GEOLOGI DAN PEMINERALAN URANIUM SEKTOR BUBU, KALIMANTAN BARA T. Oleh : Bambang Soetopo, Yanu Wusana
|
|
- Siska Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN GEOLOGI DAN PEMINERALAN URANIUM SEKTOR BUBU, KALIMANTAN BARA T (P2BGGN/PGN- TPBGN/P/03/2005) Oleh : Bambang Soetopo, Yanu Wusana ABSTRAK GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR BUBU KALIMANT AN BARA T. Sektor Bubu adalah salah satu sektor potensial terdapatnya mineralisasi U di Kalan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui geologi dan pemineralan U Sektor bubu. Secara umum geologi Sektor Bubu terdiri dari kuarsit, filit, sekis yang merupakan bagian bawah Cekungan Kalan. Sesar yang berkembang adalah berupa sesar mendatar sinistral yang berarah NE - SW, NNW - SSE dan sesar mendatar dekstral berarah NW - SE dan sesar normal NE - SW. Pemineralan U mengisi fraktur berarah NE - SW dan ESE - WNW berupa urat yang kadang-kadang menipis (lcnsis) tebal milimetrik - sentimetrik. Pemineralan U berupa uraninit, yang berasosiasi dengan turmalin, biotit, kuarsa, pirit, molibdenit, magnetit, pirhotit, feldspar, radioaktivitas cis. Proses pembentukan pemineralan U berkaitan dengan proses magmatik. Kata kunci : Geologi, minerlisasi U, Bubu. ABSTRACT GEOLOGY AND U MINERALIZATION OF BUBU SECTOR, WEST KALIMANT AN. Bubu sector is one of the most uranium mineralization at Kalan. Goal of this study is to understand the geology and uranium mineralization of Bubu sector. In general geology of Bubu sector which consists of quartzite, fillite, schist which is bottom part of Kalan Basin. The prominent fault are NE- SW, NNW - SSE sinistral fault, NW - SE dextral fault and NE - SW normal faults. U mineralization fills in the area space between minerals and also as the vein that fill in the fracture system NE - SW and ESE - WNW direction. thickness of the mineralization is milimetric to centimetric. Uranium minerals are uraninite, it associated with feldspar, tourmaline, biotite, quartz, pyrite, pyrrhotite, magnetite, molybdenite. Radiometric value is in the range of to cis. U mineralization process is connected with magmatic intrution of process. Key word: Geology, U mineralization, Bubu. 74 PUSA T PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BA T AN
2 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil penelitian terdahulu baik yang dilakukan oleh Tim Prospeksi Tim Prospeksi Sistematik 1986, 1994, menunjukkan bahwa sektor Bubu merupakan daerah yang prospek. Sektor tersebut merupakan bagian seri atas (upper serie) dari Cekungan Kalan. Dalam pene1itian tersebut dilakukan pengamatan yang menyangkut baik geologi, struktur dan keberadan pemineralan U serta prospeknya. Dari kegiatan studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan geo1ogi dan pemineralan U sektor Bubu secara keseluruhan dan komprehensip. Secara geologi sektor Bubu batuannya terdiri dari kuarsit mikro biotit, batutanduk biotit, batutanduk, kuarsit muskovit, filit, sekis mika. Pemineralan U berupa uraninit berasosiasi dengan mineral sulfida, turmalin, kuarsa, hematit, rutil. dengan radiometri cis. Tujuan Mendapatkan pengetahuan geo1ogi dan pemineralan U sektor serta sintesis secara keseluruhan dan komprehensip. Lokasi Kajian Secara administratif lokasi Sektor Bubu terletak Desa Nangatai Kecamatan Ella Illir, Nanga Pinoh, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat (Gambar 1). METODE KERJA 1. Mengkaji hasi1 penelitian geologi Sektor Bubu yang menyangkut aspek litologi, struktur dan peminera1an U. 2. Mengkaji hasi1 penelitian geo1ogi bawah permukaan Sektor Bubu dengan metode geofisika. PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 75
3 KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELlTlAN TABUN 2005 ISBN N o..., KM, \ LOKAS PENELITIAN II MALA YStA KALIMANTAN Gambar 1. Peta Lokasi Sektor Bubu Kalimantan Barat HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi Regional Secara regional Cekungan Kalan adalah cekungan sedimenter yang terdiri dari sedimen Permokarbon berbutir kasar - halus yang termetamorfose tingkat rendah [IJ. Menurut CEA - BATAN, 1977, secara litologi Cekungan Kalan dibagi menjadi tiga seri, yaitu seri bawah (Lower serie), seri tengah (intermediet serie) dan seri atas (upper serie) (Gambar 2). 76 PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN
4 KUMPULAN LAPORAN HASlL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN Serie bawah meliputi sektor Dendang Arai, Tanah Merah, Jumbang I, Jumbang II, Jumbang III dan Prembang Kanan yang dicirikan batuan berbutir kasar dengan terdapat terobosan terobosan granit sepanjang perlapisan. Sedangkan sektor Rabau termasuk seri Tengah ("Intermediate serie") yang dicirikan batuan kuarsit yang berukuran kasar - sedang. Sedang Sektor Remaja, Lemajung Sarana, Amir Engkala dan Rirang termasuk serie atas atau " upper serie " yang dicirikan berselingan batuan volkanik dan sedimen pada beberapa tempat mengandung material karbon [2]. PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 77
5 KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TABUN 2005 ISBN I,ll',',': I 1 J " ~,.{,1,.'_'(,' o L f 2km PET A GEOLOGI CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN SARA T KETERANGAN BATUAN METAMORFOSA,MA- M"IaarglHt f.\ MP V-",,:!!! Melapellt Zona Favorabel U (Melalanau selang-seling melapelil seklstosanl ~ Balulanduk "A! SK ="'$J a :MSA Amfibollt Sekis Melalanau Kuarsil Metalanau andalusit BATUAN BEKU II1II Granlt Tonalit ~ Sesar,(/ Sungai J.;.\.r' Gambar 2. Peta Geologi regional Cekungan Kalan Kalimantan (Menurut Ngadenin, dkk. 2005) [21 78 PUSA T PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BA T AN
6 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN t;.....>-- '-1' '~-~ ~....Iir t Sf "1.,- '., '.'.lli t! II ili! ~ Meta agilite from Bukit Biru Volcanic unit of Amir Engkala type - Volcanism,especially ignimbrite and cinerite - Alternate metapelite and metasilt - Fracture shistocity Volcano Sedimentary unit of Upper Kalan type - Metapelite intercalated of meta silt - Fracture schistocity - Green Schist facies - metamorphism (andalusite) Quarzite of Rabau ± 800 m.:~:~< + 't -t- - T and silimanite) - Granitod injection along statification Tonalitic intrusion with contact metamorphism Volcano Sedimentary of Lower seris type - Alternate metapelite, metasilt, and rhyodacite - Chrystallophyllitic schistocity - Amphibolite facies - metamorphism (cordierite Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Kalan Kalimantan Barat [2] PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 79
7 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN S Geologi Daerah Bubu Litologi Litologi Sektor Bubu terdiri dari kuarsit mikro biotit, batutanduk biotit, batutanduk, kuarsit muskovit, filit, sekis mika dan terobosan tonalit [3] Menurut M. Nurdin, dkk litologi tersebut disederhanakan menjadi kuarsit sekis dan fillit (Gambar 3). Batuan terse but bertekstur granoblastik, lepidoblastik, ukuran 0,03 mm - 1 mm, Komposisi mineral berupa kuarsa, serisit, klorit, biotit. epidot, turmalin, mineral opak, monasit, zirkon dan oksida besi. Batuan tersebut kadang-kadang telah mengalami alterasi berupa silifikasi dan sebagian biotit berpleokroik halo berintikan zirkon dan monasit. Sebagian batuan tersebut memperlihatkan zona alterasi dengan inti hematit, pada tepi bidang mineralisasi teralterasi berupa hematisasi dengan ketebalan centimetrik 14]. Dengan dijumpainya mineral penciri kuarsa, serisit, kordierit, andalusit, epidot, biotit, klorit, plagioklas dan berkembang struktur sekistositas, maka batuan metamorf tersebut merupakan batuan metamorf regional yang termasuk fasies albit epidot hornfels dengan metamorf tingkat rendah [5]. Struktur Geologi Struktur geologi yang berkembang adalah Stratifikasi merupakan struktur sisa dari lapisan batuan sedimen yang termetamorfose. Struktur tersebut terlihat pada batuan meta pelit, mikro kuarsit muskovit. Secara umum berarah timur laut, barat daya terukur N35 E - 700E, kemiringan sub vertikal ke arah selatan dan kadang-kadang ke arah utara. Foliasi merupakan struktur batuan metamorf yang terjadi akibat tektonik yang dicirikan adanya penjajaran mineral pipih. Struktur tersebut berkembang intensif pada batuan filit dan sekis denganjurus NE - SW kemiringan ke arah utara terukur Sesar yang terdapat pada daerah penelitian berupa sesar mendatar sinistral yang berarah NE - SW, NNW - SSE dan sesar mendatar dekstral berarah NW - SE dan sesar normal NE - SW. 80 PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN
8 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2()()5 ISBN u -75 M D~.. IZfu] # KETERANGAN Sekls FIlii D Kuarsll IIIII!II RS 6. Sesar mendatar normal TR 152 c:::j Zona Favorabel ~ Kupasan anomali Radloak~vitas Sungal Rencana Titik Bor 1 Gambar 3. Peta Geo1ogi Sektor Bubu Kalimantan Barat (Modifikasi M. Nurdin,dkk 1994/1995) [4] PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 81
9 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN Radioaktivitas Radioaktivitas dan Pemineralan U batuan Pengukuran radioaktivitas batuan di sektor Bubu yang tidak termineralisasi seperti dalam tabel 1 Tabel 1. Pengukuran radioaktivitas batuan Kuarsit Tonalit Filit Batutanduk Sekis biotit mika Nama mikro biotit batuan biotit Radiometri (cis) cis cis cis No Manto W, dkk 1986 Anomali radioaktivitas berkisar antara 250 cis cis terdapat pada bidang pemineralan U yang berasosiasi dengan kuarsa, turmalin, biotit, pirit, pirhotit, magnetit, hematit, oksida besi. Pemineralan U tersebut terdapat pada litologi kuarsit mikro biotit, batutanduk dan filit. Radioaktivitas Soil Akibat proses eksogen mengakibatkan unsur-unsur U yang terdapat dalam retas terlepas dan terdispersi pada soil di permukaan yang mengakibatkan nilai radiometri soil tinggi baik menggunakan SPP2NF maupun dengan pengukuran radon. Hasil pengukuran radioaktivitas soil pada sektor Bubu memperlihatkan pola penyebarannya berarah NW - SE. 82 PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN
10 KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TABUN 2005 ISBN Pemineralan U Zona Favorabel Batuan favorable adalah batuan yang karena sifat-sifat dan dapat mengandung dan atau ditemukan gejala mineralisasi U. Batuan favorable di Sektor Bubu terdiri dari Kuarsit, sekis dan filit Penyebaran batuan favorable secara umum berarah NE - SW miring ke selatan, secara mikroskopis batuan tersebut berkomposisi kuarsa, kordierit, biotit, muskovit,, serisit, turmalin, zircon, monasit dengan radioaktivitas cis. Kedapatan pemineralan U Pemineralan U yang terdapat pada daerah penelitian berupa urat I retas tebal milimetrik - centimetrik yang dikontrol oleh litologi kuarsit, filit dan sekis mengisi bidang fraktur [4]. Hasil pemodelan magnet didapat tubuh konduktivitas pada kedalaman lebih kurang 3 m, lebar zona 25 m dan tebal 25 m dengan kemiringan keselatan. Pemodelan magnet tersebut mempunyai kesamaan dengan terdapatnya anomali terimbas dan pengamatan tektonik. Kedapatan bidang - bidang mineralisasi mengikuti bukaan tektonik dari kelompok fraktur NE - SW dan ESE - WNW, kemiringan sub vertikal [4]. Dengan mempelajari karakter dan asosiasi mineral yang dijumpai, mineral radioaktif berupa uraninit berasosiasi dengan magnetit, turmalin, pirhotit, molibdenit, pirit, kuarsa, biotit dan feldspar yang keberadaannya mengisi bidang fraktur dengan arah N E I 75 (TR 152 & 152 BIS), N E/800 (TRI95), N E/65-70 (TR 453) dan N 110 E/65 (TR 456) dengan ketebalan berkisar antara 1 cm - 50 cm, radiometri berkisar antara 250 cis cis (Tabel 2). PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLlR-BATAN 83
11 KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN ar Tabel2. Pemineralan U pada Kupasan Sektor Bubu Ano KupasanLitologi oksida pirhotit, besi, kuarsa, Breksiasi biotit, BB 152 Fraktur RadiometriAsosiasi 22Kmb 195 Bis 130 pirit, Filit Bt Kuarsa, Molibdenit, biotit, magnetit, turmalin, Keterangan pirit, mineral fraktur Breksiasi N Fraktur turmalin, pirit 3250E/ Anomali turmalin molibdenit, 0 N E/ pirit, u 0 E/65 E/83 20 E/ Pembentukan pemineralan U Mineral uranium berupa uraninit berasosiasi pirit, pirhotit, kuarsa, magnetit, molibdenit, turmalin, kuarsa dan biotit. Dari indikasi terdapatnya asosiasi mineral magnetit, turmalin, pirhotit, molibdenit, pirit, kuarsa, biotit, terdapatnya urat kuarsa felspatik, terobosan tonal it dan silisifikasi tersebut menunjukkan bahwa pemineralan U terbentuk pada fase pegmatikpneumatolitik [6]. Menurut Antony fase pegmatikpneumatolitik pada temperatur C [7]. Dengan terdapatnya terobosan tonalit yang kedapatannya sebagai urat mengakibatkan mineralisasi uranium termobilisasi dan terakumulasi pada fraktur. Batuan tonalit tersebut merupakan bagian dari granit sukadana yang berumur Kapur Akhir [8]. Fase magmatik terse but berkaitan erat dengan sumber magma dalam yang berumur Kapur Akhir (91-80 juta tahun) [9]. 84 PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN
12 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN Potensi Pengembangannya Berdasarkan kedapatan pemineralan U pada Sektor Bubu mengisi bidang fraktur NE-SW dan ESE - WNW yang berbentuk urat dengan ketebalan millimetrik-sentimetrik. Secara geografis Sektor Bubu terletak bagian utara dari Cekungan Kalan, berdasarkan kedapatan pemineralan U dengan arah NE - SW dan NW - SE yang umum terdapat pada bagian seri bawah dari Cekungan Kalan serta terdapatnya urat-urat tonalit. Dari indikasi tersebut Sektor Bubu identik dengan seri bawah dari Cekungan Kalan. Secara mikroskopis pemineralan U berupa uraninit, yang berasosiasi dengan mineral pirit, pirhotit, molibdenit, magnetit, turmalin, biotit dan terdapat urat kuarsa serta silisifikasi. Dari asoslasl mineral dan terdapatnya urat kuarsa serta terdapatnya terobosan tonalit menunjukkan bahwa pemineralan U terbentuk pada fase magmatis yang berkaitan erat dengan sumber magma granit sukadana. Dari indikasi asosiasi mineral, kedapatan mineralisasi dan urat - urat kuarsa memperkuat dugaan pembentukan pemineralan U berdekatan dengan gran it Sukadana sebagai proses pegmatik pneumatolitik yang identik dengan seri bawah dari Cekungan Kalan sehingga untuk pengembangan selanjutnya perlu dilakukan pemboran eksplorasi untuk mengetahui penyebaran kearah vertikal. Kronologi Geologi Sektor Bubu Kronologi pembentukan geologi dan mineralisasi uranium Sektor Bubu diawali dengan pembentukan batuan metasedimen (kuarsit mikro biotit, batutanduk, batutanduk biotit, kuarsit muskovit, filit, sekis) yang berumur Permo Karbon. Di Pegunungan Schwaner pada Kapur Awal terjadi intrusi granotoid/tonalit yang mengintrusi batuan Permo Karbon, akibat intrusi tersebut terbentuk struktur roof pendant. Pada Kapur Tengah terjadi proses tektonik yang membentuk struktur dengan arah N E dan N E (Kalan). Pada Kapur Akhir (91-80 juta tahun) terjadi intrusi batuan granit yang mengandung unsur mineralisasi uranium yang kaya akan kadar elemen Th, U, Cu, Nb, Mn, W diduga sebagai granit Sukadana (2).Akibat proses hidrotermal mengakibatkan terbentuknya urat - urat kuarsa felspatik, kalsit. Sedang unsur U yang terdapat dalam mineral biotit pada batuan metasedimen akan termobilisasi dan terakumulasi dalam bidang fraktur sebagai urat berarah NE - SW dan ESE - WNW. PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 85
13 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN KESIMPULAN 1. Litologi daerah Bubu terdiri dari kuarsit, sekis dan filit dengan arah stratifikasi N E kemiringan sub vertikal kearah selatan, sedang sekistositi berkembang ke arah NE SW kemiringan ke arah utara terukur Pemineralan U mengisi bidang frakturasi yang sejajar dengan sekistositi berarah NE SW dan WNW - ESE dengan ketebalan 1 em - 50 em, berupa uraninit berasosiasi dengan magnetit, tunnalin, pirhotit, molibdenit, pirit, kuarsa, biotit dan feldspar. Dari indikasi asosiasi mineral dan terdapatnya urat kuarsa felpatik dan silisifikasi, maka pemineralan U diduga sebagai proses pegmatik pneumatolitik dengan temperatur pembentukan C. 3. Dari indikasi terdapatnya mineralisasi uranium yang mengisi fraktur dan breksiasi dan asosiasi mineral yang umum ditemukan di Cekungan Kalan (Seri bawah dari Cekungan Kalan) pengembangan selanjutnya perlu dilakukan pemboran eksplorasi untuk mengetahui penyebaran vertikal. DAFT AR PUST AKA 1. NGADENIN, DKK, Sintesis Geologi Dan Mineralisasi Uranium Cekungan Kalan Kalimantan Barat. 2. CEA - BATAN, Prospect to Develop Uranium Deposite in Kalimantan Volume II (1977). 3. MANTO WIDODO, All CAROKO, BUST AMI, SUGENG WALUYO, Laporan Akhir Tim Prospeksi Sistematik Sektor Bubu Kaliamantan Barat, M. NURDIN, LILIK SUBIY ANTORO, SOEBARJO, SUPARJO. AS, SUBRASTO DJ, lnventarisasi Sumberdaya U Sektor Bubu Tahapan Prospeksi Sistematik, Laporan Hasil Penelitian, Proyek Penguasan serta Pengembangan Eksplorasi Dan Penambangan Bahan Galian Nuklir, P2BGN - BATAN, 1994/ PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLrR-BATAN
14 KUMPULAN LAPORAN BASIL PENEL/T1AN TABUN 2005 IS BN WILLIAMS PR, JOHNSTON CR, ALMOND RA and Cooperation WH, late Cretaceous to early Tertiary Structrural elements of west Kalimantan, Tectonophysics, 1988, page PAUL RAMDOHR, The Ore Minerals and Their Intergrowths, Second edition in two volume, Pergamon Press, Oxfords New York, Toronto, Sydney, Paris, Frankufrt, ANTHONY M. EVANS" An Introduction to ore Geology Geoscience Tex to Volume 2, University of Leicester Elservier, New York, PIETER PE and SUPRIA TNA S, Peta Geologi Daerah Kalimantan Barat, Tengah, Timur. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi DEPT AMBEN bekerjasama dengan BMR Australia,1990, page PIETER PE and SANYOTO P, Geological Data Record Nangataman and Pontianak Quadrayles, West Kalimantan. Geological Research and Development Center, Indonesia in Cooperation With The Berau of Mineral Resources Australia, 1989, page 55. PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN 87
KALIMANTAN BARAT. (p2bggnrrpbgni /K/ ) GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR ONSOM - KA YU ARA
KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TAHUN 2003 ISBN.978-979-99141-2-5 GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR ONSOM - KA YU ARA KALIMANTAN BARAT (p2bggnrrpbgni /K/007 12003) Oleh : Bambang Soetopo ABSTRAK GEOLOGI
Lebih terperinciSTUDI MINERALOGI DAN PARAGENESIS PEMINERALAN URANIUM ill SEKTOR JUMBANG III KALIMANTAN BARAT. Bambang Sutopo, Soeprapto Tjokrokardono
STUDI MINERALOGI DAN PARAGENESIS PEMINERALAN URANIUM ill SEKTOR JUMBANG III KALIMANTAN BARAT Bambang Sutopo, Soeprapto Tjokrokardono Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir -BAT AN ABSTRACT STUDY OF MINERALOGY
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 91-102 GEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM DI SEKTOR SARANA KALAN, KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN DATA PEMBORAN Sartapa, I Gde Sukadana Pusat Pengembangan
Lebih terperinciKAJIAN ASPEK GEOLOGI DAN POTENSI MINERAL URANIUM DI KALIMANTAN BARAT UNTUK PERSIAPAN PLTN
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 15, Nomor 2, Desember 2013 KAJIAN ASPEK GEOLOGI DAN POTENSI MINERAL URANIUM DI KALIMANTAN BARAT UNTUK PERSIAPAN PLTN Hadi Suntoko*, Bambang Soetopo** *Pusat Pengembangan
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa
Lebih terperinciINTERPRETASI ANOMALI GEOMAGNETIK DAERAH RABAU HULU, KALAN
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016 INTERPRETASI ANOMALI GEOMAGNETIK DAERAH RABAU HULU, KALAN Dwi Haryanto, Adhika Junara Karunianto, Mirna Berliana Garwan Pusat
Lebih terperinciEVALUASI MODEL STRUKTUR GEOLOGI DAN POLA MINERALISASI URANIUM SEKTOR LEMAJUNG BARAT, CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT
EVALUASI MODEL STRUKTUR GEOLOGI DAN POLA MINERALISASI URANIUM SEKTOR LEMAJUNG BARAT, CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT ABSTRAK Ngadenin, Priyo Sularto Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir - BATAN EVALUASI
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72 KORELASI UNSUR ANTARA U DENGAN Co, Ni, Ag, Mo PADA BATUAN GRANIT DAN KUARSIT DI JUMBANG I, KALIMANTAN BARAT Priyo Sularto Pusat Pengembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah penyelidikan terletak di Desa Popai, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis daerah penyelidikan
Lebih terperinciSTUDI MIKROSKOPIS MINERALISASI URANIUM DAERAH MENTAWA KALIMANTAN TENGAH
Studi mikroskopis mineralisasi uranium daerah Mentawa... (Ir. Bambang Soetopo) STUDI MIKROSKOPIS MINERALISASI URANIUM DAERAH MENTAWA KALIMANTAN TENGAH Bambang Soetopo Pusat Pengembangan Geologi Nuklir,
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi
Lebih terperinciPEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBER DAYA URANIUM DI SEKTOR LEMBAH HITAM, KALAN, KALIMANTAN BARAT
Eksplorium p-issn 0854-1418 Volume 37 No. 1, Mei 2016: 1 12 e-issn 2503-426X PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBER DAYA URANIUM DI SEKTOR LEMBAH HITAM, KALAN, KALIMANTAN BARAT URANIUM RESOURCES MODELING AND ESTIMATION
Lebih terperinciCiri Litologi
Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi
Lebih terperinciINVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK
ISSN 1410-1998 Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril2000 INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan ini
Lebih terperinciBAB III ALTERASI HIDROTERMAL
BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan
Lebih terperinciMetamorfisme dan Lingkungan Pengendapan
3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras
Lebih terperinciBAB IV ALTERASI HIDROTERMAL
BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciEKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU
EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium
Lebih terperinciProses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan
Lebih terperinciGEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM KALAN, KALIMANTAN BARA T Model Termostratigrafi Mineralisasi Uranium
KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 GEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM KALAN, KALIMANTAN BARA T Model Termostratigrafi Mineralisasi Uranium (P2BGGN/PGNTPBGN/P 101/2005). Oleh
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral
Lebih terperinciSTUDI GEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM DARAB,KALIMANTANTENGAH ( P2BGGN/PGNTPBGN/KJ003/2003)
STUDI GEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM DARAB,KALIMANTANTENGAH ( P2BGGN/PGNTPBGN/KJ003/2003) Oleh: Soeprapto Tjokrokardono, Manto Widodo, Bambang Sutopo, Kumia Setyawan Widana ABSTRAK STUDI GEOLOGI DAN
Lebih terperinciBAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46
BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Endapan mineral Batu Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa bagian baratdaya merupakan endapan porfiri Cu-Au. Pulau Sumbawa
Lebih terperinciALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF MARMER
ALBUM PETROGRAFI BATUAN METAMORF Sayatan Tipis MARMER Deskripsi : Sampel ini adalah granular batuan metamorf menengah - grained didominasi oleh forsterit ( < 5 % vol ), serpentine ( 15 % ), kalsit ( 40
Lebih terperinciINTERPRETASI DEPOSIT URANIUM BERDASARKAN DATA TAHANAN JENIS DAN POLARISASI TERINDUKSI DI SEKTOR RABAU HULU
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 36 No. 2, November 2015: 97 108 INTERPRETASI DEPOSIT URANIUM BERDASARKAN DATA TAHANAN JENIS DAN POLARISASI TERINDUKSI DI SEKTOR RABAU HULU URANIUM DEPOSIT INTERPRETATION
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM
FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM No. Record : Judul Laporan : DATA UMUM Instansi Pelapor : Penyelidik : Penulis Laporan : Tahun Laporan : Sumber Data : Digital Hardcopy Provinsi : Kabupaten
Lebih terperinciINVENT ARISASI SEKTOR POTENSIAL U T ANAH MERAH
Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P27BDU dan P2BGN-BATAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 INVENT ARISASI SEKTOR POTENSIAL U T ANAH MERAH (LANJUTAN) KALIMANTAN ABSTRAK BARAT, TAHAPAN PROSPEKSI
Lebih terperinciproses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).
BATUAN METAMORF 1. Proses metamorfosis : proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). Proses isokimia 2. Macam-macam proses metamorfosis -Regional (dinamo-termal),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan
Lebih terperinciSTUDI GEOLOGI MINERALISASI U DI DAERAH MENTA W A DAN SEKIT ARNY A, KALIMANTAN TENGAH
KUMPULAN LAPORAN HASL PENELTAN TAHUN 2004 SBN.978-979-99141-2-5 STUD GEOLOG MNERALSAS U D DAERAH MENTA W A DAN SEKT ARNY A, KALMANTAN TENGAH (P2BGGN/PGN/TPBGN/P 103/2004) Oleh : Lilik Subiantoro, Ngadenin,
Lebih terperinciBAB III Perolehan dan Analisis Data
BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tembaga dan emas yang melimpah. Sebagian besar endapan tembaga dan emas ini terakumulasi pada daerah busur magmatik.
Lebih terperinciBAB IV UBAHAN HIDROTERMAL
BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan
Lebih terperinciBAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA
BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA 4.1 Tinjauan Umum Menurut kamus The Penguin Dictionary of Geology (1974 dalam Rusman dan Zulkifli, 1998), mineralisasi adalah proses introduksi (penetrasi atau akumulasi
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian geologi karena pada daerah ini banyak terdapat singkapan batuan yang terdiri atas berbagai
Lebih terperinciSINTESIS GEOLOGI MINERALISASI URANllJMSEKTOR TANAH MERAH DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT. (P2BGGN/EKSIKI0 14/2003)
KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2003 ISBN.978-979-99141-2-5 SINTESIS GEOLOGI MINERALISASI URANllJMSEKTOR TANAH MERAH DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT. (P2BGGN/EKSIKI0 14/2003) Oleh : Lilik Subiantoro,
Lebih terperinciINVENT ARISASI SUMBERDA Y A URANIUM SEKTOR ONSOM-INAU KALIMANTAN BARA T T AHAP AN PROSPEKSI SISTEMA TIK
ISSN 1410-1998 Prosiding Presentasi /lmiah Dour Bahan Bakar Nuklir PEnN-BArAN. Jakarta 18-19Maret 1996 INVENT ARISASI SUMBERDA Y A URANIUM SEKTOR ONSOM-INAU KALIMANTAN BARA T T AHAP AN PROSPEKSI SISTEMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang bergerak satu sama lain. Berdasarkan teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh
Lebih terperinciPROSPEKSI SISTEMA TIK DI SEKTOR II T ANAH MERAH KALIMANTAN DARA T DALAM RANGKA PENCARIAN ASAL DONGKAH MONAZ IT MENGANDUNG U
IYSN 141-1998 Proriding Prerentasi llmiah Dour Bahan Bakar NukUr PEBN-BATAN Jakarla /8-/9Maret /996 PROSPEKSI SISTEMA TIK DI SEKTOR II T ANAH MERAH KALIMANTAN DARA T DALAM RANGKA PENCARIAN ASAL DONGKAH
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Alterasi dan Endapan Hidrotermal Alterasi hidrotermal merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut
Lebih terperinciBAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian
Lebih terperinciBAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN 4.1. KONSEP DASAR EKSPLORASI Konsep eksplorasi adalah alur pemikiran yang sistimatis, dimana kita menentukan objek dari pencaharian itu atau jenis dan
Lebih terperinciLABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA
PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA: PETROGRAFI BATUAN ALTERASI Asisten Acara: 1... 2.... 3.... 4.... Nama Praktikan :... NIM :... Borang ini ditujukan kepada praktikan guna mempermudah pemahaman
Lebih terperinciBab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi
Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi II.1. Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang
Lebih terperinciPROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam S A R I Prospeksi mineral logam di Kabupaten
Lebih terperinciberukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.
berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan
Lebih terperinciBAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL
4.1 TEORI DASAR BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL Alterasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi perubahan kimia, mineral, dan tekstur karena berinteraksi dengan fluida cair panas (hidrotermal) yang dikontrol
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar
Lebih terperinci3. HASIL PENYELIDIKAN
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat
Lebih terperinciSTUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG
STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG Bambang Soetopo, Lilik Subiantoro, Dwi Haryanto Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN Kawasan PPTN Pasar Jum at, Jakarta Selatan ABSTRAK STUDI
Lebih terperinciPROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014 Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Morfologi Desa Meliah terdiri dari morfologi perbukitan bergelombang
Lebih terperinciBAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN
BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN 4.1 Tinjauan Umum Ubahan hidrotermal merupakan proses yang kompleks meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan
Lebih terperinciEksplorasi Umum Timah Hitam (Pb) Di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat
Dwi Nugroho Sunuhadi dan Syahya Sudarya Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Geologi daerah Tambangan, Jorong Petok, Nagari Panti, Kabupaten Pasaman mempunyai runtunan stratigrafi dari muda ke tua,
Lebih terperinciBAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU
BAB IV PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU 4.1 Pendahuluan Kata provenan berasal dari bahasa Perancis, provenir yang berarti asal muasal (Pettijohn et al., 1987 dalam Boggs, 1992). Dalam geologi, istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Timah merupakan salah satu mineral ekonomis yang sangat penting dan potensial di dunia karena mempunyai manfaat yang sangat melimpah. Timah banyak digunakan di bidang
Lebih terperinciFoto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)
Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40 STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DALAM BATUAN KUARTER DI DAERAH CERUCUK BELITUNG Bambang Soetopo, Lilik Subiantoro, Priyo Sularto, Dwi Haryanto
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat
Lebih terperinciBAB 2 TATANAN GEOLOGI
BAB 2 TATANAN GEOLOGI Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai Selatan, Sinjai Tengah, dan Sinjai Utara, dan temasuk dalam
Lebih terperinciFoto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama
Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).
Lebih terperinci(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.
` BAB IV ALTERASI HIDROTHERMAL 4.1 Pendahuluan Mineral alterasi hidrotermal terbentuk oleh adanya interaksi antara fluida panas dan batuan pada suatu sistem hidrotermal. Oleh karena itu, mineral alterasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN KAIMANA, PROVINSI IRIAN JAYA BARAT (PAPUA BARAT)
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN KAIMANA, PROVINSI IRIAN JAYA BARAT (PAPUA BARAT) Kisman 1 dan Bambang Nugroho Widi 1 1 Kelompok Program dan Penelitian Mineral SARI Daerah Kaimana merupakan salah
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 1-10
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 34 No. 1, Mei 2013: 1-10 GEOLOGI DAN POTENSI TERBENTUKNYA MINERALISASI URANIUM TIPE BATUPASIR DI DAERAH HATAPANG, SUMATERA UTARA Ngadenin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir
Lebih terperinciBAB V PENGOLAHAN DATA
BAB V PENGOLAHAN DATA Data yang didapatkan dari pengamatan detail inti bor meliputi pengamatan megakopis inti bor sepanjang 451 m, pengamatan petrografi (32 buah conto batuan), pengamatan mineragrafi (enam
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: 65-76
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 65-76 INVENTARISASI POTENSI SUMBER DAYA URANIUM DAERAH KAWAT, MAHAKAM HULU, KALIMANTAN TIMUR TAHAPAN PROSPEKSI DETIL Ngadenin, I Gde Sukadana,
Lebih terperinciEksplorium ISSN Volume 34 No. 2, November 2013:
Eksplorium ISSN 0854-1418 Volume 34 No. 2, November 2013: 111 120 GEOLOGI DAN POTENSI TERBENTUKNYA MINERALISASI URANIUM DI DAERAH HARAU, SUMATERA BARAT Ngadenin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Jl. Lebak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Karakteristik Batuan Beku dan Evolusi Magma di Daerah Ruwai, Pegunungan Schwaner, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah I.2 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tugas Akhir adalah mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,
Lebih terperinciCHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks
CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.
Lebih terperinciMINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH
MINERALISASI BIJIH BESI DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH Oleh : Abdul Rauf Prodi Teknik Pertambangan, FTM, UPN Veteran Yogyakarta Hp. 082138767660 Abdulrauf_nuke@yahoo.co.id. Abstrak S ebagai
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi
4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi Rembang yang ditunjukan oleh Gambar 2. Gambar 2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi
Lebih terperinciPENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah yang diduga memiliki potensi bahan galian bijih besi secara administratif terletak di Desa Aie Sunsang, Kecamatan Alahan Panjang, Kabupaten
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU 2014
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR PROVINSI MALUKU 2014 Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam S A R I Inventarisasi mineral logam di Kabupaten
Lebih terperinciBAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah
BAB V MINERALISASI 5.1. Mineralisasi di daerah Sontang Tengah Studi mineralisasi pada penelitian ini dibatasi hanya pada mineralisasi Sulfida masif dengan komposisi mineral galena, sfalerit, pirit, Ag
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi, dan disebut sistem porfiri karena tekstur porfiritik dari intrusi yang
Lebih terperinciBab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal
Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian
Lebih terperinciREKAMAN DATA LAPANGAN
REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF
A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur
Lebih terperinciKata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma
APLIKASI METODA GEOMAGNETIK DALAM MENENTUKAN POTENSI SUMBERDAYA BIJIH BESI DI DAERAH BUKIT BAKAR DAN ULU RABAU, KEC. LEMBAH GUMANTI, KAB. SOLOK, SUMATRA BARAT OLEH ALANDA IDRAL Kelompok Program Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif
Lebih terperinciSTUDI PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU, DAERAH NANGA KANTU, CEKUNGAN KETUNGAU, KALIMANTAN BARAT
LEMBAR PENGESAHAN STUDI PROVENAN BATUPASIR FORMASI KANTU, DAERAH NANGA KANTU, CEKUNGAN KETUNGAU, KALIMANTAN BARAT Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir sarjana strata satu pada Program
Lebih terperinciEVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN BIMA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Latar Belakang Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi Daerah Kabupaten instansi
Lebih terperinciSurvei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi
Lebih terperinciPENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Heru Sigit Purwanto Program Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta
Lebih terperinciUmur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)
Lebih terperinciPENYELIDIKAN MINERAL LOGAM DASAR DAN LOGAM BESI DAN PADUAN BESI DI DAERAH LELOGAMA KABUPATEN KUPANG (TIMOR BARAT) PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR S A R I
PENYELIDIKAN MINERAL LOGAM DASAR DAN LOGAM BESI DAN PADUAN BESI DI DAERAH LELOGAMA KABUPATEN KUPANG (TIMOR BARAT) PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : Franklin, Sahat Simanjuntak, Dwi Nugroho Sunuhadi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL
BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL 2.1. TINJAUAN UMUM Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi tiga mendala (propinsi) geologi, yang secara orogen bagian timur berumur lebih tua sedangkan bagian
Lebih terperinci