Studi Pengaruh Dekomposisi Pasir Besi Dengan NaOH Terhadap Pemisahan Titanium

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Pengaruh Dekomposisi Pasir Besi Dengan NaOH Terhadap Pemisahan Titanium"

Transkripsi

1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 1 Studi Pengaruh Dekomposisi Pasir Besi Dengan NaOH Terhadap Pemisahan Titanium Anita Sari dan Suprapto Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia suprapto@chem.its.ac.id Abstrak Pengaruh jumlah NaOH pada dekomposisi pasir besi untuk pemisahan titanium telah diteliti. Dekomposisi dengan NaOH yang dilanjutkan dengan hirolisis dengan asam klorida mengurangi kadar alumunium, silika, dan kalsium sehingga kadar titanium dalam residu pasir besi meningkat dari 5,33% menjadi 8,24%. Titanium dalam filtrat hasil hidrolisis pada rasio massa NaOH/pasir besi 1,2/1 sebesar 2,17% dari kadar awal titanium dalam pasir besi. Kenaikan suhu dekomposisi dari 450 C menjadi 600 C meningkatkan kadar titanium di filtrat hasil hidrolisis sebesar 1,82%, dari 2,76 mg menjadi 20,36 mg dalam 500 ml larutan.. Kata Kunci Ekstraksi titanium, dekomposisi, rasio massa, suhu dekomposisi, waktu dekomposisi. I. PENDAHULUAN ITANIUM merupakan unsur dengan kelimpahan terbesar Tkesembilan pada kulit bumi [1]-[2]. Titanium kebanyakan ditemukan dalam batuan dan tanah, bergabung dengan oksigen dan/atau besi. Mineral titanium bisa dalam bentuk rutil dan anatase (keduanya merupakan TiO 2 ), ilmenit (FeTiO 3 ), dan leukosen (dengan variabel konsentrasi sama dengan ilmenit tetapi mirip pseudo-rutil Fe 2 Ti 3 O 9 ). Ilmenit dan leukosen biasanya ditemukan bersama zirkon (ZrSiO 4 ), sillimanit (Al 2 O 3 SiO 2 ) dan garnet. Ilmenit merupakan sumber utama bahan pembuat TiO 2 [3]. Pemisahan konsentrat ilmenit dari senyawa lain yang ada dalam batuan dapat dilakukan dengan metode: (1) Pirometalurgi, yaitu reduksi parsial ilmenit dengan antrasit dalam tungku suhu tinggi untuk memperoleh lelehan besi dan terak kaya titanium [4]-[7] atau pelelehan dengan natrium sulfida atau hidroksida pada C. (2) Metode hidrometalurgi yaitu suatu proses metalurgi untuk mengolah logam dari batuan atau bijihnya dengan menggunakan pelarut berair (aqueous solution) yang dapat melarutkan senyawa tertentu dari bijih mineral [8]-[13]. Metode hidrometalurgi untuk pemisahan ilmenit meliputi pelindian, baik dalam kondisi ambien atau pelindian dengan pemberian tekanan [11]-[13] atau bisa juga digunakan metode reduksi dan pelarutan elektrokimia. Proses pelindian (leaching) adalah proses pemekatan kimiawi untuk melepaskan senyawa bijih suatu mineral dengan cara pelarutan dalam reagen tertentu. Reagen pada proses pelindian ilmenit bisa berupa H2SO4, atau HCl. Liu, dkk. (2006) telah melakukan penelitian untuk memperoleh titanium dioksida dari ilmenit menggunakan KOH sebagai agen dekomposisi pada suhu 200 C dan tekanan atmosfir. Ilmenit yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Yusing Chemical and Industrial Company (provinsi Shan Dong, China). Hasil yang diperoleh kalium titanat dan oksida besi yang kemudian dihidrolisis dalam larutan HCl (ph 2) pada 25 C selama 60 menit untuk mendapatkan titanium dioksida. Titanium yang dapat diekstrak dari ilmenit dengan metode ini sebesar 95-98% dan produk TiO 2 yang terbentuk mencapai tingkat kemurnian hingga 93% [14]. Zhang, dkk. (2009) juga melakukan penelitian terhadap terak titanium yang diperoleh dari Guo ai Ferroalloy Company (Hebei, China). Terak titanium didekomposisi dengan NaOH 10 M pada suhu 220 C selama 4 jam. Produk yang diperoleh dari proses ini berupa Na 4 Ti 3 O 8 dan untuk memperoleh TiO 2 rutil maka dilakukan pengasaman dan penukaran kation dengan penambahan HCl pada suhu 100 C pada ph kurang dari 1,2. Kemurnian TiO 2 yang diperoleh dari proses ini mencapai 99% [15]. Pelindian sulfat menghasilkan produk TiO 2 telah dilakukan Roche, dkk. (2004) dalam penelitian untuk BHP Billiton (Afrika Selatan). Roche, dkk. menambahkan proses ekstraksi selektif untuk memperbesar kemurnian titanium dengan pelarut organik berupa trioktilfosfin oksida (TOPO) dan butil dibutilfosfonat untuk memisahkan titanium dari pengotornya berupa besi, kromium, mangan, dan nobium [16]. Pelindian sulfat menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih rendah dan jumlah limbah besi sulfat yang banyak. Selain itu, proses sulfat juga memerlukan biaya produksi lebih tinggi untuk pengolahan asamnya daripada proses klorida [17]. Mahmoud, dkk. (2003) melakukan penelitian terhadap ilmenit dari daerah Abu Ghalaga, Laut Merah dengan metode pelindian asam klorida yang ditambah serbuk besi. Serbuk besi berfungsi untuk mereduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ dan Ti 4+ menjadi Ti 3+. HCl 20% dan 0,11 g/g serbuk besi dipergunakan untuk pelindian pada suhu 110 C selama 5 jam. Rutil sintetik yang diperoleh sekitar 90% dan 0,8% Fe 2 O 3 [18].

2 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 2 Menurut Liu, dkk. (2006) dan Zhang, dkk. (2009) proses dekomposisi dengan basa dapat mengurangi konsumsi energi dan asam untuk pelindian. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian sebelumnya maka pada penelitian ini dilakukan pemisahan titanium dalam pasir besi pantai Pasirian Lumajang dengan dekomposisi dengan NaOH yang dilanjutkan dengan pelindian dengan HCl [14]-[15]. II. URAIAN PENELITIAN A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah mortar, cawan porselen, spatula, corong buchner, kertas saring, pompa vakum, hot plate, furnace, oven, pipet ukur, pipet volume, pro-pipet, timbangan analitik, ph meter dan peralatan gelas lainnya. Instrument ICP-AES ARL Fision + di Pusat Analisa Obat dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Surabaya digunakan untuk analisis konsentrasi titanium dan besi dalam filtrat yang dihasilkan selama proses pelidian. Selain itu juga digunakan instrument XRF Philips di Laboratorium Central Fisika Universitas Negeri Malang untuk mengetahui kandungan unsur dalam residu dan endapan. Bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah NaOH padat yang digunakan untuk mendekomposisi pasir besi, aquademin untuk melarutkan natrium silikat, HCl 37% untuk pelindian titanium dan mengendapkan silika, H 2 O 2 30% untuk mengoksidasi besi dan titanium dalam larutan, NaOH 70% untuk mengendapkan besi dalam larutan, C 2 H 2 O 4 1M untuk mereduksi kembali titanium dalam larutan, dan NH 4 OH 1M untuk mengendapkan titanium dalam larutan. Pasir besi yang digunakan berasal dari pantai Pasirian yang berlokasi di Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kandungan senyawa dalam pasir ini dianalisis menggunakan XRF. B. Prosedur Kerja Rasio massa NaOH/pasir besi sebesar 0,6/1 digunakan dalam penelitian ini. Pemanasan dalam muffle furnace dilakukan selama 2 jam pada suhu 450 C. Padatan yang terbentuk kemudian dicuci dengan aquademin dan disaring. Air cucian ditambah HCl 37% hingga ph netral (ph 7). Endapan yang terbentuk setelah penambahan HCl kemudian dipisahkan dengan penyaringan. Endapan dari filtrat ini kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 80 C selama 4 jam dan setelah kering dianalisis menggunakan XRF. Residu yang diperoleh, dilindi pada pemanasan dengan suhu 93 C selama 1 jam dan ph 1. Metode ini diulangi dengan variasi penambahan NaOH 16, 20 dan 24 gram, untuk memperoleh rasio massa NaOH/pasir besi sebesar 0,8/1, 1/1, dan 1,2/1 [19]-[20]. Pengaruh suhu dekomposisi terhadap pemisahan titanium dipelajari dengan pelindian menggunakan metode yang sama pada rasio massa NaOH/pasir besi 0,6/1 dan diberikan variasi suhu 450 C dan 600 C [19]-[20]. A. Pengandapan Besi dan Titanium Dalam Filtrat Hasil Pelindian Titanium Titanium dan besi yang larut dalam filtrat dapat diperoleh kembali dalam bentuk padatan dengan cara pengendapan. Semua filtrat yang dihasilkan selama proses dekomposisi dan pelindian ditampung menjadi satu, kemudian ditambah H 2 O 2 30% untuk mengoksidasi titanium dan besi yang terkandung di dalamnya. Konsentrasi H 2 O 2 dalam larutan harus selalu dijaga dalam keadaan berlebih dan kondisi larutan dalam suhu yang selalu dingin. Penambahan NaOH 70% dilakukan untuk mengendapkan besi. Residu dicuci dengan aquademin yang mengandung sedikit H 2 O 2. Kelebihan H 2 O 2 dalam filtrat kemudian direduksi dengan asam oksalat (C 2 H 2 O 4 ) 1M. Selesainya proses reduksi ditandai dengan hilangnya warna kuning larutan. Titanium kemudian diendapkan dengan penambahan ammonia (NH 4 OH) 1M [21]. Gambar. 1. Grafik pengaruh pemisahan magnetik terhadap komposisi unsur dalam pasir besi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Preparasi Awal Pasir Kandungan pasir besi yang berasal dari Pasirian Lumajang dari hasil analisis X-ray Fluorescence (XRF) ditunjukkan pada Tabel 1. Kadar titanium pada pasir besi hasil analisis diperoleh 4,83±0,08%. Selain titanium, pasir ini juga Tabel 1. Komposisi unsur dalam pasir besi pantai Pasirian No. Jenis unsur Konsentrasi (%) 1. Fe 72,87 ± 0,56 2. Si 8,8 ± 0,1 3. Al 6,9 ± 0,5 4. Ti 4,83 ± 0,08 5. Ca 3,35 ± 0,08 memiliki kandungan utama berupa besi 72,87±0,56%, silika 8,8±0,1%, alumunium 6,9±0,5% dan kalsium 3,35±0,08%. Dalam penelitian ini digunakan pasir besi dengan massa 20 g, sehingga dapat dihitung massa awal titanium dan besi yang terkandung dalam pasir besi masing-masing seberat 966 mg dan mg.

3 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 3 Preparasi awal terhadap pasir besi dilakukan untuk mengurangi gangguan dari senyawa lain pada proses pemisahan titanium. Preparasi awal dilakukan berdasarkan sifat titanium yang cenderung membentuk persenyawaan dengan besi seperti pada mineral ilmenit (FeO.TiO 2 ), leukosen (Fe 2 O 3.nTiO 2 ), arizonit (Fe 2 O 3.nTiO 2.mH 2 O), dan titanifero magnetit ((Fe-Ti) 2 O 3 ). Pasir dipisahkan berdasarkan sifat magnet dengan tujuan mengambil titanium yang membentuk persenyawaan dengan besi yang bersifat feromagnetik. Hasil XRF pasir besi yang sudah dipisahkan dengan magnet ditunjukkan pada Gambar 1. Kadar silika, alumunium, dan kalsium mengalami penurunan setelah pemisahan dengan magnet, masing-masing sebesar 4%, 2,9%, dan 2,01%. Kadar titanium naik sebesar 0,5%. Selain titanium, besi juga mengalami peningkatan konsentrasi sebesar 8,13%. B. Pengaruh Dekomposisi Dengan NaOH Terhadap Logam Pengotor Pasir yang telah dipisahkan dengan magnet kemudian didekomposisi dengan NaOH melalui pemanasan dalam muffle furnace. Hasil yang diperoleh adalah padatan berwarna coklat kehijauan yang kemudian dicuci dengan aquademin dan disaring. Padatan coklat yang terpisah dari proses penyaringan ini merupakan FeO yang tidak larut dalam aquademin. FeO adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara ilmenit dan NaOH (Persamaan 1). 3FeTiO 3(s) + 4NaOH (s) Na 4 Ti 3 O 8(s) + 3FeO (s) + 2H 2 O (l) (1) Saat dekomposisi juga terjadi reaksi antara silika dan NaOH membentuk sodium silikat (Na 2 SiO 3 ), dimana reaksi yang terjadi sesuai dengan Persamaan 2. Pemisahan sodium silikat dalam larutan dapat dilakukan dengan cara mengendapkannya dengan penambahan HCl hingga ph netral agar membentuk monomer-monomer asam silikat (Si(OH) 4 ) (Persamaan 3) yang nantinya akan terpolimerisasi menjadi gel silika. Endapan yang terbentuk berwarna putih. Komposisi utama dari endapan putih tersebut berupa silika, dengan kadar mencapai 90,7% (Gambar 2). SiO 2(s) + 2NaOH (s) Na 2 SiO 3(s) + H 2 O (2) Na 2 SiO 3(s) + 2HCl (aq) + H 2 O (l) Si(OH) 4(s) + 2NaCl (aq) (3) Berdasarkan Persamaan 1 dekomposisi pasir besi dengan NaOH selain membentuk oksida besi (FeO), juga menghasilkan sodium titanat (Na 4 Ti 3 O 8 ). Selanjutnya sodium titananat (Na 4 Ti 3 O 8 ) yang dihasilkan dari proses dekomposisi akan dilindi dalam HCl 37% pada ph 1. Pada ph 1 titanium akan berada pada bentuk kation bervalensi empat. Pada konsentrasi asam yang tinggi akan terbentuk Ti(IV) dan spesi fasa aqueous dari Ti(IV) dalam media klorida terdiri atas tiga spesi: TiO 2+, TiOCl + dan TiOCl 2 [22]. (l) Gambar. 2. Grafik komposisi endapan dari filtrat hasil dekomposisi Kemungkinan terbesar produk yang dihasilkan dari pelindian ini adalah besi klorida dan TiOCl 2 [23]. Pelindian dilakukan pada suhu ±93 C, suhu ini dipilih karena pada proses produksi pigmen TiO 2 dengan menggunakan klorida yang telah dilakukan oleh Lakshmanan, dkk. (2002) menunjukkan pemisahan titanium dari batuan atau konsentrat dengan larutan hydrogen halide harus dilakukan pada suhu lebih dari 90 C [24]. Kemungkinan reaksi yang terjadi sebagaimana Persamaan 4. Na 4 Ti 3 O 8(s) + FeO (s) + 12HCl (aq) 3TiOCl 2(aq) + FeCl 2(aq) + 4NaCl (aq) + 6H 2 O (l) (4) Setelah pemanasan akan diperoleh larutan berwarna jingga dan residu pasir berwarna coklat yang berada di dasar beaker glass. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan keduanya. Larutan berwarna jingga ini merupakan FeCl 2 dan TiOCl 2 yang dihasilkan selama pelindian. FeCl 2 merupakan produk yang akan terbentuk ketika kation Fe 2+ bereaksi dengan HCl. FeCl 2 larut dalam air dan menghasilkan larutan berwarna kuning, dengan intensitas warna kuning tergantung konsentrasi besi dalam larutan [25]. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, TiOCl 2 akan terbentuk ketika ion titanil (TiO 2+ ) dari spesi Ti(IV), berada dalam media klorida. TiOCl 2 merupakan larutan yang berwarna kuning bening. TiOCl 2 berada dalam filtrat sehingga semua filtrat hasil pelindian selanjutnya dijadikan satu untuk dianalisis menggunakan ICP. Selain analisis kadar titanium dalam filtrat juga akan diukur kadar titanium dalam residu pasir coklat menggunakan XRF. Hasil analisis XRF pada Gambar 3 menunjukkan kandungan alumunium dalam residu pasir adalah 0%. Nilai ini menunjukkan semua aluminium yang ada dalam pasir terlarut kedalam filtrat. Aluminium dapat bereaksi ketika proses dekomposisi dengan NaOH dan/atau ketika proses pelindian dengan HCl. Jika aluminium bereaksi dengan NaOH saat proses dekomposisi maka reaksi yang terjadi sebagaimana Persamaan 5. A1 2 O 3(s) + 2NaOH (s) + 7H 2 O (l) 2Na[Al(OH) 4 (H 2 O) 2 ] (aq) (5) Aluminium beraksi dengan NaOH membentuk larutan sodium aluminat yang larut ketika dilakukan pencucian dengan aquademin [26]. Sodium aluminat yang ada dalam

4 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 4 filtrat ketika ditambahkan HCl tidak mengendap, namun tetap berada dalam filtrat. Ini terbukti dari hasil XRF Peningkatan rasio massa NaOH/pasir besi 0,8/1 menghasilkan kenaikan kadar titanium menjadi 4,97 mg dalam 500 ml larutan atau 0,51%, dan begitu pula pada rasio massa 1/1 dan 1,2 masing-masing diperoleh titanium sebesar 20,57 mg dan 20,98 mg dalam 500 ml larutan atau 2,13% dan 2,17%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa titanium yang berada dalam filtrat meningkat dengan peningkatan rasio massa NaOH/pasir besi (Gambar 4). Kadar titanium dalam filtrat mencapai nilai maksimum pada rasio massa NaOH/pasir besi 1,2:1. Pada kondisi ini pemisahan Gambar. 3. Grafik pengaruh pelindian HCl terhadap kadar titanium dalam residu pasir. endapan filtrat hasil dekomposisi dengan NaOH yang menunjukkan kandungan aluminium dalam endapan adalah 0% (Gambar 3). Jika ada aluminium yang belum bereaksi dengan NaOH pada saat dekomposisi dan berada dalam residu, maka sisa aluminium tersebut akan bereaksi dengan HCl ketika proses pelindian sesuai dengan Persamaan 6 [27]. Aluminium klorida yang terbentuk saat penambahan HCl berbentuk larutan. Gambar. 4. Grafik kadar titanium dalam filtrat hasil pelindian pasir besi dengan HCl. Al 2 O 3(s) + 6HCl (aq) 2AlCl 3(aq) +3H 2 O (l) (6) Proses pelindian dengan HCl memperbesar konsentrasi titanium hingga 2,91% dan besi hingga 3,22% (Gambar 4). Kadar titanium dalam residu pasir tersebut mencapai 8,24%, dari kadar awal dalam pasir besi sebanyak 4,83%. Kenaikan konsentrasi titanium ini menunjukkan bahwa proses pelindian klorida dapat melarut pengotor dalam pasir besi. Selain itu juga terjadi pengurangan kadar silika dan kalsium masing-masing 1,3% dan 1,15%. Kandungan kalsium dalam residu pasir hasil pelindian mengalami penurunan. HCl selektif terhadap besi dan relatif mengurangi kadar kalsium [28]. Selain itu terdapat kandungan kalsium dalam endapan dari filtrat hasil dekomposisi pasir besi dengan NaOH. Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat dekomposisi dengan NaOH, kalsium telah bereaksi membentuk kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) yang larut dalam aquademin [21]. Kalsium yang larut dalam aqudemin kemudian ikut terkopresipitasi bersama endapan silika. C. Pengaruh Rasio Massa NaOH/Pasir Besi Pada Filtrat Hasil Pelindian Titanium Variasi rasio massa antara NaOH/pasir besi 0,6/1, 0,8/1, 1/1, dan 1,2/1 diberikan untuk mengetahui pengaruh rasio massa NaOH/pasir besi pada pemisahan titanium dengan suhu 450 C. Pada rasio massa NaOH/pasir besi 0,6/1 titanium yang terpisah dalam 500 ml filtrat sebesar 2,76 mg atau 0,29% dari kadar awal titanium dalam pasir besi. Gambar. 5. Grafik kadar besi dalam filtrat hasil pelindian pasir besi dengan HCl. titanium dapat mencapai 20,984 mg titanium dalam 500 ml larutan atau dapat dinyatakan dalam persentase kadar titanium sebesar 2,17%. Xue, dkk. pada tahun 2009 telah melakukan penelitian yang serupa dengan rasio massa NaOH 1,2:1, 1,5:1, dan 1,8:1. Dong, dkk. (2012) juga telah melakukan penelitian dengan rasio masa NaOH dan terak titanium 1:1, 1,1:1, 1,2:1 digunakan untuk mempelajari pengaruh rasio massa NaOH dan terak titanium dalam pemisahan titanium pada suhu 550 C dengan menggunakan ukuran fraksi titanium μm. Rasio massa 1,2:1 direkomendasikan oleh Dong, dkk. karena pada rasio massa ini diperoleh ekstrak titanium terbesar. Kedua penelitian ini menunjukkan hasil yang sama yaitu pemisahan titanium meningkat dengan peningktan rasio massa antara NaOH dan terak titanium. Pada penelitian ini selain data kadar titanium juga diperoleh data kadar besi dalam filtrat hasil pelindian. Pada rasio massa NaOH/pasir besi 0,6/1 kadar besi dalam filtrat mencapai 1907,18 mg dalam 500 ml larutan atau 13,08% dari konsentrasi awal besi dalam pasir besi. Pada Gambar 5

5 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 5 dapat dilihat bahwa kadar besi dalam filtrat semakin berkurang dengan peningkatan rasio massa NaOH/pasir besi. Pada rasio massa NaOH/pasir besi 0,8/1 diperoleh kadar besi dalam 500 ml filtrat sebesar 1719,66 mg atau 11,80%, sedangkan pada rasio massa NaOH/pasir besi 1/1 dan 1,2/1 masing-masing diperoleh kadar besi sebesar 520,96 mg dan 366,83 mg dalam 500 ml larutan atau 3,57% dan 2,52%. Dekomposisi dengan NaOH merupakan cara untuk 550 C dengan dengan menggunakan ukuran fraksi terak titanium μm dangan rasio massa NaOH dan terak titanium 1,2:1. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Xue, dkk. (2009) pada suhu C dengan dengan Gambar. 8. Grafik kadar titanium dalam 500 ml filtrat pada lama dekomposisi 2 jam dan 24 jam. Gambar. 6. Grafik kadar titanium dalam 500 ml filtrat pada suhu dekomposisi 450 C dan 600 C. memisahkan silika dan aluminium dari titanium dan besi. Titanium dan besi akan tertinggal dalam residu sedangkan silika dan aluminium larut dalam filtrat [10]. D. Pengaruh Suhu Dekomposisi Pada Filtrat Hasil Pelindian Titanium Pengaruh suhu pada proses dekomposisi terhadap pemisahan titanium dipelajari pada variasi suhu 450 C dan 600 C dengan rasio massa NaOH/pasir besi 0,8/1 dan waktu dekomposisi 2 jam. Kadar titanium dalam 500 ml filtrat meningkat dari 2,759 mg atau 0,29% pada suhu dekomposisi 450 C menjadi 20,356 mg atau 2,11% pada suhu dekomposisi 600 C (Gambar 6). Hasil ini menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemisahan titanium. Kadar titanium dalam filtrat meningkat dengan peningkatan suhu reaksi, terutama pada tahap awal reaksi yaitu tahap dekomposisi. Penyebabnya adalah menggunakan ukuran fraksi terak titanium μm dangan rasio massa NaOH dan terak titanium 1,5:1. Kedua penelitian ini menunjukkan hasil yang sama, bahwa pemisahan titanium meningkat dengan peningkatan suhu dekomposisi. Hasil ICP untuk filtrat yang sama menunjukkan kadar besi dalam larutan menurun, berbanding terbalik dengan peningkatan suhu dekomposisi. Pada suhu dekomposisi 450 C kadar besi dalam 500 ml filtrat sebesar 1907,17 mg atau 13,09%. Pada suhu 600 C kadar besi mengalami penurunan menjadi 581,09 mg atau 3,99% (Gambar 7). Terjadi kenaikan kadar titanium sebesar 1,82% dan penurunan kadar besi 9,10% pada suhu dekomposisi Gambar. 9. Grafik kadar besi dalam 500 ml filtrat pada lama dekomposisi 2 jam dan 24 jam. dinaikkan dari 450 C menjadi 600 C Gambar. 7. Grafik kadar besi dalam 500 ml filtrat pada suhu dekomposisi 450 C dan 600 C. viskositas dari sistem lelehan NaOH menurun dengan peningkatan suhu, yang memperbesar transfer massa antara liquid-solid interface [19]. Efek suhu reaksi pada pemisahan titanium juga telah dipelajari oleh Dong, dkk. (2012) pada rentang suhu 450- E. Pengaruh Waktu Dekomposisi Pada Filtrat Hasil Pelindian Titanium Variasi waktu dekomposisi 2 jam dan 24 jam pada rasio massa NaOH/pasir besi 1/1 dan suhu dekomposisi 450 C dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu dekomposisi terhadap pemisahan titanium. Pada dekomposisi selama 2 jam diperoleh kadar titanium dalam 500 ml filtrat sebesar 20,98 mg atau 2,13%, sedangkan untuk dekomposisi selama 24 jam diperoleh kadar titanium sebesar 39,32 mg dalam 500 ml larutan atau 4,07% (Gambar 8). Kadar titanium dalam filtrat mengalami kenaikan dengan

6 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 6 semakin lama waktu dekomposisi yang diberikan. Semakin lama reaksi terjadi maka semakin banyak produk yang dihasilkan sebagaimana laju reaksi dinyatakan sebagai pengurangan jumlah reaktan terhadap waktu reaksi atau bertambahnya produk dengan meningkatnya waktu reaksi [29]. Zhang, dkk. (2009) telah mempelajari efek waktu reaksi dalam pemisahan titanium. Dekomposisi dengan larutan NaOH 10 mol/kg H 2 O pada suhu 220 C, rasio massa 4:1 mengidentifikasi bahwa kadar titanium meningkat dengan peningkatan waktu reaksi. Kadar besi dalam filtrat juga diukur untuk mengetahui pengaruh waktu dekomposisi terhadap pemisahan besi. Pada dekomposisi dengan NaOH selama 2 jam diperoleh kadar besi dalam 500 ml filtrat sebesar 520,96 mg atau 3,57%. Ketika waktu dekomposisi dinaikkan menjadi 24 jam, terjadi kenaikan kadar besi dalam filtrat menjadi 714,17 mg dalam 500 ml larutan atau 4,90% (Gambar 9). Terjadi kenaikan kadar titanium dan besi masing-masing sebesar 1,941% dan 1,33% pada waktu dekomposisi selama Adsorpsi oleh oksida besi inilah yang mengakibatkan tingginya kandungan ion klorida dalam endapan. Pengendapan titanium dilakukan dengan merusak titanium terperoksidasi yang terbentuk dengan penambahan agen pereduksi berupa asam oksalat (C 2 H 2 O 4 ). Setelah itu dilakukan pengendapan yang kedua dengan penambahan ammonia (NH 4 OH). Hasil pengendapan titanium ini didapatkan endapan putih. Jumlah endapan yang sedikit mengakibatkan sulitnya pemisahan dengan filtrasi sehingga tidak dilakukan analisis lebih lanjut terhadap komposisi dari endapan putih tersebut. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan hasil dan pembahasan: 1. Dekomposisi pasir besi dengan NaOH yang dilanjutkan hidrolisis dengan HCl meningkatkan kadar titanium dalam residu pasir dari 5,33% menjadi 8,24%. Kadar titanium dalam filtrat pada rasio massa NaOH/pasir besi 1,2/1 sebesar 20,98 mg dalam 500 ml larutan atau 2,17%. 2. Kenaikan suhu dekomposisi dari 450 C menjadi 600 C meningkatkan kadar titanium sebesar 1,82%, dari 2,76 mg menjadi 20,35 mg titanium dalam 500 ml larutan. Gambar. 10. Komposisi endapan dari campuran semua filtrat yang dihasilkan proses pelindian. 24 jam dari kadar titanium dan pada waktu dekomposisi selama 2 jam F. Pengandapan Besi dan Titanium Dalam Filtrat Hasil Pelindian Persamaan 4 menujukkan bahwa produk hasil pelindian yang ada dalam filtrat mengandung FeCl 2. Untuk memperoleh besi dari filtrat dilakukan pengendapan dengan metode yang telah dijelaskan pada sub bab Penambahan H 2 O 2 berfunsi untuk mengoksidasi besi yang terkandung di dalam filtrat. Basi(II) dari FeCl 2 teroksidasi menjadi besi(iii). Selain itu penambahan H 2 O 2 juga berfungsi membentuk titanium terperoksidasi. Titanium terperoksidasi ini tidak ikut mengendap ketika ditambahkan agen pengendap untuk besi(iii). Pengendapan besi dilakukan dengan penambahan NaOH agar membentuk besi hidroksida (Fe(OH) 3 ). Hasil XRF pada Gambar 10 menyajikan informasi bahwa dalam endapan dari filtrat yang dihasilkan dari seluruh proses pelindian memiliki komposisi utama berupa besi dan ion klorida. Cornell dan Schwertmann (2003) menjelaskan bahwa oksida besi dapat mengadsorpsi anion. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga artikel ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tulisan ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, dukungan dan dorongan dari semua pihak, untuk ini penulis sangat berterima kasih kepada: 1. Bapak Suprapto selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak pengetahuan, masukan, dan inspirasi bagi penulis, 2. Ibu fahimah Martak selaku dosen wali 3. Bapak Hamzah Fansuri selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA ITS Surabaya 4. Dosen-dosen Jurusan Kimia FMIPA ITS Surabaya atas ilmu yang telah diberikan DAFTAR PUSTAKA [1] Knittel, D., Titanium and Titanium Alloys. In: Grayson, M. (Ed.), 3rd edition. Encyclopaedia of Chemical Technology, 23. John Wiley and Sons, pp [2] Minkler, W.W., Baroch, E.F., The Production of Titanium, Zirconium and Hafnium. In: Tien, J.K., Elliott, J.F. (Eds.), Metallurgical Treatises. AIME, pp [3] Murty, CVGK., Upadhyay, R., Asokan, S., Electro Smelting of Ilmenite for Production of TiO 2 Slag: Potential of India as A Global Player. INFACOM XI [4] Tsuchida, H., Narita, E., Takeuchi, H., Adachi, M., Okabe, T., Manufacture of High Pure Titanium(1V) Oxide by the Chloride Process:1. Kinetic Study on Leaching of Ilmenite Ore Inconcentrated Hydrochloric Acid Solution. Bull.Chem. Soc. Jpn. 55,

7 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS 7 [5] Mohanty, S.P., Smith, K.A., Alkali Metal Catalysis of Carbo- Thermicreaction of Ilmenite. Trans. Inst. Min. Metall. 102, C163 C173 [6] Mackey, T.S., Upgrading Ilmenite Into A High-Grade Synthetic Rutile. JOM, April, [7] Mahmoud, Y.D., Georges, J.K., Processing Titanium and Lithium for Reduced-Cost Application. JOM 49, [8] Olanipekun, E., A Kinetic Study of The Leaching of A Nigerian Ilmenite Ore by Hydrochloric Acid. Hydrometallurgy. 53, [9] Lanyon, M.R., Lwin, T., Merritt, R.R., The Dissolution of Iron in The Hydrochloric Acid Leach of An Ilmenite Concentrate. Hydrometallurgy. 51, [10] Ogasawara, T., Araujo, R.V.V, Hydrochloric Acid Leaching of A Pre-reduced Brazilian Ilmenite Concentrate in An Autoclave. Hydrometallurgy. 56, [11] Toromanoff, I., Habashi, F., The Dissolution of Activated Titanium Slag in Dilute Sulphuric Acid. Can. J. Chem. Eng. 63, [12] Jagasekera, S., Marinovich, Y., Avraamides, J., Baily, S.I., Pressure Leaching of Reduced Ilmenite. Hydrometallurgy 39, [13] Charnet, T., Applied Mineralogical Studies on Australian Sand Ilmenite Concentrate with Special Reference to Its Behavior in The Sulphate Process. Min.Eng. 12 (5). [14] Liu, Y., Qi, T., Chu, J., Tong,., Zhang, Y., Decomposition of Ilmenite by Concentrated KOH Solution Under Atmospheric Pressure. Int. J. Miner. Process. 81, [15] Zhang, Y., Qi, T., Zhang, Y., A Novel Preparation of Titanium Dioxide from Titanium Slag. Hydrometallurgy. 96, [16] Roche, E.G., Stuart, A.D., Grazier, P.E., Production of Titania. WO A1. [17] Zhang, W., Zhu, Z., Cheng, C.Y., a Literature Review of Titanium Metallurgical Processes. Hydrometallurgy. 108, [18] Mahmoud, M.H.H., Afifi, A.A.I., Ibrahim, I.A., Reductive Leaching of Ilmenite Ore in Hydrochloric Acid for Preparation of Synthetic Rutile. Hydrometallurgy 73, [19] Xue, T., Wang, L., Qi, T., Chu, J., Qu, J., Liu, C., Decomposition Kinetics of Titanium Slag in Sodium Hydroxide System. Hydrometallurgy. 95, [20] Dong, W., Jinglong, C., Tao, Q., Weijing, W., Anti-Caking in The Production of Titanium Dioxide Using Low-Grade Titanium Slag Via the NaOH Molten Salt Methode. Powder Technology. 232, [21] Svehla, G., Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Longman Group Limited (London) [22] Allal, K.M., Hauchard, D., Stambouli, M., Pareau, D., Durand, G., Solvent Extraction of Titanium by Tributyl Phosphate, Trioctyl Phosphine Oxide and Decanol from Chloride Media. Hydrometallurgy. 45, [23] Nayl, A.A., Aly, H.F., Acid Leaching of Ilmenite Decomposed by KOH. Hydrometallurgy. 97, [24] Lakshmanan, V.I., Sridhar, R., Rishea, M.M., Joseph, D.E., Laat R., Separation of Titanium Halides from Aqueous Solutions. U.S. patent 2002/ [25] Cornell, R. M., Schwertmann, U., The Iron Oxides: Structure, Properties, Occurences and Uses. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA (Weiheim) [26] Chamber, C., Holliday, A, K., Modern Inorganic Chemistry. Butterworth & Co Publishers Ltd (London) [27] Armstrong, J., General, Organic, and Biochemistry: An Applied Approach: An Applied Approach. Brooks/ Cole Cengage Learning (Canada) [28] Lasheen, T.A., Soda Ash Roasting of Titania Slag Product from Rosetta Ilmenite. Hydrometallurgy 93, [29] Petrucci, R.H., Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga (Jakarta)

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa I. Z. Nadeak 1, Suratman 2, Soesaptri Oediyani 3 [1]Mahasiswa Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi

Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi Studi Pengaruh ph Proses Pelindian Pada Proses Ekstraksi Titanium Dioksida Dari Pasir Besi Tasikmalaya Dengan Menggunakan Metode Hidrometalurgi Ina Fajria dan Bambang Suharno Teknik Metalurgi dan Material

Lebih terperinci

ELEKTROLISIS HASIL DEKOMPOSISI PASIR BESI MENGGUNAKAN ELEKTROLIT NATRIUM KLORIDA

ELEKTROLISIS HASIL DEKOMPOSISI PASIR BESI MENGGUNAKAN ELEKTROLIT NATRIUM KLORIDA JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ELEKTROLISIS HASIL DEKOMPOSISI PASIR BESI MENGGUNAKAN ELEKTROLIT NATRIUM KLORIDA Rizky Pranandadan Suprapto Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Ekstraksi Titanium Dioksida (TiO 2 ) Berbahan Baku Pasir Besi dengan Metode Hidrometalurgi Luthfiana Dysi Setiawati 1, Drs. Siswanto, M.Si 1, DR. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng 2 1 Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NaOH, TEMPERATUR DAN WAKTU TERHADAP PEMBENTUKAN FASA NATRIUM TITANAT DAN NATRIUM FERIT PADA PROSES PEMANGGANGAN ILMENIT BANGKA

PENGARUH PENAMBAHAN NaOH, TEMPERATUR DAN WAKTU TERHADAP PEMBENTUKAN FASA NATRIUM TITANAT DAN NATRIUM FERIT PADA PROSES PEMANGGANGAN ILMENIT BANGKA PENGARUH PENAMBAHAN NaOH, TEMPERATUR DAN WAKTU TERHADAP PEMBENTUKAN FASA NATRIUM TITANAT DAN NATRIUM FERIT PADA PROSES PEMANGGANGAN ILMENIT BANGKA Rudi Subagja, Ahmad Royani, Puguh Prasetyo Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) M. H. A. Fatony *, T. Haryati, M. Mintadi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik.

Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik. Ekstraksi Titanium Dioksida (Tio2) Berbahan Baku Limbah Peleburan Pasir Besi (Slag) Dengan Metode Kaustik Titik Indrawati 1, Siswanto 1, Nurul Taufiqu Rochman 2 1 Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH Eko Sulistiyono*, F.Firdiyono dan Ariyo Suharyanto Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER

PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx Print) 1 PENGARUH PENAMBAHAN FLUX DOLOMITE PADA PROSES CONVERTING PADA TEMBAGA MATTE MENJADI BLISTER Girindra Abhilasa dan Sungging

Lebih terperinci

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara LAMPIRAN I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara 87 2. Proses Leaching dari Abu Layang Batubara 10,0028 gr abu Layang yang telah dicuci - dimasukkan ke dalam gelas beker - ditambahkan 250 ml larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO IGA A RI H IMANDO 2710 100 114 D O SEN P E MBIMBING SUNGGING P INTOWA N T ORO,

Lebih terperinci

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) Senadi Budiman ABSTRAK Natrium sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 ) merupakan senyawa anorganik yang banyak dibutuhkan dalam berbagai industri, diantaranya digunakan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya berperperan sebagai atom pusat

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Laporan praktikum kimia logam dan non logam

Laporan praktikum kimia logam dan non logam Laporan praktikum kimia logam dan non logam natrium peroksoborat Nama Anggota Kelompok Ebsya Serashi James Marisi Yeshinta Risky Priasmara Putri Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

Analisis Kation Golongan III

Analisis Kation Golongan III Analisis Kation Golongan III A. Tujuan Percobaan Dalam percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat 1. Memisahkan kation kation Mn, Al, Fe, Cr, Ni, Co, Zn sebagai kation golongan III 2. Memisahkan kation kation

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA

PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA PEMANFAATAN LIMBAH PERTAMBANGAN EMAS KASONGAN UNTUK MENGHASILKAN TITANIUM DIOKSIDA AHMAD FUAD AZMI TANJUNG Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No 6

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID

A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID STUDI PELINDIAN MANGAN SECARA REDUKSI DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN ASAM SULFAT A STUDY ON MANGANESE LEACHING FROM MANGANESE DIOXIDE ORES BY USING SULFURIC ACID Ahmad Royani 1, Rudi Subagja 2 dan Azwar Manaf

Lebih terperinci

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 STUDI REDUKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

Lebih terperinci

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan ? Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan interpretasi data analitik Metode Konvensional: Cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH POLI(VINIL ALKOHOL) DAN PATI JAGUNG DALAM MEMBRAN POLI(VINIL FORMAL) TERHADAP PENGURANGAN ION KLORIDA

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA Riska Yudhistia A 1), Rachmat Triandi T 2), Danar Purwonugoho 3) 1) D-III Anafarma, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2010 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA

PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA PEMBUATAN PIGMEN TITANIUM DIOKSIDA DENGAN MEDIUM KLORIDA Solihin, Nurhayati Indah Ciptasari, Tri Arini Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 470, Tangerang 15314 E-mail : solihin@lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA

PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA PROSES PELARUTAN BIJIH DOLOMIT DALAM LARUTAN ASAM KLORIDA Ahmad Royani Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470 Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314 E-mail: ahmad.royani@lipi.go.id

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS Penyusun : Muhammad Fadli (1301782) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida Serlin Oktavia Ade Amelia NST Dosen :1.Dra. Bayharti, M.Sc 2. Miftahul Khair, S.si

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISIS MINEROLOGI DAN KOMPOSISI KIMIA BIJIH LIMONITE Tabel 4.1. Komposisi Kimia Bijih Limonite Awal Sampel Ni Co Fe SiO 2 CaO MgO MnO Cr 2 O 3 Al 2 O 3 TiO 2 P 2 O 5 S

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 213 Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman Yulizar Yusuf,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS Kelompok : Kelompok 1 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Alfontius Linata

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN LARUTAN NaOH Ariyo Suharyanto*, Eko Sulistiyono dan F.Firdiyono Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci