolah tapi belum 1,021, ,266,721 A.37 10,000 10,219,980,000 10,260,246,721 ditanami Areal belum diolah 3,515, A.37 10,000 35,158,130,000 35,158,130,000 Rawa, cadas, jurang 0 0 A.41 2, Areal yang tidak dapat - 0 A.42 1, ditanami NJOP BUMI 21,890,188 15,914,768, ,649,752, ,564,520,785 II. BANGUNAN Peruntukan Objek Luas Tanah Nilai Bangunan / m² Kelas NJOP Bangunan Jumlah Keseluruhan No. (m²) Rp/m² Rp 1 Pabrik - 0 A ,000-2 Perkantoran A , ,025,000 3 Gudang 2,172 0 A , ,700,000 4 Tangki - 0 A ,000-5 Pipa - 0 A ,000-6 Perumahan (Pabrik) 23,007 0 A ,000 5,176,575,000 7 Perumahan (Pabrik) 0 A ,000-8 Perumahan (Estate)/Perkebunan - 0 A ,000-9 Sarana OR/Rekreasi - 0 A , Bangunan Poliklinik - 0 A , Bangunan Sosial - 0 A , Landasan pesawat udara - 0 A , Jalan diperkeras di lokasi - 0 A ,000 - perkebunan 0 A , Lain-lain - 0 A ,000 - NJOP BANGUNAN 26, ,856,300,000

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; 28 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; III.1.1 Bahan penelitian 1. Citra Ikonos tipe Geo pansharpened wilayah perkebunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Contoh penerimaan PPh final penilaian kembali aktiva tetap disatu kanwil DJP tahun Nilai Aktiva Tetap.

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Contoh penerimaan PPh final penilaian kembali aktiva tetap disatu kanwil DJP tahun Nilai Aktiva Tetap. 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Salah satu penerimaan pajak yang belum dimaksimalkan adalah Pajak Penghasilan (PPh) final sebesar 10% atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap diatas nilai

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab IV Analisis dan Pembahasan 42 Bab IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Hasil Pra Pengolahan Citra Ikonos Kegiatan yang dilakukan adalah pengecekan koreksi radiometrik, pemotongan citra (cropping) dan penajaman citra. Hasil pengecekan

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER Adhitya Novianto (G24080066) Geofisika Dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Alat dan Bahan Seperangkat alat komputer Perangkat lunak ER Mapper Pada tutorial

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN Dosen Pengampu : Bambang Kun Cahyono S.T, M. Sc Dibuat oleh : Rahmat Muslih Febriyanto 12/336762/SV/01770 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK GEOMATIKA SEKOLAH VOKASI

Lebih terperinci

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kota Pekalongan, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. o k lon n m m n n n n 1 9 37 1 9 19 BT. o ini l k i j lu Pantura yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE

PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE PENGOLAHAN IDENTIFIKASI MANGROVE Software ENVI 4.4 Pengolalahan citra menggunakan perangkat lunak ENVI 4.4 salah satunya untuk mengidentifikasi, menginterpretasikan vegetasi hutan mangrove dan menentukan

Lebih terperinci

Panduan Cara Menghitung Volume Laut Indonesia Menggunakan Data General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) 30 arc second

Panduan Cara Menghitung Volume Laut Indonesia Menggunakan Data General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) 30 arc second Panduan Cara Menghitung Volume Laut Indonesia Menggunakan Data General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) 30 arc second Prolog General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) adalah data Digital Elevation

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper

Dewa Putu Adikarma Mandala G Tutorial ERMapper Tutorial ERMapper ERmapper merupakan salahsatu Softwere yang dapat digunakan dalam melakukan pengolahan data satelit. Setelah program ERMapper dijalankan akan tampak tampilan seperti berikut. Ada beberapa

Lebih terperinci

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian tugas akhir ini. Proses ini sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penellitan. Pada tahap ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Diagram Alir Penelitian yang dilakukan menggunakan diagram alir yang disesuaikan dengan metode yang telah disesuaikan dengan data yang ada sebgai berikut ; Citra Landsat

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE Mata Kuliah Dasar Sistem Informasi Geografi dan Lingkungan [PSL640] Dosen : Prof.Dr.Ir. Lilik B. Prasetyo Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE Oleh : Muhammad Ramdhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil studi kasus di Kabupaten Demak Jawa Tengah yang terletak pada koordinat 6 43 26-7 09 43 LS dan 110 27 58 110 48 47 BT. Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut BAB VI MENGEDIT DATA VEKTOR Ringkasan Modul Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut 6.1. Mengedit Data Vektor Langkah awal

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan (Maret - November 2009), dan obyek penelitian difokuskan pada tiga kota, yaitu Kota Padang, Denpasar, dan Makassar.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... 1

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... 1 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... Error! Bookmark not def KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not def DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i iv x BAB I PENDAHULUAN... Error! Bookmark not def BAB II

Lebih terperinci

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

DIGITASI PETA RASTER. 3. Klik Close, hingga muncul screen windows berikut:

DIGITASI PETA RASTER. 3. Klik Close, hingga muncul screen windows berikut: MATERI 4 DIGITASI PETA RASTER Digitasi merupakan proses transfromasi elemen peta raster menjadi peta vektor digital. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan tracing (meruntut) elemen peta raster melalui

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1 Registrasi Peta Tujuan 1. Memahami Membuat Peta di Aplikasi Arcview 3.3 2. Mengetahui Konsep Koordinat 3. Mampu Melakukan Registrasi Citra Raster Alat dan Bahan 1. PC/Laptop 2. Modul Praktikum 3. Aplikasi

Lebih terperinci

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of

Lebih terperinci

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN

LOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN LOCUS GIS Oleh : IWAN SETIAWAN FORUM FUNGSIONAL TERTENTU PROVINSI SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2016 LOCUS GIS Locus GIS adalah program GIS berbasis Android yang dibuat oleh Asamm Software, Praha, Republik

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi

Lebih terperinci

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog. G e o r e f e r e n c i n g 12 2. GEO REFERENCING Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem

Lebih terperinci

Identifikasi Mangrove dan Kerapatan Mangrove. Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove

Identifikasi Mangrove dan Kerapatan Mangrove. Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove Page 1 of 19 Tutorial Ringkas Identifikasi Ekosistem Mangrove dan Pemetaan Kerapatan Mangrove Dipersiapkan oleh Aji Putra Perdana, S.Si Pengantar SIngkat Tutorial ini merupakan hasil kegiatan atau tugas

Lebih terperinci

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini. Tahapan dimulai dengan pengumpulan data dan alat yang

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN

CONTOH PERHITUNGAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN Lampiran 1 CONTOH PERHITUNGAN STANDAR INVESTASI TANAMAN PERKEBUNAN Standar Investasi Tanaman perkebunan dihitung dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tingkat suku bunga investasi bersih setahun dalam

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3 INSTRUKSI KERJA PROGRAM ArcGIS 9.3 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 i Instruksi Kerja PROGRAM ArcGIS 9.3 Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Georeferencing dan Resizing Enggar Budhi Suryo Hutomo 10301628/TK/37078 JURUSAN S1 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB

Lebih terperinci

BESARNYA INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT) UNTUK PENENTUAN SATUAN BIAYA TANAMAN (SBt) KELAPA SAWIT

BESARNYA INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT) UNTUK PENENTUAN SATUAN BIAYA TANAMAN (SBt) KELAPA SAWIT Lampiran I NOMOR : PER174/PJ/2007 BESARNYA INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT) UNTUK PENENTUAN SATUAN BIAYA TANAMAN (SBt) KELAPA SAWIT FASE UMUR (TAHUN) INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT) 1 2 3 TM1 4 0,9831 TM2 5 0,9666

Lebih terperinci

1. Mengenal ER Mapper 5.5

1. Mengenal ER Mapper 5.5 1. Mengenal ER Mapper 5.5 1.1 Memulai ER Mapper 5.5 Untuk memulai atau menjalankan ERMapper 5.5 menggunakan tombol Start yang ada di Taskbar, ikuti langkah berikut ini : 1. Nyalakan komputer Anda, tunggu

Lebih terperinci

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Digitasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1 Digitasi Peta Tujuan 1. Mampu membuat peta baru di Aplikasi Arcview 3.3 & mengetahui proses pen-digitasi-an 2. Memahami konsep shape file (*shp) 3. Mampu menginput data attribute ( field dan record) ke

Lebih terperinci

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK. Pembuatan Peta Penutup Lahan Menggunakan Klasifikasi Terbimbing Metode Maximum Likelilhood Pada Citra Landsat 8 (Studi Kasus: Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat) Making Land Cover Map Using Supervised

Lebih terperinci

MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI

MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI 2015 1 [Tutorial] Reprojection di ArcGIS (ArcMap) Dalam pengerjaan pengolahan data citra satelit, terkadang ditemui kasus bahwa data citra satelit yang akan digabungkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP : 3513100016 Dosen Pembimbing: Nama : Prof.Dr.Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS NIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950- an dikembangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh:

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh: LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI Oleh: Nama : Rhaisang Al Iman Taufiqul Hakim Genena NRP : 3513100023 Dosen Pembimbing: Nama : Lalu Muhamad

Lebih terperinci

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun

Lampiran 1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun LAMPIRAN 78 79 Lampiran 1. Perbandingan Guna Lahan Eksiting Kota Palembang tahun 2004 Terhadap Rencana Guna Lahan tahun 1999-2009 Luas Penggunaan Lahan (Ha) No. Penggunaan Lahan Tahun 2004 Rencana Tahun

Lebih terperinci

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang

Lebih terperinci

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali  address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung ISSN 0216-8138 73 SIMULASI FUSI CITRA IKONOS-2 PANKROMATIK DENGAN LANDSAT-7 MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN METODE PAN-SHARPEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS CITRA DALAM UPAYA PEMANTAUAN KAWASAN HIJAU (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek 1 Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek Hepi Hapsari Handayani, Maria Regina Caeli Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian 24 Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1. Kerangka pikir Penelitian melakukan perancangan usulan metode dengan menggantikan peta penggunaan tanah kabupaten / kota dengan citra quickbird untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. BAB III PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini. 3.1 Lokasi Area Studi Dalam tugas akhir ini daerah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan (studi kasus : Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo) Arwan Putra Wijaya 1*, Teguh Haryanto 1*, Catharina N.S. 1* Program

Lebih terperinci

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit Latar Belakang Meningkatnya pembangunan di Cisarua, Bogor seringkali menimbulkan dampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS

LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS Prosedur Pengolahan Pemetaan Dengan ArcGIS Software Arcgis berperan penting dalam analisis perhitungan sedimentasi pada penelitian ini, dikarenakan data-data yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di 49 DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pertanahan Nasional, (1997), Peraturan Menteri Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 1997 tentang pemetaan penggunaan tanah perdesaan, penggunaan tanah

Lebih terperinci

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe

Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe Epi Info Instalasi File Installer Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe File installer versi terbaru dapat diperoleh melalui situs

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL.

MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL. MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE A. Tujuan Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL. B. Tools a. MapInfo 10.5 b. PostgreSQL c. PostGIS C. Teori

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penampilan Citra Dual Polarimetry PALSAR / ALOS Penampilan citra dual polarimetry : HH dan HV level 1. 5 PALSAR/ALOS masing-masing dapat dilihat pada ENVI 4. 5 dalam bentuk

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ILWIS Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi Geografis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

BAB II. Ringkasan Modul:

BAB II. Ringkasan Modul: BAB II PENGENALAN ArcMAP Ringkasan Modul: Membuka Data Spasial atau Peta yang Telah Ada dengan ArcMap Melihat Data Atribut Sebuah Layer Menggunakan Map Tips Penyusunan Layer Mengaktifkan dan Menonaktifkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 MODUL PELATIHAN MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 Februari 2012 Versi 2.1 DAFTAR ISI I. Mempersiapkan Data... 1 I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: NAMA : HILDA ARSSY WIGA CINTYA NRP :3513100061 DOSEN PEMBIMBING: NAMA : LALU MUHAMAD JAELANI,

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. 1.1 Model Data ILWIS

I. Pendahuluan. 1.1 Model Data ILWIS I. Pendahuluan Integrated Land and Water Information System (ILWIS), adalah software pengolah data berbasiskan Sistem Iinformasi Geografis. Software ini juga memiliki kemampuan untuk mengolah citra penginderaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu Jawa Barat dengan luasan sebesar + 230.802 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. - i Teguh_blackFord

DAFTAR ISI. - i Teguh_blackFord DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN 2 2 DOWNLOAD DATA CITRA MODIS TERRA 5 3 GEOREFERENCE 20 4 CROPPING PETA BAKU SAWAH 30 5 MASKING AWAN 47 6 CUPLIK PUSTAKA SPECTRAL (SPECTRAL LIBRARY) 55 - i BAB 1 Pendahuluan BAB

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR OBIA. Introduction. Mengenal Objek Sederhana CHAPTER 1. Oleh: Achmad R. Wasil. Desktop GIS For Starter Chapter 7 Geoprocessing

TUTORIAL DASAR OBIA. Introduction. Mengenal Objek Sederhana CHAPTER 1. Oleh: Achmad R. Wasil. Desktop GIS For Starter Chapter 7 Geoprocessing CHAPTER 1 Desktop GIS For Starter Chapter 7 Geoprocessing TUTORIAL DASAR OBIA Oleh: Achmad R. Wasil Introduction Saat ini sudah semakin banyak teknologi pengolahan citra yang tersedia baik komersial maupun

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR ADOBE PHOTOSHOP CS.2. Disusun Oleh: ARI SUHARTANTO TKJ SMKN 1 GEGER MADIUN

TUTORIAL DASAR ADOBE PHOTOSHOP CS.2. Disusun Oleh: ARI SUHARTANTO TKJ SMKN 1 GEGER MADIUN TUTORIAL DASAR ADOBE PHOTOSHOP CS.2 Disusun Oleh: ARI SUHARTANTO TKJ SMKN 1 GEGER MADIUN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 GEGER TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN 2010 A. APA ITU PHOTOSHOP? PHOTOSHOP adalah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN VEGETASI MENGGUNAKAN ER MAPPER 7.0 (Laporan Peongolahan Citra Satelit)

PENGOLAHAN CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN VEGETASI MENGGUNAKAN ER MAPPER 7.0 (Laporan Peongolahan Citra Satelit) PENGOLAHAN CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK IDENTIFIKASI TUTUPAN LAHAN VEGETASI MENGGUNAKAN ER MAPPER 7.0 (Laporan Peongolahan Citra Satelit) Oleh: Arianto Fetrus Silalahi (1215051008) Dedi Yuliansyah (1215051017)

Lebih terperinci

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2 SEBAGAI PENUNJANG DATA DASAR UNTUK RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) Heri Setiawan, Yanto Budisusanto Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

Latihan 2 : Displaying data

Latihan 2 : Displaying data Latihan 2 : Displaying data 2-2 Memulai aplikasi dan menambahkan (Add) layer objek line 2-3 Menambahkan layer objek polygon 2-5 Menambahkan layer objek point 2-6 Mengganti nama layer 2-7 Klasifikasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT BANTU PENELITIAN PERMOHONAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERKEBUNAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS DAN NJOP TESIS

PENGEMBANGAN ALAT BANTU PENELITIAN PERMOHONAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERKEBUNAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS DAN NJOP TESIS PENGEMBANGAN ALAT BANTU PENELITIAN PERMOHONAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERKEBUNAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS DAN NJOP TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak

Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, Abstrak APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING AREA SAWAH DENGAN DATA MULTITEMPORAL (Studi Kasus : Area Sawah Kabupaten Sidoarjo) Oleh : Muharram Arifin Noer 1, Hepi Hapsari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan April 2009 sampai November 2009 di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 1 APRIL 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Menggambar dengan ArcView. Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom

Menggambar dengan ArcView. Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom Menggambar dengan ArcView Oleh : Tantri Hidayati S, M.Kom Digitasi sederhana dengan Arcview Jalankan Arcview 3.3 dan buka jendela view yang akan digunakan sebagai tempat digitasi. Tambahkan Extensions

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1 Persiapan Penelitian Dalam bab ini akan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir yang telah dilakukan. III.1.1 Sumber Data Penelitian

Lebih terperinci

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik)

SCREEN DIGITIZING. A. Digitasi Point (Titik) SCREEN DIGITIZING Screen digitizing merupakan proses digitasi yang dilakukan di atas layar monitor dengan bantuan mouse. Screen digitizing atau sering disebut juga dengan digitasi on screen dapat digunakan

Lebih terperinci

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Oleh : Hernandi Kustandyo (3508100001) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu ANDI CHAIRUL ACHSAN 1 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog TOPOLOGY GEODATABASE Geodatabase merupakan database relasional yang mencakup informasi geografis. Geodatabase memuat kelas kelas/golongan feature dan table. Kelas kelas feature dapat diorganisasikan ke

Lebih terperinci

Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital

Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci