Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung
|
|
- Bambang Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi ABSTRAK Daerah Penyelidikan I.P (Polarisasi Terimbas) dan Geomagnet di daerah Parit Tebu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung, yang diduga memiliki potensi timah primer. Berdasarkan hasil kajian timah primer di daerah Parit Tebu (Tim Kajian PSDG, 2013) mineralisasi dijumpai berupa urat-urat tipis dalam batuan sedimen. Selain timah, di daerah ini juga dijumpai mineral sulfida seperti Cu, Pb, Zn, Ag, dan Au. Secara genetik timah di daerah Parit Tebu diduga terbentuk oleh larutan hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi granit tipe S yang berumur Trias. Keberadaan intrusi granit sampai saat ini masih menjadi pertanyaan. Karena itu hasil survei geofisika diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan intrusi granit. Hasil survei I.P di daerah Parit Tebu, diduga lapisan batuan granit dengan tahanan jenis Ohmm terdeteksi pada kedalaman 41 meter meter, serta diduga dengan nilai chargeability > 160 mv/volt dengan diduga keberadaan batuan sulfida pada kedalaman sekitar 41 meter dan menerus sampai ke kedalaman 175 meter. Sedangkan untuk hasil survei Geomagnet di dapatkan nilai anomali magnet total daerah survei mulai dari -90 nt sampai dengan 100 nt. Di bagian tengah daerah survei didominasi oleh nilai magnetik sekitar 0-30 nt dengan penyebaran yang cukup luas. Nilai magnetik ini diduga merupakan respon dari batuan sedimen yang bersifat kurang magnetis. Anomali yang menarik terlihat disisi timurlaut daerah survei, dimana terlihat adanya pasangan anomali negatif dan anomali positif. Karena inklinasi daerah penyelidikan sekitar -20 o, maka pasangan anomali negatif dan positif ini diperkirakan berkaitan dengan bodi/batuan yang bersifat magnetis. Bodi tersebut diduga berupa intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Hasil kompilasi data geosain menunjukkan daerah prospek potensi timah primer berada pada zona sebaran intrusi dari batuan granit dan sedimen (formasi Kelapakampil dan Formasi Tajam). Dimana pendugaan luas daerah prospek sekitar m 2, serta dengan asumsi densitas batuan di daerah survei 2.64 kg/m 3, maka cadangan sumber daya hipotetik batuan granit sebagai pembawa unbsur timah di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar Ton. Kata Kunci: Polarisaisi Terimbas, Geomagnet, Mineral Logam, Parit Tebu, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung. 1. PENDAHULUAN Dalam rangka merealisasikan kerjasama (MoU) antara Badan Geologi dan PT. Timah Tbk, telah dilakukan kajian timah primer di Pulau Belitung. Pada umumnya penambangan timah yang dilakukan di pulau Belitung merupakan tambang timah sekunder/placer. Dengan kata lain selama ini potensi timah primer belum banyak digali. Hasil pengumpulan data sekunder dan uji petik yang telah dilakukan oleh Tim Kajian dari Pusat Sumber Daya Geologi menunjukkan adanya sejumlah indikasi timah primer terutama pada wilayah IUP PT. Timah Tbk. Bardasarkan data tersebut dinilai perlu dikaji untuk pengembangan timah primer di masa mendatang yaitu Daerah Parit Tebu, Belitung Timur. Oleh karena itu, pada tahun 2014 ini Pusat Sumber Daya Geologi melalui Tim Geofisika/Bawah Permukaan telah melakukan survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet untuk melihat keadaan bawah permukaan di kedua daerah tersebut.
2 2. METODE DAN TEORI Penyelidikan polarisasi terimbas (IP) meliputi pengambilan data dengan konfigurasi dipole-dipole sebanyak 5 lintasan berarah baratdaya-timurlaut dengan jarak elektroda a = 50 meter dan a = 100 meter, panjang lintasan 2000 meter dan jarak antar lintasan 500m. Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial sehingga didapat nilai tahanan jenis dan nilai chargeability. Ditunjukkan pada gambar 3. Penyelidikan geomagnet meliputi kegiatan akuisisi data meliputi pengukuran di titik ukur geomagnet di titik yang telah ditentukan (gambar 4) dan di titik base untuk mengukur nilai variasi harian. Kemudian dilakukan pengambilan conto batuan untuk diukur nilai kerentanan magnetiknya. Selanjutnya dilakukan pengolahan data geomagnet setelah dikoreksi oleh nilai variasi harian dan nilai IGRF untuk menghasilkan peta anomali magnet total. 3. HASIL PENYELIDIKAN Hasil penyelidikan polarisasi terimbas (IP) disajikan dalam bentuk model lateral perkedalaman dan model penampang 2 dimensi berupa sebaran data tahanan jenis dan sebaran data chargeability. Hasil penyelidikan geomagnet disajikan dalam bentuk model lateral berupa sebaran data intensitas magnet total. Secara umum sebaran tahanan jenis pada kedalaman 13.6 m didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah (<1000 Ohm.m). Nilai tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan sedimen yang mendominasi hampir seluruh daerah survei. Di sebelah timurlaut lintasan D, terdapat nilai tahanan jenis tinggi (>5000 Ohm.m) yang diduga berasosiasi dengan batuan granit. Nilai chargeability pada kedalaman ini juga cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah, kecuali di sisi sebelah timurlaut lintasan D yang menunjukkan adanya sebaran nilai chargeability tinggi. Nilai tahanan jenis tinggi dan chargeability tinggi yang terlihat di sisi sebelah timurlaut lintasan D ini mengindikasikan keberadaan batuan granit yang diduga berasosiasi dengan keberadaan timah primer. Sebaran tahanan jenis pada kedalaman 41 meter juga masih didominasi oleh sebaran nilai tahanan jenis rendah. Tahanan jenis rendah ini merupakan respon dari batuan sedimen dan metasedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai tahanan jenis tinggi terlihat di sisi sebelah baratdaya dan sebelah timurlaut lintasan D. Tahanan jenis tinggi ini mengindikasikan keberadaan batuan yang bersifat resistif dan masif. Batuan tersebut diperkirakan berupa batuan granit yang menerobos batuan sedimen. Nilai chargeability pada kedalaman 41 meter umumnya didominasi oleh nilai chargeability rendah. Nilai chargeability rendah ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang tersusun atas mineal yang kurang dapat menyimpan arus. Mineral tersebut umumnya berupa mineral yang bersifat resistif. Di sebelah timurlaut dan baratdaya lintasan D terlihat adanya nilai chargeability yang cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada daerah tersebut terkandung mineral-mineral yang dapat meyimpan arus dan diperkirakan berhubungan dengan batuan yang mengandung timah baik sekunder maupun primer. Pada kedalaman 70 meter, sebaran tahanan jenis cenderung didominasi oleh nilai tahanan jenis sedang ( Ohm.m) dan tinggi (> Ohm.m). Nilai tahanan jenis sedang ini diperkirakan masih berasosiasi dengan batuan sedimen dan meta sedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai tahanan jenis tinggi yang berada di sebelah timurlaut diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang bersifat resistif berupa batuan granit. Keberadaan nilai tahanan jenis tinggi di sebelah timurlaut juga bertepatan dengan keberadaan sebaran nilai chargeability tinggi. Kombinasi dari nilai tahanan jenis tinggi dan chargeability tinggi mengindikasikan keberadaan batuan yang resistif dan mengandung mineral yang dapat menyimpan arus. Keadaan ini
3 diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan timah primer yang secara geologi diduga berasosiasi dengan batuan granit. Secara umum sebaran tahanan jenis pada kedalaman 101 meter didominasi oleh nilai tahanan jenis sedang hingga tinggi. Nilai tahanan jenis rendah (<1000 Ohm.m) terlihat di sebelah utara dengan pola kontur membuka ke arah. Tahanan jenis rendah juga terlihat membentuk spotspot kecil di bagian tengah daerah survei. Tahanan jenis tinggi terlihat di sebelah tenggara dan baratlaut dengan pola membuka ke arah baratlaut dan tenggara. Tahanan jenis tinggi juga terlihat di bagian tengah daerah survei dengan pola kontur menutup. Tahanan jenis rendah dan sedang diperkirakan masih berasosiasi dengan batuan sedimen dan metasedimen yang mendominasi daerah survei. Tahanan jenis tinggi yang terlihat di bagian tengah dan tenggara diinterpretasikan sebagai respon dari batuan granit yang diduga sebagai indikasi keberadaan timah primer. Nilai chargeability pada kedalaman 101 meter cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah dan sedang. Nilai chargeability tinggi hata terlihat berupa spot-spot kecil. Nilai chargeability rendah menunjukkan bahwa arus yag diinjeksikan kurang dapat disimpan oleh batuan ketika aliran arus tersebut diputus. Nilai chargeability sedang di bagian tengah bertepatan dengan nilai tahanan jenis tinggi yang diinterpretasikan sebagai batuan granit. Hal ini mengindikasikan bahwa di sekitar batuan granit terdapat batuan yang mengandung mineral dengan kemampuan menyimpan arus baik. Tahanan jenis pada kedalaman 136 meter, secara umum nilai tahanan jenis pada kedalaman ini sedang hingga tinggi. Nilai tahanan jenis rendah dan sedang terlihat di sebelah utara dan baratdaya daerah survei dengan pola membuka ke arah utara dan baratdaya. Nilai tahanan jenis tinggi membentuk pola yang cenderung menerus dari baratlaut ke arah tenggara. Dominasi nilai tahanan jenis tinggi pada kedalaman ini memperlihatkan bahwa semakin dalam, batuan semakin masif dan bersifat resistif. Nilai chargeability pada kedalaman ini masih didominasi oleh chargeability rendah dan sedang. Nilai chargeability tinggi terlihat di sebelah baratlaut dan timur daerah survei. Kedua area dengan nilai chargeability tinggi juga memiliki nilai tahanan jenis yang tinggi. Kondisi tersebut menunjukkan keberadaan batuan yang resistif dan mengandung mineral yang dapat menyimpan arus dengan baik. Karena itu zona tersebut dapat diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang berasosiasi dengan timah primer. Secara umum pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 175 meter hampir sama dengan pola sebaran tahanan jenis pada kedalaman 136 meter. Nilai tahanan jenis rendah terlihat di sebelah utara dan baratdaya dengan pola kontur membuka ke arah utara dan baratdaya. Nilai tahanan jenis sedang dan tinggi tersebar menerus dari baratalaut ke arah tenggara. Pola sebaran chargeability pada kedalaman 175 meter sedikit berbeda dengan pola sebaran chargeability pada kedalaman 136 meter. Pada kedalaman 175 meter, sebaran nilai chargeability cenderung menerus dari baratlaut ke sebelah timur. Daerah yang memiliki nilai chargeability tinggi umumnya juga memiliki nilai tahanan jenis tinggi, sehingga kondisi ini dapat diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang berasosiasi dengan timah primer. Hasil pemodelan tahanan jenis dan chargeability lintasan A secara umum sebaran nilai tahanan jenis dan chargeability di dekat permukaan bernilai rendah dan cenderung lebih tinggi di bagian bawah. Kontras nilai chargeability terlihat di sisi sebelah baratdaya dan sebelah timurlaut. Di sebelah baratdaya terdapat nilai chargeability rendah (<10 msec) yang mengindikasikan bahwa batuan di daerah tersebut sedikit mengandung mineral yang dapat menyimpan arus. Di sisi sebelah timurlaut terdapat nilai chargeability sangat tinggi (>200msec) yang mengindikasikan bahwa batuan di sekitarnya tersusun atas mineralmineral yang dapat menyimpan arus. Nilai tahanan jenis pada sisi timurlaut juga relatif
4 tinggi (> Ohm.m) yang mengindikasikan bahwa batuan disekitarnya bersifat resistif. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan batuan granit yang bersifat lebih resistif jika dibandingkan dengan batuan sedimen yang ada di sekitarnya. Pola sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan B relatif berbeda dengan pola sebaran tahanan jenis dan chargeability di lintasan A. Pada penampang tahanan jenis lintasan B terlihat adanya nilai tahanan jenis tinggi di bagian bawah yang menyebar cukup luas, sedangkan nilai chargeabilitynya cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah, khususnya di bagian tengah hingga ke sisi baratdaya. Nilai tahanan jenis tinggi yang tidak diiringi dengan nilai chargeability tinggi mengindikasikan bahwa batuan di daerah tersebut bersifat resistif tetapi tidak dapat menyimpan arus cukup lama yang berarti kandungan mineral yang dapat menyimpan arusnya sedikit. Akan tetapi, pada sisi sebelah timurlaut terlihat adanya nilai chargeability yang cukup tinggi (>150 msec) dan tahanan jenis tinggi (> Ohm.m) yang dapat ditafsirkan sebagai zona resistif dengan kemampuan menyimpan arus yang cukup tinggi. Sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan C memperlihatkan pola yang cenderung merendah ke arah timurlaut. Di bagian atas dekat permukaan didominasi oleh nilai tahanan jenis dan chargeability yang rendah. Nilai tahanan jenis rendah diperkirakan berasosiasi dengan batuan sedimen. Nilai tahanan jenis tinggi di sebelah baratdaya diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang bersifat resistif. Lintasan D berada di bagian tengah lokasi penyelidikan. Sebaran tahanan jenis dan chargeability di sebelah timurlaut cenderung didominasi oleh nilai yang tinggi, sedangkan di sebelah baratdaya didominasi oleh nilai yang rendah. Di sebelah timurlaut terdapat nilai tahanan jenis tinggi dan juga chargeability yang tinggi. Nilai tahanan jenis tinggi ini diinterpretasikan sebagai batuan yang bersifat resistif, diduga berupa batuan granit. Nilai chargeability tinggi mengindikasikan keberadaan mineral yang dapat menyimpan arus cukup lama. Nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah di sebelah baratdaya mengindikasikan batuan yang relatif konduktif berupa batuan sedimen dan tidak tersusun atas mineral yang dapat menyimpan arus cukup lama. Sebaran tahanan jenis dan chargeability pada lintasan E didominasi oleh nilai tahanan jenis dan chargeability yang rendah. Nilai tahanan jenis rendah ini mengindikasikan batuan yang bersifat konduktif, yang diduga berupa batuan sedimen. Nilai chargeability rendah mengindikasikan sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus. Di bagian bawah sebelah baratdaya terlihat ada anomali berupa nilai tahanan jenis tinggi (> Ohm.m) yang menunjukkan keberadaan batuan resistif. Pengukuran geomagnet di daerah Parit Tebu telah dilakukan pada 904 titik ukur yang tersebar pada lima lintasan dan titik ukur acak/random dengan spasi 25 meter pada lintasan dan maksimal 200 meter pada titik acak. Pada data yang terukur kemudian dilakukan koreksi yang meliputi koreksi variasi harian dan koreksi IGRF. Koreksi-koreksi tersebut dilakukan untuk melihat anomali magnet lokal dan menghilangkan pengaruh dari variasi medan magnet harian. Data magnet yang telah terkoreksi umumnya disebut sebagai Anomali Magnet Total. Anomali magnet ini kemudian diplot ke dalam peta dasar menjadi Peta Anomali Magnet Total. Daerah Parit Tebu memiliki inklinasi o dan deklinasi 0.8 o. Nilai inklinasi dan deklinasi ini sangat penting terutama untuk membantuk melakukan interpretasi terhadap data magnet. Anomali magnet total diperoleh dari data pengukuran yang telah dikoreksi. Nilai anomali magnet total bervariasi dari sekitar -90 nt hingga sekitar 100 nt. Pola anomali magnet total cenderung acak dan memiliki nilai yang relatif seragam di bagian tengah, yaitu sekitar 0 30 nt. Nilai anomali yang rendah dan cenderung seragam ini menunjukkan bahwa batuan yang ada di sekitar area pengukuran kurang bersifat
5 magnetik dan diinterpretasikan sebagai batuan sedimen. Anomali yang paling menarik berada di sebelah timurlaut, dimana di daerah tersebut terlihat ada pasangan anomali rendah (negatif) dan anomali tinggi (positif). Hal ini terjadi karena data magnetik bersifat dipole, maka anomali magnetik umumnya teridiri atas dua kutub yaitu kutub positif dan kutub negatif. Di daerah Parit Tebu, dimana nilai inklinasi sekitar -24.5, batuan dengan sifat magnetik yang tinggi umumnya memberikan respon anomali negatif dan positif. Karena itu, pasangan anomali yang berada di sebelah timurlaut dapat diinterpretasikan sebagai batuan dengan nilai magnetik tinggi (positif). Batuan tersebut diduga berupa batuan granit yang lebih bersifat magnetik jika dibandingkan dengan batuan sedimen. Pada data anomali magnetik ini dilakukan kontinuasi ke atas (upward continuation) dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 meter hingga 100 meter. Kontinuasi ke atas ini dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang bersifat lokal dan melihat anomali secara lebih regional. Hasil kontinuasi ke atas 25 meter dan 50 meter masih memperlihatkan adanya spot-spot kecil pada peta anomali magnet. Spot-spot kecil ini umumnya menunjukkan anomali yang bersifat dangkal atau noise. Hasil kontinuasi ke atas 75 meter dan 100 meter memperlihatkan pola anomali yang lebih regional, ditandai dengan pola kontur yang lebih smooth. Berdasarkan hasil kontinuasi ke atas tersebut, pola anomali di bagian tengah relatif seragam dan tidak menunjukkan adanya pasangan anomali yang sangat kontras. Kondisi ini mengindikasikan bahwa batuan di bagian tengah relatif seragam dan diduga berasosiasi dengan batuan sedimen yang mendominasi daerah survei berupa formasi Tajam dan formasi Kelapakampil. Anomali menarik terlihat di sebelah timurlaut dan sebelah selatan yang ditandai dengan pasangan anomali positif dan negatif yang cukup kontras. Pasangan anomali di sebelah timurlaut memperlihatkan anomali negatif berada di sebelah utara sedangkan anomali positifnya berada di selatan. Kondisi ini umumnya berasosiasi dengan batuan yang memiliki suseptibilitas tinggi (positif) karena daerah penelitian berada pada inklinasi sekitar o. Jika dibandingkan dengan batuan di sekitarnya yang berupa batuan sedimen formasi Tajam dan formasi Kelapakampil, maka batuan yang dicirikan dengan anomali ini kemungkinan besar memiliki suseptibilitas (kemagnetan batuan) yang lebih tinggi. Batuan tersebut diduga berupa batuan beku (granit) yang mungkin berasosiasi dengan keberadaan timah primer. Pasangan anomali di sebelah selatan ditandai dengan keberadaan anomali rendah di sebelah barat dan anomali tinggi di sebelah timur. Karena dipole magnetik berarah utara selatan, maka pasangan anomali ini kemungkinan bukan merupakan respon dari batuan yang sama, tetapi lebih mengindikasikan adanya kontras sifat kemagnetan batuan. Anomali tinggi diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang sifat kemagnetannya tinggi, sedangkan anomali rendah berasosiasi dengan batuan yang kemagnetannya rendah. Kontras ini juga mengindikasikan keberadaan struktur/sesar, yang berdasarkan data geologi berarah baratlaut-tenggara. 4. PEMBAHASAN Secara genetik timah di daerah Parit Tebu diduga terbentuk oleh larutan hidrotermal yang dihasilkan oleh intrusi granit tipe S yang berumur Trias. Keberadaan intrusi granit sampai saat ini masih menjadi pertanyaan. Karena itu hasil survei geofisika diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan intrusi granit. Secara umum batuan yang mengalami mineralisasi ataupun alterasi akan mengalami perubahan sifat fisika maupun sifat kimia. Batuan yang mengandung mineral sulfida umumnya memiliki nilai tahanan jenis rendah (konduktif), sedangkan sifat kemagnetannya relatif lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Kontras dan perubahan sifat fisika ini dapat menjadi acuan dalam melakukan interpretasi geofisika.
6 Hasil survei IP memperlihatkan sebaran nilai tahanan jenis yang didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah pada kedalaman kurang dari 70 meter. Tahanan jenis rendah ini berasosiasi dengan batuan sedimen formasi Tajam dan formasi Kelapakampil yang mendominasi daerah survei. Di sebelah timurlaut (sisi Timurlaut lintasan D) terlihat adanya sebaran tahanan jenis tinggi yang mulai terlihat dari kedalaman sekitar 13 meter hingga kedalaman 175 m. Semakin ke dalam nilai tahanan jenis di area tersebut juga semakin tinggi. Zona ini diperkirakan berasosiasi dengan batuan yang lebih resistif jika dibandingkan dengan batuan sedimen. Batuan tersebut dapat berupa batuan beku atau batuan metamorf. Karena banyak ditemukan mineralisasi di sekitar area survei yang berasosiasi dengan batuan granit, maka batuan yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi dapat diinterpretasikan sebagai respon dari batuan granit. Batuan granit ini diduga sebagai penyebab adanya sistem hidrotermal yang membentuk mineralisasi dan cebakan timah di daerah Parit Tebu. Sebaran nilai chargeability pada kedalaman kurang dari 70 meter cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah yang menunjukkan sedikitnya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus dengan baik. Nilai chargeability rendah ini bertepatan dengan keberadaan batuan sedimen yang mendominasi daerah survei. Nilai chargeability tinggi terlihat di sebelah timurlaut lintasan D bertepatan dengan sebaran nilai tahanan jenis tinggi. Nilai chargeability tinggi ini mengindikasikan banyaknya kandungan mineral yang dapat menyimpan arus, seperti mineral-mineral sulfida. Nilai chargeability tinggi terlihat jelas pada kedalaman 70 meter. Penyebarannya semakin meluas seiring dengan bertambahnya kedalaman. Chargeability tinggi umumnya berasosiasi dengan mineral-mineral logam, seperti emas, besi, perak, dan sebagainya. Zona chargeability tinggi di daerah Parit Tebu diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan mineral sulfida atau timah. Mineral sulfida atau timah ini diperkirakan berasosiasi dengan keberadaan intrusi granit yang ditandai dengan nilai tahanan jenis tinggi. Anomali magnetik memperlihatkan nilai yang cukup bervariasi dari sekitar -90 nt hingga sekitar 100 nt. Di bagian tengah daerah survei didominasi oleh nilai magnetik sekitar 0-30 nt dengan penyebaran yang cukup luas. Nilai magnetik ini diduga merupakan respon dari batuan sedimen yang bersifat kurang magnetis. Anomali yang menarik terlihat disisi timurlaut daerah survei, dimana terlihat adanya pasangan anomali negatif dan anomali positif. Karena inklinasi daerah penyelidikan sekitar -20 o, maka pasangan anomali negatif dan positif ini diperkirakan berkaitan dengan bodi/batuan yang bersifat magnetis. Bodi tersebut diduga berupa intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Interpretasi komprehensif dilakukan terhadap data tahananan jenis dan chargeability pada kedalaman 70 meter, model tahanan jenis dan chargeability lintasan D, dan anomali magnet total. Datadata tersebut memperlihatkan adanya anomali menarik di sebelah timurlaut. Di zona tersebut terlihat adanya nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang pada model 2D lintasan D nilai tersebut menerus dari kedalaman sekitar 70 meter hingga ke bawah. Zona ini ditafsirkan sebagai indikasi keberadaan intrusi granit yang menyebabkan terbentuknya sistem hidrotermal, sehingga dipermukaan banyak ditemukan timah dan mineral sulfida. Di sebelah timurlaut zona ini juga terlihat adanya pasangan anomali magnetik rendah dan anomali magnetik tinggi. Anomali ini mencerminkan keberadaan batuan dengan sifat kemagnetan yang lebih tinggi dari batuan di sekitarnya. Batuan tersebut diduga merupakan bagian dari intrusi granit yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Batuan ini juga diduga sebagai indikasi keberadaan timah primer di daerah Parit Tebu. Berdasarkan hasil interpretasi data geofisika yang meliputi data IP (tahanan jenis dan chargeability) dan data geomagnet, keberadaan intrusi
7 granit ditunjukkan oleh respon nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang juga diperkuat oleh adanya pasangan anomali magnet rendah dan anomali magnet tinggi. Zona tersebut berada di sebelah timurlaut di lintasan D di titik D-2500, dengan kemungkinan kedalaman titik bor uji di sekitar kurang lebih 50m - 70m dengan perkiraan luas sekitar m 2. Berdasarkan perhitungan, dimana pendugaan sumberdaya hipotetik batuan granit pembawa unsur timah, dengan asumsi nilai densitas batuan granit 2.64 kg/m 3, maka cadangan sumber daya hipotetik batuan granit sebagai pembawa unbsur timah di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar ton. Dengan distribusi volume hipotetiknya seperti pada gambar di bawah. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil survei IP, daerah Parit Tebu didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah yang berasosiasi dengan batuan sedimen di bagian tengah pada kedalaman kurang dari 70 m. Di sebelah timurlaut ditemukan nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan intrusi granit. Dari hasil penampang tahanan jenis dan chargeability 2D, nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diduga sebagai respon dari batuan granit terlihat pada kedalaman 70 m dan menerus hingga ke dalam. Interpretasi keberadaan batuan granit di daerah ini diperkuat dengan adanya pasangan anomali magnet rendah dan anomali magnet tinggi di sebelah timurlautnya. Pasangan anomali magnet ini mengindikasikan keberadaan batuan yang lebih magnetis daripada batuan di sekitarnya (batuan sedimen). Batuan granit ini diperkirakan berasosiasi dengan timah primer yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan mengenai keberadaannya. Karena itu zona prospek timah primer diperkirakan berada di sebelah timurlaut dengan perkiraan luas sekitar m 2. Serta cadangan sumber daya hipotetik batuan granit di lokasi diperkirakan kurang lebih sebesar ton. Pengeboran uji di daerah prospek perlu dilakukan untuk membuktikan dan lebih menegaskan mengenai keberadaan batuan granit sebagai indikasi adanya timah primer. Pengeboran sebaiknya dilakukan pada perkiraan zona prospek, yaitu di sebelah timurlaut daerah survei (di sekitar titik D-2500). Hasil pemodelan tahanan jenis dan chargeability 2D pada lintasan D memperlihatkan bahwa anomali yang diduga sebagai batuan granit berada pada kedalaman 70 m dan menerus hingga ke dalam. Karena itu kedalaman pengeboran uji disarankan lebih dari 100 m. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih tim penulis hantarkan kepada para staf Pusat Sumber Daya Geologi bidang bawah permukaan dan mineral logam yang telah berperan serta dalam penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Armin Tampubolon, 2013, Kajian Timah Primer Di Pulau Belitung Provinsi Bangka Belitung Baharudin dan Sidarto, 1995, Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatera, sekala 1: , Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Kadir, W.G.A. 2000, Eksplorasi Gaya Berat dan Magnetik. Program Studi Teknik Geofisika ITB. Bandung. Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting. Osberger, R., Geologi dari Pulau Belitung. Arnhem. Netherlands, Billiton Co., Unpubl. Rep. On the Geology of the Inan Part of the Great Southeast Asian Tin Girgle. Billiton Tin Mining Company (Unpubl) Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., Keys, D. A., 1990, Applied Geophysics, Cambridge University Press, London
8 Lokasi Survei Gambar 1 Peta Indeks daerah survei IP dan Geomagnet, Belitung-Timur, Provinsi Bangka-Belitung Gambar 2. Peta Geologi daerah Survey IP dan Geomagnet Belitung Timur
9 Gambar 3 Peta sebaran titik ukur IP Gambar 4. Peta sebaran titik ukur Geomagnet
10 Gambar 5. Peta sebaran tahanan jenis dan chargeability per kedalaman Gambar 9. Interpretasi Geofisika Terpadu Daerah prospek berdasarkan data peta sebaran IP 70 meter, model 2D dan peta anomali magnet total
3. HASIL PENYELIDIKAN
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat
Lebih terperinci3. HASIL PENYELIDIKAN
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Santong, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin, Iqbal Takodama Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber
Lebih terperinciPENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yudi Aziz. M., A.Md., Reza Marza. D., ST. Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya
Lebih terperinciSURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Yudi Aziz Muttaqin, A.Md dan Sulaeman, S.T. Kelompok Penyelidikan
Lebih terperinciSURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG
SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG Muhammad Kholid dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber
Lebih terperinciSURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH
SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH Oleh: Asep Sugianto, Yadi Supriyadi, dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Panas
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK Yeremias K. L. Killo 1, Rian Jonathan 2, Sarwo Edy Lewier 3, Yusias Andrie 4 2 Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn Veteran Yogyakarta 1,3,4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan
Lebih terperinciKata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.
IDENTIFIKASI SEBARAN MINERAL SULFIDA (PIRIT) MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH LIBURENG KABUPATEN BONE Muh. Zulfitrah 1, Dr. Lantu, M. Eng. Sc, DESS 2, Syamsuddin, S.Si, MT 3 e-mail: fitrafisikaunhas@gmail.com
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk dapat menginterpretasi daerah potensi bijih besi di daerah penelitian, maka data
Lebih terperinciAbstrak
PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciPendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)
Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP) Ariski Juli Pramana 1 ; Muhammad Akbar K. S.Si. 2, Dr. Sunaryo, S.Si.M.Si. 3 (1) Mahasiswa
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT
SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT Muhammad Kholid, Sri Widodo Kelompok Program Penelitian Panas
Lebih terperinciSURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT
SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT Muhammad Kholid, M. Nurhadi Kelompok Program Penelitian Panas Bumi Pusat Sumber
Lebih terperinciSURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN
SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh: Yadi Supriyadi, Asep Sugianto, dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Panas
Lebih terperinciSTUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO
STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO Study of the zones of gold mineralization in Siliwanga village, Lore Peore district, Poso
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT
SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT Muhammad Kholid, dan Sri Widodo Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber
Lebih terperinciSari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan
Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun Sari Pengukuran tahanan jenis dengan konfigurasi Schlumberger telah dilakukan
Lebih terperinciIdentifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat
Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat Rian Arifan Kahfi dan Tony Yulianto Jurusan Fisika Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia Merupakan negara yang terletak di pertemuan tiga lempeng dunia (Ring Of Fire) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik
Lebih terperinciPENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli
PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA Oleh Liliek Rihardiana Rosli SARI Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Harga komoditi untuk mineral-mineral saat ini telah mendekati rekor harga tertingginya, seperti Logam-logam industri (bijih besi, tembaga, alumunium, timbal, nikel
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN
SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN Tony Rahadinata, dan Asep Sugianto Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya
Lebih terperinciEKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG
EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG Andi Agus Noor Laboratorium Geofisika, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT
Lebih terperinciSurvei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara
Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara Ahmad Zarkasyi*, Sri Widodo** Pusat Sumber Daya Geoogi, Badan Geologi, KESDM *zarkasyiahmad@gmail.com,
Lebih terperinciPENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)
PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP) Sapto Heru Yuwanto 1 1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan,
Lebih terperinciSurvei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara
Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara Ahmad Zarkasyi, Yadi Supriyadi, Sri Widodo Pusat Sumber Daya Geoogi, Badan Geologi,
Lebih terperinciSURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang
TAHUN 26, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA Eddy Sumardi, Timor Situmorang Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)
SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2) 1) Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan 2) Bidang Sarana Teknik SARI Pada tahun
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Armin Tampubolon Kelompok Program Penelitian Mineral SARI Secara regional, Pulau Sumba disusun oleh litologi yang berdasar
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pengolahan dan interpretasi data geofisika untuk daerah panas bumi Bonjol meliputi pengolahan data gravitasi (gaya berat) dan data resistivitas (geolistrik)
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT
SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT Ahmad Zarkasyi,Nizar Muhamad, Yuanno Rezky Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geoogi SARI Riset tentang sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan ribu pulau besar dan kecil. Dengan begitu cukup sedikit potensi lahan bisa termanfaatkan karena
Lebih terperinciSURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA
SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA Asep Sugianto, Tony Rahadinata, dan Yadi Supriyadi Kelompok Penyelidikan
Lebih terperinciSeminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
IDENTIFIKASI CEKUNGAN DARI POLA ANOMALI MAGNET TOTAL DAN NILAI SUSCEPTIBILITAS DARI BATUAN DASAR DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN Oleh Delyuzar Ilahude (*) dan Dicky Muslim (**) *) Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resolusi tinggi, metode geokimia yang dapat menganalisa unsur unsur dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem informasi geografis (SIG) ialah suatu sistem komputasi yang memiliki kemampuan untuk melakukan proses manipulasi, analisa, hingga menampilkan data yang memiliki
Lebih terperinciIdentifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*
PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua arat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*
Lebih terperinciPENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)
PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Geofisika Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciProgram Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN
KARAKTERISASI PANAS BUMI DI SUMBER AIR PANAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET (STUDI KASUS SUMBER AIR PANAS PANGGO KABUPATEN SINJAI) Oleh : Nurfadhilah Arif 1, Drs. Lantu, M.Eng.Sc, DESS 2, SabriantoAswad,
Lebih terperinciKarakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)
Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai) Nurfadhilah Arif, Lantu, Sabrianto Aswad, Maria Program Studi Geofisika
Lebih terperinciPengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub
Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub Puguh Hiskiawan 1 1 Department of Physics, University of Jember Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya mineral merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya pencarian lokasi sumber mineral baru. Setelah adanya
Lebih terperinciSURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)
SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Data geomagnet yang dihasilkan dari proses akusisi data di lapangan merupakan data magnetik bumi yang dipengaruhi oleh banyak hal. Setidaknya
Lebih terperinciPotensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.
Lebih terperincisumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang sangat besar. Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api danproses
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT
IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT Tris Armando Hidayati 1, Ibrahim Sota 1, Sudarningsih 1 Abstrak. Sumber daya mineral merupakan
Lebih terperinciPENENTUAN POTENSI SUMBERDAYA HIPOTETIK TIMAH PRIMER DI DAERAH AIR INAS KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PENENTUAN POTENSI SUMBERDAYA HIPOTETIK TIMAH PRIMER DI DAERAH AIR INAS KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Andi Darmawansyah, Makharani, Syamsuddin Program Studi Geofisika, Jurusan fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciSURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG
SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG Edy Purwoto, Yuanno Rezky, Robertus S.L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :
PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (04), Hal. 74 78 ISSN : 337-804 Pendugaan Potensi Bijih Besi di Dusun Sepoteng Kecamatan Sungai Betung Kabupaten Bengkayang Dengan Metode Geomagnet Apriyanto Ramadhan * ),
Lebih terperinciSURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung
SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT Muhammad Kholid, Harapan Marpaung KPP Bawah Permukaan Pengukuran Magnetotelurik (MT) telah
Lebih terperinciPEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY
20 ISSN 0854-2554 PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY Wrego Seno Giamboro 1, Wahyu Hidayat 1 1 Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan kemajuan suatu negara, bilamana suatu negara kekurangan energi maka akan memperlambat perkembangan kemajuan
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi
Lebih terperinciPEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK
PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK Oleh: Dafiqiy Ya lu Ulin Nuha 1, Novi Avisena 2 ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian dengan metode
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI
SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Oleh: Asep Sugianto 1), Ahmad Zarkasyi 1), Dadan Dani Wardhana 2), dan Iwan Setiawan 2) 1) Pusat Sumber Daya Geologi
Lebih terperinciSURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC
SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI POHON BATU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT DAN KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROVINSI MALUKU Ahmad Zarkasyi, Yadi Supriyadi, Arif Munandar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi
I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,
Lebih terperinciOleh : Soepriadi, Armin Tampubolon dan Hamdan Z. Abidin Kelompok Penyelidikan Mineral Logam, Pusat Sumber Daya Geologi SARI
PENYELIDIKAN UNTUK MENENTUKAN WILAYAH PENGEBORAN EKSPLORASI MINERAL LOGAM TIMAH PRIMER DAN LOGAM LAINNYADAERAH PARIT TEBU DAN LINTANG, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR, PROVINSI BANGKA BELITUNG
Lebih terperinciSurvei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah
Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah Oleh : Tony Rahadinata, dan Nizar Muhamad Nurdin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penerapan ilmu geofisika, geologi, maupun hidrografi dalam survey bawah laut menjadi suatu yang sangat krusial dalam menggambarkan keadaan, detail objek,
Lebih terperinciKata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan
PENDUGAAN JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH BENDUNGAN KARANGKATES MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNETIK Faisol Mohammad Abdullah 1, Sunaryo 2, Adi Susilo 3 1) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Univ. Brawijaya
Lebih terperinciBAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.... i Lembar Pengesahan.... ii Abstrak.... iii Kata Pengantar.... v Daftar Isi. vii Daftar Gambar.... ix Daftar Tabel.... xi BAB 1 : PENDAHULUAN.... 1 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 2 metode geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Dimana kedua metode tersebut saling mendukung, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan perekonomian secara global dapat mempengaruhi kondisi ekonomi pada suatu negara. Salah satunya adalah nilai tukar uang yang tidak stabil, hal tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian
Lebih terperinciGravitasi Vol. 14 No.2 (Juli-Desember 2015) ISSN:
STUDI ZONA MINERALISASI LOGAM MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP) DI DESA BALE KECAMATAN TANANTOVEA KABUPATEN DONGGALA STUDY OF METAL MINERALIZATION ZONE USING INDUCED POLARIZATION (IP) METHOD IN
Lebih terperinciPengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik
Modul 1 Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik Di antara sifat fisis batuan yang mampu membedakan antara satu macam batuan dengan batuan lainnya adalah massa jenis dan suseptibiltas batuan.
Lebih terperinciSURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DI DAERAH PANAS BUMI SAJAU, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA
SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DI DAERAH PANAS BUMI SAJAU, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Ahmad Zarkasyi, Dikdik Risdianto Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber
Lebih terperinciV. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan
37 V. HASIL DAN INTERPRETASI A. Pengolahan Data Proses pengolahan yaitu berawal dari pengambilan data di daerah prospek panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
Lebih terperinciSURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Tony Rahadinata, Iqbal Takodama Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat
Lebih terperinciPEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak
PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO Eko Minarto* * Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciGambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data apparent resistivity dan apparent chargeability dengan menggunakan perangkat lunak Res2dInv dan Rockwork 15 sehingga
Lebih terperinciSTUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK
STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK Oleh: Khoiri Zamroni NRP: 1110100022 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciSurvei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan
Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan Ahmad Zarkasyi, Yadi Supriyadi, Sri Widodo Pusat Sumber Daya Geoogi, Badan Geologi, KESDM Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR JUNI 007 Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko Eko Minarto Laboratorium Geofisika
Lebih terperinciCross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur
J. Sains Tek., Desember 2004, Vol. 10, No. 3 Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur Karyanto Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciPENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE
PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE Try Fanny Poerna Maulana 115.140.058 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan
Lebih terperinciSURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung
SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT Muhammad Kholid, Harapan Marpaung KPP Bawah Permukaan Survei magnetotellurik (MT) telah dilakukan didaerah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA TIMAH PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN INDUKSI POLARISASI DAN RESISTIVITAS DAERAH BUKIT PUYUH KEC.
IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA TIMAH PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN INDUKSI POLARISASI DAN RESISTIVITAS DAERAH BUKIT PUYUH KEC.TEMPILANG KAB. BANGKA BARAT, BANGKA BELITUNG Anoegrah Pratama DM, Makhrani, Sabrianto
Lebih terperinciGambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin
SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan SARI Secara geologi daerah
Lebih terperinciPENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB
PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB Puguh Hiskiawan 1* 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember, Indonesia Abstrak: Metode geomagnetik adalah salah
Lebih terperinciBAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS
BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas Kabupaten Serang, Banten Dalam penelitian ini dilakukan interpretasi kualitatif berdasarkan data
Lebih terperinciEKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU
EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium
Lebih terperinci183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC
Pendugaan Bijih Besi Dengan Geolistrik Resistivity -2D dan Geomagnet di Daerah Sebayur, Desa Maroktuah, Kec. Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Propinsi Kepulauan Riau 183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK
Lebih terperinciPENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI Hasil pengolahan data yang didapat akan dibahas dan dianalisis pada bab ini. Analisis dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara geometri yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46
BAB VI DISKUSI 6.1 Evolusi Fluida Hidrotermal Alterasi hidrotermal terbentuk akibat adanya fluida hidrotermal yang berinteraksi dengan batuan yang dilewatinya pada kondisi fisika dan kimia tertentu (Pirajno,
Lebih terperinciSURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR
SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR Oleh: Asep Sugianto 1), Edi Suhanto 2), dan Harapan Marpaung 1) 1) Kelompok Penyelidikan Panas Bumi 2) Bidang Program dan Kerjasama
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI
APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI Satria Kinayung 1, Darsono 1, Budi Legowo 1 ABSTRAK. Telah
Lebih terperinciAPLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN
Lebih terperinciPENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN
PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Imanuel Musa Foeh, Lilirk Rihardiana Rosli SARI Lokasi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG
PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG 1 La Ode Marzujriban, 2 Sabriabto Aswad 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK
ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK Samsul Irsyad 1 * ; Mimin Iryanti, 2 * ; Dadan Dani Wardhana 3 * 1,2 Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas (Au) telah dimanfaatkan sejak era prasejarah sebagai mineral ekonomis yang bernilai tinggi. Mineral emas dianggap berharga karena kilauan cahaya yang dipantulkan
Lebih terperinci