RENCANA STRATEGIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS

2

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Halaman i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... I.1 Kondisi Umum... I.2 Potensi dan Permasalahan BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN II.1 Visi... II.2 Misi... II.3 Tujuan... II.4 Sasaran Strategis BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN... III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia III.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri III.3 Kerangka Regulasi... III.4 Kerangka Kelembagaan... III.5 Struktur Organisasi BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN... IV.1 Target Kinerja IV.2 Kerangka Pendanaan 23 BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Lampiran 1: Matrik Kinerja dan Pendanaan ii

4

5 BAB I PENDAHULUAN I.1 Kondisi Umum Kita tetap optimis bahwa ekonomi Indonesia akan terus tumbuh pada periode , meskipun saat ini terjadi perlambatan ekonomi global.pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh konsumsi domestik, investasi dan belanja Pemerintah. Selain itu dengan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang berkesinambungan dalam upaya menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif, diharapkan daya saing dan daya tahan industri nasional semakin kuat yang pada gilirannya meningkatkan peranan industri terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka menggerakan ekonomi nasional, Pemerintah perlu terus melakukan serangkaian kebijakan deregulasi untuk mendorong daya saing industri nasional melalui kebijakan melepas tambahan beban bagi industri, percepatan kesenjangan daya saing industri, dan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan industri nasional dipasar domestik maupun dipasar global.kebijakan ini perlu ditopang dengan kebijakan pengembangan produk dan pasar baru bagi ekspor hasil industri yang berdaya saing, dengan memberikan kelancaran dan efisiensi pengadaan bahan baku dan distribusi ekspor. Selain itu kebijakan mempermudah investasi sektor industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Beberapa program prioritas Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri antara lain:penguatan dan pengembangan investasi; peningkatan ekspor dan fasilitasi perdagangan internasional; pengembangan logistik nasional; penguatan pasar dalam negeri dan tertib usaha; serta peningkatan daya saing industri dan perluasan basis produksi nasional. Hasil-hasil yang telah dicapai Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri selama periode Tahun Telah diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dalam rangkaperbaikan iklim investasi, mendorong kemudahan berusaha di bidang investasi,memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat, memperpendek proses pelayanan, serta mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau. Telah terbentuk 493 kelembagaan PTSP pada tahun Revisi Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modalmenjadi Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014, yang lebih terbuka bagi Penanaman Modal Asing (PMA). Telah disepakati amandemen Operational Custom ProcedureATIGA di tingkat 1

6 regional (ASEAN), untuk mengakomodir pertukaran data elektronik Form D. Telah disusun draft Instruksi Presiden tentang Inland Free Trade Arrangement (FTA) yaitu kebijakan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri dengan tujuan mendorong kegiatan industri dalam mengurangi impor dengan mengembangkan industri substitusi impor, mendukung perluasan industri yang sudah ada, mengurangi waktu/biaya inventori, dan mendorong peningkatan ekspor. Telah diterapkan Sistem INSW di dalam16(enam belas) pelabuhan dan bandara utama yang secara keseluruhan mencakup lebih dari 95 persen layanan ekspor/impor nasional. Sistem INSW memiliki beberapa fitur unggulan, yaitu: Indonesia National Trade Repository (INTR)dan Single Sign On. Dalam pengembangan Sistem Logistik Nasional, hasil yang dicapai meliputi antara lain: Telah dibangun dan beroperasinya pelabuhan darat internasional (dry port) di Cikarang (Jababeka) dan berperan sebagai Pusat Logistik Berikat dan konsolidator produk UKM Jawa Barat; Telah mulai dibangun Pelabuhan hub laut internasional di Kuala Tanjung, Sumatera Utara oleh Pelindo I; Telah beroperasinya pelayaran short sea shipping dari Pelabuhan Tanjung Perak ke Pelabuhan Panjang; Telah beroperasinya pelayaran trayek tol laut oleh PT. PELNI; Telah ditetapkan logistik sebagai cabang keilmuan oleh Kemendiknas; Pendirian sekolah logistik yaitu Sekolah Tinggi Logistik (STIMLOG) dan Akademi Komunitas Logistik (AKL), dan berdirinya program training logistik oleh asosiasi sektor logistik; Telah dibangunnya design arsitektur pelayanan perizinan logistik secara elektronik (e-license); Dikembangkannya sistem informasi konsolidasi pengiriman produk UKM (e-consolidator); Telah dibangunnya sistem dokumentasi percepatan pengeluaran barang setelah selesai custom clearance dalam sistim INSW (e-cargolink); dan Integrasi Pelabuhan Teluk Lamong Port System (flows of goods) dengan sistem INSW. Telah diterbitkanperpres Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil (Izin Satu Lembar), untuk penguatan dan legalitas Usaha Mikro dan Kecil. Telah diterbitkan Perpres No 27/2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha; Peraturan Pemerintah No 60/2013 tentang Pembentukan Lembaga Permodalan Kewirausahaan Pemuda,untuk memfasilitasi akses permodalan bagi Wirausaha Muda Pemula untuk mulai menjalankan usahanya. Terbantuknya Pusat Penelitian dan Pengembangan Kewirausahaan Kreatif (P3K2) di UPI Bandung, UNS Solo, dan IAIN Cirebon, dan Kebijakan Pengembangan Kurikulum Kewirausahaan pada SMU dan Perguruan Tinggi. 2

7 Telah dilaksanakan KompetisiKeunggulan Usaha Kawasan dalam Menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 (Regional Advantage Bussiness Award/RABA), dalam rangka memotivasi pelaku usaha untuk dapat bersaing di pasar global, Telah tersusun draft Peraturan Presiden tentangtransaksi melalui elektronik (ecommerce)untuk mendorong kegiatan usaha dan memberikan perlindungan transaksi melalui sistem elektronik. I.2 Potensi dan Permasalahan Potensi Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas investasi dan perdagangan, pengembangan jasa logistik, penguatan pasar dalam negeri, dan pengembangan industri, karena: Memiliki Sumber Daya Alam(SDA)yang dapat ditingkatkan nilai tambah; Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki keunggulan di beberapa bidang (perikanan, pariwisata, tenaga medis, dan engineer); Iklim investasi yang semakin terbuka dan kondusif bagi PMA; Persepsi dunia usaha yang semakin baik terhadap Indonesia; Sebagai Negara maritime,memiliki aktivitas jasa logistik yang besar; Jumlah industri kecil dan menengah (IKM) memiliki keunggulan tertentu (jenis, desain, inovasi, produk) yang dapat diekspor; Posisi geografis Indonesia yang strategis, berada di jalur perdagangan internasional, menjadikan Indonesia berpotensi untuk menjadi pusat logistik dunia. Permasalahan Permasalahan utama di sektor perniagaan dan industri dalam lima tahun mendatang dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas, sebagai berikut: permasalahan yang menghambat peningkatan dan perluasan investasi antara lain: (i) banyaknya jumlah, redundansi, dan duplikasi perizinan (izin, persetujuan, rekomendasi, pengakuan, identitas, penetapan, pemberitahuan); (ii) banyaknya persyaratan dokumen dan tidak adanya SOP/SLA dan call center yang dapat memberikan kepastian hukum; (iii) masih rendahnya pemahaman, kepatuhan, dan integritas aparatur; serta (iv) lambatnya penerbitan peraturan pelaksanaan atau juklak dan juknis. Permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja ekspor nasional dan fasilitasi perdagangan internasional, antara lain: (i) jenis produk ekspor Indonesia masih terbatas; (ii) daya saing produk ekspor Indonesia masih rendahkarena tingginya biaya produksi dan pemasaran, struktur industri yang ketergantungan input 3

8 impor, rendahnya produktifitas/teknologi dan inovasi, penyebaran industri terpusat di Jawa, dominasi perilaku prinsipal industri/investasi; (iii) ekspor komoditi Indonesia ke beberapa Negara belum mapan; (iv) pasar tujuan ekspor Indonesia masih terpusat pada Negara-negara tujuan tradisional; (v) kurangnya promosi dan komunikasi antar pemangku kepentingan; (vi) belum adanya kebijakan peningkatan ekspor yang komprehensif dan holistik. (vii) maraknya impor barang luar negeri dan masih banyaknya ekspor komoditi primer serta ketergantungan terhadap bahan baku impor), (viii) Sistem Indonesia National Single Window (INSW) belum diterapkan secara nasional, (ix) Kelembagaan INSW masih belum berfungsi secara penuh, Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan system SISLOGNAS (i) belum terbangunnya konektivitas kegiatan ekonomi pedesaan, perkotaan, regional, dan pasar global, (ii) banyaknya regulasi dan rumitnya birokrasi yang menjadi kendala pengembangan usaha dan investasi sektor logistik. Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan, antara lain: (i) lemahnya sumber daya industri (SDM, teknologi, kreativitas, inovasi dan sumber daya pembiayaan), sehingga mengurangi daya saing, (ii) aspek tenaga kerja, (iii) sarana dan prasarana industri belum memadai dan (iv) aspek ketentuan dan regulasi/peraturan. (v) aspek tata ruang, aspek perizinan, aspek infrastruktur, dan (vi) belum ada jaminan ketersediaan bahan baku dalam negeri; Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi lainnya, yaitu: (i) belum adanya mekanisme pengaturan (legal) terkait insentif fiskal dan non-fiskal yang dapat secara langsung diimplementasikan pada lokasi pengembangan kawasan industri; (ii) belum adanya inventarisasi potensi komoditi unggulan lokal non-mineral yang optimal sebagai basis potensi pengembangan yang bernilai ekonomi tinggi yang dapat secara langsung diserap dan dikembangkan dalam kawasan industri. 4

9 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KINERJA II.1 Visi Visi, Misi, dan Sasaran Pembangunan Nasional di Bidang Ekonomi sebagaimana tersebut dalam Buku I RPJMN serta kondisi umum, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi lima tahun kedepan tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Deputi Bidang Perniagaan dan Industri dalam mengupayakan terwujudnya pertumbuhan bidang perniagaan dan industri yang inklusif dan berkelanjutan, maka Visi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri adalah sebagai berikut: Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan bidang Perniagaan dan Industri yang efektif dan berkelanjutan Visi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri ini mendukung visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yakni Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan. Visi Deputi Bidang Perniagaan dan Industri tersebut mempunyai makna tentang koordinasi dan sinkronisasi yaitu merupakan proses mengupayakan terjadinya kesamaan persepsi, pemikiran dan tindakan dalam mewujudkan pencapaian tujuan. Sedangkan pengendalian merupakan bagian proses koordinasi dan sinkronisasi yang penekanannya pada setiap pusat-pusat pertanggungjawaban diupayakan dapat mewujudkan tujuan organisasi sesuai rencana dan dilakukan secara efektif dan efisien.adapun makna kata efektif dan berkelanjutan mempunyai arti sebagai berikut.efektif memberikan arti bahwa kinerja hasil koordinasi dan sinkronisasi memberikan manfaat dan dampak yang signifikan bagi upaya pencapaian sasaran pembangunan di bidang perniagaan dan industri.sedangkan kata berkelanjutan mempunyai makna bahwa koordinasi harus dilakukan secara terus menerus dan proaktif supaya pelaksanaan pembangunan perekonomian yang dilakukan oleh sektor dan pelaku ekonomi dapat berjalan sinergi sehingga pembangunan ekonomi yang dicapai dapat berkesinambungan. II.2 Misi: Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, dibutuhkan tindakan nyata dalam penetapan Misi yang sesuai dengan peran Deputi Bidang Perniagaan dan Industri, adalah sebagai berikut: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan dibidang Perniagaan dan Industri Misi tersebut merupakan langkah peran fungsi Deputi Bidang Perniagaan dan Industridalam mengupayakan/memastikan Misi Kementerian Koordinator Bidang 5

10 Perekonomian, yaitu Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian, yang pelaksanaannya diwujudkan melalui kinerja lintas sektor di bidang perniagaan dan industri. Untuk meningkatkan kinerja lintas sektor di bidang perniagaan dan industri dengan optimal dibutuhkan suatu usaha untuk menyatukan tindakan kebulatan pemikiran, kesatuan tindakan, dan keselarasandari berbagai instansi terkait, agar pelaksanaan kinerja sektor dapat bersinergi dengan baik danterlaksana sesuai rencana. Sejalan dengan strategi dan aktivitas yang dilakukan dalam upaya pencapaian rencana dimaksud, pengendalian pelaksanaan kebijakan secara intensif diupayakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pencapaian kinerja dapat diantisipasi secara dini sehingga progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan di bidang perniagaan dan industri berjalan dengan optimal. II.3 Tujuan : Berdasarkan Visi dan Misi tersebut di atas,dirumuskan tujuan Deputi Bidang KoordinasiPerniagaan dan Industri adalah: Terwujudnya pertumbuhan bidang perniagaan dan industri yang inklusif dan berkelanjutan Tujuan tersebut di atas dapat dicapai,apabila pelaksanaan kebijakan sektor/lintas sektordi bidang perniagaan dan industrimempunyai komitmen yang tinggi meningkatkan kinerjanya dengan optimal.denganmengupayakan optimalisasi kinerja sektor/bidang dimaksud, maka target sasaran kinerja di bidang perniagaan dan industri yang telah ditetapkan dalam RENSTRA dapat diwujudkan, sehingga pada akhirnya tujuan Deputi bidang Perniagaan akan tercapai. Oleh karena itu, upaya-upaya pencapaian target-target sasaran bidang perniagaan dan industri, antara lain difokuskan pada target sasaran, pengembangan investasi, peningkatan ekspor dan fasilitasi perdagangan internasional, pengamanan pasar dalam negeri dan tertib usaha, pengembangan logistik dan pengembangan industri serta perluasan kawasan industri. II.4 Sasaran Strategis Sasaran strategis yang ingin diwujudkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, dalam rangka mencapai tujuannyayaitupertumbuhan bidang perniagaan dan industri yang inklusif dan berkelanjutan,untuk mengukur keberhasilan sasaran-sasaran tersebutakan ditunjukkan dalam matrik Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja sebagaimana table 1 berikut: 6

11 Dukungan Dasar (Input) Strategic Driver: Sinkronisasi dan Koordinasi Kebijakan Bidang Koordinasi Pengembangan Iklim Investasi Bidang Koordinasi Peningkatan Ekpsor danfasilitasi Perdagangan Internasional Bidang Koordinasi Pengembangan Sistem Logistik Bidang Koordinasi Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha Bidang Koordinasi Pengembangan Industri Memenuhi Harapan Stakeholder: Strategic Outcome Gambar 1 Peta Strategi Tahun Deputi BIdang Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian PETA STRATEGI KINERJA DEPUTI BIDANG PERNIAGAAN DAN INDUSTRI TUJUAN : terwujudnya pertumbuhan bidang perniagaan dan industri yang inklusif dan berkelanjutan SS.1 Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perniagaan dan Industri Daya Saing Ekspor dan Industri di Pasar Internasional Konektivitas Nasional; Peningkatan DayaSaing Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi SS.3 Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Peningkatan Daya Saing Nasional Pengembangan Pasar Tradisional; Transformasi Industri Pengembangan Investasi SS.2. Tewujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perniagaan dan Industri Misi: Terwujudnya Koordinasi, Sinkronisasi dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan bidangperniagaandanindustriyang efektif dan berkelanjutan Visi: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, sertapengendalianpelaksanaankebijakandibidang PerniagaandanIndustri Perencanaan & Penyusunan SS. 4 SS.5 SS.6 SS.7 SS.8 Melakukan Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan penyusunan kebijakan yang efektif Pengendalian Melaksanakan Pengendalian pelaksanaan kebijakan yang efektif Daya Saing Melaksanakan Koordinasi dan Sinkronisasi Peningkatan Daya Saing Nasional Fasilitas Gedung dan Fasillitas yang memadai Organisasi SDM Data dan Sistem Informasi Tata Kelola Prima Membangun organisasi tepat guna Mengembangkan kualitas SDM berbasis kompetensi Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik 7

12 Tabel1 Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Deputi BIdang Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun Sasaran Strategis/ Indikator Kinerja Sasaran Program (Outcome)1 Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perniagaan dan Industri Indikator: Persentase rancangan peraturan bidang perniagaan dan Industri yang diselesaikan. Sasaran Program (Outcome) 2 Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Perniagaan dan Industri Indikator: Persentase kebijakan bidang perniagaan dan Industri yang terimplementasi. Sasaran Program (Outcome)3 Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing nasional Indikator: Persentase rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing nasional yang ditindaklanjuti. Target

13 Pengukuran Kriteria Keberhasilan Pengukuran kinerja Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri tahun akan dilakukan dengan cara membandingkan antara target Pencapaian Indikator Kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dan realisasinya. Metode pengukuran kinerja menggunakan manual perhitungan IKU yaitu akumulatif dari basis data berupa rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh Kementerian/Lembaga diukur secara kuantitatif untuk melihat kualitas outcome dalam prosentase (%) dari target IKU dalam mencapai sasaran strategis kebijakan perniagaan dan industri, sebagai berikut: 9

14 MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DEPUTI BIDANG PERNIAGAAN DAN INDUSTRI Manual Perhitungan Presentase Rancangan/rumusan peraturan Bidang Perniagaan dan Industri yang diselesaikan IKU Deputi V 1 Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang menghasilkan Rancangan Peraturan Perundangan Baru bidang perniagaan dan industri yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Satuan : % Tehnik Sifat Data IKU Sumber Data Me nghi tung Periode Data IKU : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perniagaan dan industri = realisasi dibandingkan dengan target rancangan peraturan perundang-undangan baru dibidang perniagaan dan industri r x 100% t Target 2015 : 5 Rancangan Peraturan Baru Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dinilai sebesar 5% 2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan ditindalanjuti ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga dinilai sebesar 10% 3. Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek dinilai sebesar 15% 4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Draft Rancangan Peraturan/perundangan bernilai 20%. Maximize Kementerian/Lembaga/Stakeholder Semesteran Keterangan Lain Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit. 10

15 Manual Perhitungan Presentase Kebijakan Bidang Perniagaan dan Industri yang terimplementasikan IKU Deputi V 2 Definisi : Implementasi fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan bidang perniagaan dan industri oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi pada perubahan peraturan perundangan yang ada dibidang perniagaan dan industri Satuan : % Tehnik Menghitung : Implementasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang perniagaan dan industri = realisasi dibandingkan dengan target rancangan perubahan peraturan perundangan yang ada dibidang perniagaan dan industri r x 100% t Sifat Data IKU : Maximize Target 2015 : 5 Rancangan Perubahan Peraturan Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil monitoring dan evaluasi dinilai sebesar 5% 2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil monitoring dan evaluasi dan ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga dinilai sebesar 10% 3. Rekomendasi kebijakan dari hasil monitoring dan evaluasi dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek dinilai sebesar 15% 4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Draft Rancangan Peraturan/perundangan bernilai 20%. Sumber Data : Kementerian/Lembaga/Stakeholder Periode Data IKU : Semesteran Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit. 11

16 Manual Perhitungan Presentase Kebijakan Peningkatan Daya Saing Nasional yang terimplementasikan IKU Deputi V 3 Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang perniagaan dan industri yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi pada usulan rancangan peraturan perundangan baru atau merevisi/mencabut suatu kebijakan (peraturan perundangan) dalam rangka peningkatan daya saing bidang perniagaan dan industri yang dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Satuan : % Tehnik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing bidang perniagaan dan industri = realisasi dibandingkan dengan target usulan rancangan peraturan perundangan baru atau merevisi/mencabut suatu kebijakan (peraturan perundangan) dalam rangka peningkatan daya saing dibidang perniagaan dan industri r x 100% t Target 2015 : 2 Usulan Rancangan Peraturan Kriteria : 1. Tersusunnya Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dinilai sebesar 70% 2. Tersusunnya rekomendasi Kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan ditindaklanjuti ditindalanjuti oleh pimpinan untuk mengadakan rapat dengan kementerian/lembaga dinilai sebesar 80% 3. Rekomendasi kebijakan dari hasil Koordinasi dan Sinkronisasi dan ditindaklanjuti dalam bentuk Rapim/Rakor/Rakortek dinilai sebesar 90% 4. Rekomendasi Kebijakan yang ditindaklanjuti sampai dengan penyusunan Draft Rancangan Peraturan/perundangan bernilai 100% Sifat Data IKU : Maximize Sumber Data : Kementerian/Lembaga/Stakeholder Periode Data IKU : Semesteran Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : Kondisi sebelum adanya peraturan, hasil dan manfaat bila peraturan terbit. 12

17 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Arah Kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan kebijakan pembangunan nasional maupun program program prioritas nasional dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan, melalui strategi koordinasidan sinkronisasi, pengendalian, studi kebijakan/kajian/telaahan dan sosialisasi. Strategi tersebut merupakan langkahlangkah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mendorong peningkatan kinerja sektor/lintas sektor menjadi lebih optimal baik dalam pelaksanaan program/kegiatan sektor atau lintas sektor menjadi lebih efektif dan efisien. Meningkatnya pengelolaan sektor/lintas sektor dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/lintas sektor bidang perekonomian, sehingga pada akhirnya dengan tercapainya target-target sektor/lintas sektor secara akumulatif memberikan kontribusi dampak terhadap keberhasilan akan terwujudnya sasaran pembangunan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing sebagaimana tertuang pada RPJMN dapat dicapai. Adapun Arah kebijakan prioritas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Investasi; 2. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Ekspor; 3. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Sistem Logistik Nasional; 4. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Fasilitasi Perdagangan; 5. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan Industri; 6. Meningkatkan Koordinasi kebijakan Kredit Usaha Rakyat; 7. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengendalian Inflasi; 8. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Kedaulatan Pangan dan Pertanian; 9. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Ketahanan Energi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan; 10. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan UMKM berbasis Teknologi 11. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan PercepatanPembangunanInfrastruktur Prioritas; 12. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan ASEAN Economic Community (AEC); 13. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan KEK. Strategi yang digunakan untuk mewujudkan pembangunan di bidang perekonomian, adalah sebagai berikut: 13

18 1. Mendahulukan penanganan terhadap prioritas kegiatan yang tercantum dalam Nawacita; 2. Mengedepankan kepentingan yang berdampak pada masyarakat luas dalam pengambilan keberpihakan dalam koordinasi dan sinkronisasi; 3. Mengantisipasi potensi deviasi atas realisasi kegiatan yang targetnya telah disepakati antar Kementerian/Lembaga. III.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Arah KebijakanDeputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industrisebagaimana tersebut diatas, guna mengemban tugas dan fungsinya untuk mendukungkebijakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan, Dalam prakteknya strategi Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dilaksanaan melalui pelaksanaan kegiatan koordinasi dansinkronisasi, pengendalian, monitoring dan evaluasi, analisis/studi kebijakan dan kajian/telaahan serta sosialisasi. Arah kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai berikut: 1. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Investasi; 2. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Peningkatan Ekspor; 3. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Sistem Logistik Nasional (Sislognas); 4. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Fasilitasi Perdagangan; 5. Meningkatkan Koordinasi Kebijakan Pengembangan Industri; Strategi yang digunakan untuk mewujudkan pembangunan di bidang perniagaan dan industri, adalah sebagai berikut: 1. Mendahulukan penanganan terhadap prioritas kegiatan yang tercantum dalam Renstra Kementerian; 2. Mengedepankan kepentingan yang berdampak pada masyarakat luas dalam pengambilan keberpihakan dalam koordinasi dan sinkronisasi; 3. Mengantisipasi potensi deviasi atas realisasi kegiatan yang targetnya telah disepakati oleh Kementerian Perekonomian. Sebagi upaya mempercepat terwujudnya sasaran strategis dan arah kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri maka Fokus Kebijakan ditekankan pada kegiatan-kegiatan : a) Pengembangan Investasi; b) Peningkatan Daya Saing di Pasar Internasional; c) Peningkatan Konektivitas Nasional; d) Pengembangan Pasar Tradisional; e) Pengembangan Sektor Industri dan Kawasan Industri. 14

19 III.3 Kerangka Regulasi Percepatan, perluasan dan pengembangan bidang perniagaan dan industri memerlukan evaluasi terhadap seluruh kerangka regulasi yang ada, dan kemudian langkah-langkah strategis diambil untuk merevisi dan merubah regulasi sehingga mendorong partisipasi maksimal yang sehat dari dunia usaha.selain deregulasi,dalam rangka percepatan, perluasan dan pengembangan bidang perniagaan dan industri, juga tergantung pada penyederhanaan birokrasi yang lebih efektif dan efisien didukung oleh kementerian/lembaga. Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri berperan sebagai penyelenggara koordinasi dan sinkronisasi dalam penyusunan regulasiuntuk menghindari tumpang tindihnya regulasi yang diusulkan oleh sektor serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat. Sebagaimana dalam matrik berikut: 15

20 MatrikRegulasi No Arah Kerangka Regulasidan/atau Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian Unit PenanggungJawab Unit Terkait/ Institusi Target Penyelesaian 1 a. Pengembangan Investasi b. Pengembangan fasilitas investasi c. Pengembangan investment outflows d. Mendorong peningkatan Ease Doing Business (EoDB). e. Penguatan kelembagaan ekspor di daerah (Tim Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi Daerah/PEPIDA). Banyaknya jumlah, redundansi, dan duplikasi perizinan (izin, persetujuan, rekomendasi, pengakuan, identitas, penetapan, pemberitahuan). Banyaknya persyaratan dokumen dan tidak adanya SOP/SLA dan call center yang dapat memberikan kepastian hukum. Masih rendahnya pemahaman, kepatuhan, dan integritas aparatur. Lambatnya penerbitan peraturan pelaksanaan atau juklak dan juknis. Asdep Pengembangan Investasi BKPM Peningkatan Ekspor dan Pengendalian Impor a. Pembentukan konsolidator/agregatorekspor produk UKM. Belum berfungsinya beberapa konsolidator ekspor swasta dalam pembinaan produk, korporasi, dan daya saing ekspor UMKM. Asdep Penigkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Perdagangan 2019 b. Diversifikasi produk ekspor baru yang berbasis invention dan inovasi Pengembangan produk ekspor tidak sinergi dengan pengembangan industri, trend pasar, dan kendala regulasi/birokrasi. 16

21 c. Ekstensifikasi pasar ekspor baru non tradisional d. Penguatan kelembagaan dan operasional Indonesia National Single Window/INSW Belum fokusnya promosi ekspor sesuai dengan potensi dan segmentasi pasar negara akreditasi tujuan ekspor. Lemahnya kelembagaan, program,dan anggaran yang terfokus untuk pelaksanaan kerjasama perdagangan internasional dan penyesuaian hambatan/kendala akses pasar/ distribusi. 3 Pengembangan Logistik Nasional a. Penguatan implementasi kebijakan pengembangan sistem logistik nasional b. Peningkatan sertifikasi kompetensi sumber daya manusia logistik dalam menghadapi MEA. c. Peningkatan peranan perusahaan penyedia jasa logistik dalam Lemahnya peran ekonomi/market intelijen. Rendahnya dukungan terhadap kelembagaan INSW sebagai pelaksana debirokratisasi dan garda cross border trade yang berdasarkan ASEAN Agreement merupakan autoritas kompetensi fasilitasi perdagangan ASEAN. Big and Quick Wins kebijakan pengembangan sistem logistik nasional, yang menyangkut pengembangan infrastruktur pelabuhan, distribusi komoditi, SDM, penyedia jasa logistik, ICT, dan regulasi tidak menjadi prioritas K/L dan jaminan penyediaan anggarannya. Banyaknya kekangan regulasi di tingkat K/L yang menjadi hambatan/kendala pengembangan daya saing logistik nasional Kurangnya sosialisasi yang menegaskan bahwa kebijakan pengembangan sistem Asdep Pengembangan Logistik Nasional Perhubungan

22 pelaksanaan rantai pasok kegiatan ekonomi masyarakat. d. Pengembangan pusat logistik berikat. e. Peningkatan peranan pelabuhan hub laut internasional 4 Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha a. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri b. Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce). logistik nasional termasuk cetak birunya merupakan kegiatan antar koordinasi dan antar K/L serta stake holders swasta yang selama ini berada dibawah Tim Kerja Sislognas Kemenko Perekonomian. Lemahnya pengawasan pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri baik di tingkat K/L, Pemda, BUMN, BUMD, LKPP, dan BPKP. Tidak jelasnya pengertian produk dalam negeri dalam pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2014 dan UU No. 7 Tahun 2014 Asdep Penguatan Pasar Dalam Negeri dantertib Usaha Perdagangan dan KPPU 2019 c. Pengembangan Sistem Distribusi bahan pokok dan barang penting serta konektivitas pusat distribusi dan konsumsi pedesaan, perkotaan, dan pasar internasional. d. Pengembangan instrumen persaingan usaha untuk membentuk penguatan struktur pasar yang sehat (menghadapi MEA/Pilar ke-2). e. Pengawasan peredaran barang di pasar dalam negeri, sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan HAKI. 18

23 5 Pengembangan Kawasan Industri a. Peningkatan daya saing industri nasional, melalui kebijakan deregulasi dan debirokratisasi. b. Pelaksanaan sinergitas antara Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional/RIPIN dan strategi industrialisasi sektor padat karya, ekspor, dan new stars c. Membangun kapasitasdari industri (CASH_COW), d. Pemerataan dan penyebaran industri terutama di luar jawa melalui pelaksanaan kebijakan kawasan industri yang atraktif. e. Penguatan peranan Industri Kecil Menengah/IKM Besarnya dominasi perusahaan internasional atau MNC dalam pengaturan produksi dan segmentasi pasar yang didukung oleh liberalisasi perdagangan dalam konsep FTA. Longgarnya seleksi teknologi, permodalan, dan ketergantungan impor dalam investasi sektor industri. Lambatnya pembangunan basis kebutuhan industri seperti listrik, energi, infrastruktur, air, pengembangan SDM, tanah, konektivitas antar sumber bahan baku dan kegiatan industri. Kebijakan pengembangan industri lebih banyak terhadap pemberian insentif ketimbang terfokus pada rantai nilai. Tidak adanya intervensi Pemerintah dalam pengembangan kawasan industri sebagai bagian dari supply chain. Sedikitnya fasilitas yang mendukung daya saing IKM termasuk penyediaan bahan baku secara retail dan kredit serta pembiayaan yang murah dan mudah. Asdep Pengembangan Industri Perindustrian

24 III.4. Kerangka Kelembagaan Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor: 05 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, bahwa Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di bidang perniagaan dan industri yang berada dan bertanggung jawab kepada Menko Perekonomian dan mempunyai tugas: Menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Perniagaan dan Industri. Sedangkan fungsinya adalah sebagai berliku: Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri dengan fokus kegiatan peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar internasional; peningkatan investasi dan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP); pengembangan pasar tradisional; peningkatan konektivitas nasional. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perniagaan dan industri dengan fokus kegiatan peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar internasional; peningkatan investasi dan pelayanan terpadu satu pintu; pengembangan pasar tradisional; peningkatan konektivitas nasional. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan daya saing perniagaan dan industri di pasar internasional; bidang pelayanan terpadu satu pintu; pengembangan pasar tradisional; peningkatan konektivitas nasional. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menko Perekonomian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, berkoordinasi dengan: 1. Kementerian Keuangan; 2. Kementerian Perindustrian; 3. Kementerian Perdagangan; 4. Kementerian Pertanian; 5. Kementerian Kehutanan; 6. Kementerian Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah; 7. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Dan; 8. Instansi/Lembaga terkait lainnya. III.5 Struktur organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian nomor: 05 Tahun 2015 bahwa Deputi V Bidang koordinasi Perniagaan dan Industri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdiri dari: 20

25 a. Asisten Deputi Pengembangan Investasi; b. Asisten Deputi Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional; c. Asisten Deputi Pengembangan Logistik Nasional; d. Asisten Deputi Penguatan Pasar Dalam Negeri dan Tertib Usaha; e. Asisten Deputi Pengembangan Industri. A. SOP Deputi V Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kedeputian agar dapat berjalan efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan dilakukan dengan penyederhanaan dan pembakuan proses bisnis yang mengacu pada prinsip-prinsip berbasis akuntabilitas jabatan/pekerjaan, penyempurnaan/penyederhanaan proses kerja, transparansi, pemberian janji layanan dan berorientasi pada pemangku kepentingan (stakeholders). Upaya perbaikan yang dilakukan dalam penyederhanaan dan pembakuan proses bisnis adalah: 1. Menyusun Standar Operating Procedure (SOP) yang rinci dan menggambarkan setiap keluaran pekerjaan secara komprehensif. 2. Melakukan analisis dan evaluasi jabatan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai tugas yang dilakukan oleh setiap jabatan. 3. Melakukan analisis beban kerja untuk memperoleh informasi mengenai waktu dan jumlah pejabat yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Penyusunan SOP bertujuan untuk memperoleh suatu pedoman atau petunjuk prosedural bagi seluruh individu aparatur pemerintah dalam proses pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan yang ditetapkan secara tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, dimana, oleh siapa, dan merupakan proses yang paling efektif serta efisien untuk menghasilkan suatu output. SOP bermanfaat untuk menghindari terjadinya variasi dalam proses pelaksanaan, memberikan kepastian prosedur dan transparansi, memperjelas persyaratan dan target pekerjaan serta memberikan informasi dengan detail apa yang diharapkan organisasi untuk dilakukan oleh pegawai, sekaligus memberikan kepastian hukum serta rasa aman dalam bekerja. Tahapan penyusunan SOP merupakan suatu siklus yang terus menerus dilakukan untuk mendapatkan prosedur yang efektif dan efisien. Siklus tersebut melalui 4 tahapan, yaitu: analisis kebutuhan SOP, pengembangan SOP, penerapan SOP, serta monitoring dan evaluasi SOP. B. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebanyak 38 pegawai, dengan perincian sebagai berikut: 21

26 Tabel 3 Sumber Daya Manusia Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri No. Unit Kerja Golongan I II III IV Total 1. Deputi V Jumlah Kondisi sumber daya manusia pada Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berdasarkan formasi dan bezetting jabatan struktural: Tabel 4 Formasi dan Bezetting jabatan struktural Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri No. Jabatan Formasi Bezetting Usia < 50 th Usia > 50 th Jumlah 1. Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Jumlah

27 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN IV.1 IV.2 Target Kinerja Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri berdasarkan tugas dan fungsi organisasi bersifat manajerial yaitu menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Perniagaan dan Industri. Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri diwujudkan dari sasaran strategis yang disebut juga dengan namaoutcome (dampak). Kinerja outcomedeputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri merupakan cerminan dari berfungsinya kinerja - kinerja unit eselon II (hasil/output) yang ditunjukkan dengan meningkatnya pengelolaan rencana kerja dan kegiatan di bidang peniagaan dan industri secara optimal.meningkatnya pengelolaan kegiatan tersebut merupakan indikasi dari berfungsinya rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan oleh unit eselon II dilingkungan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri kepada Deputi V, sehinggamemacu aktivitas.oleh karena itu, keluaran (rekomendasi) yang ditetapkan unit eselon II tersebut merupakan identifikasi dan analisis kebutuhan pelanggan (customers) baik dari segi jumlah maupun jenis keluarannya.untuk mewujudkan keluaran (output) dimaksud,unit eselon II menugaskan unit eselon III sebagai pelaksana kegiatan. Unit eselon III mengupayakan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan menentukan tahapan proses kegiatan pelaksanaannya sesuai dengan waktu yang diharapkan. Kerangka Pendanaan Dengan reformasi perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja yang berorientasi pada keluaran dan hasil, serta mempertimbangkan sistem pembiayaan secara proporsional yang diilustrasikan dalam kerangka pengeluaran jangka menengah.dalam pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan fungsi, outcome, ouput hingga komponen. Perhitungan prediksi berdasarkan asumsi kegiatan rutinitas/tetap selama waktu 4 tahun kedepan (base line budget) denganmemperhitungkan asumsi inflasi serta dengan menggunakan tahun anggaran berjalan sebagai indeksnya. Kebijakan kerangka pengeluaran jangka menengah dimaksud merupakan antisipasi kebutuhan pembiayaan anggaran tahunan yang bersifat indikatif.adapun kerangka pengeluaran jangka menengah Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri TA adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran 1 pada Matriks Pendanaan dan Target Kinerja. 23

28 BAB V PENUTUP Rencana Strategis (Renstra) Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan IndustriKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, yang disusun selaras dengan Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun , dengan memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri. Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industritahun telah memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, beserta arah kebijakan dan strategi yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai rencana kerja yang telah ditetapkan. Rencana StrategisTahun tersebut disusun denganmemperhatikan kondisi kelembagaan dan sumber daya yang dimiliki setiap unit organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, dengan harapan dapat mendukung secara optimal terhadap upaya pencapaian rencana strategisyang telah ditetapkan. Keberhasilan pelaksanaan Renstra periode sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan, ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmen semua pimpinan dan staf di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode , akan dilakukan evaluasi secara periodik setiap akhir tahun anggaran dan apabila diperlukan akan dilakukan perubahan. Dengan tersusunnya Renstra Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan IndustriKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun ini, diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pada setiap unit kerja dilingkungan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri,sehingga dapat memaksimalkan peran Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industridalam upaya koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan bidang perekonomian. 24

29 Lampiran1 :Matrik Kinerja dan Pendanaan RENCANA KERJA DAN KERANGKA PENDANAAN KINERJA PAGU ANGGARAN DAN TARGET KINERJA OUTCOME 1: Terwujudnya Koordinasidan Sinkronisasi Kebijakan Perniagaan dan Industri Indikator Persentase (%) rekomendasi rancangan peraturan bidang perniagaan dan Industri yang diselesaikan. OUTPUT : Rekomendasi hasil Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perniagaan dan Industri Jumlah Rekomendasi Indikator Kebijakan Bidang Perniagaan dan Industri yang ditindaklanjuti AKTIVITAS : a. Koordinasi dan sinkronisasi b. Fokus Group Discussion (FGD) c. Workshop/Seminar d. Monitoring danevaluasi e. Telaahan/Kajian /Analisis f. Sosialisasi 85% 100% 90% 90% 90% 9,000,000 8,500,000 9,350,000 10,285,000 11,313,500 5 Rekomendasi 5 Rekomendasi 5 Rekomendasi 5 Rekomendasi 5 Rekomendasi OUTCOME 2: Terwujudnya Pengendalian Kebijakan di bidang Perniagaan dan Industri Persentase (%) rekomendasi kebijakan Indikator perniagaan dan Industri yang terimplementasi. OUTPUT Rekomendasi Kebijakan Perniagaan dan Industri Indikator Jumlahrekomendasi pengendalian Pelaksanaan kebijakan Perniagaan dan Industri yang ditindaklanjuti AKTIVITAS : a. Koordinasi dan Sinkronisasi b. Fokus Group Discussion (FGD) c. Workshop/Seminar d. Monitoring danevaluasi e. Telaahan/Kajian /Analisis 85% 90% 90% 90% 90% 6,000,000 5,300,000 5,830,000 6,413,000 7,054,300 4 Rekomendasi 6 Rekomendasi 6 Rekomendasi 6 Rekomendasi 6 Rekomendasi f. Sosialisasi 25

30 KINERJA PAGU ANGGARAN DAN TARGET KINERJA OUTCOME 3 : Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan peningkatan daya saing nasional 85% 90% 90% 90% 90% Indikator Persentase (%) rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing nasional yang terimplementasi OUTPUT Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing bidang Perniagaan dan Industri 3,000,000 3,200,000 3,520,000 3,872,000 4,259,200 Indikator Jumlahrekomendasi kebijakan peningkatan daya saing bidang Perniagaan dan Industri yang ditindaklanjuti 1 Rekomendasi 3 Rekomendasi 3 Rekomendasi 3 Rekomendasi 3 Rekomendasi AKTIVITAS : a. Koordinasi dan Sinkronisasi b. Fokus Group Discussion (FGD) c. Workshop/Seminar d. Monitoring danevaluasi e. Telaahan/Kajian /Analisis f. Sosialisasi INPUT a. Gedung dan fasilitas b. Sumber Daya Manusia c. Anggaran d. Data dan system informasi e. Operasional dan pemeliharaan (tata kelola) TOTAL PAGU ANGGARAN 18,000,000 17,000,000 18,700,000 20,570,000 22,627,000 26

31 RINCIAN KERANGKA PENDANAAN PER KEGIATAN Kode Kegiatan PrakiraanKebutuhan (juta Rupiah) 2015 PHLN+PDN PNBP+BLU SBSN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Koordinasi Kebijakan Pengembangan Investasi Koordinasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Fasilitasi Perdagangan Internasional 3, ,400 4,840 5,324 2, ,000 2,200 2,420 2, Koordinasi Kebijakan Pengembangan Logistik Nasional 5, ,500 4,950 5,445 5, Koordinasi Kebijakan Penguatan Pasar Dalam Negeri dantertib Usaha 2, ,000 2,200 2,420 2, Koordinasi Kebijakan Pengembangan Industri 2, ,000 2,200 2,420 2, Koordinasi Kebijakan Pengembangan dan Penerapan Sistem NSW dan Integrasi kedalam Sistem ASW 3, ,500 2,750 3,025 3,328 JUMLAH 18, ,000 18,700 20,570 22,627 27

Tingkat Kementerian dan Eselon I

Tingkat Kementerian dan Eselon I Tingkat Kementerian dan Eselon I IKU KEMENTERIAN 1 Presentase Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Yang Terimplementasi Definisi : Implementasi program-program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Manual Indikator Kinerja Utama 2016 Kumpulan manual Indikator Kinerja Utama teriri dari IKU tingkat Kementerian dan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama

Manual Indikator Kinerja Utama 2017 Manual Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indikator kinerja Target 2017 Ket Menjaga Target Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi : 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 2. PDB

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI DAFTAR ISI Kata Pengantar.. Daftar Isi Daftar Tabel Ringkasan Eksekutif... Halaman

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahun 2017

Rencana Kerja Tahun 2017 Rencana Kerja Tahun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian FORMULIR PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja OPD (Renja OPD) adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode satu tahun, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016 2016 Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP 39) Triwulan IV Tahun Anggaran 2016 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Iklim Usaha BPPI Kementerian Peran KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan Karunia-Nya, penyusunan

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri

Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun 2015 Kedeputian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Unit : Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri SS Indikator Kinerja Target

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut No.210, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Berusaha. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BIRO UMUM Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Telepon 021-3521974: Faksimile 021-3521985 Nomor : ND- NOTA DINAS /SET.M.EKON.3.3/08/2014

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/VI/2016 TENTANG PENDATAAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO)

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO) LAPORAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN BERDASARKAN SATUAN KERJA DAN UNIT KERJA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR S.D. 31 AGUSTUS 2014 (dalam rupiah) KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PAGU ANGGARAN 2 3 4

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

Strategi UKM Indonesia

Strategi UKM Indonesia Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun

Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA. Tahun Kopertis Wilayah III Jakarta RENSTRA Tahun 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembahasan isu-isu strategis dan analisis situasi dalam penyusunan rencana strategis (Renstra) Kopertis Wilayah

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1.Sejarah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada jaman orde baru terbentuk pada tanggal 25 Juli 1966

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia

Lebih terperinci

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel

Lebih terperinci