INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK"

Transkripsi

1 ISSN Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril2000 INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK ABSTRAK Widiyanta, Tugijo, Boman, Setya Darmono, Rahmat Iswanto, Agus Sutriyono Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir -BATAN INVENTARISASI SEKTOR POTENSIAL U MENTAWA KALIMANTAN TENGAH TAHAPAN PROSPEKSI SISTEMATIK. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi geologi, karakteristik mineralisasi U dan sebarannya di permukaan. Penelitian ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu berupa anomali radiometri singkapan ( cps) dengan kadar U 68, ,25 ppm. Metode penelitian yang dilakukan adalah pemetaan geologi dan studi kupasan, topografi, radiometri dan percontohan batuan. Oari hasil penelitian diketahui bahwa litologi penyusun daerah penelitian terdiri dari kelompok batuan malihan (kuarsit dan sekis) dan kelompok batuan beku (tonalit dan granit). Struktur geologi yang berkembang berupa sesar mendatar berarah NNW-SSE dan NE -SW. Mineralisasi U terorientasi WNW -ESE pad a litologi kuarsit yang dikontrol oleh struktur sekistositas. Mineral U berupa uraninit dan pikblende berasosiasi dengan turmalin, kuarsa, molibdenit, pirit, kalkopirit, ilmenit dan rutil. Kadar U pada singkapan batuan mencapai 3200 ppm. Zona favorabel membentuk jalur memanjang berarah WNW -ESE dengan sektor sumber daya U yang dianggap potensial seluas 0,3 Km2. ABSTRACT INVENTORY OF U POTENTIAL SECTOR AT MENTAWA CENTRAL KALIMANTAN SYSTEMATIC PROSPECTING STAGE. The investigation was canied out in order to get geological infonnation, characteristic of uranium mineralization and surface distribution of uranium mineralization. The investigation based on the fonner research which found some radiometric anomaly of outcrop ( cps) with uranium content ppm. The investigation was canied out using geological, topographic, radiometric mapping and rock sampling. The lithology of the sector consists of metamorphic rocks (quarsite and schist), and igneous rocks (tonalite and granite). The geologic structures are NNW-SSE and NE-SW strike slip faults. Uranium mineralizations are distributed in WNW -ESE as quarzite, controlled by schistosity. U minerals are uraninite and pitchblende associated with tounnaline, quartz, molibdenite, pyrite, chalcopyrite, ilmenite and rutile. The uranium content in outcrop is 3200 ppm. The favorable zone has a stretch long share WNW-ESE. The high potential of uranium resource area is covering an area of about is 0,3 Km2 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian di Sektor Mentawa telah dilakukan pad a tahun 1994 dan Penelitian tahun 1994 (prospeksi detil) telah menemukan anomali radiometri singkapan batuan cps SPP2NF dan adanya bongkah-bongkah aktif ( cps) pad a Sungai Rongka, Sungai Mentawa dan cabang kiri Sungai Mentawa [1]. Penelitian tahun 1996 (prospeksi sistematik) yang berlokasi di sebelah barat daerah penelitian (Mentawa Barat) menemukan anomali radiometri singkapan batuan ( cps) berarah barat barat laut -timur tenggara (WNW -ESE) subvertikal, dengan zona mineralisasi berarah timur laut -barat daya (NE -SW). Mineralisasi U berupa uraninit, terbentuk dari reakumulasi U yang berasal dari batuan metasedimen yang diterobos oleh gran it. Kadar U batuan 68,51 sid 9759,25 ppm [2]. Mineralisasi U tersebut diperkirakan menerus ke arah ESE yaitu daerah yang dilakukan penelitian ini. Berdasarkan hasil temuan tersebut di atas yaitu adanya anomali radiometri singkapan batuan dan adanya bongkah aktif maka diduga pada daerah penelitian terdapat sebaran mineralisasi U yang lebih luas dari yang telah ditemukan tersebut yang merupakan kelanjutan dari mineralisasi di Mentawa. 2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi geologi, mengenali karakteristik mineralisasi U dan sebarannya di permukaan di daerah penelitian. 3. Lokasi, Luas dan Pencapaian Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di hulu S. Mentawa, S.Ampola, S. Rongka, dan S. Ujang Dua, merupakan kawasan HPH PT Sari Bumi Kusuma. Secara administratif 17

2 2. Prosiding Presentasi IImiah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN termasuk wilayah Desa Tanjung Paku, Kecamatan Tumbang Manjul, Kabupaten Kota Waringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Luas daerah penelitian 1 Km2 (Gambar 1). Lokasi penelitian dapat dicapai dari Pontianak ke Nanga Pinch dengan sarana jalan darat dilanjutkan ke log pond Popai dengan menggunakan speedboat melalui S. Melawi sekitar 3 jam, dari log pond Popai ke lokasi penelitian dengan kendaraan proyek PT SBK sejauh 80 Km. PERALATAN YANG DIGUNAKAN DAN METODE KERJA Penelitian ini meliputi penelitian lapangan yang didukung dengan penelitian laboratorium. Peralatan yang digunakan pad a penelitian lapangan adalah kompas geologi, palu geologi, kompas topochaix, klinometer, scintilometer SPP 2 NF, taupe perbesaran 10 x dan 20 x dan kamera foto, sedangkan peralatan analisis laboratorium meliputi peralatan analisis petrografi, mineragrafi dan geokimia. Metode kerja yang dilakukan adalah Penelitian lapangan : Pemetaan geologi skala 1 : 2000 dengan cara pengamatan singkapan batuan dan kupasan meliputi aspek litologi, struktur geologi dan mineralisasi Pemetaan topografi dengan menggunakan alat kompas topochaix dan klinometer Pemetaan radiometri dengan alat scintillometer SPP2NF meliputi : Pengukuran radiometri soil secara sistematik dengan jaring-jaring 20 x 20 m. pengukuran radiometri singkapan batuan pengukuran radiometri batuan pada kupasan dengan jaring-jaring 25 x 50 cm Pembuatan kupasan pada lokasi anomali terpilih. Pengambilan contoh batuan untuk analisis laboratorium. Penelitian laboratorium Penelitian laboratorium meliputi analisis petrografi, analisis mineragrafi dan analisis geokimiayang terdiri dari analisis kadar U total dan kadar unsur log am asosiasi contoh batuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi 1. Morfologi Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian merupakan perbukitan dengan ketinggian meter diatas muka laut, dengan kemiringan lereng Punggungan perbukitan memanjang dengan arah NNW - SSE. para aliran yang berkembang adalah pol a subparalel.lembah sungai pada umumnya berbentuk huruf V. Litologi Litologi penyusun daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok batuan malihan dan kelompok batuan beku (Gambar 2 : peta geologi)..kelompok Batuan Malihan Berdasarkan pengamatan litologi di lapangan batuan malihan dapat dikelompokkan menjadi satuan kuarsit dan satuan sekis..satuan Kuarsit Satuan kuarsit mempunyai sebaran di bagian barat dan utara, meliputi 81 % dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan kuarsit terdiri dari kuarsit dengan sisipan sekis. Kuarsit berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap, lapuk menjadi kuning kecoklatan, berukuran butiran halus, masif, kadang-kadang terdapat sisa struktur perlapisan, sekistositas tampak pada sisipan sekis, komposisi utama mineral kuarsa, felspar, serisit dan sedikit mika. Radiometri: cis..satuan Sekis Sekis mempunyai sebaran di bagian tenggara dan baratdaya dan sedikit di bagian utara daerah penelitian, meliputi 14 % dari seluruh luas daerah penelitian. Sekis berwarna abu-abu cerah sampai abu-abu gelap, lapuk menjadi kuning kecoklatan, sekistositas pada umumnya cukup jelas, tekstur lepidoblastik, ukuran halus -sedang komposisi utama mineral kuarsa, felspar dan mika(biotit). Radiometri : cis Pada kuarsit maupun sekis kadangkadang terdapat mineralisasi kuarsa berupa ural kuarsa dengan tebal 1-20 cm yang memotong dan searah dengan sekistositas. Kuarsit dan sekis mempunyai hubungan '1Q

3 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril 2000 menjari. Secara regional batuan malihan di daerah ini dapat disebandingkan dengan Batuan Malihan Pinoh yang berumur Trias - Yura [31.Kelompok Batuan Beku. Batuan beku yang ditemukan di daerah penelitian bersifat granitik berupa tonalit dan terobosan granit..tonalit Tonalit tersingkap di bagian utara daerah penelitian meliputi 5 % dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari tonalit, berwarna putih -putih abu-abu, holokristalin, berukuran mineral sedang, komposisi kuarsa, felspar dan mika (muskovit dan biotit). Radiometri rata-rata 60 cps, di Ano 237 mencapai 150 cps. Secara regional satuan tonalit dapat disebandingkan dengan Tonalit Sepauk yang berumur Kapur [3].Terobosan Granit Terobosan granit berupa korok umumnya tidak terpetakan, tersingkap di S. Mentawa dan Cabang-cabangnya dan di JI.PT SBK Km 81 ke arah Bukit Erai. Granit menerobos satuan kuarsit, sebagian memotong dan sejajar perlapisan (So), tebal tersingkap 0,2-4 meter. Granit berwarna abu-abu cerah, holokristalin, equigranular, ukuran mineral halus-kasar, bentuk butir subhedral-anhedral komposisi kuarsa, alkali felspar, plagioklas, dan mika (muskovit dan biotit), serisit, apatit, zirkon, klorit. Pada biotit ditemukan pleokroik halo dengan inti mineral opak. Dari hasil analisis petrografi, granit ini merupakan jenis granit leukokratik. Pada Ano CG 6 granit memotong mineralisasi uranium. Radiometri pada granit berkisar antara cps. Pada sekitar korok granit tidak ditemukan adanya indikasi kenaikan nilai radiometri dibandingkan dengan radiometri batuan pad a umumnya. Struktur geologi Perlapisan batuan Pada umumnya perlapisan batuan merupakan perlapisan sisa dengan jurus arah WNW -ESE pada bagian selatan (hulu S. Mentawa dan hulu S. Ampola) miring kuat ke utara, sedangkan di bagian utara (hulu S. Rongka dan Hulu Cabang Kiri Ujang Oua) miring kuat ke selatan. Sekistositas Sekistositas pad a daerah penelitian pada umumnya mempunyai jurus WNW -ESE I subvertikal. Oi bagian selatan daerah penelitian pad a umumnya ditemukan miring kuat ke utara sedangkan pada bagian utara daerah penelitian ditemukan miring kuat ke selatan. Sekistositas tersebut hampir searah dengan sisa perlapisan. Struktur Sesar Struktur sesar yang terdapat di daerah penelitian berupa sesar mendatar berarah NE-SW dan NNW-SSE. Sesar yang berarah NE-SW merupakan sesar mendatar dekstral. sesar ini berkembang pada cabang kiri S. Ujang Oua Sesar yang berarah NNW -SSE merupakan sesar mendatar sinistral yang sebagian berkembang menjadi sesar normal. Struktur sesar ini berkembang di S. Ampola dan Cabang Kiri S. Mentawa. 4. Radiometri Radiometri Soil Pengukuran radiometri soil dilakukan secara sistematik dengan jaring-jaring 20 x 20 meter dengan arah N 120oE dan N 30oE. Pada daerah seluas 0,7 Km2 dengan jumlah pengukuran radiometri soil sebanyak 1633 titik, kisaran radiometri cps, rata-rata 88,54 cps. Pada tempat yang menarik nilai radiometrinya dilakukan perapatan pengukuran dengan jaring-jaring pengukuran menjadi 5 x 10 meter. Dari hasil pengukuran tersebut kemudian dibuat peta kesamaan radiometri soil. Pada peta tersebut terlihat bahwa anomali radiometri soil berpola dengan arah WNW -ESE (Gambar 3 : Peta Iso Radiometri Soil). Radiometri Singkapan Batuan Hasil pengukuran radiometri singkapan batuan, pada kuarsit dan sekis umumnya cps. Nilai anomali diasumsikan 3 kali harga latar setempat. Karena harga latar pada umumnya 100 cps maka singkapan batuan dengan radiometri > 300 cps dianggap anomali. Berdasarkan hal tersebut, maka di lokasi penelitian telah ditemukan 22 lokasi anomali radiometri singkapan yang terdiri dari 4 anomali temuan Tim Prospeksi Detil 19

4 Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P27BDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN (Ano 48, Ano 181 Ano 237 dan Ano 240) dan 18 Anomali temuan baru (Prospeksi Sistematik 1997) (Tabel 1 dan Gambar 4 : Peta Lokasi Anomali ). Pada beberapa anomali yang ditemukan tersebut dilakukan kupasan yaitu Ano CG 6, Ano 181A, Ano CRN 1, Ano CZN 4, dan Ano DMN 5, yang menunjukkan pola anomali radiometri berarah WNW -ESE. 5. Mineralisasi Uranium Pada pengamatan lapangan mineralisasi uranium diindikasikan oleh harga radiometri singkapan batuan yang berkisar antara cps. Mineralisasi tersebut berada pad a batuan kuarsit. Mineralisasi U berasosiasi dengan turmalin, kuarsa dan sulfida. Mineralisasi umumnya berarah WNW -ESE. berupa segregasi mineral yang berbentuk lensa, tebal milimetrik sampai dengan desimetrik Oi lokasi pengamatan 13 (ANa CG6) mineralisasi dipotong oleh korok granit. Mineralisasi pad a daerah ini searah dengan bidang sekistositas (N120E) Hasil analisis mineragrafi dan petrografi memperlihatkan bahwa mineral uranium yang terdapat pada daerah ini adalah uraninit dan pikblende, sebagian teralterasi menjadi autunit, berasosiasi dengan turmalin, kuarsa, pirit, kalkopirit, molibdenit, ilmenit dan rutil. Kedapatan mineral U pada batuan mengisi retakan dan berada di antar butir. Hasil analisis kadar U total contoh batuan kuarsit 4,5-18 ppm (2 contoh), pada batuan mineralisasi ppm (24 contoh), dan pada granit 25-37,S ppm (2 contoh). Berdasarkan data mineralisasi yang memperlihatkan bahwa sebarannya searah dengan sekistositas, berasosiasi dengan turmalin, kuarsa dan sulfida dimana mineral U ada yang mengisi retakan dan di antara butir dan terdapatnya korok granit yang memotong mineralisasi U di lokasi CG6 yang tidak menunjukkan indikasi peningkatan radiometri di sekitar korok granit terse but, serta kadar U total contoh batuan kuarsit yang relatif tinggi (mencapai 18 ppm) maka diduga mineralisasi U terbentuk dari reakumulasi U yang berasal dari batuan kuarsit selama metamorfisme berlangsung. Sehingga kontrol mineralisasi U berupa kontrollitologi kuarsit. 6. Sumberdaya Uranium Zona favorabel ditentukan berdasarkan atas kedapatan anomali radiometri singkapan batuan yang didukung oleh pola kesamaan radiometri tanah serta kesamaan batuan cebakannya berupa fasies kuarsit. Maka berdasarkan hal tersebut ditentukan zona favorabel daerah penelitian sepanjang 1200 meter dan lebar sekitar meter pad a luas 0,3 Km2 (Gambar 5 ). SIMPULAN Litologi penyusun daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi kelompok batuan malihan yang terdiri dari satuan kuarsit dan satuan sekis dan kelompok batuan beku yang terdiri dari satuan tonalit dan terobosan granit (tak terpetakan). Struktur geologi (tektonik) yang ada di daerah penelitian berupa sesar mendatar dekstral berarah NE -SW dan sesar mendatar sinistral berarah NNW -SSE yang sebagian telah berkembang menjadi sesar normal. Pola zona anomali radiometri soil berarah WNW -ESE. Mineralisasi U terdapat pada kuarsit, berarah WNW -ESE, berasosiasi dengan turmalin, kuarsa, molibdenit, pirit, kalkopirit, ilmenit dan rutil, diduga terbentuk selama proses metamorfisme berlangsung. Zona favorabel sumberdaya U mencakup luas 0,3 Km2 yang memanjang :t 1200 m dengan arah WNW -ESE. PUSTAKA [1]. [2], [3] RAMADAN US, NGADENIN, SUJIMAN, HARNADI, In ven tarisasi Sumter Daya Uranium Daerah Mentawa Kalimantan Tengah Tahapan Prospeksi Deti/. Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir -Batan, Jakarta, NGADENIN, TUGIJO, BOMAN, SUWARDI, RAHMAT ISWANTO. Inventarisasi Sektor Potensial U Mentawa Kalimantan Tengah Tahapan Prospeksi Sistematik. Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir -Batan, Jakarta, AMINUDDIN dan TRAIL D.S. Peta Geologi Permulaan Lembar Nanga Pinoh Kalimantan Skala

5 ISSN Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuk/ir V P2TBDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruari/2000 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung TANYAJAWAB Sumantri.Apakah ada prediksi mendapatkan minimal U yang lebih besar dan dengan spasing berapa kalau diadakan pemboran Widiyanta.Ada, berdasarkan para/model mineralisasi yang terlihat pada kupasan yaitu bentuk mineralisasi melensa yang kadang-kadang menebal atau menipis baik secara lateral maupun vertikal. Dengan demikian yang tersingkap dipermukaan tipis ada harapan menebal kearah bawah..apabila dilakukan pemboran (eksplorasi) cukup dua titik yaitu dibagian timur dan dibagian barat (spasi :t 200 m) Sartapa.Temuan mineralisasi U di puncak dan di lembah beda tinggi 200 m diharapkan merupakan kelanjutan. Faktor atau kontrol apa yang mendukung bahwa mineralisasi U diharapkan menerus/menyambung? Widiyanta.Faktor yang mendukung bahwa mineralisasi U diharapkan menerus adalah adanya indikasi radiometri soil yang tinggi yang menghubungkan kedua mineralisasi tersebut. Wahlan.Pad a tingkatan penelitian sistematik apakah dilakukan analisis statistik sehingga kita dapat menentukan adanya anomali semu/benar dengan memasukkan frekwensi kumulatif. Widiyanta.Yang telah dilakukan perhitungan secara statistik adalah nilai radiometri soil. 21

6 [33 IKedapatan Uranlnlt,!berarah 1I Prosiding Presentasi I/miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P27BDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN LAMPIRAN Tabel1. Lokasi anomali singkapan batuan No lokasi ILitOIOQ; Radiometri Kadar U Mineral penqamatan (CDS) (ppm) radioaktif I pemineralan 10 kuarsit berarah WNW-ESE ANa IANa kuarsit berarah N 150 E subvertikal ** kuarsit ' iurarumt-: berarah N 315 E/80, searah dengansekistositas, ANa 181A oikblende bentuk lensa, tebal mm - 20 cm, berasosiasi dengan kuarsa,turmalin. molibdenit, pirit, DirhQ!!!- 13 **!kuarsit J berarah N 315 En2 searah denga ANa CG6 pikblende sekistositas, bentuk lensa, tebal mm - monasit 19 Cm, berasosiasi dengan kuarsa, 29 **ANa kuarsit CZN ANa BR9 31 ** ANa CRN 1 turmalin, molibdenit, pirit, kalkopirit.,mineralisasi dipotonq oleh qranit uraninit, N 315 E, subvertikal, searah gummit, sekistositas, bentuk lensa, tebal cm sid autunit 50 cm, berasosiasi dengan kuarsa, turmalin kuarsit uraninit berarah N 170oE, subvertikal. tebal 0,3-1 cm. searah sekistositas, berasoslasi denqan kuarsa. turmalin. kuarsit I kuarsit Uraninit. monasit berarah N 315 E. subvertikal. searahsekistositas, tebal mm -50 cm. berasosiasi dengan kuarsa. turmalin, Dirit. kalkodirit. Diroti!. berupa titik (spot), berasosiasi denganturmalin. 134 kuarsit I berupa titik (spot), berasosiasi denganturrnalin. 136!ANO CB25 kuarsit uraninit berarah N 315 E, subvertikal spot-spot, bentuk lensa, searah sekistositas, tebal mm -5 cm, berasosiasi dengan kuarsa, turmalin, 140 kuarsit 500 Keterangan : * : Anomali temuan Tim PO tahun 1994 ** : dibuat kupasan p\rit,)lmenit. berupa titik (spot), berasosiasi dengan turmalin 22

7 luraninit, autunit ISSN Prosiding Presentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril2000 Tabel1 : Lokasi anomali singkapan batuan (Ianjutan) NO lokasi pen~matan IJJtOIO9i Ikuarsit adiometri c s 500 I Kadar U I (ppm)i - Mineral radi~tif pemineralan - berupa titik (spot) 42IANO DLN4 43,ANa DMN4 44 ** ANa DMN5 57IANa CTO 58 ANO DDN3 73 ANa iANO 240 kuarsit uraninit berarah N 315 E, subvertikal,1i bentuk lensa, tebal cm, searah sekistositas, berasosiasi dengan kuarsa, turmalin, molibdenit, oirit, kalkgoirit, oirotit. Kuarsit berarah N 315 E/63, panjang 5 m' monasit lebar cm, searahisekistositas, l berasosiasi dengani kuarsa, turmalin, pirit, molibdenit IKuarsit -~ , monasit, zirkon kuarsit monasit IKuarsit kuarslt ikuarsit r r5o ,75-~914Iuraninit biotit. N 325 E/65,-sea;:ah sekistositas, panjang > 10m, tebal 5-20 cm, berbentuk lensa,1 berasosiasi dengan kuarsa, IIturmalin. molibdenit, pirit. WNW -ESE, subvertikal,i berasosiasi dengan kuarsa, turmalin, molibd~olt. WNW -ESE, subvertikal, Dentuk lensa, tebal 1-5 cm, Derasosiasi dengan kuarsa,limolibdenil bentuk _- lensa, tebal cm, berasosiasi d~qan turmalin, b(9tit. WNW -ESE, subvertikal. berasosiasi dengan kuarsa, turmalin, pirit.,oerarah WNW -ESE, tebal mm,iberasosiasi dengan kursa, turmalinibtotil 79 ANa 8240 Ikuarsit luraninit berarah N 135 E, subvertikal, bentuk lensa, tebal 10 cm,iberasosiasi dengan ilmenit, rutil,,maqnetit, kuarsit pikblende Iberasosiasi dengan monasit. Keterangan : * : Anomali temuan Tim PO tahun 1994 ** : dibuat kupasan 23 ~ IKedapatan 41 iuraninit, fberarah 146 IkuarSlf 'berarah 1Iberarah I Ipikblende

8 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN o' III /20 20 Gambar 1. Lokasi daerah penelitian 112'

9 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuk/ir V P27BDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril 2000 Gambar 2. peta Geologi 25

10 Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 fssn Gambar 3. Peta Isoradiometri Soil 26

11 ISSN Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuk/ir V P27BDU dan P2BGN -BA TAN Jakarta, 22 Pebruaril 2000 u I---t 0 80 m Gambar 4. Peta lokasi anomali radiometri singkapan batuan

12 Prosiding Presentasi I/miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU dan P2BGN-BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN Gambar 5. Peta Sektor Potensial U 28

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 91-102 GEOLOGI DAN MINERALISASI URANIUM DI SEKTOR SARANA KALAN, KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN DATA PEMBORAN Sartapa, I Gde Sukadana Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

EVALUASI MODEL STRUKTUR GEOLOGI DAN POLA MINERALISASI URANIUM SEKTOR LEMAJUNG BARAT, CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT

EVALUASI MODEL STRUKTUR GEOLOGI DAN POLA MINERALISASI URANIUM SEKTOR LEMAJUNG BARAT, CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT EVALUASI MODEL STRUKTUR GEOLOGI DAN POLA MINERALISASI URANIUM SEKTOR LEMAJUNG BARAT, CEKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT ABSTRAK Ngadenin, Priyo Sularto Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir - BATAN EVALUASI

Lebih terperinci

GEOLOGI DAN PEMINERALAN URANIUM SEKTOR BUBU, KALIMANTAN BARA T. Oleh : Bambang Soetopo, Yanu Wusana

GEOLOGI DAN PEMINERALAN URANIUM SEKTOR BUBU, KALIMANTAN BARA T. Oleh : Bambang Soetopo, Yanu Wusana KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 GEOLOGI DAN PEMINERALAN URANIUM SEKTOR BUBU, KALIMANTAN BARA T (P2BGGN/PGN- TPBGN/P/03/2005) Oleh : Bambang Soetopo, Yanu Wusana ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah penyelidikan terletak di Desa Popai, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis daerah penyelidikan

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Secara geologi daerah Kabupaten Boven Digoel terletak di Peta Geologi

Lebih terperinci

STUDI MINERALOGI DAN PARAGENESIS PEMINERALAN URANIUM ill SEKTOR JUMBANG III KALIMANTAN BARAT. Bambang Sutopo, Soeprapto Tjokrokardono

STUDI MINERALOGI DAN PARAGENESIS PEMINERALAN URANIUM ill SEKTOR JUMBANG III KALIMANTAN BARAT. Bambang Sutopo, Soeprapto Tjokrokardono STUDI MINERALOGI DAN PARAGENESIS PEMINERALAN URANIUM ill SEKTOR JUMBANG III KALIMANTAN BARAT Bambang Sutopo, Soeprapto Tjokrokardono Pusat Pengembangan Bahan Galian Nuklir -BAT AN ABSTRACT STUDY OF MINERALOGY

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar

Lebih terperinci

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

KALIMANTAN BARAT. (p2bggnrrpbgni /K/ ) GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR ONSOM - KA YU ARA

KALIMANTAN BARAT. (p2bggnrrpbgni /K/ ) GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR ONSOM - KA YU ARA KUMPULAN LAPORAN BASIL PENELITIAN TAHUN 2003 ISBN.978-979-99141-2-5 GEOLOGI DAN PEMINERALAN U SEKTOR ONSOM - KA YU ARA KALIMANTAN BARAT (p2bggnrrpbgni /K/007 12003) Oleh : Bambang Soetopo ABSTRAK GEOLOGI

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

STUDI MIKROSKOPIS MINERALISASI URANIUM DAERAH MENTAWA KALIMANTAN TENGAH

STUDI MIKROSKOPIS MINERALISASI URANIUM DAERAH MENTAWA KALIMANTAN TENGAH Studi mikroskopis mineralisasi uranium daerah Mentawa... (Ir. Bambang Soetopo) STUDI MIKROSKOPIS MINERALISASI URANIUM DAERAH MENTAWA KALIMANTAN TENGAH Bambang Soetopo Pusat Pengembangan Geologi Nuklir,

Lebih terperinci

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014 Wahyu Widodo, Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral Logam S A R I Prospeksi mineral logam di Kabupaten

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72 Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72 KORELASI UNSUR ANTARA U DENGAN Co, Ni, Ag, Mo PADA BATUAN GRANIT DAN KUARSIT DI JUMBANG I, KALIMANTAN BARAT Priyo Sularto Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Morfologi muka bumi yang tampak pada saat ini merupakan hasil dari proses-proses geomorfik yang berlangsung. Proses geomorfik menurut

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

INVENT ARISASI SEKTOR POTENSIAL U T ANAH MERAH

INVENT ARISASI SEKTOR POTENSIAL U T ANAH MERAH Prosiding Presentasi //miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P27BDU dan P2BGN-BATAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 INVENT ARISASI SEKTOR POTENSIAL U T ANAH MERAH (LANJUTAN) KALIMANTAN ABSTRAK BARAT, TAHAPAN PROSPEKSI

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian ditentukan berdasarkan intepretasi peta topografi, yang kemudian dilakukan pengamatan secara langsung di

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Heru Sigit Purwanto Program Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1. DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nodul siderite Laminasi sejajar A B Foto 11. (A) Nodul siderite dan (B) struktur sedimen laminasi sejajar pada Satuan Batulempung Bernodul. 3.3.1.3. Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / Pada sayatan tipis (Lampiran C) memiliki ciri-ciri kristalin, terdiri dari dolomit 75% berukuran 0,2-1,4 mm, menyudut-menyudut tanggung. Matriks lumpur karbonat 10%, semen kalsit 14% Porositas 1% interkristalin.

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK GEOLOGI DAN POTENSI MINERAL URANIUM DI KALIMANTAN BARAT UNTUK PERSIAPAN PLTN

KAJIAN ASPEK GEOLOGI DAN POTENSI MINERAL URANIUM DI KALIMANTAN BARAT UNTUK PERSIAPAN PLTN Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Volume 15, Nomor 2, Desember 2013 KAJIAN ASPEK GEOLOGI DAN POTENSI MINERAL URANIUM DI KALIMANTAN BARAT UNTUK PERSIAPAN PLTN Hadi Suntoko*, Bambang Soetopo** *Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Pengamatan geomorfologi terutama ditujukan sebagai alat interpretasi awal, dengan menganalisis bentang alam dan bentukan-bentukan alam yang memberikan

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM No. Record : Judul Laporan : DATA UMUM Instansi Pelapor : Penyelidik : Penulis Laporan : Tahun Laporan : Sumber Data : Digital Hardcopy Provinsi : Kabupaten

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti,

Lebih terperinci

STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG

STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG Bambang Soetopo, Lilik Subiantoro, Dwi Haryanto Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN Kawasan PPTN Pasar Jum at, Jakarta Selatan ABSTRAK STUDI

Lebih terperinci

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).

Lebih terperinci

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 103-114 TINJAUAN UMUM POTENSI SUMBERDAYA MONASIT DI DAERAH KETAPANG KALIMANTAN BARAT Bambang Soetopo, Hery Syaeful, Anang Marzuki, Slamet Sudarto

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40 Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40 STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DALAM BATUAN KUARTER DI DAERAH CERUCUK BELITUNG Bambang Soetopo, Lilik Subiantoro, Priyo Sularto, Dwi Haryanto

Lebih terperinci

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014 Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI Morfologi Desa Meliah terdiri dari morfologi perbukitan bergelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah, memiliki komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O)

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Petrologi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi batuan beku

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah BAB V MINERALISASI 5.1. Mineralisasi di daerah Sontang Tengah Studi mineralisasi pada penelitian ini dibatasi hanya pada mineralisasi Sulfida masif dengan komposisi mineral galena, sfalerit, pirit, Ag

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat

Lebih terperinci

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi 3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan

Lebih terperinci

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Nanan S. Kartasumantri dan Hadiyanto Subdit. Eksplorasi Batubara dan Gambut SARI Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil dewasa ini masih menjadi primadona sebagai energi terbesar di dunia, namun minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi incaran utama bagi para investor

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Judul Penelitian Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan Bijih Besi di Daerah Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. 1.2. Latar

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mamuju merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan Provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004. Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan

Lebih terperinci

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kisman dan Bambang Nugroho Widi Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Gunung Senyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan batuan metamorf yang dapat diamati langsung di permukaan bumi tidak sebanyak batuan beku dan sedimen mengingat proses terbentuknya yang cukup kompleks. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam bahan galian, yang kemudian bahan galian tersebut dimanfaatkan oleh industry pertambangan untuk memnuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian diamati dengan melakukan interpretasi pada peta topografi, citra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Geografis Daerah Penelitian Wilayah konsesi tahap eksplorasi bahan galian batubara dengan Kode wilayah KW 64 PP 2007 yang akan ditingkatkan ke tahap ekploitasi secara administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Karakteristik Batuan Beku dan Evolusi Magma di Daerah Ruwai, Pegunungan Schwaner, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah I.2 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Geomorfologi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan pengamatan awal pada peta topografi dan pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI III.1.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi yang ada pada daerah penelitian dipengaruhi oleh proses endogen dan proses eksogen. Proses endogen merupakan

Lebih terperinci

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46 BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,

Lebih terperinci

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Daerah penelitian terletak di daerah Gunung Bahagia, Damai, Sumber Rejo, Kota Balikpapan,

Lebih terperinci

Subsatuan Punggungan Homoklin

Subsatuan Punggungan Homoklin Foto 3.6. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Pejaten). Foto 3.7. Subsatuan Lembah Sinklin (foto ke arah utara dari daerah Bulu). Subsatuan Punggungan Homoklin Subsatuan Punggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan

Lebih terperinci

INTERPRETASI ANOMALI GEOMAGNETIK DAERAH RABAU HULU, KALAN

INTERPRETASI ANOMALI GEOMAGNETIK DAERAH RABAU HULU, KALAN Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2016 Batam, 4-5 Agustus 2016 INTERPRETASI ANOMALI GEOMAGNETIK DAERAH RABAU HULU, KALAN Dwi Haryanto, Adhika Junara Karunianto, Mirna Berliana Garwan Pusat

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Analisa geomorfologi merupakan sebuah tahapan penting dalam penyusunan peta geologi. Hasil dari analisa geomorfologi dapat memudahkan dalam pengerjaan

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan

Lebih terperinci

3. HASIL PENYELIDIKAN

3. HASIL PENYELIDIKAN Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat

Lebih terperinci

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir). Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi karena yang menjadi matriks pada breksi

Lebih terperinci

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG Muhammad Kholid dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh : 1) Kisman, 2) Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen Padang. Kandungan SiO 2 yang tinggi ditemukan pada batugamping yang berdekatan dengan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Endapan mineral Batu Hijau yang terletak di Pulau Sumbawa bagian baratdaya merupakan endapan porfiri Cu-Au. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

INVENT ARISASI SUMBERDA Y A URANIUM SEKTOR ONSOM-INAU KALIMANTAN BARA T T AHAP AN PROSPEKSI SISTEMA TIK

INVENT ARISASI SUMBERDA Y A URANIUM SEKTOR ONSOM-INAU KALIMANTAN BARA T T AHAP AN PROSPEKSI SISTEMA TIK ISSN 1410-1998 Prosiding Presentasi /lmiah Dour Bahan Bakar Nuklir PEnN-BArAN. Jakarta 18-19Maret 1996 INVENT ARISASI SUMBERDA Y A URANIUM SEKTOR ONSOM-INAU KALIMANTAN BARA T T AHAP AN PROSPEKSI SISTEMA

Lebih terperinci

EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar. , 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2

EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar. , 5,91% SiO 2 dan 1,49% TiO 2 EKSPLORASI UMUM BAUKSIT DI KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh : Eko Yoan Toreno dan Moe tamar SARI Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara

Lebih terperinci

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: 65-76

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011: 65-76 Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 32 No. 2, November 2011: 65-76 INVENTARISASI POTENSI SUMBER DAYA URANIUM DAERAH KAWAT, MAHAKAM HULU, KALIMANTAN TIMUR TAHAPAN PROSPEKSI DETIL Ngadenin, I Gde Sukadana,

Lebih terperinci