BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai pusat bisnis penting di wilayah Asia Tenggara. Karena fungsinya yang strategis sekaligus kompleks itulah, Jakarta menjadi melting pot berbagai kelompok kepentingan dari berbagai daerah, juga dari berbagai negara. Bila diibaratkan, Jakarta itu seperti jaring laba-laba ditengah tumpukan jerami. Ada pola keteraturan sebagaimana jaring laba-laba dibangun, tetapi ia seringkali terbiaskan karena berada di lingkungan yang kusut. Secara administratif, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yakni: Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Secara geografis, Jakarta di sebelah utara dibatasi oleh pantai sepanjang 35 km di laut Jawa, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di batas selatan dan timur ada Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.Sedangkan di batas barat terdapat Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. 1 Dari segi demografis, Jakarta dihuni penduduk sekitar 8,50 juta jiwa pada tahun 2002, sedangkan tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan pada tahun 2011 mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002 mencapai penduduk per km2, tahun 2006 mencapai penduduk per km2 dan saat ini mencapai penduduk per km2.laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun sebesar 2,42 persen per tahun, menurun pada periode dengan laju 0,16 persen. Pada periode , laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun. 2 Sebagai kota metropolitan dan pusat pemerintahan, Jakarta dihuni oleh berbagai suku, etnis dan agama. Masyarakat DKI Jakarta merupakan miniatur Indonesia yang majemuk (heterogen) dari aspek agama dan kepercayaan, etnis (suku), budaya, ekonomi dan sebagainya. Dari aspek agama dan kepercayaan, menunjukkan bahwa semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia, ada di DKI Jakarta. Islam menjadi agama mayoritas dengan berbagai kelompok kepentingan yang berbeda dengan cara pandang yang 1 diakses pada 28 Agustus diakses pada 28 Agustus 2013.

2 berbeda. Perbedaan inilah, yang juga melatari cara pandang masing-masing dalam merespon kebijakan pemerintah pusat dan terhadap eksistensi kelompok non Muslim di Jakarta. Keberadaan wilayah DKI Jakarta menjadi sangat penting dalam kaitan dengan penelitian tentang radikalisme dan terorisme. Hal ini didasari oleh fakta bahwa Jakarta memiliki karakteristik yang unik baik ditinjau dari sisi pemerintahan, bisnis, maupun social budaya dan politik. Jakarta merupakan melting pot berbagai kelompok kepentingan. Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas politik. Jakarta juga merupakan tempat berbaurnya semua latar etnis, budaya dan agama. Di sisi lain, Jakarta juga merupakan panggung dan sasaran strategis terjadinya perilaku radikalisme dan terorisme. Pemahaman radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat masih harus terus diwaspadai secara serius. Munculnya berbagai tindakan kekerasan yang dilatari oleh berbagai sebab, mengindikasikan masih suburnya pemahaman radilakalisme. Tindakan kekerasan oleh sekelompok orang kepada kelompok lain yang dianggap tidak sepaham adalah salah satu indikasi dari pemahaman radikalisme. Indikasi-indikasi radikalisme lainnya yang dapat kita lihat di masyarakat di antaranya adalah tindakan main hakim sendiri oleh seseorang maupun sekelompok orang, tindakan anarkis dalam mensikapi dan merespon perbedaan serta tindakan anarkis dalam menyatakan pendapat. Radikalisme adalah semua bentuk tindakan kekerasan (anarkis) yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam merespon perbedaan dan/atau upaya untuk mencapai tujuan. Ketika suatu tindakan anarkis sudah pada tingkatan yang berat dan dapat memberikan situasi teror secara masal dan mengarah kepada persoalan ideologi, maka isunya sudah beranjak kepada perilaku terorisme. Cirinya sama yaitu tindakan kekerasan, tetapi motifnya lebih didasari oleh upaya untuk memperjuangkan ideologi. Oleh karena itu tindakan radikal yang mengarah kepada terorisme dikenal dengan sebutan radikal-terorisms. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2002 yang kemudian ditetapkan melalui UU no. 15 tahun 2013, terorisme adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. Dalam 15 tahun terakhir ini, perkembangan gerakan terorisme cukup merisaukan pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat. Ada beberapa peristiwa bom yang signifikan telah terjadi di Jakarta, yakni: 1. Peristiwa bom hotel J.W Marriot pada tahun Page 2

3 2. Peristiwa bom kedutaan Australia pada tahun Serangan bom secara simultan di J.W Marriot dan Ritz Carlton pada tahun Banyak factor yang diduga menjadi penyebab munculnya perilaku radikalisme dan terorisme. Secara umum ada 3 isu utama yang sering dikaitkan dengan terjadinya perilaku radikalisme. Pertama, persoalan-persoalan yang terkait dengan isu internasional seperti ketidak adilan terhadap Negara palestina, kekerasan terhadap penduduk Rohingya, dominasi ekonomi dan politik oleh Negara-negara maju, dan berbagai fakta ketidakadilan lainnya pada tataran gobal. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakpuasan, kebencian dan balas dendam yang diekpresikan dalam bentuk tindakan terror. Kedua, isu-isu nasional, di antaranya menyangkut penetapan dasar Negara, system politik, hukum nasional, dan berbagai isu-isu nasional lainnya. Ketiga, isu ideology agama, yakni adanya upaya untuk memperjuangkan dan memaksakan pemberlakukan ideology agama dengan cara kekerasan. Perbedaan paham dan ideology adalah sesuatu yang dibolehkan. Bahkan termasuk upaya di dalam memperjuangkan paham itu sendiri. Akan tetapi, ketika upaya perjuangan itu dilakukan secara paksa dan kekerasan dengan mengabaikan aturan yang berlaku, maka di situlah esensi radikalisme dan terorisme. Ideology agama merupakan salah satu isu penting yang perlu dicermati terkait dengan perilaku radikalisme. Pemahaman ideology agama yang sempit dan radikal-ekstrim sering menjadi penyebab munculnya perilaku terorisme. Pemahaman seperti ini ada pada semua agama dan biasanya dimiliki oleh sekelompok kecil dari penganut agama tersebut. Kecenderungan seperti ini terjadi di berbagai tempat dan Negara, termasuk Indonesia. Dalam bukunya berjudul dinamika baru jejaring terror di Indonesia (2014: 15), Asyaad Mbai menyatakan bahwa tipe trorisme di Indonesia adalah terorisme yang dimotivasi oleh agama (religiously motivated). Dari sejumlah kasus terorisme yang terungkap di Indonesia, diketahui bahwa para pelakunya adalah penganut ideology agama yang radikal-ekstrim dan memperjuangkan ideologinya dengan cara kekerasan. Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa perilaku radikal-terorisme berkaitan erat dengan masalah pemahaman sebagai faktor pemicunya. Dengan kata lain, pemahaman yang salah akan menghasilkan tindakan yang salah. Pemahaman yang ektrim-radikal akan menghasilkan tindakan radikal. Tindakan radikal-terorisme merupakan hasil dari adanya pemahaman yang radikal-terorisme. Semakin ekstrim-radikal pemahaman seseorang tentang suatu ideology, semakin tinggi kemungkinanannya untuk melakukan tindakan radikalisme. Pemahaman adalah wilayah kognitif, sedangkan tindakan adalah domain perilaku (behaviour). Page 3

4 Berangkat dari kondisi tersebut, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghadapi perilaku radikal-terorisme. Pertama, penindakan oleh aparat penegak hukum kepada pelaku terorisme. Upaya ini perlu dilakukan secara tegas supaya ada efek jera bagi para pelaku. Kedua, upaya pencegahan perilaku radikal-terorisme melalui penanaman pemahaman anti radikalisme dan anti terorisme. Pendekatan ini lebih focus kepada upaya untuk membangun suatu pemikiran atau pemahaman yang positif di kalangan masyarakat, sehingga lebih toleran dan konstruktif dalam mensikapi perbedaan. Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) mempunyai misi utama untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap terjadinya perilaku terorisme. Salah satu upaya yang dianggap penting dan strategi adalah menangkis berbagai pemahaman radikalterorisme yang berkembang di masyarakat serta mencoba menumbuhkan pemahaman yang anti radikal-terorisme. Tujuannya supaya secara bertahap terjadi proses deradikalime di kalangan masyarakat baik pada tataran pemahaman maupun perilaku. Untuk mencapai misi tersebut, BNPT mencanangkan sebuah program yang disebut Dialog pencegahan terorisme (DPT). Dialog pencegahan terorisme dijalankan melalui sebuah kelompok diskusi yang sengaja dibentuk oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang ada di provinsi. Kelompok diskusi terdiri dari sejumlah orang dari berbagai kalangan yang secara rutin melakukan dialog dan diskusi, untuk membicarakan berbagai persoalan radikalisme dan terorisme baik pada tataran pemahaman maupun perilaku. Melalui dialog ini diharapkan akan terjadi proses berbagi pemikiran dan pengalaman di antara para peserta diskusi, tentang pemahaman radikalisme dan terorisme. Tujuan akhirnya supaya para peserta memiliki pemahaman yang lebih positif dan konstruktif dalam mensikapi berbagai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kondusif terhadap terciptanya kehidupan yang adil, damai dan sejahtera. Dialog pencegahan terorisme ini dilaksanakan oleh FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan terorisme) yang ada di berbagai propinsi. Pada tahun 2014 ini direncanakan ada 10 FKPT yang akan membentuk dan melaksanakan program ini. Untuk FKPT Provinsi DKI Jakarta, akan dilaksanaka 2 Kelompok. Kelompok I dilaksanakan untuk Tahap 1 di Hotel Sriwijaya Tanggal 27 Agustus Dan Kelompok II Tahap 1 dilaksanakan di Hotel Maharadja, Jl. Kapten Tendean Jakarta Selatan pada Tanggal 11 September Kelompok 1 Tahap II dilaksanakan di Hotel Sriwijaya Jakarta tanggal 16 September 2014 dan Kelompok 1 tahap II dilaksanakan di Hotel Maharadja Jakarta Selatan tanggal 18 September Laporan ini menyajikan kegiatan Dialog Pencegahan Terorisme untuk Kelompok 1 Tahap II di Provinsi DKI Jakarta. Page 4

5 B. MAKSUD DAN TUJUAN Dialog Pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini dimaksudkan untuk menjadi forum dialogis dalam mendapatkan masukan dan formulasi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal Sehingga secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal; 2. Membentuk jejaring masyarakat yang terdiri dari para tokoh yang kredibel dan terpercaya oleh masyarakat dalam menjelaskan definisi dan pencegahan terorisme; 3. Merealisasikan Program Nasional Pencegahan Terorisme secara khusus di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal. C. RUANG LINGKUP Dialog pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini merupakan suatu Dialog yang diikuti oleh Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama yang dipandang memiliki kapasitas untuk ikut merumuskan strategi pencegahan terorisme serta mengimplementasikan dalam masyarakat Jakarta. Materi pada dialog ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang diterbitkan oleh BNPT RI. Page 5

6 BAB II PELAKSANAN KEGIATAN A. NAMA KEGIATAN untuk Kelompok 1 Tahap II. B. MAKSUD DAN TUJUAN Pada untuk Kelompok 1 tahap II ini dimaksudkan untuk saling mengenal antara peserta, membangun kepercayaan untuk berinteraksi dan menyepakati hal hal yang dapat di tindaklajuti pada dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan. Secara khusus Untuk Kelompok 1 tahap II ini pembahasan dilakukan pada sessi 1 dengan membahas Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Sejarah, Peta, jejaring dan pergerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia, Berbagai peristiwa kejahatan terorisme di Indonesia, Para pelaku dan tokoh di balik terorisme, Factor penyebab terorisme di Indonesia. Kemudian pada sessi 2 yakni Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah terkait dengan radikalisme dan terorisme, Solusi terorisme di Indonesia: langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan. C. PESERTA/ANGGOTA Peserta terdiri dari 20 orang terdiri dari unsur Ormas Keagamaan, Ormas Kepemudaan, Aktivis Dakwah, aktivis buruh dan FKPT Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Biodata terlampir. D. WAKTU DAN TEMPAT Hotel Sriwijaya, Jl. Veteran No. 1. Jakarta Pusat Selasa, 16 September 2014 E. JADWAL KEGIATAN Pembukaan MC : 09:15 11:30 Sessi 1 Nara Sumber : Kholid Novianto 11:30 12:30 ISHOMA 12:30 14:45 Sessi 2 Nara Sumber : Syarifien Maloko FKPT Provinsi DKI Jakarta Page 6

7 14:45 15:00 Penutup F. NARA SUMBER/FASILITATOR Nara Sumber 1 : Kholid Novianto Nara Sumber 2 : Syarifien Maloko (FKPT Provinsi DKI Jakarta) G. MATERI Diskusi Pemateri ke: Sessi 2 1 Kholid Novianto 2 Syarifien Maloko Pokok dan Subpokok Bahasan Strategi *) Radikalisme dan terorisme di Indonesia a. Sejarah b. Peta, jejaring dan pergerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia c. Berbagai peristiwa kejahatan terorisme di Indonesia d. Para pelaku dan tokoh di balik terorisme. e. Factor penyebab terorisme di Indonesia. f. Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah terkait dengan radikalisme dan terorisme. g. Solusi terorisme di Indonesia: langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan. Paparan, Tanya jawab, diskusi, simulasi/role playing, foto/video H. METODE/STRATEGI Paparan, Tanya jawab, diskusi, simulasi/role playing, foto/video.fasilitator memberikan Isu terhadap definisi Radikal, Ekstrem dan Teroris untuk diisi oleh peserta terhadap definisi, faktor pemicu dan stategi pencegahannya. Definisi dan faktor pemicu yang ditulis oleh peserta kemudian dibahas dan selanjutnya diperkaya oleh Narasumber dalam paparan dan diskusi. I. MEDIA DAN BAHAN AJAR Laptop, Projector dan Bahan Paparan Multimedia. Bahan ajar mengacu pada Silabus yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang di terbitkan oleh BNPT RI. Page 7

8 J. EVALUASI 1. PESERTA : Peserta mewakili unsur FKUB, aktivis Buruh, LPPTKA, BKPRMI, PEMUDA PANCASILA, FBR, ICMI, tokoh pendidik dan FKPT DKI Jakarta. Meski memiliki perbedaan pemahaman tentang bagaimana terorisme terjadi, namun peserta menyepakati tentang perlunya menghindari kejahatan kemanusiaan dalam terorisme. Keberagaman pemahaman tentang gerakan islam penting dibahas. 2. NARA SUMBER : Narasumber memaparkan tentang materi sesuai target, sessi 1 dengan membahas Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Sejarah, Peta, jejaring dan pergerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia, Berbagai peristiwa kejahatan terorisme di Indonesia, Para pelaku dan tokoh di balik terorisme, Factor penyebab terorisme di Indonesia. Kemudian pada sessi 2 yakni Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah terkait dengan radikalisme dan terorisme, Solusi terorisme di Indonesia: langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan. 3. FASILITATOR : Untuk meningkatkan partisipasi dan ketertarikan peserta pada materi yang dipaparkan nara sumber, Fasilitator membuat role playing terdapat materi dalam bentuk interaksi tertulis terhadap definisi, dan seterusnya. Ini dapat menghidupkan suasana dan menjadikan diskusi mengerucut pada target sesuai pedoman. 4. BAHAN / MATERI : Dengan didasari pada kegiatan tahap 1, Kegiatan di tahap 2 ini lebih sesuai dengan target dan meningkatknya partisipasi peserta dalam diskusi. K. HAMBATAN/KENDALA Kemacetan yang sulit diprediksi menjadikan peserta banyak yang terlambat mengikuti acara tersebut. Sehingga memaksa fasilitator menutup keterlambatan peserta untuk tetap dapat mengikuti materi dengan memberikan bahan dan catatan diskusi kepada peserta. L. FAKTOR PENDUKUNG Anggaran : adanya dukungan dana dari BNPT RI dalam Kegiatan Dialog ini Sumber Daya Manusia : Adanya FKPT Provinsi DKI Jakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta Masyarakat : Dukungan masyarakat untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan oleh teroris. Page 8

9 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL-HASIL YANG DIPEROLEH Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah salah satunya untuk Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal, maka kemudian mengacu pada target materi sebagaimana dimaksud dalam pedoman, pada Kelompok 1 tahap II ini adalah Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Sejarah, Peta, jejaring dan pergerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia, Berbagai peristiwa kejahatan terorisme di Indonesia, Para pelaku dan tokoh di balik terorisme, Factor penyebab terorisme di Indonesia. Kemudian Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah terkait dengan radikalisme dan terorisme, Solusi terorisme di Indonesia: langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan. Dalam paparannya Kholid Novianto menyampaikan tentang munculnya radikalisme dari sebuah gagasan, maka kemudian dikemukakan oleh Kholid Gagasan radikal klasikyang menjadi embrio hampir di seluruh gerakan radikal dimulai oleh S Sayyid Quthb dari buku Maalim Fi Thariq. Buku ini kemudian mengilhami berbagai gerakan Islam di sejumlah negara. Gagasan radikalisme di Indonesia diantaranya adalah berdirinya gerakan NII dan Jamaah Islamiyah. Menurut Kholid Novanto Para alumnus Afgan yang telah belajar ilmu askary [militer]. Lebih jauh mereka juga belajar pendalaman ideologi yang baru yang kelak dikenal dengan sebutan faham salafy jihadi. Dari ajaran ini mereka memahami makna satusatunya dari ibadah jihad adalah qital fisabilillah (berperang di jalan Allah). [Proyek] terorisme di Indonesia seperti Bom Bali itu praktis dilakukan Hambali [generasi ke empat alumnus Afgan], tanpa keterlibatan Jamaah islamiah Indonesia. karena secara gagasan JI tidak sepaham dengan aksi Hambali. Namun kemudian ji dituduh dengan ulah hambali sebagai pelindung terorisme di indoensia. Banyak tokoh JI yang terpojokkan dengan aksi hambali ini. Pasca kasus bom yang banyak terjadi di Indonesia, pemerintah makin represif terhadap para Alumnus Afgan. Sikap represif ini bukan hanya dari pemerintah namun juga dari ormas islam sendiri. Karena Sikap pemerintah dan ormas islam yang represif itu justru Page 9

10 mereka [alumnus Afgan]. Membentuk organisasi kelompok sakit hati/ tersingkir. Tujuannya organisasi ini adalah melawan pemerintah thogut. Memperkaya peserta dengan paparan pada sessi 2 yang disampaikan oleh Syarifien Maloko dengan mengemukakan bahwa Jihad wajib terorisme adalah haram. Pemahaman kosakata radikalisme juga perlu diluruskan, tidak memaksakan tafsir sendiri dan mengklaim bahwa dialah yang paling benar. Ayat yang sering digelintirkan oleh kaum radikal adalah Surah Ali Imran ayat 104 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104) Ayat inilah yang sering pelintir oleh kaum radikal untuk membenarkan tindakannya. Islam sesunguhnya berkembang tidak dengan kekerasan. Ini yang harus di pahami oleh Negara dan Ummat Islam. Selanjutnya Syarifien yang juga pernah dipenjara pada kasus Tanjung Priok mengemukakan bahwa Kasus tanjung Priok tidaklah sederhana, Negara begitu tertutup dengan fakta. Bahkan cenderung memanipulasi data yang ada. Narsum khawatir ini akan menjadi cikal bakal radikalisme berikutnya. Pemerintah Dalam hal ini Selanjutnya narasumber meminta dan menawarkan solusi dari masalah diatas dan poin pentingnya adalah Reedukasi. Reedukasi yang dimaksud narsum adalah pendidikan sejarah secara jujur, tidak dimanipulasi. Reedukasi ini harus terporgram, terstruktur yang melibatkan seluruh potensi terutama pemerintah secara terkoordinir. B. PEMBAHASAN Dalam diskusi yang dilakukan atas paparan atau bahan simulasi yang disampaikan, beberapa peserta masih belum menyepakati bahwa radikal terorisme itu berasal dari kelompok islam saja, faktanya banyak sekali kelompok diluar islam yang melakukan tindakan teror. Meski apa yang disampaikan Khalid Novianto adalah sebuah hasil riset, namun stigmatisasi teroris hanya pada kelompok islam dapat mencederai perasaan ummat islam dan sangat kontra produktif untuk upaya pencegahan. Untuk itulah kemudian Syarifien Maloko memaparkan pentingnya tafsir yang tidak dimonopoli oleh satu pemikiran, namun lebih pada ijtima para ulama. Penafsiran Page 10

11 tentangnya perintah jihad dan haramnya teror merupakan langkah tepat untuk menghentikan pemahaman yang mengarah pada radikal terorisme. C. TINDAK LANJUT Akan dilakukan pertemuan pada 4 kali mendatang dengan peserta yang tetap dan dengan materi sesuai target materi yang digariskan pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme. Page 11

12 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Meskipun hasil penelitian yang dilakukan oleh nara sumber bahwa ada sekelompok golongan islam yang terlibat pada terorisme, namun tidak dapat disimpulkan terorisme berasal dari kelompok islam saja, terorisme juga ada pada keompok agama lain; 2. Peserta mengharapkan kajian yang bersifat menyeluruh terhadap munculnya kelompok radikal terorisme dari kalangan umat islam tanpa kesan stigmatisasi terhadap kelompok pergerakan ummat islam, karena faktnya terorisme juga terjadi pada kelompok umat non islam; 3. Peserta menyepakati pentingnya dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan untuk menghasilkan suatu rekomendasi strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal; B. SARAN/REKOMENDASI 1. Agar Narasumber dapat lebih membangun bentuk dialogis guna menggali pemikiran bagi pencegahan terorisme tanpa melukai dengan adanya istilah Islam Teroris. 2. Perlunya data yang akurat untuk dapat menjelaskan tentang fakta fakta sejarah dan kelompok yang menghendaki tindakan teroris. Page 12

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai

Lebih terperinci

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

8.15 Pengamat Sosial -Prof Tajjudin Nur Effendi-

8.15 Pengamat Sosial -Prof Tajjudin Nur Effendi- Sahabat MQ/ Tepat hari Jum at yang lalu bangsa Insdonesia dikehutkan oleh ledakan di dua hotel bertarap internasional JW. Marriot dan Ritz Carlton/ yang notabene kedua hotel itu pusatnya di AS// Berbagai

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh masyarakat yang ada di dunia ini sebenarnya mendambakan dan membutuhkan kedamaian, kecukupan dan kemakmuran. Namun, seringkali yang diperoleh adalah sebaliknya,

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). TAHUN ANGGARAN 2017

RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME SATGAS PENCEGAHAN RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). BULAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia dewasa ini. Bukan sekedar aksi teror semata, namun pada kenyataannya tindak

Lebih terperinci

Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia

Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia LSI DENNY JA November 2015 Mayoritas Publik Khawatir Terorisme Merembet ke Indonesia Aksi terorisme yang terjadi di Paris, Perancis, 13 November

Lebih terperinci

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA 1 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Kondisi Dimana Antar Umat Beragama

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Mam MAKALAH ISLAM Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI 5 Agustus 2014 Makalah Islam Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Fuad Nasar (Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan) Islamic

Lebih terperinci

PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10

PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10 PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10 TERM OF REFERENCE PENGAWASAN KEIMIGRASIAN DALAM PENGENDALIAN RADIKALISME DAN TERORISME LATAR BELAKANG Radikalisme dan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Reflekasi Islam Terhadap Globalisasi Era globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against

I. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity), serta merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara karena terorisme sudah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,

Lebih terperinci

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath-

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath- Sahabat MQ/ tragedi bom yang menimpa 2 hotel asing dikuningan jakarta telah berlalu/ namun hingga kini gaungnya belum berhenti// Dari anggapan awal bahwa aksi bom tersbebut terkait mengenai upaya sabotase

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke : LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan BAB V KESIMPULAN Ulama merupakan salah satu entitas yang penting dalam dinamika politik di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan pemerintah atau kerajaan dan mengkafirkan

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN AGAMA BAGI PELAJAR DI WILAYAH PANTURA BAGIAN TIMUR JAWA TENGAH Oleh : M. Saekan Muchith (Penggagas Tassamuh.com)

PEMAHAMAN AGAMA BAGI PELAJAR DI WILAYAH PANTURA BAGIAN TIMUR JAWA TENGAH Oleh : M. Saekan Muchith (Penggagas Tassamuh.com) Paparan hasil Survey Pelajar di Wilayah Pantura PEMAHAMAN AGAMA BAGI PELAJAR DI WILAYAH PANTURA BAGIAN TIMUR JAWA TENGAH Oleh : M. Saekan Muchith (Penggagas Tassamuh.com) A. Pendahuluan Pelajar yang menjadi

Lebih terperinci

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke : LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme I. PARA PEMOHON 1. Umar Abduh; 2. Haris Rusly; 3. John Helmi Mempi; 4. Hartsa Mashirul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama, BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peran FKPT, pencegahan dan kebijakan pengaturannya.

Kata Kunci : Peran FKPT, pencegahan dan kebijakan pengaturannya. LEGITIMASI PERAN FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT) DALAM PENCEGAHAN TERORISME DAN KEBIJAKAN PENGATURANNYA Oleh : Dr.Retno Mawarini Sukmariningsih.,SH.,MHum Abstrak Pembentukan FKPT merupakan

Lebih terperinci

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta?

Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta? Bagaimana agar intoleransi tak berlanjut sesudah pilkada DKI Jakarta? 19 November 2017 Hak atas fotoed WRAY/GETTY IMAGES)Image captionsejumlah demonstrasi dilakukan menentang salah satu pasangan calon

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013, DI JI-EXPO KEMAYORAN,

Lebih terperinci

SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014

SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014 SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme menjadi tema utama dalam wacana global selain demokrasi dan perekonomian dunia. Sehingga menimbulkan berbagai pernyataan variatif dari berbagai elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak pidana yang sangat serius ditangani oleh pemerintah,bahkan oleh dunia internasional. Aksi terorisme yang terjadi selalu menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat berpindah dengan cepat dari satu tempat ketempat lain dan dari kemajuan zaman tersebut dapat mempengaruhi proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara historis masuknya Islam di Indonesia dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara historis masuknya Islam di Indonesia dengan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara historis masuknya Islam di Indonesia dengan sangat damai dan toleransi seperti apa yang diajarkan oleh para wali melalui budaya lokal dan dapat hidup

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah pendidikan pancasila Dosen: Drs. Tahajudin Sudibyo DISUSUN OLEH: Nama : NIKA NUR ANINDA Nim : 11.11.5142 Kelompok

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak

BAB VII KESIMPULAN. dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak 302 BAB VII KESIMPULAN 7.1. Kesimpulan Kemajemukan (pluralitas) etnis, bahasa, budaya dan agama yang tumbuh dan berkembang di Kota Singkawang merupakan suatu fakta sosiologis yang tak terbantahkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat dari aksi-aksi teror yang terjadi dewasa ini seolah-olah memberi gambaran bahwa kejahatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA KERJA 2018 BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 Rencana Kerja Tahun 2018 Badan Kesbangpol Prov. Kalsel 1 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah

Lebih terperinci

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku l Edisi 012, Maret 2012, Edisi 012, Maret 2012 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? Rizal Panggabean 1 Edisi 012, Maret 2012 Informasi Buku: Charles Kurzman, The Missing Martyrs;

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama. (Koran Tempo,

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIALOG PELIBATAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME T. A.

RENCANA KEGIATAN DIALOG PELIBATAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME T. A. RENCANA KEGIATAN DIALOG PELIBATAN LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME T. A. 2017 1. Latar Belakang Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3 Tahun 2008 NOMOR : KEP-033/A/JA/6/2008 NOMOR : 199 Tahun 2008 TENTANG PERINGATAN DAN PERINTAH KEPADA

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME UMUM Sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris

Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris Saleem Achia, Aktivis Hizbut Tahrir Inggris Buku Defeating the New Caliphate menyerukan kepada orang Kristen dan Yahudi untuk bersama-sama membendung tegaknya khilafah. Seruan itu bukan basi-basi, tapi

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong umatnya untuk berbuat kebaikan dan mengajak orang lain agar menjadi insan yang baik. Implikasi dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat santri merupakan salah satu kelompok yang sangat penting dalam umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat pesantren,

Lebih terperinci

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:

Jakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat: Jakarta, 6 Agustus 2008 Kepada Yang Terhormat: 1. Gubernur 2. Kepala Kejaksaan Tinggi 3. Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi 4. Bupati/Walikota Di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN BERSAMA SEKRETARIS

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online KEBIJAKAN NEGARA NON PENAL DALAM MENGATASI MASALAH TERORISME Oleh : Yuristyawan Pambudi Wicaksana * Naskah diterima: 24 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 Akhir-akhir ini marak terjadi aksi-aksi

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME A. Persamaan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Pidana Islam Mengenai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada 189 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada beberapa pertanyaan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat

Lebih terperinci