ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR"

Transkripsi

1 ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 7

2 ii PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan disertasi Analisis Praktek Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Agustus 7 Abubakar Iskandar NRP: P65

3 iii ABSTRACT Abubakar Iskandar. An Analysis of Family Resource Management Practices and Its Impact on Family Welfare at the District and City of Bogor. Supervised by Hartoyo, Ali Khomsan, and Ujang Sumarwan The improvement of family welfare has become the major objective of national development program. Many programs have directed to the improvement of family welfare. However, in 6, there were still about 39. millions people (7.8%) live in poverty. This indicates that the implementation of poverty alleviation programs was not very effective due to many reasons, such as lack of targeting and insufficient setting of program. The objective of the research was to identify family welfare using several methods, to analyze factors affecting the family welfare, to analyze family resource management practices, and to formulate model of family empowerment. A cross sectional survey involving 4 randomly selected samples of family in eight purposively selected villages has been conducted. The utilization of different methods resulted varies of poverty prevalence. The BPS method resulted the lowest poverty prevalence while the subjective family perception method resulted the highest poverty prevalence. Out of the total of 4 samples of family, 7.9 percents are classified as poor families by at least three methods used. By using the BPS method as a benchmark, the BKKBN method is relatively better alternative method to indicate poor family. By employing binary logistic regression method, it is predicted that demographic variables (family size, the age of husband and wife), socio-economic variables (education, income, mother working status, asset ownership, and saving), family resource management practices (planning, controlling, and task/role distribution), and living environment would determine family welfare. In addition, the family resource management practices are significantly influenced by household head s level of education, income, and living environment. By considering all the results, it is necessary to develop family empowerment strategy through the improvement of family resource management skills, the development of co-operation and collective business at village level and the mobilization of community fund. Key words: family welfare, poverty, poverty indicator, and family resource management

4 RINGKASAN iv Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang terlihat tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Kemiskinan oleh Herbert () didefinisikan sebagai ketidak-mampuan orang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan standar kebutuhan lainnya. Selama periode , terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup signifikan dari 7 juta menjadi.5 juta. Namun akibat krisis ekonomi, pada tahun 998, jumlah penduduk miskin meningkat sangat tajam menjadi 49.5 juta (4.3%). Pada tahun 6, BPS melaporkan jumlah penduduk miskin sebanyak 39. juta (7.8%), lebih tinggi dari jumlah penduduk miskin pada tahun 5, yaitu sebanyak 35. juta (6.%). Banyak faktor yang berkaitan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin dalam dua tahun terakhir, di antaranya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diakibatkan oleh kebijakan pengurangan subsidi BBM. Fenomena masih tingginya angka kemiskinan juga menunjukkan bahwa program peningkatan kesejahteraan belum secara efektif dapat mengurangi masalah kemiskinan. Hal tersebut diakibatkan oleh beragamnya penggunaan metode dalam mengidentifikasi sasaran sehingga pelaksanaan program peningkatan kesejahteraan dinilai kurang terpadu antar sektor. Selain itu, program pengentasan kemiskinan belum menyentuh aspek pemberdayaan dan peningkatan ketrampilan dalam mengelola sumberdaya keluarga, sehingga dana bantuan langsung tunai, misalnya, lebih banyak digunakan keluarga untuk keperluan konsumtif. Penelitian ini bertujuan untuk: () menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga dengan berbagai metode pengukuran; () menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga; (3) menganalisis pengaruh faktor eksternal (kelembagaan sosial dan kebijakan/program regional) terhadap tingkat kesejahteraan keluarga; (4) menganalisis perbedaan proses/praktek manajemen sumberdaya keluarga yang diterapkan keluarga; (5) menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap praktek manajemen sumberdaya keluarga; dan (6) merunmuskan model dan strategi pemberdayaan keluarga. Pengambilan data dilakukan di enam desa dari tiga kecamatan di Kabupaten Bogor dan dua kelurahan dari satu kecamatan di Kota Bogor yang dipilih secara purposif dengan mempertimbangkan banyaknya jumlah penduduk miskin di desa/kelurahan. Jumlah keluarga yang menjadi contoh penelitian ini adalah 3 keluarga untuk setiap desa/kelurahan, sehingga jumlah contoh adalah 4 keluarga yang dipilih secara stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai metode identifikasi keluarga miskin menghasilkan angka kemiskinan yang bervariasi. Angka kemiskinan di Kabupaten Bogor berkisar antara 6.6 persen (metode BPS) sampai 67. persen (metode persepsi keluarga), sedangkan angka kemiskinan di Kota Bogor berkisar antara 5. persen (metode BPS) sampai 7.7 persen (metode persepsi keluarga). Penggunaan metode persepsi keluarga menghasilkan angka kemiskinan yang relatif tinggi yang berarti masih sangat banyak keluarga yang merasa tidak puas terhadap tingkat kesejahteraan yang dicapainya. Dari total 4 keluarga, 7.9 persen yang dinyatakan miskin oleh minimal tiga metode pengukuran yang dipergunakan. Dengan menggunakan metode BPS sebagai benchmark, metode BKKBN memperlihatkan sensitivitas yang relatif tinggi terutama di kota, namun spesifisitas yang relatif rendah. Metode yang memperlihatkan spesifisitas yang tinggi baik di kota maupun di desa adalah metode pengeluaran pangan. Sementara itu, metode persepsi keluarga (tingkat kepuasan terhadap pencapaian kesejahteraan) memiliki tingkat sensitivitas yang

5 tinggi, namun spesifisitas yang sangat rendah. Dengan memperhatikan angka sensitivitas dan spesifisitas, metode BKKBN dinilai sebagai metode yang cukup baik dan relatif mudah untuk dipergunakan sebagai alternatif dalam identifikasi keluarga miskin. Pendugaan faktor-faktor berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan dengan menggunakan model regresi logistik binari menunjukkan bahwa variabel demografi (jumlah keluarga, umur kepala keluarga, dan umur isteri), sosial (pendidikan kepala keluarga), ekonomi (pendapatan, status bekerja isteri, kepemilikan aset dan tabungan), variabel manajemen sumberdaya keluarga (ada tidaknya perencanaan dalam keluarga), serta variabel lokasi tempat tinggal (kota atau desa) berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan menurut metode BKKBN. Variabel pendidikan isteri, pendapatan, kepemilikan aset, pekerjaan kepala keluarga (sebagai buruh atau bukan), dan ada tidaknya perencanaan juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan menurut metode BPS. Variabel umur dan pendidikan kepala keluarga, kepemilikan aset, dan adatidaknya pengontrolan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan menurut metode pengeluaran pangan. Sementara itu, tingkat kesejahteraan menurut metode persepsi keluarga dipengaruhi secara nyata oleh pendidikan kepala keluarga, pendapatan, dan ada-tidaknya pembagian tugas dalam keluarga. Dari uraian tersebut, tingkat kesejahteraan keluarga didominasi oleh pengaruh karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan). Variabel eksternal yang dalam penelitian ini menggunakan indikator besarnya pinjaman pada lembaga keuangan dan keikut-sertaan dalam program bantuan langsung tunai tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah keluarga yang menerima kredit atau punya akses kepada lembaga keuangan, serta yang menerima dana BLT relatif sedikit. Variabel eksternal yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan keluarga (terutama menurut metode BKKBN) adalah lokasi tempat tinggal. Dengan tingkat sosial ekonomi yang relatif sama, keluarga yang tinggal di wilayah kabupaten memiliki peluang.57 lebih sejahtera (menurut metode BKKBN) dibanding dengan keluarga yang tinggal di wilayah kota. Variabel proses/praktek manajemen sumberdaya keluarga yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga adalah ada-tidaknya perencanaan (metode BKKBN dan BPS), ada-tidaknya pengontrolan (metode pengeluaran pangan) dan adatidaknya pembagian tugas (metode persepsi keluarga). Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa proporsi keluarga tidak miskin yang membuat perencanaan lebih besar dibanding dengan keluarga miskin. Dalam hal pembagian tugas antara kepala keluarga dan isteri, secara umum tidak ada perbedaan yang besar antar keluarga miskin dan tidak miskin. Perbedaan yang relatif besar terlihat antara keluarga yang tinggal di kota dan di desa dimana lebih banyak keluarga di kota yang melakukan pembagian tugas yang jelas. Perbedaan praktek pengontrolan juga lebih terlihat antara keluarga yang yang tinggal di kota dengan yang tinggal di desa, dimana lebih banyak keluarga di kota yang melakukan pengontrolan. Lokasi tempat tinggal berpengaruh nyata terhadap ada-tidaknya perencanaan dalam keluarga dan pembagian tugas. Sementara itu, selain lokasi tempat tinggal, tingkat pendidikan kepala keluarga juga berpengaruh terhadap ada-tidaknya pembagian tugas. Keluarga dengan tingkat pendidikan kepala keluarga yang lebih tinggi berpeluang lebih tinggi untuk mempraktekkan adanya pembagian tugas antar anggota keluarga. Adatidaknya praktek pengontrolan dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan. Keluarga dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah berpeluang untuk melakukan pengontrolan, terutama pada pengeluarannya. v

6 vi Dengan memperhatikan hasil penelitian ini, strategi pemberdayaan keluarga melalui upaya peningkatan ketrampilan manajemen sumberdaya keluarga dan mendorong simpan pinjam sebagai entry point yang mengarah pada pembentukan koperasi dan usaha bersama di tingkat desa/kelurahan. Dengan upaya peningkatan ketrampilan manajemen sumberdaya keluarga, setiap keluarga diharapkan bisa menyisihkan pendapatannya baik untuk ditabungkan di bank ataupun diserahkan ke lembaga amal untuk dimanfaatkan dalam mengentaskan kemiskinan. Perlu ada kegiatan mobilisasi dana masyarakat dengan melembagakan gerakan sumbangan, yaitu suatu gerakan yang mewajibkan keluarga dalam suatu wilayah untuk menyumbang Rp per hari untuk dipergunakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut secara mandiri. Kata kunci: kesejahteraan keluarga, kemiskinan, indikator kemiskinan, dan manajemen sumberdaya keluarga

7 vii HAK Hak cipta milik IPB, tahun 7 Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8 ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR viii ABUBAKAR ISKANDAR Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 7

9 ix Judul Disertasi: Analisis Praktek Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor Nama : Abubakar Iskandar NRP : P65 Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. H. Hartoyo, M.Sc Ketua Prof. Dr. Ir. H. Ali Khomsan, MS Anggota Prof. Dr. Ir. H. Ujang Sumarwan, M.Sc Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. H. Ali Khomsan, MS Prof. Dr.Ir. Khairil, A. Notodiputro, MS Tanggal Lulus: Mei 7 Tanggal Lulus:

10 x PRAKATA Alhamdulilah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas ijin-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Analisis Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini. Pada kesempatan yang sangat berharga ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:. Dr.Ir. H. Hartoyo, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr.Ir. H. Ali Khomsan, MS, dan Prof. Dr. Ir. H.Ujang Sumarwan, M.Sc masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran-saran untuk kesempurnaan tulisan ini. Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, MS yang telah bersedia memimpin ujian tertutup 3. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si, yang berkenan menjadi penguji luar komisi ujian tertutup 4. Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, yang berkenan memimpin ujian terbuka 5. Dr. Hj. Sulistiati, M.Si, dari Departemen Sosial RI, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi ujian terbuka 6. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB, yang telah bersedia menjadi penguji luar komisi ujian terbuka 7. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh pendidikan Doktor pada SPs-IPB 8. Prof. Dr. Ir. H. Ali Khomsan, MS dan Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SPs- IPB 9. Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Kupang (Bapak Drs. H. Idrus Lamaya) yang telah memberikan persetujuan untuk menyelesaikan studi. Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang (Bapak Markhotib, SH) yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk menempuh pendidikan pascasarjana, sekaligus memberikan dukungan finansial

11 xi. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas RI yang telah memberikan persetujuan BPPS studi ini. Ketua DPRD Kabupaten Alor (Bapak Drs. John Th. Blegur) yang telah menyampaikan aspirasi penulis kepada Bupati Alor untuk memperoleh dukungan biaya penelitian 3. Bupati Alor (Bapak Ir. Ans Takalapeta) yang telah memberikan bantuan dana untuk biaya kuliah dan penelitian. 4. Camat Bogor Tengah, Camat Gunungputri, Camat Ciampea, dan Camat Cisarua yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan riset di wilayahnya 5. Lurah Babakan Pasar, Lurah Gudang, Kepala Desa Tegalwaru, Kepala Desa Cicadas, Kepala Desa Cibeureum, Kepala Desa Kopo, Kepala Desa Wanaherang, dan Kepala Desa Ciangsana yang telah memberikan persetujuan untuk melakukan riset di wilayahnya 6. Ayah dan Ibu, Istri dan anak-anak, adik-adik dan kakak-kakak, serta semua keluarga yang telah memberikan dukungan moral untuk penyelesaian studi 7. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu, baik moral maupun material untuk kelancaran penelitian, hingga disertasi ini dapat diselesaikan Bogor, Agustus 7 Penulis

12 xii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kalabahi-Alor, pada tanggal Agustus 958 sebagai anak terakhir (kedua) dari bersaudara pasangan Bapak Iskandar Tolang dan Ibu Maimuna. Pendidikan dasar diselesaikan di SD Negeri Bonipoi Kupang pada tahun 967, pendidikan SMTP diselesaikan di SMP Negeri I Kupang pada tahun 97, dan pendidikan SMTA diselesaikan di SMA Sinar Pancasila Kupang pada tahun 974. Selanjutnya di kota yang sama Penulis menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ilmu Administrasi Jurusan Administrasi Negara di Universitas Negeri Nusa Cendana (UNDANA) Kupang pada tahun 986. Pada tahun 987 sampai sekarang Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Kupang. Pada tahun menjabat sebagai Ketua Jurusan Antropologi FIS Unmuh Kupang. Pada tahun 994 penulis mengikuti pendidikan S pada Program Studi Sosiologi Pedesaan, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dengan biaya Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) dan tamat pada tahun 996. Pada tahun 997- menjabat sebagai Dekan FIS periode I, dan tahun - 4, menjabat kembali sebagai Dekan FIS periode II. Pada periode II ini penulis melanjutkan pendidikan S3 pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan beasiswa BPPS dari Depdiknas RI, dan berhasil meraih gelar Doktor di bidang Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB tahun 7. Selama studi, penulis merangkap jabatan Dekan FIS periode II sampai berakhir Mei 4.

13 DAFTAR ISI xiii DAFTAR TABEL,... DAFTAR GAMBAR,... DAFTAR LAMPIRAN,... Halaman PENDAHULUAN,..... Latar Belakang,... Perumusan Masalah,... 5 Tujuan,... 7 Kegunaan,... 7 TINJAUAN PUSTAKA,... 9 Tinjauan Teoritis tentang Keluarga,... 9 Hubungan Subsistem Individual dan Subsistem Manajerial,... Paradigma, Konsep, Proposisi dan Teori,... 3 Tinjauan Empiris Kesejahteraan, Kepuasan dan Kebahagiaan KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS,... 6 Kerangka Pemikiran,... 6 Hipotesis,... 7 METODE,... 7 Desain, Lokasi, dan Waktu penelitian, Teknik Penarikan Contoh,... 7 Jenis Data dan Cara Pengumpulannya, Standarisasi Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian dan Indikator, Definisi Operasional, Kontrol Kualitas Data, Kontrol Validitas dan Reliabilitas Instrumen, Pengolahan dan Analisis Data, Validitas dan Reliabilitas Data, Keterbatasan Studi, HASIL DAN PEMBAHASAN, Karakteristik Demografi dan Fisiologi Keluarga Contoh,... 5 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh,... 8 Karakteristik Lingkungan Keluarga Contoh, Tingkat Kesejahteraan Keluarga,... 6 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga, Tujuan Hidup Keluarga, Komunikasi dalam Keluarga, Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, xv xviii xix

14 Halaman xiv Pengelolaan Sumberdaya Keluarga, Model dan Strategi Pemberdayaan Keluarga Miskin, KESIMPULAN DAN SARAN, Kesimpulan, Saran,... 9 DAFTAR PUSTAKA, LAMPIRAN,.... 3

15 xv DAFTAR TABEL Halaman Jumlah Penduduk Miskin Tahun , Beberapa Aspek Sosial yang Diukur serta Indikatornya, Saling Ketergantungan antara LIngkungan Makro, Sistem Sosial dengan Keluarga, Interaksi LIngkungan Makro dengan Sistem Keluarga, Perbedaan/Persamaan Kesejahteraan, Kepuasan, dan Kebahagiaan, Hasil Pendataan Keluarga Contoh Thn 5 oleh PLKB dan Verifikasi, Sebaran Contoh berdasarkan Status Kesejahteraan BKKBN, Jenis Data dan Cara Pengumpulannya, Pengukuran Variabel dan Indikator, Jenis Data, Peubah dan Cut Off yang Digunakan,... 9 Validasi Suatu Prosedur Pengujian,... Penentuan Indeks Sensitivitas dan Spesifisitas Kemiskinan, Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Contoh, Sebaran Usia Suami Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Usia Isteri Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Keadaan Fisiologi Suami Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Keadaan Fisiologi Isteri Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Suami Contoh berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Isteri Contoh berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Suami Contoh berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Isteri Contoh berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Jenis Program Pemerintah dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Akses Pinjaman/Bantuan Individu/Institusi dan Tingkat Kesejahteran, Sebaran Sumber Pinjaman Uang pada Lembaga Finansial dan Tingkat Kesejahteran,

16 Halaman xvi 5 Sebaran Penggunaan Pinjaman Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Bantuan Kredit Peralatan/Barang dari Individu/Institusi dan Tingkat Kesejahteran, Sebaran Kebijakan Pengembalian Kredit Barang dari Individu/Institusi dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Kepemilikan Aset Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteran,... 9 Sebaran Lingkungan Tempat Tinggal Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Contoh berdasarkan Kriteria BKKBN, Pengeluaran pangan, Persepsi Keluarga dengan Kriteria BPS sbg bunchmark di Desa, Sebaran Contoh berdasarkan Kriteria BKKBN, Pengeluaran Pangan, Persepsi Keluarga dengan Kriteria BPS sbg benchmark di Kota, Sensitifitas/Spesifisitas Kriteria Kemiskinan BKKBN, Pengeluaran Pangan dan Persepsi Keluarga dengan Kriteria BPS sbg benchmark, Sebaran Keluarga Contoh berdasarkan Kriteria BKKBN dan Tingkat Kesejahteraan, Jumlah Jawaban Kategori Kemiskinan berdasarkan Kriteria Pengukuran, Faktor-faktor yg Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga Menurut BKKBN, Faktor-faktor yg Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga Menurut BPS, Faktor-faktor yg Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga Menurut Pengeluaran Pangan, Faktor-faktor yg Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Keluarga Menurut Persepsi Keluarga, Sebaran Tujuan Hidup Keluarga Contoh yang Ingin Dicapai dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Jawaban Responden tentang Pendidikan Anak dan Tingkat Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Jawaban Responden tentang Status Sosial dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Responden terhadap Kebutuhan Keamanan dan Tingkat Kesejahteraan,

17 Halaman xvii 43 Sebaran Responden terhadap Kebutuhan Fisik dan Tingkat Kesejahteraan, Sebaran Pembagian Tugas Keluarga Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Jumlah Alokasi Waktu Kegiatan Suami Contoh dan Tingkat Kesejahteraan, Jumlah Alokasi Waktu Kegiatan Isteri Contoh dan Tingkat Kesejahteran, Sebaran Responden dalam Melakukan Pengawasan dan Tingkat Kesejahteraan, Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan dalam Keluarga, Faktor yang Mempengaruhi Pembagian Tugas dalam Keluarga, Faktor yang Mempengaruhi Pengawasan Kegiatan Keluarga, Program-program Pengentasan Kemiskinan Periode Thn 99-an,

18 DAFTAR GAMBAR xviii Halaman Bagan Individual/Manajerial Sistem,... 3 Faktor Lingkungan Makro dan Mikro, Bagan Kerangka Fikir Pemberdayaan Keluarga, Kerangka Pikir Pendekatan Survey, Kerangka Pikir Pendekatan Grounded, Sebaran Keluarga berdasarkan Kriteria Kemiskinan di Kota, Sebaran Keluarga berdasarkan Kriteria Kemiskinan di Desa, Hubungan Interpersonal Internal dan Eksternal Sistem, Model Pemberdayaan yang Berorientasi Proses Belajar,... 87

19 xix DAFTAR LAMPIRAN Halaman Jenis Data, Peubah dan Cut Off yang Digunakan,... 3 Sebaran Jawaban Responden tentang Persepsi Keluarga, Sebaran Jawaban Responden tentang Kebutuhan Sosial di Kota/Desa,. 7 4 Sebaran Struktur Komunikasi Keluarga Contoh, Sebaran Pengambilan Keputusan Keluarga Contoh, Sebaran Analisis Pengambilan Keputusan Keluarga Contoh,... 7 Sebaran Perencanaan Responden untuk Mencapai Tujuan Sebaran Responden berdasarkan Pengeluaran/kap/bln dan Tingkat Kesejahteraan, Persentase Pengeluaran Pangan/Non Pangan terhadap Pengeluaran Total dan Tingkat Kesejahteraan,... 8

20 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No tahun 99 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Konsep yang ada sebelumnya adalah kemiskinan yang dikembangkan oleh beberapa pakar seperti: Sayogyo (999) mengukur tingkat kesejahteran keluarga dengan menggunakan kriteria batas garis kemiskinan berdasarkan satuan kilogram beras ekuivalen. Keluarga miskin adalah keluarga yang mempunyai penghasilan setara dengan 4-3 kg beras/tahun untuk daerah perdesaan dan kg beras/tahun untuk daerah perkotaan. Menurut Hendarto Esmara (986), garis kemiskinan di ukur berdasarkan pada jumlah pengeluaran konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pokok per kapita selama setahun. Kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan barang-barang seperti beras, daging, sayur, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan pokok disini dapat berubah-ubah. Perubahan pengeluaran per kapita atas barang kebutuhan pokok mencerminkan perubahan tingkat harga dan pola konsumsi keluarga. Indikator ini yang mampu menjelaskan perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan pokok (Sumodiningrat et al 999). Sehingga dikatakan ukuran kemiskinan Esmara mampu menangkap dampak inflasi maupun dampak penghasilan riil yang meningkat terhadap kuantitas barang-barang esensial yang dikonsumsi (Kuncoro, 997). Garis kemiskinan yang digunakan bank dunia adalah pengeluaran berdasarkan data-data SUSENAS. Untuk mengatasi perbedaan harga antar daerah maka pengeluaran konsumsi harus disesuaikan dengan harga yang berlaku di Jakarta (Sumodiningrat et al 999), dan lain-lain. Kedua konsep tersebut tetap mengacu kepada pemikiran yang sama, yaitu UUD 945 pasal 34 ayat. Perbedaan mendasar antara definisi tidak sejahtera (pra KS dan KS-I) dengan definisi miskin adalah pada pendekatan analisisnya. Secara umum kedua definisi tersebut menunjuk pada kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang atau rumahtangga (miskin) atau keluarga (tidak sejahtera). Namun definisi miskin dengan menggunakan pendekatan ekonomi menunjuk pada kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan hidup berdasarkan sumberdaya yang

21 dimilikinya sehingga ukuran yang digunakan adalah penghasilan atau pengeluaran seseorang/rumahtangga. Menurut Rusli et al dalam Sumarti (999), garis kemiskinan menunjukkan tingkat kecukupan kebutuhan fisik minimum pangan rumahtangga kalori/orang/hari, dan kebutuhan fisik minimum bukan pangan dengan pengeluaran sebesar Rp. 3.95/kap/bln untuk daerah perdesaan. Departemen Sosial mendefinisikan keluarga miskin sebagai keluarga yang tidak memiliki mata pencaharian atau memiliki mata pencaharian dengan penghasilan rendah, penghasilan sangat rendah, kondisi rumah dan lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan, pendidikan terbatas. Departemen Pertanian mendefinisikan kemiskinan yang ditujukan kepada petani-nelayan kecil yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan yaitu di bawah 3 kg setara beras/thn/kapita (kriteria Sayogyo, 996). Sementara itu, untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga, BKKBN telah mengembangkan 3 indikator yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (fungsi keagaman, fungsi ekonomi, fungsi reproduksi), kebutuhan sosial psikologis (fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi cinta kasih) dan kebutuhan pengembangan (fungsi perlindungan atau proteksi, fungsi sosial budaya) serta kepedulian sosial (fungsi pembinaan lingkungan) (Haryanto dan Tomagola dalam Sumarti (999). Dengan demikian, ketika berbicara tentang kemiskinan sama halnya juga berbicara tentang ketidaksejahteraan. Kemiskinan atau ketidaksejahteraan merupakan fenomena sosial, tidak hanya di negara-negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju. Fenomena ini telah menjadi perhatian global pada konferensi tingkat tinggi dunia yang berhasil menggelar Deklarasi dan Program Aksi untuk pembangunan sosial di Copenhagen tahun 995. Secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan orang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan standar kebutuhan yang lain (Herbert, ). Misalnya, jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan, tidak ada investasi, kurangnya akses kepelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Upaya pemberdayaan mereka yang tergolong powerless menjadi powerfull, harus memperhatikan faktor jumlah anggota, usia, kondisi fisiologi, pekerjaan, pendapatan, konsumsi pangan/non pangan, pendidikan, kepemilikan aset, kepemilikan tabungan, kredit/pinjaman uang atau barang pada lembaga finansial,

22 bantuan langsung tunai (BLT), tempat tinggal (desa/kota), KB, dan lain-lain. Kesemua ini merupakan sumberdaya utama dalam meningkatkan kesejahteraan. Pemanfaatan sumberdaya, dapat mengangkat keluarga yang semula tergolong miskin menjadi keluarga yang tidak miskin. Adapun penyebab kemiskinan dapat dikelompokkan atas dua hal yaitu () faktor alamiah: kondisi lingkungan yang miskin, ilmu pengetahuan yang tidak memadai, adanya bencana alam dan lain-lain, () faktor non alamiah: akibat kesalahan kebijakan ekonomi, korupsi, kondisi politik yang tidak stabil, kesalahan pengelolaan sumber daya alam (Lubis, 6 ) Berdasarkan UUD 945 pasal 34 ayat, keluarga yang miskin atau tidak sejahtera merupakan tanggung jawab negara. Bentuk tanggung jawab tersebut terlihat dari peran berbagai institusi mengadakan penanggulangan sesuai bidangnya seperti Program Kesejahteran Sosial Kelompok Usaha Bersama Keluarga Muda Mandiri (Departemen Sosial), Takesra, Kukesra (BKKBN), dan lain-lain. Dalam kurun waktu terjadi penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Tabel Tabel Jumlah Penduduk Miskin Tahun Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin Sumber Program Penghapusan Kemiskinan (Suyono, 997) Akibat krisis ekonomi tahun jumlah penduduk miskin meningkat sangat tajam menjadi 49.5 juta (4.3%) pada tahun 998, bahkan Bank Dunia (6) mengatakan hampir 5% penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan, yaitu berpendapatan kurang dollar AS/kapita/hari. Sementara itu, BPS (6) melaporkan pada Maret 6 ada 39.5 juta (7.8%) penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, lebih tinggi dari tahun 5 yaitu 35. juta (6%). 3

23 Banyak faktor yang berkaitan dengan masih tingginya jumlah penduduk miskin, diantaranya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diakibatkan oleh kebijakan pengurangan subsidi BBM. Selain itu, program peningkatan kesejahteran yang dilakukan pada awal terjadinya krisis, lebih bernuansa untuk mencegah terjadi penurunan kesejahteraan yang lebih buruk (safety net program) (Ibrahim, 7). Prioritas program jaring pengaman sosial (JPS) adalah () peningjkatan ketahanan pangan (food security), () penciptaan lapangan kerja produktif (employment creation), (3) pengembangan usaha kecil dan menengah (small and medium enterprises), dan (4) perlindungan sosial masyarakat dalam pelayanan dasar khususnya kesehatan dan pendidikan (social protection) Sumberdaya yang dimiliki keluarga maupun bantuan dari pemerintah terhadap keluarga miskin/tidak sejahtera tidak akan efektif jika tidak di atur secara baik melalui manajemen sumberdaya keluarga yang meliputi perencanaan, pembagian tugas, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan, pembagian tugas, pelaksanaan dan pengawasan baru dapat dilakukan apabila sebelumnya diadakan komunikasi antar anggota keluarga dalam membicarakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Dalam komunikasi inilah melahirkan berbagai keputusan keluarga. Jadi keputusan merupakan hal-hal yang akan dilakukan sekarang maupun pada waktu-waktu yang akan datang. Kondisi di atas, membutuhkan bantuan/perhatian stakeholders (pemerintah, pengusaha dan LSM) serta keberfungsian keluarga yang bersangkutan, sehingga kesejahteraan material maupun non material yang dicitacitakan dapat terwujud. Fungsi disini adalah fungsi instrumental dan fungsi ekspresif. Kemampuan keluarga untuk memenuhi kedua fungsi tersebut akan menentukan ketahanan hidup keluarga. Achir (994) mengemukakan bahwa ketahanan adalah kondisi dinamik dari satu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik, material, psikis, mental dan spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dari keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Bantuan atau pinjaman kepada keluarga miskin yang bersifat produktif dan komersial menjadi sangat penting. Di lain pihak, beragam kriteria untuk mengukur tingkat kemiskinan melahirkan kemiskinan bangsa yang turun naik yang dapat menimbulkan interpretasi bahwa kemiskinan sengaja dibesarkan sebagai proyek berkelanjutan 4

24 (DUNIAESAI.COM, 6). Hal ini diakibatkan oleh program penanggulangan selama ini menggunakan data makro hasil Susenas oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran keluarga Pra Sejahtera dan KS I oleh BKKBN. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunbakan garis kemiskinan yang diturunkan dari kebutuhan dasar kalori minimal kkal atau sekitar Rp per kapita per bulan. Garis kemiskinan untuk daerah perkotaan Rp.75.34, dan untuk daerah perdesaan Rp.3.56 (BPS,6). Beragam kriteria diturunkan dapat membingungkan pemerintah lokal ketika ada bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat berpedoman pada angka kemiskinan yang dihasilkan BPS, sedangkan pemerintah lokal menggunakan kriteria BKKBN sebagai target sasaran. Ketidakseragaman ini juga menimbulkan konflik di tingkat masyarakat lokal. Beragam kriteria yang diturunkan oleh pemerintah dan lain-lain dapat membingungkan pemerintah lokal ketika ada bantuan dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat berpedoman pada angka kemiskinan yang dihasilkan BPS, sedangkan pemerintah lokal menggunakan kriteria BKKBN sebagai target sasaran seperti yang pernah terjadi di Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ketika mendistribusi beras untuk keluarga miskin, karena jumlah keluarga miskin menurut BPS tidak sama dengan jumlah keluarga miskin menurut BKKBN, atau jumlah keluarga miskin menurut BPS lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah keluarga miskin menurut BKKBN. Ketidakseragaman ini juga menimbulkan konflik vertikal maupun konflik horisontal di tingkat masyarakat lokal. Konflik vertikal bisa menimbulkan protes maupun unjuk rasa terhadap pemerintah, sedangkan konflik horisontal dapat terjadi antara warga masyarakat yang merasa tidak puas dengan keluarga yang sesungguhnya tidak layak mendapat bantuan, yang mestinya bantuan tersebut harus diberikan kepada yang keluarga yang secara riil memperolehnya sesuai pengamatan ketua RT, Kepala Desa atau Kepala Kelurahan setempat Perumusan Masalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tahun 99 Pasal 5 dijelaskan bahwa kebijaksanaan Pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan pada terwujudnya kualitas keluarga yang berciri kemandirian dan ketahanan keluarga. Ciri kemandirian keluarga adalah sikap mental keluarga dalam mendayagunakan 5

25 kemampuan yang ada pada seluruh lembaga keluarga, untuk meningkatkan kesejahteraannya dan membangun seluruh potensinya agar menjadi sumberdaya insani dalam mendukung pembangunan bangsa. Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rochani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumahtangga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Rambe, 4). Dalam melakukan program penanggulangan kemiskinan seringkali dipergunakan dua metode untuk menetapkan sasaran yaitu BKKBN dan BPS. Penggunaan dua metode ini menghasilkan angka kemiskinan yang berbeda. Pada tahun 6, angka kemiskinan di Kota dan Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode BKKBN, berturut-turut adalah.7% (Kota Bogor Dalam Angka 5) dan 49.8% (Kabupaten Bogor Dalam Angka 5). Sementara itu, menurut BPS proporsi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Kota dan Kabupaten Bogor berturut-turut adalah 7.9% (BPS Kabupaten Bogor 5), dan.5% (BPS Kota Bogor 5) Perbedaan angka kemiskinan tersebut tentunya akan menjadi kendala dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan. Keberhasilan program penanggulangan kemiskinan juga tergantung pada pemahaman keluarga dalam pengelolaan sumberdaya yang dimilikinyadan faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan. Perilaku dalam pengelolaan sumberdaya keluarga menyangkut masalah perencanaan dan implementasi, serta aktivitas pengambilan keputusan dan komunikasi. Tidak jarang keluarga menjadi miskin karena ketidakmampuan keluarga tersebut dalam mengelola pendapatan dan sumberdaya lain yang dimilikinya Berdasarkan ulasan tersebut, dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain: Pertama, bagaimanakah menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga dengan berbagai metode atau kriteria pengukuran? Kedua, sejauhmanakah karakteristik demografi dan karakteristik sosial ekonomi mempengaruhi kesejahteraan keluarga? Ketiga, sejauhmanakah faktor eksternal atau faktor lingkungan yang menyangkut ketersediaan dan akses keluarga terhadap kelembagaan sosial dan policy regional/program pemerintah mempengaruhi kesejahteraan keluarga? Keempat, bagaimanakah pencapaian kesejahteraan 6

26 keluarga melalui manajemen sumberdaya keluarga? Kelima, sejauhmanakah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap praktek manajemen sumberdaya keluarga? Keenam, bagaimanakah merumuskan model dan strategi pemberdayaan keluarga miskin? ` Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara komprehensif faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah:. Menganalisis tingkat kesejahteraan keluarga dengan berbagai metode pengukuran. Menganalisis pengaruh karakteristik demografi dan karakteristik sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga 3. Menganalisis faktor eksternal yang meliputi kelembagaan sosial, dan kebijakan regional atau program pemerintah yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga 4. Menganalisis perbedaan proses manajemen sumberdaya pada keluarga yang sejahtera dan tidak sejahtera dalam mencapai kesejahteraan keluarga 5. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek manajemen sumberdaya keluarga 6. Merumuskan model dan strategi pemberdayaan keluarga Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh stakeholders untuk menyusun kebijakan pemberdayaan berdasarkan masalah-masalah yang telah teridentifikasi antara lain: menentukan suatu benchmark untuk menentukan kemiskinan melalui berbagai analisis metode pengukuran, analisis berbagai karakteristik demografi/sosial ekonomi, analisis berbagai faktor eksternal, analisis pencapaian kesejahteraan keluarga melalui proses manajemen sumberdaya keluarga, dan analisis perumuskan model dan strategi pemberdayaan keluarga. Dari masalahmasalah yang telah teridentifikasi tersebut, sesungguhnya mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: 7

27 . Memberikan bukti ilmiah persepsi keluarga tentang kesejahteraan. Memberikan bukti ilmiah tentang keluarga yang sejahtera dan tidak sejahtera serta faktor- faktor yang mempengaruhi kesejahteraan 3. Memberikan masukan kepada pihak pemerintah, khususnya kepada pihak BKKBN dan Instansi terkait dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan sesuai penemuan ilmiah 8

28 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Tentang Keluarga Istilah keluarga dan rumahtangga sering diartikan sama, dan pandangan ini sebenarnya keliru dan tidak boleh terjadi. Rice dan Tucker (986) mengemukakan bahwa rumahtangga lebih luas daripada keluarga. Dalam rumahtangga tersirat suatu deskripsi tentang rumah, isi serta pengaturan yang ada didalamnya, tetapi kurang menyiratkan hubungan antar anggota yang mengisi rumah tersebut. Biro Pusat Statistik di Indonesia mendefinisikan rumahtangga sebagai sekelompok orang yang tinggal di bawah satu atap dan makan dari dapur yang sama, sehingga rumahtangga dapat terdiri dari anggota keluarga dan bukan anggota keluarga, seperti orang mondok dan pembantu rumahtangga yang hidup dalam satu unit tempat tinggal (pemondokan/bangunan beratap). Bangunan disebut unit tempat tinggal jika unit itu dimaksudkan untuk dihuni sebagai satuan-satuan tempat tinggal yang terpisah. Yang dimaksud satuan tempat tinggal yang terpisah yaitu satuan yang memiliki akses keluar atau dapat keluar melalui ruangan bersama atau ruangan umum, atau harus memiliki dapur atau tempat memasak yang dapat digunakan oleh penghuninya. Setiap rumahtangga mempunyai kepala rumahtangga yaitu salah seorang dari kelompok yang namanya digunakan untuk berbagai kepentingan misalnya pemilihan tempat tinggal, penyewaaan perabot rumahtangga, pemeliharaan rumah, dan lain-lain. Pada rumahtangga dari pasangan suami-isteri yang menjadi kepala rumahtangga adalah suami, walaupun de facto tidak selalu suami, mungkin saja isteri atau anak yang telah dewasa. Margaret Mead dalam Tucker dan Rice (986) mendefinisikan keluarga sebagai berikut: Keluarga adalah The cultural history, instillling its prevelling value system and socializing the next generation into effective citizens and human beings. Burgess dan Locke (96) mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami-istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut). Hubungannya dengan anak, keluarga pun dicirikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memberi kasih sayang yang tulus, manusiawi, efektif dan ekonomis. 9

29 Dalam keluargalah anak pertama-tama memperoleh bekal-bekal untuk hidupnya dikemudian hari, melalui latihan-latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual. Kegiatan dalam memenuhi fungsi sebagai keluarga unit sosial tadi hidup dalam satuan yang disebut rumahtangga. Deacon dan Firebaugh (98) mengatakan bahwa fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya. Dengan demikian pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan untuk mampu bertahan, tumbuh dan berkembang perlu tersedia, yaitu: a. Pemenuhan akan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial b. Kebutuhan akan pendidikan formal, informal dan nonformal untuk pengembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual Dengan memperhatikan kebutuhan dasar dari anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, maka kesempatan untuk berkembang lebih luas dapat dibangun. Melalui kesempatan berkembang yang lebih luas ini, individu dan keluarga akan mampu menampakkan diri lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan mereka misalnya dalam aspek budaya, intelektual dan aspek sosial. Ini sesuai dengan teori kebutuhan bertingkat dari Maslow, individu bekerja untuk memenuhi kebutuhan primer kemudian berpindah kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Lebih lanjut Maslow mengatakan bahwa kebutuhan seperti:() makanan, minuman dan sex, () kebutuhan akan rasa aman (safety needs) seperti keamanan dan perlindungan, (3) kebutuhan akan kasih sayang, rasa memiliki, memberi dan menerima kasih sayang, (4) kebutuhan akan penghargaan, (5) kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan potensi diri (aktualisasi diri). Tahun-tahun pertama dari kehidupan adalah hal yang penting dalam seluruh aspek perkembangan manusia, dan akan memberikan orientasi yang paling penting pada perkembangan mental selanjutnya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa, keluarga merupakan unit ekonomi membawa suatu proses dan aktivitas untuk memperoleh suatu produksi, guna mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dan aktivitas ekonomi keluarga berbasis pada mikro ekonomi dalam skala rumahtangga. Di dalam ekonomi keluarga, terdapat dua masalah yang selalu dihadapi keluarga yaitu: kelangkaan dan penggunaan sumberdaya. Kedua faktor ini menuntut keluarga secara internal

30 mengembangkan cara atau prosedur untuk mengarahkan ekonomi keluarga, agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Di dalam manajemen sumberdaya keluarga, cara atau prosedur mencapai tujuan, biasanya melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh keluarga, maka aktivitas keluarga yang sangat penting dan menentukan adalah alokasi sumberdaya, produksi, distribusi dan konsumsi. Keluarga sebagai unit ekonomi sudah tentu mengalokasikan sumberdayanya untuk sejumlah kepentingan anggota keluarga. Sumberdaya adalah sumber yang dapat digunakan untuk membantu anggota keluarga dalam mencapai tujuan seperti: pendapatan, barang tahan lama dan tidak tahan lama, pangan, tanah dan lain-lain. Produksi rumahtangga adalah aktivitas yang dilakukan oleh keluarga untuk keperluan anggota keluarga itu sendiri. Peralatan dan perkakas rumahtangga, parang, kapak, sabit, cangkul, traktor, pukat dan lain-lain merupakan contoh dari pada alat produksi. Distribusi adalah penetapan barang yang diproduksi untuk digunakan dengan maksud tertentu. Distribusi melibatkan penetapan pendapatan nyata pada individu menurut kebutuhan, keinginan dan kepentingan. Keputusan untuk melakukan distribusi barang akan menentukan sejauhmana jumlah barang yang akan diperoleh anggota keluarga untuk konsumsi sekarang dan jangka panjang. Konsumsi adalah penggunaan barang secara langsung untuk memenuhi keinginan. Secara umum konsumsi keluarga meliputi segala kegiatan dalam penggunaan barang dan jasa yang harus diperoleh untuk dirinya sendiri. Alokasi langsung pendapatan keluarga terhadap konsumsi biasanya adalah konsumsi sehari-hari rumahtangga. Misalnya: telepon, air, peralatan rumahtangga, perawatan tubuh dan kesehatan sehari-hari. Hubungan antara Subsistem Individual dan Subsistem Manajerial Deacon dan Firebaugh (98) mengatakan bahwa keluarga merupakan subsistem dari sistem masyarakat Keluarga terdiri dari subsistem personal dan subsistem manajerial. Subsistem manajerial mempunyai fungsi untuk merencanakan, dan melaksanakan penggunaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan. Subsistem personal merupakan bagian yang berhubungan dengan interaksi dinamis dari jalinan hubungan sosial yang akhirnya memberi ciri pada

31 kepribadian seseorang, yang akan memberi pengaruh pada kemampuan manajerial, misalnya dalam proses kognitif dari suatu pengambilan keputusan. Subsistem personal terdiri dari komponen input, throughput dan output. Keluaran yang terpenting dari subsistem personal adalah apa yang menjadi tujuan. Subsistem personal dengan demikian, memberi kontribusi terhadap subsistem manajerial karena subsistem manajerial adalah sebuah proses berfikir dan bertindak dimana berbagai sumberdaya dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan.orientasi tujuan, orientasi pengembangan, prestasi personal, dapat memprakarsai respon manajerial sebagai rangkaian keputusan dari suatu proses perencanaan hingga implementasi secara terus menerus melibatkan sistem nilai seseorang sebagai pilihan yang harus dibuat. Tujuan mengidentifikasi subsistem personal dan manajerial adalah untuk mengenal aspek penguatan kembali subsistem, dan melalui penerapan dan pengembangan keahlian manajerial dapat memenuhi kebutuhan hidup. Agar dapat melaksanakan fungsinya, keluarga menerima berbagai masukan berupa: barang dan jasa, informasi dan modal manusia (human capital). Untuk memenuhi tujuan keluarga, sistem keluarga mengendalikan masukan ini, memprosesnya dan merubahnya. Proses transformasi terjadi pada subsistem personal dan manajerial dan antara kedua subsistem tersebut dalam sistem keluarga.proses transformasi ini berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Dengan kondisi awal yang sama dan dalam kurun waktu yang sama dua keluarga dapat sampai pada kondisi akhir yang berbeda (multifinality), sebaliknya dengan kondisi awal yang berbeda dua keluarga dapat sampai pada kondisi akhir yang sama (equifinality). Konsep ini penting dilihat dari segi manajemen, sebab kejadian ini menekankan pentingnya memperhatikan faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya perbedaan tersebut dalam kurun waktu yang sama. Dari proses tadi selain diperoleh hasil yang berupa tujuan individu dan keluarga yang ingin dicapai, dan sumberdaya yang digunakan, juga hasil berupa limbah yang keluar dari sistem keluarga, masuk kedalam sistem eksternal, merupakan informasi baru dan menjadi umpan balik untuk sistem internal. Subsistem personal dan subsistem manajerial berfungsi sebagai satu kesatuan. Umpan balik dapat berupa umpan balik positif dan umpan balik negatif. Umpan balik positif mendorong perubahan, sedangkan umpan balik negatif memerlukan

32 penyesuaian. Kedua macam umpan balik tersebut menjadi bagian dari kehidupan. Sebagai contoh umpan balik positif dan negatif bisa digunakan kasus transmigrasi keluarga dari Jawa ke luar Jawa seperti yang disajikan dalam Gambar. INPUT OUTPUT umpan balik KEBUTUHAN Eksternal: nilai, tujuan, norma, dan tuntutan Internal: orientasi tujuan personal RESOURCE Eksternal: dukungan keluarga & sosial, income Internal: kapabilitas personal, kualitas pengalaman hidup Personal Subsistem: -Pengemba ngan kap -Pengemba ngan nilai, prestasi PROSES Manajerial Subsistem: -Planning -Actuating Lingkungan Lingkungan RESPONS KEBUTU HAN -Orientasi tujuan -Pengemba ngan ke pribadian -Prestasi yg dicapai PERUBA HAN SD -Kapasitas personal -Income umpan balik Gambar Bagan Individual/manajerial sistem(sumber Deacon & Firebaugh, 98) Paradigma, Konsep, Proposisi dan Teori Paradigma Ritzer (98) mengatakan bahwa di dalam paradigma melekat tiga unsur krusial yakni: () image of the subject matter (citra pokok suatu persoalan), () strategi dalam mengidentifikasi persoalan, dan (3) perspektif dalam menelaah persoalan. Karena itu, topik kajian yang sama boleh jadi membuahkan hasil akhir yang berbeda apabila dilakukan atau berangkat dari paradigma yang berbeda. Berdasarkan pengertian tersebut, kelihatannya bahwa dalam melihat dan menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan peneliti terdahulu misalnya yang dilakukan oleh Rambe (5) tentang Alokasi Pengeluaran dan Tingkat Kesejahteraan, maupun yang dilakukan oleh Ibrahim (7) tentang Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesejahteran Keluarga. Rambe (5) melihat tingkat kesejahteran keluarga dari aspek pengeluaran, sehingga yang dikaji adalah pengeluaran pangan dan non pangan, sedangkan Ibrahim (6) melihat 3

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya UU No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR

ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN SUMBERDAYA KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR ABUBAKAR ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA Iskandar 1, Hartoyo 2, Ujang Sumarwan 2, dan Ali Khomsan 3 1 Mahasiswa Program Doktor pada Program Studi GMK Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KEMANDIRIAN NELAYAN IKAN DEMERSAL DI KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA M A R D I N PROGRAM STUDI ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN SEKOLAH

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebanyak 189 negara mendeklarasikan Millenium Development Goals (MDGs) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsabangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI EVALUASI DAMPAK PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) BAGI PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR OLEH : TUNGGUN M NAIPOSPOS 060501036 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI

Lebih terperinci

Analisis Praktik Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor

Analisis Praktik Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor ISSN : 978-4333, Vol., No. 5 Analisis Praktik Manajemen Sumberdaya Keluarga dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor Abubakar Iskandar Ringkasan Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG RANI MAULANASARI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression ABSTRACT INDA WULANDARI. Determinant of Household Food Security in East Nusa Tenggara Province. Under supervision of SRI HARTOYO and YETI LIS PURNAMADEWI. The issue of food security has become an important

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber : DISERTASI ANALISIS FAKTOR DEMOGRAFI, MOTIVASI, SIKAP DAN KEPRIBADIAN KONSUMEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN, PENGGUNAAN DAN PEMBAYARAN KARTU KREDIT JUSUP AGUS SAYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN

ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN ANALISIS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU UTARA: PENDEKATAN MULTISEKTORAL MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ii ABSTRACT MUHAMMAD ZAIS M. SAMIUN. Analysis of Northern

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus belum dapat terselesaikan, terutama sejak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN RURIN WAHYU LISTRIANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY

PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELUARGA BADRANINGSIH LASTARIWATI/UNY MANAJEMEN Manajemen adalah upaya untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Proses dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA

ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK YUNUS ADIFA. Analisis Kesenjangan Pembangunan antar

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil analisis menggunakan data SUSDA Tahun 2006 yang dibandingkan dengan 14 indikator kemiskinan dari BPS, diperoleh bahwa pada umumnya

Berdasarkan hasil analisis menggunakan data SUSDA Tahun 2006 yang dibandingkan dengan 14 indikator kemiskinan dari BPS, diperoleh bahwa pada umumnya 33 ABSTRACT ANDRI APRIYADI. The Strategic and Programs of Empowerment Poor People through Kelompok Usaha Bersama in Bogor District. Under guidance of YUSMAN SYAUKAT and FREDIAN TONNY NASDIAN. The objective

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 KEMITRAAN ANTARA PERUM PERHUTANI DENGAN PETANI VANILI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI : STUDI KASUS PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI DESA PADASARI, KECAMATAN CIMALAKA, KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK N 1 PUNDONG BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : IMANDA KURNIA NISA NPM : 12144200011 PROGRAM

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS HUBUNGAN ANTARA TEKANAN EKONOMI, MANAJEMEN KEUANGAN, DAN MEKANISME KOPING, DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA WANITA PEMETIK TEH FIRDAUS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MODEL SIKAP PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN GAS ALAM DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN KOTA GAS: STUDI KASUS KOTA TARAKAN TUBAGUS HARYONO

MODEL SIKAP PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN GAS ALAM DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN KOTA GAS: STUDI KASUS KOTA TARAKAN TUBAGUS HARYONO MODEL SIKAP PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN GAS ALAM DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN KOTA GAS: STUDI KASUS KOTA TARAKAN TUBAGUS HARYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iii

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN EVALUASI KINERJA TERHADAP PENENTUAN GRADE REMUNERASI PEGAWAI PADA KANTOR IMIGRASI SURAKARTA TESIS

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN EVALUASI KINERJA TERHADAP PENENTUAN GRADE REMUNERASI PEGAWAI PADA KANTOR IMIGRASI SURAKARTA TESIS PENGARUH PENILAIAN KINERJA DAN EVALUASI KINERJA TERHADAP PENENTUAN GRADE REMUNERASI PEGAWAI PADA KANTOR IMIGRASI SURAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI KELURAHAN KENANGA KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA SKRIPSI ISMIMARHAMA 205 13 11 018 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

BUDAYA KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PEMERATAAN RASKIN SEBAGAI SAVETY VALVE DI DUSUN PELINGGIHAN ANTIROGO

BUDAYA KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PEMERATAAN RASKIN SEBAGAI SAVETY VALVE DI DUSUN PELINGGIHAN ANTIROGO BUDAYA KEMISKINAN DAN KEBIJAKAN PEMERATAAN RASKIN SEBAGAI SAVETY VALVE DI DUSUN PELINGGIHAN ANTIROGO CULTURE OF POVERTY AND POLICY OF RASKIN EVEN DISTRIBUTION AS SAVETY VALVE IN PELINGGIHAN HAMLET ANTIROGO

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT (Studi Kasus Pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) Oleh : ENDANG SRI WAHYUNI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM PENGARUH PERAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN WANITA MENOPAUSE DALAM MENGHADAPI KELUHAN MENOPAUSE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PROVINSI ACEH TESIS Oleh : CUT YUNIWATI 097032146/IKM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI SKRIPSI Disusun oleh: RIDHA RAMANDHANI 24010212140071 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAN BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BOYOLALI TESIS

PERAN BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BOYOLALI TESIS PERAN BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN, DAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan di bidang pendidikan. Pengembangan sumber daya manusia didasarkan pada kenyataan bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TESIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TITIS KRISNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 JUDUL TESIS PENGARUH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI

STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI STRATEGI KOPING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KELUARGA PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ARY RACHMAWATI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih

Agus Nurkatamso Umi Listyaningsih TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM FISIK PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI KECAMATAN NANGGULAN KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA Agus Nurkatamso agus_nk@mail.ugm.ac.id

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI 1. Alwin Tentrem Naluri 2. Ketut Prasetyo S1 Pendidikan Geografi, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG

PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG PERENCANAAN OPTIMALISASI JASA ANGKUTAN PERUM BULOG (Studi Kasus Pada Unit Bisnis Jasa Angkutan Divisi Regional Sulawesi Selatan) Oleh : Retnaning Adisiwi PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK

ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Meraih masa depan berkualitas bersama Sekolah Pascasarjana IPB ILMU KELUARGA DAN PERKEMBANGAN ANAK Ketua Program Studi/Koordinator Mayor: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Staf Pengajar: Prof. Dr.

Lebih terperinci