SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSU"

Transkripsi

1 SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 Oleh RIKO DENI FERIANTO SIBORO PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015

2 SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Oleh RIKO DENI FERIANTO SIBORO PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015 i

3 ii

4 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DALAM PENDOKUMENTASIANASKEP DI RUANG RAWAT INAP RSU. SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, 10 Juli 2015 Peneliti Rikodeni F Siboro iii

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama : Rikodeni Ferianto Siboro 2. NIM : Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Leidong/ 16 Januari Agama : Kristen Protestan 6. Anak ke- : 3 dari 6 bersaudara 7. Nama Ayah : M Siboro 8. Nama Ibu : S br Tamba 9. Alamat Rumah : Jalan Stadion TG.Leidong, Kelurahan Tanjung Leidong, Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Sumatera Utara. 10. No.Hp : kartika_pakpahan@yahoo.co.id B. Riwayat Pendidikan 1. Tahun : SD Negeri Tanjung Leidong, Labuhan Batu Utara 2. Tahun : SMP Negeri 2 Kualuh Leidong, Labuhan Batu Utara 3. Tahun : SMA Negeri 1 Kualuh Leidong,, Labuhan Batu Utara 4. Tahun : Sedang mengikuti pendidikan S1 Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. iv

6 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, 10 Juli 2015 Rikodeni Ferianto Siboro Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun xiii + 54 hal + 5 tabel + 1 skema + 9 lampiran ABSTRAK Supervisi keperawatan ditujukan untuk mengarahkan pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan yang baik dapat mempengaruhi kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dan hasil pendokumentasian lebih efisien bila supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 responden.tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan supervisi kepala ruang paling banyak adalah baik yaitu 27 responden (62,8%) dan kinerja perawat dalam pendokumentasian askep yang paling banyak adalah adalah baik yaitu 30 responden ( 69,85%). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (pvalue=0.004) < 0,05. Sehingga disarankan bagi rumah sakit perlunya supervisi secara periodik terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan, bagi perawat diharapkan untuk lebih memperhatikan standar pendokumentasian asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh rumah sakit Kata Kunci : Supervisi, Pendokumentasian Asuhan Keperawatan, Kinerja Perawat Daftar Pustaka : 37 ( ). v

7 SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA Scription, Juli 2015 Rikodeni Ferianto Siboro The relationship Implementation Supervision Chief Head Nurse With Performance In Documenting nursing care in patient wards of the General Hospital of Sari Mutiara Medan xiii + 54 pages + 5 tables + 1 scheme + 9 annex ABSTRACT Nursing supervision is intended to lead to nurses in providing nursing care. Implementation of supervision by a good head room can affect the performance of nurses in nursing care documentation and documenting the results more efficiently if supervision is carried out by the head of the room goes well. This study aims to determine the relationship of supervision of the implementation of head room with the performance of nurses in the nursing documentation in patient wards of Sari Mutiara Medan This study used a descriptive correlation with cross sectional design. The number of samples in this study were 43 respondents were divided from each inpatient room. The sampling technique used was accidental sampling. The result showed the supervision of the head of the most space is good that 27 respondents (62.8%) and the performance of nurses in nursing care documentation that most of the good that is 30 respondents (69.85%). This shows there is a significant correlation between the implementation of the supervision of the head of the room with the performance of nurses in nursing care documentation (pvalue = 0.004) <0.05. Suggestions for hospitals need to supervise periodically the documentation of nursing for nurses is expected to be more professional in doing nursing care documentation with respect to the standards specified documentation of nursing care by hospitals, Keywords : Supervision, Documentation Of Nursing Care, Nurses' Performance Reference : 37 ( ). vi

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti dan atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana dalam Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap RSU. Sari Mutiara Medan Tahun Penyelesaian skripsi penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini begitu banyak bantuan, nasehat dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan. 2. Dr.Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan. 5. Liberta Lumbantoruan, S.Kp, M.Kep, selaku ketua penguji yang telah banyak meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi penelitian ini. 6. Kesaktian Manurung, SST, M.Biomed, selaku penguji I yang telah memberikan saran maupun masukan dalam kelengkapan penulisan skripsi ini. 7. Ns.Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, selaku penguji II yang telah memberikan saran maupun masukan dalam kelengkapan penulisan skripsi ini. vii

9 8. Ns. Masri Saragih, M.Kep, selaku penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi penelitian ini. 9. Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 10. Seluruh perawat dan staf Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. 11. Teristimewa untuk kedua orang tua peneliti (M.Siboro/S.br Tamba) dan saudara saya Lisben Rinaldo siboro, Riris Siboro, Ester Siboro, Joshua Siboro, Evan Siboro yang selalu mencurahkan kasih sayang yang besar dan memberi semangat dalam meyelesaikan studi di Program Studi Ners. 12. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Peneliti berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan sebaikbaiknya. Namun peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.. Akhir kata, peneliti ucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Medan, 10 Juli 2015 Peneliti (Rikodeni F Siboro) viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR SKEMA... DAFTAR LAMPIRAN... Hal i ii iii iv v vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 7 D. Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS... 9 A. Supervisi Pengertian Supervisi Manfaat dan Tujuan Supervisi Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi Pelaksana Supervisi Teknik Supervisi B. Supervisi Keperawatan Pelaksana Supervisi Keperawatan Sasaran Supervisi Keperawatan Kompetensi Supervisor Keperawatan C. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Tehnik Supervisi keperawatan Prinsip Supervisi Keperawatan Kegiatan Rutin Supervisor Model-model Supervisi Keperawatan D. Kinerja Pengertian Kinerja Perawat Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat Penilaian Kinerja Perawat Cara Penilaian Kinerja Perawat E. Hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep ix

11 F. Kerangka Konsep G. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel C. Lokasi Penelitian D. Waktu penelitian E. Defenisi Operasional Penelitian F. Aspek Pengukuran Supervisi kepala ruangan Kinerja perawat G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data Alat pengumpulan data Prosedur pengumpulan data H. Etika Penelitian Informed Concent Anonimity (Kerahasiaan informasi) Confidentiality (Kerahasiaan informasi) I. Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan data Analisa data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisa Univariat Analisa Bivariat B. Pembahasan Interpretasi dan Diskusi Hasil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran Bagi Rumah Sakit Bagi Perawat Bagi Peneliti Selanjutnya DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan supervisi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian 42 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Hal xi

13 DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Hal xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Informed Consent : Kuisioner Penelitian : Surat Survey Awal : Balasan Survey Awal : Surat Penelitian : Balasan Penelitian : Master Data : Output SPSS : Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi xiii

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya perlu penataan atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan menggunakan suatu sistem manajemen asuhan keperawatan (Woke,1990 dalam Nurachmah, 2008). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain, karena sasaran yang ingin dicapai yaitu pasien. Pelayanan keperawatan di berbagai negara relatif sama, hanya saja di Indonesia memiliki keunikan tersendiri mengingat faktor kemajemukan pendidikan perawat (Nurachmah, 2008). Salah satu unsur yang sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit adalah tenaga kesehatan dan yang memiliki peran paling besar adalah perawat, hal ini disebabkan profesi perawat memiliki proporsi yang relatif besar yaitu hampir melebihi 50% dari seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit. Tugas perawat lebih banyak dibandingkan tenaga kesehatan lain karena fungsi perawat adalah mendukung pelayanan medik berupa pelayanan keperawatan yang dikenal dengan asuhan keperawatan (Wiwiek, 2008). Kemajemukan tenaga kesehatan ini membawa dampak pada tidak konsistennya sistem pelayanan keperawatan. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat di sebagian besar rumah sakit Indonesia. (Wiwiek, 2008). 1

16 2 Salah satu fungsi manajemen ialah pengarahan dimana didalamnya terdapat kegiatan supervisi keperawatan. Kemampuan manajerial yang harus di miliki oleh kepala ruang adalah perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian, dan evaluasi. (Arwani & Supriyatno, 2006) Fakta menunjukkan pelaksanaan supervisi keperawatan diberbagai rumah sakit belum optimal. Mularso (2006) menemukan bahwa kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi dan penilaian. Di Indonesia Model supervisi klinik keperawatan juga belum jelas seperti apa dan bagaimana implementasinya di rumah sakit (Agus, 2008). Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat profesional. Oleh karena itu sebagai seorang manajer keperawatan atau sebagai perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Supervisi juga merupakan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya (Sukardjo, 2010). Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai untuk merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

17 3 Kinerja juga merupakan penampilan hasil kerja individu baik kualitas maupun kuantitas dalam satu organisasi. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas kinerja organisasi, maka evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan sangat penting dilakukan sebagai umpan balik sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja. (Hyrkäs K & Paunonen, 2011). Fungsi manajerial yang menangani pelayanan keperawatan di ruang rawat dikoordinatori oleh kepala ruang rawat. Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan pasien. (Mey, 2010). Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4 persen perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 persen perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 persen perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2005 ditemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %,dan kurang 15,63 %. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat >75 % (Maryadi, 2006). Standar yang ditetapkan oleh Depkes RI tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan adalah 75%, Pendokumentasian asuhan yang tidak baik dapat dikaitkan dengan banyak variabel, antara lain motivasi kerja, stres kerja, beban kerja, gaya kepemimpinan, hubungan antar manusia kurang harmonis,

18 4 supervisi dari atasan tidak efektif dan mungkin saja kejenuhan kerja (Supratman & Utami, 2009) Hasil penelitian yang dilakukan Warsito (2006) mengenai persepsi perawat terhadap fungsi manajerial kepala ruang di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo semarang bahwa perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengarahan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik dan perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian Sahar, et al (2013) teridentifikasi lima belas tentang gambaran respon kepala ruang terhadap peran dan fungsinya sebagai manajer lini persepsi kepala ruangan dalam menjalankan fungsi manajemen, hambatan dalam mengelola ruang rawat inap, dukungan dan harapan yang diperoleh kepala ruang agar perannya optimal. Cara mengetahui tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang di berikan dapat di nilai secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrumen penelitian yang baku, salah satunya adalah audit dokumentasi asuhan keperawatan. Audit dokumentasi dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan standar pendokumentasian yang ditentukan dalam standar asuhan keperawatan. Aspek yang dinilai dalam pendokumentasian ini adalah pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan asuhan keperawatan. Jadi kualitas kinerja perawat pelaksana dapat dievaluasi melalui audit dokumentasi (Depkes, 2002). Dokumentasi asuhan keperawatan menjadikan hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan

19 5 tugasnya. Perawat profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalahan - kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar (Yahyo, 2007). Hasil survey dasar yang didapat dari rekap anggota per Januari 2015 di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan terdapat 142 orang tenaga keperawatan mulai dari D-III sampai dengan S1 Keperawatan dengan rincian S1 9 orang, D-III 133 orang, Rumah Sakit Umum Sari Mutiara mempunyai 10 ruang dan di setiap ruang terdapat 10 sampai dengan 18 orang perawat dan 1 orang penanggung jawab dan kepala ruangan. Hasil wawancara peneliti dengan kepala bidang instalasi rawat inap RSU Sari Mutiara Medan pada bulan Januari 2015 menyatakan bahwa supervisi keperawatan seharusnya dilakukan oleh seseorang yang ditunjuk sebagai supervisor. Supervisi keperawatan di RSU dilakukan oleh kepala ruang secara bergantian karena adanya keterbatasan jumlah tenaga kerja dan juga disetiap ruangan mempunyai penanggung jawab. Hasil wawancara peneliti dengan kepala ruang di ruang Stela 4A RSU Sari Mutiara menyatakan bahwa supervisi kepala ruang yang dilakukan di ruang rawat inap dilakukan dan observasi pada dokumentasi asuhan keperawatan dengan menggunakan Instrumen A Depkes Sasaran supervisi diantaranya tentang perlengkapan alat ruangan, masalah-masalah yang terjadi di ruangan, dan keluhan-keluhan dari perawat ruangan. Supervisi keperawatan terkait kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan jarang dilakukan oleh kepala ruang. Hasil wawancara peneliti dengan salah satu perawat di ruang stella 4A menyatakan bahwa dokumentasi asuhan keperawatan jarang disupervisi. Kepala ruang yang menemukan dokumentasi asuhan keperawatan yang tidak lengkap tidak memberi teguran atau sanksi yang tegas kepada perawat yang melakukan asuhan keperawatan dan hanya diberikan masukan.

20 6 Dari data rekam medis persentase kelengkapan pendokumentasian didapat 70% pada tahun 2013 dan hasil wawancara pada pihak rekam medis mengatakan bahwa kebanyakan pendokumentasian tidak dijabarkan secara penuh. Hasil observasi peneliti saat praktek pra-klinik pada bulan Desember 2014 pada lima dokumentasi asuhan keperawatan secara acak di ruang rawat inap di RSU Sari Mutiara ditemukan dokumentasi asuhan keperawatan yang sebagian besar tidak lengkap yaitu pada bagian pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi. Perawat banyak mengisi pada kolom implementasi, hal ini sangat beralasan karena implementasi merupakan monitoring kegiatan yang telah dilakukan pada pasien, untuk lebih memastikan data lebih akurat, peneliti melakukan observasi pada ruang rekam medis Pada saat peneliti melakukan observasi kelengkapan dalam pengisian dokumen, dari 20 dokumen yang diperoleh peneliti dari rekam medis terdapat 16 dokumen dari kedua ruang rawat inap yang masih kurang lengkap dalam pengisian dokumen asuhan keperawatan. Ketidaklengkapan pengisian asuhan keperawatan terdapat pada pengisian pengkajian, diagnosa, tindakan, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan, dimana kedua ruang rawat inap tersebut memiliki masalh yang sama. Masalah pada pengkajian terletak pada pengisian data yang dikaji sejak pasien masuk sampai pulang, masalah pada diagnosa terletak pada diagnosa yang tidak diurutkan berdasarkan prioritasnya, masalah pada tindakan terletak tidak adanya tertulis respon pasien terhadap tindakan keperawatan didalam dokumen, pada evaluasi masalah terdapat dibeberapa dokumen,pada evaluasi masalah terdapat dibeberapa dokumen yaitu tidak ditulisnya evaluasi setiap pergantian shift, sedangkan pada catatan keperawatan perawat tidak mencantumkan nama ataupun paraf setiap tindakan yang dilakukan. Berkaitan dengan uraian di atas dan fenomena yang terjadi di lapangan, maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian

21 7 askep di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan. Dalam penelitian ini akan membahas permasalahan mengenai pelaksaan supervisi kepala ruangan dalam hal tehnik supervisi, prinsip supervisi, kegiatan rutin supervisi, model supervisi yang dilakukan kepala ruangan terhadap perawat pelaksana. Dengan adanya pelaksanaan supervisi yang maksimal, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja perawat pelaksana akan semakin meningkat. Fakhruddin 2001, mengatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun 2015? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan supervisi kepala ruangan yang dinilai dari teknik supervisi sampai model supervisi di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun 2015 b. Mengetahui kinerja perawat pelaksana yang dinilai berdasarkan standar asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi di Ruang Rawat Inap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun 2015

22 8 D. anfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Mengetahui kontribusi kelengkapan dokumentasi keperawatan bagi tenaga profesional keperawatan sehingga rumah sakit dapat memberikan fasilitas dan peningkatan sumber daya tenaga keperawatan sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Perawat Mengetahui pentingnya kelengkapan dokumentasi keperawatan dan faktorfaktor yang mempengaruhi sehingga akan mampu meningkatkan profesionalisme dalam kinerja keperawatan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah pengetahuan mengenai penerapan dokumentasi asuhan keperawatan di RSU.Sari Mutiara Medan serta belajar metode dalam penelitian dan dapat dijadikan sebagai data dasar penelitian selanjutnya.

23 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Supervisi 1. Pengertian Supervisi Sebagai bagian dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004). Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996). Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan, sehingga dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatankegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).

24 10 2. Manfaat dan Tujuan Supervisi Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) : a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bachtiar, 2009). 3. Frekuensi Pelaksanaan Supervisi Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya sekali bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu agar organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Dalam pegangan umum,

25 11 supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan. 4. Prinsip-prinsip Pokok dalam Supervisi Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009): a. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya. b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif bukan otoriter. c. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik. d. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan. e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan bukan merupakan supervisi yang baik.

26 12 f. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan. 5. Pelaksana Supervisi Menurut Bactiar dan Suarly (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dankedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah: a. Sebaiknya pelaksana supervise adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas. b. Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi. c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilam melakukan supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi. d. Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif bukan otoriter. e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi. 6. Teknik Supervisi Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat

27 13 dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat. Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan. (Bachtiar & Suarli, 2009): a. Pengamatan langsung Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik -baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan. 1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision). 2) Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya. 3) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.

28 14 b. Kerjasama Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersamasama pula. B. Supervisi Keperawatan Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Depkes, 2000). Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap -tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008). 1. Pelaksana Supervisi Keperawatan Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi

29 15 keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain (Suyanto, 2008): a. Kepala ruangan Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode Tim, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar, 2009). b. Pengawas perawatan (supervisor) Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan. c. Kepala bidang keperawatan Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

30 16 2. Sasaran Supervisi Keperawatan Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009). Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008). 3. Kompetensi Supervisor Keperawatan Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya. Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan mengarahkan, melancarkan, membimbing, memotivasi dan mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008): a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana keperawatan. c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan. d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).

31 17 e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan. f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat. g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik. C. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan 1. Tehnik Supervisi keperawatan Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung. a. Teknik Supervisi Secara Langsung. Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah: 1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2) Menggunakan kata-kata yang tepat; 3) Berbicara dengan jelas dan lambat;4) Berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakan atau perlu tindak lanjut. Supervisi langsung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir

32 18 dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008): 1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi. 2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan. 3) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan yang dipakai yaitu menggunakan form A Depkes ) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes. 5) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi. b. Secara Tidak Langsung. Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta.umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel,1987) dalam Wiyana, 2008.

33 19 Langkah-langkah Supervisi tak langsung. 1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat. 2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan. 3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes. 4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang mendokumentasikan. 2. Prinsip Supervisi Keperawatan Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan (Arwani, 2006). Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain: 1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi, 2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip

34 20 manajemen dan kepemimpinan, 3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard, 4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana, 5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik, 6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi,7)supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer. 3. Kegiatan Rutin Supervisor Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan langsung suatu pekerjaan. Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan pekerjaan yang dilakukan orang lain.supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) : a. Persiapan Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi: 1) Menyusun jadwal supervisi, 2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pendokumentasian), 3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana b. Pelaksanaan supervisi Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap pelaksanaan supervise meliputi : 1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi, 2) Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian dilaksanakan, 3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan pendokumentasian untuk masing-masing tahap,4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan, 4) Mendiskusikan pencapaian yang harus

35 21 ditingkatkan pada masing-masing tahap, 5) Memberikan bimbingan/arahan pendokumentasian asuhan keperawatan, 6) Mencatat hasil supervisi. c. Evaluasi Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi meliputi: 1)Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian yang baru saja di arahkan,2) Memberikan reinforcement pada perawat, 3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi 4. Model-model Supervisi Keperawatan Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008): a. Model konvensional Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan. b. Model ilmiah Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan. c. Model klinis Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelak sana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan

36 22 kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan. d. Model artistic Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka dan mempermudah proses supervisi. D. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Perawat Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa.untuk aktifitas seorang perawat adalah mengumpulkan data kesehatan mengenai pasien, membuat diagnosis menurut ilmu keperawatan, menetapkan tujuan keperawatan, melaksanakan keperawatan, serta evaluasi terhadap perawatan. Selain aktivitas perawat tersebut terkait dengan kinerja perawat dapat dilihat dari pelayanan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasiennya (Tanjary, 2009). Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut indikator kinerja (Prajawanto,2009). Kinerja perawat dapat dilihat sesuai dengan peran fungsi perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

37 23 Sebagai pemberi asuhan keperawatan ada juga uraian tugas perawat pelaksana yang perlu dilakukan yaitu: a. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku c. Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap pakai d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menetukan diagnosa keperawatan sesuai batas kewenangannya e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya g. Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak h. Melakukan tindakan darurat kepada pasien (antara lain panas tinggi, kolaps, pendarahan) sesuai dengan protap yang berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter ruang rawat atau dokter jaga i. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya 2. Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat Menurut Asa ad (2000) dalam Tanjary, 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan, keterampilan, persepsi, sikap serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk dalam karakteristik perawat meliputi umur, pendidikan, tingkat pengetahuan, masa kerja, serta status. Umur berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal, terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat. Pendidikan perawat berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin banyak ilmu pengetahuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh perawat sehingga akan dapat membantu dalam meningkatkan kinerjanya

38 24 (Tanjary, 2009). Perawat pelaksana yang berpendidikan D3 keperawatan memiliki kinerja yang lebih baik daripada perawat pelaksana berpendidikan SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan). Tingkat pengetahuan seorang perawat berpengaruh terhadap kinerja karena semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh perawat akan dapat membantu perawat dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Masa kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin lama masa kerja seorang perawat semakin banyak pengalaman yang diperolehnya dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Status pekerjaan berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin tinggi jabatan yang diembannya maka semakin tinggi motivasi dalam pekerjaannya sehingga akan dapat meningkatkan kinerja perawat (Tanjary, 2009). Motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan (Bactiar & Suarly, 2009). 3. Penilaian Kinerja Perawat Penilaian kinerja merupakan suatu komponen dari system manajemen kinerja yang digunakan organisasi untuk memotivasi pekerja. Tujuan utamapenilaian kinerja adalah untuk memperbaiki kinerja. Penilaian kinerja perawat adalah pengukuran efesiensi, kompetensi dan efektifitas proses keperawatan dan aktivitas yang digunakan oleh perawat dalam merawat klien guna untuk mempertahankan, memperbaiki dan memotivasi perawat (Huber, 2000).

39 25 Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat dapat menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam, 2002). Menurut Nursalam, Ada beberapa manfaat dari penilaian kerja tersebut, dapat dijabarkan menjadi 6 yaitu: a. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi di dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan rumah sakit. b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM (Sumber Daya Manusia) secara keseluruhannya. c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya. d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna. Sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan. e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja meningkastkan gajinya atau sistem imbalan yang baik. f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

40 26 Dengan manfaat diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung jawab yang lebih besar pada masa yang akan datang atau mendapatkan imbalan yang lebih baik. Sedangkan karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi dan sikap yang kurang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berupa teguran atau konseling oleh atasannya langsung (Nursalam, 2002). 4. Cara Penilaian Kinerja Perawat Dalam hal peningkatan tenaga keperawatan ( Carpetino 1999.dalam Nursalam, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan pelayanan keperawatan saat ini telah melahirkan paradigma keperawatan yang menuntutadanya pelayanan keperawatan yang bermutu. Hal ini dapat dilihat dari adanyadua fenomena sistem pelayanan keperawatan yakni perubahan sifat pelayanan dari fokasional menjadi profesional dan terjadinya pergeseran fokus pelayanan asuhan keperawatan. Fokus asuhan keperawatan berubah dari peran kuratif dan promotif menjadi peran promotif, pereventif, kuratif dan rehabilitatif. Untuk menilai atau mengukur kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen penilaian kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi keperawatan (Nursalam, 2002). a. Standar I: Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan meliputi:

41 27 1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang. 2) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan rekam medis dan catatan lain. 3) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status biologis-psikologis-sosial-spiritual, respon terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-resiko tinggi. b. Standar II: Diagnosis Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose keperawatan. Adapun kriteria dalam proses ini adalah: 1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnosa masalah keperawatan. 2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (p), penyebab (E) dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE). 3) Bekerja dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. 4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru. c. Standar III: Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi: 1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan perawatan. 2) Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan. 3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. 4) Mendokumentasikan rencana keperawatan

42 28 d. Standar IV : Implementasi keperawatan Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria dalam proses ini meliputi: 1) Bekerja sama dengan klien dalam tindakan rencana keperawatan. 2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien. 4) Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serat membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan. 5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien e. Standar V : Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya adalah: 1) Menyusun rencana evaluasi dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. 2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembanagan ke arah pencapaian tujuan. 3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. 4) Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan. 5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil perencanaan. Standard tersebut adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan ada kualitas struktur, proses atau hasil yang dapat dinilai (Nursallam, 2002). Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah untuk memudahkan menentukan kualitas perawat,

43 29 klien, menjamin pendokumentasian kemajuan dan hubungan dengan hasil yang berfokus pada klien dan memudahkan konsistensi antar disiplin dan mengkomunikasikan tujuan tindakan dan kemajuan. Sumber penilaian adalah dokumentasi keperawatan yang merupakan bukti tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan disimpan pada masing-masing status atau pada tempat khusus, sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat (Doenges, 2000). E. Hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep Dalam pengelolaan kegiatan pelayanan keperawatan di rumah sakit kepala ruangan adalah manajer tingkat lini yang mempunyai tanggung jawab untuk meletakkan konsep praktik, prinsip dan teori manajemen keperawatan serta mengelola lingkungan organisasi untuk menciptakan iklim yang optimal dan menjamin kesiapan asuhan keperawatan oleh perawat ( Annon y mous, 2005). Untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan diperlukan supervisi. Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Kegiatan supervisi adalah merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dikerjakan oleh manajer keperawatan dari level rendah sampai tertinggi. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka tujuan keperawatan tidak akan tercapai. Dalam penelitian Diyanto (2007) menujukkan bahwa penatalaksanan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan sebagai berikut proporsi terbesar dalam kategori kurang (48%) yang selanjutnya di ikuti sedang (35%) dan baik (17%). Penelitian yang dilakukan Maria Vonny H. Rumampuk pada tahun 2012 disimpulkan bahwa peran kepala ruangan baik (95,2%) melakukan supervisi perawat pelaksana menerapkan patient safety. Perawat pelaksana menerapkan

44 30 patient safety prosedur identifikasi pasien baik (95,2%), prosedur pemberian injeksi baik (100%) dan prosedur mencuci tangan baik (100%). Ada hubungan peran kepala ruangan melakukan supervisi perawat pelaksana dengan penerapan patient safety. Hasil penelitian Farida (2001) yang menyatakan supervisi kepala ruangan berhubungan bermakna dengan pelaksanaan proses keperawatan di RS Jantung Harapan Kita, dengan p=0,04. Manurung (2004) juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi kepala ruangan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di RS PGI Cikini Jakarta dengan p=0,003. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Leli siswana (2010) tentang hubungan peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi didapatkan bahwa Peran supervisi kepala ruangan yang sangat baik sebanyak 21 orang (16,2%), persentase ini ternyata lebih tinggi dari pada peran supervisi kepala ruangan yang kurang baik sebanyak 10 orang (14,8%). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan p value< 0.05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiyanti (2009), tentang Hubungan Peran Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap yang dilakukan terhadap 67 orang perawat pelaksana dirawat inap diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Penelitian yang dilakukan oleh shinta (2012) tentang pengaruh supervisi kepala ruangan terhadap dokumetasi asuhan keperawatan diruang rawat inap RSU. Unggaran menunjukkan sebagian besar dokumentasi asuhan

45 31 keperawatan yang baik dibuat pada responden dengan supervisi yang baik (67,4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value =0,027 dengan taraf signifikasi p<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Menurut Sumijatun (1996) kompetensi kepala ruang identik dengan tuntutan sebagai supervisor yang mengacu pada model American Management Association, sedangkan menurut Gillies (1989) fungsi kepala ruang meliputi empat area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan serta area pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karean berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang jelas. F. Kerangka Konsep Kerangkap konsep pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan model konseptual.fenomena dalam konsep digambarkan diagram hubungan variabel independen:supervisi kepala ruangan; variabel dependen: kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel independen Variabel dependen Supervisi kepala ruangan Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep.

46 32 G. Hipotesis Ha : Ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Sari Mutiara Medan. Ho :Tidak ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSU. Sari Mutiara Medan.

47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di Ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di Ruang rawat inap RSU.Sari Mutiara Medan sebanyak 142 perawat pelaksana dengan rincian, S1 Keperawatan/Ners 9 orang, DIII Keperawatan 133 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah keseluruhan perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan Tahun Jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus Arikunto (2006) yaitu : 30% x 142 perawat = 42,6 dilakukan pembulatan menjadi 43. Berdasarkan Rumus Arikunto (2006), didapatkan jumlah sampel sebanyak 43 perawat dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik non-random sampling yaitu accidental sampling dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau yang sedang dinas pada tempat penelitian (Notoadmojo, 2010). 33

48 Kriteria inklusi pada pengambilan sampel perawat pelaksana adalah sebagai berikut : a. Bersedia menjadi responden b. Masa kerja 1 tahun c. Pendidikan terakhir minimal D-III Keperawatan Jumlah dokumen askep yang diobservasi sama dengan jumlah perawat pelaksana yaitu sebanyak 43, dengan kriteria inklusi pengambilan sampel dokumen askep yang akan diobsevasi adalah dokumen askep : minimal 3 hari rawatan. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan. D. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli E. Definisi Operasional Penelitian Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian No. Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur 1 Supervisi kepala ruangan Persepsi perawat pelaksana tentang cara kepala ruangan dalam melakukan pelaksanaan supervisi meliputi tehnik, prinsip, kegiatan dan model supervisi kepala ruangan terhadap perawat pelaksana Kuisioner : Baik 0-40 : Kurang baik Skala Ukur Ordinal 2 Kinerja perawat dalam pendokumentasia n askep Kinerja perawat pelaksana merupakanserangkaian kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa, menyusun rencana, mengimplementasikan dan mengevaluasi serta melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan Observasi Studi dokumentasi rekam medik keperawatan 75%: Kinerja Baik 75% : kinerja kurang Ordinal

49 F. Aspek Pengukuran 1. Supervisi kepala ruangan Supervisi kepala ruangan diukur dengan menggunakan kuisioner sebanyak 27 pernyataan dengan alternatif jawaban selalu dilakukan diberi skor 3, sering dilakukan diberi skor 2, kadang-kadang dilakukan diberi skor 1 dan tidak dilakukan sama sekali diberi skor 0. Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka pelaksanaan supervisi kepala ruangan dapat dikategorikan berdasarkan rumus hidayat (2009) sebagai berikut: P = Keterangan: P : Nilai yang dicari (panjang kelas) Rentang : Nilai tertinggi-nilai terendah Banyak kelas : Jumlah kategori P = P = P = 40,5 (41) Berdasarkan hasil yang diperoleh maka pelaksanaan supervisi kepala ruangan dapat digolongkan : Baik : jika jawaban responden dengan total skor Kurang baik : jika jawaban responden dengan total skor Kinerja Perawat Untuk melihat kinerja perawat dalam pendokumentasian askep diukur dengan menggunakan Instrumen kelengkapan pendokumentasian dari Depkes 2005 sebanyak 6 aspek dan 24 pernyataan yang di nilai yang

50 terdiri dari alternatif jawaban keberadaan ada diberi skor 2 dan Tidak Ada diberi skor 1. Rata-rata pelaksanaan komponen asuhan keperawatan dihitung dengan menggunakan rumus: Total Persentase = x 100% Jumlah x jumlah aspek yang dinilai Hasil akhir dari skor itu disajikan dalam bentuk tabel dan dihitung persentasenya untuk masing-masing aspek sesuai kelengkapan dokumentasi proses keperawatan pada rekam medik pasien. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kinerja perawat yang dinilai pada kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan dapat digolongkan : Kurang baik, bila 75 % proses keperawatan didokumentasikan secara lengkap sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Baik, bila 75 % proses keperawatan didokumentasikan secara lengkap sesuai dengan standar asuhan keperawatan. G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data dalam penelitian ini (Notoadmojo 2005) adalah sebagai berikut: a. Kuisioner Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuisioner dan daftar pertanyaan yang telah disediakan disebarkan secara langsung kepada responden. b. Observasi Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan lembar observasi instrumen A Depkes 2005 yang dilakukan peneliti.

51 2. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data primer Data primer yaitu berawal dari surat izin survey awal yang dikeluarkan oleh Universitas Sari Mutiara Indonesia kepada peneliti untuk memperoleh data dasar penelitian ke RSU.Sari Mutiara Medan, kemudian penilti ke kantor Komite Diklit untuk memperoleh izin memperoleh data dasar dari Rumah Sakit.Selanjutnya, peneliti dipertemukan dengan kepala bidang keperawatan untuk memberikan data tentang perawat berapa jumlah seluruh perawat di RSU.Sari Mutiara Medan. Kemudian peneliti meminta izin kepada kepala bidang keperawatan untuk bertemu dengan perawat pelaksana dan kepala ruangan untuk melakukan wawancara. b. Pengumpulan data sekunder Data sekunder didapat dari jumlah perawat pelaksana yang ada di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan 2015 yaitu 30% x 142 perawat = 42,6 dilakukan pembulatan menjadi 43. H. Etika Penelitian Pengambilan data dan pengolahan data dilakukan setelah memperoleh surat izin Ketua Program Jurusan dan Pihak Rektorat. Pengambilan data dilakukan dengan Observasi dan mengisi lembar kuisioner kepada responden dengan memperhatikan etika-etika penelitian yang secara umum dibagi menjadi 3 bagian (Notoadmodjo, 2010). 1. Informed Concent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden atau keluarga responden yang mewakili dan memenuhi kriteria, sebelumnya diberi penjelasan secukupnya tentang tujuan penelitian untuk menandatangani informed concent tersebut.

52 2. Anonimity (Kerahasiaan informasi) Kerahasiaan identitas responden dijaga oleh penulis dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan cara memberikan kode atau tanda pada lembar kuisioner dan kode tersebut hanya diketahui oleh penulis. 3. Confidentiality (Kerahasiaan informasi) Kerahasiaan informasi responden dijamin penulis, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. I. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul maka data dapat diolah dengan langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005): a. Editing Memeriksa atau mengevaluasi kelengkapan dan konsisisten dari semua jawaban responden terhadap kuisioner yang diberikan dilakukan peneliti langsung sebelum meninggalkan responden, hal ini dilakukan untuk menghindari penelitian berulang. b. Coding Hasil dari setiap jawaban telah dikumpulkan dan dikoreksi kembali. Selanjutnya setiap jawaban diberi kode yaitu usia ( 1=<25 tahun, 2=26-35 tahun, 3= >36 tahun), jenis kelamin (1=laki-laki, 2= perempuan), pendidikan terakhir (1=D3 keperawatan, 2=S1 keperawatan), tingkat supervisi(1=41-81 baik, 2=0-40 kurang baik), tingkat kinerja perawat 1= >75% (jumlah >36) baik dan 2 <75%( jumlah <36) kurang baik kemudian dikelompokkan untuk mempermudah analisa data yang dilakukan.

53 c. Entry Proses penyusun data atau pengorganisasian data dijumlahkan, disusun untuk dapat disajikan dan dianalisis.selanjutnya dilakukan entry data dengan menggunakan komputerisasi SPSS 17,0. d. Tabulating Setelah data dimasukkan dalam program SPSS 17,0, kemudian memberikan penilaian pada setiap jawaban responden kedalam tabel frekuensi untuk mempermudah analisa data lalu diinterpretasikan. 2. Analisa Data a. Analisa univariat Data yang dianalisis menggunakan uji univariat yaitu untuk melihat distribusi frekuensi dari karakteristik responden. Bahwa Jenis kelamin menunjukan responden perempuan lebih dominan dengan 41 (95,3%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan D3 tinggi adalah 39 (90,7) responden dari 43 yang berada pada rentang tahun yaitu sebanyak 16 (37,2%) responden. b. Analisa bivariat Analisa bivariat penelitian ini menggunakan uji statistik chi-squere dengan signifikasi 5% (0,05). Pelaksanaan supervisi kepala ruangan baik sebesar 62,8%, dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian baik sebesar 53,5% serta kinerja perawat kurang baik sebesar 9,3% dan pelaksanaan supervisi kepala ruangan kurang baik sebesar 37,2%, dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian kurang baik sebesar 20,9% serta kinerja perawat baik sebesar 16,3%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,004 berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep.

54 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian ke lokasi penelitian, adapun gambaran lokasi dan hasil penelitian yang dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan,yang terdiri dari 9 ruang rawat inap. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan berada di jalan Kapten Muslim No.79 Medan.Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Swasta yang memiliki kemampuan pelayanan klasifikasi tipe B. Sebelum terbentuknya rumah sakit ini, awalnya berbentuk klinik bidan dan baru tanggal 31 maret 1978 statusnya berubah menjadi Rumah Sakit Umum Sitanggang. Berdasarkan keputusan Dirjen Yankes Depkes RI tanggal 5 februari 1987 no 098/Yan.Med/Sk/87, Rumah Sakit Umum Sitanggang berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Sari Mutiara. Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan merupakan pelayanan kesehatan sekaligus juga sebagai tempat mahasiswa/i yang mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia melakukan praktek pra klinik. Dari data rekam medis Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan persentase kelengkapan pendokumentasian didapat 70% pada tahun 2013 dan kebanyakan pendokumentasian tidak dijabarkan secara penuh, sebagian besar terdapat pada bagian pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi. Perawat banyak mengisi pada kolom implementasi, hal ini sangat beralasan karena implementasi merupakan monitoring kegiatan yang telah dilakukan pada pasien. 40

55 41 2. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang merawat pasien serta melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Responden dalam penelitian ini berjumlah 43 orang yang didistribusikan berdasarkan umur,jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Dapat di lihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=43) Variabel Katgori n % Karakteristik Umur < 25 tahun tahun > 36 tahun ,9 37,2 27,9 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan ,7 95,3 Pendidikan terakhir D-III Keperawatan S-I Keperawatan ,7 9,3 Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji data dari kuisioner yang telah diisi oleh seluruh perawat pelaksana dari setiap ruangan rawat inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan diperoleh bahwa Jenis kelamin menunjukan responden perempuan lebih dominan dengan (95,3%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan D3 tinggi adalah (90,7) responden dari 43 yang berada pada rentang tahun yaitu sebanyak (37,2%) responden.

56 42 b. Pelaksanaan Supervisi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Supervisi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=43) Variabel Kategori n % Kurang Baik 16 37,2 Pelaksanaan Supervisi Baik 27 62,8 Berdasarkan tabel 4.2.Menunjukkan bahwa hasil uji data dari kuisioner yang telah diisi oleh seluruh perawat pelaksana dari setiapa ruangan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan diperoleh bahwa hampir seluruh supervisi melaksanakan peran dengan baik yaitu 62,8%. c. Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja perawat dalam pendokumentasian di Rumah Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=43) Variabel Kategori n % Kurang Baik 13 30,2 Kinerja Perawat Baik 30 69,8 Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji data dari lembar observasi yang telah di lakukan oleh peneliti langsung terhadap asuhan keperawatan yang dibuat perawat pelaksana dari setiap ruangan di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan diperoleh bahwa hampir seluruh perawat melakukan kinerja pendokumentasian dengan baik yaitu 69,8%.

57 43 3. Analisa Bivariat Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Askep Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 (n=43) Kinerja Pendokumentasian Pelaksanaan Baik Kurang Total Supervisi n % n % n % Baik 23 53,5 4 9, ,8 Kurang Baik 7 16,3 9 20, , , , p Value 0,004 Berdasarkan tabel 4.4. Dapat dilihat bahwa hasil uji dengan menggunakan uji stasistik chi square pelaksanaan supervisi kepala ruangan baik sebesar 62,8%, dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian baik sebesar 53,5% serta kinerja perawat kurang baik sebesar 9,3% dan pelaksanaan supervisi kepala ruangan kurang baik sebesar 37,2%, dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian kurang baik sebesar 20,9% serta kinerja perawat baik sebesar 16,3%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,004 berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015.

58 44 B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan mayoritas mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi baik yaitu (62,8%). Hal ini diketahui berdasarkan atas jawaban responden terhadap kuisioner dimana responden yaitu 65,1%, menyatakan bahwa kepala ruangan selalu mempunyai catatan hasil supervisi yang sudah ia lakukan, dan 41,9% yang mengatakan bahwa kepala ruangan selalu memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan berupa kegiatan-kegiatan yang terencana oleh seorang kepala ruangan melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari sudah terlaksana dengan baik. (Wiyana,2008) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Leli siswana tahun 2010 tentang hubungan peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi didapatkan sebagian besar responden hasil peran supervisi kepala ruangan, yang dikategorikan sangat baik sebanyak 33 orang perawat (52,4 %), dan peran supervisi kepala ruangan yang dikategorikan kurang baik sebanyak 30 orang perawat (47,6%).

59 45 Berdasarkan atas jawaban responden terhadap kuisioner dimana responden yaitu (74,4%) menyatakan bahwa kepala ruangan saya kadang-kadang mengidentifikasi dan mencatat masalah yang ada serta mencari solusinya, dan (51,2%) yang mengatakan kepala ruangan kadang-kadang memberikan motivasi kepada perawat pelaksana. Sehingga ini mengindikasikan bahwa motivasi juga mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba cara baru dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu penghargaan psikis dalam hal ini sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta dibimbing manakala melakukan suatu kesalahan (Bactiar & Suarly, 2009). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suarli & Bachtiar, (2009) bahwa Supervisi seharusnya memberikan bekal kepada bawahan, dengan bekal tersebut bawahan seharusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk menerapkan misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik untuk mencapai tujuan.supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi efektif, merangsang kreativitas dan motivasi (Supratman dan Sudaryanto,2008), dan prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan adalah supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi (Nursallam, 2007) Menurut asumsi peneliti bahwa pengarahan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik, dan perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik.

60 46 Hal ini didukung menurut Kron 1987 (dalam Suyanto, 2008) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. b. Kinerja Perawat Pelaksana dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana dalam melakukan pendokumentasian askep di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan mayoritas yaitu (69,8%) responden memiki kinerja baik dalam melakukan pendokumentasian askep. Hal ini diperoleh berdasarkan lembar observasi penelitian yang di lakukan peneliti terhadap askep yang dibuat oleh perawat pelaksana didapatkan bahwa kategori yang ada ditulis/diisi oleh perawat dalam askep yang paling dominan yaitu pada diagnosa keperawatan berdasarkan masalah pasien sebanyak (76,7%) dan (72,1%) berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leli siswana Tahun 2010 tentang hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di rumah sakit umum daerah petala bumi terhadap 63 responden didapatkan bahwa kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan, yang dikategorikan baik sebanyak 31 orang perawat (49,2 %), dan kinerja perawat pelaksana yang dikategorikan kurang baik sebanyak 32 orang perawat (50,8 %).

61 47 Sesuai dengan indikator kinerja perawat yaitu untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan dalam waku tertentu. Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses pelayanannya disebut indikator kinerja (Prajawanto,2009). Oleh karena itu, menurut (Hyrkas K & Paunonen, 2011) untuk mempertahankan kualitas kinerja suatu organisasi, maka evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan sangat penting dilakukan sebagai umpanbalik sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4 persen perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 persen perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 persen perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2005 ditemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %,dan kurang 15,63 %. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat >75 % (Maryadi, 2006). Didukung oleh standar yang ditetapkan oleh Depkes RI tentang pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan adalah 75%, Pendokumentasian asuhan yang tidak baik dapat dikaitkan dengan banyak variabel, antara lain motivasi kerja, stres kerja, beban kerja, gaya kepemimpinan, hubungan antar manusia kurang harmonis, supervisi dari atasan tidak efektif dan mungkin saja kejenuhan kerja (Supratman & Utami, 2009).

62 48 Dalam hal ini umur juga mempengaruhi kinerja seorang perawat, karena semakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal, terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat. Menurut Asa ad (2000) dalam Tanjary, 2009 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah karakteristik, motivasi, kemampuan, keterampilan, persepsi, sikap serta lingkungan kerja. Adapun yang termasuk dalam karakteristik perawat meliputi umur, pendidikan, tingkat pengetahuan, masa kerja, serta status. Ini terlihat dari distribusi frekuensi umur responden perawat saat penelitian (n=43) yaitu umur < 25 tahun sebanyak 15 responden (34,9%) sedangkan > 26 tahun sebanyak 28 responden (65,1%). Menurut asumsi peneliti agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Dengan kata lain, kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan, dan juga menurut Asa ad (2000) dalam Tanjary, 2009 umur berpengaruh terhadap kinerja perawat karena semakin berumur seorang perawat memiliki tanggung jawab moral dan loyal, terhadap pekerjaan serta lebih terampil karena lama bekerja menjadi perawat. Hal ini didukung menurut Mangkuprawira (2007), kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya.

63 49 c. Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 Hasil statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa p=0,004 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan supervisi dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian askep di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun Diperoleh berdasarkan hasil penelitian dimana pelaksanaan supervisi kepala ruangan yaitu kuisioner yang diisi oleh responden perawat pelaksana yang menyatakan bahwa pelaksanaan supervisi kepala ruangan adalah baik sebanyak (62,8%), sedangkan pelaksanaan supervisi kepala ruangan yang kurang baik sebanyak (37,2%). Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep yang baik sebanyak 30 orang (69,8%) sedangkan 13 orang (30,2%) kurang baik.hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Leli siswana (2010) tentang hubungan peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum DaerahPetala Bumi didapatkan bahwa Peran supervisi kepala ruangan yang sangat baik sebanyak 21 orang (16,2%), persentase ini ternyata lebih tinggi dari pada peran supervisi kepala ruangan yang kurang baik sebanyak 10 orang (14,8%) Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyanti (2009), tentang Hubungan Peran Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap yang dilakukan terhadap 67 orang perawat pelaksana di rawat inap diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.

64 50 Dan hasil penelitian oleh Putra Ardi Wibowo Tahun 2012 yang berjudul Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RST Wijayakusuma Purwokerto. Hasil analisis dengan menggunakan uji stasistik chi square dari 56 responden katagori pelaksanaan supervisi baik terlihat hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,011 berarti p value< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan supervisi dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Rachman (2006), supervisi yang tepat dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja bagi perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerja. Namun, hal ini berbeda dengan fenomena supervisi yang terjadi di tatanan pelayanan (rumah sakit). Mengimplementasikan keterampilan yang harus dimiliki kepala ruangan sebagai manajer antara lain adalah supervisi pelayanan keperawatan dan melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan sesuai dengan tanggung jawab dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap (Depkes, 1999). Menurut Kron (1987) dalam melaksanakan supervisi kepala ruangan harus mempunyai kemampuan sebagai perencana, pengarah, pelatih, pengamat, penilai, dan juga menyatakan juga supervisi sangat diperlukan pada pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana yang belum profesional, agar unit pelayanan keperawatan menjadi baik. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi pelayanan keperawatan di Indonesia. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang di berikan dapat di nilai secara obyektif dengan menggunakan metode dan instrumen penelitian yang baku, salah satunya adalah audit

65 51 dokumentasi asuhan keperawatan. Audit dokumentasi dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan standar pendokumentasian yang ditentukan dalam standar asuhan keperawatan. Aspek yang dinilai dalam pendokumentasian ini adalah pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan catatan asuhan keperawatan. Jadi kualitas kinerja perawat pelaksana dapat dievaluasi melalui audit dokumentasi (Depkes, 2002). Oleh karena itu, dokumentasi asuhan keperawatan menjadikan hal yang penting sebagai alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dari perawat dalam menjalankan tugasnya. Perawat profesional dihadapkan pada suatu tuntutan tanggung jawab yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien harus dihindarkan terjadinya kesalaha-kesalahan (negligence) dengan melakukan pendekatan proses keperawatan dan pendokumentasian yang akurat dan benar (Yahyo, 2007). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan p value< 0.05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiyanti (2009), tentang Hubungan Peran Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat Pelaksana Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap yang dilakukan terhadap 67 orang perawat pelaksana dirawat inap diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.

66 52 Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh shinta (2012) tentang pengaruh supervisi kepala ruangan terhadap dokumetasi asuhan keperawatan diruang rawat inap RSU. Unggaran menunjukkan sebagian besar dokumentasi asuhan keperawatan yang baik dibuat pada responden dengan supervisi yang baik (67,4%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p value =0,027 dengan taraf signifikasi p<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara supervisi kepala ruangan dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Ini membuktikan bahwa kompetensi kepala ruang identik dengan tuntutan sebagai supervisor yang mengacu pada model American Management Association Sumijatun (1996), sedangkan menurut Gillies (1989) fungsi kepala ruang meliputi empat area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan serta area pengembangan. Struktur organisasi ruangan merupakan area asuhan keperawatan yang seharusnya mendapatkan supervisi yang intensif karena berkaitan langsung dengan cara bagaimana pelayanan diorganisasikan dan dilakukan dengan pembagian kerja yang jelas. Supervisi keperawatan merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat. Hasil analisis dengan menggunakan uji stasistik chi-square dari 27 responden kategori pelaksanaan supervisi baik terlihat hasil uji statistic didapatkan nilai p value = 0,004 berarti pvalue< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan supervisi dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan Faizin dan Winarsih, (2008). Kegiatan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkankualitas asuhan keperawatan (Arwani, 2006). Pengaruh supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana dibuktikan oleh penelitian Hasniati (2002) yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala

67 53 ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Sidoarjo. Peran supervisi Kepala ruangan sebagai penilai adalah seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat memberikan penilaian yang baik dalam melakukan supervisi. penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penilaian kerja dan observasiniya akurat. Menurut asumsi peneliti bahwa semakin baik pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan maka semakin baik pula kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Warsito (2006) mengenai persepsi perawat terhadap fungsi manajerial kepala ruang di rumah sakit jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang bahwa perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengarahan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik dan perawat pelaksana yang mempunyai persepsi tentang fungsi pengawasan kepala ruang tidak baik, cenderung pelaksanaan manajemen asuhan keperawatannya juga tidak baik. Dalam melaksanakan supervisi kepala ruangan sering melaksanakan penilaian terhadap hasil kerja perawat pelaksana saat melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu seperti selama masa pengkajian, hal ini dilaksanakan secara terus menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat khusus. Hasil interview mendalam dari beberapa supervisi dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan perlu dilakukan, karena asuhan keperawatan merupakan catatan pertanggungjawaban perawat untuk kegiatan yang akan dan telah di lakukan. Dengan melakukan supervisi secara rutin yang di lakukan selama pergantian shift, maka diharapkan pedokumentasian akan berjalan baik mulai dari pengkajian sampai

68 54 implementasi. Selama ini belum ada kegiatan khusus yang memotivasi kecuali memang dari kesadaran perawat itu sendiri, Dalam pengisian asuhan keperawatan perawat tidak di berikan insentif atau upah tambahan. salah satu kepala ruangan mengatakan pemecahan masalah yang harus dilakukan untuk mendukung kelengkapan dokumentasi.

69 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan dimana mayoritas baik sebanyak 62,8% 2. Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep mayoritas baik sebanyak 69,8% 3. Ada hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2015 dengan p value =0,004 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa semakin baik supervisi yang dilakukan kepala ruangan semakin baik pula kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Manajemen rumah sakit atau bidang keperawatan hendaknya membuat supervisi kepala ruang secara periodik. Selain itu manajemen rumah sakit membedakan supervisi yang dilaksanakan kepala ruang, contohnya supervisi kepala ruang khusus yang termasuk pendokumentasian tentang asuhan keperawatan. Penilaian dokumentasi asuhan keperawatan sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu komponen penilaian kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan. Kepala bidang pelayanan keperawatan secara rutin mengadakan pertemuan dengan kepala ruang untuk membahas hasil supervisi kepala ruang, sehingga dapat 55

70 menyelesaikan dengan segera masalah-masalah yang dihadapi baik oleh perawat pelaksana maupun oleh kepala ruang. 2. Bagi Perawat Bagi perawat diharapkan untuk lebih profesional dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan memperhatikan standar pendokumentasian asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh rumah sakit dan bekerja sesuai dengan uraian tugas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu adanya penelitian lanjutan tentang kebenaran audit keperawatan untuk menilai kelengkapan asuhan keperawatan. 56

71 DAFTAR PUSTAKA Agus. (2008). Pengaruh Factor-Faktor Karakteristik Perawat Terhadap Kepuasan Kinerja Tenaga Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RS Y. Jakarta : tesis Program sarjana FK UI Arikunto S (2006).Prosedur penelitian suatu opendekatan praktik.jakarta ; Rineka Cipta. Arwani. (2006), Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC. Dep. Kes RI, (2000) Standar Manejemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta ; Penerbit Direktorat Yan. Kep. Dirjen Yan. Med. Diyanto, yahyo. (2007). Analisis Faktor-Faktor Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Dharma,(2003). Manajemen Kinerja.Jakarta : Pustaka Belajar Doenges,Marilyn E, (2000). Penerapan Proses Keperawatan Dan diagnosa Keperwatan. Edisi 2. Jakarta : EGC Faizin, A & Winarsih, (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Lama Kerja Perawat Dengan Kinerja Perawat Di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Diambil pada tanggal 2 Februari 2015 dari. Fakhruddin, (2001). Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Terhadap Kinerja Perekam Medis di RS H. Medan Tahun Medan: FKM-USU Hidayat, A.A. (2009). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Huber, D. (2000). Leadership and Nursing Care Management. 2nd. Philadelphia: W.B. Saunders Company Hyrkäs K.,& Paunonen-Ilmonen M, (2011), The Effects Of Clinical Supervision On The Quality Of Care: examining the results of team supervision, Journal of Advanced Nursing, 33(4): Ilyas, Y. (1999) Kinerja: Teori Penilaian dan Penelitian. Jakarta: FKM UI Junita, Mey. (2010). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perwat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Diambil pada tanggal 3 februari 2015: dari nita

72 Mangkuprawira, (2007). Manajemen Supervise Rumah Sakit. Jakarta :Graha Indonesia Maryadi. (2006). Hubungan Kepuasan Kompensasi Jasa Pelayanan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Tahun Diambil pada tanggal 10 Februari 2015 dari Mularso, (2006), Supervisi keperawatan di RS Dr.A. Aziz Singkawang: Studi kasus, Tesis: Prog.S2 MMR UGM Muninjaya, A.A.G. (1999). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC. Notoadmojo, soekidjo. (2003). Prinsip-Prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta,EGC Nurachmah. (2008). Asuhan keperawatan bermutu di rumah sakit. Diambil pada tanggal 3 februari 2015 dari: Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Sakit.Jogjakarta : Mitra Cendekia Press Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi Profesional. Jakarta : Salemba Medika Prajawanto.(2009) Kinerja: Teori, penilaian dan penelitian (cetakan ke 3).Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI Sahar, et al (2013) gambaran respon kepala ruang terhadap peran dan fungsinya sebagai manajer lini persepsi kepala ruangan dalam menjalankan fungsi manajemen. Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta:Erlangga. Sudjana.(2004) Suatu alternatif pemecahan masalah dalam pendokumentasian keperawatantelaahan penelitian optimalisasi pendokumentasian keperawatan di Rumah Sakit. JKI. II. 5. Jakarta: FIKUI. Supratman. (2009). Model-model Supervisi Keperawatan Klinik. Diambil pada tanggal 5 februari 2015 dari (2000).Sttiastik Untuk Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta

73 Sukardjo, (2010). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.Yogyakarta: Mitra Cendikia Press Suyanto, (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah. Jakarta:Rineka Cipta Swanburg, R.C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Terjemahan.Jakarta: EGC Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers Tanjary.(2009) Manajemen Kinerja, Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta Warsito (2006). Persepsi perawat terhadap fungsi manajerial kepala ruang di rumah sakit jiwa Dr. Amino gondohutomo semarang Wijayanti, pudji. (2009). Hubungan peran kepala ruang terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan. Jakarta :UPN Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi dalam Keperawatan. Diambil pada tanggal 7 februari Dari php&id=3 Yahyo. (2007) Proses & dokumentasi keperawatan: Konsep & praktik. Jakarta : Salemba Medika.

74 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama/NIM : Rikodeni Ferianto Siboro Tempat Institusi Pendidikan : Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Judul Penelitian : Hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian askep di Ruang Rawat Inap RSU Sari Mutiara Tahun Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya lakukan dengan judul tersebut diatas yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia, untuk itu saya memohon kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kuisioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban bapak/ibu dijamin kerahasiannya. Demikian permohonan saya ini, atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Medan, April 2015 Hormat Saya Rikodeni F.Siboro) Sehubungan dengan penjelasan diatas, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini dengan sukarela. Hormat Saya Responden (...)

75 KUISIONER PENELITIAN 1. Data Demografi Responden Nomor Responden : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : D3 Keperawatan S1 Keperawatan / Ners Usia : Unit Keperawatan : 2. n Kuisioner Pelaksanaan Supervisi yang Dilakukan oleh Kepala Ruanga Berilah tanda ( ) pada kolom angka yang ada disebelah kanan pada masing masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut: SL = Selalu dilakukan SR = Sering dilakukan KD = Kadang-kadang dilakukan TP = Tidak pernah dilakukan NO PERNYATAAN TP KD SR SL TEHNIK SUPERVISI 1. Kepala ruangan saya memberikan Pengarahan kepala perawat pelaksana secara langsung 2. Setiap memberikan pengarahan, kepala ruangan saya menggunakan kata-kata yang tidak berbelibelit 3. Materi arahan yang diberikan oleh kepala ruangan sudah sesuai dengan standar keperawatan 4. Kepala ruangan saya memberikan pengarahan kepada perawat pelaksana tidak sekaligus dalam satu hari 5. Kepala ruangan saya mengontrol Kelengkapan pendokumentasian perawat pelaksana keperawatan 6. Kepala ruangan mempunyai catatan hasil supervisi yang dilakukannya

76 7. Kepala ruangan mengecek hasil dokumentasi perawat pelaksana pada rekam medik 8. Kepala ruangan saya memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang kurang jelas NO PERNYATAAN TP KD SR SL 9. Kepala ruangan memeriksa kelengkapan dokumentasi yang dibuat oleh perawat pelaksana PRINSIP SUPERVISI 10. Kepala ruangan saya memberikan pengarahan hanya pada beberapa perawat pelaksana yang dikenalnya saja 11. Kepala ruangan saya menyusun materi supervisi pada saat dia melaksanakan supervisi 12. Kepala ruangan saya selalu berdiskusi dengan perawat pelaksana bagaimana penyusunan askep yang baik. 13. Dalam memberikan pengarahan askep kepala ruangan menggunakan nada suara yang keras 14. Kepala ruangan saya memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk mengeluarkan pendapatnya 15. Kepala ruangan memberikan motivasi kepada perawat pelaksana 16. Kepala ruangan memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari pengkajian sampai evaluasi KEGIATAN RUTIN SUPERVISI 17. Kepala ruangan saya menyiapkan materi (format supervisi, pedoman pendokumentasian) setiap hari Kepala ruangan bekerja sama dengan perawat 18. Pelaksana supevisi yaitu kepala ruangan mengindentifikasi kelengkapan pendokumentasian. 19. Kepala ruangan saya berdiskusi dengan perawat pelaksana tentang hal-hal yang sudah dicapai dan yang belum tercapai 20. Kepala ruangan mempunyai catatan hasil supervisi yang sudah ia dilakukan 21. Kepala ruangan saya memberikan pujian kepada perawat pelaksana yang melaksanakan tugas dengan baik 22. Kepala ruangan saya mengidentifikasi dan mencatat masalah yang ada serta mencari solusinya 23. Kepala ruangan saya mengidentifikasi adanya kecelakaan kerja MODEL SUPERVISI 24. Kepala ruangan saya melakukan supervisi

77 untuk mengetahui kesalahan perawat pelaksana 25. Kepala ruangan saya melakukan supervisi setiap Hari NO PERNYATAAN TP KD SR SL 26. Kepala ruangan saya mengecek hasil dokumentasi yang sudah dilakukan perawat pelaksana kemudian membandingkannya dengan standar keperawatan yang ada 27. Kepala ruangan saya memarahi perawat pelaksana yang melakukan kesalahan

78

79

80

81

82

83

84

85

86

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

tugas sehari-hari (Arwani, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Supervisi a. Pengertian Supervisi Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Supervisi 1. Pengertian Supervisi Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Supervisi 1.1. Pengertian Supervisi Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 Oleh YUPIN MEFIL SABRIKA DAELY 10 02 157 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN. Oleh VITOE FUSANTO

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN. Oleh VITOE FUSANTO SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 Oleh VITOE FUSANTO 10 02 156 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh BERNARDO SIMATUPANG 10 02 060 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi dan pengendalian

Lebih terperinci

PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh YOHANA REANITA GULTOM 10 02 207 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TEBING TINGGI TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI DI RUMAH SAKIT TENTARA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014 Oleh EVA SIDABUTAR 12 02 218 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH UMUM DAERAH KOTA SEMARANG 3 ABSTRAK Latar belakang : Supervisi adalah salah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III (TANJUNG I, ASOKA I DAN ASOKA II) RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 Oleh EVIANI 10 02 069 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI PERAWAT DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI STABAT TAHUN 2014

HUBUNGAN KONSEP DIRI PERAWAT DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI STABAT TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN KONSEP DIRI PERAWAT DENGAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI STABAT TAHUN 2014 Oleh RIZA FADLY 10 02 043 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA IBU PRE MENOPAUSE DI DESA SUKADAME KECAMATAN SILANGKITANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2014 Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN TEKNIK PEMASANGAN DAN PERAWATAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh NELVISTER TAFONAO 10 02 140 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

FRANSISKUS DAKHI PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN

FRANSISKUS DAKHI PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANFAAT DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN PELAKSANAAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUKAS KECAMATAN MANIAMOLO KABUPATEN NIAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 Oleh JUWITA SITOHANG 10 02 076 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TENTANG MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 Oleh NOVIA ESNIATI GURNING 10 02 187 PROGRAM STUDI ILMU NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada prilaku guna mencapai tujuan tertentu. Proses psikologis tersebut merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada prilaku guna mencapai tujuan tertentu. Proses psikologis tersebut merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi Kerja 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah proses psikologis yang timbul dan mengarahkan individu pada prilaku guna mencapai tujuan tertentu. Proses psikologis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana keperawatan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN Oleh DENAL PARMAN.

SKRIPSI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN Oleh DENAL PARMAN. SKRIPSI HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh DENAL PARMAN. P 10 02 011 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN PENGARAHAN KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PTPN IV PABATU TAHUN 2014

HUBUNGAN PERAN PENGARAHAN KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PTPN IV PABATU TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PERAN PENGARAHAN KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PTPN IV PABATU TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sosial ekonomi masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan juga semakin meningkat. Masalah kesehatan

Lebih terperinci

SEPTIANA GULO PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN

SEPTIANA GULO PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN MANAJEMEN KEPERAWATAN : PENGADAAN ALAT DENGAN PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DI RUANG RAWAT INAP RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh MARTA SEPTIANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan pasien. Salah satu peran perawat

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP CARING PERAWAT DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2014

HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP CARING PERAWAT DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI TERHADAP CARING PERAWAT DI RSUD SIDIKALANG TAHUN 2014 Oleh IRWAN ARITONANG 10 02 074 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE APPENDIKTOMI DI RUANG KELAS III BEDAH RSU SWADANA DAERAH TARUTUNG TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : SAHAT HUTAGALUNG 11.02.327 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN DOWER KATETER TERHADAP TANDA-TANDA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PERAWATAN DOWER KATETER TERHADAP TANDA-TANDA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH PERAWATAN DOWER KATETER TERHADAP TANDA-TANDA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 Oleh JUNIATI SARAGIH 10 02 026 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG INSTALASI RINDU A RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG INSTALASI RINDU A RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG INSTALASI RINDU A RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA 1 TEBING TINGGI TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH INFORMASI PROSEDUR PEMBEDAHAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT PABATU TEBING TINGGI TAHUN 2014 Oleh LILAWATI 12 02 226 PROGRAM

Lebih terperinci

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN MUHAMMAD JAMAL MISHBAH 6143027 STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSU. DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSU. DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSU. DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 Oleh : PEWITA SHARA R. 12 02 156 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL DAN RUMAH SAKIT UMUM HKBP BALIGE SKRIPSI Oleh Larisma Purba 121121093 FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 HUTABAYURAJA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014 Oleh : MENY MAYA SARI MANURUNG 10 02 183 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR

SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR SKRIPSI HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDICAL SURGICAL RSUP SANGLAH DENPASAR OLEH NI WAYAN ASRI ARDIANI SAPUTRI NIM : 1002105023 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014

SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014 i ii SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN ICU DI RSUP H. ADAM MALIKMEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepala ruangan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan untuk melakukan supervisi, karena dengan adanya supervisi dan pengarahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh JOHAN FERDINAND EDWIN SIJABAT 10 02 179 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AYU TRI PURNAMA SARI 20121020108 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERNYATAAN PENGARUH JUMLAH PENARIKAN CAIRAN TUBUH TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD DR

PERNYATAAN PENGARUH JUMLAH PENARIKAN CAIRAN TUBUH TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD DR i ii PERNYATAAN PENGARUH JUMLAH PENARIKAN CAIRAN TUBUH TERHADAP TEKANAN DARAH PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD DR.PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN RESPONSE TIME PERAWAT DENGAN KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2014 OLEH : DELVIANA ZEBUA 12.02.172 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan inilah yang selalu dituntut agar selalu bertambah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 OLEH: EKA NUGRAHA NAIBAHO NIM: 10.02.168 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO SKRIPSI oleh Ervina Novi Susanti NIM 082310101008

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS

SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MELAKSANAAN PRINSIP PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PLEBITIS Studi dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah SoE, Kabupaten Timor Tengah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH 47 HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH Kris Linggardini Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya bernama Evirina Simanjuntak ( ) mahasiswa Fakultas

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya bernama Evirina Simanjuntak ( ) mahasiswa Fakultas 101 Lampiran 1 No. Responden:.. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya bernama Evirina Simanjuntak (051101014) mahasiswa Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RS NUR HIDAYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRIANA SILAWATI 21212129 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN DENGAN TEKNIK BERCERITA TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) RSU SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014 Oleh RIKA ERVIANA SARI 10 02 192 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan derajat kesehatan secara optimal menuntut profesi keperawatan mengembangkan mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUPERVISOR TENTANG FUNGSI PENGARAHAN DENGAN KINERJA SUPERVISOR MENURUT PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN EVA HASFIANTY 135102148 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

SKRIPS I PENGARUH FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN TERHADAP PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

SKRIPS I PENGARUH FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN TERHADAP PELAKSANAAN PATIENT SAFETY SKRIPSI PENGARUH FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPALA RUANGAN TERHADAP PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DI RUANG INSTALASI RINDU A RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Oleh : REZA YUDI PRATAMA 12.02.171

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDIKALANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDIKALANG HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN KEPERAWATAN DI RSUD SIDIKALANG SKRIPSI Oleh: Merliani Sigalingging 101101123 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi penyedia pelayanan kesehatan yang cukup kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-5 TAHUN SELAMA TINDAKAN PERAWATAN DI RUANG VINCENSIUS RUMAH SAKIT HARAPAN PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014 Oleh : MUTIARA

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN (Analysis Of Nursing Documentation Application Standard With The Quality Of Service

Lebih terperinci

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI

SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI SUPERVISI KEPERAWATAN ENI WIDIASTUTI Pendahuluan Mewujudkan praktik keperawatan profesional perlu didukung oleh fungsi-fungsi manajemen keperawatan yang baik Salah satu fungsi yang harus dilakukan adalah

Lebih terperinci

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS) (Quality of Nursing Documentation and Nurse s Objective Workload Based on Time and Motion Study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. (v+74 halaman, 1 bagan, 10 tabel, 10 lampiran)

ABSTRAK. (v+74 halaman, 1 bagan, 10 tabel, 10 lampiran) ABSTRAK Ike Sulistianingsih (50120100054) HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT TENTANG FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG DENGAN HASIL STUDI DOKUMENTASI PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DI SILOAM HOSPITALS JAMBI.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG Tina Krisnawati 1), Ngesti W. Utami 2), Lasri 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, tuntutan masyarakat yang semakin mengerti terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat

Lebih terperinci

PERNYATAAN SKRIPSI. Medan, Juli 2014 Peneliti. (Paolisma Gustini Harefa) iii

PERNYATAAN SKRIPSI. Medan, Juli 2014 Peneliti. (Paolisma Gustini Harefa) iii i ii PERNYATAAN HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN TINDAKAN PEMERIKSAAN KANKER SERVIKS DI DUSUN II B DESA TANJUNG GUSTA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014 SKRIPSI Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA ABSTRAK

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA ABSTRAK HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA Rini Roostyowati 1), Erlisa Candrawati 2), Wahidyanti Rahayu H 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK EKA FEBRIANI I32111019 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat merupakan The Caring Profession mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang unik

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHANKEKAMBUHAN PADA KLIENDI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHANKEKAMBUHAN PADA KLIENDI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RHEUMATOID ARTHRITIS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHANKEKAMBUHAN PADA KLIENDI PUSKESMAS MANDALA MEDAN TAHUN 2014 OLEH: SRI INTAN SILABAN 10 02 099 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

Alfi Ari Fakhrur Rizal 1 ; Shofa Chasani 2 ; Bambang Edi Warsito 3 ABSTRAK

Alfi Ari Fakhrur Rizal 1 ; Shofa Chasani 2 ; Bambang Edi Warsito 3 ABSTRAK HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA RUANG DENGAN MOTIVASI PERAWAT PELAKSANA DALAM MEMBERIKAN LAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD KOTA SEMARANG Relationship Management Function Of The

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi 2.1.1. Pengertian Supervisi Supervisi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka pemantauan disertai dengan pemberian bimbingan, penggerakan atau motivasi dan pengarahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus menerus selama 24 jam

Lebih terperinci

KUALITAS TIDUR PERAWAT KETIKA TIDAK BERTUGAS MALAM DAN SETELAH BERTUGAS MALAM DI RSUD SIDIKALANG

KUALITAS TIDUR PERAWAT KETIKA TIDAK BERTUGAS MALAM DAN SETELAH BERTUGAS MALAM DI RSUD SIDIKALANG KUALITAS TIDUR PERAWAT KETIKA TIDAK BERTUGAS MALAM DAN SETELAH BERTUGAS MALAM DI RSUD SIDIKALANG SKRIPSI Oleh Yulice Wandari Sihotang 101101097 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 KUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu unit usaha yang memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu unit usaha yang memberikan pelayanan jasa,

Lebih terperinci

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU Zulkarnain STIKES Bhakti Husada Bengkulu Jl. Kinibalu 8 Kebun Tebeng Telp (0736) 23422 Email : stikesbh03@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID DI POLIKLINIK RS JIWA DAERAH PROPSU MEDAN SKRIPSI Oleh Septian Mixrofa Sebayang 071101019 FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2014 SRI WAHYUNI 135102011 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MINUM OBAT DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI Oleh Muhammad Isa Syahputra Yoga 071101121 FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah

Lebih terperinci

Oleh: SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana HERU DHIYANTO

Oleh: SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana HERU DHIYANTO HUBUNGAN WAKTU TUNGGU PERIKSA DAN PEMBERIAN INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN (FALSE EMERGENCY) PADA PELAYANAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT EMANUEL PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA

Lebih terperinci

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG SKRIPSI Oleh Noni Valentina Tamba 101101052 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 Judul Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN SISWI TENTANG KANKER PAYUDARA DI SMK YAYASAN HASANUDDIN MEDAN TAHUN 2014 Oleh RINALDI TRISNANDA 12 02 256 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA.

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI KLINIK BERSALIN BERSAMA MEDAN TAHUN 2013

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI KLINIK BERSALIN BERSAMA MEDAN TAHUN 2013 HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI KLINIK BERSALIN BERSAMA MEDAN TAHUN 2013 ELPI RAPIKA RAHMI TANJUNG 125102155 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PRODUKTIFITAS PERAWAT DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT Maria Lily Hozana*, Gustop Amatiria** *Perawat RS Panti Secanti Gisting **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA Emanuel Agung Wirawan*, Dwi Novitasari**, Fiki Wijayanti*** 1. Mahasiswa PSIK STIKES

Lebih terperinci

Hubungan Peran Perawat dengan Kemampuan Bersosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov. Sumatera Utara Medan

Hubungan Peran Perawat dengan Kemampuan Bersosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov. Sumatera Utara Medan Hubungan Peran Perawat dengan Kemampuan Bersosialisasi pada Pasien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Prov. Sumatera Utara Medan Skripsi Oleh Dini arti 091101018 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan. Pelayanan keperawatan

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Lantai 2 IRNA GPS RSUP Fatmawati

Pengaruh Penerapan Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Lantai 2 IRNA GPS RSUP Fatmawati Pengaruh Penerapan Supervisi Terhadap Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Lantai 2 IRNA GPS RSUP Fatmawati Mito Julianto Instalasi Rawat Inap (IRNA) Gedung Prof. Dr. Soelarto, RSUP Fatmawati,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PENJADWALAN SHIFT, BEBAN KERJA DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN KELELAHAN KERJA DI RUANG RAWAT KHUSUS RSUD BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang telah

Lebih terperinci