TINJAUAN PUSTAKA. Nama Azolla berasal dari bahasa Yunani azo (mengering) dan allyo
|
|
- Sonny Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Azolla sp. Nama Azolla berasal dari bahasa Yunani azo (mengering) dan allyo (membunuh) berarti tanaman yang mati ketika mengering. Genus Azolla dikemukakan oleh J. B. Lamark di awal 1783 (Svenson, 1944 diacu oleh Raja dkk., 2012) ditempatkan di famili Salvinaceae dari ordo Salviniales. Namun para taksonom sekarang telah menempatkannya pada famili Azollaceae (Konar dan Kapoor, 1972 diacu oleh Raja dkk., 2012). Berdasarkan Integrated Taxonomic Information System (2012), Azolla microphylla memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division Class Order Family Genus Species : Tracheophyta : Polypodiopsida : Salviniales : Azollaceae : Azolla : Azolla microphylla Azolla merupakan paku air mengapung dan tergabung dalam famili Azollaceae. Azolla mengembangkan suatu hubungan simbiosis dengan alga hijau biru yaitu Anabaena azollae (Ferentinos dkk., 2002; Food and Agricultre Organization, 1978), yang bertanggung jawab melakukan fiksasi dan asimilasi nitrogen dari atmosfer. Azolla menyediakan sumber karbon dan lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan dari simbion alga hijau biru sebagai
2 gantinya (Pillai dkk., 2002). Simbiosis Anabaena azollae dapat memproduksi 1 ton pupuk hijau per hektar per hari, mengandung 3 kg nitrogen N 2 yang setara dengan 15 kg ammonium sulfat atau 7 kg urea. Hal ini juga berarti bahwa budidaya Azolla dapat memproduksi satu setengah ton nitrogen per petak sawah (Food and Agricultre Organization, 1978). Beberapa strain dari Azolla bisa memfiksasi 2 3 kg nitrogen/ha/hari. Azolla menghasilkan biomassa dua kali lipat dalam 3 10 hari, tergantung kondisi lingkungan, dan mencapai 8 10 ton/ha di persawahan Asia (Hasan and Chakrabarti, 2009). Gambar 2. Azolla microphylla Tumbuhan Azolla merupakan pakis air yang terdiri dari batang utama dengan daun berseling dan akar adventif dengan jarak yang sama di sepanjang batang dan tumbuh di permukaan air. Batang sekunder berkembang di ketiak daun. Daun Azolla berbentuk segitiga atau poligon dan mengapung di permukaan air. Diameter tumbuhan ini berkisar antara 1/3 hingga 1 inchi (1 2,5 cm) untuk
3 spesies kecil seperti Azolla pinnata, mencapai 6 inchi (15 cm) atau lebih untuk Azolla nilotica dan Azolla filiculoides (Ferentinos dkk., 2002). Habitat Azolla sp. Azolla dapat ditemukan di kolam, parit, dan lahan basah bertemperatur hangat dan wilayah tropis di seluruh dunia. Azolla harus tumbuh di air atau genangan lumpur, dan akan mati dalam beberapa jam apabila dalam kondisi kering (Ferentinos dkk., 2002). Kondisi optimum bagi Azolla ialah pada suhu sekitar 25 o C, pada suhu kurang atau lebih dari suhu tersebut perkembangan Azolla menurun. Cahaya yang dibutuhkan Azolla berkisar antara hingga lux, ph netral (ph 7) memberikan perkembangan yang sangat baik bagi Azolla dan rentang ph 4 6 juga menunjukkan perkembangan yang baik. Salinitas setidaknya kurang dari 0,1 %. Kelembaban relatif antara %. Berdasarkan penelitian International Rice Research Institute (IRRI) fosfor merupakan faktor pembatas penting bagi perkembangan Azolla, pemberian 5 kg P/ha setiap dua hari dalam tiga bentuk, yaitu superphosphate meningkatkan perkembangan 56 %, rock phosphate 45 %, dan magnesium phospate 22 %. Penelitian telah menunjukkan bahwa Azolla dapat menambah beratnya dua kali lipat di substrat bebas nitrogen dalam tiga hingga lima hari. Azolla yang tumbuh mengandung nitrogen antara 0,1 0,2 %, atau 3 5 % pada berat kering. Ratarata perkembangan Azolla ialah sekitar lima kali lipat selama lima minggu (Food and Agricultre Organization, 1978). Perkembangan Azolla di alam dan di laboratorium seluruhnya melalui reproduksi vegetatif. Namun, reproduksi seksual juga dapat dilakukan demi kelangsungan hidup populasi dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Ketika
4 daun Azolla mencapai ukuran tertentu berdasarkan jenis spesies dan lingkungan, umumnya diameter 1 hingga 2 cm, batang sekunder yang tua terlepas dari batang utama sebagai hasil bentukan lapisan yang diamputasi, yang menyebabkan tumbuhnya individu baru (Hasan dan Chakrabarti, 2009). Peran Azolla sp. dalam Menyerap Logam Penelitian tentang fitoremediasi air yang tercemar logam berat dengan menggunakan Azolla sebelumnya telah banyak dilakukan. Beberapa logam yang banyak mencemari perairan dan dapat diangkat oleh Azolla di antaranya Cr (Arora dkk., 2006), Pb (Juhaeti dkk., 2005; Khosravi, 2005), Hg (Rai, 2008), Cd (Rai, 2008; Valderrama dkk., 2012; Khosravi, 2005), Ni (Khosravi, 2005), As (Rahman dan Hasegawa; 2011), Zn (Khosravi, 2005), dan Cu (Valderrama dkk., 2012). Walaupun Azolla microphylla mampu bertahan hidup di air yang tercemar logam berat, kondisi ini diketahui menghambat perkembangan Azolla microphylla, penelitian juga menyebutkan bahwa Azolla microphylla yang hidup di air yang terpapar Pb hingga 15 ppm menyebabkan Azolla microphylla tidak berkembang sama sekali, dan perkembangan Azolla microphylla dapat berkurang hingga 54 % pada konsentrasi Pb 1 ppm (Arora dkk., 2006). Penelitian lain menunjukkan pengurangan biomassa Azolla microphylla mencapai 28,9 % pada lingkungan yang terpapar Hg dan 27 % oleh Cd masing-masing dengan konsentrasi 1 ppm (Rai, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Khosravi (2005) dengan menggunakan Pb, Cd, Ni, dan Zn masing-masing dengan konsentrasi 4 ppm menghasilkan pengurangan biomassa Azolla microphylla sebanyak 25 %, 42 %, 31 %, dan 17 %.
5 Faktor Biokonsentrasi (BCF) Biokonsentrasi merupakan proses ketika suatu substansi kimia diserap oleh organisme dari lingkungan sekitar hanya melalui pernafasan dan permukaan kulit, hal ini tidak termasuk paparan bahan kimia dalam makanan. Ini merupakan hasil murni tingkat penyerapan bahan kimia pada pernafasan luar (contohnya insang pada ikan) dan penghilangan bahan kimia termasuk pertukaran pernafasan, pengeluaran feses, biotransformasi metabolisme dari senyawa induk, dan perlambatan pertumbuhan. Perlambatan pertumbuhan dianggap proses penghilangan-semu karena bahan kimia tidak benar-benar dihilangkan oleh organisme tetapi konsentrasinya berkurang seiring dengan meningkatnya volume jaringan. Sejauh mana biokonsentrasi terjadi dinyatakan sebagai faktor biokonsentrasi (BCF) dan hanya dapat diukur dalam kondisi laboratorium yang pada asupan makanan bahan kimia tersebut sengaja tidak dimasukkan (Arnot dan Frank, 2006). BCF merupakan index kemampuan suatu tanaman untuk mengakumulasi ion logam yang berbanding lurus dengan konsentrasi ion logam pada pertumbuhan lingkungan. BCF didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi logam dalam biomassa kering terhadap konsentrasi awal ion logam dalam larutan pakan (Raskin dkk., 1994 diacu oleh Arora dkk., 2005). Timbal (Pb) Timbal (Pb) merupakan unsur ke lima dalam golongan (IV)A pada sistem periodik, memiliki nomor atom 82, berat atom 207,19, dan valensi 2 dan 4. Ratarata ketersediaan Pb di kerak bumi ialah 13 ppm, di tanah berkisar 2,6 hingga 25 ppm, di sungai 3 µg/l, dan di air tanah umumnya 0,1 mg/l. Timbal diperoleh
6 terutama dari galena (PbS), yang biasanya digunakan untuk baterai, amunisi, solder, pipa, zat warna, insektisida, campuran logam, dan juga digunakan pada bensin (Standard Methods Committee, 1997). Timbal secara umum, tidak mengalami bioakumulasi dan tidak meningkatkan konsentrasi logam pada rantai makanan. Timbal terikat kuat pada partikel lingkungan seperti tanah, sedimen, dan endapan lumpur. Karena rendahnya kelarutan dari kebanyakan garam-garam, timbal cenderung mengendap di luar larutan kompleks (European Comission Directorates General, 2002). Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal tergolong rendah sehingga kadar timbal dalam air relatif rendah. Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, ph, alkalinitas, dan DO. Timbal tidak termasuk unsur yang essensial bagi makhluk hidup, bahkan unsur ini bersifat toksik bagi hewan dan manusia karena dapat terakumulasi pada tulang. Toksisitas timbal terhadap tumbuhan relatif lebih rendah dibandingkan dengan unsur renik yang lain. Toksisitas timbal terhadap organisme akuatik berkurang dengan meningkatnya kesadahan dan DO. Kadar timbal yang berkisar antara 0,1 8,0 ppm dapat menghambat pertumbuhan mikroalgae Chlorella saccharophilla (Effendi, 2003). Walaupun timbal tidak mengalami bioakumulasi pada kebanyakan organisme, tetapi dapat terakumulasi pada makanan biota terutama pada partikel, contohnya kepah dan cacing. Organisme-organisme ini sering memiliki protein khusus pengikat logam yang menyerap logam dari lingkungan ke dalam tubuh mereka. Penyebaran timbal pada hewan dipengaruhi oleh metabolisme kalsium. Pada kerang, konsentrasi timbal lebih tinggi pada cangkang dari pada jaringan
7 yang lunak. Selain itu, pada avertebrata akuatik adaptasi terhadap kondisi rendah oksigen dapat terhambat oleh tingginya konsentrasi timbal. Pada ikan lumbalumba, timbal ditransfer dari induk ke anak selama perkembangan janin dan masa menyusui. Ikan pada tahap muda lebih rentan pada timbal dibanding masa dewasa atau telur. Gejala umum akibat pencemaran timbal termasuk cacat tulang belakang dan menghitamnya bagian ekor. Batas maksimum pencemar yang dapat diterima oleh spesies terhadap timbal anorganik telah ditentukan untuk beberapa spesies pada kondisi berbeda dan menghasilkan nilai berkisar antara 0,04 mg/l hingga 0,198 mg/l. Senyawa organik lebih toksik terhadap ikan dari pada timbal dalam bentuk unsur (anorganik). Ditemukan bukti bahwa telur kodok dan katak sensitif terhadap konsentrasi timbal yaitu kurang dari 1,0 mg/l pada genangan air dan 0,04 mg/l pada air mengalir, telah diamati perkembangan dan penetasan telur menjadi terhambat. Pada katak dewasa, tidak ada efek signifikan pada larutan dengan konsentrasi di bawah 5 mg/l, tetapi timbal 10 mg/kg dalam makanan memberikan beberapa efek biokimia (European Comission Directorates General, 2002). Timbal diserap baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tumbuhan relatif kecil (Effendi, 2003). Pemindahan ion pada tumbuhan bersifat terbatas dan kebanyakan timbal terikat pada akar atau permukaan daun. Hasilnya, pada banyak studi eksperimen toksisitas timbal, konsentrasi timbal yang tinggi pada kisaran 100 hingga mg/kg tanah dibutuhkan untuk menyebabkan efek toksik yang tampak pada fotosintesis, pertumbuhan, atau parameter lain. Oleh karena itu, timbal diduga hanya mempengaruhi tumbuhan pada lokasi lingkungan dengan konsentrasi timbal yang sangat tinggi (European Comission Directorates General, 2002).
8 Kualitas Air Lingkungan perairan dengan kualitas airnya dianggap sebagai faktor utama yang mengendalikan keadaan kesehatan dan penyakit pada ikan budidaya dan ikan liar. Pencemaran lingkungan perairan oleh bahan organik dan anorganik merupakan kebanyakan faktor yang menjadi ancaman serius terhadap kehidupan organisme akuatik termasuk ikan (Saeed dan Shaker, 2008). Limbah cair oleh pertanian mengandung pestisida dan pupuk, buangan limbah aktifitas industri dan dengan tambahan pembuangan limbah domestik meningkatkan suplai bahan organik dan logam berat dengan jumlah yang sangat besar di badan air dan sedimen (European Comission Directorates General, 2002). Ion logam dapat masuk ke rantai makanan dan terkonsentrasi pada organisme akuatik pada tingkatan yang mempengaruhi keadaan fisiologis mereka. Beberapa pencemar yang efektif di antaranya ialah logam berat yang memiliki dampak lingkungan yang drastis pada semua organisme. Logam transisi seperti Zn, Cu, dan Fe memiliki peran biokimia pada proses kehidupan semua tanaman dan hewan akuatik, oleh karena itu logam-logam tersebut esensial di lingkungan perairan dengan jumlah sedikit (Saeed dan Shaker, 2008). Gasic dan Korban (2006) menjelaskan bahwa besi, tembaga, seng, kobalt, dan nikel merupakan mikronutrien esensial yang sangat dibutuhkan oleh aktifitas sejumlah besar protein yang terkait dalam menopang pertumbuhan dan pengembangan organisme. Namun pada konsentrasi berlebihan, ion metal ini dapat merugikan organisme. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada unsur yang selalu beracun, yang perlu diperhatikan adalah data dosis-respon (Marschner, 1995 diacu oleh Appenroth 2010).
9 Air permukaan dan air tanah bisa terkontaminasi dengan logam dari pembuangan air limbah atau kontak langsung dengan tanah, lumpur, limbah pertambangan, dan puing yang terkontaminasi logam. Padatan bantalan logam pada lokasi yang terkontaminasi berasal dari sumber yang berbeda-beda dalam bentuk emisi udara, proses limbah padat, lumpur atau tumpahan. Sumber pencemar mempengaruhi keberagaman dari lokasi yang terkontaminasi pada skala makroskopik dan mikroskopik. Perbedaan konsentrasi pencemar dan matriks mempengaruhi resiko yang terkait dengan logam pencemar dan pilihan pengolahan (Evanko dan Dzombak, 1997). Sumber utama kontaminasi timbal (Pb) dalam industri di antaranya peleburan dan pemrosesan logam, produksi logam sekunder, pembuatan batere timbal, pembuatan zat warna dan bahan kimia, dan limbah terkontaminasi timbal. Kontaminasi yang menyebar disebabkan sisa penggunaan timbal pada bensin juga menjadi perhatian. Timbal yang dibuang ke air tanah, air permukaan dan tanah biasanya timbal dalam bentuk unsur, oksida dan hidroksida timbal, dan logam timbal oxyanion kompleks. Proses utama mempengaruhi perjalanan timbal pada tanah termasuk adsorpsi, pertukaran ion, presipitasi, dan kompleksasi penyerapan zat organik. Proses ini membatasi jumlah timbal yang dapat ditransport ke air permukaan dan air tanah. Senyawa timbal organik tetramethyl yang relatif volatil dapat terbentuk dalam sedimen secara anaerob disebabkan hasil alkilasi oleh mikroorganisme (Smith dkk., 1995 diacu oleh Evanko dan Dzombak, 1997). Fitoremediasi Remediasi yang diartikan sebagai perbaikan lingkungan secara umum diharapkan dapat menghindari resiko-resiko yang ditimbulkan oleh kontaminasi
10 logam yang berasal darialam (geochemical) dan akibat ulah manusia (anthropogenic) (Hidayati, 2005). Menurut Juhaeti dkk. (2003) dalam jurnalnya, fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk penghilangan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Teknik reklamasi dengan menggunakan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti merupakan metode yang lebih murah dibandingkan dengan metode yang lainnya misalnya penambahan lapisan permukaan tanah. Fitoremediator dapat berupa tanaman herba, semak bahkan pohon. Semua tumbuhan dapat menyerap logam dalam kemampuan yang bervariasi, tetapi beberapa tumbuhan mampu mengakumulasi unsur logam tertentu dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Menurut Pal dkk. (2010), fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanaman untuk menyerap, mengikat, mengeluarkan, atau mendegradasi pencemar organik dan anorganik dari tanah, sedimen, air permukaan dan air tanah. Kategori fitoremediasi di antaranya fitoekstraksi (penggunaan tanaman untuk mengeluarkan pencemar dari tanah), fitovilatilisasi (penggunaan tanaman untuk membuat bahan kimia menguap melalui spesies dari elemen tanah), rhizofiltrasi (penggunaan akar tanaman untuk mengeluarkan pencemar dari air mengalir) dan fitostabilisasi (penggunaan tanaman untuk mengubah senyawa kimia pada logam tanah agar berkurang toksisitasnya, tetapi tidak mengeluarkan logam dari tanah) (Chaney dkk., 1997). Keberhasilan teknologi hijau pada fitoremediasi, umumnya bergantung pada beberapa faktor. Pertama, tanaman harus menghasilkan biomassa yang cukup ketika mengakumulasi logam pada konsentrasi tinggi. Pada beberapa kasus, peningkatan biomassa akan menurunkan total konsentrasi logam pada jaringan
11 tanaman, tetapi memberikan jumlah yang lebih besar dari logam yang diakumulasi secara keseluruhan. Kedua, tumbuhan pengakumulasi logam harus responsif untuk praktek budidaya yang memberikan penanaman dan panen dari jaringan yang kaya logam. Dengan demikian, lebih baik logam terakumulasi di tunas daripada di akar, karena logam pada tunas bisa dipotong dan dibuang. Hal ini dapat dikelola pada skala kecil, tapi tidak berguna pada skala besar. Jika logam terkonsentrasi pada akar, seluruh tumbuhan harus dibuang. Namun, membuang seluruh tumbuhan tidak hanya meningkatkan biaya fitoremediasi, karena dibutuhkan pekerja dan tumbuhan yang lebih, tetapi juga meningkatkan waktu yang dibutuhkan bagi tumbuhan baru untuk berkembang dalam lingkungan dan memulai akumulasi logam (Melinda dan Sigua, 2013).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya
Lebih terperinciKonsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling
Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048
Lebih terperinciBIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR
BIOAKUMULASI LOGAM Fe OLEH CACING AKUATIK DALAM PROSES REDUKSI LUMPUR Di susun oleh : Ro du Dhuha Afrianisa Dosen Pembimbing : Ir. Atiek Moesriati, M.Kes. Dosen Co-Pembimbing: Alfan Purnomo, ST., MT. 1
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.
3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
terukur yang melebihi 0,1 mg/l tersebut dikarenakan sifat ortofosfat yang cenderung mengendap dan membentuk sedimen, sehingga pada saat pengambilan sampel air di bagian dasar ada kemungkinan sebagian material
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industrialisasi di Indonesia menempati tempat utama dalam ekonomi Indonesia. Perkembangan industrialisasi secara tidak langsung menyumbang dampak negatif bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari aktivitas industri merupakan masalah besar yang banyak dihadapi oleh negaranegara di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan Taksonomi Ikan Nila Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pengumpul hujan dan juga berbagai kehidupan manusia. Umumnya sungai
TINJAUAN PUSTAKA Sungai Sungai merupakan sumber air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sungai berfungsi sebagai transportasi sedimen dari darat ke laut, untuk pengumpul hujan dan juga berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut
Lebih terperinciFitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)
SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan pesisir dan laut karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena
Lebih terperinciPERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK
PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi dan Taksonomi Kayu Apu (Pistia stratiotes)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan Taksonomi Kayu Apu (Pistia stratiotes) Pada mulanya tumbuhan kayu apu hanya dikenal sebagai tumbuhan penggangguan di danau. Akar tanaman berupa akar serabut, terjurai
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas di berbagai sektor pembangunan, terutama pada sektor industri, maka masalah pencemaran lingkungan menjadi masalah yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Dengan semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar maupun kecil (skala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Sebagian besar bumi terdiri atas air karena luas daratan lebih kecil dibandingkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan
TINJAUAN PUSTAKA Logam Timbal (Pb) Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang rendah
Lebih terperinciI.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Sektor perikanan memang unik beberapa karakter yang melekat di dalamnya tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian penanganan masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi beberapa tahun terakhir ini menyebabkan peningkatan jumlah limbah, baik itu limbah padat, cair maupun gas. Salah satunya adalah pencemaran
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran
Lebih terperinciBAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri
Lebih terperincidari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri dapat membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu contohnya adalah industri pelapisan logam.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Sungai Percut Menurut Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Wampu dan Ular Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan Daerah Aliran Sungai di Provinsi Sumatera Utara dengan
Lebih terperinciFitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
SIDANG TUGAS AKHIR Fitoremediasi Tanah Tercemar Logam Berat Seng (Zn) Menggunakan Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Oleh Senja Ike Rismawati 1507 100 033 Dosen Pembimbing: Aunuroim, S.Si, DEA Dini
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran pada tanah oleh logam berat merupakan salah satu persoalan lingkungan yang sangat serius. Logam berat yang sangat berbahaya umumnya berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) adalah tumbuhan air yang hidup di perairan tawar yang menyerap nutrien untuk pertumbuhannya. Penyerapan nutrien dalam jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan pangan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor industri menjadi salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Bangsa yang berada di posisi sebagai negara berkembang ini memiliki target untuk menjadi
Lebih terperinciPolusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat
Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003). Tumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat merupakan masalah yang serius terhadap kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan masalah yang serius terhadap kondisi lingkungan saat ini. Logam berat banyak ditemukan pada hampir semua jenis limbah industri (Jaleel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat membawa dampak bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif dari industriindustri salah satunya yaitu terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA
II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai gizi tinggi. Keunggulan nilai nutrisi bayam terutama pada kandungan vitamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman gelagah (Phragmites karka) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai lingkungan baik di daaerah tropis maupun non tropis. Gelagah dapat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. laboratorium maupun kegiatan sehari-hari. Logam berat memiliki efek merugikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran logam berat di dalam tanah sudah menjadi masalah global seiring meningkatnya proses industrialisasi, aktivitas pertambangan dan laboratorium maupun kegiatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3
Lampiran 1. Lay out Penelitian LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3 Keterangan : P1 : 100% N-Urea P2 : 75% N-Urea + 25% N-Pupuk Granul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan industri yang dapat mengubah kulit mentah menjadi kulit yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui proses penyamakan, akan tetapi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak
Lebih terperinci2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang merupakan satu diantara penghuni perairan dan juga menjadi sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu, kerang juga memiliki kandungan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS AIR
PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sangat penting untuk kehidupan, karena telah sama diketahui bahwa tidak satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut tersebut dapat berupa positif maupun negatif. Salah satu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang
Lebih terperinciLIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pencemaran air yang disebabkan oleh industri penyamakan kulit di kawasan Sukaregang, Kabupaten Garut terus menjadi sorotan berbagai pihak. Industri ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal
Lebih terperincisedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisin pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat
Lebih terperinciLampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata Dekstruksi Basah Lampiran 1. Lanjutan Penyaringan Sampel Air Sampel Setelah Diarangkan (Dekstruksi Kering) Lampiran 1. Lanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas kehidupan manusia yang dirasakan oleh beberapa kota di Indonesia dengan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi terutama pada
Lebih terperinci