NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT
|
|
- Sudomo Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT Oleh: DELTANNI CITRA FINDY ORYZA MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009
2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Miftahun Ni mah Suseno, S.Psi.,Psi.,MA)
3 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ANTARA EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT Deltanni Citra Findy Oryza Miftahun Ni mah Suseno INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada perawat. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada perawat. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional semakin rendah tingkat stres kerja pada perawat, sebaliknya semakin rendah tingat kecerdasan emosional semakin tinggi tingkat stres kerja pada perawat. Subjek penelitian ini adalah perawat di RSUD dr Sayidiman Magetan Jawa Timur baik laki-laki maupun perempuan, usia antara tahun dan pendidikan minimal lulusan sekolah bidang keperawatan. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1999), sedangkan skala stres kerja mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Robbins (2006). Metode analisis data yang dikemukakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada perawat. Uji korelasi non parametric sperman rho, menghasilkan korelasi r = - 0,370 dengan p = 0,002 ( p < 0,05) yang artinya ada hubungan negative antara kecerdasan emosional dan stres kerja pada perawat. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Stres Kerja
4 Pengantar Dewasa ini tingkat persaingan di dunia usaha sudah menjadi sangat tinggi. Perubahan lingkungan yang terjadi mengharuskan suatu organisasi bisa merubah diri dan beradaptasi dengan perubahan tersebut sehingga tetap bisa menjadi organisasi yang produktif di tengah kondisi tersebut. Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu dari produk tersebut adalah kualitas pelayanannya. Banyaknya persaingan bisnis yang ada saat ini, mengharuskan suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya melihat dari segi kualitas barang yang dihasilkan, tetapi juga jasa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan atau konsumennya. Salah satu organisasi yang sangat terkait dengan bidang jasa adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan organisasi yang bersifat sosial selain juga komersiil. Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit perlu sekali mendapatkan perhatian khusus. Salah satunya adalah perawat yang mempunyai peluang lebih lama untuk berhubungan dengan pasien dan melayaninya. Jam kerja pada rumah sakit pada umumnya adalah 24 jam, walaupun ada shif untuk kerjanya. Hal tersebut tetap menjadikan perawat sebagai orang yang paling dekat dengan pasien, mereka harus siap melayani setiap pasien yang ada. Perawat merupakan profesi yang bersifat kemanusiaan yang dilandasi rasa tanggung jawab dan pengabdian. Perawat harus selalu berinteraksi dengan pasien kapanpun dibutuhkan dan dalam situasi apapun seperti di ICU, IGD, pada unit persalinan, pada ruang khusus penyakit dalam dll.
5 Dalam Klasifikasi Jabatan Indonesia (1982), tugas perawat adalah memberikan pelayanan perawatan secara sederhana kepada pasien di bawah petunjuk dokter, memberi layanan perawatan dan nasehat di rumah sakit, klinik dan tempat lain yang berhubungan dengan perawatan orang sakit, memberikan perawatan professional khusus di suatu lembaga kesehatan atau tempat lain, melakukan pekerjaan perawatan, namun mengkhususkan diri dalam suatu cabang perawatan tertentu seperti perawat obstetric, ortopedik, pediatric atau psikiatric. Dalam Kompas Cyber Media (Jumat, 10 Desember 2004) dijelaskan bahwa menjadi seorang perawat tidak semudah yang dibayangkan. Selain sarana kerja dan kesejahteraan terbatas, perawat sering menjadi bumper. Sebagai seorang perawat, seringkali dimarahi oleh pasien jika dokter tidak segera datang, dinilai kurang perhatian padahal ada ketidak seimbangan antara jumlah perawat dengan pasien yang ada, dibebani pula dengan tugas ekstra seperti administrasi keuangan, menertipkan penunggu pasien,kena tegur bagian managemen karena ada yang belum membayar dll. Selain itu perawat juga harus menghadapi pasien yang sudah pasrah terhadap penyakitnya, karena merasa tidak mampu. Hal tersebut menjadi dilema di kalangan perawat. Di satu sisi mereka merasa sedih karena proses perawatan pasien menjadi tidak makimal. Di sisi lain mereka tidak bisa berbuat banyak selain memberi motivasi dan menghibur pasien. Menjaga pasien di kelas III dan kelas utama memberi warna yang berbeda. Pasien kelas III, karena tidak mampu dalam hal ekonomi sering bersikap pasrah. Sedangkan pasien di kelas utama, yang biasanya adalah orang berpendidikan, mereka selalu meminta informasi sejelas jelasnya tentang penyakitnya. Apabila
6 perawat bisa menjelaskan dengan baik pasien akan sangat respek. Ada pula pasien di kelas utama yang menurut perawat adalah orang kaya baru. Karena membayar mahal pasien minta pelayanan di luar tugas perawat seperti dipijit dan dikerok.(kompas Cyber Media 2004 ) Banyaknya beban tugas yang harus dijalankan oleh perawat inilah yang akirnya bisa memicu munculnya stres kerja, selain bisa disebabkan juga oleh faktor-faktor yang lain seperti faktor lingkungan, masalah keluarga dan lain-lain. Stres kerja inilah yang bisa mengakibatkan kinerja dari perawat bisa menurun apabila tidak ada cara mengatasinya. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Anoraga (1995) menyebutkan stres adalah suatu tekanan psikis atau emosi pada diri seseorang. Sedangkan Robbins (2006) memandang stres sebagai kondisi dinamik yang di dalamnya individu menghadapi peluang, kendala atau tuntutan yang terkait dengan hal yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tapi penting. Stres tidak selalu berkaitan dengan hal-hal yang negative, tetapi stres juga dapat digunakan untuk membangkitkan semangat. Selye ( Bellinda, 2006 ) membedakan antara distress yang merupakan hal yang destruktif dan eustress, yang merupakan kekuatan yang positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Stres dalam jumlah tertentu dapat mengarah pada gagasan gagasan yang inovatif dan output yang konstruktif. Hal tersebut sejalan dengan Townsend ( Bellinda, 2006 ) yang mengatakan bahwa stres tidak selalu berakibat negatif. Pada umumnya orang mengidentikkan stres dengan hal yang negative, stres dilihat sebagai hal yang destruktif. Stres
7 yang positif (eustress) adalah salah satu tipe stres yang dapat memberikan motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu. Salah satu stres yang sering terjadi adalah stres kerja. Stres kerja pada intinya mengacu pada suatu kondisi dari pekerjaan yang dirasa mengancam individu. Stres kerja muncul sebagai bentuk ketidakharmonisan antara individu dengan lingkungan kerjanya (Nuzulia,2005). Beehr dan Newman (Nuzulia, 2005) mengatakan bahwa stres kerja merupakan suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi psikis maupun psikis yang normal. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa stres kerja adalah suatu tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan pekerja. Muchtar (2004) melakukan penelitian kepada 83 karyawan tetap PT. Telkom Divre VI Balikpapan, dari hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa gaya manajemen yang ada, sering menimbulkan stres kerja. Misalnya saja, adanya rapat kerja yang dilakukan setiap hari membuat karyawan menjadi bosan dan banyak menyita waktu, yang pada akhirnya pekerjaan mereka menjadi terbengkalai. Padahal karyawan dituntut untuk selalu kerja cepat dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada hingga malam hari (lembur). Hasil penelitian mengungkapkan sebesar 22,89% karyawan yang memiliki tingkat stres berada dalam kategori tinggi menuju sangat tinggi, sedangkan 77,1 % karyawan memiliki tingkat stres kerja berada dalam kategori sedang menuju rendah.jadi tampaknya para karyawan sangat dikejar kejar oleh waktu dan target pekerjaan, sehingga dapat diprediksikan bahwa tingkat stres karyawan PT. Telkom cukup tinggi
8 karena sebagaimana yang dikemukakan Sutherland & Cooper (Muchtar, 2004) bahwa tekanan waktu dapat menjadi sumber stres bagi karyawan. Berdasarkan wawancara peneliti kepada beberapa perawat yang bekerja di RSUD dr. Sayidiman Magetan, mereka sering mengalami beberapa gejala stres kerja yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka seperti : mudah marah, sulit berkonsentrasi pada pekerjaan, merasa lelah dan malas bekerja. Hal ini didukung dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan, sedangkan jumlah perawat pada setiap shifnya sangat minimal. Menurut Cooper & Straw (Len y dkk, 2006) menjelaskan beberapa gejala stres kerja yang dapat berpengaruh pada perusahaan yaitu; kepuasan kerja rendah, kinerja menurun, hilangnya semangat dan energy dalam bekerja, komunikasi kerja tidak lancar, dan pengambilan keputusan tidak optimal serta mengalami kejenuhan karena berputar pada tugas-tugas yang tidak produktif. Salah satu faktor kepribadian yang diduga dapat berperan dalam mengungkap stres adalah kecerdasan emosional. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh NIOSH ( National Institute For Occupational Safety And Health ) yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian maupun dari luar individu baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun ambisi (Muchtar, 2006). Kecerdasan emosi adalah faktor kepribadian yang ikut memberi pengaruh terhadap stres kerja tersebut. Bradberry dan Greaves (2007) menjelaskan bahwa lebih dari 70 persen karyawan memiliki kesulitan dalam menghadapi stres dan tantangan kerja.
9 Konflik di tempat kerja akan cenderung memburuk ketika secara pasif menghindari masalah atau ketika masalah dihadapi secara agresif yang berlebihan sehingga situasi yang terjadi kemudian melampaui proporsi seharusnya. Maka sangatlah diperlukan kemampuan untuk mengelola emosi. Menurut Bar-On (Melianawati dkk,2001) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengatur perasaan dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, berempati, ketika menghadapi gejolak emosi dari diri maupun dari orang lain. Pada pekerjaan seperti perawat yang harus selalu berinteraksi langsung dengan pasien diperlukan kemampuan mengenali emosi, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan kemampuan membina hubungan dengan orang lain. kemampuan tersebut, menurut Goleman (1999) merupakan aspek kecerdasan emosional. Studi tentang kecerdasan emosional terhadap Angkatan udara AS menemukan bahwa calon cadet yang memiliki skor kecerdasan emosional tinggi adalah 2,6 kali lebih berhasil dari mereka yang tidak. Dengan menggunakan kecerdasan emosi dalam seleksi, Angkatan Udara AS mampu memangkas pengunduran diri para cadet baru dalam satu tahun lebih dari 90 % dan menghemat hampir $3 juta biaya perekrutan dan biaya pelatihan (Robbins, 2006). Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang tidak pernah di diperoleh dalam pendidikan formal, sehingga tidak semua orang mempunyai keterampilan kognitif dan kemampuan teknis memiliki juga kecerdasan emosional ini. Penelitian Daniel Goleman menunjukkan bahwa kecerdasan emosional ini adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja yaitu sekitar
10 75-96 %. Sedangkan peran IQ atau keterampilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan, yaitu sekitar 4-25 % (Goleman, 1999). Menurut Wimbarti (Djuwariyah, 2002) kecerdasan emosi sebenarnya bukan hal baru di Indonesia, dalam budaya jawa olah rasa ini telah dilakukan sejak zaman nenek moyang dahulu dan nilai-nilainya masih digunakan hingga sekarang ini. Nilai-nilai olah rasa budaya jawa tersebut adalah nilai tenggang rasa, gotong royong, prihatin, dan sebagainya. Kecerdasan emosi sangat dibutuhkan dalam membuat keputusan yang berat dan dalam situasi yang menekan.individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik adalah individu yang mempunyai kemampuan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam memenuhi tuntutan dan tekanan lingkungan. Penjelasan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muchtar (2004) yang menunjukkan bahwa karyawan yang mempunyai kemampuan mengontrol diri terhadap berbagai stimulus mampu bertahan dalam situasi-situasi yang mendesak, dalam menghadapi tuntutan dan tantangan pekerjaan yang menimbulkan stres kerja Stres Kerja Kreitner & Kinicki (2005) memandang stres sebagai suatu respon yang adaptif, dihubungkan oleh karakteristik atau proses psikologis individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan fisik khusus pada diri seseorang.
11 Robbins (2006) menyebutkan bahwa stres adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tapi penting. Luthan (2006) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologi, sebagai konsekuensi dari tindakan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan individu dalam menghadapinya. Stres kerja merupakan kondisi yang muncul akibat interaksi seseorang dengan pekerja dan lingkungan kerjanya. Stres kerja adalah sebagai suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpanganpenyimpangan fisik, psikologis dan tingkah laku bagi para partisipan organisasi Luthan (2006) Gibson (1985) mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk member tanggapan terhadap stressor. Dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa stres kerja secara umum didefinisikan sebagai respon fisik dan psikologis atas
12 ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam bekerja. Aspek aspek Stres Kerja Menurut Robbins (2006) ada 3 aspek stres kerja yaitu 1. Fisiologis Stres dapat menciptakan perubahan metabolism tubuh, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung 2. Psikologis Dampak yang sederhana yang ditimbulkan stress yang berhubungan dengan pekerjaan adalah ketidakpuasan yang terkait dengan pekerjaan. Selain itu stress juga muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya menurunnya daya konsentrasi, ketegangan, kecemasan, mudah marah, mudah lupa, kebosanan, suka menunda nunda. 3. Perilaku Terkait dengan perilaku mencakup menurunnya produktivitas, meningkatnya absensi dan tingkat keluar masuk karyawan, meningkatnya konsumsi rokok dan alcohol, perubahan kebiasaan makan, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.
13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Stres Kerja Kreitner dan Kinicki (2005) mengemukakan tentang faktor-faktor yang menimbulkan stres kerja. Dalam hal ini terdapat 4 kategori sumber potensial utama yang menyebabkan stres kerja, yaitu 1. Tingkat individual Sumber stres yang salah satunya timbul dari watak individu dan berhubungan dengan pekerjaan, konflik peran, ambiguitas peran, pengendalian lingkungan yang dirasakan, hubungan dengan supervisor, kelebihan beban kerja, kekurangn beban kerja dan kemonotonan kerja. 2. Tingkat kelompok Sumber stres pasa level kelompok dapat berupa managerial behavior, kurangnya kekompakkan, konflik di dalam kelompok dan perbedaan status. 3. Tingkat Organisasional Sumber stres dalam tingkat organisasi ini meliputi budaya dan struktur organisasi, penggunaan teknologi dalam organisasi dan pengenalan perubahan dalam kondisi kerja. 4. Exstraorganisasional Lingkungan eksternal itu disebut extraorganisasional yang meliputi kehidupan keluarga, ekonomi, waktu yang berubah, polusi suara, panas, kepadatan dan udara.
14 Sedangkan Robbin (2006) menerangkan bahwa ada tiga faktor penyebab stres kerja yaitu : 1. Faktor lingkungan Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perancangan struktur organisasi dan mempengaruhi tingkat stres. a. Ketidakpastian ekonomi Terjadi karena perubahan siklus bisnis. Orang akan semakin mencemaskan keamanan mereka. b. Ketidakpastian politik Ketidakpastian politik ini akan mengakibatkan munculnya stress apabila tidak mempunyai system politik yang stabil dimana perubahan dilakukan dengan cara tertib. c. Ketidakpastian teknologi Inovasi-inovasi baru dapat membuat ketrampilan dan pengalaman karyawan menjadi ketinggalan dalam periode waktu yang sangat singkat. 2. Faktor Organisasi a. Tuntutan tugas.faktor ini mencakup desain pekerjaan individu tersebut, kondisi kerja dan tata letak kerja fisik. b. Tuntutan peran. Berhubungan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi.ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami dengan jelas.
15 c. Tuntutan antar pribadi. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat menimbulkan stress. d. Struktur organisasi. Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat memunculkan stress. e. Kepemimpinan organisasi. Seorang pemimpin yang menciptakan budaya dan gaya kepemimpinan yangotoriter bisa menyebabkab terjadi stres pada karyawannya. 3. Faktor individu a. Keluarga. Masalah dalam keluarga seperti tidak harmonisnya hubungan suami istri, anak yang tidak disiplin bisa mengakibatkan stress yang bisa terbawa di tempat kerja. b. Ekonomi. Tingkat penghasilan seseorang dan cara mengelola keuangan bisa berdampak pada stress. c. Kepribadian. Stres yang terjadi bisa berasal dari kepribadian seseorang dan bagaimana seseorang bisa menerima segala perubahan dan tuntutan yang terjadi. Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (1996) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan emosional yang dimiliki individu, yang meliputi kemampuan mengontrol diri sendiri, memiliki semangat dan ketekunan, kemampuan
16 memotivasi diri sendiri, ketahanan menghadapi frustasi, kemampuan mengatur suasana hati, dan kemampuan menunjukkan empati, harapan serta optimism. Individu juga mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain, mudah mengenali emosi orang lain dan penuh perhatian. Cooper & Sawaf (1997) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosional memberikan informasi penting yang menguntungkan. Umpan balik dari hati ini dapat memunculkan kreativitas, bersifat jujur mengenai diri sendiri, menjalin hubungan yang saling mempercayai, memberikan panduan nurani bagi hidup dan karier, membantu menghadapi kemungkinan yang tidak terduga, dan dapat menyelamatkan diri dari kehancuran. Kecerdasan emosional juga menuntut manusia untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri dan orang lain dan bisa memberi tanggapan yang tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan.
17 Aspek aspek Kecerdasan Emosional Goleman (1999) mengemukakan aspek-aspek kecerdasan emosional sebagai berikut: a. Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri dan kemampuan untuk mengenali dan mengatur perasaan tersebut dalam cara yang dapat dikontrol, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. b. Pengaturan diri, yaitu kemampuan untuk menangani emosi sehingga emosi dapat diungkap dengan tepat, kemampuan untuk menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan, dan kemarahan yang menjadi jadi serta mampu pulih dari tekanan emosi. c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, bertindak sangat efektif, menunda kepuasan dan merenggangkan dorongan hati, mampu berada dalam tahap flow. d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan mengetahui perasaan orang lain (kesadaran empatik), menyesuaikan diri terhadap apa yang diinginkan orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam orang. e. Ketrampilan sosial yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilanketrampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin musyawarah dan menyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim.
18 Metode Penelitian Subjek penelitian ini adalah perawat di RSUD dr Sayidiman Magetan Jawa Timur baik laki-laki maupun perempuan, usia antara tahun dan pendidikan minimal lulusan sekolah bidang keperawatan. Alat ukur pada penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1999), sedangkan skala stres kerja mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Robbins (2006). Metode analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisis korelasi Spearman Rho, dengan menggunakan analisis statistik SPSS for windows versi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian, diperoleh deskripsi statistik data penelitian untuk masing-masing skala. Rangkuman deskripsi data subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Deskripsi Statistik Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD Kecerdasan emosional ,5 12, ,8167 4,45882 Stres kerja ,5167 4,06511 Uji Asumsi Uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 15.0 for windows. Diperoleh bahwa hasil sebaran skor variabel kecerdasan emosional adalah tidak normal (K-SZ=1,387 atau p < 0,05). Untuk sebaran variabel stres kerja juga menunjukan
19 hasil yang tidak normal ( K-SZ=1,528 atau p < 0,05). Hasil uji linieritas terhadap variabel kecerdasan emosional dengan stres kerja diperoleh F = 14,104 dengan p = 0,001 maka dapat dikatakan bahwa variabel kecerdasan emosional dengan stres kerja linier karena p < 0,05. Uji Hipotesis Korelasi antara kecerdasan emosional dengan stres kerja menghasilkan r = - 0,370 dengan p = 0,002 ( p < 0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan stres kerja. Jadi hipotesis diterima. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres kerja pada perawat. Data yang didapatkan dalam penelitian ini memiliki sebaran yang tidak normal akan tetapi linier sehingga teknik korelasi product moment dari pearson tidak dapat digunakan. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan uji korelasi sperman rho. Korelasi antara kecerdasan emosional dengan stres kerja menghasilkan r = - 0,370, p = 0,002 (p < 0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan stres kerja. Hal itu berarti semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka semakin rendah stres kerja yang dialami. Jadi hipotesis yang diajukan diterima. Secara teoritis individu yang memiliki kecerdasan emosional mampu untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat atau keinginan orang lain yang merupakan kunci pengetahuan diri dan akan menuntun pada tingkah laku yang tepat untuk menghadapi masalah
20 atau kesulitan dalam menghadapi situasi yang menekan yang dapat menjadi stressor. Selain itu individu yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi lebih memungkinkan untuk sukses daripada yang mempunyai IQ tinggi karena individu ini bisa menghadapi segala hal dalam situasi apapun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Melianawati dkk (2001) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kinerja. Kinerja yang optimal dapat dicapai jika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Kecerdasan emosional yang dimiliki perawat dapat berposisi sebagai coping stres karena dengan kemampuan kesadaran diri berarti seseorang memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri. Pemikiran realistis yang muncul dari kesadaran diri dapat menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Kesadaran diri ini juga bisa membantu mengelola diri dan menyadari emosi serta pikiran diri sendiri. Sehingga mudah dalam menangani perilaku negatif diri sendiri. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Djuwariyah (2002) bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi menunjukkan tingkat perilaku agresivitas yang rendah. Korelasi determinan variabel kecerdasan emosional terhadap stres kerja adalah 0,172. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap stres kerja sebesar 17,2%. Berarti terdapat 82,8% disebabkan faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat berupa persepsi, pengalaman seseorang, dukungan social, locus of control dan jenis kepribadian ( Robbin, 2006 ). Hal ini juga sesuai
21 dengan penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Safety and Health (Muchtar, 2004) yang menyatakan bahwa penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu usia, kondisi fisik dan kepribadian maupun faktor dari luar individu baik dari lingkungan keluarga, lingkungan kerja, cita-cita maupun ambisi. Dari kelima aspek kecerdasan emosional yang memberikan pengaruh terhadap stres kerja adalah aspek motivasi diri, mengenali emosi dan ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial memberikan sumbangan efektif terhadap stres kerja sebesar 70,8%, aspek mengenali emosi memberikan sumbangan efektif terhadap stres kerja sebesar 14,8% dan aspek motivasi diri memberikan sumbangan efektif terhadap stres kerja sebesar 14,4%. Sedangkan aspek kesadaran diri dan pengaturan diri tidak memberikan pengaruh terhadap stres kerja. Secara keseluruhan, penulis mengakui bahwa penelitian ini masih mempunyai kekurangan dan kelemahan terutama mengenai pengambilan data penelitian, yang idealnya peneliti harus melakukan pengamatan dan pengawasan secara langsung saat subjek melakukan pengisian kuesioner penelitian. Akan tetapi karena kuesioner dititipkan kepada setiap kepala ruangan dan kesibukan subjek penelitian maka hal ini tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data menunjukan bahwa (r) = - 0,370, p = 0,002, p < 0,01, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti yaitu ada hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan stres kerja diterima,
22 dimana semakin tinggi kecerdasan emosional perawat maka semakin rendah stres kerja yang dialami. Saran Adapun beberapa saran yang dikemukakan peneliti, berhubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan : 1. Bagi Rumah Sakit 2. Pihak Rumah Sakit diharapkan lebih memperhatikan kesejahteraan perawat dengan memberikan program kesejahteraan yang memusatkan pada kondisi fisik dan mental perawat, misalnya dengan memberikan pelatihan untuk membantu menurunkan tingkat stres kerja dengan pelatihan kecerdasan emosional. 3. Bagi Perawat 4. Subjek penelitian diharapkan dapat mempertahankan kecerdasan emosional yang dimiliki sebagai suatu langkah menghadapi berbagai situasi yang terjadi di tempat kerja khususnya dalam menghadapi stres di tempat kerja yaitu dengan kesadaran diri, pengaturan diri, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan ketrampilan sosialnya. 5. Dari hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa tingkat stres kerja berada dalam kategorisasi rendah, peneliti menyarankan untuk tetap dapat meminimalkannya serta dapat diwaspadai agar stres tidak menjadi
23 tinggi karena akan menghambat kinerja. Perlunya meningkatkan kepercayaan diri, motivasi diri, rasa percaya pada rekan kerja, kemampuan menenangkan diri dalam segala situasi dan hubungan baik dengan pasien dan rekan kerja sehingga akan meminimalkan tingkat stres kerja. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kecerdasan emosional dan stres kerja disarankan untuk lebih memperluas tema dari sudut pandang yang berbeda, antara lain meneliti hubungan antara stres kerja dengan faktor-faktor yang lain seperti motivasi, dukungan sosial, tipe kepribadian, kecerdasan spiritual dll.
24 DAFTAR PUSTAKA Azwar, S Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bakar. A, Elfida D & Lenny, I Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Pekanbaru. Jurnal psikologi vol 2 no 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Sultan Sarif Kasim Riau Bellinda, R Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Stres Kerja pada Distributor Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan).yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Cooper,R.K & Sawaf, A Executive EQ. Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan Dan Organisasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dewi, S Stres kerja dan performansi kerja pada karyawan pt. Karunia Berca Indonesia (KBI) Cilegon. Skripsi (tidak diterbitkan).yogyakarta: Fakultas psikologi Universitas Gajah Mada Djuwariyah Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Agresivitas Remaja. Psikologika No 13 tahun VII, Febbyanti Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
25 FX Melianawati, P Sutyas & Tjahjoanggoro A.J Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan.Anima vol 17 no 1 hal Gibson.1985.edisi 10.Perilaku Organisasi.Jakarta:Erlangga Goleman, D Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta; Gramedia Pustaka Utama Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia. Klasifikasi Jabatan Indonesia.1982.Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi RI & Biro Riset Statistik. Kompas Cyber Media Perawat Tulang Punggung yang Terlupakan. http;// Kreitner R & Kinicki A.2005.Perilaku Organisasi. Jakarta: salemba empat Luthan, F.2006.Perilaku organisasi. Yogyakarta: Andi Ofset Muchtar, R Hubungan Antara Resilience Dengan Stres Kerja Pada Karyawan PT Telkom Drive Vi Balikpapan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Nuzulia, S Peran Self-Efficacy dan Strategi Coping Terhadap Stressor kerja dan Stres Kerja.Psikologika No 19 tahun X, Robbins, S Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indeks. Gramedia Group Gusniarti, U Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Tuntutan Dan Harapan Sekolah Dengan Derajat Stres Siswa Sekolah Plus. Psikologika no 13 tahun VII,53-68
26 IDENTITAS PENULIS Nama : Deltanni Citra Findy Oryza NIM : Alamat : Tamanan no 159 4/3 Sukomoro Magetan Jawa Timur No Telepon :
27
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES KERJA PADA TELLER DAN CUSTOMER SERVICE BANK
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES KERJA PADA TELLER DAN CUSTOMER SERVICE BANK Oleh: ROY JULIARDHANA TEKAD WAHYONO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa depan bangsa adalah tanggung jawab bersama, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa depan bangsa adalah tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah dan seluruh komponen masyarakat. Apabila seluruh komponen masyarakat menjalankan fungsinya dengan benar
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK
FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Council of Nurses mendefinisikan keperawatan adalah profesi yang bertujuan melindungi, meningkatkan dan merehabilitasi kesehatan individu, keluarga, serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORETIS
33 BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Henny (2007) melakukan penelitian dengan judul " Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan
Lebih terperinciAriesta Marsitho Nugrahawan F
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER DENGAN TEKANAN KERJA PADA KARYAWAN SKRIPSI Disusun oleh : Ariesta Marsitho Nugrahawan F 100 010 149 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja
BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa stres akan terus dialami individual selama masih hidup,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah satu sistem, yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok orang untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres telah menjadi bagian hidup para pekerja. Pesatnya perkembangan asuransi saat ini mendorong setiap perusahaan asuransi bersaing secara ketat serta menuntut pegawai
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical
BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stres Gibson menyatakan bahwa Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberdayakan karyawan agar karyawan mampu melaksanakan pekerjaan dengan. utama untuk mendorong keberhasilan suatu perusahaan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan, karena tanpa adanya sumber daya manusia segala aktivitas dalam perusahaan tidak akan terlaksana
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TAHAN BANTING (HARDINESS) DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Oleh: RIA ANDIANI YULIANTI DWI ASTUTI, S.Psi., M.Soc.Sc., Psi PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN STRES KERJA PADA GURU MI 02, MTS, DAN MA MAZRA ATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN Lautry Luthfiya Sari Labib_11410109 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini menuntut
Lebih terperinciDefinisi Stres Kerja
Definisi Stres Kerja Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 2 ayat 1 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal tersebut mengandung
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja. Selain dampaknya terhadap penggunaan alat-alat produksi dan strategi pemasaran. Modernisasi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan suatu bagian dari seluruh proses pelayanan yang mempunyai peran sangat besar dalam rumah sakit. Tugas perawat secara umum adalah memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi
! "! BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Permasalahan Trading dalam sudut pandang bahasa memiliki arti perdagangan, secara khusus trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani suatu kehidupan, manusia selalu melakukan berbagai macam kegiatan dan aktivitas, hal itu biasanya direalisasikan dalam sebuah tindakan atau sebuah gerakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan baru semakin memperburuk suasana. Dalam sebuah survei yang dilakukan Princeton Survey Research
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Karyawan didalam suatu perusahaan merupakan asset perusahaan karena dianggap sebagai salah satu faktor penggerak bagi setiap kegiatan didalam perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN ADAPTIVE SELLING PADA SALES PROMOTION GIRL
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN ADAPTIVE SELLING PADA SALES PROMOTION GIRL S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Agus
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan PT POS Indonesia (Persero) Pusat Denpasar.
Judul : Pengaruh Konflik Interpersonal dan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan PT POS Indonesia (Persero) Pusat Denpasar. Nama : Ni Kadek Asri Lestari NIM : 1315251012 ABSTRAK Stres kerja adalah
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )
STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kesehatankhususnya pada Rumah sakit, perawat merupakan salah satu yang memiliki komponen penting dalam menentukan kualitas baik, buruk nya suatu
Lebih terperinciSTRES KERJA. Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi ,1990
STRES KERJA Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi 110001,1990 Stres Merupakan kondisi dimana individu dihadapkan pada kesempatan,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi
Lebih terperinciPENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan informasi, perubahaan selera pasar, perubahan demografi, fluktuasi ekonomi dan kondisi dinamis lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh perbedaan individual, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan masalah sentral dalam dunia psikologi. Motivasi merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. Hal lain yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR
HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciPENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS. ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto
PENGARUH STRESSOR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI JOB STRESS ( Studi Pada PT. Sindopex Perotama Sidoarjo ) Ari Suharto Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya Email : asuharto37@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi yang bersifat sosio-ekonomis yang berfungsi dan bertugas untuk memberikan pelayanan
Lebih terperinciWork-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya
Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Era globalisasi menuntut seseorang untuk berevolusi menjadi workaholic. Banyak pekerja di negara maju atau di kota-kota besar harus bertahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Perubahan demografi tenaga kerja terhadap peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja, telah mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan-tekanan yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Selain tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi, dimana pada hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak bagi setiap kegiatan di dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan memasuki era perdagangan bebas saat ini, tantangan dalam bidang industri semakin meningkat. Banyak perusahaan perusahaan baru yang bermunculan, sehingga
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya,
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI Oleh : AGITA EKARANI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI dan ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang (Handoko,
Lebih terperinciHUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG
HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA KELAS XII SMA NEGERI 16 PADANG Arika Fitri, Linda Fitria Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email : linda.fitria81@gmail.com,
Lebih terperinci