BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa
|
|
- Inge Vera Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa Pekalongan Kegiatan lembaga keuangan bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Salah satu risiko yang terjadi merupakan risiko kredit atau dalam perbankan syariah biasa disebut pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu jasa yang dapat memberikan keuntungan bagi BTM. Meskipun BTM berusaha untuk menghasilkan keuntungan yang sebesarbesarnya namun tidak boleh melebihi koridor syariat Islam. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang disenangi oleh nasabah BTM. Terbukti banyaknya nasabah yang mengambil pembiayaan murabahah dibandingkan dengan produk pembiayaan yang lainnya.berikut jumlah nasabah dari masing-masing pengambilan produk pembiayaan di BTM Wiradesa : Jumlah Nasabah Per April 2014 Produk Pembiayaan Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah 1644 Pembiayaan Mudharabah 0 Pembiayaan Musyarakah 226 Pembiayaan Ijarah 46 Tabel 4.1 Sumber: BTM Wiradesa 44
2 45 Jumlah total keseluruhan pembiayaan pada tahun 2013 adalah Rp ,49 dengan NPF 5,76%, dengan rincian sebagai berikut: Jenis Pembiayaan Total Pembiayaan Tahun 2013 Murabahah Rp ,86 Mudharabah Rp ,66 Ijaroh Rp ,33 Musyarakah Rp ,64 Total Rp ,49 Tabel 4.2 Sumber: BTM Wiradesa Banyaknya total pembiayaan tersebut dengan NPF yang dapat dikatakan tinggi yaitu 5,76%, membuat BTM Wiradesa harus memiliki strategi agar NPF turun dan agar dapat menurunkan tingkat risiko yang dialami oleh BTM Wiradesa. Jenis risiko dalam lembaga keuangan cukup banyak. Namun peneliti ingin memfokuskan penelitian dengan membahas risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan adalah Risiko yang terjadi karena counter part gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Syariah membedakan antara dua jenis gagal bayar yaitu yang mampu (gagal bayar sengaja) dan gagal bayar karena bangkrut, tidak mampu membayar kembali utangnya karena alasan-alasan yang diakui syariah. Dalam pembiayaan murabahah apabila bank melakukan assesment terhadap calon debitur dan bank kurang monitoring (pengawasan/pemantauan)
3 46 nasabah dapat menyebabkan pembiayaan macet pada pembiayaan murabahah. Sumber risiko pada risiko pembiayaan, yaitu: kinerja nasabah pembiayaan, target NPF, eksekusi jaminan, jenis pembiayaan, kualitas pembiayaan, limit pembiayaan, dan jatuh tempo pembiayaan. Risiko pembiayaan tidak dapat dihindari, namun dapat diantisipasi dengan cara melakukan analisis dengan tepat dan baik. Dalam melakukan analisis, BTM Wiradesa menggunakan analisis 5C sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan perbankan di Indonesia. 5C tersebut yaitu : 53 a. Character Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur. BTM perlu melakukan analisis terhadap karakter calon debitur, tujuannya adalah untuk memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai dengan lunas. Dalam hal ini BTM ingin mengetahui bahwa calon debitur mempunyai karakter yang baik,jujur dan mempunyai komitmen terhadap pelunasan pembiayaan yang akan di terima oleh BTM.Untuk mengetahui karakter calon debitur baik. BTM Wiradesa dapat menilai dari penilaian calon debitur dengan kerabat dekat dan tetangga calon debitur. b. Capacity Analisis ini ditunjukan untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibanya sesuai dengan jangka waktu 53 Hasil wawancara pribadi dengan ibu Nurozah pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 08.30
4 47 pembiayaan. Kemampuan keuangan calon debitur sangat penting karena merupakan sumber utama pembayaran kembali pembiayaan yang diberikan oleh BTM. Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka akan semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaannya. BTM memberikan pilihan jangka waktu pembiayaan sehingga calon debitur dapat menyesuaikan dengan pemasukan yang didapatnya. Jangka waktu pembiayaan di BTM Wiradesa maksimal 3 tahun dan tempo 4 bulan. c. Capital Modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar modal yang dimiliki oleh calon debitur akan semakin meyakinkan bagi BTM akan keseriusan dalam mengajukan pembiayaan. Untuk pembiayaan murabahah BTM Wiradesa hanya memberikan 70% dari harga pembelian barang apabila barang yang dibutuhkan debitur tidak tersedia di BTM. Contohnya pak Toni ingin menambah mesin fotocopy untuk usaha fotocopynya karena ia tidak cukup modal untuk membelinya maka pak Toni mengajukan pembiayaan di BTM Wiradesa. Karena BTM Wiradesa tidak menyediakan mesin fotocopy maka BTM Wiradesa mengkuasakan haknya kepada pak Toni agar dapat membeli mesin fotocopy yang dia inginkan. Namun BTM Wiradesa hanya
5 48 memberikan uang 70% dari harga mesin fotocopy. Mesin fotocopy seharga Rp BTM hanya dapat memberi uang sebesar Rp d. Collateral Merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon debitur atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua, artinya apabila debitur tersebut tidak dapat membayar angsurannya dan termasuk pembiayaan macet, maka BTM dapat melakukan eksekusi terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua.btm mempunyai kriteria jaminan yaitu : 1. Pembiayaan plafond di atas Rp memakai jaminan BPKB/SHM 2. BPKB/SHM harus atas nama calon debitur tidak boleh milik orang lain meskipun belum balik nama. 3. Plafond diatas 25 juta menggunakan akta notaris. e. Condition of Economy a. Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. BTM perlu mempertimbangkan sektor usaha calon debitur dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut akan berpengaruh pada usaha calon debitur di masa yang akan datang dan apakah usaha yang dimiliki oleh calon debitur berpengaruh pada kondisi ekonomi sehingga dapat berdampak pada menurunnya pendapatan
6 49 dan menyebabkan kemampuan mengembalikan pinjaman juga ikut menurun. Contohnya usaha musiman. Analisis yang dilakukan pihak BTM dapat dikatakan sudah maksimal walaupun masih saja pembiayaan bermasalah tak jarang terjadi. Terbukti dari 1644 nasabah pembiayaan murabahah, 104 nasabah atau 6,35% mengalami pembiayaan bermasalah yang disebabkan sebagai berikut : Karakter Nasabah Karakter merupakan nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku individu itulah yang disebut karakter yang melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku yang tidak bebas dari nilai. Hanya sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam perilaku individu yang memungkinkan dalam kondisi yang tidak jelas. Dalam arti bahwa nilai dari suatu perilaku sangat sulit dipahami oleh orang lain. Dengan demikian perubahan karakter nasabah dapat terjadi sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi BTM Wiradesa seperti nasabah yang pada awalnya rajin membayar angsuran seiring berjalannya waktu tiba-tiba nasabah tidak ingin membayar sedangkan dia mempunyai kemampuan financial untuk membayar hutangnya. 54 Ibid
7 50 2. Kegagalan usaha nasabah Dalam dunia usaha kegagalan dapat terjadi oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Karena dalam dunia usaha terdapat siklus usaha terdapat: tahap perkenalan, pertumbuhan, stabil dan menurun. Jika kondisi usaha nasabah pada tahap penurunan dan tidak dapat dikendalikan dengan baik maka yang akan terjadi usaha tersebut mengalami kebangkrutan. 3. Debitur jatuh sakit Hal ini juga dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah, dan tidak dapat disepelekan. Karena ketika debitur mengalami sakit dan usaha tidak ada yang meneruskan secara otomatis pengembalian pembiayaan kepada BTM Wiradesa dapat terhambat. 4. Jaminan sudah tidak ada Yang dimaksud jaminan sudah tidak ada ketika nasabah berbuat curang menjual barang jaminan seperti motor. Walaupun BPKBnya saja yang dijaminkan kepada pihak BTM Wiradesa namun kendaraan dipegang oleh nasabah dan hal ini dapat menimbulkan kecurangan sehingga BTM tidak dapat berbuat apa-apa. Dari risiko yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa ada 2 faktor penyebab pembiayaan gagal yaitu: 1. Faktor Internal a. Adanya self dealing atau tindak kecurangan dari aparat pengelola kredit.
8 51 b. Adanya kurangnya pengetahuan/keterampilan para pengelola pembiayaan. c. Kurang baiknya manajemen sistem informasi yang dibangun pada BTM yang bersangkutan. d. Lemahnya organisasi dan manajemen dari BTM yang bersangkutan. e. Kurangnya pengawasan pembiayaan yang dilakukan oleh BTM yang bersangkutan kepada para nasabah debiturnya. f. Adanya sikap yang ceroboh, lalai dan menggampangkan dari pengelola pembiayaan. 2. Faktor Eksternal a. Adanya bencana alam dan kejadian lain di luar dugaan. b. Adanya itikad baik nasabah yang diragukan. c. Adanya persaingan cukup tajam di antara koperasi itu sendiri sehingga bank yang bersangkutan tidak mampu untuk melakukan seleksi risiko usahanya dalam bidang pembiayaan. B. Strategi Manajemen Risiko Akad Murabahah pada di BTM Wiradesa Pekalongan Manajemen risiko dalam dunia perbankan sangat dibutuhkan untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi di bank. Di BTM juga demikian.tidak terhindar dari risiko. Namun untuk memunculkan manajemen pada koperasi tidak memungkinkan maka di BTM Wiradesa untuk menangani segala pembiayaan bermasalah terdapat bagian yang menanganinya yaitu Account Officer, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
9 52 dan Manajemen Pembiayaan. Sebelum membahas lebih jauh penulis pertama-tama memberikan penjelasan proses pemberian pembiayaan kepada calon debitur di BTM Wiradesa. Berikut alur proses pembiyaan di BTM Wiradesa : Pengajuan nasabah Adm. Pembiayaan Pengelompokan,pen -distribusian ke AO & penjadwalan Catat manual buku besar dan buku Harus ada saksi, pembacaan akad dan doa akad, selesai pencairan, info ke AO untuk mencatat data nasabah guna Maintain Pencairan SP3 AO merekap data buku ke pandu/inventarisir nasabah sesuai produk pembiayaan. Survey AO Data nasabah dibukukan dalam buku Bawa form survey, diisi dan ditandatangani nasabah dan AO Pengurus Analisis data Pastikan kelengkapan data dan semua data dilampirkan, bila perlu sertakan foto. Kabag. pemasaran Manager Kabag melakukan verifikasi data apakah sudah lengkap? dan sesuai 5C? Approval untuk PYD diatas 25 jt Gambar 4.1 Sumber : BTM Wiradesa
10 53 Dari alur pengajuan pembiayaan di BTM Wiradesa dapat dijelaskan sebagai berikut : Berkas nasabah diterima oleh bagian adm pembiayaan lalu dicatat manual dalam buku besar dan buku untuk dikelompokan, di distribusikan ke AO dan memberikan jadwal survey. 2. AO merekap data nasabah sesuai dengan jenis pengajuan nasabah yang diinginkan. 3. AO melakukan survey sesuai dengan jadwal yang telah dilakukan dengan membawa from survey yang diisi dan di tanda tangani oleh nasabah dan AO. 4. Manajemen pembiayaan melakukan analisis data. Apakah datadata nasabah sudah lengkap atau belum bila perlu menyatumkan foto. Sudah lengkap lalu di berikan kepada kabag pemasaran. 5. Kabag. Pemasaran melakukan verifikasi apakah data yang diterima benar dan sesuai dengan 5C atau tidak. Pembiayaan yang nilainya di atas 25 juta merupakan wewenang manager untuk diterima atau tidak pembiayaan tersebut. 6. Jika sudah disetujui maka akan dilakukan pencairan. Pencairan harus dibacakan akadnya terlebih dahulu, lalu lapor kepada AO untuk mencatat nasabah guna keperluan maintain. 55 Ibid.,
11 54 1. Manajemen Risiko di BTM Wiradesa Manajemen risiko merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi dan mengendalikan risiko tersebut agar tidak merugikan. Meskipun manajemen risiko di BTM Wiradesa tidak terstruktur namun pelaksanaan untuk mengendalikan risiko telah diterapkan proses manajemen risiko di BTM Wiradesa seperti yang telah dijelaskan penulis sebelumnya. Dapat di simpulkan penerapan manajemen risiko di BTM Wiradesa sebagai berikut : Identifikasi Analisis Risiko Pemantauan Evaluasi Gambar 4.2 Sumber: Data diolah peneliti Dari gambar tersebut dapat dijelaskan proses manajemen risiko di BTM Wiradesa, berikut penjelasannya: 1. Identifikasi Identifikasi risiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan termasuk BTM Wiradesa. BTM
12 55 mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko pembiayaan tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko pembiayaan yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti pembiayaan (penyediaan dana)dan pembiayaan perdagangan. Identifikasi risiko dapat menggunakan dengan analisis lingkungan, dan ada beberapa hal yang menjadi penilaian dalam mengidentifikasi risiko, yaitu: a. Lokasi usaha debitur Apabila lokasi usaha debitur strategis hal tersebut mendapatkan nilai tambah. Dikarenakan dapat menghindari risiko yang akan terjadi. Misalnya, usaha debitur BTM Wiradesa memiliki lokasi disekitar ruko pasar wiradesa. Hal ini, sangat bagus selain harga jual yang tinggi peningkatan penjualan dapat meningkat ketika debitur ingin mengembangkan usahanya. Apabila lokasi usaha berada leter T akan mendapatkan keraguan dari pihak BTM karena lokasi sangat berisiko dan menjadi pertimbangan yang matang untuk memberikan pembiayaan kepada debitur. b. Sifat dari usaha Melihat apakah usaha yang dijalankan debitur bersifat pasaran atau banyak yangmenjalankan usaha yang serupa. Apabila
13 56 dikatakan banyak yang menjalankan usaha yang sama. Usaha debitur harus memiliki kelebihan dari usaha yang lainnya. c. Pelanggan Usaha yang lancar dapat di lihat dari seberapa banyak pelanggan yang mempercayai usaha debitur dan kosumen merasa puas dengan hasilnya. Seperti usaha fotocopy, usaha fotocopy akan memiliki pelanggan tetap apabila hasil fotocopynya baik dan bagus sehingga konsumen merasa puas dan menjadi pelanggannya. Selain itu, untuk kegiatan pembiayaan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko pembiayaan harus memperhatikan kondisi keuangan debitur, terutama kemampuan membayar secara tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. Untuk risiko debitur, penilaian harus mencakup analisis terhadap lingkungan debitur, karakteristik mitra usaha, kondisi laporan keuangan terakhir, serta proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis, dan dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk mendukung analisis menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas debitur. Setelah melakukan identifikasi risiko, adminitrasi pembiayaan juga sangat penting untuk menghindari risiko karena dari administrasi BTM dapat memberikan informasi adanya risiko pembiayaan yang dapat di deteksi dari file nasabah.
14 57 2. Analisis Risiko Sebelum BTM Wiradesa menganalisa risiko, BTM Wiradesa harus mengetahui terlebih dahulu risiko yang kemungkinan akan terjadi. Berikut risiko yang akan terjadi di BTM Wiradesa serta analisis yang akan di lakukan BTM Wiradesa : a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.merupakan tidak ada itikad baik dalam diri nasabah untuk membayar padahal mampu untuk membayar. Analisis yang akan dilakukan BTM Wiradesa pada risiko ini, melihat lebih dalam karakter calon debitur apabila sudah ada kecurigaan bahwa calon debitur ini mempunyai karakter tidak baik maka dihentikan proses pengajuan pembiayaan atau ditolak. b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual tersebut. BTM Wiradesa lebih memilih untuk mewakilkan kepada nasabah sehingga risiko ini dapat terhindari. c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda
15 58 dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. BTM Wiradesa memberikan hak kuasa kepada calon debitur untuk membeli barang yang diinginkan debitur sehingga calon debitur merasakan kepuasan sendiri setelah mendapatkan barang yang dia inginkan. d. Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar. Yang akan dilakukan BTM Wiradesa sama seperti risiko yang akan terjadi sebelumnya. BTM Wiradesa memberikan hak kuasa kepada calon debitur secara tidak langsung BTM hanya memberikan uangnya saja. e. Hutang nasabah lebih kecil dibandingkan dengan hutang dalam transaksi murabahah. Dengan diserahkan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan akad wakalah maka hutang nasabah kepada bank hanya sebesar uang yang diterima nasabah, hal ini sangat berbeda jika terjadi jual beli murabahah, dimana yang terhutang nasabah
16 59 adalah sebesar harga jual barang, yaitu harga perolehan ditambah keuntungan. Pada saat penyerahan uang kepada nasabah sebagai wakil dengan akad wakalah, belum terjadi transaksi jual beli murabahah, sehingga jika nasabah setelah penyerahan uang tersebut, kemudian mereka tidak membeli barang maka nasabah hanya utang sebesar uang yang diserahkan. BTM Wiradesa menetapkan margin kepada calon debitur sehingga hutang nasabah tetap sama seperti transaksi murabahah. Berikut penetapan margin di BTM Wiradesa yaitu: Untuk Anggota marginnya sebesar 1,1% 2. Untuk Non anggota sudah pernah melakukan pengajuan marginnya sebesar 1,5% 3. Untuk Non anggota belum pernah melakuakan pengajuan marginnya sebesar 1,8% Penetapan margin mengikuti pergerakan pasar. Sehingga dapat berubah-rubah. f. Peluang besar untuk penyalahgunaan dana Dengan diterimanya uang ini menjadi peluang besar bagi nasabah untuk mengunakan dana tersebut untuk kepentingan lain, karena bagi nasabah hutangnya hanya sebesar uang yang 56 Ibid.,
17 60 diterima. Dengan penyalahgunaan dana ini akan mengakibatkan ketidaklancaran dalam melakukan pembayaran angsuran, karena dalam melakukan analisis pembayaran angsuran didasarkan pada data-data yang terkait dengan pemanfaatan dari barang yang dibeli tersebut. BTM Wiradesa melihat ekonomi dari calon debitur dan usaha nasabah. Apakah usaha nasabah sedang berjalan lancar atau sebaliknya. Apabila sudah diketahui kondisi ekonomi dan usaha maka dapat dinilai tidak ada peluang untuk penyalahgunaan dana. BTM juga tidak mengorbankan kualitas demi kuantitas yang berdampak risiko diambil akan lebih besar. 3. Pemeliharaan Pembiayaan dan Penanganan Pembiyaan Bermasalah. Setelah melakukan identifikasi dan analisis risiko. BTM Wiradesa menerapkan pemeliharaan pembiayaan. Tanpa adanya pemeliharaan pembiayaan maka, risiko yang akan dialami BTM lebih besar. Selain itu, tugas BTM juga tidak hanya sebatas memberikan jasa penyaluran dana, tugas yang lainnya merupakan menjaga angsuran debitur agar tetap lancar. Yang dilakukan pihak BTM yaitu : a. AO menjaga kelancaran debitur dengan cara setiap harinya memantau siapa saja yang sudah jatuh tempo. Apabila sudah melebihi hari jatuh tempo maka pihak AO wajib melakukan
18 61 teguran seperti menghubungi debitur untuk segera membayar angsuran. b. Apabila call 1, call 2, dan call 3 diabaikan oleh debitur maka akan di keluarkan surat tagihan ke debitur. c. Apabila diabaikan kembali oleh debitur maka dapat dikatakan pembiayaan mengalami masalah. BTM melakukan rapat komite dan ditetapkan oleh AO yang bersangkutan. Penanganan tersebut dilihat dari tingkat kolektibilitasnya. Berikut tingkat kolektibilitas di BTM Wiradesa : Kategori Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jangka/Hari 0-90 Hari Hari Hari >270 Hari Tabel 4.2 Sumber : BTM Wiradesa Tidak hanya memberikan surat tagihan dan call yang dilakukan BTM untuk mengangani pembiayaan bermasalah, namun yang akan dilakukan yaitu dengan sistem kekeluargaan terlebih dahulu untuk mengetahui mengapa debitur tidak dapat melakukan kewajibannya dan memberikan dispensasi waktu untuk dapat melakukan kewajibannya. Apabila debitur belum ada
19 62 perubahan sikap, dilakukan reschleduling supaya angsuran lebih ringan. Apabila masih bermasalah diakad ulang dengan akad qordhul hasan dengan menutup pokoknya saja. Apabila masih bermasalah juga maka terpaksa pihak BTM mengeksekusi jaminan. 4. Evaluasi Dalam proses manajemen risiko, terdapat proses evaluasi risiko setelah analisis risiko dilakukan. Evaluasi risiko merupakan proses yang sangat penting karena akan menentukan langkah dan tindakan yang dapat diambil manajemen untuk mengelola risiko tersebut. Evaluasi berfungsi untuk melihat kembali apakah sudah baik dijalankan atau sebaliknya. Jika sebaliknya akan dilakukan koreksi kembali. 2. Strategi Manajemen Risiko BTM Wiradesa Risiko selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian suatu usaha, baik usaha perorangan maupun perusahaan. Setiap kegiatan usaha senantiasa berhadapan dengan risiko. Risiko yang dihadapi setiap pelaku usaha tentunya akan berbeda-beda, tergantung dari jenis kegiatan usaha yang dilakukan. BTM Wiradesa lembaga keuangan syariah yang pasti akan mengalami risiko. Namun risiko yang dialami cukup standar yaitu risiko utama adalah risiko pembiayaan, kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya. Tetapi jika dibiarkan kemajuan BTM Wiradesa akan tersendat. Oleh karena itu dari itu diperlukannya strategi manajemen risiko yang baik untuk mengantisipasi dan menghadapi pembiayaan bermasalah di BTM Wiradesa.
20 63 Berikut Strategi manajemen risiko di BTM Wiradesa : 1. Menetapkan margin yang berbeda. Penetapan margin yang berbeda dapat memimalisir risiko yang akan datang dan meningkatkan pembiayaan di BTM Wiradesa. karena dengan ditetapkan margin yang berbeda BTM Wiradesa tidak terlalu merugi selain itu dapat menarik debitur untuk mengambil pembiayaan di BTM Wiradesa. Margin BTM Wiradesa pada saat ini : a. Untuk Anggota marginnya sebesar 1,1% b. Untuk Non anggota sudah pernah melakukan pengajuan marginnya sebesar 1,5% c. Untuk Non anggota belum pernah melakuakan pengajuan marginnya sebesar 1,8% 2. BTM Wiradesa mempunyai prinsip 3 dasar pemberian pembiayaan, yaitu : a. Pelunasan atau pembayaran kembali diketahui sejak dini oleh AO dengan baik, sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat cepat diambil langkah untuk melakukan penyelesaian. b. Tidak mengorbankan kualitas demi kuantitas, maksudnya adalah BTM Wiradesa tidak terlalu fokus dengan target sehingga dapat terjaga kualitas pembiayaan di BTM Wiradesa.
21 64 c. Tidak meremehkan administrasi pembiayaan karena informasi adanya risiko pembiayaan bisa dideteksi dari file nasabah. BTM Wiradesa mengutamakan kelengkapan file nasabah, apabila file tidak lengkap maka proses pengajuan pembiayaan dapat dibatalkan atau tidak terproses. 3. Bekerja sama dengan asuransi. Pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi dapat memimalisir musibah yang akan terjadi terutama dengan asuransi syariah. Jenis asuransi yang ditetapkan oleh BTM Wiradesa adalah asuransi jiwa, yang dikelola paguyuban ta awun pusat BTM. Asuransi digunakan hanya untuk pembiayaan angsuran seberapapun kecilnya pembiayaan tersebut. Dari strategi yang dilakukan ternyata masih menyisahkan pembiayaan bermasalah sebesar 6,35% dari 1644 debitur pembiayaan murabahah atau sebanyak 104 debitur pembiayaan bermasalah. Walaupun jumlah debitur pembiayaan bermasalah banyak namun NPF di BTM Wiradesa menurun pukul Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Mayasari bagian pembiayaan pada tanggal 22 mei
22 65 Pada tahun 2013 jumlah total pembiayaan sejumlah Rp ,49 dengan NPF 5,76%. Sedangkan untuk kondisi total pembiayaan Per April 2014 Rp ,34 dengan NPF 4,96%. 58 Strategi yang digunakan BTM Wiradesa dapat dikatakan sudah cukup baik namunmasih banyak pembiayaan yang mengalami masalah ada baiknya BTM Wiradesa mengevaluasi strateginya kembali benar-benar diterapkan atau tidak. 58 Sumber BTM Wiradesa
BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah di BMT Harapan Umat Juwana Secara umum pembiayaan murabahah di BMT Harapan Umat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dimana pada umumnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Praktik Pembiyaan Mudharabah dengan Strategi Tempo di KSPPS TAMZIS Bina Utama Cabang Pasar Induk Wonosobo Sebagai lembaga keuangan, kegiatan KSPPS TAMZIS Bina
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Menentukan Nasabah Wanprestasi. Dalam proses pemberian pembiayaan, sebelum pengajuan pembiayaan nasabah di realisasikan oleh bank, bank akan melakukan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung
96 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung Berdasarkan uraian dan penjelasan tentang manajemen risiko dari hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS Tamzis Bina Utama Wonosobo Cabang Batur Banjarnegara. Salah satunya produk pembiayaan yang diberikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan
60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
benar. 1 Dalam melakukan kelayakan pembiayaan, bank syariah diwajibkan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Prinsip 5C pada Produk Ijarah di BPRS PNM Binama Semarang Sebelum suatu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dengan menggunakan empat variabel yaitu margin, jangka waktu pinjaman, stabilitas penjualan, dan komitmen
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MOJOKERTO A. Analisis Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN A. Kondisi Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Dalam pemberian
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung
BAB V PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung Berdasarkan paparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diketahui dalam pelaksanaan
Lebih terperinciBUPATI PENAJAM PASER UTARA,
BUPATI PENAJAM PASER UTARA 11 PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA BERGULIR
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor
Lebih terperinciBAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah penyedianaan uang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan
BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa Berdirinya BTM Wiradesa yang beralamat Jl. Mayjend. S. Parman No.183 Wiradesa Pekalongan, berawal dari keinginan Pimpinan Cabang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra
47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra Sejahtera Subah-Batang Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
45 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Banjarmasin Akad musyārakah ada beberapa prosedur yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur Pembiayaan merupakan langkah yang dilakukan KSPPS TAMZIS Bina Utama dalam menyalurkan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih
BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang sudah mempunyai usaha lebih dari 2 tahun
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab terjadinya Pembiayaan Bermasalah di BMT Amanah Usaha Mulia Magelang Menurut informasi yang diperoleh penulis melalui wawancara dengan karyawan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah
BAB III PEMBAHASAN A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS Suriyah 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah Salah satu akad yang paling populer digunakan oleh perbankan syari ah adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Tamzis Bina Utama Cabang Temanggung Untuk mengajukan pembiayaan Mudharabah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL
BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL A. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT NU Sejahtera Cabang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.
1 BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung. Manajemen risiko adalah proses membangun kontrol untuk meminimalir kemungkinan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas Artha Mandiri cabang Tulungagung Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT Walisongo Semarang Mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui ketika
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah
BAB IV PEMBAHASAN A. Kriteria Pembiayaan Griya BSM 1. Manfaat Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah Jangka waktu pembiayaan hingga
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG
BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Prinsip Kehati-hatian (Prudential) dalam pemberian pembiayaan di KJKS BINAMA 1. Analisis pembiayaan Sebagai lembaga keuangan yang berusaha
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA
102 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD MURA@BAH}AH DAN PENYELESAIANNYA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah Produk KPR Akad Mura@bah}ah Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN
57 BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN A. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Risiko Pembiayaan di KSPPS Marhamah Cabang Wonosobo Dalam setiap pembiayaan yang terjadi di lembaga keuangan baik Bank maupun
Lebih terperinciWAKA<LAH PADA KJKS MBS
BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prioritas utama dalam pembangunan negara Indonesia yakni peningkatan kesejahteraan rakyat melalui mengembangkan perekonomian rakyat yang didukung pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015
BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 Hasil pengujian data di atas dapat diketahui tabel Coefficient
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran
32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang Pembiayaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Menyadari
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.
BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Griya Menurut Ibuk Silvany selaku Area Consumer Banking Manager, prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG
BAB IV PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG A. Pengertian Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ib pada Bank BRISyariah Kantor Cabang Padang 1. Pengertian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pembiayaan dan rekening koran yang memiliki fungsi yang berbeda yakni
108 BAB V PENUTUP Setelah membahas teori dan menganalisis hasil penelitian pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan, maka pada bab ini penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran yang dapat bermanfaat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN MONITORING PEMBIAYAAN MURABAHAH, DAN PENGELOLAAN RISIKO PADA KJKS BINAMA TLOGOSARI SEMARANG.
117 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN MONITORING PEMBIAYAAN MURABAHAH, DAN PENGELOLAAN RISIKO PADA KJKS BINAMA TLOGOSARI SEMARANG. A. Analisis Pelaksanaan Pengawasan dan Monitoring Pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah Di KJKS BMT Walisongo Semarang. Sebagai lembaga keuangan syari ah yang mempunyai satu tujuan untuk mengangkat perekonomian
Lebih terperinciBAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.
BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A. Mekanisme Pembiayaan Murabahah 1. Prosedur Pembiayaan Murabahah Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro syariah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan
BAB V PEMBAHASAN A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan Menurut Muhammad bahwa pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh setiap lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang menyebabkan Pembiayaan KPR bermasalah pada Bank BTN Syariah Cabang Semarang Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan staff bagian
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada Bab II, maka bab ini peneliti akan membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan atas Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengembangkan dan memperbesar usaha-usaha mereka, baik secara
55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang memberikan fasilitas kredit yang dapat dimanfaaatkan oleh para pelaku ekonomi untuk mengembangkan dan memperbesar usaha-usaha
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA
BAB IV PENERAPAN AUDIT BERBASIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK BRI SYARIAH KC GUBENG SURABAYA A. Analisis Penerapan Audit Berbasis Risiko pada Pembiayaan Murabahah di Bank BRI Syariah Kantor
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan
Lebih terperinciBAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan
45 BAB III IMPLEMENTASI PENETAPAN MARGIN DALAM PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG LUMAJANG A. Implementasi Penetapan Margin Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang Margin pada
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif Kantor Kas Boja Di dalam perbankan syariah maupun konvensional, dikenal dua sistem yaitu funding dan leanding.
Lebih terperinciBAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN
BAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN A. Mekanisme Produk Pembiayaan Pensiun Produk pembiayaan pensiun di Bank Mandiri Syariah KC Ngaliyan termasuk dalam pembiayaan consumer. Pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pembiayaan Bermasalah dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di KSPPS Tamzis Bina Utama Wonosobo KSPPS Tamzis Bina Utama Wonosobo
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor Cabang Semarang 1. Pengertian Pembiayaan produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor Cabang Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pembiayaan Modal Kerja di Bri Syariah KC Semarang 1. Pembahasan Pembiayaan modal kerja di BRI Syariah KC Semarang adalah sebuah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Hasil dari analisa data dan pembahasan hasil analisa data pada penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Murabahah merupakan salah satu akad yang dipakai
Lebih terperinciKesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, mengenai Studi Tentang Analisis Keuangan untuk Menilai Kelayakan Pemberian Kredit
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah pada Produk ib Investasi Line Facility di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang Produk Pembiayaan ib Investasi adalah salah
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)
BAB III PEMBAHASAN Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW) Pada dasarnya semua pembiayaan di KJKS Baituttamwil Tamzis Cabang PIW
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah
BAB IV ANALISIS DAMPAK REFERENSI TERHADAP KEPUTUSAN BMT DALAM MEMBERIKAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH BAGI NASABAH DI KOPERASI BMT NURUL JANNAH PETROKIMIA GRESIK A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja
BAB IV PEMBAHASAN A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja 1. Permohonan Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan murabahah modal kerja, maka nasabah harus mengisi formulir (lampiran
Lebih terperinciDAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Aisyah Khoirun Nisa 2. Tempat, Tanggal Lahir : Blora, 30 Maret 1996 3. Alamat : Ds. Kadengan Rt.02 Rw. 01 Randublatung-Blora, Jawa Tengah. 4. No. HP
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra Pekalongan Di BMT Matra Pekalongan dalam melakukan penyaluran dana salah satunya produk pembiayaan bai u bithaman
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Syarat dan Ketentuan Pembiayaan Mikro Syariah Di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Kejajar Wonosobo.
BAB IV PEMBAHASAN A. Syarat dan Ketentuan Pembiayaan Mikro Syariah Di KSPPS Tamzis Bina Utama Cabang Kejajar Wonosobo. Pembiayaan bisnis TAMZIS disebut Pembiayaan Mikro Syariah diutamakan untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Koperasi Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi Tenggara ) awal mula Bapak Muzain
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pembiayaan Murabahah 1. Proses pengajuan - Persyaratan Administratif 66 1) Foto Copy KTP dan Menunjukkan Aslinya. 2) Foto Copy Kartu Keluarga dan Menunjukkan
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciBAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG
BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG A. Analisis mekanisme penilaian barang jaminan pada KSPPS Binama Semarang Barang jaminan atau yang biasa disebut
Lebih terperinciBAB IV ANALISISIS MEKANISME PENCAIRAN DANA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN AGUNAN CAST COLLATERAL DI KSPPS ARTHAMADINA, BATANG.
BAB IV ANALISISIS MEKANISME PENCAIRAN DANA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN AGUNAN CAST COLLATERAL DI KSPPS ARTHAMADINA, BATANG. A. Mekanisme Pencairan Dana Pembiayan di KSPPS Arthamadina. KSPPS Arthamadina
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN
65 BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN BERDASARKAN FATWA DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 Prosedur Penyelesaian Sengketa
Lebih terperinci