BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara spesifik Aceh memiliki keistimewaan pada komoditas kopi yang memiliki kualitas tinggi di mata dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Gabungan Eksportir Kopi Indonesia menempatkan Aceh sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik bagi Indonesia. Bahkan Aceh menjadi daerah penghasil kopi arabika (kopi dengan kualitas terbaik di dunia) tertinggi di Indonesia mencapai ton. Selain telah dikenal sebagai daerah penghasil kopi, Aceh juga dikenal dengan sebutan negeri seribu warung kopi. Ungkapan tersebut dikarenakan Provinsi Aceh menjadi daerah tumbuh dan berkembanganya warung kopi dan salah satunya adalah Kota Banda Aceh. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Kota Banda Aceh yang sebagiannya terbentuk oleh keberadaan warung kopi yang tumbuh di setiap ruas jalan dan deretan bangunan pertokoan. Bahkan Aceh boleh di katakan merupakan provinsi yang memiliki paling banyak warung kopi di dunia. Dari data yang dihimpun Aceh Art pada tahun 2012 terdapat lebih dari 800 warung kopi dengan berbagai tipe warung kopi yang bertempat di Kota Banda Aceh ( diakses pada 28 Oktober 2013, pukul 21.03). Sedangkan warung kopi dalam skala kota berjumlah 272 unit (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, 2013). Diumpamakan jumlah warung Kopi di Kota Banda Aceh layaknya jumlah mesin ATM yang hampir di setiap ruas jalan dapat ditemui. Dengan mudahnya warung kopi ditemukan berbaris sepanjang jalan, dari jalan raya protokol, negara, sampai jalan-jalan lokal. Bahkan sampai pada lingkup kawasan terpencilpun hampir pasti ditemukan warung kopi walaupun hanya satu saja. Jumlahnya sudah tidak dapat dihitung alias banyak sekali. Jadi tak heran bila kita melihat hampir di setiap sudut Kota Banda Aceh terdapat warung kopi. 1

2 Gambar 1.1 Warkop di Kota Banda Aceh (Dhapu Kupi) Sumber: teukuiskandar.wordpress.com Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul Gambar 1.2 Warkop di Kota Banda Aceh (Zakir) Sumber: medanbisnisdaily.com dan Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul (a) (b) (c) Keterangan: (d) Gambar 1.3 Beberapa Warung Kopi di Kota-Kota Dunia (a) Wellington Coffee Shop, Australia (sumber: propertypal.com) (b) Coffee Shop di Amsterdam, Belanda (sumber: coffeeheroes.blogspot.com) (c) Starbucks on beginning (sumber: starbucks.com) (d) The Central Cafe Vienna, Austria (sumber: thegln.org) Diakses pada tanggal 12 Juni 2014, pukul Fenomena menjamurnya warung kopi tak lepas dari kebiasaan ataupun budaya minum kopi masyarakat di kota tersebut. Budaya minum kopi di setiap negara atau kota berbeda-beda. Di Kota Vienna (Austria), kebiasaan minum kopi pada pagi hari di warung kopi sudah menjadi aktivitas wajib penduduk lokalnya. Warung kopi dengan ciri khas yang mewah dan elegan menjadi warisan budaya 2

3 Austria. Lain lagi di Amsterdam (Belanda) yang masyarakatnya sangat suka bersosialisasi di tempat-tempat semacam warung kopi, sehingga disana terdapat banyak warung kopi. Kemudian di Negara Selandia Baru, Kota Wellington merupakan kota favorit warga Selandia Baru untuk menikmati minuman kopi. Dengan banyaknya keberadaan warung kopi di Kota Wellington, maka masyarakat tidak akan mengalami kesulitan mencari tempat minum kopi di Kota Wellington. Selanjutnya, sejak tahun 1990-an Amerika Utara dikenal sebagai tempat lahirnya budaya minum kopi di Amerika Serikat dengan keberadaan warung kopi yang terletak di hampir setiap blok kota. Di negara inilah perusahaan warung kopi ternama (Strabucks) didirikan, tepatnya pada tahun 1971 di Kota Seattle. Sementara itu, jauh sebelum warung kopi khusus pertama terkenal di Amerika, orang-orang Turki sudah duluan menikmati hidup dengan budaya warung kopi sejak tahun 1500-an (Mayrani, 2014). Gambar 1.4 Antusiasme Masyarakat Banda Aceh Terhadap Aktivitas Ngopi Sumber: seputaraceh.com Diakses pada tanggal 12 juni 2014, pukul Menilik dari budaya minum kopi di beberapa kota di dunia, budaya minum kopi di Kota Banda Aceh saat ini mampu menjadikan warung kopi sebagai arena terbaik untuk menikmati kopi, bersosialisasi hingga tercipta interaksi di dalamnya. Keberadaan warung kopi di Banda Aceh selalu memberikan nuansa keterbukaan bagi kehidupan masyarakatnya. Tradisi minum kopi ini merupakan salah satu bentuk aktivitas dalam mengisi kekosongan waktu untuk beristirahat, menghilangkan segala kepenatan, berkumpul hingga membentuk interaksi sosial antar pengunjung warung kopi. Tradisi ini juga dilakukan sebagai media silaturrahmi, media bisnis bahkan menjadi media tukar informasi lintas generasi. 3

4 Sebagian besar masyarakat Aceh hampir tidak pernah melepas hiruk pikuk kesehariannya bersama warung kopi. Warung kopi telah menjadi sarana yang penting bagi publik dalam menjalani hari disela-sela melakukan aktivitas rutin. Tak ubahnya warung kopi di Banda Aceh terus menunjukkan wajah kehidupan yang humanistik terhadap masyarakatnya. Keberadaan warung kopi di Kota Banda Aceh juga memenuhi kebutuhan masyarakat akan hal-hal baru yang tidak ditemui selain di warung kopi. Tak aneh rasanya bila para pengunjung berkumpul mampu menciptakan suasana publik di warung kopi. Warung kopi adalah sebuah wadah yang dapat memberikan tempat bagi masyarakat Aceh untuk berkomunikasi satu sama lain (Mauriza, 1998). Kondisi dimana orang-orang berinteraksi dengan cara berkomunikasi di warung kopi. Warung kopi selalu dijadikan opsi untuk melakukan interaksi oleh masyarakat Kota Banda Aceh. Sebenarnya orang-orang mengunjungi warung kopi untuk mencari lawan bicara, sehingga tidak akan ditemukan warung kopi yang luput dari hiruk-pikuk percakapan (Mauriza, 1998). Selain itu, tidak sedikit yang mengakui bahwa warung kopi dapat memberikan berbagai inspirasi dan informasi. Hal ini tidak lepas dari salah satu manfaat warung kopi yaitu sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Menurut Carmona, dkk (2010), menyebutkan bahwa dalam menentukan relativitas ke-publik-an suatu ruang, maka harus memenuhi tiga unsur yakni kepemilikan fungsi, akses, dan kegunaan. Dalam hal ini ini, warung kopi di Banda Aceh memiliki kepemilikan fungsi yang netral, dapat diakses oleh publik dan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga warung kopi kian menjelma sebagai ruang vital bagi kehidupan publik. Keberagaman ini tak mengenal tingkat usia, jenis kelamin maupun status sosial dan membuktikan bahwa warung kopi memiliki potensi kultural yang dapat membawa masyarakat ke arah peremajaan sosial. Keberpihakan ruang publik pada warung kopi di Kota Banda Aceh diyakini sangat erat pemanfaatannya sebagai ruang publik dengan karakteristik masyarakat Aceh pada umumnya. Menurut Madanipour (2003), sejauh ini masyarakat kota telah menafsirkan berbagai skala ruang kota untuk digunakan sebagai ruang publik yang seharusnya dan 4

5 sebelumnya mereka telah memahami bagaimana ruang-ruang publik tersebut terbentuk. Untuk memenuhi kebutuhan akan nilai-nilai tersebut, dari sisi keruangan salah satunya bisa dipenuhi dengan menghadirkan ruang publik yang memadai di tengah perkotaan. Kualitas masyarakat ditentukan juga oleh ketersediaan ruang publik yang memberikan kualitas dalam berinteraksi sosial, penyaluran kegemaran yang pada akhirnya memberikan rasa nyaman, bahagia, sekaligus menambah rasa cinta masyarakat untuk melakukan berbagai hal di kotanya. Hal ini tentu menarik untuk dikaji, keberadaan warung kopi yang terus berkembang telah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dalam melakukan rutinitas kesehariannya dengan latar belakang pengguna yang beragam. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa keberadaan warung kopi di Banda Aceh sedemikian pentingnya dalam keseharian masyarakatnya. Bagi kaum muda khususnya pelajar dan mahasiswa, warung kopi lebih dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, diskusi kelompok, rapat organisasi. Sedangkan oleh kaum tua warung kopi lebih dimanfaatkan sebagai tempat melakukan perbincangan berupa opini-opini terkait dinamika politik, sosial ekonomi, dan kebubudayaan di Aceh, perbincangan seputar urusan pekerjaan, serta tempat melakukan negosiasi dan kesepakatan kerjasama bisnis. Selain itu, warung kopi di Kota Banda Aceh juga menyajikan suasana kemeriahan dan euforia seperti kegiatan menonton pertandingan sepakbola dan terselenggaranya berbagai event menarik di warung kopi. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Ruang publik yang baik adalah sebuah tempat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berinteraksi. Melihat perkembangan warung kopi di Kota Banda Aceh saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Dalam melakukan berbagai aktivitas, masyarakat Kota Banda Aceh kerap sekali dihadapkan dengan kegiatan ngopi. Dalam kegiatan ngopi tak jarang terjadi pertukaran informasi, bahkan sering terjadi kesepakatan kerjasama mulai dari janji 5

6 lanjutan hingga tanda tangan kontrak. Kian jauh melangkah, anggapan pemanfaatan warung kopi sebagai ruang publik semakin kuat sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah warung kopi di Kota Banda Aceh. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian mengenai pemanfaatan warung kopi sebagai ruang publik di Kota Banda Aceh dirasa perlu untuk dilakukan sehingga memunculkan sebuah pertanyaan penelitian, sejauh mana keberadaan warung kopi di Kota Banda Aceh merepresentasikan pemanfaatannya sebagai ruang publik? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah memverifikasi warung kopi di Banda Aceh dengan melihat sejauh mana keberadaannya menjadi ruang publik. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi pemerintah maupun ilmu pengetahuan. Sebagai institusi terkait, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan maupun alternatif pemikiran bagi penentu kebijakan dalam hal penyediaan ruang publik. Kebijakan itu nantinya ditujukan agar ruang publik yang tersedia benar-benar selaras dengan kebutuhan masyarakat akan ruang publik. Bagi ilmu pengetahuan, manfaat hasil penelitian ini dapat menambah literatur mengenai konsep ruang publik. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan guna merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan penyediaan ruang publik. 1.5 Batasan Penelitian Penyusunan penelitian ini memuat batasan secara spasial atau kawasan penelitian dan batasan secara substansial atau materi penelitian. Penentuan batasan penelitian digunakan sebagai batasan operasional pelaksana penelitian. 6

7 1.5.1 Batasan Substansial Batasan substansial dari penelitian ini adalah sebatas aspek ruang publik yang diverifikasi pada warung kopi di Kota Banda Aceh dengan penilaian para pengunjung terhadap kondisi di lokasi penelitian. Dengan begitu, peneliti dapat mengetahui sejauh mana warung kopi menjadi ruang publik di Kota Banda Aceh dengan melihat aspek ruang publik di dalamnya Batasan Spasial Kota Banda Aceh Kawasan Batoh (Jl. Mr.Moh.Hasan Gambar 1.5 Lokasi Penelitian Sumber: Google Maps Tahun 2013, dengan Modifikasi Peneliti Secara umum kawasan penelitian ini dilakukan pada warung kopi yang berada di Kota Banda Aceh. Namun, jumlah warung kopi yang terlalu banyak, peneliti membatasi objek penelitian dengan batasan bahwa hanya warung kopi yang berada di Kawasan Batoh, tepatnya di jalan Mr. Moh. Hasan. Hal ini dikarenakan populasi warung kopi yang berada di Kota Banda Aceh sudah hampir tidak terhitung jumlahnya atau banyak sekali. Selain itu, kawasan yang dipilih sebagai lokasi penelitian sudah cukup untuk merepresentasikan karakteristik warung kopi di seluruh penjuru Kota Banda Aceh. 7

8 1.5.3 Batasan Waktu Dalam melakukan penelitian ini terdapat batasan waktu dalam melakukan survei/observasi dan pengerjaan laporan hasil penelitian. Peneliti membutuhkan waktu kurang lebih selama satu bulan dalam melakukan survei lapangan guna memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan untuk penyelesaian penelitian ini. Sementara itu, penyelesaian laporan penelitian ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian ini berfokus pada identifikasi sejauh mana keberadaan warung kopi menjadi ruang publik di Kota Banda Aceh. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai ruang publik dan warung kopi telah dilakukan sebelumnya, tetapi belum ada penelitian dengan fokus dan lokasi seperti yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini ditujukan untuk melihat sejauh mana pemanfaatan warung kopi menjadi ruang publik di Kota Banda Aceh dengan melihat aspek ruang publik di dalamnya. Berikut penjabaran beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini: 1. Lapangan Puputan Badung sebagai Ruang Kreatif Publik bagi Pengembangan Kota Kreatif Denpasar Oleh: Buana, Made Bhela Sanji (2013) Penelitian ini membahas mengenai konsep ruang kreatif publik pada Lapangan Puputan Badung di Kota Denpasar. Kemudian disimpulkan sejauh mana Lapangan Puputan Badung memenuhi prinsip ruang kreatif publik. Hasil Penelitian ini menjelaskan bahwa Lapangan Puputan Badung telah menjadi ruang kreatif publik yang baik dan ditemukan beberapa faktor utama yang menjadi kepentingan dalam mengunjungi Lapangan Puputan Badung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deduktif kuantitatif dan kualitatif. 8

9 2. Pemanfaatan Plaza Benteng Kuto Besak sebagai Ruang Publik di Tepian Sungai Musi Kota Palembang Oleh: Marliza, Winda (2014) Fokus penelitian ini adalah menganalisis pemanfaatan ruang publik dari segi aktivitas, pelaku, tempat, dan waktu (pola pemanfaatan) dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan ruang publik dengan menggunakan teori waterfront design character. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deduktif-kualitatif-deskriptif. 3. Ruang Publik Semu: Pusat Perbelanjaan Sebagai Ruang Publik Perkotaan di Kota Jakarta Oleh: Riyadi, Fariz (2012) Penelitian ini berfokus pada pusat perbelanjaan di Kota Jakarta sebagai ruang publik. Kemudian penelitian ini menyimpulkan penggunaan pusat perbelanjaan sebagai bentuk baru dalam kesemuan ruang publik di Kota Jakarta. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa keberadaan pusat-pusat perbelanjaan telah menjadi ruang publik di Kota Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode induktif kualitatif. 4. Dualisme Tradisional-Modern pada Gaya Hidup Orang Aceh, Kasus Warung Kopi di Banda Aceh Oleh: Rahayu, Mutia (2013) Penelitian ini berfokus pada hal-hal yang menjadi alasan terjadinya dualisme pada keberadaan warung kopi di Banda Aceh. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk dualisme tradisional-modern dalam warung kopi di Banda Aceh dapat dikatakan berjalan beriringan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode induktif kualitatif. 5. Pemanfaatan Ruang Publik Kawasan 0 Km Kota Yogyakarta Oleh: Sianida, Ferry (2012) Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kawasan 0 Km Kota Yogyakarta. Kemudian penelitian ini menyimpulkan bahwa Kawasan 9

10 0 Km merupakan ruang publik yang bebas digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode induktif kualitatif. 6. Hubungan Gaya Hidup Masyarakat Urban (Urban Lifesyle) terhadap Tumbuh Kembang Warung kopi. Kasus: Kawasan Seturan Babarsari Oleh: Sari, Dayu Ariesta Kirana (2010) Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana gaya hidup masyarakat mempengaruhi perkembangan warung kopi di Kawasan Seturan Babarsari. Masih diperlukan amatan lebih lanjut mengenai keberlanjutan warung kopi terhadap perubahan gaya hidup. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode induktif kualitatif. 7. Penggunaan Ruang Alun-Alun Kota Magelang sebagai Ruang Publik Oleh: Widyaningrum, Maria Prasasti Ragil Putri (2010) Penelitian ini berfokus pada penggunaan ruang alun-alun sebagai ruang publik untuk aktivitas masyarakat dan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan ruang tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa alun-alun Kota Magelang merupakan salah-satu bentuk ruang publik untuk melakukan beragam aktivitas yang bersifat rekreatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 8. Tingkat Keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta sebagai Ruang Publik Oleh: Indriani, Yuvita (2013) Penelitian ini berfokus pada pengidentifikasian pada Taman Denggung terhadap tingkat keberhasilannya sebagai ruang publik di Kabupaten Sleman. Hasil identifikasi tersebut menyimpulkan bahwa saat ini Taman Denggung dapat dijadikan salah-satu contoh sebagai ruang publik yang berhasil sebagai destinasi wisata dan penunjang kebutuhan perkotaan. 10

11 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Judul Penelitian Penulis Lokasi Fokus 1 Lapangan Puputan Badung sebagai Made Bhela Sanji Ruang Kreatif Publik bagi Verifikasi aspek ruang kreatif publik pada Buana Bali Pengembangan Kota Kreatif Lapangan Puputan Badung (2013) Denpasar (Skripsi) Menganalisis pemanfaatan ruang publik Pemanfaatan Plaza Benteng Kuto dari segi aktivitas, pelaku, tempat, dan 2 Besak sebagai Ruang Publik di Winda Marliza waktu (pola pemanfaatan) dan faktorfaktor yang mempengaruhi pemanfaatan Palembang Tepian Sungai Musi Kota Palembang (2011) (Skripsi) ruang publik dengan menggunakan teori waterfront design character. 3 Ruang Publik Semu: Pusat Fariz Riyadi Perbelanjaan Sebagai Ruang Publik (2012) Perkotaan di Kota Jakarta (Skripsi) Jakarta Pusat perbelanjaan sebagai ruang publik 4 Dualisme Tradisional-Modern pada Hal-hal yang menjadi alasan terjadinya Mutia Rahayu Gaya Hidup Orang Aceh, Kasus Banda Aceh dualisme pada keberadaan warung kopi di (2013) Warung Kopi di Banda Aceh Banda Aceh Metode Penelitian Deduktifkuantitatifkualitatif Deduktif Kualitatif Induktif Kualitatif Kualitatif Hasil Penelitian Lapangan puputan badung terbukti memenuhi kriteria ruang kreatif publik Pemanfaatan Plaza Benteng Kuto Besak cenderung mengarah pada kegiatan rekreasi, sehingga intensitas kunjungan hanya dilakukan pada hari-hari libur saja. Permintaan masyarakat perkotaan mendorong penggunaan pusat perbelanjaan sebagai bentuk baru dalam kesemuan ruang publik di Kota Jakarta Warung kopi merupakan salah satu tempat yang penting bagi masyarakat Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat merepresentasikan gaya hidup masayarakat Aceh. Bersambung.. 11

12 No. Judul Penelitian Penulis Lokasi Fokus Metode Penelitian Hasil Penelitian 5 Pemanfaatan Ruang Publik Kawasan 0 Km Kota Yogyakarta Ferry Sianida (2012) Yogyakarta Pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kawasan 0 Km Kota Yogyakarta Induktif- Kualitatif Kawasan 0 Km merupakan ruang publik yang bebas digunakan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan Hubungan Gaya Hidup Masyarakat 6 Urban (Urban Lifesyle) terhadap Tumbuh Kembang Warung kopi. Kasus: Kawasan Seturan Babarsari Dayu Ariesta Kirana Sari (2010) Seturan, Babarsari, Yogyakarta Pengaruh urban lifestyle terhadap perkembangan warung kopi Induktif Kualitatif Masih diperlukan amatan lebih lanjut mengenai keberlanjutan warung kopi terhadap perubahan gaya hidup (Skripsi) 7 Penggunaan Ruang Alun-Alun Kota Magelang sebagai Ruang Publik (Skripsi) Maria Prasasti Ragil Putri Widyaningrum (2010) Kota Magelang Penggunaan ruang alun-alun sebagai ruang publik untuk aktivitas masyarakat dan halhal yang berkaitan dengan penggunaan ruang tersebut Induktif- Deskriptif eksploratif Alun-alun Kota Magelang merupakan salhsatu bentuk ruang publik untuk melakukan beragam aktivitas yang bersifat rekreatif Tingkat Keberhasilan Taman Taman Denggung dapat dijadikan salah- 8 Denggung di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta sebagai Ruang Yuvita Indriani (2013) Kabupaten Sleman Identifikasi tingkat keberhasilan Taman Denggung sebagai ruang publik Deduktif- Kualitatif satu contoh sebagai ruang publik yang berhasil seabagi destinasi wisata dan Publik (Skripsi) penunjang kebutuhan perkotaan Sumber: Hasil Konstruksi Peneliti,

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo sebagai bangsa lahir dan berdiri berkat nasioanalisme lokal. Sebelum berdiri formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan tempat berinteraksi bagi semua orang tanpa ada batasan ruang maupun waktu. Ini merupakan ruang dimana kita secara bebas melakukan segala macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu BAB I PEND AHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu cita rasa kopinya. Kopi tradisional Aceh memiliki cita rasa yang khas dengan aroma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak pertama kali Sistem Tanam Paksa oleh pemerintah Belanda, mulanya minum kopi merupakan kebiasaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi adalah jenis minuman yang dikenal banyak orang. Kopi masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Kopi adalah jenis minuman yang dikenal banyak orang. Kopi masuk ke BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kopi adalah jenis minuman yang dikenal banyak orang. Kopi masuk ke Indonesia sejak tahun 1699 melalui Pulau Jawa dibawa oleh kapitalis Belanda. Mereka membawa kopi jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat

BAB V KESIMPULAN. Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat 78 BAB V KESIMPULAN Warung kopi merupakan salah satu tempat yang penting bagi masyarakat Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat merepresentasikan gaya hidup masayarakat Aceh.

Lebih terperinci

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Akibat perkembangan jaman dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, membuat gaya hidup seseorang untuk mencari suatu hiburan menjadi berubah. Waktu mereka habis hanya untuk bekerja dan belajar sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini rutinitas kegiatan masyarakat meningkat, dapat dilihat dari semakin padatnya kegiatan yang dilakukan setiap harinya. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stearns dan Montag (1974) dalam Irwan (2005) menjelaskan bahwa kota merupakan suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, banyak sekali pebisnis atau investor yang membuka bisnis coffee shop di Indonesia, karena masyarakat di Indonesia sekarang ini sudah dapat dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan akan produk dengan kualitas dan harga yang hampir sama. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota

Lebih terperinci

Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang

Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Menelusuri Makna Ruang Publik pada Dermaga di Sungai Musi Palembang Studi Kasus: Dermaga Point BKB Arsyil Zahra Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu dari komoditi perkebunan yang dihasilkan Indonesia. Kopi di Indonesia banyak diolah menjadi bahan dasar pembuatan minuman. Olahan minuman kopi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat sejalan dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis, dimana semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi 1.1.1 Profil Perusahaan Coffee Shop Kopi Progo merupakan unit bisnis strategis di bidang cafe dan resto yang berdiri pada tahun 2009 di Jl. Progo, Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel BAB I 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG Saat ini, berwisata sudah menjadi kebutuhan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Jumlah pengunjung tempat wisata semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang munculnya ide proyek Museum dan Café Kopi di Kintamani, permasalahan yang timbul dalam perencanaannya, tujuan penulisan landasan konsepsual,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

1 PENDAHULUAN. Latar belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar belakang Di Indonesia, kopi menjadi komoditas perkebunan yang sangat digemari oleh penduduk. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan konsumsi kopi di Indonesia secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sedang mengalami perkembangan, khususnya dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Bandung pada masa lalu merupakan kota tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1. Kelayakan. Saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya, yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akibat perkembangan jaman dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, membuat gaya hidup seseorang untuk mencari suatu hiburan menjadi berubah. Waktu mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini salah satu kebutuhan remaja adalah sosialisasi diri dalam pergaulan sebayanya. Maka tidak jarang rumah makan dan cafe menjadi tempat-tempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bandung dikenal sebagai kota yang memiliki beragam keunggulan, mulai dari fashion, wisata alam, hingga kuliner. Beragam kuliner makanan dan minuman yang unik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jembatan Suramadu merupakan jembatan nasional terpanjang di Indonesia. Panjang jembatan mencapai 5,41 kilometer. Jembatan yang menghubungkan Pulau Madura dan Pulau Jawa ini

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas. 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula halnya dengan Indonesia. Perkembangan dan peranan industri jasa yang makin besar didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata di kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari padatnya pintu tol Pasteur sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yang menempati urutan ke-4. Data ini berasal dari CIA World

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yang menempati urutan ke-4. Data ini berasal dari CIA World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia yang menempati urutan ke-4. Data ini berasal dari CIA World Factbook yang memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman di era globalisasi ini menuntut aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman di era globalisasi ini menuntut aktivitas-aktivitas sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan jaman di era globalisasi ini menuntut aktivitas-aktivitas sosial yang semakin bervariasi. Terkadang orang ingin bertemu di tempat yang tidak hanya menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia diliputi dengan kesibukan berbagai aktivitas. Hal ini terbilang wajar mengingat Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep.

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern ini, bisnis cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan. Pada awalnya cafe hanya berfungsi sebagai kedai kopi, tetapi sesuai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pertumbuhan bisnis. Kondisi pertumbuhan bisnis sekarang ini cukup

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pertumbuhan bisnis. Kondisi pertumbuhan bisnis sekarang ini cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya kondisi perekonomian ditandai dengan berkembangnya kondisi pertumbuhan bisnis. Kondisi pertumbuhan bisnis sekarang ini cukup tinggi, dimana dapat dilihat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bidang pembangunan yang semakin hari semakin besar kontribusinya dalam pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya penyerapan tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munculnya industri coffee shop yang pesat saat ini membawa dampak baru kedalam gaya hidup konsumen. Makna coffee shop saat ini mengalami pergeseran, dimana mengunjungi

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang

PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PERBELANJAAN PASAR FESTIVAL Di Kawasan Waterfont Pusat Kota Pelembang Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah. Provinsi yang memiliki visi sebagai provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dewasa ini rutinitas manusia yang meningkat ditandai dengan padatnya aktivitas sehari-hari mampu membuat suasana penat dalam pekerjaan. Banyak orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Destinasi pariwisata merupakan daya tarik bagi kedatangan wisatawan. Ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata berbeda satu dengan yang lainnya. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai pengembangan pariwisata berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjamur di seluruh kota bahkan hampir keseluruh pelosok daerah di

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjamur di seluruh kota bahkan hampir keseluruh pelosok daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kuliner dan makanan khasnya. Tidak heran pada saat sekarang ini di Indonesia bisnis makanan dan minuman sangat menjamur di seluruh

Lebih terperinci

Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan

Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan Suci Febriyani (1), Agus Ekomadyo (2), Hari Hajaruddin Siregar (3) (1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan temuan penelitian dan analisis yang telah diterapkan dalam bab sebelumnya, maka dalam Bab V ini peneliti akan menarik kesimpulan terkait penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, era pembangunan teknologi sudah sangat cepat berkembang di mana suatu produk dari hari ke hari akan memberikan suatu perkembangan yang mana perkembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji

BAB I PENDAHULUAN. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea. Kopi hanya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh setiap kendaraan menjadi sumber polusi utama yaitu sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini tengah terjadi suatu degradasi terhadap lingkungan sebagai salah satu dampak langsung perkembangan teknologi transportasi. Emisi gas buang yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan minuman yang di kenal memiliki rasa dan aroma yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup sekaligus penghubung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat di Indonesia. Bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk

BAB I. Pendahuluan. mengembangkan pariwisata dengan daya tarik wisata alam. Alternatif terbaik untuk BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar juga dikenal sebagai kota pariwisata. Melihat kondisi geografis Kota Yogyakarta, kecil kemungkinan untuk bisa mengembangkan

Lebih terperinci

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR Oleh : KIKI RACHMAWATI L2D 098 442 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. telah membatasi ruang-ruang bebas yang bisa diakses penduduk kota untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pertumbuhan kota, kepentingan akan keberadaan ruang terbuka hijau aktif perkotaan semakin dirasakan. Peningkatan densitas kota telah menyadarkan kita akan makna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat global yang berdampak terhadap gaya hidup seseorang. termasuk dalam memenuhi kebutuhan hiburan. Rutinitas yang cukup

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat global yang berdampak terhadap gaya hidup seseorang. termasuk dalam memenuhi kebutuhan hiburan. Rutinitas yang cukup 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan zaman telah mengubah dimensi masyarakat global yang berdampak terhadap gaya hidup seseorang termasuk dalam memenuhi kebutuhan hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan kota pariwisata. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan kota pariwisata. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan kota pariwisata. Pertumbuhan kotanya pun meningkat drastis sejak berdirinya berbagai universitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Produksi Kopi di Indonesia PERTUMBUHAN (%) *) Aceh 50,171 47,739 52,281 54,313 54,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data Produksi Kopi di Indonesia PERTUMBUHAN (%) *) Aceh 50,171 47,739 52,281 54,313 54, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman kopi memiliki peranan penting bagi bangsa Indonesia, umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi sebagai minuman yang berkhasiat bagi tubuh ataupun sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Zaman sekarang ini, media elektronik merupakan salah satu pemberi informasi tercepat, namun walaupun media elektronik dapat cukup memberi informasi yang menjanjikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut : a. MALL: pusat perbelanjaan, yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan yang penting devisa Negara. Pariwisata di Indonesia tidak hanya dari sumber daya Alam yang menarik, seperti gunung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pelanggan. adalah dengan mengelola citra sebuah usaha tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pelanggan. adalah dengan mengelola citra sebuah usaha tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, persaingan usaha yang semakin ketat menuntut kita untuk selalu berpikir kreatif dalam membangun sebuah usaha. Keadaan ini mengakibatkan tingkat persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti setiap perubahan sekecil apapun. Tidak terkecuali terhadap perubahan perilaku seseorang saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Roemah Kopi adalah sebuah cafe yang menggunakan konsep etnik Indonesia sehingga memberikan nuansa yang berbeda dan ini bisa menjadi daya tarik bagi

Lebih terperinci

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH TUGAS AKHIR 111 Periode April September 2010 LAPORAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH DI KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

Gigih Juangdita

Gigih Juangdita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap survei pemasaran pariwisata Lampung dapat disimpulkan bahwa: 1. Destinasi-destinasi wisata di Lampung mulai menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak suku bangsa, tentu saja mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis makanan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan & Perancangan Interior Gallery Coffee & Café di Jakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan & Perancangan Interior Gallery Coffee & Café di Jakarta 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupanya, kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang paling utama. Kebutuhan primer itu sendiri meliputi sandang, pangan, papan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA TLOGO DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia PROLOG Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia Itu potongan lagu yang sering saya nyanyikan di Sekolah Dasar ketika ada pengambilan nilai mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali Sebagai pulau yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 km², Bali merupakan kesatuan wilayah Propinsi yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Salah satu fungsi perpustakaan adalah rekreasi, dengan adanya fungsi tersebut perpustakaan bukan hanya sebagai tempat untuk membaca buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mall, menurut Ma ruf (2005), adalah suatu tempat berkumpulnya para peritel yang mampu menjual aneka barang dan jasa yang dibutuhkan pribadi dan rumah tangga, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan daya tarik yang kuat di bidang pariwisata. Menurut Ramadhanny (2014), keunggulan utama Bali dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bila kita lihat fenomena hari ini, hubungan antara kopi dengan gaya hidup masyarakat sangat terkait. Kopi hadir di kegiatan-kegiatan publik seperti seminar,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus ( Maksud dari pengertian judul di atas adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk memberikan definisi/pengertian dari judul yang dimaksud Pasar Wisata Perbelanjaan Tradisional Bakalan Krapyak di Kudus maka perlu dijelaskan dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu cara untuk melepaskan diri dari rutinitas. Padatnya penduduk yang ada di perkotaan serta tingkat polusi baik udara maupun suara, membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rekreasi dan hiburan telah menjadi unsur penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Seiring perkembangan zaman, padatnya aktivitas,dan tingginya tuntutan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan tempat di mana berbagai kalangan dengan berbagai macam latar belakang berkumpul untuk melakukan interaksi sosial, mulai dari masyarakat

Lebih terperinci

VILLA RESORT PT. PLN (Persero) DI WADUK CIRATA JAWA BARAT (Dengan penekanan desain arsitektur Neo Vernacular)

VILLA RESORT PT. PLN (Persero) DI WADUK CIRATA JAWA BARAT (Dengan penekanan desain arsitektur Neo Vernacular) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR VILLA RESORT PT. PLN (Persero) DI WADUK CIRATA JAWA BARAT (Dengan penekanan desain arsitektur Neo Vernacular) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci