Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya diwilayah perkotaan, disertai dengan bertambahnya penduduk yang secara alami terus berkembang ditambah dengan arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota yang sulit terbendung. Hal tersebut memerlukan bertambahnya penyediaan tempat bermukim dan meningkatnya mobilitas yang memerlukan bertambahnya penyediaan sarana transportasi, menyebabkan makin terbatasnya ruang tanah yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan yang beraneka ragam. Terbatasnya luas tanah yang tersedia dan harga tanah yang semakin tinggi menyebabkan orientasi pembangunan di perkotaan mengarah secara vertikal kepada pemanfaatan ruang baik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Begitupun untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang merupakan kebutuhan dasar manusia, saat ini dikembangkan pembangunan perumahan secara bersusun sebagai solusi pemecahannya. Hal ini dapat dilihat dengan program pemerintah saat ini yang akan membangun rumah susun 1000 tower di beberapa kota besar di Indonesia, yang kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Keppres No.22 Tahun 2006 tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan. Ini membuktikan bahwa pembangunan perumahan secara bersusun sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan. Untuk mewujudkan rumah susun 1000 tower di beberapa kota besar di Indonesia, direncanakan Pemerintah melalui Menteri Negara Perumahan Rakyat pada bulan maret ini mulai diluncurkan pembangunan rumah susun di daerah, dari 10 daerah perkotaan yang akan dibangun rumah susun pada 2008, Bandung, Jawa Barat, akan menjadi kota pertama dari rencana pembangunan rumah susun itu. Rencananya akan dibangun 13 Tower Rumah Susun di Bandung, sehingga Pemerintah Daerah di minta segera membentuk Tim Koordinasi Daerah agar dapat memfasilitasi percepatan pembangunan rumah susun di daerah. (Koran Tempo, ). 1

2 Pemanfaatan ruang baik diatas maupun dibawah permukaan tanah semakin hari semakin komplek, bukan hanya struktur bangunannya saja tapi juga dari segi fungsi maupun kepemilikannya. Semakin kompleknya pemanfaatan ruang akan mengakibatkan semakin komplek pula masalah yang muncul. Begitu pula di bidang administrasi pertanahan, yang sebelumnya terfokus pada pengaturan terhadap pemanfaatan permukaan tanah semata, saat ini dituntut untuk dapat mengatur pemanfaatan ruang yang semakin komplek tadi. Kompleksitas Pembangunan secara vertikal dapat dilihat dengan banyaknya gedunggedung bertingkat baik itu berada di atas permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah dengan kepemilikan dan penggunaan yang kompleks. Selain itu banyak pula struktur bangunan yang dibangun dengan melewati batas-batas pemilikan pada bidang tanah, seperti terowongan-terowongan, gedung-gedung pertokoan yang melintas di atas jalan dan lain sebagainya. Gambar I.1 Gedung Pertokoan yang melewati persil jalan (Sumber : foto pribadi, 2007) Atas hal tersebut maka pendekatan kadaster yang saat ini hanya terfokus pada bidang tanah semata dengan pendekatan dua dimensi (2D) kemudian mulai dikembangkan kearah pendekatan tiga dimensi (3D) dengan mengakomodasi aspek ruang dalam kegiatan kadaster dengan istilah kadaster tiga dimensi (3D). 2

3 Gambar I.2 Ilustrasi Situasi yang memerlukan Kadaster 3D (Sumber : Stoter, 2004) Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, di beberapa negara saat ini telah mulai dikembangkan kadaster tiga dimensi (Stoter, 2004), yang pada dasarnya untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang mucul atas pemanfaatan ruang yang semakin kompleks, dimana pendekatan secara tiga dimensi diperlukan untuk dapat menggambarkan keadaan sebenarnya secara lengkap terhadap status bidang tanah termasuk hak-hak lain yang ada di atas atau di bawah bidang tanah tersebut, sehingga dapat mempermudah dalam memberikan status hukum dan informasi yang lengkap terhadap bidang tanah termasuk pemanfaatan ruang di atas maupun dibawahnya. Di Indonesia sendiri pendekatan ke arah kadaster tiga dimensi (3D) telah dimulai sejak dikeluarkan Undang-undang No.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (UURS), dimana Undang-undang ini sudah mengatur kepemilikan bukan hanya pada bidang tanah semata tetapi juga mengatur pemanfaatan ruang baik yang berada di atas ataupun di bawah permukaan tanah. Dengan undang-undang ini selain Hak atas Tanah yang dapat dimiliki secara bersama-sama dimungkinkan pula kepemilikan atas satuan rumah susun secara terpisah dengan adanya Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS). Sesuai dengan pasal 8 undang-undang ini menyatakan bahwa HMASRS adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah. HMASRS meliputi juga hak atas bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. HMASRS memberikan kewenangan dan hak kepada pemegangnya untuk memiliki, memanfaatkan, mengalihkan dan menjadikan agunan setiap satuan rumah susun yang dimilikinya. 3

4 HMASRS pada dasarnya merupakan pemberian hak atas pemanfaatan ruang, dimana dinyatakan bahwa Satuan Rumah Susun merupakan ruangan dalam bentuk geometrik tiga dimensi yang tidak selalu dibatasi oleh dinding, dan dapat berada pada permukaan tanah, di atas atau di bawah permukaan tanah, yang merupakan dimensi dan volume ruang tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan (PP No.4 tahun 1988). Untuk memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap properti Satuan Rumah Susun (ruang 3D). Dalam penjelasan pasal 9 UURS dinyatakan bahwa dalam rangka menjamin kepastian hak bagi kepemilikan satuan rumah susun, diberikan alat pembuktian yang kuat berupa sertipikat hak milik atas satuan rumah susun. Penerbitan sertipikatnya dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota bersangkutan, begitu pula setiap terjadi peralihan hak terhadap HMASRS harus didaftarkan peralihannya pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat. Berkaitan dengan hal di atas maka HMASRS merupakan bagian Obyek Pendaftaran tanah, sesuai dengan pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan bahwa HMASRS merupakan salah satu obyek Pendaftaran Tanah. Dalam kegitan Pendaftaran Tanah terhadap HMASRS saat ini masih dilakukan dengan pendekatan secara dua dimensi (2D) dimana data spasial yang disajikan masih berupa peta 2D, sehingga yang dimunculkan hanya bidang tanah dan denah bangunan saja. Pada peta pendaftaran tanah yang merupakan basis data spasial, dimana memuat informasi bidang-bidang tanah yang telah didaftarkan haknya, juga memperlakukan hal yang sama antara obyek Hak Atas Tanah yang dimiliki secara tunggal dan obyek Hak Atas Tanah yang dimiliki secara bersama-sama melalui HMASRS, dimana peta pendaftaran tanah hanya menampilkan letak/posisi bidang tanahnya semata. 4

5 Gambar I.3 Peta Pendaftaran Tanah di kelurahan Braga (Sumber : Kantor Pertanahan Kota Bandung, 2008) Di wilayah Kota Bandung saat ini telah banyak berdiri bangunan Rumah Susun, sampai tahun 2008, tercatat bahwa lebih dari 10 unit rumah susun yang telah terdaftar pada Kantor Pertanahan kota Bandung, ditambah dengan rencana pembangunan 13 tower rumah susun yang merupakan bagian dari 1000 tower rumah susun yang direncanakan pemerintah. Beberapa rumah susun yang telah terdaftar pada Kantor Pertanahan Kota Bandung sampai tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel I.1 Rumah Susun yang terdaftar pada Kantor Pertanahan Kota Bandung sampai Maret 2008 No. Nama Rumah Susun Alamat Peruntukan Perumnas Sarijadi Flat Sarijadi, Kel. Sarijadi, Kec. Sukasari 2 ITC Kebon Kelapa I Jl. Moch. Toha, Kel. Pungkur, Kec. Regol 3 ITC Kebon Kelapa II Jl. Moch. Toha, Kel. Pungkur, Kec. Regol 4 Menara Mayapada Jl. Jenderal Sudirman Kota Bandung 5 Apartemen Setiabudi Jl. Setiabudi, Kel. Hegar manah, Kec. Cidadap 6 Apartemen Ciumbeulueit Jl. Ciumbeuleuit Kel. Cium beuleuit Kel. Cidadap Hunian Non Hunian Non Hunian Non Hunian Hunian Hunian 5

6 Cikapundung Elektronic Centre (CEC) Jl. Cikapundung, Kel. Braga, Kec.Sumur Bandung Non Hunian 8 Istana Bandung Electronic Jl. Purnawarman No Non Hunian Centre (BEC) Kel.Bbk. Ciamis, Kec. Sumur Bandung 9 IBCC Jl. A. Yani, Kel. Kacapiring, Non Hunian Kec. Batu Nunggal 10 Dago Butik Jl. Simpang Dago, Kel. Hunian Dago, Kec. Coblong 11 Braga City Walk Jl. Braga, Kel. Braga Kec. Sumur Bandung Sumber : Kantor Pertanahan Kotamadya Bandung Hunian & Non Hunian (Campuran) Obyek HMASRS pada dasarnya merupakan obyek tiga dimensi (3D), memiliki karakteristik kepemilikan yang berbeda dengan kepemilikan Hak Atas Tanah yang dimiliki secara tunggal. Hak Atas Tanah dalam kepemilikan HMASRS dimiliki secara bersama oleh banyak subyek hak sebagai pemilik satuan rumah susun dengan multifungsi pemanfaatannya, oleh karena itu untuk dapat mengidentifikasi setiap obyek hak agar lebih jelas posisi/letaknya dan batas-batasnya maka aspek tiga dimensi (aspek ruang) satuan rumah susun harus dapat ditampilkan dalam suatu sistem kadaster. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pendekatan kadaster tiga dimensi (3D) dapat menjadi suatu solusi dalam kegiatan pendaftaran tanah sebagai upaya menyempurnakan sistem kadaster yang telah berjalan saat ini, sehingga tujuan pendaftaran tanah sebagai kadaster legal, untuk dapat menjamin kepastian hukum dan menyediakan informasi yang lengkap atas obyek HMASRS dapat dilakukan lebih optimal. I.2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, pada penelitian ini dapat dirumuskan permasalahannya adalah Bagaimana membentuk kadaster tiga dimensi (3D) untuk kepentingan Pendaftaran Tanah terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS)?. Dari rumusan masalah tersebut maka dapat diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penulisan tesis ini, sebagai berikut : 6

7 1. Konsep Model Kadaster tiga dimensi yang bagaimana yang dapat diterapkan dalam kegiatan Pendaftaran Tanah ditinjau dari aspek teknis dan yuridis/aspek legal? 2. Bagaimana membentuk data spasial secara tiga dimensi agar dapat menyajikan aspek keruangan pada obyek HMASRS sehingga letak/posisi dan batas-batasnya akan lebih jelas di dalam upaya memberikan jaminan kepastian hukum atas obyek hak dalam pendaftaran tanah? 3. Bagaimana data fisik (data spasial 3D) yang terbentuk dapat dihubungkan dengan data yuridisnya dalam upaya dapat menyajikan informasi yang lengkap sehingga dapat di akses dengan mudah dalam kegiatan pendaftaran tanah? I.3. Maksud, Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Maksud penelitian ini adalah untuk dapat melakukan kajian terhadap Pembentukan Kadasteral tiga dimensi (3D) untuk kepentingan Pendaftaran Tanah terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS). 2. Dengan tujuan dapat membentuk Kadastral tiga dimensi (3D) dalam kegiatan pendaftaran tanah sehingga upaya memberikan kepastian hukum dan menyediakan informasi yang lengkap atas obyek HMASRS dapat dilakukan lebih optimal. 3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan kegiatan pendaftaran tanah terhadap obyek HMASRS, dan secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan di bidang Pertanahan. I.4. Metodologi Penelitian Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Persiapan, yaitu melakukan identifikasi permasalahan yang ada, melakukan kajian pustaka/studi leteratur dan melakukan pendekatan terhadap konsep model kadaster 3 dimensi serta menetapkan wilayah studi kasus penelitian. b. Pengumpulan Data, yaitu melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, terdiri dari data fisik dan data yuridis yang berhubungan dengan obyek penelitian. c. Pengolahan Data, yaitu melakukan pengolahan terhadap data-data yang diperoleh untuk pembentukan Kadaster 3D, terdiri dari kegiatan pembentukan data spasial 7

8 3D, pembentukan data atribut dan pembuatan relation/link antara data spasial 3D dan data atributnya. d. Analisis Hasil Penelitian, yaitu melakukan analisis dan pembahasan secara komprehensif terhadap hasil penelitian yang terbentuk dengan tujuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. e. Menarik Kesimpulan dan Saran, yaitu merumuskan hasil analisis dan pembahasan dalam suatu kesimpulan penelitian, kemudian memberikan saran-saran yang dianggap perlu. Metodologi penelitian dalam bentuk diagram alir dapat digambarkan sebagai berikut : PERSIAPAN : - Identifikasi Masalah - Kajian Pustaka - Pendekatan Konsep Model Kadaster 3D - Pemilihan Wilayah Studi Kasus PENGUMPULAN DATA - Data Fisik : Obyek Tanah & Bangunan - Data Yuridis HMASRS PENGOLAHAN DATA - Pembentukan Data Spasial 3D - Pembentukan Data Atribut - Pembuatan Relation/Link ANALISIS HASIL PENELITIAN - Analisis terhadap pendekatan Konsep Model Kadaster 3D - Analisis terhadap Pembentukan Data Spasial 3D - Analisis terhadap Pembuatan Relation/ link KESIMPULAN DAN SARAN - Merumuskan Kesimpulan - Memberikan Saran Gambar I.4 Diagram alir metodologi penelitian 8

9 I.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam ruang lingkup sebagaimana dimaksud di bawah ini : a. Pembentukan Kadaster tiga dimensi (3D) dalam penelitian ini dilakukan untuk kepentingan Pendaftaran Tanah terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS). b. Istilah Hak Milik Atas Satuan Rumah (HMASRS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dimaksud dalam Undang-undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data spasial dan data atribut Rumah Susun Braga City Walk tahun 2008 yang diproleh dari Kantor Pertanahan Kota Bandung untuk kepentingan penelitian/penulisan tesis ini. d. Koordinat yang digunakan untuk membentuk data spasial dalam penelitian ini untuk absis (x) dan ordinat (y) adalah sistem koordinat yang baku pada kegiatan pendaftaran tanah yaitu sistem koordinat TM-3º (PP No.24 tahun 1997 Jo.Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.3 tahun 1997), sedangkan untuk koordinat ketinggian (z) digunakan sistem koordinat lokal, dimana titik nol ketinggian (z = 0) berada pada lantai dasar (Ground Floor) yang relatif datar dengan bidang tanah, sehingga lantai yang berada di atas tanah akan bernilai positif dan lantai yang berada di bawah tanah bernilai negatif. e. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autodesk Map 2004 untuk membentuk data spasial dan Microsoft Access 2003 untuk membentuk data atribut. f. Model yang digunakan untuk membentuk data spasial tiga dimensi (3D) dalam penelitian ini adalah model solid, yang merupakan salah satu model 3 dimensi dalam Autodesk Map 2004 yang dapat menampilkan bentuk obyek 3D secara nyata. I.6. Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagaimana tersebut dibawah ini : Bab I Pendahuluan Bab ini berisi hal-hal pokok yang menjadi dasar penulisan tesis terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, metodologi penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teoritis Kadaster 3 Dimensi Untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS) 9

10 Bab ini berisi kajian secara teoritis tentang Rumah Susun dan HMASRS, Pendaftaran Tanah, Kadaster dan Kadaster 3 dimensi,. Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS) Bab ini berisi uraian jalannya penelitian dimulai dari data-data yang dikumpulkan, pendekatan konsep model kadaster 3 dimensi, pembentukan data spasial 3 dimensi, pembentukan data atribut dan pembuatan relation/link antara data spasial dan data atribut sehingga terbentuk kadaster 3 dimensi untuk kepentingan pendaftaran tanah terhadap HMASRS. Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab ini berisi Analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian, terdiri dari analisis terhadap pendekatan konsep model kadaster 3 dimensi, analisis terhadap pembentukan data spasial 3 dimensi dan analisis terhadap pembuatan relation/link antara data spasial dan data atribut sehingga terbentuk kadaster 3 dimensi untuk kepentingan pendafataran tanah terhadap HMASRS. Bab V Penutup Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian. 10

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab IV Analisis Hasil Penelitian Pada dasarnya tujuan pembentukan Kadaster 3 Dimensi dalam penelitian ini adalah untuk menunjang tujuan Pendaftaran Tanah dalam melakukan kegiatannya terhadap HMASRS. Analisis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara-negara di dunia secara umum memberlakukan sistem kadaster konvensional dua dimensi hingga akhirnya muncul sistem kadaster modern yang dirintis pertama kali oleh

Lebih terperinci

Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS)

Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS) Bab III Pembentukan Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS) III.1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak

Edwin Martha P. 1, Chatarina Nurjati S. 1, dan Roedy Rudianto 2. Abstrak APLIKASI KADASTRAL 3 DIMENSI GUNA MENGOPTIMALKAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN PROPERTI HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) STUDI KASUS : PAKUWON TRADE CENTER, SURABAYA BARAT Edwin Martha P. 1, Chatarina

Lebih terperinci

KADASTER TIGA DIMENSI (3D) UNTUK KEPENTINGAN PENDAFTARAN TANAH TERHADAP HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) TESIS NUR CHOLIS NIM :

KADASTER TIGA DIMENSI (3D) UNTUK KEPENTINGAN PENDAFTARAN TANAH TERHADAP HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) TESIS NUR CHOLIS NIM : KADASTER TIGA DIMENSI (3D) UNTUK KEPENTINGAN PENDAFTARAN TANAH TERHADAP HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

Pembangunan Informasi Spasial 3 Dimensi untuk Pemanfaatan Kadaster 3 Dimensi (Studi Kasus: Rumah Susun Grudo Surabaya)

Pembangunan Informasi Spasial 3 Dimensi untuk Pemanfaatan Kadaster 3 Dimensi (Studi Kasus: Rumah Susun Grudo Surabaya) A416 Pembangunan Informasi Spasial 3 Dimensi untuk Pemanfaatan Kadaster 3 Dimensi (Studi Kasus: Rumah Susun Grudo Surabaya) Dian Pratama Eka Putra, Yanto Budisusanto Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar II.1 Sistem Rumah Susun sesuai UURS

Gambar II.1 Sistem Rumah Susun sesuai UURS Bab II Kajian Teoritis Kadaster Tiga Dimensi (3D) untuk Kepentingan Pendaftaran Tanah Terhadap Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS) II.1. Rumah Susun dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMASRS)

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab IV Analisis Hasil Penelitian Analisis yang dilakukan diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut ini adalah analisis hasil penelitian yang dapat

Lebih terperinci

Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya

Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)) A-655 Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya Isna Dwi Lestari dan Yanto

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA)

PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN SARI, KOTA SURABAYA) Purwarupa Sistem Informasi Kadaster 3D Berbasis Web (Studi Kasus : Rumah Susun Penjaringan Sari, Kota Surabaya) PURWARUPA SISTEM INFORMASI KADASTER 3D BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH SUSUN PENJARINGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2013

Jurnal Geodesi Undip April 2013 VISUALISASI KADASTRAL 3D DALAM PENYUSUNAN PROPERTI HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) UNTUK MENGOPTIMALKAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN (Studi Kasus: Plasa Simpanglima) Sasongko Adhi 1), Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kota Baru Bandar Kemayoran atau lebih dikenal sebagai Kemayoran adalah suatu kawasan yang terletak di pusat kota Jakarta yang semula dikenal karena fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang dapat ditempuh melalui jalan laut, udara dan darat. Namun demikian pelayanan transportasi darat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bentuk Pendaftaran Hak Ulayat Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan yang menciptakan perbedaan tingkatan antara golongan satu dengan golongan yang lain. Adanya golongan yang berlapis-lapis

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Analisis Pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Pertanyaan penelitian sekunder ke-satu yaitu apakah pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

Pengaturan Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah dalam Penerapan Kadaster 3-Dimensi

Pengaturan Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah dalam Penerapan Kadaster 3-Dimensi Indonesian Journal of Geospatial Vol. 1, No. 2, 2012, 13-26 13 Pengaturan Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah dalam Penerapan Kadaster 3-Dimensi Hendriatiningsih 1, Bambang Edhi Leksono 1, Wisang Wisudanar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peta Pendaftaran Peta pendaftaran merupakan gabungan kata dari Peta dan Pendaftran tanah. Pengertian peta menurut beberapa ahli sangat banyak dan beragam, salah seorang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR SKRIPSI IDENTIFIKASI FASAD ARSITEKTUR TROPIS PADA GEDUNG-GEDUNG MINIMALIS PERKANTORAN SEPANJANG JALAN JENDERAL SUDIRMAN, JAKARTA Studi kasus pada Koridor Dukuh Atas-Semanggi Diajukan sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN, SARANA UMUM DAN RUPABUMI

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN, SARANA UMUM DAN RUPABUMI BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN, SARANA UMUM DAN RUPABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia, yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan dan permukiman tidak dapat

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015 KADASTER 3D UNTUK PENGOPTIMALAN PENDAFTARAN TANAH TERHADAP PENGGUNAAN HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (HMASRS) (Studi Kasus : Best Western Star Hotel and Apartement, Semarang) Rezky Yudha Seno,Sutomo

Lebih terperinci

1. Benda tempat tumbuhnya tanaman (soil), ukurannya adalah tingkat kesuburannya,

1. Benda tempat tumbuhnya tanaman (soil), ukurannya adalah tingkat kesuburannya, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia untuk sarana berlindung dan melakukan kegiatannya. Di samping itu, tanah juga sebagai sarana produksi barang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERTELAAN, SERTIFIKAT LAIK FUNGSI DAN PENERBITAN AKTA PEMISAHAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN KARAWANG,

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran No.647, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR. Izin Lokasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam dengan bantuan data spasial dan non spasial. sebagai sarana untuk meningkatkan pelayanan umum, diantaranya para pengguna

BAB I PENDAHULUAN. alam dengan bantuan data spasial dan non spasial. sebagai sarana untuk meningkatkan pelayanan umum, diantaranya para pengguna 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi sangat cepat seiring dengan kebutuhan manusia akan informasi dan pertumbuhan tingkat kecerdasan manusia. Saat ini telah banyak sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN 1.1.1 Pertumbuhan Sektor Perumahan Nasional Peta bisnis properti di Indonesia menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan kapitalisasi pada tahun 2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dikuasai oleh Negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau dimiliki orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Sertipikat Pada dasarnya istilah sertipikat itu sendiri berasal dari bahasa Inggris Certificate yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.I TINJAUAN UMUM Pembangunan di berbagai sektor bidang kehidupan bangsa yang dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I P E N D A H U L U AN BAB I P E N D A H U L U AN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan rumah tempat tinggal atau hunian di daerah perkotaan semakin meningkat dan dirasakan kurang, mengingat jumlah perumahan yang tersedia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha, yang meliputi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Masyarakat yang adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Sumber daya agraria atau sumber daya alam berupa permukaan bumi yang di sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Sudah sewajarnya jika setiap manusia mempunyai tempat tinggal yang layak sehingga

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika dunia usaha yang begitu kompleks menuntut setiap perusahaan untuk tanggap terhadap setiap pergeseran serta perubahan yang terjadi pada lingkungan dunia

Lebih terperinci

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2007 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENYEDIAAN LAHAN, PRASARANA LINGKUNGAN, FASILITAS UMUM, DAN FASILITAS SOSIAL OLEH PENGEMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran adalah peristiwa yang sering terjadi di lingkungan masyarakat. Dampak dari kebakaran ini adalah kerugian harta dan benda, serta jiwa manusia. Peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan di suatu negara. Karena pada dasarnya suatu pembangunan ditujukan untuk dan oleh penduduk itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, makin padat penduduknya akan menambah lagi pentingnya kedudukan akan tanah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Seperti kota-kota besar lainnya yang berkembang menjadi sebuah metropolitan, Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat juga mengalami permasalahan serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan tentang tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting sekali oleh karena sebagian besar daripada kehidupannya adalah bergantung pada tanah.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN

PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN PERAN KONSOLIDASI TANAH DALAM KETRANSMIGRASIAN RUDI RUBIJAYA, SP, MSc. DIREKTUR KONSOLIDASI TANAH KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL LATAR BELAKANG LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar belakang 1 Bab I. Pendahuluan I.1 Latar belakang Model penilaian atas bangunan bertingkat yang digunakan dalam menentukan Nilai Jual Objek Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) masih menggunakan metode biaya.

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 9. A TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN RUANG KORIDOR UTARA JALAN BY PASS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan 1. Perkembangan fisik Kota Taliwang tahun 2003-2010 Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan lahan dari rawa, rumput/tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran masyarakat bahwa hidup diperkotaan lebih terjamin dibandingkan dengan hidup dipedesaan telah menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan komputer dewasa ini semakin meningkat pula. Pengguna komputer tidak hanya pada bidang kantor saja, tetapi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di kota-kota besar khususnya di DKI Jakarta berkembang sangat cepat, perkembangan jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AKTIVITAS KAMPUS DAN SEKOLAHAN TERHADAP KAPASITAS SERTA TINGKAT PELAYANAN JALAN

ANALISA PENGARUH AKTIVITAS KAMPUS DAN SEKOLAHAN TERHADAP KAPASITAS SERTA TINGKAT PELAYANAN JALAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi mengakibatkan meningkatnya pembangunan diberbagai bidang, sehingga kebutuhan sarana transportasi semakin meningkat. Bertambahnya sarana transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki fungsi sosial, yang berarti bahwa kegunaan tanah diutamakan untuk kepentingan orang banyak/umum daripada untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif dan kebutuhan yang makin

BAB 1 PENDAHULUAN. ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif dan kebutuhan yang makin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pusat perbelanjaan di Jakarta dewasa ini sangat berkembang dengan pesat. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang konsumtif dan kebutuhan yang makin

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kotamadya Jakarta Pusat yang terletak di tengah-tengah Provinsi DKI Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota Jakarta, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban sehingga dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ditentukan Bumi dan air dan

Lebih terperinci

RINCIAN ASET YANG DISERTAKAN PADA PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN PROVINSI JAWA BARAT

RINCIAN ASET YANG DISERTAKAN PADA PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN PROVINSI JAWA BARAT LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2010 TANGGAL : 22 NOPEMBER 2010 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH JASA DAN KEPARIWISATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki posisi yang sangat strategis dan sebagai kebutuhan yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan manusia bersentuhan dengan tanah.

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 T E N T A N G RUMAH SUSUN DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE -16- Pasal 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, tanah merupakan faktor yang sangat penting dan paling utama. Karena pada kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang sangat tinggi baik secara alami maupun akibat arus urbanisasi mengakibatkan permintaan untuk perumahan semakin besar. Salah

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN UMUM DAN FASILITAS UMUM DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian-penelitian dan tulisan oleh para pakar berbagai disiplin ilmu 2, demikian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian-penelitian dan tulisan oleh para pakar berbagai disiplin ilmu 2, demikian A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tanah dengan dimensinya yang unik kerap melahirkan permasalahan yang tidak sederhana, baik permasalahan yang berdimensi sosial, ekonomi, politik, hukum atau

Lebih terperinci

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2016 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BEKASI,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bumi, air dan ruang angkasa serta kekayan alam yang terkandung didalamnya merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia dan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian pesisir pantai barat pulau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemerataan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena tanah mempunyai nilai ekonomi, ekologi dan nilai sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena tanah mempunyai nilai ekonomi, ekologi dan nilai sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanah bagi kehidupan manusia mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena tanah mempunyai nilai ekonomi, ekologi dan nilai sosial dalam kehidupan dan penghidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Madar Maju, Badung, 1998, hlm.6

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Madar Maju, Badung, 1998, hlm.6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pendaftaran tanah merupakan sarana dalam memberikan

Lebih terperinci

IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2005. Pengambilan data sekunder dilakukan pada instansi-instansi yang terkait, yaitu : Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Huntap Komunal Di Kecamatan Cangkringan, Sleman 2. Peta Persil Huntap Banjarsari, Desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan 3. Peta Persil Huntap Batur, Desa Kepuhharjo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang paling rumit sepanjang sejarah peradaban. Begitu banyak masalah bermunculan silih berganti, akibat pertarungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah tujuan wisatawan domestik dan internasional yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan daerah tujuan wisatawan domestik dan internasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Bintan yang terdiri dari dua daerah administratif yaitu Pemerintah Kabupaten Bintan dan Pemerintah Kota Tanjungpinang merupakan daerah tujuan wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan manusia lain, yang mengakibatkan manusia akan tinggal bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan manusia lain, yang mengakibatkan manusia akan tinggal bersama-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memiliki kebutuhan dasar untuk melakukan interaksi dengan manusia lain, yang mengakibatkan manusia akan tinggal bersama-sama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci