BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Ratna Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres Pengertian Stres Stres adalah salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupannya. Para ahli menyatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungan. Dengan kata lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres (Siagian, 2015). Menurut Hager (1999) dalam Waluyo (2015), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Peristiwa yang memunculkan stres dapat saja positif atau negatif. Sesuatu didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang menekan (stresful event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan oleh individu terhadapnya. Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan dan King, 1986 dalam Waluyo 2015). Menurut Cooper (1994) dalam Potter & Perry (2005) stres didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subjek. Stres juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang 10
2 11 dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Sedangkan menurut Widyastuti (2004) stres merupakan persepsi manusia terhadap situasi atau kondisi lingkungan. Dari beberapa pengertian stres tersebut dapat disimpulkan bahwa stres adalah keadaan yang bersifat internal atau eksternal dan persepsi terhadap situasi lingkungan berupa ketidakmampuan mengatasi ancaman baik mental, fisik, emosional dan spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan individu. Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan stres. Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stresor. Stresor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stresor internal (berasal dari dalam diri seseorang) atau eksternal (berasal dari luar diri seseorang (Potter & Perry, 2005). Sumber stres dapat berupa: biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Berhadapan dengan suatu stresor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terjadinya stres yang mengakibatkan gangguan karena stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan. Widyastuti (2004) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu: eustres dan distres. Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dalam tahap lanjut seperti terjadinya penyakit kardiovaskuler juga
3 12 konsekuensi organisasi berupa tingkat ketidakhadiran (absenteisme) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan kondisi fisik sampai dengan kematian Sumber Stres Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan sumber stres secara umum yaitu stresor internal dan eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (misalnya demam, kondisi kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah) dan stresor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang (misalnya prubahan suhu lingkungan, pekerjaan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, serta tekanan dari pasangan). Suatu keadaan dapat menimbulkan stres pada seseorang tapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Patton (1998) dalam Tarwaka (2010) perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi individu, faktor faktor tersebut antara lain : 1) Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetik, intelegensia, pendidikan, kebudayaan, status pernikahan dan lain-lain. 2) Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri, kecemasan dan lain-lain. 3) Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. 4) Strategi untuk menghadapi setiap stres yang muncul Tingkatan Stres Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
4 13 pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres dan mekanisme koping. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Dengan kata lain bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masingmasing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh persepsi dan respon yang berbeda terhadap stres tersebut. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stressfull. Sehingga respon terhadap stresor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu. Potter & Perry (2005) membagi tingkatan dalam stres menjadi tiga bagian, antara lain : 1) Situasi Stres Ringan Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas serta kritikan dari atasan. Kondisi ini berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. Stresor ini bukan resiko signifikan yang dapat menimbulkan gejala yang muncul akibat stres. Akan tetapi, stresor ringan dan banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko penyakit. 2) Situasi Stres Sedang Kondisi stres sedang berlangsung lebih lama, beberapa jam sampai beberapa hari. Jenis stresor yang dihadapi misalnya perselisihan dengan rekan kerja, anak yang sedang sakit, serta ketidakhadiran anggota keluarga dalam waktu yang lama.
5 14 3) Situasi Stres Berat Kondisi stres berat merupakan kondisi kronis yang belangsung lama, durasinya mulai beberapa minggu sampai beberapa tahun. Jenis stresor yang dihadapi misalnya, perselisihan perkawinan, kesulitan keuangan yang berkepanjangan, serta penyakit kronis. Semakin sering dan semakin lama situasi stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan. Menurut Amberg (1979) dalam Hawari (2001), bahwa tahapan stres sebagai berikut (Sunaryo, 2004) : 1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam. 2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai 3) Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak tertaur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu dan mudah jatuh pingsan 4) Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit
6 15 dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. 5) Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panic. 6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tandatanda, seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo serta pingsan atau collaps Stres Kerja Pengertian Stres Kerja Lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulan stres kerja. Bila ia sanggup mengatasi stresor kerja tersebut artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih fungsi organ tubuh mengakibatkan seseorang tidak lagi dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka ia disebut distres (Waluyo, 2015). NIOSH (1999) dalam Tarwaka (2010) mendefinisikan stres akibat kerja sebagai respon emosional dan fisik yang bersifat mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai kapabilitas, sumber daya atau keinginan pekerja. Sedangkan Widyastuti (2004) mengatakan bahwa tidak ada
7 16 pekerjaan yang bebas dari stres, karena setiap pekerjaan memiliki beberapa tingkat tantangan dan kesulitan sehingga seseorang yang mampu mempertahankan rasa pengendalian diri dalam lingkungan kerja akan menerima setiap urusan dalam pekerjaan sebagai tantangan dan bukan ancaman. Namun tidak semua orang memiliki pengendalian diri seperti ini, sehingga setiap urusan dalam pekerjaan dianggap sebagai ancaman dan bukan sebagai tantangan. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mengalami stres kerja Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja Penyebab stres di tempat kerja terdiri dari tiga kategori yaitu stresor fisik, psikofisik dan psikologis (Clark,1995 dan Wantoro, 1999 dalam Tarwaka, 2010). Selanjutnya menurut Cartwright, et al (1995) dalam Tarwaka (2010) penyebab stres akibat kerja dibedakan menjadi 6 kelompok penyebab, yaitu: 1) Faktor Intrinsik Pekerjaan Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, beban kerja berlebih, dan lain-lain. Beban kerja berlebih dapat dipengaruhi karena faktor tuntutan tugas yang bersifat fisik (misalnya kuantitas pekerjaan) maupun mental yang lebih menitikberatkan pada pekerjaan otak dan ketrampilan yang dimiliki serta irama pekerjaan. 2) Faktor Peran Individu dalam Organisasi Kerja Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi dibanding dengan beban kerja fisik. Karasek, et al (1988) dalam suatu penelitian tentang stres akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi
8 17 dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan, mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang tinggi. 3) Faktor Hubungan Kerja Kualitas hubungan yang kurang baik antara pekerja, atasan maupun kolega di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stres. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stres akibat kerja. 4) Faktor Pengembangan Karir Faktor pengembangan karir yang dapat memicu stres adalah ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja, promosi berlebihan atau kurang, promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan individu. 5) Faktor Struktur Organisasi dan Suasana Kerja Penyebab stres yang berhubungan dengan struktur organisasi dan model manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain kurangnya pendekatan paartisipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu seringkali pemilihan dan penempatan pekerja pada posisi yang tidak tepat juga dapat menyebabkan stres. 6) Faktor di Luar Pekerjaan Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) juga dapat menyebabkan stres. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stres
9 18 yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja. Menurut Greenberg (2002) faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja meliputi kombinasi dari : 1) Faktor Pekerjaan yang Bersumber Pada Pekerjaan, terdiri dari : a) Sumber intrinsik pekerjaan termasuk tuntutan fisik meliputi bising, vibrasi, higiene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup kerja shift/kerja malam, beban kerja, kondisi kerja yang sedikit menggunakan aktivitas fisik, waktu kerja yang menekan, dan resiko pekerjaan yang berbahaya. b) Peran dalam organisasi. Peran yang merupakan pembangkit stres, meliputi peran yang ambigu, konflik peran, tanggung jawab kepada orang lain, konflik batasan reorganisasi baik secara internal maupun eksternal. c) Perkembangan karir, terdiri dari promosi ke jenjang yang lebih tinggi atau penurunan tingkat, tingkat keamanan kerja yang kurang, ambisi perkembangan karir yang terhambat. d) Hubungan interpersonal di tempat kerja. Meliputi kurangnya hubungan interpersonal dengan pimpinan, tim kerja (dokter, rekan sekerja, pasien dan keluarganya) atau dengan bawahan serta kesulitan mendelegasikan tanggungjawab. e) Pengawasan atasan. Kurangnya pengawasan dari supervisor, kepala ruangan atau pengawasan dari managemen keperawatan yang lebih tinggi dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya stres perawat (NIOSH, 2008).
10 19 2) Faktor Stres Kerja yang Bersumber pada Individu Diantaranya adalah tingkat kecemasan, toleransi terhadap hal yang ambigu/ketidakjelasan, pola tingkah laku tipe A. 3) Faktor Stres Kerja yang Bersumber pada Individu di Luar Organisasi Mencakup segala unsur kehidupan yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja dalam suatu oraganisasi sehingga memberi tekanan pada individu seperti masalah keluarga, kesulitan finansial, peristiwa krisis dalam hidup Stres Perawat Psikiatri Perawat dalam melaksanakan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, selalu berhubungan langsung dengan pasien dengan berbagai macam keluhan, jenis penyakit, karakter, budaya, latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi yang berbeda-beda sehingga dapat menyebabkan stres bagi perawat. Beberapa studi meneliti bahwa stres perawat berbeda menurut sub spesialisasinya, dan beberapa studi menggunakan instrumen penilaian stres (stres assessment instrumen) yang valid digunakan pada perawat umum namun tidak valid digunakan pada perawat psikiatri (Konstantinos & Christina, 2008). Menurut penelitian Konstantinos & Christina, (2008), faktor penyebab stres kerja perawat psikiatri adalah karakteristik negatif pasien, hubungan interpersonal baik dengan atasan, dokter, maupun sesama perawat dan manajemen organisasi. Pasien dengan resiko kekerasan merupakan penyebab stres yang paling sering pada perawat psikiatri, pasien dapat bertindak agresif, mengancam atau bertindak kejam, serta melakukan perilaku yang dapat menimbulkan cedera fisik atau psikologis pada orang
11 20 lain atau menimbulkan kerusakan harta benda selain itu kurangnya dukungan dari manajemen juga merupakan sumber stres bagi perawat psikiatri. Dawson, dkk (2005) juga yang mengungkapkan bahwa kekerasan merupakan masalah yang sering terjadi diruang perawatan psikiatri akut dan intensif. Perawat beresiko mengalami perilaku kekerasan yang dilakukan pasien baik berupa kekerasan verbal, fisik dan pasif. Kekerasan verbal yang dialami dapat berupa ancaman, kata kata kasar, ejekan, hinaan ataupun makian, secara fisik berupa penyerangan dan pemukulan, dan secara pasif seperti menolak minum obat, makan dan minum. Dalam jurnal tentang tingkat stres perawat psikiatri (Yada, dkk, 2011) disebutkan bahwa penyebab stres pada perawat psikiatri adalah kemampuan interpersonal perawat, sikap pasien, sikap atasan, kolaborasi/komunikasi. Perilaku kekerasan dari pasien merupakan penyebab stres paling sering bagi perawat psikiatri. Penelitian yang dilakukan Ulfah (2011) yang berjudul tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011 menunjukan bahwa didapati perawat dengan tidak ada stres kerja ada 18,8%, perawat dengan stres kerja ringan ada 64, 1 % dan perawat dengan stres sedang ada 17, 1 %. Faktor-faktor penyebab stres kerja diantaranya jenis kelamin, usia, masa kerja, beban kerja dan jumlah pasien dirawat perminggu Penelitian Ratnaningrum (2012) mengenai tingkat stres perawat di ruang psikiatri akut Rumah Sakit DR.H.Marzoeki Mahdi Bogor menyatakan bahwa 20 dari 30 perawat mengalami stres rendah dan sisanya mengalami stres sedang. Faktorfaktor yang menyebabkan stres perawat adalah masalah dalam merawat pasien, hubungan interpersonal, peran atasan, masalah dengan keluarga pasien dan masalah manajemen rumah sakit.
12 21 Menurut penelitian yang dilakuakan Aiska (2014) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat stres kerja perawat di RS Jiwa Grhasia Yogyakarta menunjukan rata-rata perawat mengalami stres kerja sedang sebanyak 63 orang (60,0 %) dan 40 % adalah stres ringan, dan faktor yang berpengaruh signifikan pada tingkat stres kerja adalah faktor umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, masa kerja, dan beban kerja. Berdasarkan beberapa penelitian diatas peneliti menyimpulkan bahwa penyebab stres pada perawat di ruang psikiatri disebabkan karena beban kerja, resiko pekerjaan (resiko kekerasan dari pasien), lingkungan kerja, hubungan interpersonal baik dengan rekan kerja, atasan, dan kolega serta dikaitkan dengan karakteristik demografi individu. Berikut akan dijelaskan masing-masing faktor : 1) Karakteristik Individu a) Umur Potter & Perry (2005), membagi masa dewasa menjadi masa dewasa menjadi masa dewasa awal (20-34 tahun), dewasa tengah (35 65 tahun) dan dewasa akhir (65-70 tahun sampai kematian). Usia tahun dikategorikan sebagai masa dewasa awal dan transisi dewasa tengah, dimana pada usia dewasa awal seseorang mulai berpisah dengan keluarga, mulai bekerja, masa transisi menjadi dewasa tengah ditandai lebih peduli dengan perubahan yang berhubungan dengan reproduksi sehingga pada usia ini biasanya seseorang telah menikah, bekerja dan memiliki anak. Menurut teori yang dikemukakan Dessler (2004), usia produktif adalah tahun yang pada usia ini seseorang sedang memilih pekerjaan yang sesuai dengan karir individu tersebut dan puncak karir dicapai pada usia 40 tahun. Pada masa ini seseorang dapat mengalami stres berkaitan dengan
13 22 masalah perkawinan, pekerjaan dan pengasuhan anak. Umur berhubungan dengan tingkat pemahaman seseorang terhadap pemikiran yang matang. Pekerja dengan umur lebih tua akan semakin mampu menunjukan kematangan jiwa, dalam arti semakin bijaksana, semakin mampu berpikir rasional, semakin mampu mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda darinya dan semakin dapat menunjukan kematangan intelektual dan psikologinya. Handoko (2014) juga menyatakan bahwa semakin tua umur karyawan, maka kepuasan kerjanya akan semakin tinggi. Karyawan yang memperoleh kepuasan kerja akan mencapai kematangan psikologis dan menurunkan resiko terjadinya stres kerja. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Russeng, dkk (2007) menunjukan bahwa stres pada perawat yang berumur dibawah 40 tahun lebih banyak mengalami stres daripada perawat yang berumur ditas 40 tahun. Penelitian Aiska (2014) menyatakan terdapat hubungan antara usia dan stres kerja pada perawat dimana responden yang berusia tahun lebih rentan mengalami stres kerja. b) Jenis Kelamin Menurut Brizendine (2007) keadaan hormonal antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu hal penting dalam penyesuaian diri pada kondisi fisik dan psikis. Hormon testosteron dan progesteron diduga mempengaruhi peningkatan agresifitas sehingga laki-laki cenderung stabil ketika beraktivitas, sedangkan hormon estrogen diduga mempengaruhi psikis dan perasaan perempuan pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu ini akan berpengaruh secara psikis terhadap perilaku perempuan dalam menyelesaikan
14 23 permasalahan yang dihadapi. Hal ini mempengaruhi kecenderungan stres perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Russeng, dkk (2007) faktor individu jenis kelamin menunjukan bahwa kecenderungan perempuan untuk mengalami stres kerja lebih besar dari laki-laki. Tuntutan peran ganda umumnya dialami perempuan yang melibatkan diri dalam lingkungan organisasi, yaitu sebagai wanita karir dan ibu rumah tangga sehingga lebih rentan mengalami stres. Tuntutan pekerjaan, rumah tangga dan ekonomi berpotensi menyebabkan wanita karir rentan mengalami stres (Anitawidanti, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aiska (2014) yang menunjukan perawat perempuan memiliki tingkat stres lebih tinggi daripada perawat lakilaki. c) Masa Kerja Cooper dalam Munandar (2014) yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah masa kerja, baik masa kerja yang sebentar ataupun lama dapat menjadi pemicu terjadinya stres dan diperberat dengan adanya beban kerja yang besar. Pekerja yang bekerja <5 tahun dapat mengalami stres kerja karena belum bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Selain itu minimnya pengalaman dan menghadapi berbagai masalah pasien serta ditambah dengan beban kerja yang besar maka mengakibatkan mereka mengalami stres kerja. Sedangkan pekerja yang telah bekerja diatas 5 tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih daripada pekerja yang baru
15 24 bekerja. Sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja (Munandar, 2014). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gobel, dkk (2014) yang menyatakan tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja perawat. d) Tingkat Pendidikan Dilihat dari faktor tingkat pendidikan, orang-orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi mendapat jenjang karir yang lebih tinggi pula dan cenderung lebih mendapat kepuasan kerja. Mereka bisa memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman, dan pekerjaan-pekerjaan mereka memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang mereka punyai. Karyawan yang terampil cenderung memperoleh kepuasan kerja lebih besar sehingga resiko mengalami stres akan lebih rendah. (Handoko, 2014). Dalam penelitian Aiska (2014) perawat tingkat pendidikan D3 memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada yang berpendidikan S1. Perawat dengan tingkat pendidikan diploma lebih mudah terpapar stres dibandingkan perawat yang pendidikannya lebih tinggi (Golubic, dkk, 2009). e) Status Pernikahan Pekerja yang telah berstatus menikah terutama yang berjenis kelamin perempuan akan memiliki peran ganda yaitu dalam pekerjaannya dan rumah tangga. Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki akan memiliki beban dan kewajiban yang lebih besar bila telah berkeluarga sehingga laki-laki dituntut untuk bekerja lebih keras sehingga kecenderungan terjadinya stres semakin besar (Russeng, dkk, 2007). Dalam Tarwaka (2010) juga disebutkan salah
16 25 satu pencetus stres adalah masalah dalam keluarga yang kemungkinan besar akan terbawa ke lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian Aiska (2014) yang menunjukan perawat dengan status menikah memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding yang belum menikah. 2) Faktor Intrinsik Pekerjaan a) Beban Kerja Secara umum beban kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, kuantitas pekerjaan, tanggungjawab terhadap pekerjaan, pelimpahan tugas, waktu kerja dan irama kerja. Apabila tidak ada tekanan atau ketegangan yang berlebihan baik secara fisik maupun mental, maka tingkat intensitas pembebanan kerja optimum dapat dicapai. Pembebanan kerja berlebih dapat memicu terjadinya stres kerja (Tarwaka, 2010). NIOSH (2008) menyatakan bahwa beban kerja merupakan salah satu tuntutan tugas yang menjadi stresor dalam pekerjaan. Pekerja yang mendapatkan porsi pekerjaan terlalu sedikit atau ringan, dibandingkan pekerja lain akan menyebabkan pekerja tersebut kurang memiliki tantangan terhadap kemampuannya, maupun terhadap kepuasan dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebaliknya pekerja dengan beban kerja yang berlebihan baik dari segi aspek jumlah atau tingkat kesulitan dalam pekerjaan tersebut akan membebani kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaan (Munandar, 2014). Beban kerja berlebih dapat dipengaruhi karena faktor tuntutan tugas
17 26 yang bersifat fisik (misalnya kuantitas pekerjaan) maupun mental yang lebih menitikberatkan pada pekerjaan otak dan ketrampilan yang dimiliki serta irama pekerjaan. (Tarwaka, 2010). Munandar (2014) juga menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah beban kerja. Dimana semakin berat beban kerja sehingga melampaui kapasitas kerja akan menurunkan efisiensi dan produktivitas kerja bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. (Tarwaka, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Aiska (2014) menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat, dimana semakin berat beban kerjanya maka stres kerja yang dialami semakin meningkat. b) Resiko Pekerjaan Tarwaka (2010) menyebutkan bahwa pekerjaan yang beresiko tinggi dan berbahaya merupakan salah satu faktor penyebab stres kerja. Perawat jiwa beresiko mengalami perilaku kekerasan yang dilakukan pasien baik berupa kekerasan verbal, fisik dan pasif. Kekerasan verbal yang dialami dapat berupa ancaman, kata kata kasar, ejekan, hinaan ataupun makian, secara fisik berupa penyerangan dan pemukulan, dan secara pasif seperti menolak minum obat, makan dan minum. Hal ini menjadi salah satu penyebab stres paling sering pada perawat psikiatri (Dawson, dkk, 2005). Dawkins, et all, 1985 yang melakukan penelitian pada rumah sakit jiwa, yang dikutip Konstantinos dan Christina (2008) menyatakan bahwa ancaman kekerasan secara fisik merupakan situasi yang very stressfull bagi perawat, pasien dapat bertindak agresif, mengancam atau bertindak kejam,
18 27 serta melakukan perilaku yang dapat menimbulkan cedera fisik atau psikologis pada orang lain atau menimbulkan kerusakan harta benda. Dalam jurnal tentang tingkat stres perawat psikiatri (Yada, dkk, 2011) disebutkan bahwa penyebab stres pada perawat psikiatri adalah kemampuan interpersonal perawat, sikap pasien, sikap atasan, kolaborasi/komunikasi. Perilaku kekerasan dari pasien merupakan penyebab stres paling sering bagi perawat psikiatri. Hal ini sejalan dengan penelitian Ratnaningrum (2012) yang menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan stres kerja perawat adalah masalah dalam merawat pasien karena mengalami resiko kekerasan. c) Lingkungan Pekerjaan Kondisi lingkungan kerja berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya misalnya suhu udara, kebisingan, kelengkapan fasilitas penunjang, karena beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan yang kondusif dapat meningkatkan motivasi kerja dan menurunkan potensi stres kerja (Tarwaka, 2010 dan Widyastuti, 2004) Hal ini sesuai dengan penelitian Siringoringo (2014) yang menyatakan perawat yang memiliki suasana lingkungan kerja yang tidak menunjang cenderung mengalami stres kerja yang lebih berat. 3) Faktor Ekstrinsik Pekerjaan a) Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal yang buruk merupakan salah satu penyebab terjadinya stres kerja pada perawat (NIOSH, 2008). Hubungan interpersonal yang kurang baik dengan sesama perawat, tim kesehatan yang lain serta
19 28 dengan keluarga pasien dapat memicu timbulnya stres perawat, dan sebaliknya hubungan yang baik antara ketiganya merupakan faktor dukungan bagi perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan dengan baik. Penelitian Konstantinos dan Christina (2008) mengungkapkan bahwa berbagai faktor yang mempengaruhi stres dan kepuasan kerja perawat kesehatan mental diantaranya adalah kepemimpinan klinis, kualitas hubungan antarprofesional, serta kolaborasi antara perawat dan dokter. Dalam hubungan interpersonal komunikasi memiliki peranan yang sangat penting. Komunikasi menjembatani interaksi antar individu. Interaksi antar individu selalu melibatkan harapan-harapan dari tiap individu tersebut. Melalui proses komunikasilah harapan tersebut disampaikan. Ide atau gagasan tiap orang disampaikan juga melalui komunikasi. Komunikasi yang baik akan mempermudah memahami harapan dan keinginan orang lain yang pada akhirnya akan mencegah terjadinya kesalahpahaman dan konflik. (Russeng, 2007) b) Pengawasan Atasan Dalam lingkungan kerja atasan sangat berperan dalam menciptakan suasana di lingkungan pekerjaan. Atasan yang baik akan menciptakan suasana yang kondusif sehingga staf dapat bekerja dengan optimal. Dalam konteks organisasi ruang perawatan, kepala ruangan adalah manajer tingkat pertama yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam suatu ruang rawat dengan memberdayakan staf perawat dibawah tanggung jawabnya. Salah satu tugas manajerial kepala ruangan adalah melakukan pengarahan untuk membimbing bawahan yang mengalami
20 29 kesulitan dalam melaksanakan tugasnya sehingga kesulitan dalam pelaksanaan tugas dapat diminimalkan (Nursalam, 2011). National Institute for Occupational Safety & Health menyebutkan bahwa kurangnya kontrol dalam tugas (supervise) dari atasan (khususnya pengawasan dari supervisor, kepala ruangan atau pengawasan dari manajemen keperawatan yang lebih tinggi) dapat menjadi salah satu penyebab dan memicu terjadinya stres kerja bagi perawat (NIOSH, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Konstantinos dan Christina (2008) yang menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi stres dan kepuasan kerja perawat kesehatan mental di antaranya adalah kepemimpinan klinis, yaitu kurangnya dukungan dari supervisor baik dalam sikap maupun keterlibatan dalam perawatan pasien. Kurangnya reinforcement atau support pada staf juga merupakan masalah dalam kepemimpinan klinis ini yang dapat berakibat stres Dampak Stres Kerja Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan tinggi, frustasi dan sebagainya (Rice, 1999 dalam Waluyo, 2015). Terry Beehr dan John Newman dalam Rice (1999) dalam Waluyo (2015) menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu : 1) Gejala Psikologis Kecemasan, ketegangan, kebingungan, dan mudah tersinggung, perasaan frustasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan hiperaktivitas,
21 30 memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi, komunikasi yang tidak efektif, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, menurunnya rasa percaya diri. 2) Gejala Fisiologis Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh : adrenalin dan nonadrenalin), gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome), gangguan pernapasan, gangguan pada kulit, sakit kepala, berkeringat, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk resiko tinggi kemungkinan terkena kanker. 3) Gejala Perilaku Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas, kesulitan memberi ide yang kreatif dan inovatif, meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku sabotase dalam pekerjaan, gangguan tidur, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalism, dan kriminalitas, menurunnya kualitas
22 31 hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Bagi perusahaan konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya absensi, menurunnya tingkat produktivitas dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick, 1984; Robbins, 1993 dalam Waluyo, 2015) Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja. Kemampuan mengatasi stres yang dihadapi tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut. Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa yang dikenal dengan burnout, yaitu suatu kondisi mental dan emosional serta kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi yang akan berdampak negatif pada prestasi kerja (Siagian, 2015). Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres. Bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan prestasi kerja cenderung menurun tetapi bila stres menjadi terlalu besar dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan sehingga prestasi kerja akan menurun (Handoko, 2014). Perawat yang mengalami stres akan mengalami konflik dalam dirinya, ketidakmampuannya dalam mengatasi masalah itu bisa digambarkan dengan bolos dari pekerjaan atau mangkir dan mengambil cuti secara mendadak. Kekerasan dan pelecehan yang diarahkan pada perawat dari pasien dapat menyebabkan cedera fisik, mempengaruhi emosional, sehingga akan menyebabkan stres, pasca trauma, kinerja
23 32 yang buruk, penurunan kepuasan kerja dan penghindaran terhadap pasien (Konstantinos dan Christina, 2008). Dampak dari perawat yang mengalami stres adalah tidak masuk kerja, mengambil cuti yang tidak direncanakan yang hasil akhirnya akan meningkatkan biaya kesehatan, penurunan produktivitas, penurunan semangat kerja dan penurunan kualitas perawat pasien. Begitu besar dampak yang ditimbulkan dari stres yang dialami oleh perawat melalui dari dampak terhadap individu yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit akibat stres, kerugian pada instansi tempat bekerja, dan bagi konsumen yang dalam hal ini adalah pasien, sehingga akan lebih baik mencegah atau mengurangi resiko terjadinya stres akibat kerja sehingga perawat akan mempunyai kehidupan yang lebih sehat, instansi akan memperoleh produktivitas kerja yang optimal dan pasien konsumen mendapatkan pelayanan yang berkualitas Pengukuran Stres Kerja Ivancevich, J.M dan Ganster, D.C (2014) mengemukakan beberapa teknik pengukuran stres yang digolongkan sebagai berikut : 1) Self Report Measure Mengukur stres kerja dengan menanyakan melalui kuesienor tentang intensitas pengalaman psikologi, fisiologi dan perubahan fisik yang dialami dalam peristiwa kehidupan seseorang (live event scale). Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan seberapa sering individu mengalami situasi yang menyebabkan stres dan apa yang dirasakannya ketika mengalami kejadian yang membuat stres.
24 33 2) Performance Measure Mengukur stres kerja dengan melihat atau mengobservasi perubahan perilaku yang ditampilkan seseorang, misalnya perubahan prestasi kerja yang menurun yang tampak dengan gejala cenderung berbuat salah, cepat lupa, kurang perhatia terhadap detail dan meningkatkan waktu relaksasi. 3) Physiological Measure Melihat perubahan yang terjadi pada fisik seperti tekanan darah, ketegangan otot, bahu, leher pundak dan sebagainnya cara ini dianggap yang paling tinggi reliabilitasnya namun kelemahannya adalah tergantung pada alat ukur yang dipakai. 4) Biochemical Measure Pengukuran stres dengan melihat respon biokimia melalui perubahan hormon katakolamin dan kortikostreroid setelah pemberian stimulasi. Cara ini dianggap mempunyai reliabilitas yang paling tinggi, namun kelemahan adalah jika responden adalah perokok, minum alkohol dan kopi, karena akan meningkatkan kedua hormon tersebut Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan kerangka teori yang diadaptasi dan dikembangkan dari berbagai teori mengenai stres kerja. Di tempat kerja terdapat berbagai faktor penyebab stres kerja yang dibedakan mejadi faktor instrinsik, ekstrinsik dan individu. Ketika terjadi stres kerja maka akan memperlihatkan beberapa gejala stres yakni gejala fisik, emosi dan perilaku. Stres yang diakibatkan oleh pekerjaan dapat diukur menggunakan instrument pengukuran stres kerja yang terdiri dari self report measure, performance measure, physiological measure, dan
25 34 biochemical measure sehingga dapat melihat tingkat stres kerja yang dialami yakni stres ringan, stres sedang, stres berat. Faktor intrinsik pekerjaan Keadaan lingkungan kerja Beban kerja & rutinitas kerja Resiko pekerjaan Faktor ekstrinsik pekerjaan a. Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Peran yang ambigu Konflik peran Partisipasi yang rendah dalam pengambilan keputusan b. Faktor hubungan interpersonal Hubungan yang kurang baik antara pekerja, atasan, kolega c. Faktor pengembangan karier Promosi berlebihan Promosi yang kurang Ketidakpastian pekerjaan d. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja Pengawasan atasan Kebijakan perusahaan Efektifitas konsultasi yang buruk Gejala Stres Kerja Gejala Fisik Gejala Emosi Gejala Perilaku Pengukuran Stres Kerja Self Report Measure Performance Measure Physiological Measure Biochemical Measure Stres Kerja Ringan Sedang Berat Faktor Individual Karakteristik demografi individu (Umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, masa kerja) Tingkat kecemasan Toleransi ambiguitas Pola prilaku tipe A Masalah keluarga Krisis Kesulitan keuangan,dll (Sumber : diadaptasi dari Tarwaka (2010),Perry &Potter (2005),Greenberg (2002), Ivancevich, J.M dan Ganster,D.C (2014),Waluyo (2015),NIOSH (2008) telah diolah kembali ) Gambar 2.1. Kerangka Teori
26 Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat dari Berbagai Penelitian Penelitian tentang tingkat stres kerja perawat IGD dan ruang rawat inap di RSJ Provinsi Bali belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang berhubungan yang dapat menunjang penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan Aiska (2014) yang berjudul Analisis faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat stres kerja perawat di RS Jiwa Grhasia Yogyakarta. Sampel yang diambil adalah perawat pelaksana dengan menggunakan rancangan crosssectional, analisis data univariat dan bivariat. Hasilnya adalah sebanyak 60 % perawat mengalami stres sedang dan faktor yang paling berpengaruh terhadap stres perawat adalah beban kerja. Penelitian Ratnaningrum (2012) yang berjudul Tingkat stres pada perawat di ruang psikiatri akut Rumah Sakit DR.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Sampel penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang psikiatri akut dengan menggunakan rancangan deskriptif crossectional. Hasilnya adalah perawat mengalami stres kerja yang rendah sebanyak 66,6 % dan digambarkan tingkat stres perawat berdasarkan faktor penyebab stres yang berasal dari aktivitas merawat pasien, hubungan interpersonal, masalah dengan keluarga pasien, pengawsan atasan dan peran organisasi. Penelitian Muthmainah (2012) yang berjudul Faktor-faktor penyebab stres kerja di ruangan ICU pelayanan jantung terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sampel penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruangan ICU pelayanan jantung terpadu dengan menggunakan rancangan deskriptif crosssectional. Hasilnya adalah perawat yang mengalami stres kerja ringan sebanyak 60,7% dan yang mengalami stres kerja sedang sebanyak 39,3 %. Hasilnya juga menggambarkan faktor-faktor penyebab stres kerja yang berasal dari intrinsik pekerjaan (Beban kerja, rutinitas pekerjaan dan suasana lingkungan kerja), ekstrinsik pekerjaan (hubungan
27 36 interpersonal perawat, pengembangan karir, peran dalam organisasi dan pengawasan atasan), dan faktor individu (Masalah keluarga, masalah ekonomi dan tipe kepribadian). Penelitian Ulfah (2011) yang berjudul Tingkat stres kerja pada perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun Sampel penelitian ini adalah perawat pelaksana di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara dengan rancangan deskriptif cross sectional. Hasilnya adalah perawat mengalami stres ringan sebanyak 64,1 % dan stres sedang sebanyak 17,1 %. Hasil juga menggambarkan tingkat stres kerja perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin, usia perawat, masa kerja, beban kerja, jumlah pasien yang dirawat perminggu.
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi atau organisasi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang luas dan menyeluruh, padat pakar dan padat modal. Rumah sakit melaksanakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Beban Kerja 1.1 Defenisi Beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja
BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Terapi Murotal Al Quran a. Pengertian Al Quran Al Quran adalah kitab agama dan hidayah yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW untuk membimbing segenap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. STRES 2.1.1. Pengertian Stres Stres adalah suatu kondisi yang dialami manusia selama hidupnya, dan dalam setiap kegiatan manusia berupa tekanan mental,yang dapat mengganggu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi seperti ini, bekerja bukan hanya menjadi kemauan tetapi menjadi sebuah tuntutan. Bekerja hakekatnya merupakan bagian dari hidup manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan pasien selama 24 jam. Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
Lebih terperinciOleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stress tersebut.
Stres Kerja Stress Kerja Oleh Jacinta F. Rini, MSi. Team e-psikologi.com Jakarta, 1 Maret 2002 Perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Luthans (Yulianti, 2000) mengemukakan bahwa :
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Stres Kerja 2.1.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Luthans (Yulianti, 2000) mengemukakan bahwa : Stres sebagai suatu tanggapan
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )
STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu tempat pelayanan yang beroperasi 24 jam di mana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem
Lebih terperinciFRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI
FRUSTRASI & STRESS LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Mampu membedakan antara frustrasi dan stress Mengerti gejala stress Mampu menjelaskan terjadinya stress Menguraikan cara-cara mengatasi stress
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan suatu organisasi. Ketika sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia berfungsi sebagai penggerak atau motor dari sebuah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam
74 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi 1) gambaran umum lokasi penelitian, 2) data demografi responden, 3) data khusus mengenai variabel yang diukur yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres Fincham dan Rhodes dalam Munandar (2008) mengasumsikan bahwa stres dapat disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan karena adaptasi seseorang pada lingkungan. Stres kerja didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah satu sistem, yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok orang untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi karyawan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan unjuk kerjanya, karyawan mendapatkan imbalan yang berdampak pada
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek Konstruksi adalah kegiatan yang hanya satu kali terjadi, berdurasi waktu terbatas dan merupakan proses dalam mengolah sumber daya proyek. Proyek Konstruksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. non-spesifik yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres 1.1. Defenisi Stres Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman atau tuntutan non-spesifik yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia. Stres
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 2 ayat 1 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal tersebut mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung mengalami stres apabila ia kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Stres 2.1.1 Pengertian Menurut Hawari (2001), stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Komitmen Organisasi. karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya,
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan seorang karyawan memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian non-eksperimental, menurut
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian non-eksperimental, menurut Kerlinger (199), jenis penelitian ini merupakan telaah empiris sistematis, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Stres Kerja. adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Stres Kerja 1. Pengertian stres kerja Menurut Ivancevich dan Matteson (1980) stres kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia tentunya sangat berperan dalam suatu perusahaan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan siap pakai untuk mendukung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang.
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempat kerja yang sehat dan aman merupakan hal yang diinginkan oleh pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah satu diantaranya diwujudkan dalam aktifitas kerja, oleh karena itu manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
KUESIONER PENENTUAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RSJD PROP. SUMATERA UTARA 2010 Berilah tanda X pada nilai yang saudara pilih!! Nilai 0 : Tidak pernah sama sekali 1 : Kadang-kadang 2 : Cukup sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan pada pasien-pasiennya. Sumber daya manusia atau tenaga kerja di. kerja rendah maka pelayanan rumah sakit pun juga rendah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, mendorong perempuan berperan aktif dalam sektor publik. Sumbangan wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Menurut Robbins (2003) stres menunjukkan suatu kondisi dinamika yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. stres, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Stres Kerja Stres adalah merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik sehingga banyak pakar berbeda pendapat dalam memberikan defenisi tentang stres, walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan informasi, perubahaan selera pasar, perubahan demografi, fluktuasi ekonomi dan kondisi dinamis lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan merupakan profesi yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut
Lebih terperinciINTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN
INTERVENSI ORGANISASI PADA MASALAH KESEHATAN KERJA KARYAWAN By Zulkarnain Masalah Kesehatan Mental Kecemasan Depresi Kecemasan Kecemasan merupakan suatu gangguan yang biasa didapati pada pekerja. Dilaporkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada kenyataannya peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital. Dewasa ini, perawat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan
Lebih terperinciPerbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries
Perbedaan Stres Kerja Antara Pekerja Shift I Dan Shift III Bagian Produksi Di PT. Nusantara Building Industries *) **) Findi Purbonani *), Daru Lestantyo **), Ida Wahyuni **) Mahasiswa Bagian Peminatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORETIS
33 BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Henny (2007) melakukan penelitian dengan judul " Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia
Lebih terperinciSTRESS DALAM PEKERJAAN. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja
STRESS DALAM PEKERJAAN Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Kedokteran Komunitas/Keluarga FKIK Unja Definisi STRESS?? Tekanan adalah kekuatan atau perangsang yang menekan individu yang menimbulkan tanggapan
Lebih terperinciBisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK
FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres kerja adalah respon psikologis individu terhadap tuntutan di tempat kerja yang menuntut seseorang untuk beradaptasi dalam mengatasi tuntutan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki peranan penting sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Keberhasilan suatu rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam dunia kerja, seperti halnya di intansi Rumah Sakit terdapat beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara terus menerus selama 24 jam. Pekerjaan ini membutuhkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciPERBEDAAN STRES KERJA DAN KUALITAS KOMUNIKASI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN
PERBEDAAN STRES KERJA DAN KUALITAS KOMUNIKASI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Meraih Gelar S1 Psikologi Oleh : Herlin Puji Hastuti F 100 040 278 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.
Lebih terperinciKUESIONER. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di IGD RSAB Harapan Kita
KUESIONER Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di IGD RSAB Harapan Kita Mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjawab kuesioner ini. Kuesioner ini dibuat untuk kepentingan skripsi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai standar yang
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual BAB 3 KERANGKA PENELITIAN Kerangka penelitian menggambarkan stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)
ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO Arief Fardiansyah 1 *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciAda sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari
TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap
Lebih terperinci