ANALISIS DAN PEMETAAN KEBISINGANA AKIBAT AKTIFITAS KERJA PT XYZ ANALYSIS AND MAPPING NOISE DUE TO XYZ WORK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAN PEMETAAN KEBISINGANA AKIBAT AKTIFITAS KERJA PT XYZ ANALYSIS AND MAPPING NOISE DUE TO XYZ WORK"

Transkripsi

1 ANALISIS DAN PEMETAAN KEBISINGANA AKIBAT AKTIFITAS KERJA PT XYZ ANALYSIS AND MAPPING NOISE DUE TO XYZ WORK Norra Phersiana Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS * Abstrak Hasil penelitian diperoleh kebisingan diperoleh nilai kebisingan yang diterima pekerja dalam satu hari kerja (L eq ) tertinggi berada pada area pembuatan galon sebesar 97 db(a) dan terendah berada pada ruang kantor sebesar 83 db(a). Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa batas maksimum tenaga kerja kerja terpapar kebisingan 85 db selama 8 jam kerja sehingga area yang melebihi baku mutu memerlukan pengendalian kebisingan. Alternatif pengendalian dengan teknik isolasi ruang. Kata kunci: Kebisingan, Pemetaan, Leq, Surfer 9 Abstract The results obtained by calculation and noise mapping value received by labors in one working day (Leq) was highest in manufacturing areas gallons amounted to 97 db (A) and the lowest is in office space amounting to 83 db (A). In accordance with Ministry of Manpower Decree No. 51 of 1999, which states that labors work a maximum 85 db noise exposure for eight hours of work so that the area that exceeds the quality standard requires noise control. Controlling the easiest alternative is to do job rotations. Another way is to use ear protective devices for space to work and isolation techniques. Kata kunci: Noise, Mapping, Leq, Surfer 9 1

2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia yang tumbuh dengan pesat selain berdampak positif bagi pendapatan negara dan kesejahteraan masyarakat, juga berdampak negatif karena potensinya untuk mencemari lingkungan misalnya asap dan kebisingan akibat operasional pabrik. Pencemaran yang terjadi jika dibiarkan begitu tanpa mendapatkan perhatian khusus dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan terutama di sekitar pabrik, yang kemudian dapat juga menurunkan kualitas hidup masyarakatnya. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang dalam proses produksi menggunakan mesin yang berjalan secara otomatis dan menghasilkan suara bising. Tingkat kebisingan yang terjadi pada bagian produksi rata-rata melebihi NAB. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan sebelumnya pada bagian produksi khususnya yang berada pada ruang grinding dihasilkan intensitas kebisingan sebesar db(a). Hasil pengukuran tersebut, melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan menurut Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999 tentang faktor fisik ditempat kerja yaitu tidak boleh melebihi 85 db. Menurut Selter yang dikutip oleh Nurul (2007) menyatakan jumlah sumber bunyi bertambah secara teratur di lingkungan sekitar dan ketika bunyi menjadi tidak diiinginkan maka bunyi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi suatu kebisingan. Kebisingan pada intensitas tinggi dan pemaparan yang lama dapat menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran dan juga pada fungsi non pendengaran yang bersifat subyektif seperti gangguan pada komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas dan perasaan tidak senang/mudah marah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 Tahun 1999 yang mempersyaratkan adanya baku mutu tingkat kebisingan di lingkungan kerja mendasari adanya pengendalian kebisingan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebisingan atau intensitas kebisingan di area produksi dan dilakukan pemetaan intensitas sehingga dapat diketahui area-area dengan intensitas kebisingan yang berlebihan dan dapat melakukan upaya pencegahan awal kebisingan dengan penggunaan alat pelindung telinga seperti earplug yang mengacu pada hasil pemetaan Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam perencanaan ini adalah: 2

3 1. Berapa intensitas kebisingan yang terjadi di kawasan PT XYZ yang diakibatkan oleh operasional pabrik? 2. Bagaimana pemetaan kebisingan dari hasil pengukuran tingkat kebisingan di area produksi? 3. Tindakan alternatif apa yang dapat dilakukan untuk menurunkan intensitas kebisingan? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah: 1. Mengetahui tingkat kebisingan yang terjadi di kawasan PT. XYZ akibat operasional pabrik. 2. Memperoleh pemetaan kebisingan di unit produksi kawasan PT XYZ 3. Memperoleh alternatif yang dapat dilakukan dalam menurunkan intensitas kebisingan yang terjadi Landasan Teori Menurut Murwono yang dikutip oleh Nurul (2007) mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dan pengukurannya menimbulkan kesulitan besar karena bervariasi diantara perorangan dalam situasi yang berbeda. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No 51. tahun 1999). Menurut Sihar (2005), kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu: a. Kebisingan tetap (steady noise), sering disebut juga kebisingan continous. Kebisingan ini dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Discrete frequency noise Merupakan kebisingan dengan frekwensi terputus yang berupa nada-nada murni dan terjadi pada frekwensi yang beragam dan luas. Contohnya suara mesin, suara kipas. 3

4 2. Broad band noise Merupakan kebisingan dengan frekwensi terputus yang berupa bukan nada-nada murni dan terjadi pada frekwensi yang lebih sempit. Misalkan suara dari mesin gergaji, Katup gas. b. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) merupakan kebisingan yang memerlukan waktu untuk menurunkan intensitasnya tidak lebih dari 500 milidetik, dibagi lagi menjadi: 1. Intermittent noise Merupakan kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah,contohnya kebisingan lalu lintas. 3. Impulsive noise Merupakan kebisingan yang dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya. Berdasarkan pengaruhnya teradap manusia, bising dapat dibagi atas : 1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur. 2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. Menurut Sasongko, dkk (2000) sumber bising dibedakan bentuknya atas 2 jenis yaitu : 1. Sumber Titik Kebisingan yang berasal dari sumber diam atau tidak bergerak. Penyebaran kebisingan dengan sumber diam ini dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar di udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det. 2. Sumber Garis (Berasal dari sumber bergerak) Kebisingan ini berasal dari sumber bergerak. Penyebaran kebisingan bergerak ini dalam bentuk silinder-silinder konsentris dan sumber kebisingan sebagai sumbunya dengan menyebar ke udara dengan kecepatan sekitar 360 m/det. Sumber kebisingan ini umumnya berasal dari kegiatan transportasi. 4

5 Pemetaan diartikan sebagai penggambaran secara visual yang menghasilkan sebuah peta, sedangkan pemetaan kebisingan berarti penggambaran secara visual dari tingkat kebisingan yang ditimbulkan pada tiap-tiap titik pengamatan dimana pengukuran ini akan menghasilkan sebuah peta kontur kebisingan. Pemetaan ini dapat menggunakan bantuan suatu program yaitu dengan menggunkan Surfer 9. Hasil pemetaan dengan program ini memerlukan bantuan program notepad dalam memasukkan data. Data-data tingkat kebisingan yang diperoleh dari hasil pengukuran tingkat kebisingan (db) nantinya akan dilakukan pemetaan dengan menggunakan program Surfer 9. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan koordinat (X,Y) dari masing-masing titik sampel. Titik koordinat tersebutnya akan dijadikan nilai input data nilai tingkat kebisingan dengan menggunakan program excel. Data yang ada nantinya akan disalin ke dalam bentuk notepad dengan ekstensi *.txt sebagai database Surfer 9 (Edo, 2004). 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia air minum kemasan. Produk yang dihasilkan berupa air minum dengan kemasan 100 ml, 240 ml, 600 ml, dan 1500 ml. Sumber air yang dipergunakan dalam proses produksi berasal dari mata air pegunungan yang ditransfer ke rumah pompa melalui pipa. Proses produksi di atas dapat dijelaskan dalam bentuk diagram produksi sebagai berikut : Air Baku TAHAP I Aquafine TAHAP II Filling Distribusi TAHAP III Pengemasan Gambar 2.1 Diagram Proses Produksi PT XYZ 5

6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Ruang Berdasarkan hasil analisa diperoleh kebisingan rata-rata ruang produksi PT. XYZ, yaitu: Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Rata-rata Kebisingan Titik Sampling Rata-rata Desibel (db) Baku mutu A B C D E F Sumber : Hasil pengukuran, (2010) Keterangan : Ruang A Ruang B Ruang C Ruang D Ruang E Ruang F : Ruang Pembuatan galon : Ruang Pencacahan (Grinding) : Ruang Ayakan : Kantor : Ruang Pembuatan Botol : Ruang Pengisian (Filling) 6

7 Berdasarkan Tabel 3.1 Kebisingan rata-rata merupakan kebisingan yang terjadi hanya sementara dan bukan merupakan kebisingan yang terjadi dalam satu hari kerja. Namun, hanya merupakan nilai kumulatif kebisingan yang sering muncul dalam rentang waktu pengukuran (10 menit). Sehingga walau hasil pengukuran kebisingan melebihi baku mutu tingkat kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 Tahun Hal ini, tidak terlalu berpengaruh pada tenaga kerja. Hasil kebisingan rata-rata ini nantinya akan digunakan untuk menentukan tingkat kebisingan satu hari kerja (Leq). L eq atau nilai Eqiuvalent Continous Noise merupakan nilai tekanan pada kebisingan tetap yang berasal dari mesin pabrik (Sihar, 2005). Nilai ini dihitung untuk mengetahui tingkat dampak kebisingan dari mesin pabrik terhadap lingkungan (tenaga kerja). Berikut ini diperoleh tahapan perhitungan nilai L eq : Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Ls Total (level siang) Ruang A Jenis Mesin Gallon Titik Ls Ls Sampling average Planner

8 Tabel 3.2. (Lanjutan) Hasil Pengukuran Ls Total (level siang) Ruang Jenis Mesin Titik Sampling Ls Ls average B Grinding C Ayakan D Kantor E Bottle Planner F Filling Sumber : Hasil perhitungan, (2010) 8

9 Sedangkan nilai kebisingan waktu malam adalah kebisingan rata-rata sesuai dengan Tabel 3.1 pada pukul WIB. Kelemahan penelitian ini yaitu nilai kebisingan malam (Lm) seharusnya lebih dari satu waktu pengukuran. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja melakukan pekerjaan sampai jam lima pagi. Kemudian dari nilai Ls rata-rata dan Lm yang diperoleh dapat dihitung nilai Leq. Nilai Leq ini merupakan penggambaran tingkat kebisingan yang diterima pekerja selama satu hari kerja. Perhitungan nilai Leq dapat dilihat pada Tabel 3.3 Distribusi Kebisingan Per Hari (Leq) sebagai berikut : Tabel 3.3. Distribusi Kebisingan Per Hari (Leq) Ruang Jenis Mesin Titik Sampling Ls Lm Leq Baku Mutu A Gallon Planner

10 Tabel 3.3. (Lanjutan) Distribusi Kebisingan Per Hari (Leq) Ruang Jenis Mesin Titik Sampling Ls Lm Leq Baku Mutu B Grinding C Ayakan D Kantor E Bottle Planner F Filling Sumber : Hasil perhitungan, (2010). Perhitungan nilai kebisingan satu hari kerja (Leq) dapat diperoleh dengan menggunakan Rumus 2.4 Contoh perhitungan Ruang B1 : Ls (Level Siang) = 90 db(a) 10

11 Lm (Level Malam) = 70 db(a) Tentukan nilai Leq tiap titik sampling yaitu menggunakan rumus sebagai berikut : Lsm= Leq = 10 log 1/24 (16x10 (Ls/10) + 8x10 ((Lm+5)/10) ) = 10 log 1/24 (16x 10 ( 90/10) + 8x10 ((70+5)/10) = 89 db(a) Nilai Leq yang diperoleh sebesar 89 db(a). Nilai tersebut melebihi baku mutu yang ditetapkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja yaitu sebesar 85 db untuk pekerjaan selama 8 jam. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerja dalam ruang B (grinding) mengalami bahaya kebisingan. Menurut Wahyuningsih yang dikutip oleh Dian (2006) menyatakan bahwa kebisingan dapat menimbulkan pengaruh yang luas. Bising tidak hanya mempengaruhi kapasitas pendengaran kita, tetapi juga fungsi-fungsi tubuh yang lain. Pengaruh kebisingan terhadap tubuh sama seperti pengaruh stress terhadap tubuh manusia.pendengaran kita, tetapi juga fungsi-fungsi tubuh yang lain. Pengaruh kebisingan terhadap tubuh sama seperti pengaruh stress terhadap tubuh manusia.oleh sebab itu, area atau titik yang memiliki kebisingan (Leq) di atas baku mutu sebaiknya dilakukan pengendalian kebisingan. Berdasarkan data-data diatas dapat dibuat grafik distribusi kebisingan per hari yang dapat ditunjukkan pada gambar Distribusi Kebisingan Per Hari berikut ini : Gambar 3.1 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang A (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). 11

12 Gambar 3.2 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang B (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). Gambar 3.3 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang C (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). Gambar 3.4 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang D (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). 12

13 Gambar 3.5 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang E (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). Gambar 3.6 Distribusi Kebisingan Per Hari Ruang F (Sumber : Hasil Pengukuran, 2010). Berdasarkan hasil pengukuran yang tersaji pada Tabel 3.3, intensitas kebisingan terendah berada pada ruang C yang terjadi pada Pukul (Lm) dengan intensitas kebisingan sebesar 57 db(a) kerena dalam ruangan ini, mesin sedang tidak bekerja. Nilai Leq tertinggi berada pada ruang A pada titik pengukuran pertama yaitu sebesar 96 db(a). Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga 13

14 Kerja No. 51 Tahun 1999 yang menyebutkan nilai ambang batas kebisingan adalah angka 85 db yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari. Karena nilai Leq merupakan penggambaran tingkat kebisingan dalam 24 jam maka ruang atau titik yang melebihi baku mutu perlu diupayakan dalam pengendalian kebisingan. Tenaga kerja memerlukan perlindungan ketika berada dalam ruang yang melebihi baku mutu. Hasil pengukuran sampel diketahui bahwa nilai kebisingan tertinggi dan terendah memiliki selisih yang besar. Hal ini disebabkan karena pada saat tertentu ada mesin tidak bekerja sehingga perlu dilakukan koreksi desibel masing-masing nilai L eq ketika mesin seluruhnya sedang bekerja ataupun tidak bekerja. Tujuan dari koreksi ini untuk mendapatkan tingkat polusi kerja akibat kebisingan dari hasil kombinasi dua tingkat kebisingan terendah sampai tertinggi sehingga, diperoleh kebisingan sesungguhnya (Davis, dan Cornwell, 1980). Terdapat berbagai cara untuk menentukan intensitas kebisingan dari berbagai mesin yang dihidupkan secara bersamaan salah satunya dengan cara penjumlahan dengan menggunakan grafik (Gambar 2.1 Grafik untuk Penambahan Desibel Kebisingan Dari Beberapa Tingkat Suara. Adapun langkah perhitungannya sebagai berikut: 1) Tentukan dua level kebisingan terendah 2) Tentukan selisih kedua sumber kebisingan tersebut 3) Selisih dikonversikan pada grafik, sumbu x sebagai nilai selisih dan sumbu y sebagai nilai desibel yang harus ditambahkan 4) Tambahkan nilai dari grafik pada level kebisingan yang lebih tinggi. Berikut contoh perhitungan intensitas kebisingan pada ruang B dengan intensitas 81 db, 80 db, 78 db : 14

15 1. Tentukan selisih intensitas kebisingan terndah yaitu 78 db dan 80 db. untuk melihat db yang harus ditambahkan lihat grafik, sumbu x pada titik 1, sumbu y menunjukkan angka 2,2 tambahkan pada intensitas kebisingan 80 db menjadi 82 db. 2. Tentukan selisih intensitas kebisingan 81 db dengan hasil perhitungan mesin nomor 1. Lihat db yang harus ditambahkan pada grafik, sumbu x pada titik 2 sumbu y menunjukkan angka 2 tambahkan pada intensitas kebisingan 90,5 db menjadi 93 db. Langkah tersebut tampak pada diagram di bawah ini: 78 db 82,2 db 82 db db 80 db 81 db Gambar 3.7 Diagram Perhitungan Kebisingan Kombinasi (Davis, dan Cornwell, 1980) Dengan demikian nilai rata-rata intensitas kebisingan secara kesuluruhan yang perlu ditambahkan sebesar 83 db. Nilai ini memiliki selisih 38 db dengan nilai kebisingan background sebesar 45 db. Hal ini berarti, terjadi kebisingan dalam area produksi karena terjadi selisih nilai pengukuran intensitas kebisingan dengan background noise sebesar lebih dari 10 db. Hasil perhiungan nilai Leq ini akan digunakan untuk membuat kontur kebisingan Berikut ini hasil pemetaan tiap ruang dalam area produksi dengan menggunakan surfer 9. 15

16 Gambar 3.8 Peta Kontur Kebisingan Ruang F (Sumber : Hasil pengukuran, 2010). Hasil pemetaan kebisingan ini terlihat berbeda dengan hasil pemetaan kebisingan tiap ruangan. Hal ini disebabkan karena tiap ruangan dibatasi dengan sekat pemisah yang berupa tembok. Sehingga, kontur kebisingan mengikuti nilai intensitas kebisingan yang sama nilainya. Kontur yang senilai akan menyambung dengan kontur yang memiliki intensitas yang setara. a. Upaya Alternatif Pengendalian Kebisingan Hasil pengukuran kebisingan yang telah dilakukan menunjukan adanya tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu. Hal ini mengaruskan adanya upaya pengendalian kebisingan di PT. XYZ 16

17 karena kebisingan ini memiliki kaitannya dengan produktifitas tenaga kerja. Alternatif dalam upaya pengendalian ini harus sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan bahan dan terutama disesuaikan dengan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara lain : 1. Pengendaian dengan Rotasi Pekerja Pengendalian ini merupakan cara pengendalian yang paling mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya dalam upaya pengendalian. Upaya ini telah dilakukan dalam PT. XYZ yaiu dengan membagi jam kerja menjadi tiga shift dimana masing-masing shift selama 8 jam dipotong 45 menit untuk istirahat. Tujuan shift ini adalah untuk menghindarkan para pekerja dari bahaya paparan bising. 2 Pengendalian Sumber Bising dengan Teknik Isolasi Pengendalian ini merupakan cara pengendalian secara teknis. Upaya yang seharusnya dilakukan ini merupakan upaya yang pertama dilakukan sebelum pengendalian lain. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pemaparan bising terhadap pekerja akibat mesin. Pengendalian yang dilakukan adalah melakukan isolasi terhadap mesin baik meletakkan mesin dalam ruangan tersendiri maupun melakukan pengendalian getaran dari mesin yang menyebabkan kebisingan dengan menggunakan bantalan pelindung mesin. Hal yang perlu diperhatikan dalam isolasi mesin adala konstruksi bangunan tempat meletakkan mesin. Faktor yang berpengaruh antara lain : - Dinding penyekat - Konstruksi Lantai - Konstruksi atap - Tingkat pelaksanaan produksi yang berhubungan dengan kelancaran produksi dan aktivitas produksi. 17

18 Menurut Dirjen PPL dan PPM (1995) menyebutkan bahwa cara isolasi dapat dilihat lebih lanjut pada gambar 4.21 Cara mengisolasi Mesin : Gambar 3.9 Cara Mengisolasi Mesin (Sumber : Dirjen PPL dan PPM, 1995) Prosedur dari isolasi sumber bunyi dari sumber mesin adalah dengan melakukan peredaman bunyi. Upaya peredaman ini dilakukan dengan melakukan pelingkupan mesin dalam ruangan tertentu dan pemberian bantalan pelindung pada lantai, dinding dan atap. Pengendalian Bising di Ruang Pembuatan Galon Ruang pembuatan galon memiliki tingkat kebisingan antara db(a). Teknik pengendalian bising dengan cara isolasi perlu memperhatikan bahan yang dipergunakan. Bahan yang digunakan dalam upaya isolasi bunyi disesuaikan dengan nilai serapan bunyi yang diinginkan. Area di sekitar mesin pembuatan galon memiliki intensitas kebisingan yang melebihi baku mutu sehingga intensitas tersebut memerlukan pengendalian kebisingan. Upaya pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi intensitas kebisingan menjadi 85 db di area sekitar mesin pembuat galon. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan media serapan bunyi berupa karet dan kayu. 18

19 A. Perencanaan Konstruksi Dinding Rencana lapisan yang dipergunakan sebagai media penyerap suara adalah dengan menggunakan karet. Lapisan dasar dinding adalah berupa beton berongga dengan ketebalan 23 cm dengan koefiesien serapan bunyi (α) sebesar 0,02 dan media karpet memiliki koefiesien serapan bunyi (α) sekitar 0,73 dengan berat 1,35 kg/m 3. Gambar 3.10 Konstruksi Dinding B. Perencanaan Konstruksi Lantai Konstruksi lantai yang direncanakan akan dilakukan isolasi terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan lantai yang sudah ada (Beton berongga) dengan ketebalan 25 cm koefiesien serapan bunyi (α) sebesar 0,02. Sedangkan lapisan kedua yang dipakai adalah karet dengan koefisien serapan 0,73. Gambar 3.11 Konstruksi Lantai 19

20 C. Perencanaan Konstruksi Atap Atap yang akan digunakan akan dilapisi dengan bahan kayu berbentuk papan dengan ketebalan 25 mm, papan ini akan dipasang atau dipaku dengan rangka atap yang terbuat dari kayu. Pemasangan atap ini harus diupayakan dilakukan serapat mungkin untuk menghindari terjadinya perambatan sehingga suara tidak terdengar dari luar. Pengecekan Nilai Serapan Sebelum Isolasi Media serapan yang ada adalah lantai mesin dan lantai tempat pekerja sedang beraktifitas. Mesin pembuat galon berukuran sekitar 4,5 m x 2 m. Sesuai hasil pemetaan kebisingan yang terjadi pada ruang pembuatan galon dapat dilakukan perhitungan area terjadi kebisingan. Perhitungan sebagai berikut : Tabel 3.4 Perhitungan Nilai Serapan Bunyi Sebelum Isolasi No. Jenis Mesin Ukuran (m 2 ) Jumlah karyawan Luas area (m 2 ) Serapan bunyi (α) S x α (m 2 ) 1 Gallon Planner 4.5 X Sumber : Hasil Perhitungan,(2010) TOTAL 0.24 Menurut Tabel 3.4 di atas diperoleh nilai serapan sebelum dilakukan isolasi sebesar 0,24 m 2 serapan bunyi. Dimana, jumlah pekerja yang ada pada ruang pembuatan galon berjumlah 3 orang. Dimana masing-masing pekerja di asumsikan memiliki l m 2 untuk berdiri tanpa melakukan aktifitas. Sehingga luas area yang diperlukan sebesar 12 m 2 sebagai hasil penambahan dengan ukuran mesin. 20

21 Pengecekan Nilai Serapan Sesudah Isolasi Area yang akan diisolasi merupakan area di sekitar mesin pembuat galon dimana dari hasil perhitungan sebelumnya terjadi kebisingan. Hal ini disesuaikan dengan pemetaan kebisingan yang telah dihitung sebelumnya. Area yang akan diisolasi dapat dilihat pada gambar 4.13 dan Area yang diisolasi memiliki panjang sebesar 15 m, lebar 6 m, dan tinggi atap 5 m. Lebar total ruangan yang akan direncanakan sebesar 7 m dengan perincian 2 meter merupakan panjang area yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan aktifitas di sekitar mesin. Sedangkan, jarak mesin dengan mesin gallon planner sebesar 9 m. Tujuan dari perencanaan jarak dan lebar yaitu supaya ketiga pekerja di sekitar area pembuatan galon dapat melakukan aktifitas dengan bebas tanpa terganggu jika dilakukan isolasi di sekitar mesin. Gambar 3.12 Ruang Pembuat Galon 21

22 Gambar 3.13 Area Rencana Isolasi Mesin Pembuat Galon Hasil perencanaan ruang isolasi di atas nantinya akan dihitung luas area total yang dibutuhkan. Perhitungannya sebagai berikut : Luas Area = Luas area mesin + Luas area karyawan = 15 m x 6 m = 90 m 2 α = Koefisien serapan bunyi a 0 = S 1 α 1 = 0,24 m 2 Perhitungan besarnya serapan bunyi pada ruang isolasi yang akan direncanakan dapat dilihat pada tabel 3.5 Nilai Serapan Bunyi Setelah Isolasi Mesin berikut ini : 22

23 Tabel 3.5 Nilai Serapan Bunyi Setelah Isolasi Mesin Konstruksi Bahan α ( serapan bunyi) S (luas area) m2 S x α (m2) Lantai Karet 0, Beton 0, ,8 Dinding Beton 0, ,7 Karet 0, ,6 Atap Kayu 0, Total 125,1 Sumber : Hasil Perhitungan,(2010). Nilai S (luas area) merupakan luas area yang akan dilakukan pengendalian kebisingan dengan melakukan isolasi. Sedangkan α merupakan koefisien serapan bunyi dari bahan-bahan yang digunakan sebagai isolasi. Bahan yang digunakan adalah karet dan kayu. Sedangkan a a merupakan luas serapan total dari area yang di isolasi. Nilai a a di hitung dengan persamaan : a a = S 1 α 1 + S 2 α S n α n = 125,1 bunyi m 2 Dari nilai serapan bunyi sebelum dan sesudah dilakukan isolasi maka dapat dihitung nilai pengurangan atau reduksi dengan rumus 2.1 sebagai berikut : Reduksi Tingkat Bising ( db ) = 10 log NR = 10 log ((a 0 +a a )/a 0 ) = 10 log (( ,1)/0.24) = 27,18 db 27 db 23

24 Hasil di atas menunjukkan bahwa ada reduksi bunyi sebesar 27 db. Sehingga dengan dilakukannya isolasi dapat mengurangi intensitas bising sebesar 27 db sehingga nilai kebisingan yang keluar dari ruang isolasi yang terjadi sekitar 70 db. Nilai ini tidak melebihi baku mutu tingkat kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun Pengendalian ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki kemampuan finansial untuk melakukan isolasi ruang kerja. Cara lain jika perusahaan belum meimiliki kemampuan untuk melakukan isolasi mesin adalah dengan menggunakan alat dan rotasi kerja. Upaya ini diambil untuk melindungi para pekerja dari resiko terkena penyakit kerja. Khususnya akibat dari bising. 3. Pemakaian Alat Pelindung Telinga Salah satu upaya pengendalian adalah melengkapi tenaga kerja dengan Alat Pelindung Diri. Alat Pelindung Diri ini telah disediakan oleh PT.XYZ di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja. Namun, kenyataan di lapangan berbeda dengan peruntukannya. Sehingga memerlukan upaya pemaksaan dari manajemen perusaahaan agar para pekerja memakai alat pelindung telinga. Pemilihan alat pelindung diri telinga harus disesuaikan dengan bahaya yang dihadapi oleh para pekerja. Intensitas kebisingan adalah lebih dari 85 db. Sehingga, pekerja memerlukan alat pelindung telinga dengan menggunakan ear plug. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara pemakaian pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri. Sebelum menggunakan alat pelindung. Terlebih dahulu para pekerja perlu diberi pelatihan dalam penggunaan alat pelindung pendengaran dengan benar. Namun, Pendidikan formal yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan untuk mencerna informasi-informasi yang mereka terima sekaligus mempertimbangkan apakah informasi tersebut dapat dijadikan dasar bagi perilaku mereka selanjutnya. 24

25 4. KESIMPULAN Berikut merupakan kesimpulan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai kebisingan tertinggi yang diterima pekerja selama satu hari kerja (Leq) sebesar 97 db(a) dan nilai kebisingan terendah 80 db(a). Intensitas kebisingan ini berada pada ruang pembuat galon. 2. Menurut hasil pemetaan hampir seluruh area produksi mengalami kebisingan yang melebihi baku mutu. Kecuali sebagian besar area kantor. 3. Alternatif pengendalian kebisingan menggunakan teknik isolasi sumber bising. DAFTAR KEPUSTAKAAN Anonim, Modul Pelatihan Petugas Pengawasan Kebisingnan bagi Petugas Kesehatan Lingkungan Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Yang berhubungan dengan Masalah Kebisingan, Dir. Jen. PPM dan PLP Dep. Kes Anonim, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51.Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Anonim, Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Budiono, A.M., Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. PT. Tri Tunggal Tata Fajar: Solo. Davis, M. L., and Cornwell, D., A., Intoduction To Environmental Engineering, Departement of Civil and Sanitary engineering Michigan State University: Michigan. 25

26 Dian, A Tugas Akhir : Hubungan Antara Lama Kebisingan Menurut Masa Kerja Dengan Keluhan Subyektif Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Sinar Sosro Ungaran Semarang. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. Semarang Doelle, L.L., Akustik Lingkungan, Lea Prasetio (editor), Erlangga : Jakarta. Edo, E Tugas Akhir : Pemetaan Kebisingan Lalu Lintas di Kawasan Rumah Sakit Islam Surabaya. Teknik Lingkungan FTSP ITS. Surabaya Haris, Kebisingan Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Heinshohn, J.R and kabel, L. R., Noise Controlled, Mc Graw hill, Inc : New York. Hidayah, N., Pengaruh arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan. Dinamika Teknik Sipil 7: Hiperkes, Panduan Praktikum Laboratorium keselamatan Kerja dan Hiperkes. Semarang. International Labour Office, Pencegahan Kecelakaan. Geneva : PT. Pustaka Binaman Pressindo Menlh, Bising. <URL:http//menlh.go.id> Pujianto, T Tugas Akhir : Pengaruh Intensitas bising Terhadap Karyawan Dan Alternatif Pengendaliannya di PT Serba Guna Pare-Kediri. Teknik Lingkungan FTSP ITS. Surabaya. Sasongko, D., dkk Kebisingan Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Siswanto, A., Kebisingan. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur : Surabaya Sihar, Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational Noise), Andi : Yogyakarta. Smith, B.J. et al, Acoustics and noise Control. Addison (Editor). Longman group : London Suma mur P.K, Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Haji Masagung : Jakarta. Wilson, Noise Pollution Controlled. Winley : London. 26

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH

DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH DESAIN ENCLOSURE SEBAGAI PERENCANAAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA GAS ENGINE STUDI KASUS PT BOC GASES INDONESIA SITI KHOLIFAH 6505 040 048 ABSTRAK Pada PT BOC Gases ini terdapat beberapa sumber kebisingan

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA SEMINAR TUGAS AKHIR PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA Masmulki Daniro J. NRP. 3307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. M. Razif, MM Semakin pesatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

Analisis Kebisingan Terhadap Kegiatan Perkuliahan di Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau

Analisis Kebisingan Terhadap Kegiatan Perkuliahan di Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau Analisis Kebisingan Terhadap Kegiatan Perkuliahan di Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau Gentha Ramadhan 1), Aryo Sasmita 2), David Andrio 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3)

Lebih terperinci

ARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT.

ARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. ARDHINA NUR HIDAYAT (3308100066) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. Evaluasi Perubahan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan Dengan Tata Guna Lahan Di Kawasan Dharmawangsa

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN : Rancang Bangun Kotak Peredam Generator Set (Genset) dengan Beberapa Variabel Bahan dalam Skala Rumah Tangga Ulvi Loly Amanda a, Nurhasanah a *, Dwiria Wahyuni a a Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT Novi Suryanti 1), Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS

PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS PERANCANGAN ISOLASI ENCLOSURE DAN BARRIER UNTUK SISTEM REFINERY PADA PERUSAHAAN MIGAS Indah Budiar Pratiwi 6506040013 Pembimbing 1. Emie Santoso ST, MT 2. Joko Endrasmono ST, MT Abstrak PT. X merupakan

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN RAYA KENJERAN JALAN KENJERAN SURABAYA. Abstrak

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN RAYA KENJERAN JALAN KENJERAN SURABAYA. Abstrak SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 01 Surabaya, 10 July 01 ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN RAYA KENJERAN JALAN KENJERAN SURABAYA Daniel Wicaksono ) dan Didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT Yunasril 1, Heri Prabowo 2 Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang email: inoes83@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author: Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 36-41 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Penentuan Pola Kebisingan Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) Pada Power Plant Di

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN Raissa Caecilia 1, Monica Papricilia 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS Bising Tingkat kebisingan yang berlebihan Besarnya TTB di ruang sumber dan di titik titik lain

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD

DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD Evi, Irawan Wisnu Wardana, Endro Sutrisno Department of Environmental Engineering,

Lebih terperinci

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA Febrian Tri SH 1), Denny Sugiarto S 2), Prasetio Sudjarwo 3), Januar Buntoro 4) ABSTRAK : Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR Jasmareni Sri Kurniati Baalijas *,Juandi, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA Oleh: Heru NRP. 3307100024 Dosen Pembimbing Ir. M. Razif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Rudhi Andreas Komang ), Aryo Sasmita 2), David Andrio 3) ) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3)

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Lova Verogetta Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL,

Lebih terperinci

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Baharuddin, Eko Haryono & Muh. Yusuf

Lebih terperinci

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat Sekarang ini pembangunan di kota Solo sangat pesat antara lain banyak hotel, mall dan gedung bertingkat yang didirikan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Urai Yuniarsih, Sunarsieh dan Salbiah Jurusan Kesehatan lingkungan Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH MESIN PENGOLAH KELAPA SAWIT DI PT. TASMA PUJA, KABUPATEN KAMPAR-RIAU

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH MESIN PENGOLAH KELAPA SAWIT DI PT. TASMA PUJA, KABUPATEN KAMPAR-RIAU PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH MESIN PENGOLAH KELAPA SAWIT DI PT. TASMA PUJA, KABUPATEN KAMPAR-RIAU Ade saputra *, Defrianto, Tengku Emrinaldi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2 PENGARUH AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP KEBISINGAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PANGUDI LUHUR SURAKARTA Dyah Ratri Nurmaningsih, Kusmiyati, Agus Riyanto SR 7 Abstrak: Semakin pesatnya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU Aryo Sasmita 1) dan David Andrio 1) 1) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Riau email: aryosasmita@gmail.com

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS SARJANA PENGATURAN JAM KERJA OPERATOR STASIUN PENGGILINGAN GULA UNTUK MENGATASI PAPARAN KEBISINGAN DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II

LAPORAN TUGAS SARJANA PENGATURAN JAM KERJA OPERATOR STASIUN PENGGILINGAN GULA UNTUK MENGATASI PAPARAN KEBISINGAN DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II LAPORAN TUGAS SARJANA PENGATURAN JAM KERJA OPERATOR STASIUN PENGGILINGAN GULA UNTUK MENGATASI PAPARAN KEBISINGAN DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II DISUSUN OLEH : YUSUF RANDY 1 1 0 4 0 3 0 0 5 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI

PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI PENGUKURAN KEBISINGAN DI AREA KOMPRESSOR GUNA MENENTUKAN JAM KERJA PEGAWAI SELAMA BEROPERASI Khoerul Anwar 1, Binandika Arya Wangsa 2, Furqon Vaicdan 3 1 Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika,

Lebih terperinci

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang ISSN 1410-9840 KAJIAN DAMPAK PENINGKATAN KEBISINGAN AKIBAT OPERASINALISASI JALUR GANDA KERETA API (STUDI KASUS PEMBANGUNAN JALAN KA PARTIAL DOUBLE TRACK BREBES LOSARI CIREBON) Evi Setiawati Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN Jusriadi 1, Nurlaela Rauf 2, Dahlang Tahir 3. Program Studi Fisika Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin (UNHAS)

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S NRP : 9821040 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM Vera Surtia Bachtiar 1), Yommi Dewilda 2) dan BerlindaVaniake Wemas 1) 1) Laboratorium Kualitas Udara

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT 1 PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN PADA AUTOMATIC CAR WASH DI PT. IN N OUT Avininda Galih M 1),Ir. Tutug Dhanardono, MT 2) Ir Heri Joestiono 3) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN Sahrullah Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA Pandu Kartiko 1, Sumaryoto 2, Moh. Muqoffa 3 Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta 1,2,3 pandukartiko@live.com

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi (Studi Kasus: PT. Industri Kemasan Semen Gresik, Tuban Jawa Timur) Rochana Fathona

Lebih terperinci

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014, 140-145 HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA Jl. Rungkut Industri I No. 5 7 Surabaya Agus Tri Prianto S1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT UNTUK MEREDUKSI PAPARAN BISING TERHADAP OPERATOR DI PT. KHARISMA CAKRANUSA RUBBER INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang ANALISIS INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP DAMPAK DAYA PENDENGARAN PEKERJA DI DIPO LOKOMOTIF SEMARANG PONCOL, JAWA TENGAH Augestinas P.Hendiana 1,Ir.Irawan Wisnu Wardana, MS 2,Arya Rezagama, ST,MT 3 email:

Lebih terperinci

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

Universitas Diponegoro   2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 13, Volume, Nomor 1, Tahun 13 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PEKERJA DALAM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

Lebih terperinci

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana Pengendalian Bising Oleh Gede H. Cahyana Bunyi dapat didefinisikan dari segi objektif yaitu perubahan tekanan udara akibat gelombang tekanan dan secara subjektif adalah tanggapan pendengaran yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses

Lebih terperinci

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja ICS 13.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja. 2.1 Kebisingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Defenisi Kebisingan Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAGIAN III : AKUSTIK

BAGIAN III : AKUSTIK BAGIAN III : AKUSTIK Parameter Akustik dba Tingkat bunyi yang disesuaikan terhadap profil dari kepekaan telinga manusia. Bising Latar Belakang (Background Noise) Tingkat Tekanan suara lingkungan / ambient

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C MAKALAH AKUSTIK TF3204 Oleh : Rakhmat Luqman Ghifari 13305040 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, ST. MT, Ir. Atik Kurnianto, MEng. Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Industri Abstrak Usaha mikro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan data di lapangan, studi pustaka, dan anlisis data perhitungan,

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan Menimbang : MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, 1. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B

Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries. Agustina Dwi Jayanti K3-VIII B Pengendalian Kebisingan Pada Mesin Multifolddi PT Lotus Indah Textile Industries Agustina Dwi Jayanti 6507040039 K3-VIII B Latar Belakang Produksi utama yaitu benang dan kain tenun Proses produksi dilakukan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN

PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN PENGENDALIAN TINGKAT KEBISINGAN DI CABIN ABK (ANAK BUAH KAPAL) KN.P 329 AKIBAT MESIN Ratih Dwilestari Pembimbing I : Ir. Tutug Dhanardono, MT. Pembimbing II : Ir. Heri Joestiono Jurusan Teknik Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 4 () (0) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MEMAKAI ALAT PELINDUNG TELINGA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPO RTASI DI JALAN KALIWARO N - KALIKEPITNG, SURABAYA

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPO RTASI DI JALAN KALIWARO N - KALIKEPITNG, SURABAYA PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPO RTASI DI JALAN KALIWARO N - KALIKEPITNG, SURABAYA Abstrak Volume aktivitas kendaraan bermotor diindikasikan merupakan salah satu penyebab tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA LANTAI PRODUKSI

ANALISA TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA LANTAI PRODUKSI V-1 ANALISA TINGKAT KEBISINGAN DAN PENGENDALIAN KEBISINGAN PADA LANTAI PRODUKSI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana Oleh Marissa Christina 110403136

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Lalu lintas Kebisingan adalah bentuk suara yang tidak diinginkan atau bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya (Suratmo, 2002). Suara tersebut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi menurut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor informal. Untuk itu, perlu dikembangkan dan ditingkatkan

Lebih terperinci