Sikap Berkesenian Nyak Abbas Akub Mencubit Tanpa Sakit, Menegur Tanpa Amarah
|
|
- Suhendra Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA MINGGU, 14 April 1991 Sikap Berkesenian Nyak Abbas Akub Mencubit Tanpa Sakit, Menegur Tanpa Amarah DUNIA perfilman Indonesia, bulan lalu kehilangan lagi salah seorang putra terbaiknya. Dia adalah Nyak Abbas Akub, sutradara spesialis film komedi. Nyak Abbas Akub memang telah pergi, dalam istirahat yang panjang dan abadi. Namun, garis merah yang ia torehkan dalam peta perfilman Indonesia selamanya akan tetap tergurat. Sejarah tentulah mencatat bahwa suatu masa dalam perjalanan kehidupannya, dunia perfilman Indonesia pernah memiliki seorang sutradara bernama Nyak Abbas Akub. Memang, ia bukan seorang sutradara besar dalam artian pernah meraih sejumlah penghargaan atas karya-karya yang ia buat. Namun, keberadaan yang ia perlihatkan lewat film-filmnya, jelas merupakan kekhasan tersendiri yang membuatnya berbeda dari rekan seprofesinya. Selama kurang lebih 39 tahun malang-melintang dalam dunia perfilman, Nyak Abbas Akub telah membuat lebih dari 20 judul film yang seluruhnya berbentuk komedi. Dan hampir semuanya sukses dalam peredaran. Bahkan, dua diantaranya sempat meraih penghargaan Piala H. Antemas sebagai film Indonesia terlaris. Masing-masing Koboi Cengeng (FFI 1975) dan Inem Pelayan Sexy (FFI 1978). Itu juga ditunjukkannya dalam pembuatan film terakhirnya, Boneka Dari Indiana. Film yang segera beredar itu, tetap memiliki warna yang sama, komedi dan satire. Didukung oleh bintang-bintang seperti Didi Petet, Lidya Kandou, Meriam Bellina, Ami Priyono dan Ida Kusumah, Boneka Dari Indiana adalah potret diri Nyak Abbas sebelum meninggalkan dunia fana. BERBEDA dari kebanyakan sineas Indonesia, Nyak Abbas Akub sejak semula memang telah memilih jalur komedi sebagai bentuk ungkapan bagi filmfilmnya. Ada dua hal yang penting digarisbawahi dalam sikap berkeseniannya, yakni pertama, komitmennya yang tegas terhadap rakyat kecil, dan kedua, ketajamannya menangkap gejala sosial yang ada di lingkungannya. Kedua hal ini bukan hanya tercermin jelas dalam judul-judul filmnya, tapi juga dalam permasalahan, tokoh-tokoh yang ditampilkan, serta cara melihat persoalan. Komitmen terhadap rakyat kecil, terlihat pada judul-judul semacam Ginah, Cintaku Dirumah Susun, atau Inem Pelayan Sexy. Demikian pula dengan tokohtokoh dari kelompok masyarakat bawah. Kalaupun kemudian tampil tokoh nonmasyarakat bawah, misalnya pengusaha atau sejenisnya, biasanya hanya bermotifkan kebutuhan untuk mempertegas karakterisasinya, atau masih dalam konteks hubungan protagonis-protagonis. Nyak Abbas Akub memang sangat berpihak pada kelompok masyarakat bawah lewat Inem, Ginah, Cintaku Dirumah Susun, bahkan Tiga Buronan. Itu terasa tegas dengan kecenderungan memenangkan kelompok under-dog itu dalam konflik yang dibangun.
2 Namun, penting dicatat, kemenangan itu tidak selalu ditandai dengan adanya pihak yang dikalahkan, tapi justru muncul dalam wujud kesadaran. Tanpa kita sadari dan tanpa ditegaskan lewat pernyataan, Nyak Abbas Akub telah mengamalkan secara baik jagoan menang tanpa mengalahkan dalam film-filmnya. Selain lewat penokohan, keberpihakan Abbas Akub nampak pula pada setting cerita yang tidak jarang diikuti masalahnya. Lingkungan kumuh, kepolosan dan keluguan masyarakat kelas bawah, atau sikap hidup orang desa yang bersahaja, adalah ciri umum film-film Nyak Abbas. Tentu saja, Nyak Abbas tidak menariknya dalam konteks dikhotomi, namun lebih banyak disodorkan sebagai realitas, sehingga tidak jarang ia tertekan tak memiliki visi. Tetapi, justru itulah Nyak Abbas Akub. Ia jelas tidak seperti almarhum Syumanjaya misalnya, yang terasa sarat okikiran lewat Si Doel Anak Modern atau Si Mamad yang juga berbentuk komedi satire. Bagi Nyak Abbas, yang terpenting bukanlah apa yang mesti ia sampaikan, tetapi bagaimana sesuatu itu disampaikan dan apakah orang bisa menerima atau tidak. Karenanya, seringkali apa yang hendak disampaikan, luput dari tangkapan pengamat, namun justru sampai secara efektif bagi penonton awam. Soalnya sederhana saja, visi itu adakalanya terwujud dalam bentuknya sendiri, atau mungkin hanya pada sepenggal dialognya. BERSAMAAN dengan keberpihakannya pada kelompok bawah, tak kalah penting adalah ketajaman Nyak Abbas menangkap gejala sosial di lingkungannya. Untuk hal ini, Nyak Abbas malah boleh dibilang tergolong pengamat sosial jeli. Hasil amatannya yang dituangkan dalam wujud film bukan sajaterasa tajam, tapi menyentuh pokok persoalannya. Dalam konteks ini, ia bukan hanya menyindir, tapi jarang mencemooh, bahkan menegur.
3 Hebatnya, tak ada orang marah atau tersinggung atau tersinggung atas semua cemooh maupun tegurannya. Ini ditandai dari tidak satu pun filmnya yang berbenturan, baik karena ketajaman gunting Badan Sensor Film (BSF), atau terpaksa ditarik dari peredaran karena dinilai bertentangan dengan ketentuan yang ada. Padahal, seluruh film Nyak Abbas rata-rata sarat kritik sosial, bahkan tidak jarang menyangkut persoalan yang peka pada zamannya. Tiga Buronan misalnya, meskipun disajikan dalam bentuk komedi, jelas bukan film sembarangan. Film ini sangat bersifat politis. Mengisahkan tiga pelarian, film ini mengambl setting peristiwa pemberontakan Darul Islam (DI) yang pernah mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dalam film ini, Nyak Abbas terasa betul mengejek kedua belah pihak (pemberontak dan yang diberontak). Meskipun pada akhirnya ia berpihak pada kebenaran (Mengalahkannya pemberontak), namun tesis bahwa rakyat kecil tetap menderita, ada atau tidak pemberontak itu, tetap saja mencuat. Artinya, ia tak mempersoalkan ada tidaknya kebenaran, karena toh rakyat tetap menderita. Demikian pula halnya Inem Pelayan Sexy yang notabene adalah kritikan tajamnya terhadap hipokrisi, bahkan kemiskinan yang terstruktur dalam tatanan masyarakat kita. Lewat film ini, Nyak Abbas na mpak sekali ingin memperlihatkan, betapa ketertindasan yang berlaku terhadap tokoh semacam Inem pada dasarnya bukan semata-mata karena sudah suratan takdir. Tapi, karena tatanan kehidupan masyarakatlah yang menjadikannya demikian. Jadi, pada film ini Nyak Abbas telah bicara soal kemiskinan strukturisasi. Kritik Nyak Abbas pernah pula merambah jauh ke hal-hal yang menyangkut masalah-masalah ekonomi. Pada Ginah, misalnya, Nyak Abbas jelas menunjukkan kritiknya pada praktek monopoli dalam dunia ekonomi. Ginah bercerita tentang seorang bakul jamu yang kemudian kaya mendadak karena kepentingan wajahnya yang menghantarkan ia menjadi model. Lewat kekayaan yang ia peroleh itu, Gina lalu mendirikan sebuah perusahaan jamu kelas industri raksasa. Tentu saja, sebagai konsekuensi pendirian industri jamu tadi, dibutuhkan bahan baku yang besar pula. Celakanya, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku itu, perusahaan jamu Ginah tak memikirkan sama sekali asal-usulnya. Yang penting, kebutuhan harus tercukupi. Alhasil, seluruh produksi bahan baku jamu dari petani yang biasanya untuk memasok kebutuhan para bakul jamu, diborong perusahaan Ginah. Ini tentu saja memukul para bakul jamu itu. Apalagi, sebagian bahan baku itu kemudian dilempar lagi ke pasar dengan harga yang lebih mahal dibanding yang biasa mereka beli dari petani. Para bakul jamu tentu saja gulung tikar satu-persatu. Di akhir cerita, Ginah dilukiskan sadar. Ia kemudian memutuskan menjual pabrik jamunya dan kembali menjalani hidup sebagai bakul jamu kuat seperti sediakala. DALAM kaitannya dengan sikap berkesenian itu, bukan suatu kebetulan jika Nyak Abbas memilih bentuk komedi bagi film -filmnya. Paling tidak, ini sudah nampak sejak awal lewat film pertamanya, Heboh (1954). Sudah menjadi kelaziman, kritik yang tajam atas suatu persoalan atau keadaan, akan jauh lebih mungkin diterima bahkan oleh mereka yang dikritik jika disampaikan lewat gaya humor. Sebaliknya, kritik yang meskipun tidak terlalu tajam, cenderung akan ditolak bahkan dicurigai jika disampaikan secara langsung. Adagium ini nampaknya dipahami betul oleh Nyak Abbas. Karenanya, tidak ada cara lain kecuali memilih bentuk komedi. Kenyataannya, Nyak Abbas berhasil
4 dengan baik. Hampir tak pernah ada yang tersinggung karenakritikannya, meskipun sebaliknya hampir pula tak pernah ada yang memberi catatan khusus atas kritikannya. Sebagai contoh, Ginah bisa disebut salah satunya. Sangatlah tidak bisa dipungkiri, praktek monopoli yang dikritik Nyak Abbas dalam film ini, sebenarnya menyangkut banyak pihak. Tapi, sejauh ini, kita tak pernah mendengar ada yang bereaksi atas film itu. Itu sungguh berbeda dengan pengalaman Arifin C Noer lewat film Matahari- Matahari atau Petualang-Petualang, misalnya yang terpaksa menghadapi tajamnya gunting sensor karena kritikannya yang tajam. Tapi, yang seperti itu jelas tak terjadi pada Ginah, Inem, atau Tiga Buronan. Mengapa bisa terjadi?. Itu karena Nyak Abbas membalutnya dengan bungkus komedi tadi. Ketika kritik itu disampaikan, orang masih sempat tertawa, dan kening sedang tak berkerut. Dengan bentuk pendekatan seperti ini, orang baru sadar belakangan kalau ia dikritik. Saat kesadaran muncul, waktu untuk bereaksi sudah terlambat, sehingga terpaksa diam saja, karena kalau bereaksi, malah mengundang persoalan baru. Alasan lain yang juga melatarbelakangi Nyak Abbas memilih bentuk komedi adalah sikap keberpihakannya pada rakyat kecil yang kaya akan hal-hal lucu, konyol, satire dan segala peristiwa-peristiwa yang komis. Tapi mereka merupakan potensi besar sebagai penonton film Indonesia. Lumrah rasanya kalau Nyak Abbas memilih bentuk itu, karena untuk sementara bentuk demikianlah yang paling cocok. Nyak Abbas memang berusaha mensejajarkan antara bentuk ungkap dengan realitas audiens yang menjadi sasarannya. Paralel dengan ini adalah kesederhanaan. Dalam hal cerita, film-flm Nyak Abbas Akub seluruhnya menggunakan struktur bertutur linear, kendatipun tidak selamanya terikat hukum sebab-akibat yang jelas. Namun, dengan pola seperti ini, ia menjadi lebih mudah dimengerti. Setidaknya, seba tas jalinan cerita yang disodorkan. Dengan penampilan pendiam, orang mungkin tak percaya kalau Nyak Abbas Akub sering kali mencubit, menegur, bahkan mengejek. Tapi semuanya disampaikan Nyak Abbas tanpa ingin menyakiti, ia menegur tanpa amarah, mengejek tanpa terasa melecehkan. Dan sebaliknya, malah terasa menyenangkan. Kini Nyak Abbas Akub telah tiada, dan perfilman Indonesia mungkin masih akan lama lagi baru melahirkan orang seperti dia. Sejauh ini belum ada tanda -tanda lahirnya sineas semacam dia, yaitu seorang sineas yang sederhana, memiliki sikap dan pendirian teguh, tak punya ambisi macam-macam, tidak neko-neko, mampu tetap eksis hingga akhir hayatnya, namun tetap dihormati. Kita memang merindukan orang semacam dia!
5
6
7
Mengenang Nyak Abbas Akub
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS MINGGU, 26 April 1992 Mengenang Nyak Abbas Akub SETAHUN lalu, 14 Februari 1991, perfilman Indonesia kehilangan putra
Lebih terperinciHasil Ketik Ulang dari dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Sumber : Kompas 15 Februari 1991
Hasil Ketik Ulang dari dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Sumber : Kompas 15 Februari 1991 Sutradara Nya Abbas Akup Meninggal * Hari ini dimakamkan di Bandung Jakarta, Kompas Sutradara terkemuka
Lebih terperinciHasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) Ria Film No. 241 NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA
Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) Ria Film No. 241 NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA Sebetulnya, pertama kali Nyak Abbas Acup (campuran Sunda Aceh) membuat film,
Lebih terperinciMerasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap Nasib Orang Kecil
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PIKIRAN RAKYAT, 27 Februari 1988 Merasa Senang Adanya Festival Film Bandung Nyak Abbas Acub Memilih Komedi untuk mengungkap
Lebih terperinciHasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) VISTA No Pengarah Film Komedi yang Laris
Hasil ketik ulang dari dokumen asli : (dokumen asli terlampir di bawah) VISTA No. 331 Pengarah Film Komedi yang Laris Nya' Abbas Akub Cita-cita Jadi Diplomat Terpeleset ke Film KETIKA film "Heboh" produksi
Lebih terperinciSUMBER : KOMPAS, 25 Januari 1996 Film yang Membuatnya Hidup
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : KOMPAS, 25 Januari 1996 Film yang Membuatnya Hidup FILMLAH satu-satunya yang membuat saya merasa hidup. Kata-kata ini diucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi. 1. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri media pada saat ini semakin ramai, salah satunya media massa yang merupakan saluran, alat atau fasilitas yang dapat dipergunakan sebagai salah satu
Lebih terperinciResensi Film : CHICHA
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir dibawah) : [Sumber tidak di ketahui] Resensi Film : CHICHA Sebagaimana dengan lagu-lagunya yang merupakan pembuka lembaran baru dunia lagu anak-anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis
Lebih terperinciNyak Abbas Acub : Tukang ejek nomor wahid
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA, 26 Agustus 1978 Nyak Abbas Acub : Tukang ejek nomor wahid Oleh : Salim Said Pada umur 22 tahun, Nyak Abbas Acub
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya
Lebih terperinciSutradara, Penulis Scenario Drs. Syumanjaya Meninggal Dunia Ketika Melakukan Pengajian
Hasil ketik ulang dari dikumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : BERITA BUANA, 20 Juli 1985 Sutradara, Penulis Scenario Drs. Syumanjaya Meninggal Dunia Ketika Melakukan Pengajian Sutradara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam bertindak tutur manusia mempunyai banyak cara untuk menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon orang lain selaku mitra tutur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa
Lebih terperinciSutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) SUMBER : SUARA KARYA, 22 Januari 1979 Sutradara Wim Umboh sehat kembali tapi masih berobat jalan Wim Umboh, sutradara film terkenal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinci5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)
Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah karya seni merupakan suatu kegiatan kreatif yang dihasilkan oleh seorang seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks
Lebih terperinci10/25/2011 MENTAL MORAL - SPIRITUAL MUHAMMAD TAUFIQ
MENTAL MORAL - SPIRITUAL MUHAMMAD TAUFIQ Cinta tak terjangkau oleh kata kata dan pendengaran Cinta adalah lautan yang tak terukur kedalamannya, cobalah kau hitung barapa banyak air di sungai, di hadapan
Lebih terperinciANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL
1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam alur penyajian novel dan film memperlihatkan penyajian yang berbeda, meski sama- sama di dominasi oleh dialog dan peristiwa. Dalam film, banyak peristiwa yang
Lebih terperinciTeguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Berita Yhuda Minggu, 19 Nopember 1992 Teguh Karya : Harus Berani Koreksi Diri Konsekwensi ekonomi pasar (terbuka) dimana film Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak
BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Dunia adalah panggung sandiwara merupakan pemikiran yang relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dengan sebuah peran, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciPELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.
PELATIH OLAHRAGA DAN KODE ETIKNYA Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PELATIH OLAHRAGA Sukses tidaknya kegiatan ekstrakurikuler OR di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi pelatih, peserta didik,
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya bercerita tentang seekor anjing ras Akita inu asal Jepang yang sangat setia pada tuannya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersendiri.ada yang berhumor karena mempunyai selera humor dan ada pula yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang berhumor pasti memiliki tujuan dan latar belakang tersendiri.ada yang berhumor karena mempunyai selera humor dan ada pula yang berhumor
Lebih terperinciTUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN
TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN SISTEM INFORMASI Oleh: GERARDUS PRIMA WELBY (09.12.3687) JURUSAN SISTEM INFORMASI STMIK AMIKOM JOGJAKARTA 2011 Animasi Tradisional Pada zaman dahulu kala,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan
Lebih terperinciHasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Media Indonesia, 03 Maret 1991
Hasil Ketik Ulang dari Dokumen Asli (Dokumen asli terlampir di bawah) : Media Indonesia, 03 Maret 1991 Teguh Karya: Kita Hadapi Persoalan dengan Kearifan Pengantar: Teguh Karya lahir di Pandeglang, Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
437 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian yang dikemukakan pada rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut dirancang untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut
Lebih terperinciMemperjuangkan Harapan Hidup Film Nasional
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : PELITA, 10 September 1992 Memperjuangkan Harapan Hidup Film Nasional NAMA Arifin C. Noer, seorang sutradara dan teaterwan
Lebih terperinciWajah Teguh Karya dalam Film Pertamanya
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Kompas, 20 September 1996 Wajah Teguh Karya dalam Film Pertamanya Pengantar Redaksi Tanggal 18-22 September ini di Pusat Perfilman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu instrumen dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia diwarnai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam penyampaian pesan dan komunikasi, di zaman sekarang manusia tidak lagi harus bersusah payah untuk bertemu atau menggunakan alat komunikasi telegram.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,
Lebih terperinciI. YOSUA TELAH MENAATI SEMUA PERINTAH ALLAH
Yang paling ditakutkan kita adalah apabila orang-orang yang dipakai begitu luar biasa oleh Tuhan pada masa mudanya, namun begitu lanjut usia justru mengecewakan Tuhan. Tidak jarang kita menemukan contoh-contoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat perpanjangan alat indra. Melalui media massa, dapat diperoleh informasi tentang orang, benda atau tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mengisi waktu senggangnya atau untuk mencari hiburan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia film, pada dasarnya juga bentuk pemberian informasi kepada masyarakat. Film juga memberi kebebasan dalam menyampaikan informasi atau pesan-pesan dari seorang pembuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciGambar 36 Anak-anak Mondo
EPILOG Seorang anak laki-laki Kampung Mondo berlari kencang mengikuti kendaraan yang ditumpangi penulis untuk memasuki Kampung Mondo. Matahari bersinar sangat terik membuat wajah dan sekujur tubuh anak
Lebih terperinciRahasia Perempuan http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN Berikut ini beberapa perbedaan laki-laki dan perempuan yang saya ambil dari buku : Perempuan,
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG
UKBM BIN-3.5/4.5/1/5 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.5/4.5/1/5 MENGEVALUASI DAN MENGONSTRUKSI TEKS ANEKDOT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan informasi tentang lingkungan sekitar. mengetahui kebutuhannya. Menurut carl hovland, komunikasi adalah proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dunia terus berkembang dan Mengalami kemajuan di semua sektor kehidupan. Tak terkecuali sektor informasi dan komunikasi, dengan pertumbuhan segala jenis media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk interkasi adalah komunikasi. Sarana yang paling efektif untuk berkomunikasi adalah bahasa.
Lebih terperinci2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang
Lebih terperinciLAMPIRAN. Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? Q : Menurut bapak, animasi pendek yang bagus itu seperti apa?
LAMPIRAN Wawancara dengan Pak Gotot Prakosa Q : Menurut Bapak, apa itu Animasi Pendek? A : Animasi dari kata animare yang artinya memberi kehidupan, menghidupkan. Film animasi yaitu film yang dibuat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang dituangkan dalam bentuk bahasa dan dilukiskan dalam bentuk
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain karena mengangkat konsep multikulturalisme di dalam film anak. Sebuah konsep yang jarang dikaji dalam penelitian di media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,
Lebih terperinciSEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A Disusun oleh: Fu adi, S.Sn., M.A NIP 19781202 200501
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap masyarakat menjadi berubah, masyarakat yang biasanya melihat film hanya untuk hiburan semata,
Lebih terperinciSosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat
Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Saya melihat Prof.Dr.Hj. Tutty Alawiyah adalah sosok pejuang dan sekaligus pendidik sepanjang hayat. Sebagai seorang putri ulama besar, beliau
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA
ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : SUMBER : KOMPAS, 10 April 1972 PERTEMUAN SEPINTAS ARIFIN C NOER Kambing, pisau, sate, darah (tanpa mengenal rak buku, diskusi ilmiah,
Lebih terperincisebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif teknik analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data yang di peroleh dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara,
Lebih terperinciSOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur
SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian semakin akrab oleh khalayak, khalayak disini juga menjadi saksi atas perkembangan teknologi di dunia pertelevisian saat ini. Tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciKriteria Penilaian Skrip CVC
Kriteria Penilaian Skrip CVC No Kriteria Nilai 1 Ide Cerita* Sedang ada 2 Cerita dasar* Sedang Ada 3 Penjelasan Karakter Ada Ada 4 Penjelasan lokasi Ada Ada 5 Plot/Alur Cerita* Sedang Ada 6 Outline/Storyline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada
Lebih terperinciPENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI
PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian atau peristiwa di masa lalu yang sungguh-sungguh terjadi. Dalam sejarah, terkandung nilai-nilai yang dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak
Lebih terperinci10 Tahun yang Lalu Usmar Ismail Tutup Usia Oleh: H. Rosihan Anwar
Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : KOMPAS, 28 DESEMBER 1980 Hal. 1 10 Tahun yang Lalu Usmar Ismail Tutup Usia Oleh: H. Rosihan Anwar Agaknya tidak banyak orang yang
Lebih terperinciOBJEKTIF KEMAHIRAN BERKOMUNIKASI PASIF. MANIPULATIF. AGRESIF CARA PERHUBUNGAN DAN CORAK KOMUNIKASI CORAK KOMUNIKASI
OBJEKTIF KEMAHIRAN BERKOMUNIKASI PASIF. MANIPULATIF. AGRESIF CARA PERHUBUNGAN DAN CORAK KOMUNIKASI CORAK KOMUNIKASI KEMAHIRAN BERKOMUNIKASI OBJEKTIF Mengenal pasti dan membezakan cara perhubungan asertif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, manusia memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan pesan. Berbagai alat komunikasi diciptakan hanya untuk mempermudah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyutradaraan film fiksi pendek Samar ini mengambil inspirasi dari sebuah penyakit yang bernama prosopagnosia atau buta wajah. Prosopagnosia merupakan salah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian analisis resepsi menekankan poin penting terhadap khalayak yang dapat memaknai sendiri teks yang dibacanya dan tidak selalu sejalan dengan apa yang menjadi ideologi
Lebih terperinciCREATIVE THINKING. Mencari dan Menemukan Ide Cerita. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran
CREATIVE THINKING Modul ke: Mencari dan Menemukan Ide Cerita Fakultas FIKOM Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Menggali Ide Cerita Ide atau gagasan yang baik merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari
3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat. Film mempunyai daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat. Dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,
2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).
II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater/ peran. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah hasil ciptaan manusia. Sastra tumbuh dan berkembang karena peranan manusia. Pengarang sebagai pencipta tentu saja memiliki latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah film setiap tahunnya yang ada di Indonesia. Dalam website
Lebih terperinci