Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) Ria Film No. 241 NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) Ria Film No. 241 NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA"

Transkripsi

1 Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) Ria Film No. 241 NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA Sebetulnya, pertama kali Nyak Abbas Acup (campuran Sunda Aceh) membuat film, adalah film serius. Kemudian, dia mulai membatasi diri membuat film film komedi, hingga sekarang. Film komedi yang membuat namanya melambung adalah INEM PELAYAN SEXY, yang mendapat piala khusus sebagai film terlaris di tahun 77 dalam FFI 78 di Ujungpandang beberapa bulan lewat. Untuk rencana berikut, mungkin Nyak mau membuat film serius, tidak film komedi lagi. Dia memang tidak over produktif seperti sutradara lain. Baik Nyak, cukup setahun 2 atau 3 film. Lewat Film "Inem Pelayan Sexy" ini nama Nyak terkenal sebagai sutradara 100 juta. Padahal, uang sebesar itu adalah pemasukan untuk booker, bukan untuk diri Nyak. Belum lama berselang, di Teater Tertutup TIM diadakan pekan film Nyak. Film film yang diputar adalah mat Dower, Tiga cewek-badung, Inem pelayan sexy, Karminem dan Drakula Mantu. Penontonnya memang melimpah. Kentara nama Nyak merupakan jaminan atas berhasilnya sebuah film yang menyedot penonton. Ketika ditanya, masuk jenis film komedi mana karya-karyanya, Nyak kalem menjawab: ada farce, pure komedi, black komedi dan sweet komedi. Tapi Nyak menolak keras kalau ada orang yang menggolongkan film komedinya kedalam jenis slapstick (film komedi yang kasar). Film komedi hitam putih karyanya yang berjudul TIGA BURONAN mungkin bisa dimasukkan kedalam black komedi. Maksudnya adalah bukan pada warna filmnya yang hitam putih, sehingga disebut black komedi, tapi pada unsur kekasaran yang ada pada tokoh-tokohnya. Dan kekerasan ini sengaja dibuat secara komedi oleh Nyak. Dia memang maunya main main. Seperti halnya film THE STING yang menurut Nyak bisa digolongkan kedalam sweet komedi. Ada tembakan, tapi dalam bentuk komedi. Memang hampir semua film film komedi Nyak adalah farce (film konyol, tapi tidak sekasar slapstick). Perhatikan saja film Drakula mantu. Drakula adalah tokoh luar negeri yang tiba tiba diceritakan di Indonesia. Menurut Nyak, keluar negerian pada film ini adalah sebagai sindiran pada negara kita yang menerima banyak

2 bantuan, misalnya dari IGGI atau bantuan untuk gizi. Alhasil, ada relevansi dengan keadaan. Begitu juga pada film Bing Slamet cowboy cengeng. Memang menyindir sesuatu lewat komedi lebih enak dan lebih aman ketimbang secara langsung. Pihak yang terkenapun tidak akan marah, tapi malah tertawa. Bagi anda, mana film-film anda yang sukses? "Semua menyenangkan dan sukses. Memang film film komedi berlainan karakternya. Tapi kalau disebut sukses komersiil, jelas film Inem (di Surabaya, sudah beredar film Inem Pelayan Sexy seri 2, dan akan segera main di Jakarta) yang untung luar biasa, ibarat mesin jackpot yang berhasil menyedot kocek penonton. Ditambahkannya, bahwa Nyak agak keberatan kalau trade mark INEM--nya dipakai oleh orang/sutradara lain. Ini merupakan preseden yang tidak baik. Diakuinya, sampai sekarang, Nyak belum pernah menonton film INEM NYONYA BESAR. Memang waktu itu, produser Inem Nyonya Besar sudah minta maaf pada Nyak atas kejadian ini. Tapi ternyata Nyak masih rada mangkel juga. Maklum, tokoh Inem adalah tokoh ciptaannya. Sama halnya tokoh si Doel yang khas Syuman Jaya (walaupun Syumanjaya sama memakai nama ini dari judul yang sama novel karya Aman Dt. Mojoindo) atau James Bond yang khas Ian Fleming). "Kalau nama Ateng, Bing Slamet atau Benyamin ada hak untuk dipakai sutradara lain. Tapi kalau nama Inem atau di Doel, jelas tidak bisa. Kalau nama drakula atau cow boy itu kan cuma bersifat abstrak semata, jadi bebas dipakai dimana saja. Contoh lain, misalnya nanti suatu ketika, saya ingin membuat film dengan judul Tjokro (tokoh dalam Inem)" kata Nyak. Dan sejarah perfilman Indonesia, film Inem tercatat nomor dua sebagai film yang banyak menghasilkan uang yang dicatat di Philipina. "Saya lebih senang pada film Mat Dower, karena dalam film tersebut ada pencarian bentuk baru. Omong kosong kalau ada orang sekarang yang ngomong membuat film bentuk baru, karena 10 tahun yang lalu, saya sudah melakukannya. Saya rasa belum ada sebuah film kita yang melompat lompat macam mat Dower.Dari cerita, setting, dialog, kostum, dekor dan lain lain sudah merupakan bentuk baru. Maka kalau mau mencari kepribadian Nasional, Lewat film ini saya memberi andil", kata Nyak mantap. Lebih jauh, Nyak berkata bahwa janganlah melihat film berdasar 'touching' semata-mata, tapi harus berdasar naluri dan otak kita. Kalau bicara kedaerahan tok, belum perlu secara khusus. Tapi kalau film kedaerahan yang merangsang otak kita

3 (ada latar belakang pengetahuan), boleh dibicarakan. Dengan kata lain, film Nyak ini harus dibicarakan dari segi analisa otak, bukan segi keindahan. memang film Mat Dower di segi pemutaran, kurang berhasil. Tapi Nyak yakin, bahwa suatu ketika, masyarakat kita perlu dibawa ke arah itu. Sebagai orang yang minta banyak, film film sejenis Mat Dowerlah yang harus dibicarakan. KWALIFIKASI Beberapa jenis, Pertama : yang mempengaruhi naluri dasar atau rangsang seseorang (violence, sadisme, sex). Jenis berikut adalah film yang digolongkan kedalam flamour, atau yang serba hebat. Film jenis ini banyak yang menonton, karena diwakili masa yang luas. meningkat lagi, film yang merangsang perasaan kita. Ceritanya juga enak dihayati (contoh : film Love Story, Pengantin Remaja). Dan film film yang merangsang otak dan mengajak penonton berpikir. Di Barat, sudah banyak yang membuat film jenis ini. Dan kalau perlu, tahap teratas adalah yang bersifat spirituil. Jarang film beranjak ke arah tahap terakhir ini. Lewat sifat spirituil ini, penonton diajak merenungkan diri bahwa kita ini sebetulnya apa?. Untuk negara kita, lebih banyak dibuat film film yang merangsang perasaan saja. Angle baik dan cerita yang menyentuh, sudah cukup. Tanpa berusaha membuat lebih atas lagi, yakni yang merangsang otak. Maka, Nyak berusaha semaksimal mungkin membuat film jenis ini. "Kalau di Eropa mungkin cukup dengan setengah kata dlam membuat film, tapi di sini mungkin baru 3 atau 10 kata, masyarakat baru mengerti. Komunikasi ala Barat dalam pembuatan film sudah diterapkan di sini. yang jelas, saya mengarah ke sana, walaupun dalam bentuk komedi. Film film saya bukan hanya two dimension, tapi saya mau multi dimension. Ini keinginan saya, entah sampai tidaknya". kata Nyak. Mungkin bagi anda, film film karya Nyak seperti Heboh, Juara 60 (Mang Udel) Dunia belum kiamat (Titiek Sandhora - Muhsin, film musikal komedi), Penyeberangan dsb., masih membekas di hati anda. Dalam perjalannya itulah, Nyak tambah maju dan berkembang terus. (Yanto/Zan Zappha Grup) RIA FILM NO. 241

4

5

6

7

Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) VISTA No Pengarah Film Komedi yang Laris

Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) VISTA No Pengarah Film Komedi yang Laris Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) VISTA No. 331 Pengarah Film Komedi yang Laris Nya' Abbas Akub Cita-cita Jadi Diplomat Terpeleset ke Film KETIKA film "Heboh" produksi

Lebih terperinci

Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap Nasib Orang Kecil

Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap Nasib Orang Kecil Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PIKIRAN RAKYAT, 27 Februari 1988 Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap

Lebih terperinci

Sikap Berkesenian Nyak Abbas Akub Mencubit Tanpa Sakit, Menegur Tanpa Amarah

Sikap Berkesenian Nyak Abbas Akub Mencubit Tanpa Sakit, Menegur Tanpa Amarah Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA MINGGU, 14 April 1991 Sikap Berkesenian Nyak Abbas Akub Mencubit Tanpa Sakit, Menegur Tanpa Amarah DUNIA perfilman

Lebih terperinci

Mengenang Nyak Abbas Akub

Mengenang Nyak Abbas Akub Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS MINGGU, 26 April 1992 Mengenang Nyak Abbas Akub SETAHUN lalu, 14 Februari 1991, perfilman Indonesia kehilangan putra

Lebih terperinci

Hasil Ketik Ulang dari dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Sumber : Kompas 15 Februari 1991

Hasil Ketik Ulang dari dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Sumber : Kompas 15 Februari 1991 Hasil Ketik Ulang dari dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Sumber : Kompas 15 Februari 1991 Sutradara Nya Abbas Akup Meninggal * Hari ini dimakamkan di Bandung Jakarta, Kompas Sutradara terkemuka

Lebih terperinci

Nyak Abbas Acub : Tukang ejek nomor wahid

Nyak Abbas Acub : Tukang ejek nomor wahid Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA, 26 Agustus 1978 Nyak Abbas Acub : Tukang ejek nomor wahid Oleh : Salim Said Pada umur 22 tahun, Nyak Abbas Acub

Lebih terperinci

SUMBER : KOMPAS, 25 Januari 1996 Film yang Membuatnya Hidup

SUMBER : KOMPAS, 25 Januari 1996 Film yang Membuatnya Hidup Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : KOMPAS, 25 Januari 1996 Film yang Membuatnya Hidup FILMLAH satu-satunya yang membuat saya merasa hidup. Kata-kata ini diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri sendiri pada tahun 1980-an ketika film indonesia merajai bioskop-bioskop

BAB I PENDAHULUAN. negeri sendiri pada tahun 1980-an ketika film indonesia merajai bioskop-bioskop 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perfilman indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negeri sendiri pada tahun 1980-an ketika film indonesia merajai bioskop-bioskop

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia perfilman horor Indonesia semakin marak dan maju. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap bioskop ada, satu bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri

Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Berita Yhuda Minggu, 19 Nopember 1992 Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri Konsekwensi ekonomi pasar (terbuka) dimana film Amerika

Lebih terperinci

Wajah Teguh Karya dalam Film Pertamanya

Wajah Teguh Karya dalam Film Pertamanya Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Kompas, 20 September 1996 Wajah Teguh Karya dalam Film Pertamanya Pengantar Redaksi Tanggal 18-22 September ini di Pusat Perfilman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN

TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN SISTEM INFORMASI Oleh: GERARDUS PRIMA WELBY (09.12.3687) JURUSAN SISTEM INFORMASI STMIK AMIKOM JOGJAKARTA 2011 Animasi Tradisional Pada zaman dahulu kala,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu. Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu. Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Munculnya sineas-sineas muda seperti Raditya Dika, Pandu Birantoro (kru film Superman, Smallville), M Taufik Pradana (Sutradara terbaik versi Film Dokumenter dalam

Lebih terperinci

Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan

Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : SUARA KARYA, 22 Januari 1979 Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Wim Umboh, sutradara film terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang modern, membuat seorang kreator film akan lebih mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang modern, membuat seorang kreator film akan lebih mudah dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri perfilman terus melakukan perkembangan baik dalam hal teknologi peralatannya, maupun dalam segi kreativitasnya. Dengan peralatan film yang modern, membuat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana cerita itu, penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana cerita itu, penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan produk karya seni dan budaya yang memiliki nilai guna karena bertujuan memberikan hiburan dan kepuasan batin bagi penonton. Melalui sarana cerita

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULA DA SARA

BAB 5 KESIMPULA DA SARA BAB 5 KESIMPULA DA SARA 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara karakteristik audience yang diwakili oleh product category/brand familiarity, pleasure-emotional-cognitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri. Akhir tahun 1990an dan awal 2000, pembuat-pembuat film dengan budget

BAB I PENDAHULUAN. negeri. Akhir tahun 1990an dan awal 2000, pembuat-pembuat film dengan budget BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan film di Indonesia sendiri memiliki perkembangan yang naik turun. Film-film Indonesia pada era 1980an dan 1990an, mengalami keterpurukan yang dalam karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercapai ketika setiap individu mau berusaha dan bekerja keras. Dalam tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercapai ketika setiap individu mau berusaha dan bekerja keras. Dalam tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup setiap individu tentunya adalah hal yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lainnya, tujuan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Media Indonesia, 03 Maret 1991

Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Media Indonesia, 03 Maret 1991 Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Media Indonesia, 03 Maret 1991 Teguh Karya: Kita Hadapi Persoalan dengan Kearifan Pengantar: Teguh Karya lahir di Pandeglang, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang sangat berperan dalam kehidupan manusia, salah satunya untuk berkomunikasi, yaitu membantu manusia untuk saling berinteraksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia bisa dikatakan cukup signifikan. Terlihat dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini. Tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan uraian demi uraian yang membuat penulis semakin sadar akan arti sebuah penelitian. Pada kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Setelah proses penelitian dan pembuatan sketsa yang telah diterangkan pada bab III, pada bab ini membahas mengenai proses dan implementasi desain pada berbagai media yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gambar 1. 1 Skema Latar Belakang Sumber : Penulis 17 1.1.1 Film Sebagai Media Hiburan Warga Kota Film merupakan salah satu media hiburan dalam mengusir kebosanan warga

Lebih terperinci

Sutradara, Penulis Scenario Drs. Syumanjaya Meninggal Dunia Ketika Melakukan Pengajian

Sutradara, Penulis Scenario Drs. Syumanjaya Meninggal Dunia Ketika Melakukan Pengajian Hasil ketik ulang dari dikumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : BERITA BUANA, 20 Juli 1985 Sutradara, Penulis Scenario Drs. Syumanjaya Meninggal Dunia Ketika Melakukan Pengajian Sutradara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman yang terus meningkat, masyarakat juga terus mengadopsi nilai-nilai seni dan budaya yang dihadirkan pada dunia industri hiburan. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 4. BERITALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 4. BERITALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPA BAB 4. BERITALatihan Soal 4.2 1. Kebakaran terjadi di pasar Sukaramai Pekanbaru Riau, Selasa sore (8/12/15) membuat panik pedagang yang berusaha menyelamatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada di film Lalito di

BAB III METODE KERJA PRAKTEK. ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada di film Lalito di BAB III METODE KERJA PRAKTEK Dalam kerja praktek ini, penulis berusaha menemukan permasalahan yang ada dan mempelajari serta menganalisis permasalahan yang ada di film Lalito di Animotion Academy Surabaya.

Lebih terperinci

Pengantar Teknologi Informasi Animasi. Deddy Award Widya Laksana. Animasi Dalam Berbagai Media. Pengenalan Sinematografi

Pengantar Teknologi Informasi Animasi. Deddy Award Widya Laksana. Animasi Dalam Berbagai Media. Pengenalan Sinematografi Pengantar Teknologi Informasi Animasi Deddy Award Widya Laksana Pengenalan Sinematografi Animasi Dalam Berbagai Media 1 PENGENALAN SINEMATOGRAFI Sinematografi berasal dari bahasa Yunani, Kinema yang berti

Lebih terperinci

SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI

SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI SINE MATO GRAFI SINEMATOGRAFI DAN SARANA FISIK SINEMATOGRAFI DESKRIPSI SINEMATOGRAFI Merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris : cinematography kinema (latin) yg artinya gambar. Sinematografi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang menyentuh hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus dipahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua makhluk hidup di muka bumi ini saling berinteraksi serta berkomunikasi satu sama lain tak terkecuali manusia. Untuk keperluan ini, manusia dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater/ peran. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia film, pada dasarnya juga bentuk pemberian informasi kepada masyarakat. Film juga memberi kebebasan dalam menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari seorang pembuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mengisi waktu senggangnya atau untuk mencari hiburan dari

Lebih terperinci

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya suatu hari, dia pun memberanikan diri untuk mengintip. Terlihat seorang bocah lelaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bagaimana konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya, kelompok referensi,

BAB I PENDAHULUAN. dan bagaimana konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya, kelompok referensi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perilaku konsumen selalu menarik bagi pemasar. Pengetahuan tentang perilaku konsumen membantu pemasar untuk memahami bagaimana konsumen berpikir, merasa, dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Program acara hiburan (entertainment) merupakan tayangan yang hampir dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Saat ini stasiun televisi berlombalomba untuk menyajikan

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Phlegmatis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Phlegmatis

Lebih terperinci

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dan menjadi dasar bagi perkembangan psikologi anak dalam konteks sosial yang lebih luas.

Lebih terperinci

BAB III Analisa Masalah

BAB III Analisa Masalah BAB III Analisa Masalah 3.1. Analisa SWOT 3.1.1. Strength Kekuatan pada film pendek ini adalah yang membedakannya dengan kampanye biasa. Bila pada kampanye biasa, informan menyampaikan pesan secara langsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Film berperan sebagai komunikasi bahasa. Film mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Film berperan sebagai komunikasi bahasa. Film mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film berperan sebagai komunikasi bahasa. Film mengungkapkan maksudnya melalui gambar-gambar yang disajikan, menyampaikan pesan pada penonton berhubungan dengannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo.

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena film horor telah sangat membooming di indonesia, salah satunya yang baru-baru ini beredar adalah Terowongan Casablanca yang diperani oleh Ray Sahetapy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis.

BAB 2 DATA DAN ANALISA KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA. dan karakter orang-orang Jakarta disertai dengan komentar yang positif dan kritis. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 DATA 2.1.1 KOMIK 100 TOKOH YANG MEWARNAI JAKARTA Komik 100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta adalah merupakan kumpulan illustrasi tentang profesi dan karakter orang-orang Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab 6 berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Untuk itu, pertama akan dipaparkan mengenai simpulan hasil penelitian novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi masa depan bangsa. Pedidikan anak adalah sesuatu hal penting yang tidak bisa diabaikan. Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berati kita melihat kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK MELALUI PERMAINAN MEMASANGKAN GAMBAR DENGAN KATA PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH IV KARANGGENENGBOYOLALI SEMESTER 2 TAHUN 2009 / 2010 Skripsi Di susun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informatika yang berkembang dikalangan masyarakat pada saat ini, dunia hiburan untuk masyarakat luas dan khususnya untuk anak-anak dapat dikatakan mengalami

Lebih terperinci

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Logo Gambar 6 Logo ` Logo ini bertuliskan Line Backers dengan tagline Merah? STOP Di Belakang Garis. Line Backers merupakan nama kampanye yang saya usung, dimana nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan

Lebih terperinci

10 Tahun yang Lalu Usmar Ismail Tutup Usia Oleh: H. Rosihan Anwar

10 Tahun yang Lalu Usmar Ismail Tutup Usia Oleh: H. Rosihan Anwar Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : KOMPAS, 28 DESEMBER 1980 Hal. 1 10 Tahun yang Lalu Usmar Ismail Tutup Usia Oleh: H. Rosihan Anwar Agaknya tidak banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak atau sesaat.

BAB I PENDAHULUAN. pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak atau sesaat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak semakin mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Pakar komunikasi

Lebih terperinci

1. Anda merupakan penggemar setia obsesi di Global TV? Karena sajiannya selalu menarik seputar gosip2 terbaru. Memang,

1. Anda merupakan penggemar setia obsesi di Global TV? Karena sajiannya selalu menarik seputar gosip2 terbaru. Memang, Nama : Susi Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan 1. Anda merupakan penggemar setia obsesi di Global TV? Ya! 2. Mengapa anda merasa obsesi di Global TV lebih unggul dibanding program infotainment sejenis?

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Walaupun Di dalam Cerita tersebut banyak dialognya penulis ingin membuat film animasi ini menjadi pantomin yang diiringi dengan lagu yang tepat, juga ceritanya diubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekranisasi adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam film. Pemindahan novel ke layar putih ini mau tidak mau mengakibatkan timbulnya pelbagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanpa seorang anak sebuah keluarga terasa masih belum lengkap. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, juga harus selalu kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk interkasi adalah komunikasi. Sarana yang paling efektif untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

Reproduksi Gaya Berkendara Sinetron Anak Jalanan Oleh Remaja (Reception Analysis Siswa SMAN 14 Bekasi ) Muhammad Rheza Fadillah 1B815844

Reproduksi Gaya Berkendara Sinetron Anak Jalanan Oleh Remaja (Reception Analysis Siswa SMAN 14 Bekasi ) Muhammad Rheza Fadillah 1B815844 Reproduksi Gaya Berkendara Sinetron Anak Jalanan Oleh Remaja (Reception Analysis Siswa SMAN 14 Bekasi ) Muhammad Rheza Fadillah 1B815844 BAB 1 LATAR BELAKANG MASALAH RUMUSAN MASALAH Film Sinetron Anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi, media massa pun berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan film. Di Indonesia, film tidak hanya merupakan sebuah karya

Lebih terperinci

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Busana adalah salah satu dari seluruh rentang penandaan yang paling jelas. Dari penampilan luar, yang dengannya orang menempatkan diri mereka terpisah dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang dibantu dengan penelitian kuantitatif elementer (berupa angka-angka nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful

BAB I PENDAHULUAN. lurus. Mereka menyanyikan sebuah lagu sambil menari. You are beautiful, beautiful, beautiful BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu scene ada 9 orang perempuan dengan penampilan yang hampir sama yaitu putih, bertubuh mungil, rambut panjang, dan sebagian besar berambut lurus.

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

Review Film : Judul Film : PARKER (2013) Genre : Action/Thriller/Crime. Sutradara : Taylor Hackford.

Review Film : Judul Film : PARKER (2013) Genre : Action/Thriller/Crime. Sutradara : Taylor Hackford. , Aksi Sang Penyamun Profesional Balas Pengkhianatan Atas Dirinya Review Film : Judul Film : PARKER (2013) Genre : Action/Thriller/Crime. Sutradara : Taylor Hackford. Skenario : John J. McLaughlin (screenplay),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian dengan metode kualitatif ini mengacu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian dengan metode kualitatif ini mengacu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian dengan metode kualitatif ini mengacu pada pertanyaan penelitian, antara : 1. Adakah persamaan dan perbedaan komunikasi seksual pada pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau tidaknya suatu bangsa. Pendidikan bagi setiap orang merupakan kebutuhan mutlak bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci