BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
|
|
- Djaja Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai pusat bisnis penting di wilayah Asia Tenggara. Karena fungsinya yang strategis sekaligus kompleks itulah, Jakarta menjadi melting pot berbagai kelompok kepentingan dari berbagai daerah, juga dari berbagai negara. Bila diibaratkan, Jakarta itu seperti jaring laba-laba ditengah tumpukan jerami. Ada pola keteraturan sebagaimana jaring laba-laba dibangun, tetapi ia seringkali terbiaskan karena berada di lingkungan yang kusut. Secara administratif, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yakni: Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Secara geografis, Jakarta di sebelah utara dibatasi oleh pantai sepanjang 35 km di laut Jawa, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di batas selatan dan timur ada Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.Sedangkan di batas barat terdapat Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. 1 Dari segi demografis, Jakarta dihuni penduduk sekitar 8,50 juta jiwa pada tahun 2002, sedangkan tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan pada tahun 2011 mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002 mencapai penduduk per km2, tahun 2006 mencapai penduduk per km2 dan saat ini mencapai penduduk per km2.laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun sebesar 2,42 persen per tahun, menurun pada periode dengan laju 0,16 persen. Pada periode , laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun. 2 Sebagai kota metropolitan dan pusat pemerintahan, Jakarta dihuni oleh berbagai suku, etnis dan agama. Masyarakat DKI Jakarta merupakan miniatur Indonesia yang majemuk (heterogen) dari aspek agama dan kepercayaan, etnis (suku), budaya, ekonomi dan sebagainya. Dari aspek agama dan kepercayaan, menunjukkan bahwa semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia, ada di DKI Jakarta. Islam menjadi agama mayoritas dengan berbagai kelompok kepentingan yang berbeda dengan cara pandang yang 1 diakses pada 28 Agustus diakses pada 28 Agustus 2013.
2 berbeda. Perbedaan inilah, yang juga melatari cara pandang masing-masing dalam merespon kebijakan pemerintah pusat dan terhadap eksistensi kelompok non Muslim di Jakarta. Keberadaan wilayah DKI Jakarta menjadi sangat penting dalam kaitan dengan penelitian tentang radikalisme dan terorisme. Hal ini didasari oleh fakta bahwa Jakarta memiliki karakteristik yang unik baik ditinjau dari sisi pemerintahan, bisnis, maupun social budaya dan politik. Jakarta merupakan melting pot berbagai kelompok kepentingan. Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas politik. Jakarta juga merupakan tempat berbaurnya semua latar etnis, budaya dan agama. Di sisi lain, Jakarta juga merupakan panggung dan sasaran strategis terjadinya perilaku radikalisme dan terorisme. Pemahaman radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat masih harus terus diwaspadai secara serius. Munculnya berbagai tindakan kekerasan yang dilatari oleh berbagai sebab, mengindikasikan masih suburnya pemahaman radilakalisme. Tindakan kekerasan oleh sekelompok orang kepada kelompok lain yang dianggap tidak sepaham adalah salah satu indikasi dari pemahaman radikalisme. Indikasi-indikasi radikalisme lainnya yang dapat kita lihat di masyarakat di antaranya adalah tindakan main hakim sendiri oleh seseorang maupun sekelompok orang, tindakan anarkis dalam mensikapi dan merespon perbedaan serta tindakan anarkis dalam menyatakan pendapat. Radikalisme adalah semua bentuk tindakan kekerasan (anarkis) yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam merespon perbedaan dan/atau upaya untuk mencapai tujuan. Ketika suatu tindakan anarkis sudah pada tingkatan yang berat dan dapat memberikan situasi teror secara masal dan mengarah kepada persoalan ideologi, maka isunya sudah beranjak kepada perilaku terorisme. Cirinya sama yaitu tindakan kekerasan, tetapi motifnya lebih didasari oleh upaya untuk memperjuangkan ideologi. Oleh karena itu tindakan radikal yang mengarah kepada terorisme dikenal dengan sebutan radikal-terorisms. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2002 yang kemudian ditetapkan melalui UU no. 15 tahun 2013, terorisme adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. Dalam 15 tahun terakhir ini, perkembangan gerakan terorisme cukup merisaukan pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat. Ada beberapa peristiwa bom yang signifikan telah terjadi di Jakarta, yakni: 1. Peristiwa bom hotel J.W Marriot pada tahun Page 2
3 2. Peristiwa bom kedutaan Australia pada tahun Serangan bom secara simultan di J.W Marriot dan Ritz Carlton pada tahun Banyak factor yang diduga menjadi penyebab munculnya perilaku radikalisme dan terorisme. Secara umum ada 3 isu utama yang sering dikaitkan dengan terjadinya perilaku radikalisme. Pertama, persoalan-persoalan yang terkait dengan isu internasional seperti ketidak adilan terhadap Negara palestina, kekerasan terhadap penduduk Rohingya, dominasi ekonomi dan politik oleh Negara-negara maju, dan berbagai fakta ketidakadilan lainnya pada tataran gobal. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakpuasan, kebencian dan balas dendam yang diekpresikan dalam bentuk tindakan terror. Kedua, isu-isu nasional, di antaranya menyangkut penetapan dasar Negara, system politik, hukum nasional, dan berbagai isu-isu nasional lainnya. Ketiga, isu ideology agama, yakni adanya upaya untuk memperjuangkan dan memaksakan pemberlakukan ideology agama dengan cara kekerasan. Perbedaan paham dan ideology adalah sesuatu yang dibolehkan. Bahkan termasuk upaya di dalam memperjuangkan paham itu sendiri. Akan tetapi, ketika upaya perjuangan itu dilakukan secara paksa dan kekerasan dengan mengabaikan aturan yang berlaku, maka di situlah esensi radikalisme dan terorisme. Ideology agama merupakan salah satu isu penting yang perlu dicermati terkait dengan perilaku radikalisme. Pemahaman ideology agama yang sempit dan radikal-ekstrim sering menjadi penyebab munculnya perilaku terorisme. Pemahaman seperti ini ada pada semua agama dan biasanya dimiliki oleh sekelompok kecil dari penganut agama tersebut. Kecenderungan seperti ini terjadi di berbagai tempat dan Negara, termasuk Indonesia. Dalam bukunya berjudul dinamika baru jejaring terror di Indonesia (2014: 15), Asyaad Mbai menyatakan bahwa tipe trorisme di Indonesia adalah terorisme yang dimotivasi oleh agama (religiously motivated). Dari sejumlah kasus terorisme yang terungkap di Indonesia, diketahui bahwa para pelakunya adalah penganut ideology agama yang radikal-ekstrim dan memperjuangkan ideologinya dengan cara kekerasan. Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa perilaku radikal-terorisme berkaitan erat dengan masalah pemahaman sebagai faktor pemicunya. Dengan kata lain, pemahaman yang salah akan menghasilkan tindakan yang salah. Pemahaman yang ektrim-radikal akan menghasilkan tindakan radikal. Tindakan radikal-terorisme merupakan hasil dari adanya pemahaman yang radikal-terorisme. Semakin ekstrim-radikal pemahaman seseorang tentang suatu ideology, semakin tinggi kemungkinanannya untuk melakukan tindakan radikalisme. Pemahaman adalah wilayah kognitif, sedangkan tindakan adalah domain perilaku (behaviour). Page 3
4 Berangkat dari kondisi tersebut, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghadapi perilaku radikal-terorisme. Pertama, penindakan oleh aparat penegak hukum kepada pelaku terorisme. Upaya ini perlu dilakukan secara tegas supaya ada efek jera bagi para pelaku. Kedua, upaya pencegahan perilaku radikal-terorisme melalui penanaman pemahaman anti radikalisme dan anti terorisme. Pendekatan ini lebih focus kepada upaya untuk membangun suatu pemikiran atau pemahaman yang positif di kalangan masyarakat, sehingga lebih toleran dan konstruktif dalam mensikapi perbedaan. Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) mempunyai misi utama untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap terjadinya perilaku terorisme. Salah satu upaya yang dianggap penting dan strategi adalah menangkis berbagai pemahaman radikalterorisme yang berkembang di masyarakat serta mencoba menumbuhkan pemahaman yang anti radikal-terorisme. Tujuannya supaya secara bertahap terjadi proses deradikalime di kalangan masyarakat baik pada tataran pemahaman maupun perilaku. Untuk mencapai misi tersebut, BNPT mencanangkan sebuah program yang disebut Dialog pencegahan terorisme (DPT). Dialog pencegahan terorisme dijalankan melalui sebuah kelompok diskusi yang sengaja dibentuk oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang ada di provinsi. Kelompok diskusi terdiri dari sejumlah orang dari berbagai kalangan yang secara rutin melakukan dialog dan diskusi, untuk membicarakan berbagai persoalan radikalisme dan terorisme baik pada tataran pemahaman maupun perilaku. Melalui dialog ini diharapkan akan terjadi proses berbagi pemikiran dan pengalaman di antara para peserta diskusi, tentang pemahaman radikalisme dan terorisme. Tujuan akhirnya supaya para peserta memiliki pemahaman yang lebih positif dan konstruktif dalam mensikapi berbagai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kondusif terhadap terciptanya kehidupan yang adil, damai dan sejahtera. Dialog pencegahan terorisme ini akan dilaksanakan oleh dan di FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan terorisme) yang ada di berbagai propinsi. Pada tahun 2014 ini direncanakan ada 10 FKPT yang akan membentuk dan melaksanakan program ini. Untuk FKPT Provinsi DKI Jakarta, akan dilaksanaka 2 Kelompok. Kelompok I dilaksanakan untuk Tahap 1 di Hotel Sriwijaya Tanggal 27 Agustus B. MAKSUD DAN TUJUAN Dialog Pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini dimaksudkan untuk menjadi forum dialogis dalam mendapatkan masukan dan formulasi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal Sehingga secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk : Page 4
5 1. Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal; 2. Membentuk jejaring masyarakat yang terdiri dari para tokoh yang kredibel dan terpercaya oleh masyarakat dalam menjelaskan definisi dan pencegahan terorisme; 3. Merealisasikan Program Nasional Pencegahan Terorisme secara khusus di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal. C. RUANG LINGKUP Dialog pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini merupakan suatu Dialog yang diikuti oleh Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama yang dipandang memiliki kapasitas untuk ikut merumuskan strategi pencegahan terorisme serta mengimplementasikan dalam masyarakat Jakarta. Materi pada dialog ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang diterbitkan oleh BNPT RI. Page 5
6 BAB II PELAKSANAN KEGIATAN A. NAMA KEGIATAN untuk Kelompok I Tahap 1. B. MAKSUD DAN TUJUAN Pada untuk Kelompok I tahap 1 ini dimaksudkan untuk saling mengenal antara peserta, membangun kepercayaan untuk berinteraksi dan menyepakati hal hal yang dapat di tindaklajuti pada dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan. Secara khusus Untuk Kelompok 1 Tahap 1 ini pembahasan dilakukan pada Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional), Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Factorfaktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme dan Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme. C. PESERTA/ANGGOTA Peserta terdiri dari 20 orang terdiri dari unsur Ormas Keagamaan, Ormas Kepemudaan, Aktivis Dakwah Buruh dan FKPT Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Biodata terlampir. D. WAKTU DAN TEMPAT Hotel Sriwijaya, Jl. Veteran No. 1. Jakarta Pusat Rabu, 27 Agustus 2014 E. JADWAL KEGIATAN Pembukaan MC : 09:05 09:15 Doa Dipimpin Oleh : Mahmudin, S.Ag 09:15 09:35 Sambutan dan Pembukaan Acara Oleh : Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi DKI Jakarta (FKPT) : Drs. Zainal Musappa, MM 09:35 09:45 Coffe Break 09:45-11:30 Sessi 1 Nara Sumber : Mayjend TNI Agus Suryabakti (Deputi 1 BNPT bidang Pencegaha) Moderator : Ramdansyah Page 6
7 11:30 12:30 ISHOMA 12:30 14:45 Sessi 2 Nara Sumber : KH. Syarifien Maloko, SH, M.Si Ketua Bidang Dakwah FKPT Provinsi DKI Jakarta Moderator : Agus Riyanto 14:45 15:00 Penutup F. NARA SUMBER/FASILITATOR Nara Sumber 1 : Mayjend TNI Agus Suryabakti (Deputi 1 BNPT RI) Nara Sumber 2 : KH. Syarifien Maloko, SH, M.Si (FKPT Provinsi DKI Jakarta) G. MATERI Diskusi ke: 1 Sessi. Pokok dan Subpokok Bahasan Wakt u Strate Evaluasi Konsep dasar radikalisme dan 5 jam Lembar 1. terorisme: pengama Mayjend a. Pengertian radikalisme, tan TNI Agus ekstrimisme, dan terorisme Suryabakti b. Sejarah radikalisme dan trorisme c. Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional) 2 d. Radikalisme dan terorisme di Syarifien Indonesia Maloko e. Factor-faktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme. f. Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme H. METODE/STRATEGI Paparan, Tanya jawab, diskusi, simulasi/role playing, foto/video.fasilitator memberikan Isu terhadap definisi Radikal, Ekstrem dan Teroris untuk diisi oleh peserta terhadap definisi, faktor pemicu dan stategi pencegahannya. Definisi dan faktor pemicu yang ditulis oleh peserta kemudian dibahas dan selanjutnya diperkaya oleh Narasumber dalam paparan dan diskusi. Page 7
8 I. MEDIA DAN BAHAN AJAR Laptop, Projector dan Bahan Paparan Multimedia. Bahan ajar mengacu pada Silabus yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang di terbitkan oleh BNPT RI. J. EVALUASI 1. PESERTA : Peserta mewakili unsur kepemudaan, tokoh buruh, tokoh pendidik dan FKPT DKI Jakarta. Meski memiliki perbedaan pemahaman tentang bagaimana terorisme terjadi, namun peserta menyepakati tentang perlunya menghindari kejahatan kemanusiaan dalam terorisme. Keberagaman pemahaman tentang gerakan islam penting dibahas. 2. NARA SUMBER : Narasumber memaparkan tentang materi sesuai target, untuk sessi 1 Nara sumber tidak mengacu pada materi sesuai pedoman sehingga tidak fokus pada Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional). Untuk itu dalam pertemuan mendatang diperlukan adanya diskusi target pencapaian materi. 3. FASILITATOR : Untuk menghindari kesalahan pada sessi 1, Fasilitator membuat role playing terdapat materi dalam bentuk interaksi tertulis terhadap definisi, dan seterusnya. Ini dapat menghidupkan suasana dan menjadikan diskusi mengerucut pada target sesuai pedoman. 4. BAHAN / MATERI : Kurang kesiapan dari nasa sumber untuk memberikan materi yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Dialog. Sehingg sangat minim refensi tertulisnya. K. HAMBATAN/KENDALA Keterbatasan data dari BNPT terhadap calon peserta yang dalam catatan radikal, mantan teroris dan tokoh yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman radikal teroris. Kondisi ini diantisipasi oleh FKPT DKI Jakarta dengan mengundang tokoh yang dalam pemahaman FKPT DKI memiliki kapasistas dan relevansi dalam forum Dialog Pencegahan Terorisme di Provinsi DKI Jakarta. Page 8
9 Dari sisi nara sumber sangat sedikit refensi nara sumber yang memiliki kapasitas dalam menjelaskan anatomi terorisme dan pola pergerakannya. L. FAKTOR PENDUKUNG Anggaran : adanya dukungan dana dari BNPT RI dalam Kegiatan Dialog ini Sumber Daya Manusia : Adanya FKPT Provinsi DKI Jakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta Masyarakat : Dukungan masyarakat untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan oleh teroris. Page 9
10 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL-HASIL YANG DIPEROLEH Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah salah satunya untuk Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal, maka kemudian mengacu pada target materi sebagaimana dimaksud dalam pedoman, pada Kelompok II Tahap 1 ini adalah kesepahaman mengenai Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional), Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Factor-faktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme dan Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme. Untuk menyepakati pengertian Radikalisme, Ekstrimisme dan Terorisme, fasilitator menyampaikan kepada peserta untuk menyampaikan agar peserta menyampaikan pengertian radikalisme. Oleh peserta radikalisme di definisikan sebagai berikut (setelah dikelompokkan) : 1. Suatu Pemahaman yang sangat frontal 2. Kegiatan yang menjurus pada kekerasan 3. Kelompok Bawah 4. Pemahaman yang disampaikan dengan kekeraran untuk melukai orang lain 5. Gerakan untuk perubahan secara frontal 6. Gerakan mencapai tujuan dengan kekerasan. Ekstrimise didefinisikan oleh peserta sebagai (setelah dikelompokkan) 1. Tindakan yang meresahkan 2. Gerakan yang memaksa orang lain mengikuti ajakannya 3. Kegiatan yang mengancam orang lain 4. Pemahaman yang saklek, tanpa kompromi 5. Sikap yang memonopoli suatu pemahaman dengan menafikkan pendapat orang lain Page 10
11 Terorisme didefinisikan oleh peserta sebagai (setelah dikelompokkan) : 1. Orang / Sekelompok orang yang melakukan tindakan intimidasi untuk kepentingan politik. 2. Tindakan mengancam orang lain baik dari sisi nyawa, harta ataupun kedudukan 3. Tindakan menakut nakuti orang lain agar resah Dalam paparannya Mayjend Agus Suryabakti menjelaskan tentang definsi terorime menurut UU No.15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan situasi teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-oyek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. Gerakan teroris saat ini dapat diidentifikasi telah terjadi Infiltrasi faham radikal terorisme melalui Rumah Ibadah, Lembaga Pendidikan Keagamaan, Kampus dan Sekolah serta seluruh bidang kehidupan masyarakat, secara Konvensional, Klandestin dan Digital. Meraka memiliki Sistem Perekrutan dan Regenerasi kelompok Terorisme, dan Masih terdapat pandangan keagamaan yang sempit, lemahnya semangat kebangsaan, dan budaya Indonesia, serta ketidakpedulian masyarakat, sehingga diperlukan upaya pembinaan dan pencegahan terorisme belum terintegrasi dan komprehensif. Memperkaya peserta dengan paparan pada sessi 2 yang disampaikan oleh KH. HM. Syarifien Maloko, SH, MSI tentang makna Jihad. Pengertian Jihad Lughawi (bahasa) -Mengerahkan kemampuan dan tenaga yang ada baik dengan perkataan dan perbuatan ( Kamus AL Muhith Fairuz Abadi ). -Mengerahkan semua kemampuan untuk meraih tujuan ( tafsir An Naysaburi ) -Bersungguh-sungguh ( kamus Idris AL Marbawi ). Syar ie -Adalah upaya mengerahkan segala kekuatan baik langsung maupun tidak langsung ( biamwaalikum waanfusikum ) pada jalan ALLAH. Dalam perspektif seperti yang demikian inilah, Jihad yang diperintahkan dalam islam adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketentuan agama.ajaran Islam bertujuan merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat manusia (Universal) baik Page 11
12 individu, masyarakat baik individu, masyarakat atau individu dan masyarakat.dan oleh karena itu Jihad harus dilaksanakan dengan memperhatikan / menjaga nilai-nilai kemanusiaan sehingga terpeliharanya kemuliaan manusia sebagaimana yang menjadi tujuan utama dalam Islam. Jihad adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mewujudkan kemuliaan Islam.Penggunaan cara atau jalan harus menjamin tercapainya kemuliaan tujuan.dan inilah Jihad yang diakui ALLAH dan diperintahkannya bagi tuntunan serta bimbingan sehingga terjamin untuk mendapat tuntunan dan bimbingan ALLAH bagi tercapainya tujuan. QS,29:69 (Dan orang orang yang berjihad dijalan KAMI pasti KAMI akan tuntun mereka untuk selalu di jalan KAMI.Sesungguhnya ALLAH selalu bersama dengan orangorang yang baik ). QS.5:35 (Dan berjihadlah kamu sekalian dijalan ALLAH agar kamu beruntung.) Karakteristik Jihad Memperbaiki / Membangun Menciptakan Kemaslahatan / Ketentraman Menggunakan Aturan Aturan Umum. Setiap Muslim berkewajiban melaksanakan Jihad dengan ketentuan-ketentuan diatas dan menghindarkan diri dari pemahaman dan cara pelaksanaan Jihad yang merusak, menakutkan dan apalagi menghancurkan. Islam sangat keras melarang perbuatan merusak dengan alasan dan tujuan apapun...(janganlah berbuat kerusakan karena sesungguhnya ALLAH tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan). QS,28:77 Jihad tidak identik dengan kekerasan sebaliknya sikap tegas dan keras dalam ketaatan beragama adalah perintah agama terlebih dalam situasi / kondisi tertentu yang mengharuskannya.betapapun demikian sikap memelihara atau tidak menyakiti musuh yang sudah kalah dan menyerah (dalam suatu peperangan), tidak menyakiti wanita dan anak-anak serta tidak merusak tanaman dan ternak musuh tetap diperintahkan dalam Islam.Perang atau berperang di jalan ALLAH hanya dilakukan untuk membalas serangan yang dilancarkan oleh lawan dan itupun hanya diberlakukan secara berimbang / setimpal, tidak melampaui batas. ( QS,2:190 ). Setiap perbuatan / tindak kekerasan, ancaman kekerasan, merusak dan mematikan manusia dengan bom atau senjata apapun untuk dan atas nama islam adalah tidak benar Page 12
13 karena beretentangan dengan prinsip-prinsip dan tujuan Syariat Islam.Sebuah perbuatan yang sangat mencederai Islam sebagai agama yang cinta damai. Kemudian pengertian Terorisme. Terorisme berasal dari bahasa Perancis (terrorisme) yang kata kerjanya : Terrere (bahasa latin) yang berarti to cause to tremble menyebabkan menggigil gemetar.istilah Terorisme berkait erat dengan Reign of Terror ( ) suatu periode paling kelam dalam sejarah Revolusi Perancis ( ). Terorisme adalah pemerintahan melalui intimidasi. Secara umum Terorisme adalah suatu kebijakan yang diarahkan untuk menyerang melalui teror terhadap orang-orang yang melawan kebijakan tersebut. Reign of Teror ditandai dengan gelombang pembantaian, penculikan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap musuh negara. Dalam perkembangan selanjutnya kata Terorisme mulai mengalami perubahan yang kemudian bermuara pada dua pengertian utama yaitu tindak kekerasan dan ancaman kekerasan Berdasarkan Undang-Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objekobjek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional. Terorisme hari ini menjadi isu Global.Ia telah menjadi proyek BARAT dan Konspirasi Global dalam mempertahankan pengaruhnya (Hegemoni Global). Penjajah tak pernah benar-benar bermaksud memerdekakan Negeri jajahannya. Watak Terorisme Global merampok, membinasakan dengan segala bentuk kekerasan dan atau ancaman kekerasan tanpa peduli pada norma apapun seperti yang dipertontonkan oleh BARAT pada Negara-Negara berkembang termasuk Indonesia.Yang demikian ini menjadi faktor Eksternal Bagi Tumbuhnya rasa benci dan dendam kelompok teroris baru.sedang yang menjadi faktor Internalnya adalah masalah ketidakadilan, kesenjangan sosial yang memicu kecemburuan sosial. Karakteristik Terorisme Merusak / Menghancurkan Menciptakan Ketakutan / Ketidakamanan Menggunakan Aturan Sendiri (Semaunya). Page 13
14 Islam adalah agama yang sangat melarang keras untuk semua perbuatan yang merusak dan menyatakan perang terhadap segala bentuk kekerasan dan kedzaliman karena sebagai perbuatan yang melampaui batas.oleh karena itu Terorisme bukan hanya melanggar peraturan perundang-undangan Negara, tapi lebih dari itu sebuah tindakan yang dilarang keras / diharamkan dalam Islam. B. PEMBAHASAN Dalam diskusi yang dilakukan atas paparan atau bahan simulasi yang disampaikan, beberapa peserta menyepakati definisi Terorisme sebagaimana dimaksud pada Undang- Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional. Menyangkut penyebab, fasilitator menyampaikan agar peserta mengisi apa penyebab terorisme. Didapat pendapat dari peserta sebagai berikut : 1. Penyebab terorisme adalah ketiadaan akses dalam mencapai upaya politik 2. Menyampaikan pesan faham / idelologi kelompok agar didengar 3. Persoalan pribadi seperti sakit hati, bisnis atau cari perhatian 4. Ingin membuat ketidak nyamanan masyarakat yang dengan kondisi itu mendapatkan suatu keuntungan bagi kelompoknya. Peserta menyepakati suatu pembahasan yang mendalam tentang pengertian, akar persoalan, dan solusi pencegahan terorisme dalam 5 pertemuan mendatang. C. TINDAK LANJUT Akan dilakukan pertemuan pada 5 kali mendatang dengan peserta yang tetap dan dengan materi sesuai target materi yang digariskan pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme. Page 14
15 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Definisi Terorisme Menurut Undang-Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional; 2. Peserta menyepakati pentingnya dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan untuk menghasilkan suatu rekomendasi strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal; B. SARAN/REKOMENDASI 1. Agar Narasumber lebih memahami target materi setiap pertemuan / sessi perlu diberikan penjelasan mengenai target materi baik lisan maupun tertulis mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Terorisme. 2. Perlunya database narasumber yang memiliki kapasitas untuk menjadi nara sumber pada setiap sessi sesuai target materi. 3. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh BNPT RI tidak semata mata masalah administrasi juga menyangkut tercapainya target materi. Page 15
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa
REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat
Lebih terperinciBAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,
Lebih terperinciCEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI
CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 hingga bom yang meledak di JW Marriott dan Ritz- Carlton Jumat pagi
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan
Lebih terperinciBAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME
BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian dunia dewasa ini. Bukan sekedar aksi teror semata, namun pada kenyataannya tindak
Lebih terperinciLEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciTahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :
LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok kelas menengah ke bawah, lebih banyak didorong oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh masyarakat yang ada di dunia ini sebenarnya mendambakan dan membutuhkan kedamaian, kecukupan dan kemakmuran. Namun, seringkali yang diperoleh adalah sebaliknya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). TAHUN ANGGARAN 2017
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME SATGAS PENCEGAHAN RENCANA KEGIATAN PELIBATAN KOMUNITAS SENI BUDAYA DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT). BULAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (Crime Against Humanity), serta merupakan ancaman serius terhadap kedaulatan setiap negara karena terorisme sudah merupakan
Lebih terperinciPeristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3 Tahun 2008 NOMOR : KEP-033/A/JA/6/2008 NOMOR : 199 Tahun 2008 TENTANG PERINGATAN DAN PERINTAH KEPADA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-396/E/6/1994 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) expl Perihal : Pasal-pasal yang dapat disangkakan terhadap para pelaku tindak pidana dalam kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut
Lebih terperinciPANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10
PANITIA SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UNNES KE-10 TERM OF REFERENCE PENGAWASAN KEIMIGRASIAN DALAM PENGENDALIAN RADIKALISME DAN TERORISME LATAR BELAKANG Radikalisme dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja
Lebih terperinciBAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME
BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME A. Persamaan Hukuman Pelaku Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Positif dan Pidana Islam Mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme merupakan suatu tindak pidana yang sangat serius ditangani oleh pemerintah,bahkan oleh dunia internasional. Aksi terorisme yang terjadi selalu menimbulkan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME UMUM Sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG
Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme I. PARA PEMOHON 1. Umar Abduh; 2. Haris Rusly; 3. John Helmi Mempi; 4. Hartsa Mashirul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara Hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan ketiga. Hal ini berarti bahwa di dalam negara Republik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,
Lebih terperinciMemutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin
Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan zaman yang semakin pesat membuat orang dapat berpindah dengan cepat dari satu tempat ketempat lain dan dari kemajuan zaman tersebut dapat mempengaruhi proses
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,
Lebih terperinciPIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003
PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2003 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, MENJADI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001
PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013
Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Modul ke: Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Reflekasi Islam Terhadap Globalisasi Era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang
1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani
Lebih terperinciPEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA
PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA 1 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Kondisi Dimana Antar Umat Beragama
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013, DI JI-EXPO KEMAYORAN,
Lebih terperinciPANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 10TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur
Modul ke: PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA Fakultas 10TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Korupsi Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara
Lebih terperinciBercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia
Dipresentasikan pada The Indonesian Forum seri 3 The Indonesian Institute. Kamis, 3 Maret 2011 Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Ir.
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciJakarta, 6 Agustus Kepada Yang Terhormat:
Jakarta, 6 Agustus 2008 Kepada Yang Terhormat: 1. Gubernur 2. Kepala Kejaksaan Tinggi 3. Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi 4. Bupati/Walikota Di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN BERSAMA SEKRETARIS
Lebih terperinciTahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :
LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terorisme adalah kata dengan beragam interpretasi yang paling banyak diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat dari aksi-aksi teror yang terjadi dewasa ini seolah-olah memberi gambaran bahwa kejahatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan terhadap saksi pada saat ini memang sangat mendesak untuk dapat diwujudkan di setiap jenjang pemeriksaan pada kasus-kasus yang dianggap memerlukan perhatian
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciHUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *
HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika
Lebih terperinciCetakan 1, Januari 2016
DERADIKALISASI NUSANTARA Perang Semesta Berbasis Kearifan Lokal Melawan Radikalisasi dan Terorisme Copyright 2016 by Agus SB All rights reserved Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Desain Isi dan Sampul:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi sosial masyarakat yang memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara
Lebih terperinciANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA
ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
NOMOR 2 TAHUN 2002 PEMBERLAKUAN NOMOR 1 TAHUN 2002 PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME, PADA PERISTIWA PELEDAKAN BOM DI BALI TANGGAL 12 OKTOBER 2002 Menimbang : Mengingat : Menetapkan : PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam penelitian ini penulis memilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama. (Koran Tempo,
Lebih terperinciSAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN DIRJEN KESBANGPOL DISAMPAIKAN PADA FORUM KOMUNIKASI DAN KOORDINASI PENANGANAN FAHAM RADIKAL WILAYAH BARAT TAHUN 2014 SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA
Lebih terperinciBAB II ORGANISASI PENCEGAHAN TERORISME (BNPT DAN TPB UNODC) 2.1 Peraturan Perundang-Undangan tentang Terorisme di Indonesia
BAB II ORGANISASI PENCEGAHAN TERORISME (BNPT DAN TPB UNODC) Sebelum lebih jauh membahas interaksi kerjasama serta hasil yang didapat dari sebuah kerjasama antara dua unit pencegahan terorisme, dalam hal
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN PEMBERDAYAAN PEMUDA DAN PEREMPUAN DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT) TAHUN ANGGARAN 2017
RENCANA KEGIATAN PEMBERDAYAAN PEMUDA DAN PEREMPUAN DALAM PENCEGAHAN TERORISME MELALUI FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME (FKPT) TAHUN ANGGARAN 2017 I. LATAR BELAKANG Dengan banyaknya kelompok radikal
Lebih terperinci8.15 Pengamat Sosial -Prof Tajjudin Nur Effendi-
Sahabat MQ/ Tepat hari Jum at yang lalu bangsa Insdonesia dikehutkan oleh ledakan di dua hotel bertarap internasional JW. Marriot dan Ritz Carlton/ yang notabene kedua hotel itu pusatnya di AS// Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperincid. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang mengalami proses pembangunan. Proses pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial positif yaitu
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciLAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL
LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL Studi ini bertujuan meneliti penyebab dan dampak konflik antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,
Lebih terperinci