HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manisan Buah Manisan buah adalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama beberapa waktu. Manisan biasanya dimakan sebagai hidangan pelengkap untuk merangsang nafsu makan. Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara pengawetan makanan yang sudah diterapkan sejak dahulu kala. Perendamanan dengan larutan gula (penggulaan) akan membuat kadar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang sehingga keadaan ini akan menghambat pertumbuhan mikroba perusak sehingga buah akan lebih tahan lama. (Muaris, 2003) Manisan buah dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering adalah manisan basah yang dikeringkan. Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih tinggi dari manisan kering sehingga umur simpannya lebih singkat namun penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya sedangkan manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang memiliki tekstur keras seperti kolang kaling, mangga, kedondong, salak, pepaya, ceremai, belimbing, jambu biji, dan nangka dan lain-lain. Sedangkan manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak, contohnya, buah kundur, asam jawa, bengkuang, pala, pepaya, dan lain-lain (Fatah, 2004) Buah Pepaya Pepaya (Carica pepaya L.), adalah salah satu jenis buah yang bisa dijadikan macam-macam produk olahan/awetan tertentu, tergantung kondisi 8 FTIP001639/024

2 9 kematangannya. Menurut Suprapti (2005), beberapa bentuk olahan dari pepaya adalah sebagai berikut: 1. Pepaya mentah : Enzim papain, sukade, dan manisan basah dan manisan kering 2. Pepaya Mengkal : Manisan basah, manisan kering, sirup, koktail, dan selai/jam/jelly 3. Pepaya Matang : Manisan basah dan kering, sirup, koktail, pasta, sari buah/jus, saus dan dodol Pada dasarnya, kondisi buah pepaya yang masih mentah, mengkal, dan secara fisiologis sudah matang, memiliki perbedaan seperti ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 1. Perbedaan Kondisi Pepaya Berdasarkan Tingkat Kematangan No Pepaya Mengkal Pepaya Matang Daging buah Daging buah berwarna Daging buah berwarna berwarna putih semburat merah atau kuning 2 Buah keras padat Buah keras padat Buah sedikit lunak 3 Sulit dihancurkan 1 Pepaya Mentah Agak mudah dihancurkan Mudah dihancurkan Sangat mudah 4 Dapat dipotong- Mudah dipotong- dipotong, bahkan potong potong dalam bentuk bulat sekalipun. 6 7 Kandungan pektin Kandungan pektin Kandungan pektin minimal maksimal cukup Tidak memiliki Rasa agak manis, Rasa manis, aroma dan cita rasa (hambar) aroma dan rasa spesifik rasa spesifik Sumber: Suprapti (2005) FTIP001639/025

3 Prinsip Pembuatan Manisan Pepaya Dalam pembuatan manisan, hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana membuat manisan yang bermutu. Mutu berdasarkan ISO didefinisikan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau manusia yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan. Mutu manisan dipenuhi oleh beberapa faktor, antara lain bentuk, rasa, aroma, dan warna. Namun selain itu hal yang lebih penting adalah jaminan keamanan manisan tersebut. Keamanan pangan (food safety) adalah hal-hal yang membuat produk pangan aman dimakan dan bebas dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit, misalnya mengandung sumber penular penyakit, mengandung bahan kimia beracun, atau mengandung benda asing (Fanny, 2011). Secara umum, jenis bahaya keamanan pangan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Biologi, Kimia, dan Fisik. Berbagai faktor teknis yang sangat mempengaruhi keamanan pangan adalah faktor air, oksigen, ph, suhu, penanganan (benturan, gesekan), dan waktu. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut perlu dikendalikan. Menurut para ahli keamanan pangan dari US -FDA (Badan Pertanian dan Pangan AS), ancaman yang paling berbahaya adalah bahaya biologi (kontaminasi mikrobiologi). Data statistik menunjukkan sekitar 90% penyakit pada manusia berkaitan dengan pangan. Penyakit seperti ini disebut foodborne disease. WHO mendefinisikan foodborne disease adalah penyakit yang umumnya bersifat infeksi atau racun yang disebabkan oleh mikroba atau senyawa lain yang diproduksinya yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi (Fanny, 2011). Terkait dengan pengolahan manisan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi cemaran mikrobiologis. Hal tersebut diantaranya adalah bahan baku harus disimpan pada ruangan yang harus selalu dijaga kebersihannya dan bebas dari binatang pengganggu. Selain itu, tempat pencucian dan peralatan pencucian bahan baku harus selalu dijaga kebersihannya, sehingga tujuan pencucian benar-benar tercapai. Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan dibiarkan tercecer karena dapat FTIP001639/026

4 11 mengundang binatang ataupun serangga yang tidak diinginkan. Peralatanperalatan pengolahan harus selalu bersih, bebas minyak, jamur, sisa makanan, dan kotoran lainnya Manisan pepaya bisa dibuat menjadi manisan basah dan kering. Kedua manisan tersebut pada dasarnya sama-sama harus melalui tahap penggulaan. Namun tahap setelah penggulaan itulah yang berbeda. Untuk manisan kering, setelah penggulaan maka dikeringkan sampai kadar air tertentu. Berikut ini adalah cara pembuatan manisan pepaya secara konvensional (DIPTI Sumatera Barat, 2001): 1. Pemotongan dan perendaman di dalam larutan kapur sirih (CaCO3). Buah pepaya mengkal dikupas, dibelah dan dibuang bijinya serta dipotong kecil-kecil dengan ukuran seragam. Kemudian potongan buah dicuci sampai bersih dan direndam di dalam larutan kapur sirih 0,2-0,3% (b/v) selama 1 jam. Perendaman dalam larutan kapur bertujuan untuk memperkuat jaringan buah karena pada saat penggulaan akan terjadi proses pengkerutan sel (plasmolisis) yang diakibatkan berkurangnya air di dalam sel. Jadi manisan, khususnya jenis manisan basah tidak akan keriput dan akan terasa renyah ketika dimakan. Setelah perendaman dengan kapur sirih selesai, kemudian potongan dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. 2. Perendaman di dalam larutan natrium bisulfit. Potongan pepaya yang telah ditiriskan, kemudian direndam di dalam larutan sulfit 0,18-0,22% (b/v) dengan suhu 64-68oC selama 10 menit sambil diaduk-aduk secara pelan-pelan. Tujuan perendaman dengan larutan ini adalah untuk mencegah pencoklatan (browning) pada potongan buah. Setelah itu potongan pepaya dicuci dengan air bersih dan ditiriskan. 3. Perendaman di dalam larutan gula (penggulaan) Setelah penirisan pada prosedur nomor 2, potongan pepaya direndam di dalam larutan gula 40% (b/v) selama 24 jam. Kemudian potongan pepaya ditiriskan. Selanjutnya prosedur 2 sampai 3 FTIP001639/027

5 12 diulangi lagi sampai 2 kali. Dengan demikian perendaman dilakukan selama 3 hari. Pengulangan tersebut dimaksudkan agar gula dalam manisan terserap merata dan kadarnya menjadi tinggi. 4. Pengeringan Setelah diangkat dari larutan gula, potongan buah ditiriskan. Apabila akan dijadikan manisan kering, selanjutnya potongan buah dijemur (jika tersedia cukup sinar matahari), atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air 30% (b/b) basis basah. 5. Pengemasan Manisan pepaya ini dikemas di dalam kantong plastik polietilen, kemudian di-seal dengan rapat. Perendaman dalam air gula (penggulaan) pada pembuatan manisan secara konvensional akan memakan waktu cukup lama, yaitu 3 hari. Hal tersebut diakibatkan proses penyerapan gula ke dalam jaringan membutuhkan waktu lama. Pada proses penggulaan alami, yang terjadi adalah peristiwa dehidrasi osmosis (osmotic dehydration), yaitu merupakan proses perpindahan massa secara simultan (coutercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan menuju larutan gula dan berpindahnya gula dari dalam larutan menuju ke dalam bahan (Lazarides et al., 1999 dalam Nopianto, 2005). Pada proses penggulaan, laju difusi gula masih jauh lebih lambat dibandingkan laju osmosis air dari dalam buah. Hal ini terjadi karena perpindahan massa gula terhambat oleh perpindahan air dari bahan. Aliran air dari dalam bahan terjadi akibat tekanan osmosis larutan gula yang lebih tinggi dari pada tekanan osmosis di dalam potongan pepaya dan tekanan atmosfer, sementara tekanan udara dalam sistem yang mungkin dapat menjadi penghambat tekanan osmosis larutan hanya sebesar 1 atm (Nopianto, 2005). Laju difusi air yang lebih tinggi ini secara otomatis akan menghambat difusi gula ke dalam potongan pepaya. Oleh karena itu kesetimbangan konsentrasi gula antara bahan dan larutan gula akan lebih lama tercapai. FTIP001639/028

6 Prinsip Difusi, Osmosis, dan Reverse Osmosis Difusi Difusi adalah perpindahan molekul larutan dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah (Poedjiadi, 2009). Konsentrasi adalah ukuran yang menunjukkan jumlah suatu zat terlarut yang terdapat di dalam suatu larutan. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua zat disebut gradien konsentrasi. Terkait dengan penelitian ini, arah difusi gula akan terjadi dari larutan perendam (konsentrasi gula tinggi) menuju ke dalam potongan pepaya (konsentrasi gula rendah) dan difusi molekul gula akan berhenti jika konsentrasi gula kedua larutan sudah setimbang. Gambar 2 berikut ini menerangkan arah difusi gula antara dua larutan gula berbeda konsentrasai yang dipisahkan oleh membran. Gambar 2. Mekanisme Difusi ( 2006) Bird dkk. (1986) dalam Nopianto (2005) menyatakan bahwa untuk memahami mekanisme perpindahan molekul secara difusi, dapat ditelaah dari hukum Fick pertama yang menjelaskan bahwa laju aliran massa dari suatu zat per satuan luas (fluks massa) berbanding lurus dengan gradien konsentrasi, seperti terlihat pada Persamaan 1. J= - D dc dz..(1) dimana : J : fluks massa (kg-mol/s.m2) D : difusivitas membran terhadap molekul (m2/s) FTIP001639/029

7 14 C : konsentrasi molekul (kg-mol/l) z : ketebalan membran (m) Dari persamaan di atas, laju difusi per satuan luas disebut juga sebagai fluks massa. Holman, (1986) menerangkan lebih lanjut untuk mendapatkan laju aliran massa (laju difusi) dalam satuan kg/s dengan persamaan berikut: J= ṁa...(2) A maka, dimana : ṁa = - DA dc dz...(3) ṁa : laju aliran massa (kg/s) D : difusivitas membran terhadap molekul (m2/s) C : konsentrasi molekul (kg-mol/l) A : luas membran (m2) z : ketebalan membran (m) Berdasarkan Persamaan 1 jelas bahwa fluks massa (J) berbanding lurus dengan konsentrasi larutannya (C). Artinya semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula fluks massanya. Menurut Holman (1986) difusi dan osmosis bisa ditelaah dengan pendekatan pada gas atas hubungan antara tekanan (P) dengan konsentrasi (C) seperti Persamaan 4 berikut : P V= n R T...(4) dimana: P : tekanan udara (atm) n : massa molekul (kg mol) R : tetapan gas ideal (82, L.atm/kg.mol.K) T : suhu larutan (K) V : volume larutan (L) FTIP001639/030

8 15 n / V adalah konsentrasi larutan (C), maka berlaku : C = J= - P RT D P R T z...(5)...(6) Konsentrasi (C) merupakan tenaga pendorong (driving force) laju aliran massa sehingga fluks massa berbanding lurus dengan tekanan (J P). Artinya dapat dipastikan bahwa apabila diterapkan tekanan yang besar pada larutan hipertonik dalam proses difusi, maka perpindahan massa partikel dari larutan hipertonik menuju hipotonik akan besar pula Osmosis Osmosis adalah fenomena khusus dari difusi, yaitu proses perpindahan air dari daerah berkonsentrasi air tinggi ke daerah berkonsentrasi air rendah melalui suatu membran semipermeabel (Poedjiadi, 2009). Membran semipermeabel adalah membran yang bisa dilewati oleh pelarut dan partikel terlarut tertentu. Gambar 3. Mekanisme Osmosis ( 2006) Geankoplis (1993), menerangkan bahwa Van t Hoff menyatakan hubungan yang sama antara tekanan osmosis dengan gas ideal seperti berikut ini: π = M RT...(7) FTIP001639/031

9 16 dimana : π : tekanan osmosis (atm) M : molaritas (kg mol/l) R : tetapan gas ideal (82, m3.atm/kg mol.k) T : suhu larutan (K) Pada kedua ruang yang terpisah oleh membran semipermeabel, dimana zat terlarut dan pelarut dapat melewati membran, peristiwa difusi dan osmosis merupakan peristiwa yang berlangsung secara serentak. Sebagai ilustrasi, pada Gambar 4a, misalnya larutan di dalam ruang A merupakan larutan gula dengan konsentrasi tinggi, sedangkan di dalam ruang B merupakan larutan gula dengan konsentrasi lebih rendah. Ruang tersebut mempunyai volume sama dan dipisahkan oleh membran semipermeabel. Maka dalam sistem tersebut yang terjadi adalah pergerakan partikel gula dari ruang A ke ruang B dan pergerakan air (pelarut) dari ruang B menuju ruang A sampai konsentrasi larutan pada kedua ruang sama (setimbang) walaupun hasil akhirnya volume kedua larutan berbeda (Gambar 4b) Reverse Osmosis Reverse Osmosis adalah suatu proses pembalikan peristiwa osmosis alami dengan cara menerapkan tekanan pada larutan yang berkonsentrasi gula tinggi yang sehingga osmosis mengalir dari larutan berkonsentrasi gula tinggi ke larutan berkonsentrasi gula rendah hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi gula di kedua larutan (Brandt, et al, 1993 dalam Nopianto, 2005). Dalam peristiwa osmosis alami, perpindahan massa air terjadi dari daerah hipotonik ke daerah hipertonik. Keadaan ini dapat dihentikan atau dibalikkan dengan cara memberikan tekanan luar dari ruang yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (Gambar 5). FTIP001639/032

10 17 Membran Semipermeabel Molekul Gula A Konsentrasi molekul tinggi B Konsentrasi molekul rendah (a) kondisi sebelum terjadi kesetimbangan konsentrasi Membran Semipermeabel Molekul Gula Arah perpindahan molekul gula Arah perpindahan molekul air A B Konsentrasi di kedua ruang sama b) kondisi setelah terjadi kesetimbangan konsentrasi Gambar 4. Mekanisme Difusi Osmosis Gambar 5. Mekanisme Difusi Reverse Osmosis (Setiasih, dkk., 2009) Mengacu pada Persamaan 5 dan Gambar 5, terlihat bahwa perpindahan massa difusi molekul dari larutan hipertonik yang menuju larutan hipotonik akan besar apabila diterapkan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmosis dan FTIP001639/033

11 18 tekanan udara 1 atm pada sisi larutan hipertonik. Dengan demikian berarti bahwa osmosis air dari larutan hipotonik atau kehilangan air yang terjadi pada proses ini akan terhambat atau lebih kecil, sedangkan penambahan jumlah molekul terlarut akan lebih besar. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai reverse osmosis (osmosis terbalik), karena mekanisme yang terjadi adalah melawan hukum osmosis alamiah. Tekanan yang diberikan tergantung pada karakteristik membran dan besar tekanan osmosis larutan hipertonik. Dalam metode reverse osmosis, fenomena fisika ini tidak berarti dengan memperbesar tekanan akan memberikan pengaruh langsung untuk terjadinya difusi gula menuju seberang membran, tetapi dengan memberikan tekanan udara yang besar pada proses reverse osmosis secara langsung akan meningkatkan laju difusi air dari larutan hipertonik menuju hipotonik (Setiasih, dkk., 2009). Dengan demikian, ini berarti bahwa aliran air dari larutan hipotonik menuju hipertonik akan terhambat. Hal inilah yang menyebabkan aliran gula ke daerah hipotonik menjadi meningkat. Seperti halnya peristiwa dehidrasi osmosis, mekanisme reverse osmosis mengakibatkan terjadinya dua aliran massa, yaitu osmosis dan difusi gula. Namun, dalam kondisi reverse osmosis, arah osmosis bukan dari potongan pepaya menuju larutan gula, melainkan dari larutan gula (larutan hipertonik) menuju potongan pepaya (larutan hipotonik). Sedangakan arah difusi gula tetap dari larutan gula menuju potongan pepaya Manisan Buah Pepaya dengan Metode Tabung Bertekanan (Reverse Osmosis) Secara garis besar, pembuatan manisan buah pepaya dengan metode reverse osmosis memilki tujuan yang tidak berbeda dengan proses pembuatan manisan cara biasa, yaitu untuk pengawetan dan pengolahan. Yang menjadi pembeda hanya prinsip fisikanya, yakni pada saat proses penggulaannya. Prinsip dasar penggulaan manisan dengan metode reverse osmosis adalah cara memanfaatkan peningkatan difusi larutan gula ke dalam potongan pepaya akibat dihambatnya aliran air dari potongan pepaya oleh tekanan udara yang diterapkan. FTIP001639/034

12 19 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses penggulaan alami dilakukan pada kondisi tekanan 1 atmosfer. Oleh karena itu fluks difusi tergantung pada perbedaan tekanan osmosis antara potongan pepaya dan larutan gula. Sedangkan pada pembuatan manisan basah buah pepaya dengan menggunakan tabung bertekanan yang memfasilitasi terjadinya fenomena reverse osmosis, ditambahkan tekanan luar melebihi 1 atmosfer pada sisi larutan gula dengan maksud untuk meningkatkan daya hambat terhadap osmosis air (tekanan osmosis) dari potongan pepaya menuju larutan. Dengan demikian, diharapkan peresapan gula ke dalam potongan pepaya akan semakin tinggi, dan proses penggulaan berlangsung lebih cepat. Untuk lebih jelasnya prinsip tersebut dapat dilihat pada sketsa berikut: Keterangan: : Arah difusi gula : Arah osmosis air P = 1 atm π1 1 : Larutan gula 2 : Potongan pepaya π1 : Tekanan osmosis larutan gula π2 : Tekanan osmosis potongan pepaya P : Tekanan atmosfer Kondisi yang terjadi adalah dehidrasi osmosis : π2 2 π 1 > π 2 > P1 maka masih ada tekanan osmosis Δπ dari larutan sehingga arah aliran air adalah dari potongan pepaya menuju larutan gula. 1 Gambar 6. Kondisi Sistem Penggulaan Konvensional FTIP001639/035

13 20 Keterangan: : Arah difusi gula : Arah osmosis air P > 1 atm > Δπ 3 : Larutan Gula 4 : Potongan Pepaya π1 : Tekanan osmosis larutan gula π2 : Tekanan osmosis potongan pepaya P : Tekanan atmosfer + Aplikasi tekanan udara dari luar Δπ : π1 - π2 π1 Kondisi yang terjadi adalah reverse osmosis : π2 2 P > Δπ maka tekanan osmosis dari larutan akan terimbangi bahkan terkalahkan sehingga arah aliran air adalah dari larutan gula menuju potongan pepaya. 1 Gambar 7. Kondisi Sistem Penggulaan dengan Tabung Bertekanan 2.6. Analisis Fisika Proses Penggulaan Manisan Metode Tabung Bertekanan Analisis perpindahan massa air dan massa gula selama proses penggulaan dapat dinyatakan sebagai kehilangan air (Water Loss) dan peningkatan gula (Solid Gain). Kehilangan air (WL) adalah rasio dari selisih massa air awal dan akhir bahan terhadap massa bahan awal. Sedangkan peningkatan gula (SG) pada bahan adalah rasio dari peningkatan gula pada bahan terhadap massa bahan awal. Secara matematis, Flink, (1978 dalam Riberio, dkk. 2004) menyatakan kedua parameter tersebut ke dalam persamaan berikut: 1) Water Loss Sehingga: WL =...(8) : kehilangan air di dalam potongan pepaya (g H20 / g potongan pepaya awal) XA0 : kadar air potongan pepaya sebelum penggulaan (%) FTIP001639/036

14 21 XAt : kadar air potongan pepaya setelah penggulaan (%) M0 : berat potongan pepaya sebelum penggulaan (g) Mt : berat potongan pepaya setelah penggulaan (g) 2) Solid Gain = Dimana:...(9) SG : peningkatan gula (g gula / g potongan pepaya awal) XG0 : kadar gula potongan pepaya sebelum penggulaan (%) XGt : kadar gula potongan pepaya setelah penggulaan (%) Dari kedua persamaan di atas, maka laju aliran massa air atau laju difusi air dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: ṁ =...(10) Sedangkan untuk menghitung laju difusi gula ke dalam potongan pepaya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: ṁag =...(11) Dimana : 2.7. ṁaa : laju difusi air dari potongan pepaya menuju larutan (kg/detik) ṁag : laju difusi gula dari larutan menuju potongan pepaya (kg/detik) t : lama waktu proses penggulaan (detik) Sifat Organoleptik Mutu manisan akan ditentukan salah satunya oleh sifat organoleptiknya. Sifat organoleptik ini terkait dengan rasa, warna, aroma dan tekstur manisan. Sehingga sifat organoleptik ini dapat mempengaruhi penerimaan konsumen. Manisan pepaya yang baik memiliki kadar gula yang cukup tinggi namun rasa manis gula tidak menutupi rasa asli dari pepaya itu sendiri. Manisan pepaya tidak memiliki tekstur yang terlalu keras tidak juga terlalu lunak. FTIP001639/037

15 22 Salah satu jenis uji organoleptik adalah uji kesukaan atau disebut juga uji hedonik. Menurut Setyaningsih, dkk. (1985), dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaannya dalam skala hedonik dan data skala hedonik dapat ditransformasikan ke dalam skala numerik dan dapat dianalisis secara statistikal Sistem Law dan Kelton (2000) mendefinisikan sistem sebagai suatu kumpulan entitas yang bertingkah dan berinteraksi bersama-sama mencapai tujuan tertentu, dan tergantung dari objek yang diamati. Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Simatupang, 1995 dalam Saleh, 2005): 1. Entiti, yaitu objek sistem yang menjadi pokok perhatian. 2. Atribut, yaitu sifat yang dimiliki oleh entiti. 3. Aktivitas, yaitu proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem, yang dapat mengubah atribut, bahkan entiti. 4. Status, yaitu keadaan entiti dan aktivitas pada saat tertentu, atau kumpulan variabel yang penting untuk menggambarkan sistem pada sembarang waktu, tergantung pada tujuan studi sistemnya. 5. Kejadian, yaitu peristiwa sesaat yang dapat mengubah variabel status sistem. Berdasarkan kelima ciri sistem yang disebutkan di atas, Gambar 8 menunjukkan gambaran umum mengenai sistem penggulaan dengan tabung bertekanan pada penelitian. Berdasarkan Gambar 8, sistem penggulaan dengan tabung bertekanan memiliki objek sistem utama yaitu potongan pepaya dan larutan gula. Objek tersebut berada dalam suatu lingkungan yang tertutup, dalam hal ini objek berada di dalam tabung tertutup. Lingkungan di luar tabung diasumsikan tidak berpengaruh terhadap aktivitas yang terjadi di dalam sistem penggulaan selama proses penggulaan berjalan. Entitas larutan gula yang merupakan lingkungan dari potongan pepaya yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi daya serap dan kadar FTIP001639/038

16 23 gula potongan pepaya selama dan setelah proses atau aktivitas dalam sistem berjalan. Sementara deskripsi hubungan diantara kedua entitas dan lingkungan sistem dapat digambarkan dengan menggunakan analisis statistika dan pemodelan. Larutan Gula (Entitas) Variabel (Atribut): Kadar gula Suhu Volume Merendam Potongan Pepaya (Entitas) Variabel (Atribut): Kadar gula Kadar air Ukuran Berat Tingkat kekerasan Proses Penggulaan (Aktivitas): Penerapan Tekanan udara Perendaman dengan lama waktu tertentu Difusi gula Osmosis air Manisan Pepaya (Entitas) Variabel (Atribut): Kadar gula Kadar air Ukuran Berat Tingkat kekerasan Gambar 8. Gambaran Umum Sistem Penggulaan Tabung Bertekanan Prosedur dalam mempelajari sistem secara umum ditunjukkan oleh skema pada Gambar 9. Dari skema prosedur tersebut, sistem penggulaan dengan tabung bertekanan akan dideskripsikan dengan model matematika dimana data inputnya berasal dari percobaan. Setelah model sistem terbentuk, maka sistem penggulaan dengan tabung bertekanan dapat disimulasikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari sistem tersebut. FTIP001639/039

17 24 Sistem Percobaan Dengan Percobaan Dengan Sistem Aktual Pemodelan Sistem Model Model Fisika Matematika Solusi Analitik Simulasi Gambar 9. Prosedur dalam Mempelajari Sistem (Law dan Kelton, 2000) 2.9. Pendefinisian Sistem Penggulaan dengan Tabung Bertekanan Penggulaan dengan tabung bertekanan dapat diuraikan ke dalam elemen dan atributnya. Pada sistem penggulaan tabung bertekanan ini, dapat didefinisikan bahwa: a. Elemen Sistem 1. Potongan buah pepaya 2. Larutan gula 3. Tekanan b. Atribut/variabel Sistem 1. Ukuran bahan 2. Kadar air awal potongan pepaya 3. Kadar gula awal potongan pepaya 4. Kadar air akhir potongan pepaya (manisan) 5. Kadar gula potongan pepaya (manisan) FTIP001639/040

18 25 6. Tingkat kekerasan awal potongan pepaya 7. Tingkat kekerasan manisan 8. Kadar gula larutan gula 9. Suhu larutan gula 10. Taraf tekanan 11. Lama penggulaan Berdasarkan fungsi, sistem penggulaan dengan tabung bertekanan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu input dan output, a. Input Input dari sistem ini terdiri dari : 1. Kadar air awal potongan pepaya 2. Kadar gula awal potongan pepaya 3. Tingkat kekerasan awal potongan pepaya 4. Kadar gula larutan gula 5. Suhu awal larutan gula 6. Taraf tekanan 7. Ukuran bahan 8. Lama penggulaan b. Output Sistem Output sistem terdiri dari: 1. Kadar gula manisan (Kadar gula akhir potongan pepaya) 2. Kadar air manisan (Kadar air akhir potongan pepaya) 3. Tingkat kekerasan manisan (Tingkat kekerasan akhir potongan pepaya) Batasan Sistem 1. Sistem yang dikaji adalah proses penggulaan dengan alat tabung bertekanan seperti yang tertera pada Lampiran Bahan baku manisan yang digunakan sebagai input adalah buah pepaya varietas Thailand. FTIP001639/041

19 26 3. Tekanan yang diaplikasikan di dalam sistem tidak melebihi 55 psi. 4. Lama proses penggulaan tidak lebih dari 5 jam sehingga tidak melihat proses sampai terjadi kesetimbangan kadar gula antara larutan dengan manisan Asumsi Ada beberapa asumsi terkait dengan beberapa atribut sistem, asumsi tersebut adalah: 1. Berat dan ukuran potongan pepaya sebelum penggulaan seragam sehingga laju difusi per satuan luas merata. 2. Tekanan yang diterapkan konstan tidak mengalami perubahan. 3. Kadar awal larutan gula perendam adalah sama yaitu 60% (b/b) Model dan Pemodelan Amirin (1996) dalam Saleh (2005) menerangkan bahwa model merupakan abstraksi realitas, suatu penghampiran kenyataan, sebab model tidak bisa menceritakan perincian atau detail kenyataan tersebut, melainkan hanya porsi atau bagian-bagian tertentu yang penting saja atau yang merupakan sosok kunci. Selain itu, menurut Mulyono (2004), model adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas sistem yang kompleks di mana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktor-faktor yang dominan dari masalah yang dianalisis diikutsertakan. Jadi, pemodelan adalah proses membuat suatu representasi mengenai suatu sistem nyata. Adapun realitas atau sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik perhatian dan dipermasalahkan. Sedangkan menurut Simatupang (1995) dalam Saleh (2005), pemodelan adalah proses membangun dan membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu dan ukuran keberhasilan pemodelan bukan dari besar dan rumitnya model, tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau. Terkait dengan pemodelan sistem penggulaan dengan tabung bertekanan, model yang dibuat bertujuan untuk mengetahui perilaku sistem yang digambarkan oleh model matematis. Sebagaimana telah diutarakan pada bahasan sebelumnya, FTIP001639/042

20 27 bahwa sistem penggulaan ini terdiri dari beberapa entiti dan banyak atribut. Namun hubungan dan pengaruh antar atribut-atribut yang melekat pada entiti yang dapat merubah atribut sistem atau bahkan mengubah entiti yang ada pada sistem belum diketahui secara pasti. Sehingga nantinya pada tahap formulasi model akan diseleksi beberapa atribut sistem yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan yang terjadi yang akan dijadikan variable-variabel pembentuk model. Dengan mempergunakan model, didapat keuntungan yaitu kemudahan dalam memodifikasi sistem dan memungkinkan mengadakan eksperimen dengan model bagi sistem yang kompleks. Adapun karakteristik suatu model yang baik menurut Simatupang (1995) dalam Saleh (2005) adalah sebagai berikut: 1. Tingkat generalisasi yang tinggi. Makin tinggi derajat generalisasi suatu model, maka ia makin baik, sebab kemampuan model untuk memecahkan masalah semakin besar. 2. Mekanisme transparansi. Suatu model dikatakan baik jika dapat dilihat bagaimana mekanisme suatu model dalam memecahkan masalah, artinya bisa diterangkan kembali (rekonstruksi) tanpa ada yang disembunyikan. 3. Potensial untuk dikembangkan Suatu model yang berhasil biasanya mampu membangkitkan minat (interest) peneliti lain untuk menyelidikinya lebih lanjut. Serta membuka kemungkinan pengembangannya menjadi model yang lebih kompleks yang berdaya guna untuk menjawab masalah sistem nyata. 4. Peka terhadap perubahan asumsi. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemodelan tidak pernah berakhir (selesai), selalu memberi celah untuk membangkitkan asumsi. Dengan teknik pemodelan ini, dapat dipelajari bagaimana aktivitas dalam sistem mempengaruhi entiti atau objek yang menjadi pokok perhatian yang tidak dapat dilakukan pada sistem nyata karena alasan biaya ataupun masalah waktu. Dengan teknik pemodelan diambil beberapa sampel kejadian yang terjadi dalam FTIP001639/043

21 28 sistem yang berakibat pada perubahan entiti atau bahkan sistem itu sendiri dan menganalisisnya dengan membuat suatu model atau representasi dari kejadian yang diamati. Model yang terbentuk dapat digunakan untuk meramalkan atau menggambarkan perilaku sistem nyata di setiap aktivitas sehingga dapat dengan mudah dipelajari untuk menentukan solusi dari permasalahan di dalam sistem nyata Model Matematika Matematika selalu berusaha mempelajari keteraturan hubungan antar lambang atau simbol atau unsur yang mempunyai arti (mewakili suatu obyek tertentu) dengan aturan-aturan tertentu dan membuat generalisasi. Hubungan- hubungan tersebut bisa terjadi pada objek-objek dunia nyata maupun objek-objek yang abstrak, non-empiris dan tidak bernyawa. Hasil generalisasi ini digunakan sebagai titik tolak untuk memetakan atribut-atribut sistem nyata menjadi simbolsimbol yang disebut variabel. Kumpulan keterkaitan variabel-variabel yang berbentuk formulasi atau fungsi persamaan dan atau pertidaksamaan yang mengekspresikan sifat (feature) pokok dari sistem atau proses fisis dalam istilah matematika disebut model matematika (Simatupang, 1995 dalam Saleh 2005). Model matematika adalah model yang bersifat paling abstrak. Model ini menggunakan seperangkat simbol matematika untuk menunjukkan komponenkomponen dan hubungan antar komponen dari sistem nyata. Model ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu deterministik dan probabilistik. Model deterministik dibentuk dalam situasi kepastian. Model ini memerlukan penyederhanaan-penyederhanaan dari realitas karena kepastian jarang terjadi. Namun, keuntungan model ini adalah dapat dimanipulasi dan diselesaikan lebih mudah. Jadi, sistem yang rumit dapat dimodelkan dan dianalisis jika dapat diasumsikan bahwa semua komponen sistem itu diketahui dengan pasti. Model ketidakpastian. probabilistik Meskipun meliputi kasus-kasus penggabungan di mana ketidakpastian diasumsikan dalam model menghasilkan suatu penyajian sistem nyata yang realistis, model ini umumnya lebih sulit untuk dianalisis. (Mulyono (2004) FTIP001639/044

22 29 Kadang-kadang, model yang pertama kali dibuat masih terlalu rumit. Mulyono (2004), menyebutkan beberapa cara untuk membuat model menjadi lebih sederhana, misalnya: 1. Melinearkan hubungan yang tidak linear 2. Mengurangi banyaknya variable atau kendala 3. Mengubah sifat variable, misalnya dari diskrit menjadi kontinyu 4. Mengganti tujuan ganda menjadi tunggal 5. Mengeluarkan unsure-unsur dinamik (membuat model menjadi statik) 6. Mengasumsikan variable random menjadi suatu nilai tunggal. (deterministik) Menurut Sitepu (1994), dalam dunia nyata tidak pernah ada sebuah fenomena alami yang 100% dijelaskan oleh sebuah fenomena lainnya. Secara statistis, tidak pernah dijumpai sebuah variabel yang hanya dijelaskan oleh sebuah variabel lainnya. Akan tetapi, sebuah variabel bisa dijelaskan oleh banyak sekali variabel lainnya, atau secara matematis dinyatakan : = (,,,,, ) Sejauh ini model matematika yang sering digunakan adalah model yang bersifat ordo pertama dan linear dengan satu atau dua variabel peramal. Model linear dalam variabel-variabel X1, X2,..., Xk dapat dituliskan dalam bentuk = (12) Z0 merupakan variabel boneka yang selalu bernilai satu dan biasanya tidak dituliskan (Draper dan Smith, 1992) Model Matematika Sistem Penggulaan dengan Tabung Bertekanan Model matematika yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem adalah model regresi logaritmik dan model linear. Model logaritmik digunakan untuk pendekatan deskripsi model peningkatan kadar gula dan penurunan kadar air pada potongan pepaya. Sedangkan model linear digunakan untuk pendekatan deskripsi model perubahan tingkat kekerasan manisan. FTIP001639/045

23 30 Peristiwa perpindahan massa gula terkait dengan perubahan konsentrasi gula antara kedua sisi larutan. Secara teoritik, perubahan konsentrasi di kedua sisi tersebut mendekati bentuk model logaritmik, baik itu peningkatan maupun penurunan. Grafik peningkatan dan penurunan konsentrasi kedua sisi larutan ditunjukkan oleh Gambar 9 berikut: Gambar 10. Model Perubahan Konsentrasi Terhadap Waktu Pada Proses Difusi ( 2011) Perubahan konsentrasi/kadar gula pada manisan akan dimodelkan terhadap waktu, sedangkan faktor-faktor lain tersirat sebagai konstanta variable waktu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada model umum berikut ini: y = a ln(x) + b...(13) dimana : y = konsentrasi gula akhir a = konstanta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variabel y sejalan dengan perubahan variable x x = variable waktu b = konstanta konsentrasi gula awal FTIP001639/046

24 31 Model di atas hanya menampilkan satu variable yang berpengaruh terhadap output sistem yaitu faktor waktu. Sedangkan faktor-faktor selain itu tersirat di dalam konstanta a. Konstanta ini berbeda-beda pada setiap kondisi faktor-faktor selain faktor waktu. Oleh karena itu, untuk mengetahui konstanta a maka perlu dibuat model penduga konstanta a yang didasarkan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi akhir selain faktor waktu (x). Pada penelitian ini, model penduga konstanta a dibuat dengan menggunakan regresi linear berganda. Bentuk umum model regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y = a0 + a1x1 + a2x2 + anxn...(14) dimana : Y = konstanta faktor waktu a0 = kontanta regresi a1, a2, an = konstanta faktor 1, konstanta faktor 2, konstanta faktor ke - n X1, X2, Xn = faktor faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula manisan Model penurunan kadar air manisan menggunakan pendekatan bentuk model sama dengan bentuk model peningkatan kadar gula manisan. Namun yang membedakannya adalah nilai konstanta variable waktu bernilai negatif. Terakhir, model tingkat kekerasan manisan didekati dengan bentuk model regresi linear berganda berikut: Y = a0 + a1x1 + a2x2 + anxn...(15) dimana : Y = tingkat kekerasan manisan a0 = kontanta regresi a1, a2, an = konstanta faktor 1, konstanta faktor 2, konstanta faktor ke - n X1, X2, Xn = faktor faktor yang berpengaruh terhadap perubahan tingkat kekerasan manisan. FTIP001639/047

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisisnya berupa pemodelan matematika dan statistika. Alat bantu analisisnya

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KADAR AIR SAMPEL Pengukuran kadar air sampel dilakukan sebelum pengeringan osmotik, selama pengeringan osmotik dan setelah pengeringan osmotik. Pengukuran kadar air sampel sebelum

Lebih terperinci

MANISAN KERING BENGKUANG

MANISAN KERING BENGKUANG MANISAN KERING BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

OSMOSIS LATAR BELAKANG

OSMOSIS LATAR BELAKANG OSMOSIS LATAR BELAKANG Sifat koligatif adalah sifat yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis partikelnya. Koligatif artinya bergantung pada kumpulan atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Waluh Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat), pumpkin (Inggris) merupakan jenis buah sayur-sayuran yang berwarna kuning dan berbentuk lonjong

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

MANISAN BASAH BENGKUANG

MANISAN BASAH BENGKUANG MANISAN BASAH BENGKUANG 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 25%,dankadar gula di atas 60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

MANISAN BUAH 1. PENDAHULUAN

MANISAN BUAH 1. PENDAHULUAN MANISAN BUAH 1. PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

TINJAUANPUSTAKA. ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang

TINJAUANPUSTAKA. ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang 5 II. TINJAUANPUSTAKA A. Pepaya 1. Botani Pepaya Tanaman pepaya mungkin berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman pepaya berupa pohon kecil atau perdu dengan daunnya terletak pada ujung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena makanan berguna untuk menjaga kelangsungan proses fisiologis tubuh dapat berjalan dengan lancar. Makanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran plasma hanya ± 0,1 μm, membran

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan. B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Pembuatan manisan dan uji organoleptik dilakukan

Lebih terperinci

Karya Imiah Peluang Bisnis Bisnis Manisan Buah Pala

Karya Imiah Peluang Bisnis Bisnis Manisan Buah Pala Karya Imiah Peluang Bisnis Bisnis Manisan Buah Pala Nama : Yanuarius Arjuna Tabilangi Kilmas Kelas : S1-TI-06 Nim : 11.11.5024 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAKSI Karya ilmiah ini di buat dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (3.1) Bahan dan Alat, (3.2) Metode Penelitian, dan (3.3) Prosedur Penelitian. 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Tahap Awal Proses Pengolahan (1) Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

Asusmi/Penyederhanaan Sistem

Asusmi/Penyederhanaan Sistem Mata Kuliah : Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XV PEMODELAN e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Model Sistem yang sebenarnya

Lebih terperinci

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c

Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS UNIVERSITAS JAMBI Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. & Ir. R. Sihotang, MS. Mata Kuliah Kode / SKS Mata Kuliah :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2012 hingga September 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT Alsuhendra 1, Ridawati 1, dan Agus Iman Santoso 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu rujak Rujak manis adalah semacam salad. Rujak manis terdiri dari campuran beberapa potongan buah segar dengan dibumbui saus manis pedas. Pada umumnya bumbu rujak manis terbuat

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Pindah Panas serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi

Lebih terperinci

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pada penelitian pendahuluan dilakukan kajian pembuatan manisan pala untuk kemudian dikalengkan. Manisan pala dibuat dengan bahan baku yang diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) merupakan buah yang digemari masyarakat Indonesia karena rasanya manis, renyah, dan kandungan airnya banyak, kulitnya keras dapat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Siti Nur Faedah Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

Siti Nur Faedah Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Proses Difusi Molekul KMnO 4 atau CuSO 4 Di dalam Aquades dan Tekanan Osmotik Cairan Sel Daun Rhoe discolor Dalam Larutan Glukosa Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Siti Nur Faedah 1405113011 Program Studi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling)

Pemodelan dalam RO. Sesi XIV PEMODELAN. (Modeling) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIV PEMODELAN (Modeling) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pemodelan dalam RO Outline:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belimbing Wuluh ( Averrhoa belimbi ) 1. Botani Belimbing Wuluh Tanaman belimbing wuluh mempunyai sosok tanaman yang memanjang ke atas bisa mencapai 12 meter tingginya, miskin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

Sulistyani M.Si

Sulistyani M.Si Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,

Lebih terperinci

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2.

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2. Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Manajemen Sains Pengenalan Riset Operasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pendahuluan Riset Operasi (Operations Research/OR) banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI Oleh : Keny Damayanti NPM.0533010023 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

CABE GILING DALAM KEMASAN

CABE GILING DALAM KEMASAN CABE GILING DALAM KEMASAN 1. PENDAHULUAN Cabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL NABATI MANISAN MANGGA; SIRSAT NAGA; STRAWBERRY

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL NABATI MANISAN MANGGA; SIRSAT NAGA; STRAWBERRY LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL NABATI MANISAN MANGGA; SIRSAT NAGA; STRAWBERRY OLEH : KELOMPOK B-3 INGELENA MULIA C. 6103010024 WILLIAM SAPUTRAJAYA G. 6103010032 KRISTIN MARIA G.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS 35 BAB IV HASIL YANG DI CAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Secara umum, bab ini akan membahas pengaruh metode scaling terhadap fluks permeat yang dilihat dengan membandingkan fluks permeat yang dihasilkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

Gambar.1. Buah Salak Segar

Gambar.1. Buah Salak Segar A. Potensi Tanaman Salak Nama salak (Salacca Edulis) disesuaikan dengan warna kulitnya yang coklat atau bahkan hitam. Berdasarkan ukurannya salak dibedakan menjadi dua yaitu besar dan kecil. Salak besar

Lebih terperinci

Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN

Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi X ANALISIS KEPUTUSAN e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Causes Problems Actions

Lebih terperinci