Kata kunci: pengembangan strategi, Suka Dokumen, bermain peran, improvisasi, kerangka naskah drama.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: pengembangan strategi, Suka Dokumen, bermain peran, improvisasi, kerangka naskah drama."

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN STRATEGI SUKA DOKUMEN (SUSUN KERANGKA, DIALOG, LAKUAN, DAN KOMENTARI) DALAM PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN DENGAN CARA IMPROVISASI UNTUK SISWA SMP KELAS VIII Oleh: Aik Vela Pratisca 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang aik.vela@gmail.com ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi Suka Dokumen dalam pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi untuk siswa kelas VIII SMP. Model yang digunakan dalam penelitian ini dimodifikasi dari model penelitian Borg & Gall. Produk yang dihasilkan berupa buku panduan strategi Suka Dokumen dengan empat tahap sistematis, yaitu Susun Kerangka, Dialog, Lakuan, dan Komentari. Instrumen yang digunakan yakni angket dan pedoman wawancara. Berdasarkan uji yang dilakukan kepada ahli dan praktisi (guru), strategi ini cukup valid dan dapat diimplementasikan. Kata kunci: pengembangan strategi, Suka Dokumen, bermain peran, improvisasi, kerangka naskah drama. ABSTRACT: This study aims to develop Suka Dokumen strategy in role play with improvisation learning for junior high school grade 8 th. The model used in this research and development is a modification from Borg & Gall research model. The final product is in form of a book of Suka Dokumen strategy with four systematic stages, Susun Kerangka, Dialog, Lakuan, and Komentari. The instruments which are used are questionare and interview guidelines. Based on the validation conducted by the experts and practitioners (teachers), this learning strategy is valid enough and can be implemented. Key words: development strategy, Suka Dokumen, role play, improvisation, design of drama script. Pembelajaran bermain peran pada sekolah menengah pertama sangat penting dilakukan untuk mengembangkan keterampilan berbicara secara ekspresif. Pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi sesuai kerangka naskah drama merupakan salah satu kompetensi dasar untuk mencapai keterampilan tersebut. Hal tersebut dikarenakan bermain peran dengan cara improvisasi memiliki beberapa kelebihan. Santosa, dkk. (2008:109) menjelaskan kelebihan improvisasi dalam bermain, diantaranya (a) kreativitas sutradara dan pemain dapat dikembangkan seoptimal mungkin, (b) arahan lakuan lebih terbuka, (c) konflik dan sudut pandang penyelesaian bisa dikembangkan, (d) memungkinkan percampuran bentuk dan gaya pementasan, dan (e) cerita bisa disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki. 1 Aik Vela Pratisca adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, Yuni Pratiwi adalah Dosen Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. 3 Indra Suherjanto adalah Dosen Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. 1

2 2 Kenyataan yang terjadi di lapangan, pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi sesuai kerangka naskah drama saat ini belum optimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru saat studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa guru cenderung meminta siswa untuk membuat naskah drama utuh, lalu mementaskannya tanpa membimbing dan mengontrol proses latihan siswa. Selain itu, buku panduan yang berisi metode dan materi bermain peran yang digunakan masih bersifat kompleks dan kurang aplikatif. Hal tersebut menyulitkan guru dalam memberikan pembelajaran bermain peran atau drama. Endraswara (2003: ) menyatakan bahwa kompetensi pementasan drama meliputi tiga ranah kompetensi, yaitu (1) pengetahuan; (2) sikap; dan (3) keterampilan ekspresi. Selaras dengan pernyataan tersebut, hasil yang diperoleh berdasarkan angket yang dilakukan dalam studi pendahuluan terkait dengan penulisan kerangka cerita dan bermain peran dengan cara improvisasi, yaitu (a) pada ranah pengetahuan, siswa kurang memahami istilah dan unsur-unsur dalam kerangka naskah drama, sehingga siswa cenderung langsung membuat naskah drama utuh dan memainkannya secara improvisasi, (b) pada ranah sikap, siswa kurang berani atau malu saat latihan menjiwai tokoh yang diperankan, dan (c) pada ranah keterampilan ekspresi, siswa kurang kompak memainkan drama secara berkelompok dan memainkan akting sesuai karakter tokoh. Tujuan utama dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan (Endraswara, 2003:158). Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan belajar yang disesuaikan dengan konteks kehidupan nyata. Terkait dengan hal tersebut, pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi siswa terhadap pembelajaran bermain peran atau drama. Hal tersebut dikarenakan drama adalah cerita yang berlandaskan pada konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia. Selain itu, pembelajaran bermain peran juga memerhatikan proses dan pendekatan individu siswa. Tujuannya agar kesempatan mengembangkan keterampilan berbicara siswa yang berbeda-beda lebih merata. Menurut Djamarah dan Zain (2006:54), perbedaan individual anak didik memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya agar semua siswa mengalami sendiri proses mengembangkan keterampilan bermain perannya. Oleh karena itu, pendekatan proses dan kemampuan individual siswa diperlukan untuk menunjang pendekatan CTL dalam pembelajaran bermain peran. Penelitian tentang pengembangan strategi dalam pembelajaran bermain peran atau drama pernah dilakukan dengan judul Pengembangan Strategi Baju Bersih (Baca, Maju, Bermain, Kasih) dalam Pembelajaran Bermain Drama Siswa Kelas VIII SMP (Saputro, 2011). Strategi tersebut dikembangkan dalam pembelajaran drama melalui pementasan drama sesuai naskah yang ditulis siswa. Hasil yang diperoleh dalam pengembangan tersebut, adalah setiap tahap dalam strategi Baju Bersih layak diimplementasikan dalam pembelajaran bermain drama (Saputro, 2011:85). Langkah-langkah pengembangan produk tersebut masih memerlukan pertimbangan prosedur yang lebih menginspirasi agar strategi yang telah diciptakan tidak hanya dibaca sebagai pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi juga menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran bermain peran.

3 3 Selain itu, penelitian tentang pengembangan media bermain peran dengan cara improvisasi juga pernah dilakukan dengan judul Pengembangan Album Foto Peristiwa Sebagai Media Pembelajaran Bermain Peran Dengan Cara Berimprovisasi pada Siswa SMP Kelas VIII (Lestari, 2012). Media tersebut belum optimal untuk digunakan karena dua sebab, yaitu (1) cerita yang dikembangkan oleh siswa tidak bervariatif, karena siswa berpatokan pada foto-foto dalam album foto peristiwa dan (2) foto-foto dalam album foto peristiwa bersifat permanen, tidak memungkinkan guru untuk menambah foto (Lestari, 2012:35). Strategi Suka Dokumen adalah wujud pendekatan CTL dan proses kreatif individu siswa dalam pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi. Strategi ini dimodifikasi dan dikembangkan dengan konsep pemeranan menurut Richard Boleslavsky dan metode latihan drama improvisasi milik W. S. Rendra. Boleslavsky menyatakan enam ajaran dasar pemeranan yang perlu dilatih oleh pemain, yaitu (1) konsentrasi atau pemusatan, (2) ingatan emosi, (3) laku dramatis, (4) pembangunan watak, (5) observasi atau pengamatan, dan (6) irama (Harymawan, 1986:30-38). Improvisasi dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu (1) improvisasi solo, (2) improvisasi dengan perabot, (3) improvisasi dengan pemain lain, (4) improvisasi dengan rangka cerita, dan (5) improvisasi menanggapi bunyi dan musik (Rendra, 2007:76-96). Dari kelima metode tersebut, penelitian ini hanya mengembangkan metode pertama hingga metode keempat untukmemudahka siswa belajar pada tingkat awal. Seluruh konsep dan metode tersebut dikemas dengan empat tahap sebagai berikut, (1) tahap Susun Kerangka wujud konsep observasi atau pengamatan, (2) tahap Dialog wujud konsentrasi dan pembangunan watak dalam bentuk improvisasi solo, (3) tahap Lakuan wujud laku dramatis dalam bentuk improvisasi dengan benda dan ingatan emosi dalam bentuk improvisasi dengan pemain, dan (4) tahap Komentari wujud performansi dengan irama permainan melalui improvisasi sesuai rangka cerita dan kegiatan mengomentari penampilan teman sejawat. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengembangkan strategi Suka dokumen dalam bentuk buku panduan strategi. Buku panduan strategi tersebut meliputi dua bagian, yaitu (1) panduan strategi Suka Dokumen dan (2) contoh implementasi. Buku panduan tersebut juga dilengkapi dengan video penerapan strategi Suka Dokumen di lapangan. METODE Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural yang diadaptasi dari model pengembangan Borg dan Gall. Adapun sepuluh langkah pelaksanaan model pengembangan menurut Borg dan Gall yaitu (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji lapangan awal, (5) merevisi hasil uji coba, (6) uji coba lapangan yang lebih luas, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk akhir, dan (10) diseminasi dan implementasi (dalam Tim Puslitjaknov, 2008:10-11). Dalam penelitian ini diterapkan delapan tahap yaitu (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji kelayakan, (5) merevisi produk awal, (6) uji lapangan, (7) penyempurnaan produk akhir, dan (8) menulis laporan hasil pengembangan.

4 4 Sumber data penelitian ini terdiri atas tiga kelompok, yaitu (1) ahli, (2) praktisi, dan (3) siswa kelompok terbatas. Pertama, ahli terdiri dari dua subjek, yaitu (1) dosen ahli strategi pembelajaran oleh Dr. Roekhan, M.Pd., dan (2) dosen ahli drama oleh Dr. Mudjianto, M.Pd. Kedua, praktisi adalah guru bahasa Indonesia oleh Yaniek Asfianingsih, S.Pd. Ketiga, siswa kelompok terbatas, yaitu siswa kelas VIII-D SMP Negeri 13 Malang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu (1) lembar atau pedoman wawancara dan (2) angket. Pertama, lembar wawancara diberikan kepada guru bahasa Indonesia pada tahap prapengembangan. Lembar wawancara tersebut terdiri atas enam belas pertanyaan mengenai kondisi pembelajaran drama yang biasa dilakaukan, kendala yang dialami, dan strategi yang digunakan sebagai analisis kebutuhan. Kedua, angket diberikan kepada siswa kelompok terbatas dan ahli uji coba produk. Angket kelompok terbatas digunakan pada tahap prapengembangan dan pasca pengembangan. Angket pada tahap prapengembangan tersebut terdiri atas enam belas pertanyaan mengenai respon siswa terhadap pembelajaran bermain peran yang telah dilakukan dan strategi yang diharapkan sebagai analilis kebutuhan. Angket kelompok terbatas pada tahap pasca pengembangan terdiri atas lima belas pertanyaan yang berisi penilaian uji coba strategi dalam pembelajaran. Angket untuk ahli uji coba produk digunakan pada tahap pengembangan yang terdiri atas dua puluh penilaian dan pemberian saran meliputi relevansi, efektivitas, dan efisiensi, serta visibilitas strategi. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu (1) wawancara dan (2) angket tertutup. Pertama, wawancara dilakukan untuk memeroleh informasi tentang kriteria kebutuhan strategi langsung dari guru di lapangan. Kedua, angket tertutup berisi jawaban dengan skor dan kriteria yang telah tersedia. Angket digunakan untuk untuk mengetahui kriteria kebutuhan penerapan strategi di lapangan dan menilai kevalidan produk. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa penilaian subjek uji terhadap produk yang menggambarkan kevalidan produk. Data kualitatif berupa kritik dan saran dari subjek uji terhadap produk yang menggambarkan kualitas dan perbaikan produk. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu menglasifikasikan data yang diperoleh sesuai dengan kriteria tujuan penelitian. Kriteria tersebut dimodifikasi dari skala Likert, yaitu skor antara 1 4 yang menunjukkan kualitas produk mulai dari sangat kurang baik, kurang baik, baik, hingga sangat baik. Perolehan skor dipresentase, lalu dirumuskan dengan kriteria penggolongan kevalidan produk untuk menarik kesimpulan terhadap tindakan selanjutnya pada produk. Ada empat kriteria kevalidan produk menurut Arikunto (1998:246), yaitu (1) valid atau digunakan (80% 100%), (2) cukup valid atau digunakan (60% 79%), (3) kurang valid atau direvisi (50% 59%), dan (4) tidak valid atau direvisi (< 50). HASIL Deskripsi Produk Produk yang dikembangkan berupa strategi Suka Dokumen untuk pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi. Strategi Suka Dokumen merupakan strategi pembelajaran drama yang sistematis sesuai aktif, kreatif, dan inovatif. Wardani (2011:66) menyatakan bahwa pola pembelajaran aktif dan

5 5 pembelajaran yang inovatif dan kreatif dibutuhkan oleh seorang guru. Aktif berarti melibatkan siswa secara intelektual dan emosional dalam kegitan pembelajaran. Kemudian, pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif berarti memanfaatkan seluruh potensi yang ada untuk mendorong siswa mengalami sendiri pemerolehan pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Oleh karena itu, produk strategi Suka Dokumen dikaji berdasarkan tiga aspek, yaitu (1) relevansi strategi Suka Dokumen, (2) efektivitas dan efisiensi strategi Suka Dokumen, dan (3) visibilitas strategi Suka Dokumen. Penerapan strategi Suka Dokumen lebih menekankan pada pendekatan CTL dengan menggunakan model pembelajaran role playing. Endraswara (2003:259) menyatakan bahwa model role playing akan merangsang kejiwaan pemain untuk menjiwai dan mencari solusi masalah yang dihadapi. Hal tersebut dikarenakan naskah yang digunakan dalam role playing berkaitan dengan kehidupan aktual. Terkait dengan hal tersebut, penerapan strategi Suka Dokumen diselaraskan dengan prinsip-prinsip model pembelajaran kontekstual juga. Oleh karena itu, tahapan-tahapan dalam strategi Suka Dokumen meliputi, (1) tahap Susun Kerangka, (2) tahap Dialog, (3) tahap Lakuan, dan (4) tahap Komentari. Strategi tersebut dirancang untuk kompetensi dasar bermain peran dengan cara improvisasi sesuai kerangka naskah drama yang ditulis siswa. Penyajian strategi Suka Dokumen disusun dalam bentuk buku panduan strategi sebagai panduan guru. Buku panduan tersebut diuraikan menjadi dua bagian. bagian pertama membahas konsep dasar strategi Suka Dokumen sebagai panduan pelaksanaan. Bagian kedua membahas penerapan strategi Suka Dokumen dalam pembelajaran menulis puisi. Bagian pertama terdiri atas lima sub bagian, yaitu (1) konsep dasar strategi Suka Dokumen, (2) kualifikasi guru, (3) proses kreatif drama improvisasi, (4) karakteristik strategi Suka Dokumen, dan (5) tahapan-tahapan strategi Suka Dokumen. Bagian kedua, penerapan strategi Suka Dokumen dalam pembelajaran menulis puisi terdiri atas dua sub bagian, yaitu (1) contoh penerapan strategi Suka Dokumen dalam bentuk RPP, dan (2) contoh penerapan strategi Suka Dokumen di lapangan. Hasil Uji Coba Produk Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1) relevansi strategi Suka Dokumen yang berisi konsep dasar strategi, tinjauan kurikulum, dan penyajian materi bermain peran dengan cara improvisasi, (2) efektivitas dan efisiensi strategi yang berisi penyajian tahapan dan langkahlangkah bermain peran dengan cara improvisasi dalam strategi Suka Dokumen, dan (3) visibilitas yang berisi data deskripsi contoh-contoh implementasi. Pertama, hasil yang diperoleh dari uji coba relevansi strategi Suka Dokumen dari ahli strategi pembelajaran mencapai presentase 40%, dari ahli drama mencapai presentase 57%, dan dari praktisi mencapai presentase 82%. Rata-rata keseluruhan kevalidan relevansi strategi Suka Dokumen mencapai 60% dengan jumlah skor sebanyak 22. Kedua, hasil yang diperoleh dari uji coba keefektivitasan dan efisiensi strategi Suka Dokumen dari ahli pembelajaran mencapai presentase 45%, dari ahli drama mencapai presentase 75%, dan dari praktisi mencapai presentase 77%. Rata-rata keseluruhan kevalidan keefektivitasan dan efisiensi strategi mencapai 67% dengan jumlah skor sebanyak 62.

6 6 Ketiga, hasil yang diperoleh dari uji coba visibilitas strategi Suka Dokumen dari ahli pembelajaran mencapai presentase 33%, dari ahli drama mencapai presentase 69%, dan dari praktisi mencapai presentase 75%. Rata-rata keseluruhan kevalidan visibilitas strategi mencapai 59% dengan jumlah skor sebanyak 37. Adapun hasil rata-rata nilai keseluruhan buku panduan strategi Suka Dokumen mencapai 39% pada ahli strategi pembelajaran, 67% pada ahli drama, dan 78% pada praktisi. Nilai keseluruhan dari hasil semua uji produk mencapai 62% yang berarti produk cukup valid dan dapat digunakan atau diimplementasikan. Contoh-contoh implementasi dilakukan pada setiap tahap strategi Suka Dokumen. Pada tahap Susun Kerangka, siswa secara berkelompok telah mampu menyusun kerangka cerita berdasarkan plot dramatik. Pada tahap Dialog, masingmasing siswa telah mampu mengeksplorasi kata secara spontan dan relevan melalui latihan perbendaharaan kata dan bercerita sesuai karakter tokoh yang diperankan. Pada tahap Lakuan, siswa secara individu dan kelompok berlatih mengeksplorasi mimik, gesture, dan gerak-gerik melalui latihan merespon benda dengan motivasi tertentu dan menanggapi pemain lain sesuai kerangka cerita. Keberanian siswa dalam penampilan secara individu sudah tampak daripada sebelumnya. Pada tahap Komentari, terbentuk lima judul kerangka cerita yang dipentaskan secara sederhana. Kelima judul kerangka tersebut, yaitu (1) Kamilah Pemenang, (2) Idolaku, Ujianku, (3) Hilang, (4) Andai Aku Maman, dan (5) Kena Getahnya. Kelima penampilan tersebut dinilai dan dikomentari aspek pemeranan secara improvisasinya. Revisi Relevansi strategi Suka Dokumen. Relevansi strategi yang berkaitan dengan konsep dasar strategi, menurut ahli strategi pembelajaran masih bersifat teoritis. Revisi yang dilakukan berkaitan dengan konsep dasar adalah mengoperasionalkan bahasa sebagai pedoman mengajar yang lebih praktis. Menurut ahli drama, butir teori pembelajaran yang mendukung konsep strategi masih kurang. Selain itu, latihan-latihan dalam materi improvisasi pemeranan belum tampak kebermaknaannya. Revisi yang dilakukan adalah menambahkan penjelasan teori pembelajaran yang mendukung strategi dan penjelasan konsep pemeranan dan metode improvisasi dalam sub bagian proses kreatif drama improvisasi. Menurut praktisi, relevansi strategi sudah baik dari segi konsep dan tinjauan kurikulumnya. Namun, pada penyajian materi, praktisi menyarankan untuk menmbahkan contoh menampilkan karakter tokoh protagonis dan antagonis. Revisi dilakukan sesuai saran praktisi yaitu menambah penjelasan tentang ciri akting tokoh protagonis dan antagonis. Efektivitas dan efisiensi strategi Suka Dokumen. Efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan langkah-langkah strategi dan penyajian tahapantahapan pembelajaran, menurut ahli pembelajaran bergantung pada kualifikasi guru yang menggunakan. Revisi dilakukan dengan menambah sub bagian kualifikasi guru yang berisi prasyarat yang perlu dimiliki guru sebelum menggunakan strategi Suka Dokumen. Menurut ahli drama, langkah-langkah dalam strategi kurang sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dan teori dalam pemeranan secara improvisasi. Hal tersebut menyebabkan efektivitas dan

7 7 efisiensi secara umum belum tampak dan hanya bisa diprediksi. Revisi yang dilakukan dengan menambahkan contoh penerapan strategi setelah uji coba produk di lapangan agar efektivitas dan efisiensi tampak. Menurut praktisi, efektivitas dan efisiensi sudah baik dan tidak memerlukan revisi. Visibilitas strategi Suka Dokumen. Visibilitas strategi yang berkaitan dengan kondisi belajar siswa, menurut ahli pembelajaran belum tampak karena masih bersifat teoritis dan baru bisa tampak ketika sudah operasional, lalu diterapkan di lapangan. Revisi yang dilakukan adalah menyederhanakan bentuk penyajian strategi dari segi bahasa agar lebih mudah dipahami dan praktis. Menurut ahli drama, visibilitas strategi yang berkaitan dengan kondisi belajar siswa tentang penggarapan daya imajinasi dan ekspresi kurang tampak. Revisi yang dilakukan adalah menambahkan keterangan pencapaian aspek pemeranan pada setiap tahapan pembelajaran dalam strategi. Menurut praktisi, visibilitas sudah sesuai dan tidak memerlukan revisi. PEMBAHASAN Relevansi Strategi Suka Dokumen Konsep strategi Suka Dokumen memiliki perbedaan dengan konsep strategi penelitian sebelumnya, yaitu (1) strategi Baju Bersih dirancang dengan kompetensi dasar bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa, sedangkan strategi Suka Dokumen bermain peran dengan cara improvisasi sesuai kerangka naskah yang ditulis siswa, (2) strategi Baju Bersih menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Saputro, 2011:8), sedangkan strategi Suka Dokumen menggunakan pendekatan CTL, dan (3) strategi Baju Bersih berawal dari kegiatan membaca naskah drama untuk membangun kegiatan bermain drama, sedangkan strategi Suka Dokumen berawal dari kegiatan menulis kerangka cerita untuk membangun dan menciptakan pemeranan secara improvisasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tambayong (2011:40) bahwa pemain akan memahami benar tentang akting melalui persiapan dan akan menghasilkan kejutan-kejutan yang disebut improvisasi. Improvisasi merupakan suatu proses dan dapat dilatihkan dengan penciptaan-penciptaan nama, pekerjaan, perilaku, sifat, dan lain-lain yan relevan dan spontan secara mandiri. Kevalidan relevansi strategi Suka Dokumen dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada aspek relevansi yang berkaitan dengan konsep dasar strategi menunjukkan butir teori pembelajaran kurang mendukung strategi. Relevansi dengan penyajian materi, terdapat latihan-latihan dalam materi yang kurang tampak kebermaknaannya, dan masih bersifat teoritis. Relevansi strategi dengan tinjauan kurikulum sudah cukup sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran bermain peran. Berdasarkan hasil uji kevalidan relevansi strategi Suka Dokumen, revisi dilakukan berkaitan dengan konsep dasar dan penyajian materi. Revisi tersebut meliputi, (1) penyederhanaan penyajian bahasa pada sub bagian pertama, (2) penambahan penjelasan konsep pemeranan dan metode improvisasi pada sub bagian propses kreatif drama improvisasi, dan (3) penambahan latihan-latihan improvisasi, ciri akting tokoh protagonis dan antagonis pada sub bagian langkahlangkah strategi. Menurut Endraswara (2003:254), kompetensi bermain drama adalah kemampuan peserta didik memainkan sebuah peran. Kemampuan ini didorong

8 8 oleh asumsi bahwa competence is concerned with what people can do rather than they know. Hal tersebut berarti bahwa siswa lebih baik diarahkan untuk mampu melakukan drama dibanding tahu tentang drama. Namun, tidak berarti pula pengetahuan drama tidak perlu, melainkan melengkapi keterampilan bermain drama. Contoh kerangka naskah atau cerita disajikan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa di sekolah. Latihan-latihan improvisasi juga dikembangkan dari metode bermain peran dengan cara improvisasi. Selanjutnya, guru sebagai fasilitator senantiasa bersedia memberi contoh bagaimana siswa menerapkan pengetahuan tentang bermain peran dan cara menampilkannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Endraswara (2005:158) bahwa pengajar hendaknya dapat memberikan gambaran tentang proses dramatisasi yang lebih lengkap dapripada pengetahuan yang dimiliki subjek didiknya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Efektivitas dan Efisiensi Strategi Suka Dokumen Kevalidan aspek keefektivan dan efisiensi strategi dapat dijabarkan sebagai berikut. Efektivitas dan efisiensi langkah-langkah dalam strategi kurang mencerminkan langkah-langkah pembelajaran drama dan teori improvisasi pemeranan. Selain itu, efektivitas dan efisiensi strategi bergantung pada kualifikasi guru yang menggunakan. Namun, secara keseluruhan efektivitas dan efisiensi strategi sudah cukup valid. Berdasarkan uji kevalidan dan komentar yang diberikan, revisi dilakukan pada aspek efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan penyajian tahapan dan langkah-langkah bermain peran dengan cara improvisasi dalam strategi Suka Dokumen. Revisi dilakukan dengan menambahkan sub bagian yang berisi kualifikasi guru atau prasyarat yang perlu dimiliki guru sebelum menggunakan strategi Suka Dokumen. Hanafiah dan Suhana (2012:103) menyatakan bahwa guru sebagai pelaku otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kualifikasi, baik dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, dilakukan penambahan keterangan capaian aspek pemeranan sesuai konsep dan metode pemeranan secara improvisasi dalam langkah-langkah pembelajaran strategi. Hal tersebut sejalan dengan Endraswara (2003:263) yang menyatakan bahwa capaian kompetensi dalam langkah-langkah agar peserta didik mampu bermain drama dengan baik. Ukuran baik tersebut, sekurang-kurangnya telah sejalan dengan arahan sutradara atau naskah. Visibilitas Strategi Suka Dokumen Visibilitas strategi Suka Dokumen terdapat dalam contoh implementasi. Contoh implementasi diperoleh melalui uji coba lapangan yang dilakukan pada kelompok terbatas, di kelas VIII-D SMP Negeri 13 Malang, tanggal 28, 29, dan 31 Mei Pertemuan pertama dilakukan dengan tahap observasi atau pengamatan yang diwujudkan dalam tahap Susun Kerangka. Dalam observasi atau pengamatan, siswa menangkap peristiwa di sekitarnya menjadi rangkaian plot.

9 Hal tersebut sejalan dengan pendapat Atmowiloto (2004:20), yang menyatakan bahwa sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau gaya dalam menghadirkan ide cerita. kelompok juga menentukan bentuk peristiwa yang ingin ditulis. Kemudian, berdiskusi menjabarkan ide cerita yang diperoleh dari konteks kehidupan sehari-hari di sekolah ke dalam plot dramatik. Setelah menyusun plot dramatik, siswa berkonsultasi kepada guru dan membagi peran kepada anggota kelompok. Berdasarkan tahap Susun Kerangka yang telah dilakukan, kerangka cerita yang dihasilkan siswa sangat beragam. Namun, tema yang diangkat masih seputar kehidupan di sekolah. Hal tersebut berdasarkan pendekatan CTL yang lebih memudahkan siswa mencari dan mengangkat masalah dari kehidupan di sekolah menjadi sebuah drama (Endraswara, 2011:258). Namun, kelompok kadang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan ide mereka secara tertulis. Oleh karena itu, kelompok selalu berkonsultasi untuk menerjemahkan ide cerita mereka dengan bahasa tulis yang baik. Kelompok yang mendapat apresiasi dan komentar yang terbaik adalah kelompok 2 dengan judul Kamilah Pemenang. Tema yang diangkat adalah kompetisi antar kelompok yang memerlukan kecerdikan dan kerja sama. Kelompok mana yang lebih cerdik, maka kelompok tersebut yang akan menang atau berhasil. Kerangka cerita yang tersusun sudah menunjukkan tangga dramatik untuk ditampilkan. Pertemuan kedua, pada tahap Dialog yang mewujudkan konsep konsentrasi dan pembangunan watak dalam bentuk improvisasi solo, siswa dibimbing untuk melatih perbendaharaan kata melalui permainan sederhana seperti kata berantai, menyebutkan kata sebanyak mungkin sesuai kata kunci, dan bercerita layaknya tokoh yang diperankan. Endraswara (2011:66) menambahkan bahwa konsentrasi diarahkan untuk melatih pemain dalam kemampuan membenamkan dirinya sendiri ke dalam watak dan pribadi tokoh yang dibawakan, dan ke dalam lakon itu. Pemain melatih konsentrasi agar penciptaan karakter melalui dialog tidak terganggu. Berdasarkan penerapannya di lapangan, siswa cukup antusias mengikuti latihan. Kata yang disebutkan oleh siswa secara spontan cukup banyak, tetapi kadang kurang relevan dengan kata kunci. Kemudian, pada saat bercerita, siswa sangat lancar menerjemahkan tokoh yang akan diperankan. Siswa sudah bisa menyalurkan karakter tokoh pada dirinya melalui mimik. Namun, siswa kadang terhenti di tengah cerita atau mengucapkan vokal e saat kehabisan ide untuk bercerita. Pada tahap Lakuan, yang mewujudkan konsep laku dramatis dalam bentuk improvisasi dengan benda dan ingatan emosi dalam bentuk improvisasi dengan pemain, siswa dibimbing untuk melakukan latihan merespon benda dan pemain lain dalam satu kelompok sesuai kerangka cerita. Respon terhadap benda yang ditunjukkan oleh siswa sangat beragam. Ada yang menggunakan kursi, gitar, buku pelajaran, hingga sapu lantai. Salah satu benda yang direspon cukup baik pada latihan improvisasi lakuan ini adalah sapu lantai. Kelompok dua menggunakan sapu lantai sebagai properti bermain siswa. Siswa merespon sapu lantai sesuai imajinasinya yaitu sebagai senjata perang atau benda yang selalu menempel pada dirinya. Kemudian, sapu lantai tersebut digerakkan secara eksploratif dan lebih kreatif dari fungsi biasanya yaitu sebagai alat kebersihan. Bahkan, muncul ide 9

10 10 untuk menggunakan gerakkan pelan (slow motion) saat latihan mengolah gerakgerik dalam adegan. Pertemuan ketiga, yaitu tahap Komentari merupakan wujud performansi dengan irama permainan melalui improvisasi sesuai rangka cerita. Kegiatan yang dilakukan adalah menampilkan dan mengomentari penampilan teman sejawat. Naskah drama hanya akan menjadi karya baca apabila tidak dipentaskan. Pentas adalah dunia imajinatif penampilan drama (Endraswara, 2011:34). Sejalan dengan hal tersebut, pada tahap ini siswa mempersiapkan dirinya dalam kelompok untuk tampil secara bergiliran. Siswa sangat antusias menampilkan drama hasil improvisasi mereka. Siswa kelompok lain bertugas mengamati penampilan temannya dengan memerhatikan rubrik penilaian yang telah dibagi pada tiap kelompok. Penilaian dilakukan oleh masing-masing kelompok sesuai urutan tampil. Kelompok yang tampil akan dinilai dan dikomentari oleh kelompok yang tampil berikutnya. Berdasarkan penerapannya, kelompok pengamat cukup antusias memerhatikan penampilan kelompok yang tampil. Namun, masih ada yang menanggapi penampilan secara spontan dengan menyoraki penampil yang sedang beradegan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah (1) deskripsi relevansi strategi Suka Dokumen berkaitan dengan konsep dasar, tinjauan kurikulum, dan penyajian materi strategi yang cukup valid untuk diimplementasikan dengan revisi, (2) deskripsi efektivitas dan efisiensi berkaitan dengan langkah-langkah strategi Suka Dokumen cukup valid untuk diimplementasikan dengan sedikit penambahan aspek pencapain dalam setiap tahapan, dan (3) deskripsi visibilitas berkaitan dengan contoh-contoh implementasi yang menunjukkan bahwa siswa telah mampu bermain peran dengan cara improvisasi sesuai kerangka naskah yang ditulis sendiri. Berdasarkan paparan tersebut, maka strategi Suka Dokumen cukup layak digunakan dalam pembelajaran bermain peran dengan cara improvisasi untuk siswa SMP kelas VIII. Saran Saran diberikan dalam pemanfaatan, diseminasi, dan pengembangan selanjutnya. Pertama, saran pemanfaatan produk ditujukan pada guru agar dapat menggunakan strategi Suka Dokumen pada kelas VIII dengan cara yang kreatif dan inovatif, serta memiliki kualifikasi tentang pementasan drama kelas untuk mempermudah saat menyampaikan dan memberi contoh performansi. Kedua, saran untuk diseminasi ditujukan kepada semua pihak agar produk dapat disebarluaskan melalui sosialisai di berbagai instansi pendidikan, internet, atau jika memungkinkan melalui pihak penerbitan buku. Ketiga, saran untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan agar dapat mempelajari dan memanfaatkan produk strategi Suka Dokumen sebagai pijakan untuk mengembangkan produk strategi dengan memerhatikan relevansi, efektivitas, efisiensi, dan visibilitas strategi secara lebih mendalam.

11 DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Atmowiloto, A Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djamarah, S. B. dan Zain, A Strategi Belajar-Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Endraswara, S Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra, Sastra Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota Kembang. Endraswara, S Metode dan Teori Pengajaran Sastra: Berwawasan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Buana Pustaka. Endraswara, S Metode Pembelajaran Drama (Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian). Yogyakarta: Caps. Hanafiah, N. dan Suhana, C Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Harymawan, R. M. A Dramaturgi. Yogyakarta:-. Lestari, Y. K Pengembangan Album Foto Peristiwa Sebagai Media Pembelajaran Bermain Peran Dengan Cara Berimprovisasi pada Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra UM. Rendra, W. S Seni Drama untuk Remaja. Jakarta: Burungmerak Press. Santosa, E., Subagiyo, H., Mardianto, H., Arizona, N., dan Sulistiyo, N. H Seni Teater Jilid I dan Jilid II: untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional. Saputro, T. N. J Pengembangan Strategi Baju Bersih (Baca, Maju, Bermain, dan Kasih) dalam Pembelajaran Bermain Drama Kelas VIII SMP. Malang: Fakultas Sastra UM. Tambayong, Y Akting: Susah-susah Gampang, Gampang-gampang Susah. Jakarta: Grafika Mardi Yuana. Tim Puslitjaknov Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Wardani, N. E Strategi dalam Pembelajaran Apresiasi Drama Dalam Subiyantoro, Slamet dan Rohmadi, Muhammad (Ed). Bunga Rampai: model-model Pembelajaran Bahasa, Sastra dan Seni (halaman 63-80). Surakarta: Yuma Pressindo. 11

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBSI 5 (2) (2016) Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN BERMAIN PERAN UNTUK SISWA SMP Lenny Sisiliya Rahmawati Suseno Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS VII SMP PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MEMBACA KELAS VII SMP Nila Maulana 1 Imam Agus Basuki 2 Bustanul Arifin 3 Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5 Malang Email: nila_maulana@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS TAYANGAN ACARA TELEVISI UNTUK SISWA KELAS VIII

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS TAYANGAN ACARA TELEVISI UNTUK SISWA KELAS VIII PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS TAYANGAN ACARA TELEVISI UNTUK SISWA KELAS VIII Oleh: Idrus Nasinha 1 Wahyudi Siswanto 2 Muakibatul Hasanah 3 Email: naszinsky@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan jenis masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini akan memanfaatkan metode penelitian dan pengembangan (research and development). 3.1.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK Oleh: Rahmat Mahmudi 1 Mudjianto 2 Heri Suwignyo 3 Email: Sastra_ground2@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan sesorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap sesorang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini 48 BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAYING (Bermain Peran) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIWAR SISWA DALAM BAHASA ARAB A. Deskripsi Setting

Lebih terperinci

Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016 Dina Merdeka Citraningrum. Pengembangan Bahan Ajar... Halaman 130 139 Volume 1, No. 2, September 2016 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENYIMAK-BERBICARA UNTUK SISWA SMP DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Dina Merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan (action research) dan bersifat kolaboratif, yaitu peneliti bersama guru bahasa Indonesia serta guru

Lebih terperinci

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SELOKA 3 (2) (2014) Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK KREATIF PADA SISWA SMP KELAS VIII Oleh Sigit Setyo Wicaksono 1 Mudjianto 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ) PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO OPERA VAN JAVA (OVJ) Nana Fibri Yani 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IIIB MI ALMAARIF 03 LANGLANG SINGOSARI Arlita Agustina 1 Muakibatul Hasanah 2 Heri Suwignyo 2 Email: arlitaagustina@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN NAGRAK LEMBANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yudi Eka Suprapriyadi, M.Pd 1 Arip Ariyanto Purnomo,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MUSTOFA Universitas Negeri Malang E-Mail: Mustofagresik@gmail.com Pembimbing: (I) Dr. Heri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU Rizki Mertyn Palupi 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan

Lebih terperinci

Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan

Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan Pert Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Kegiatan Pembelajaran Rujukan I, II dan III 1. Pemerolehan pemahaman ruang lingkup seni drama baik sebagai teori maupun praktik. 2. Pemerolehan pemahaman tentang

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen antara lain komponen pendidik (guru), peserta didik (siswa), materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN 2010-2011 Jenep Hanapiah Suwadi Abstrak: Salah satu tujuan Mata Pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen adalah penelitian yang mendekati percobaan sungguhan yang tidak mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil cipta yang mengungkapkan pribadi manusia berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2006: 90-93) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dipengaruhi keberhasilan guru dan siswa itu sendiri, yang merupakan tokoh utama dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 279 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional

Lebih terperinci

Berbahasa dan Bersastr

Berbahasa dan Bersastr Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Hak Cipta Buku ini dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional dari Penerbit Usaha Makmur, CV Berbahasa dan Bersastr sastra a Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan menulis naskah drama berdasarkan unsur-unsur

Lebih terperinci

Dienda Nurmaisitha *1 Sudarsini *2

Dienda Nurmaisitha *1 Sudarsini *2 THE DEVELOPMENT OF INSTRUCTION BOOK ABOUT ARCHIPELAGO CAKE MAKING IN STUDY OF COOK AND FOOD PREPARATION FOR STUDENTS WITH HEARING IMPAIRMENT (Pengembangan Buku Panduan Pengolahan Kue Nusantara Dalam Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Indonesia tahun 2006 bertujuan untuk menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) pada penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development). Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development). Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendekatan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, pendekatan pembelajaran juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah mendukung kepemilikan kompetensi tamatan Sekolah Dasar yang memiliki pengetahuan, nilai,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP N 2 BANJAR : Seni Budaya (Seni Teater) : VIII / (Satu) : x pertemuan (3 JP) A. Kompetensi Inti. Menghargai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF CERPEN UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF CERPEN UNTUK SISWA SMA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS KREATIF CERPEN UNTUK SISWA SMA Oleh Deasy Mayasari 1 Abdul Syukur Ghazali 2 Bustanul Arifin 2 E-mail: deasym@ymail.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ada dua materi yang harus disampaikan oleh pengajar yaitu materi kebahasaan dan materi kesastraan. Materi kebahasaan meliputi

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drama merupakan bagian dari kajian sastra. Maka muatan-muatan subtstansial yang ada dalam drama penting untuk digali dan diungkapkan serta dihayati. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI BAJU BERSIH (BACA, MAJU, BERMAIN, KASIH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII.6 SMP NEGERI 2 SINGARAJA

PENGGUNAAN STRATEGI BAJU BERSIH (BACA, MAJU, BERMAIN, KASIH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII.6 SMP NEGERI 2 SINGARAJA ARTIKEL PENGGUNAAN STRATEGI BAJU BERSIH (BACA, MAJU, BERMAIN, KASIH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN DRAMA SISWA KELAS VIII.6 SMP NEGERI 2 SINGARAJA OLEH NI MADE LISNA ARYATHI NIM 0812011079 JURUSAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY SUB POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMP Ahmad Rif an F 33, Dinawati.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011)

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2011) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah menulis puisi yang dilaksanakan di kelas VIII-D SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 28 orang, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan 39 BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 3.1 Model Penelitian Pengembangan Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dan pengembangan, model yang akan dikembangkan dalam pengembangan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi ABSTRACT Artikel ini memberikan hasil penelitian dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE LEARNING MULTIMEDIA IN SCIENCE FOR EIGHTH GRADE STUDENT

Lebih terperinci