ANALISIS PINDAH PANAS PADA PIPA UTAMA SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT DENGAN PENDINGINAN LARUTAN NUTRISI NURUL CHOERUNNISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PINDAH PANAS PADA PIPA UTAMA SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT DENGAN PENDINGINAN LARUTAN NUTRISI NURUL CHOERUNNISA"

Transkripsi

1 ANALISIS PINDAH PANAS PADA PIPA UTAMA SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT DENGAN PENDINGINAN LARUTAN NUTRISI NURUL CHOERUNNISA TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik Substrat dengan Pendinginan Larutan Nutrisi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Nurul Choerunnisa NIM F

4 ABSTRAK NURUL CHOERUNNISA. Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik Substrat dengan Pendinginan Larutan Nutrisi. Dibimbing oleh HERRY SUHARDIYANTO. Larutan nutrisi yang didinginkan akan mengalami kenaikan suhu selama didistribusikan menuju zona perakaran tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pindah panas pada pipa utama sistem hidroponik substrat, melakukan validasi terhadap model pindah panas tersebut, dan melakukan simulasi perencanaan suhu input larutan nutrisi. Model pindah panas dikembangkan dari persamaan-persamaan pindah panas dan aliran fluida dalam pipa. Validasi model pindah panas dilakukan dengan metode analisis regresi linear. Simulasi dilakukan dengan menghitung suhu input larutan nutrisi yang diperlukan untuk mendapatkan suhu output larutan nutrisi yang optimum bagi tanaman dengan menggunakan model pindah panas yang telah divalidasi. Hasil validasi menunjukkan bahwa model pindah panas yang dikembangkan cukup akurat untuk memprediksi suhu larutan nutrisi di dalam pipa utama. Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk mendapatkan output larutan nutrisi dengan suhu 20 o C dengan pipa utama berbahan PVC ¾ inch tanpa insulasi dengan panjang 20 m input larutan nutrisi harus didinginkan hingga suhu o C. Kata kunci: analisis pindah panas, pendinginan larutan nutrisi, pipa utama, sistem hidroponik substrat ABSTRACT NURUL CHOERUNNISA. Heat Transfer Analysis in The Main Pipe of Substrate Hydroponic System with Nutrient Solution Cooling. Supervised by HERRY SUHARDIYANTO. Cooled nutrient solution will have temperature rises during distributed to the root zone of the plants. The aim of the research was to analyze the heat transfer from environment to the main pipe of irrigation for hydroponic substrate system, to validate the heat transfer model, and to simulate inlet temperature for nutrient solution cooling planning. Heat transfer model was developed from heat transfer and fluid flow in pipe equations. Validation of heat transfer model was done using linear regression analysis method. Simulation was done by calculating temperature of inlet nutrient solution which is proper to get optimum temperature for plants using validated heat transfer model. The result of heat transfer model validation showed that the heat transfer model is fairly accurate to predict the temperature of nutrient solution in the main pipe. The simulation result showed that to obtain 20 o C temperature of nutrient solution at the end of ¾ inch PVC uninsulated main pipe with a length of 20 m, the inlet nutrient solution must be cooled to temperature of o C. Keywords: heat transfer analysis, main pipe, nutrient solution cooling, substrate hydroponic system

5 ANALISIS PINDAH PANAS PADA PIPA UTAMA SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT DENGAN PENDINGINAN LARUTAN NUTRISI NURUL CHOERUNNISA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik Substrat dengan Pendinginan Larutan Nutrisi Nama : Nurul Choerunnisa NIM : F Disetujui oleh Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto, MSc Pembimbing I Diketahui oleh Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen Tanggal lulus:

8

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pendinginan larutan nutrisi, dengan judul Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik Substrat dengan Pendinginan Larutan Nutrisi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad dari Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Pertanian, Bapak Darma dan Bapak Firman dari Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo, Achmad Mudzakir, Ina Rahmawati, Caesar Riyadh, Abdul Rouf, Toni Dwi Novianto, Endah Prahmawati, Warto, Rina Oktaviana, Riska Dwi Wahyuningtyas, Ni Wayan Desi P, Nurul Rizqiyyah, Ledyta Hindiani, Dani Kurniawan, Rusnadi, Yetti Ariani, Zaqlul Iqbal dan Teguh Kurniawan dari TEP 46 yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Nono Sugiono, Ibunda Mujirah, Kakanda Erwin Mukti, Kakanda Reni Fauziah, Kakanda Ridla Maulid DSA, Khalifa Sakha Rabbani, Kenzie Alkautsar Ramadhan, Kaisar Akhtar Firdaus serta seluruh keluarga, atas semua bantuan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2013 Nurul Choerunnisa

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi DAFTAR SIMBOL vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Hidroponik Substrat sebagai Metode Budidaya Tanaman 2 Keunggulan Pendinginan Larutan Nutrisi untuk Sistem Hidroponik Substrat 2 Aliran Fluida dalam Pipa 3 Pindah Panas 3 METODE 4 Waktu dan Tempat 4 Bahan dan Alat 4 Prosedur Pengambilan dan Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Iklim pada Rumah Tanaman 8 Kenaikan Suhu Air dalam Pipa Utama 9 Laju Perpindahan Panas di Sepanjang Pipa 10 Validasi Model Simulasi Pindah Panas 12 Simulasi Perencanaan Suhu Input Larutan Nutrisi untuk Irigasi Tetes 16 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19 RIWAYAT HIDUP 31

11 DAFTAR TABEL 1 Ikhtisar persamaan-persamaan yang digunakan dalam perpindahan panas konveksi paksa di dalam saluran a 7 2 Debit aliran sebelum dan sesudah memasuki pipa utama 11 3 Gradien, intersep, dan koefisien determinasi dari hasil analisis regresi linier terhadap hasil simulasi 16 4 Input data untuk simulasi perencanaan suhu input larutan nutrisi 17 DAFTAR GAMBAR 1 Analisis pindah panas pada penelitian ini 5 2 Pola sebaran radiasi matahari yang mempengaruhi suhu di dalam dan di luar rumah tanaman (19 Agustus 2013) 8 3 Pola sebaran kelembaban udara di dalam dan di luar rumah tanaman (19 Agustus 2013) 9 4 Kenaikan suhu air pada titik dengan jarak tertentu dari titik 0 m pipa utama terhadap waktu (19 Agustus 2013) 9 5 Suhu rata-rata air, dinding luar pipa, dan bagian luar insulasi pada jarak tertentu dari titik 0 m pada pipa utama (19 Agustus 2013) 10 6 Laju perpindahan panas di sepanjang pipa (19 Agustus 2013) 11 7 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 1 m 13 8 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 2 m 13 9 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 3 m Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 4 m Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 5 m Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran keseluruhan Simulasi suhu input larutan nutrisi yang dibutuhkan untuk mendapatkan suhu 20 o C pada pipa utama dengan panjang 1-20 m 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Skema titik pengukuran pada pipa utama 20 2 Sifat-sifat fisik air 21 3 Diagram alir analisis pindah panas 22 4 Program untuk memprediksi suhu larutan nutrisi 23 5 Konduktivitas termal beberapa material* 30

12 DAFTAR SIMBOL laju perpindahan panas secara konduksi (W) laju perpindahan panas secara konveksi (W) laju perpindahan panas secara radiasi (W) a laju perpindahan panas (W) perubahan suhu diantara dua permukaan (K) laju aliran massa (kg s -1 ) perbedaan suhu menyeluruh (K) µ viskositas dinamik (kg m -1 s -1 ) A luas penampang benda yang tegak lurus terhadap aliran panas (m 2 ) C p kalor jenis (J kg -1 o C -1 ) D 1 /D i diameter pipa bagian dalam (m) D 2 /D out diameter pipa bagian luar (m) diameter pipa ditambah dengan insulasi (m) D 3 D h diameter hidrolik (m) h koefisien pindah panas konveksi (W m -2 K -1 ) k konduktivitas termal (W m -1 K -1 ) k a konduktivitas termal air (W m -1 o C -1 ) k i konduktivitas termal bahan insulasi (W m -1 K -1 ) k p konduktivitas termal pipa (W m -1 K -1 ) L panjang pipa (m) Pr bilangan Prandtl Q in jumlah panas yang masuk ke dalam sistem (Watt) Q out jumlah panas yang keluar dari dalam sistem (Watt) Q stored jumlah panas yang tersimpan dalam sistem (Watt) R thermal resistance atau tahanan termal (W -1 ) Re bilangan Reynolds t tebal insulasi T suhu fluida pada jarak tertentu dari permukaan bidang (K) T d suhu dinding pipa utama atau insulasi bagian luar ( o C) T f suhu fluida (K) T n suhu larutan nutrisi ( o C) T o suhu larutan nutrisi yang keluar dari pipa utama hasil pengukuran ( o C) T o suhu larutan nutrisi yang keluar dari pipa utama hasil simulasi ( o C) T s suhu permukaan bidang (K) U overall heat transfer coefficient (W m -2 ) V kecepatan aliran fluida (m s -1 ) Vs volume spesifik (kg m -3 ) emisivitas permukaan bahan konstanta Stefan-Boltzmann, 5.67 x 10-8 (W m -2 K -4 ) massa jenis fluida (kg/m 3 )

13

14

15

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi lingkungan merupakan aspek yang sangat penting dalam budidaya tanaman. Lingkungan harus dijaga agar berada atau mendekati kondisi optimum bagi tanaman yang dibudidayakan. Penggunaan rumah tanaman dan hidroponik merupakan salah satu metode budidaya tanaman dalam lingkungan yang terkendali (Suhardiyanto 2009). Teknologi rumah tanaman dan hidroponik dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi buah-buahan, sayuran, dan bunga yang merupakan komoditas yang permintaannya masih belum dapat terpenuhi baik di pasar domestik maupun internasional. Teknologi ini memungkinkan produksi secara lebih terencana, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun waktu panen. Dengan menggunakan metode ini, budidaya tanaman dapat dilakukan sepanjang tahun pada lahan yang tidak subur sekalipun. Indonesia termasuk ke dalam kawasan tropika basah yang menerima radiasi matahari sangat tinggi. Radiasi matahari yang tinggi akan menyebabkan suhu di dalam rumah tanaman juga menjadi tinggi. Tingginya suhu udara di dalam rumah tanaman dapat mencapai tingkat yang dapat memicu stress pada tanaman (Suhardiyanto 2009). Pengendalian suhu udara di dalam rumah tanaman secara mekanik akan membutuhkan energi yang sangat besar. Menurut Kozai et al. (1985) dalam Suhardiyanto (2009), beban pendinginan yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu udara di dalam rumah tanaman secara keseluruhan sampai 6 o C di bawah suhu udara luar dapat mencapai 0.3 MJ m -2. Sejak tahun 1990-an, telah dikembangkan sistem pendinginan terbatas (zone cooling) dimana pendinginan tidak dilakukan terhadap udara di dalam rumah tanaman, melainkan terhadap daerah sekitar tanaman yang paling membutuhkan (Suhardiyanto 1994). Menurut Suhardiyanto (2009), dalam budidaya tanaman secara hidroponik pendinginan larutan nutrisi lebih tepat dibandingkan dengan pendinginan udara. Panas jenis air lebih tinggi daripada udara sehingga larutan yang didinginkan akan bertahan pada suhu rendah lebih lama dibandingkan dengan udara. Selama dialirkan di dalam pipa, larutan nutrisi akan mengalami perpindahan panas. Analisis pindah panas terhadap larutan nutrisi yang mengalir di dalam pipa utama perlu dilakukan sebagai dasar perencanaan pendinginan terbatas daerah perakaran sehingga diperoleh suhu yang ideal bagi perakaran tanaman. Prinsipprinsip pindah panas dan mekanika fluida digunakan untuk memprediksi suhu larutan nutrisi selama dialirkan di dalam pipa. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis pindah panas pada pipa utama sistem hidroponik substrat dengan pendinginan larutan nutrisi dan melakukan validasi model pindah panas melalui perbandingan hasil pengukuran dan simulasi. Model pindah panas kemudian akan digunakan untuk simulasi perencanaan suhu input larutan nutrisi untuk mendapatkan suhu output larutan nutrisi pada jarak tertentu yang optimal bagi tanaman.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA Hidroponik Substrat sebagai Metode Budidaya Tanaman Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik substrat biasanya dilakukan dengan menggunakan irigasi tetes. Kelebihan hidroponik jenis ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi ph air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk (Ricardo 2009). Correa et al. (2009) melaporkan bahwa produksi benih kentang dengan metode hidroponik memberikan beberapa keuntungan, diantaranya: kemudahan panen; kemudahan kontrol mineral dan nutrisi tanaman; efisiensi penggunaan air dan lahan; peningkatan produksi umbi dan mengurangi biaya penggunaan pestisida. Keunggulan Pendinginan Larutan Nutrisi untuk Sistem Hidroponik Substrat Zone cooling atau pendinginan terbatas telah dikembangkan sejak tahun 1990-an sebagai alternatif pengendalian suhu udara di dalam rumah tanaman ketika suhu dan kelembaban tinggi. Prinsip kerja zone cooling adalah dengan melakukan pendinginan secara efektif ke daerah yang paling membutuhkan, yaitu perakaran. Meskipun suhu udara di dalam rumah tanaman tinggi, tetapi apabila suhu di daerah perakaran dapat dipertahankan cukup rendah, maka pertumbuhan tanaman akan cukup baik. Dengan demikian, energi yang diperlukan lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi untuk mendinginkan seluruh volume dalam rumah tanaman (Suhardiyanto 2009). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Matsuoka et al. (1992) yang melaporkan bahwa tanaman tomat dengan suhu daerah perakarannya dipertahankan pada suhu 21 s.d. 23 o C ternyata dapat tumbuh jauh lebih baik dalam sistem nutrient film technique (NFT) dibandingkan dengan yang berada pada tingkat suhu 25 s.d. 27 o C. Suhu daerah perakaran yang lebih rendah walaupun beberapa derajat tersebut ternyata sangat membantu pertumbuhan tanaman tomat (Suhardiyanto 2009). Metode pendinginan terbatas yang telah dikembangkan di antaranya adalah pengaliran udara dingin ke zona tanaman dan pendinginan larutan nutrisi. Pendinginan larutan nutrisi lebih tepat untuk budidaya tanaman secara hidroponik. Panas jenis air lebih tinggi daripada udara sehingga larutan yang didinginkan akan bertahan pada suhu rendah lebih lama dibandingkan dengan udara (Suhardiyanto 2009).

19 3 Aliran Fluida dalam Pipa Aliran fluida di dalam sebuah pipa diklasifikasikan ke dalam 3 jenis aliran, yaitu aliran laminar, transisi dan turbulen. Aliran di dalam pipa bundar adalah laminar jika bilangan Reynoldsnya kurang dari kira-kira Aliran di dalam pipa adalah turbulen jika bilangan Reynolds lebih besar dari kira-kira Bila bilangan Reynolds di antara kedua batas ini, aliran mungkin berubah dari keadaan laminar menjadi turbulen dengan perilaku acak yang jelas (aliran transisi) (Munson et al. 2005). Aliran fluida juga diklasifikasikan ke dalam aliran nyata dan ideal, mampu balik dan tak mampu balik (reversible dan irreversible), steady dan unsteady, seragam dan tak seragam, rotasional dan tak rotasional (Streeter dan Wylie 1985). Pindah Panas Panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi Konduksi adalah transmisi panas melalui padatan, gas atau cairan, atau diantara objek yang sama yang bersentuhan langsung panas dikonduksikan dari molekul yang mempunyai energi panas tinggi ke molekul yang mempunyai energi panas rendah (Mastalerz 1977). Besarnya laju aliran aliran panas dengan cara konduksi suatu bahan dinyatakan dengan menggunakan Hukum Fourier : - (1) Konveksi Konveksi adalah perpindahan massa dari gas atau cairan yang panas ke suatu area yang lebih dingin; seperti pergerakan udara panas diseluruh bagian rumah tanaman terjadi karena konveksi (Mastalerz 1977). Laju perpindahan panas konveksi dinyatakan berdasarkan Hukum Newton : ( - ) (2) Radiasi Radiasi adalah perpindahan panas yang melewati suatu tempat dalam bentuk energi radiasi panas (Mastalerz 1977). Laju aliran panas suatu benda dengan cara radiasi dihitung berdasarkan Hukum Stefan-Boltzmann : (3)

20 4 METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di rumah tanaman (greenhouse) tipe modified standard peak Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian di dataran rendah dengan ketinggian 250 dpl. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni Agustus Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah air sebagai pengganti larutan nutrisi, sistem pendinginan larutan nutrisi, sistem irigasi tetes, dan instrumen pengukuran. Sistem pendinginan larutan nutrisi meliputi pendingin Elitech tipe STC 8080H dan pompa celup Wasser tipe WD 101 dengan kapasitas maksimal 70 liter menit -1 dan total head 6 m. Sistem irigasi tetes meliputi bak penampung larutan nutrisi, pompa listrik Panasonic GA 130JAK (kapasitas 32 liter menit -1, daya hisap 9 m, daya dorong 18 meter, dan daya listrik 125 W), pipa utama dari PVC ukuran ¾ inch, pipa lateral, dan emitter. Alat ukur yang digunakan adalah termometer bola basah bola kering, termokopel dan hybrid recorder Yokogawa tipe MV Advance 1000, weather station Vantage Pro 2, dan flow meter Inline tipe panel. Prosedur Pengambilan dan Analisis Data Analisis pindah panas dilakukan terhadap aliran air yang melalui pipa utama. Dalam penelitian ini diambil beberapa asumsi, yaitu: (1) sifat fisik larutan nutrisi dianggap sama dengan air; (2) perpindahan panas yang terjadi hanya melalui proses konveksi dan konduksi dengan batas sistem adalah dinding paling luar saluran larutan nutrisi (Gambar 1); dan (3) perpindahan panas terjadi pada satu dimensi ke arah radial dalam keadaan steady. Sistem pengaliran larutan nutrisi yang akan dianalisis disajikan pada Lampiran 1. Pengukuran akan dilakukan terhadap pipa utama yang merupakan bagian dari sistem irigasi tetes. Pipa utama yang digunakan adalah pipa PVC berukuran ¾ inch dengan panjang 5 meter. Insulasi yang digunakan adalah busa yang telah diukur konduktivitas termalnya dengan menggunakan thermal conductivity meter. Pengukuran dilakukan mulai dari titik 0 meter hingga titik 5 m pipa utama dengan jarak antar titik sebesar 1 m sehingga terdapat 6 titik di sepanjang pipa utama. Titik tersebut kemudian disebut sebagai titik O, A, B, C, D, dan E secara berurutan mulai dari titik 0 m hingga titik 5 m pipa utama. Pada setiap titik diukur suhu larutan nutrisi, suhu dinding dalam pipa, suhu dinding luar pipa, dan suhu bagian luar insulasi. Debit air diukur ketika air masuk dan keluar dari pipa utama dengan menggunakan flow meter. Pengukuran dilakukan pada pukul pada tanggal 19 Agustus Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit. Pada saat pengambilan data, pompa dinyalakan selama 2 menit. Besarnya debit diatur dengan menggunakan

21 5 Insulasi Pipa katup yang dipasang sebelum pipa utama. Suhu udara dan kelembaban udara di dalam dan di luar rumah tanaman juga diukur setiap 30 menit. Radiasi matahari diukur sepanjang hari pada tanggal 19 Agustus Aliran kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi pada kondisi steady akan menghasilkan suatu tahanan termal (Çengel 2001). Persamaan total tahanan termal tersebut adalah sebagai berikut: al all (4) dimana R i adalah tahanan termal karena pindah panas secara konveksi antara fluida di dalam saluran dan dinding saluran bagian dalam, R wall adalah tahanan panas dari dinding saluran, dan R o adalah tahanan panas karena pindah panas secara konveksi antara dinding saluran bagian luar dan fluida di luar saluran. Dalam penelitian ini, sistem dibatasi sampai dengan permukaan insulasi. Oleh karena itu diadakan pengukuran di permukaan tersebut. Apabila pipa utama akan diberi insulasi, maka R wall terdiri dari tahanan termal dari dinding pipa dan dinding insulasi sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut: al Gambar 1Analisis pindah panas pada penelitian ini ( ) ( ) dimana Laju perpindahan panas kemudian dapat diketahui dengan menggunakan persamaan: 5

22 6 6 dimana U adalah overall heat transfer coefficient yang satuannya W m -2 (Çengel, 2001). Dengan demikian, overall heat transfer coefficient (U) dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut: ( 2 1 ) 2 3 ( 3 2 ) 2 Bilangan Reynold perlu diketahui untuk menentukan jenis aliran suatu fluida. Bilangan Reynold dapat dicari dengan menggunakan persamaan: Hukum pertama termodinamika secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut: Q in Q out = Q stored (9) Panas yang disimpan oleh air selama mengalir dapat dinyatakan dengan persamaan: Q = C p T (10) Dengan demikian persamaan di atas dapat dikembangkan menjadi (Holman, 1997): ( ) ( ( ) ( ) ) 11 ( ) Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi: 7 8 ( ) 12 ( * Menurut Kreith (1994), untuk aliran di dalam pipa atau saluran yang panjang, panjang-penting dalam bilangan Nusselt (Nu) adalah garis tengah atau hidroliknya atau D h, yang berdefinisi: 7

23 7 Tabel 1 Ikhtisar persamaan-persamaan yang digunakan dalam perpindahan panas konveksi paksa di dalam saluran a Sistem Pipa panjang (L/D > 20) Aliran laminar (Re < 2100) Pipa pendek (L/D < 20) Aliran laminar (Re < 2100) Pipa panjang (L/D > 20) Aliran turbulen (Re > 2100) Pipa pendek (L/D < 20) Aliran turbulen (Re > 2100) Persamaan Nu = 1.86 (Re Pr DH/L)) 0.33 (µb/µs) 0.14 (13) Pemanasan cairan µb/µs = 0.36 Pendinginan cairan µb/µs = 0.20 Nu = Re Pr DH/(4L) ln (1 (2.6(Pr (Re Pr DH/L) 0.5 )) -1 (14) Nu = Re 0.8 Pr 0.33 (15) Nu = (1 + DH/L) 0.7 Re 0.8 Pr 0.33 (16) a Luas penampang aliran pipa adalah dan keliling basahnya (wetted perimeter) adalah. Oleh karena itu, garis tengah dalam pipa sama dengan garis tengah hidroliknya. Dengan demikian, D h dapat dihitung dengan persamaan: ( )( ) ( ) Besarnya koefisien konveksi antara dinding pipa dan air diperoleh dari persamaan: Nilai Nu diperoleh dengan menggunakan persamaan yang terdapat pada Tabel 1 tergantung dari bilangan Reynoldnya. Kemudian dihitung juga perbandingan antara (L/D h ) apakah lebih besar atau lebih kecil dari 20. Properties of saturated water yaitu Vs, Ka, C p, µ, dan Pr dapat dilihat pada Lampiran 2. Diagram alir untuk analisis pindah panas dapat dilihat pada lampiran 3. Program Visual Basic yang digunakan dalam pengolahan data dapat dilihat pada lampiran 4. (18 19

24 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Iklim pada Rumah Tanaman Pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2013 saat hari cerah mulai pukul Radiasi matahari tertinggi terjadi pada pukul yaitu sebesar 912 W m -2 dan redup pada pukul Suhu udara di dalam rumah tanaman tertinggi terjadi pada pukul yaitu sebesar 35.5 o C dan suhu udara di luar rumah tanaman tertinggi terjadi pada pukul yaitu sebesar 33.5 o C. Ratarata perbedaan suhu udara antara di dalam rumah tanaman dan di luar tanaman adalah sebesar 2 o C. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2. Radiasi matahari (W m -2 ) :00 08:00 10:00 12:00 14:00 16:00 18:00 Waktu (WIB) Radiasi matahari Suhu udara di dalam rumah tanaman Suhu udara di luar rumah tanaman Gambar 2 Pola sebaran radiasi matahari yang mempengaruhi suhu di dalam dan di luar rumah tanaman (19 Agustus 2013) Kelembaban udara di dalam dan di luar rumah tanaman pada tanggal 19 Agustus 2013 dapat dilihat pada Gambar 3. Kelembaban udara tertinggi di dalam rumah tanaman terjadi pada pukul 9.00 yaitu sebesar 92.87% dan kelembaban tertinggi di luar rumah tanaman terjadi pada pukul 7.00 yaitu sebesar 97%. Kelembaban udara di dalam rumah tanaman terendah terjadi pada pukul 7.00 yaitu sebesar 56.05% dan kelembaban udara terendah di luar rumah tanaman terjadi pada pukul yaitu sebesar 42%. Terjadi kenaikan kelembaban udara yang cukup drastis di dalam rumah tanaman antara pukul Pada saat pengukuran dilakukan mulai pukul 7.00, rumah tanaman berada dalam keadaan kering kemudian lantainya menjadi basah karena air yang keluar dari pipa utama. Air kemudian lambat laun menguap dan meningkatkan kelembaban di dalam rumah tanaman. Suhu udara ( o C)

25 9 Gambar 3 Pola sebaran kelembaban udara di dalam dan di luar rumah tanaman (19 Agustus 2013) Kenaikan Suhu Air dalam Pipa Utama Air yang dialirkan melalui pipa utama akan mengalami kenaikan suhu. Perubahan suhu air sepanjang pipa terjadi akibat proses pindah panas antara air, pipa, dan lingkungannya. Lingkungan di sini dapat berupa udara di dalam rumah tanaman atau lantai rumah tanaman. Pipa pada penelitian ini digantung pada ketinggian sekitar 25 cm dari lantai sehingga lingkungan yang mempengaruhi perpindahan panas hanya suhu udara. Kenaikan suhu rata-rata pada jarak 1 m adalah sebesar 0.40 o C, pada jarak 2 m adalah sebesar 0.42 o C, pada jarak 3 m sebesar 0.54 o C, pada jarak 4 m sebesar 0.64 o C, dan sebesar 1.25 o C pada jarak 5 m. Pada pukul 8.00 terjadi kenaikan suhu yang cukup besar pada setiap titik pengukuran. Apabila diamati, baik kelembaban maupun suhu udara di dalam rumah tanaman juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Kenaikan suhu dan kelembaban ini diduga belum merata di dalam rumah tanaman. Titik pengukuran pada jarak 5 m merupakan titik pengukuran dengan rata-rata kenaikan suhu yang paling tinggi pada pukul 8.00 karena posisinya berada di timur dan tidak terhalangi benda apapun sehingga terkena radiasi matahari secara intens. Kenaikan suhu air dapat dilihat pada Gambar 4. Kenaikan suhu air ( o C) :00 9:00 11:00 13:00 15:00 17:00 Waktu (WIB) Gambar 4 Kenaikan suhu air pada titik dengan jarak tertentu dari titik 0 m pipa utama terhadap waktu (19 Agustus 2013) 1 m 2 m 3 m 4 m 5 m

26 10 Pada Gambar 5 dapat diketahui suhu rata-rata larutan nutrisi, dinding luar pipa utama, dan bagian luar insulasi. Terdapat perbedaan suhu yang cukup besar antara suhu larutan nutrisi, dinding luar pipa, dan bagian luar insulasi. Hal ini menunjukkan bahwa insulasi cukup baik dalam menghambat pindah panas yang terjadi antara lingkungan dan suhu larutan nutrisi Suhu ( o C) Jarak titik pengukuran terhadap titik 0 m pada pipa (m) Air Dinding luar pipa Bagian luar insulasi Gambar 5 Suhu rata-rata air, dinding luar pipa, dan bagian luar insulasi pada jarak tertentu dari titik 0 m pada pipa utama (19 Agustus 2013) Laju Perpindahan Panas di Sepanjang Pipa Hasil perhitungan laju perpindahan panas di sepanjang pipa ditunjukkan pada Gambar 6. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa laju perpindahan panas semakin meningkat seiring dengan jarak yang semakin besar dari titik 0 m pipa utama. Hal ini disebabkan karena luasan penampang yang dialiri aliran panas juga semakin meningkat. Laju perpindahan panas ini diukur pada debit aliran sebesar m 3 s -1. Hasil pengukuran debit sebelum dan sesudah memasuki pipa utama dapat dilihat pada Tabel 2. Hasilnya menunjukkan bahwa debit sebelum dan sesudah memasuki pipa utama besarnya sama sehingga dapat dipastikan tidak terjadi penurunan tekanan. Penurunan tekanan sebetulnya selalu terjadi dalam setiap aliran pipa karena adanya head loss baik mayor maupun minor. Akan tetapi, penurunan tekanan ini dapat dianggap tidak ada karena jumlahnya sangat kecil sehingga aliran diasumsikan steady.

27 11 Laju perpindahan panas (W) Jarak titik pengukuran dari titik 0 m pada pipa utama (m) Gambar 6 Laju perpindahan panas di sepanjang pipa (19 Agustus 2013) Tabel 2 Debit aliran sebelum dan sesudah memasuki pipa utama Flow meter Flow meter Waktu Sebelum memasuki pipa utama Sesudah memasuki pipa utama l menit -1 m 3 s -1 l menit -1 m 3 s

28 12 Validasi Model Simulasi Pindah Panas Validasi model ditujukan untuk menguji apakah perilaku umum dari model mampu mencerminkan perilaku sistem yang dimodelkan. Validasi model simulasi akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linear. Analisis regresi linear dilakukan dengan membandingkan suhu hasil prediksi dengan hasil pengukuran. Hubungan linear antara kedua variabel tersebut kemudian diamati. Prediksi suhu air semakin akurat jika nilai gradien dari persamaan regresi linear tersebut mendekati satu sedangkan intersepnya mendekati nol. Koefisien determinasi dihasilkan menunjukkan tingkat keeratan korelasi antara hasil perhitungan dengan pengukuran. Hasil analisis regresi linier seperti yang dapat dilihat pada Gambar 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 menunjukkan hasil yang cukup baik. Gradien garis regresi yang diperoleh mendekati satu dan intersepnya hampir semuanya mendekati nol. Koefisien determinasi yang dihasilkan juga cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa model pindah panas yang dikembangkan cukup akurat dalam memprediksi suhu air yang keluar dari pipa utama. Model tersebut dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perencanaan sistem pendinginan larutan nutrisi untuk hidroponik substrat. Berdasarkan hasil analisis regresi linear di atas dapat dilihat bahwa ada kecenderungan koefisien determinasi semakin rendah ketika jarak titik pengukuran dari input larutan nutrisi semakin jauh. Hal ini dapat disebabkan karena nilai konduktivitas termal dari insulasi atau pipa yang diambil di dalam perhitungan terlalu rendah daripada konduktivitas termal yang sesungguhnya dari insulasi dan pipa. Hal ini juga dapat disebabkan karena pemasangan insulasi yang kurang baik sehingga pindah panas yang terjadi lebih besar daripada yang seharusnya. Pada Gambar 7 sampai dengan 12 dapat dilihat bahwa suhu output larutan nutrisi bervariasi pada jarak yang sama. Hal ini terjadi karena suhu input larutan nutrisinya juga bervariasi. Pada awalnya, suhu air di dalam tangki ditetapkan akan didinginkan hingga suhu 10 o C. Akan tetapi, larutan nutrisi di dalam tangki ada kalanya habis dan harus diisi dengan yang baru. Air yang baru dimasukkan ke dalam tangki ini pada saat pengukuran berikutnya masih berada di atas suhu 10 o C. Model pindah panas ini dikembangkan dengan asumsi tidak terjadi pindah panas secara konveksi antara pipa dengan udara lingkungan atau secara konduksi dengan lantai. Model pindah panas akan semakin akurat jika pindah panas dengan lingkungan ini juga diperhitungkan.

29 13 Suhu output simulasi ( o C) y = x R² = Jarak 1 m y = x Suhu output terukur ( o C) Gambar 7 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 1 m Suhu output simulasi ( o C) Jarak 2 m y = x R² = y = x Suhu output terukur ( o C) Gambar 8 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 2 m

30 14 Suhu output simulasi( o C) Jarak 3 m y = x y = x R² = Suhu output terukur ( o C) Gambar 9 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 3 m Suhu output simulasi ( o C) Jarak 4 m y = x R² = y = x Suhu output terukur ( o C) Gambar 10 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 4 m

31 15 30 Jarak 5 m Suhu output simulasi ( o C) y = x y = x R² = Suhu output terukur ( o C) Gambar 11 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada jarak 5 m 30 Keseluruhan Suhu output simulasi ( o C) y = x R² = y = x Suhu output terukur ( o C) Gambar 12 Hubungan antara suhu output air hasil simulasi dengan hasil pengukuran keseluruhan

32 16 Tabel 3 Gradien, intersep, dan koefisien determinasi dari hasil analisis regresi linier terhadap hasil simulasi No Titik yang dibandingkan Gradien Intersep Koefisien determinasi 1 Jarak 1 meter dari input Jarak 2 meter dari input Jarak 3 meter dari input Jarak 4 meter dari input Jarak 5 meter dari input Keseluruhan Simulasi Perencanaan Suhu Input Larutan Nutrisi untuk Irigasi Tetes Simulasi model pindah panas dilakukan untuk perencanaan pendinginan terhadap larutan nutrisi agar diperoleh suhu output yang optimum bagi tanaman. Tanaman yang akan digunakan dalam simulasi adalah tanaman kentang. Menurut Samadi (1997), suhu tanah optimal bagi pertumbuhan umbi berkisar antara 10 sampai 30 o C. Menurut Tizio (1978), tanaman kentang yang tumbuh di dataran tinggi tropika dapat mengalami pembentukan umbi dengan baik pada suhu udara siang 25 o C. Smith dalam Sutater et al. (1987) juga menyatakan bahwa suhu tanah kurang dari 15 o C dapat menyebabkan rendahnya kandungan pati dalam umbi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, output larutan nutrisi pada pipa utama ditentukan sebesar 20 o C. Suhu dinding pipa ditentukan berdasarkan suhu rata-rata dinding pipa selama pengukuran pada tanggal 19 Agustus 2013, yaitu sebesar 33 o C. Pipa yang biasa digunakan sebagai pipa utama pada sistem irigasi untuk hidroponik substrat adalah pipa PVC berdiameter ¾ inch atau 1 inch. Pada simulasi ini akan digunakan pipa PVC berdiameter ¾ inch. Variabel lain yang harus diketahui adalah debit. Menurut New dan Roberts (2004), aplikasi penggunaan air untuk irigasi tetes pada rumah tanaman berkisar antara 1.6 sampai 2.4 galon menit -1 per 1000 ft 2. Debit untuk simulasi akan ditetapkan sebesar 2.4 galon menit -1 per 1000 ft 2 atau sebesar liter detik -1 per 100 m 2. Rumah tanaman yang digunakan diasumsikan memiliki luas 100 m 2 sehingga debitnya menjadi liter detik -1. Panjang pipa utama ditentukan sebesar 20 m. Rincian data input untuk simulasi ditunjukkan pada Tabel 4. Data konduktivitas termal dapat dilihat pada Lampiran 5.

33 17 Tabel 4 Input data untuk simulasi perencanaan suhu input larutan nutrisi Input data Lambang Satuan Nilai Suhu output larutan nutrisi T o o C 20 Debit Q m 3 s Suhu dinding T d o C 33 Panjang total pipa L m 20 Diameter dalam pipa D 1 m Diameter luar pipa D 2 m Tebal insulasi t m opsional Konduktivitas termal pipa (PVC 3/4 inch)* k p W m -1 K Konduktivitas termal insulasi* k i W m -1 K -1 Opsional *Lihat lampiran 5 Suhu larutan nutrisi hasil simulasi (oc) Jarak larutan nutrisi yang disimulasikan suhunya dari output pipa utama (m) Tanpa insulasi Glass wool (tebal 2 cm) Rock wool (tebal 2 cm) Cotton wool (tebal 2 cm) Glass wool (tebal 1 cm) Rock wool (tebal 1 cm) Cotton wool (tebal 1 cm) Gambar 13 Simulasi suhu input larutan nutrisi yang dibutuhkan untuk mendapatkan suhu 20 o C pada pipa utama dengan panjang 1-20 m

34 18 Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk memperoleh suhu 20 o C pada jarak 20 meter diperlukan suhu o C tanpa insulasi. Jika diberi insulasi, suhu input larutan nutrisi dapat lebih tinggi sehingga tidak perlu didinginkan sampai suhu yang terlalu rendah. Sebetulnya kenaikan suhu yang terjadi sepanjang 20 m tidak terlalu tinggi sehingga insulasi tidak terlalu diperlukan. Akan tetapi, suhu di sepanjang pipa yang diberi insulasi lebih seragam sehingga seluruh tanaman kentang dapat memperoleh suhu yang lebih seragam walaupun jaraknya berbedabeda dari input larutan nutrisi pada pipa utama. Suhu yang input larutan nutrisi untuk mencapai suhu output larutan nutrisi 20 o C pada jarak 20 m dengan menggunakan glass wool 1 cm dan 2 cm, rock wool 1 cm dan 2 cm, serta cotton wool 1 cm dan 2 cm secara berurutan adalah sebesar dan o C, dan o C, serta dan o C. Dapat dilihat bahwa semakin tebal insulasi semakin besar juga penurunan laju perpindahan panas yang terjadi. Akan tetapi penambahan ketebalan ini perlu dipelajari lebih lanjut. Hal ini karena menurut Cengel (2001), ketebalan insulasi memang akan meningkatkan resistansi termal konduksi dari bahan insulasi namun semakin tebal insulasi tahanan termal konveksi akan menurun karena luas permukaan bagian luar insulasi semakin besar yang menyebabkan perpindahan panas secara konveksi juga semakin tinggi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis pindah panas diketahui rata-rata laju perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya panjang pipa yang dilalui larutan nutrisi. Laju perpindahan panas yang terjadi berturut-turut dari jarak 1 m hingga 5 m adalah sebesar 7.30, 16.79, 27.86, 36.58, dan W. Hasil validasi menunjukkan bahwa model pindah panas yang dikembangkan dapat digunakan untuk memprediksi suhu air yang keluar dari pipa utama sebelum masuk ke dalam pipa lateral pada jaringan irigasi tetes untuk hidroponik substrat di dalam rumah tanaman. Hal ini ditunjukkan dengan gradiennya yang mendekati satu, intersep yang mendekati 0, dan koefisien determinasi yang mendekati 1. Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk mendapatkan suhu output larutan nutrisi sebesar 20 o C pada pipa utama berbahan PVC ukuran ¾ inch tanpa insulasi dengan panjang pipa 20 m suhu input larutan nutrisi harus didinginkan hingga suhu o C Saran Berdasarkan hasil simulasi, penambahan ketebalan insulasi dapat menurunkan laju perpindahan panas yang terjadi. Akan tetapi ketebalan insulasi yang maksimal dalam menahan laju perpindahan panas perlu diketahui karena pada ketebalan tertentu perpindahan panas dapat kembali meningkat karena resistansi termal konveksi justru menurun akibat luasan permukaan luar tempat terjadinya konveksi semakin besar.

35 19 DAFTAR PUSTAKA Anonim Thermal conductivity of some common materials and gases [internet]. Tersedia pada: [diakses 2013 Agustus 22]. Çengel YA, Turner RH Fundamentals of Thermal Fluid Sciences. New York (US): McGraw-Hill Company, Inc. Correa RM, Pinto JEBP, Faquin, Pinto CABP, Reis ES The production of seed potatoes by hydroponics methods in Brazil. Glob Sci: Fruit, Vegetable and Cereal Science and Biotechnology. Special Issue 1: Holman JP Perpindahan Kalor. Jasfi E, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Kreith P Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Prijono A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Heat Transfer. Mastalerz JW The Greenhouse Environment: The Effect of Environmental Factors on The Growth and Development of Flowers Crops. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. Matsuoka T, Suhardiyanto H Thermal and flowing aspects of growing petty tomato in cooled NFT solution during summer. Environ, Contr, Biol. 30(3): Munson BR, Young DF, Okiishi TH Harinaldi, Budiarso, penerjemah; Hardani HW, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Fundamentals of Fluid Mechanics 4th ed. Nevers ND Fluid Mechanics for Chemical Engineers 3rd ed. New York (ID): McGraw-Hill Company, Inc. New L, Roland ER Drip irrigation for greenhouse vegetable production [internet]. Tersedia pada: hydroponics/drip.html [diakses 2013 Agustus 22]. Samadi B Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius. Suhardiyanto H Studies on zone cooling method for greenhouse culture [thesis]. Japan (ID): Ehime University. Suhardiyanto H Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah: Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor (ID): IPB Pr. Sutater T, Wiroatmodjo J, Solahuddin S, Nasoetion LI, Bey A, Nur MA Pertumbuhan dua varietas kentang (Solanum tuberosum L.) di lingkungan dataran rendah. Streeter VL, Wylie EB Mekanika Fluida Jilid 1 Ed ke 8. Prijono A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Fluid Mechanics, 8th ed.

36 20 Lampiran 1 Skema titik pengukuran pada pipa utama Mesin Pendingin Tangki Larutan Nutrisi Pompa Keterangan: Katup Pada setiap titik O, A, B, C, D, dan E diukur : Tn = Suhu larutan nutrisi ( o C) Td1 = Suhu dinding pipa bagian dalam (m) Td2 = Suhu dinding pipa bagian luar (m) Td3 = Suhu insulasi bagian luar (m) Flow Meter O m A B Pipa Utama Pipa 1 m 5 m 3 00 C D 1 m Pipa Lateral E Flow Meter

37 21 Lampiran 2 Sifat-sifat fisik air Suhu Volume Konduktivitas Viskositas Bilangan Kalor jenis spesifik termal dinamik Prandtl T Vs Cp k a µ Pr ( o C) (kg m -3 ) (J kg -1 o C -1 ) (W m -1 o C -1 ) (kg m -1 s -1 ) x x x x x x x Sumber: Çengel and Turner (2001)

38 22 Lampiran 3 Diagram alir analisis pindah panas M,,,,,,,, H t f t f k 2 H t P 18 H t P 8 Y > 2100 T k / < 20 / < 20 T k Y Y T k H t N T 1 P 13 H t N T 1 P 14 H t N T 1 P 16 H t N T 1 P 15 H t (P 19 H t P 7 H t P 12 H t P 10 T, Q S

39 23 Lampiran 4 Program untuk memprediksi suhu larutan nutrisi Private Sub Command1_Click() Dim Tin, Td, Tu, debit, D1, D2, L, kp, t, ki As Single Dim Vs, Cp, Ka, Mu, Pr As Single Dim Th, U, deltat, E, q As Single Tin = Val(Text1.Text) Td = Val(Text2.Text) Tu = Val(Text3.Text) debit = Val(Text4.Text) D1 = Val(Text5.Text) D2 = Val(Text6.Text) L = Val(Text7.Text) kp = Val(Text8.Text) t = Val(Text9.Text) ki = Val(Text10.Text) If Text1.Text = "" Or Text2.Text = "" Or Text3.Text = "" Or Text4.Text = "" Or Text5.Text = "" Or Text6.Text = "" Or Text7.Text = "" Or Text8.Text = "" Then MsgBox ("Lengkapi data aliran larutan nutrisi dan data karakteristik pipa!") End If Dim Vs0, Vs1, Vs2, Vs3, Vs4, Vs5, p As Single Vs0 = Vs1 = Vs2 = Vs3 = 998 Vs4 = 997 Vs5 = 996 Vs6 = 994 Dim Cp0, Cp1, Cp2, Cp3, Cp4, Cp5, Cp6 As Single Cp0 = 4205 Cp1 = 4194 Cp2 = 4185 Cp3 = 4182 Cp4 = 4180 Cp5 = 4178 Cp6 = 4178 Dim Ka0, Ka1, Ka2, Ka3, Ka4, Ka5, Ka6 As Single Ka0 = Ka1 = 0.58 Ka2 = Ka3 = Ka4 = Ka5 = Ka6 = 0.623

40 24 Lampiran 4 (lanjutan) Dim Mu0, Mu1, Mu2, Mu3, Mu4, Mu5, Mu6 As Single Mu0 = Mu1 = Mu2 = Mu3 = Mu4 = Mu5 = Mu6 = Dim Pr0, Pr1, Pr2, Pr3, Pr4, Pr5, Pr6 As Single Pr0 = 11.2 Pr1 = 9.45 Pr2 = 8.09 Pr3 = 7.01 Pr4 = 6.14 Pr5 = 5.42 Pr6 = 4.83 Dim T0, T1, T2, T3, T4, T5, T6 As Single T0 = 5 T1 = 10 T2 = 15 T3 = 20 T4 = 25 T5 = 30 T6 = 35 If Tin < 5 Or Tin > 35 Then MsgBox ("Masukkan suhu input antara 5 s.d. 35 0C") Text1.Text = "" Else If Tin = T0 Then Vs = Vs0 Cp = Cp0 Ka = Ka0 Mu = Mu0 Pr = Pr0 Else If Tin = T1 Then Vs = Vs1 Cp = Cp1 Ka = Ka1 Mu = Mu1 Pr = Pr1 Else

41 25 Lampiran 4 (lanjutan) If Tin = T2 Then Vs = Vs2 Cp = Cp2 Ka = Ka2 Mu = Mu2 Pr = Pr2 Else If Tin = T3 Then Vs = Vs3 Cp = Cp3 Ka = Ka3 Mu = Mu3 Pr = Pr3 Else If Tin = T4 Then Vs = Vs4 Cp = Cp4 Ka = Ka4 Mu = Mu4 Pr = Pr4 Else If Tin = T5 Then Vs = Vs5 Cp = Cp5 Ka = Ka5 Mu = Mu5 Pr = Pr5 Else If Tin = T6 Then Vs = Vs6 Cp = Cp6 Ka = Ka6 Mu = Mu6 Pr = Pr6 End If End If End If End If End If End If End If End If

42 26 Lampiran 4 (lanjutan) If Tin > T0 And Tin < T1 Then Vs = Vs1 - (((T1 - Tin) / (T1 - T0)) * (Vs1 - Vs0)) Cp = Cp1 - (((T1 - Tin) / (T1 - T0)) * (Cp1 - Cp0)) Ka = Ka1 - (((T1 - Tin) / (T1 - T0)) * (Ka1 - Ka0)) Mu = Mu1 - (((T1 - Tin) / (T1 - T0)) * (Mu1 - Mu0)) Pr = Pr1 - (((T1 - Tin) / (T1 - T0)) * (Pr1 - Pr0)) Else If Tin > T1 And Tin < T2 Then Vs = Vs2 - (((T2 - Tin) / (T2 - T1)) * (Vs2 - Vs1)) Cp = Cp2 - (((T2 - Tin) / (T2 - T1)) * (Cp2 - Cp1)) Ka = Ka2 - (((T2 - Tin) / (T2 - T1)) * (Ka2 - Ka1)) Mu = Mu2 - (((T2 - Tin) / (T2 - T1)) * (Mu2 - Mu1)) Pr = Pr2 - (((T2 - Tin) / (T2 - T1)) * (Pr2 - Pr1)) Else If Tin > T2 And Tin < T3 Then Vs = Vs3 - (((T3 - Tin) / (T3 - T2)) * (Vs3 - Vs2)) Cp = Cp3 - (((T3 - Tin) / (T3 - T2)) * (Cp3 - Cp2)) Ka = Ka3 - (((T3 - Tin) / (T3 - T2)) * (Ka3 - Ka2)) Mu = Mu3 - (((T3 - Tin) / (T3 - T2)) * (Mu3 - Mu2)) Pr = Pr3 - (((T3 - Tin) / (T3 - T2)) * (Pr3 - Pr2)) Else If Tin > T3 And Tin < T4 Then Vs = Vs4 - (((T4 - Tin) / (T4 - T3)) * (Vs4 - Vs3)) Cp = Cp4 - (((T4 - Tin) / (T4 - T3)) * (Cp4 - Cp3)) Ka = Ka4 - (((T4 - Tin) / (T4 - T3)) * (Ka4 - Ka3)) Mu = Mu4 - (((T4 - Tin) / (T4 - T3)) * (Mu4 - Mu3)) Pr = Pr4 - (((T4 - Tin) / (T4 - T3)) * (Pr4 - Pr3)) Else If Tin > T4 And Tin < T5 Then Vs = Vs5 - (((T5 - Tin) / (T5 - T4)) * (Vs5 - Vs4)) Cp = Cp5 - (((T5 - Tin) / (T5 - T4)) * (Cp5 - Cp4)) Ka = Ka5 - (((T5 - Tin) / (T5 - T4)) * (Ka5 - Ka4)) Mu = Mu5 - (((T5 - Tin) / (T5 - T4)) * (Mu5 - Mu4)) Pr = Pr5 - (((T5 - Tin) / (T5 - T4)) * (Pr5 - Pr4)) Else If Tin > T5 And Tin < T6 Then Vs = Vs6 - (((T6 - Tin) / (T6 - T5)) * (Vs6 - Vs5)) Cp = Cp6 - (((T6 - Tin) / (T6 - T5)) * (Cp6 - Cp5)) Ka = Ka6 - (((T6 - Tin) / (T6 - T5)) * (Ka6 - Ka5)) Mu = Mu6 - (((T6 - Tin) / (T6 - T5)) * (Mu6 - Mu5)) Pr = Pr6 - (((T6 - Tin) / (T6 - T5)) * (Pr6 - Pr5))

43 27 Lampiran 4 (lanjutan) End If End If End If End If End If End If Text17.Text = Vs Text18.Text = Cp Text19.Text = Ka Text20.Text = Mu Text21.Text = Pr Dim DH As Single DH = D2 - D1 Dim Re, V As Single V = debit / (0.25 * 3.14 * (D1 ^ 2)) Re = (Vs * V * DH) / Mu Text16.Text = Re Dim K, Nu As Single If Re > 2100 Then Label40.Caption = "Aliran turbulen" K = L / DH If K < 20 Then Label41.Caption = "Pipa pendek" Nu = * ((1 + (DH / L)) ^ 0.7) * (Re ^ 0.8) * (Pr ^ 0.33) End If If K > 20 Then Label41.Caption = "Pipa panjang" Nu = * (Re ^ 0.8) * (Pr ^ 0.33) Lampiran 4 (lanjutan) End If End If If Re < 2100 Then Label40.Caption = "Aliran laminer" K = L / DH

44 28 Lampiran 4 (lanjutan) If K < 20 Then Label41.Caption = "Pipa pendek" Nu = Re * Pr * DH / (4 * L) * Log(1 - (2.6 / (Pr ^ * (Re * Pr * DH / L) ^ 0.5))) ^ -1 End If If K > 20 Then Label41.Caption = "Pipa panjang" Nu = 1.86 * ((Re * Pr * DH / L) ^ 0.33) * (0.36 ^ 0.14) End If End If 'MENGHITUNG KOEFISIEN KONVEKSI Dim h As Single h = (Ka * Nu) / DH 'MENGHITUNG KOEFISIEN PINDAH PANAS KESELURUHAN Dim A1, A2, A3, D3 As Single D3 = D2 + t A1 = (3.14 * (D1 / 2) * L) A2 = (3.14 * (D2 / 2) * L) A3 = (3.14 * (D3 / 2) * L) If Text10.Text = "" Or Text9.Text = "" Then U1 = A3 / (A1 * h) U2 = (A3 * (Log((A2 / 2) / (A1 / 2)))) / (2 * 3.14 * kp * L) U = (U1 + U2) ^ -1 Else U1 = A3 / (A1 * h) U2 = (A3 * (Log((A2 / 2) / (A1 / 2)))) / (2 * 3.14 * kp * L) U3 = (A3 * (Log((A3 / 2) / (A2 / 2)))) / (2 * 3.14 * ki * L) U = (U1 + U2 + U3) ^ -1 End If 'SIMULASI SUHU OUTPUT Dim m As Single m = debit * Vs Th = Td - ((Td - Tin) / (Exp(1) ^ ((U * A3) / (m * Cp)))) 'MENGHITUNG BEDA TEMPERATUR INPUT DENGAN TEMPERATUR HASIL PREDIKSI deltat = Th - Tin

45 29 Lampiran 4 (lanjutan) 'MENGHITUNG ERROR E = Th - Tu 'MENGHITUNG PINDAH PANAS q = m * Cp * deltat Text11.Text = Th Text12.Text = U Text13.Text = deltat Text14.Text = E Text15.Text = q End Sub Private Sub Command2_Click() Text1.Text = "" Text2.Text = "" Text3.Text = "" Text4.Text = "" Text5.Text = "" Text6.Text = "" Text7.Text = "" Text8.Text = "" Text9.Text = "" Text10.Text = "" Text11.Text = "" Text12.Text = "" Text13.Text = "" Text14.Text = "" Text15.Text = "" Text16.Text = "" Text17.Text = "" Text18.Text = "" Text19.Text = "" Text20.Text = "" Text21.Text = "" End Sub Private Sub Command3_Click() End End Sub

46 30 Lampiran 5 Konduktivitas termal beberapa material* Material W m -1 K -1 Pipa PVC 0.16 Glass wool Rock wool Cotton wool *Sumber: www. Engineeringtoolbox.com

47 31 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 20 Juli 1991 di Garut sebagai putri ke 2 dan anak ke 3 dari pasangan Nono Sugiono, SP dan Mujirah, SPd SD. Penulis menyelesaikan sekolah dasarnya di SD Negeri Situgede II ( ) kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Garut ( ). Penulis kemudian masuk ke SMA Negeri 1 Tarogong Kidul (sekarang SMA Negeri 1 Garut) dan lulus pada tahun Pada tahun 2009, penulis berhasil lulus SNMPTN dan diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem program studi Teknik Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian periode dan Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan seperti Sereal Act, Young Agrotechnopreneurship Competition 2010, Agricultural Engineer Goes to Village 2011, Agromechanical Fair 2011, Engineering Summit I dan II 2011, Workshop PKM-T 2011, The 19 th Tri-University International Joint Seminar and Symposium, dll.

Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi

Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi Technical Paper Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi Heat Transfer Analysis in The Main Pipe of Hydroponic System with Nutrient Solution Cooling Nurul

Lebih terperinci

Pendinginan Terbatas. di Dalam Rumah Tanaman

Pendinginan Terbatas. di Dalam Rumah Tanaman di Dalam Rumah Tanaman Pengendalian lingkungan dapat meliputi beberapa parameter lingkungan, seperti cahaya, suhu, kelembaban, konsentrasi CO,, dan sebagainya. Untuk kondisi di kawasan yang beriklim tropika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU MEDIA TANAM DALAM POLYBAG PADA HIDROPONIK SUBSTRAT UNTUK PRODUKSI BENIH KENTANG DENGAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU MEDIA TANAM DALAM POLYBAG PADA HIDROPONIK SUBSTRAT UNTUK PRODUKSI BENIH KENTANG DENGAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SIMULASI DISTRIBUSI SUHU MEDIA TANAM DALAM POLYBAG PADA HIDROPONIK SUBSTRAT UNTUK PRODUKSI BENIH KENTANG DENGAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INA RAHMAWATI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGANTAR PINDAH PANAS

PENGANTAR PINDAH PANAS 1 PENGANTAR PINDAH PANAS Oleh : Prof. Dr. Ir. Santosa, MP Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang, September 2009 Pindah Panas Konduksi (Hantaran)

Lebih terperinci

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks Dwi Arif Santoso Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) OLEH : DEWI NURNA WAHYUNININGSIH F14103055 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M2-003 Rancang Bangun Modifikasi Dispenser Air Minum Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Debrina Widyastuti Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya 60263,

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Serat Bambu dan Serat Kelapa Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424 Indonesia andhika.bramida@ui.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung

Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Analisa Pengaruh Penambahan Rambut dan Serat Pisang Terhadap Nilai Minor Losses pada Pipa Spiral Lengkung Frans Enriko Siregar dan Andhika Bramida H. Departemen Teknik Mesin, FT UI, Kampus UI Depok 16424

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-659 Rancang Bangun dan Studi Eksperimen Alat Penukar Panas untuk Memanfaatkan Energi Refrigerant Keluar Kompresor AC sebagai Pemanas

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR Alexander Clifford, Abrar Riza dan Steven Darmawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara e-mail: Alexander.clifford@hotmail.co.id Abstract:

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Bayu Anggoro 1, Nova R. Ismail 2, Agus Suyatno 3 ABSTRAK Bagian

Lebih terperinci

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 i KONDUKTIVITAS TERMAL LAPORAN Oleh: LESTARI ANDALURI 100308066 I LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 ii KONDUKTIVITAS

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Terminal Benda Jatuh Bebas

Analisis Kecepatan Terminal Benda Jatuh Bebas Analisis Kecepatan Terminal Benda Jatuh Bebas Ahmad Dien Warits 1206240101 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok Abstrak : Selama ini kita melakukan analisis kecepatan benda

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR LORONG UDARA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PELAT DATAR Jotho *) ABSTRAK Perpindahan panas dapat berlangsung melalui salah satu dari tiga

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Cooling tower yang dibuat dapat disirkulasikan dengan lancer dan layak untuk dilakukan pengujian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik BINSAR T. PARDEDE NIM DEPARTEMEN TEKNIK MESIN UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN AKIBAT PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA PADA ALAT PENUKAR KALOR JENIS RADIATOR FLAT TUBE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( https://ferotec.com. (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Modul termoelektrik adalah sebuah pendingin termoelektrik atau sebagai sebuah pompa panas tanpa menggunakan komponen bergerak (Ge dkk, 2015, Kaushik dkk, 2016). Sistem pendingin

Lebih terperinci

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN RINI YULIANINGSIH APA ITU PINDAH PANAS? Pindah panas adalah ilmu yang mempelajari transfer energi diantara benda yang disebabkan karena perbedaan suhu Termodinamika digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga Wafha Fardiah 1), Joko Sampurno 1), Irfana Diah Faryuni 1), Apriansyah 1) 1) Program Studi Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING Mulyanef 1, Marsal 2, Rizky Arman 3 dan K. Sopian 4 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13 B13 Studi Numerik Karakteristik Perpindahan Panas pada Membrane Wall Tube Boiler Dengan Variasi Jenis Material dan Ketebalan Insulasi di PLTU Unit 4 PT.PJB UP Gresik I Nyoman Ari Susastrawan D dan Prabowo.

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 50 BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Menentukan Titik Suhu Pada Instalasi Water Chiller. Menentukan titik suhu pada instalasi water chiller bertujuan untuk mendapatkan kapasitas suhu air dingin

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH TERHADAP PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN LOUVERED STRIP INSERT SUSUNAN BACKWARD SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik JUNIUS MANURUNG NIM.

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

SIMULASI SEBARAN SUHU PADA CHAMBER AEROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI DERRY RISKAWATI F

SIMULASI SEBARAN SUHU PADA CHAMBER AEROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI DERRY RISKAWATI F SIMULASI SEBARAN SUHU PADA CHAMBER AEROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI DERRY RISKAWATI F14080081 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SIMULATION

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

III. METODE PENDEKATAN

III. METODE PENDEKATAN III. METODE PENDEKATAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu mulai dari bulan Oktober

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN Afdhal Kurniawan Mainil Program Studi Teknik Mesin Universitas Bengkulu e-mail: Afdhal_km@yahoo.com Abstract Based on heat transfer properties, materials

Lebih terperinci

Helbert, Tulus Burhanuddin Sitorus Universitas Sumatera Utara

Helbert, Tulus Burhanuddin Sitorus Universitas Sumatera Utara RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENDINGIN DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL 96% SEBAGAI REFRIGERAN Helbert, Tulus Burhanuddin Sitorus Universitas Sumatera Utara QuasWeX@hotmail.com ABSTRAK Penggunaan mesin

Lebih terperinci

ANALISIS TERMAL DAERAH PERAKARAN PADA MEDIA TANAM SISTEM HIDROPONIK UNTUK TANAMAN SELADA DI DATARAN RENDAH TROPIKA AULYA ABRAR

ANALISIS TERMAL DAERAH PERAKARAN PADA MEDIA TANAM SISTEM HIDROPONIK UNTUK TANAMAN SELADA DI DATARAN RENDAH TROPIKA AULYA ABRAR ANALISIS TERMAL DAERAH PERAKARAN PADA MEDIA TANAM SISTEM HIDROPONIK UNTUK TANAMAN SELADA DI DATARAN RENDAH TROPIKA AULYA ABRAR DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS SISTEM PENURUNAN TEMPERATUR JUS BUAH DENGAN COIL HEAT EXCHANGER Nama Disusun Oleh : : Alrasyid Muhammad Harun Npm : 20411527 Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk

Lebih terperinci

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Ketut Astawa1, Nengah Suarnadwipa2, Widya Putra3 1.2,3

Lebih terperinci

Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi

Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi Technical Paper Analisis Pindah Panas pada Pipa Utama Sistem Hidroponik dengan Pendinginan Larutan Nutrisi Heat Transfer Analysis in The Main Pipe of Hydroponic System with Nutrient Solution Cooling Nurul

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Suharti 1*, Andi Hasniar 1,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS 19 BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS 3.1 Kawasan Perumahan Batununggal Indah Kawasan perumahan Batununggal Indah merupakan salah satu kawasan hunian yang banyak digunakan sebagai rumah tinggal dan

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGITIGA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Perpindahan Kalor Perpindahan panas adalah ilmu untuk memprediksi perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Perpindahan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLIN FILM EVAPORATOR DENAN ADANYA ALIRAN UDARA Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Performa Heat Exchanger Jenis Compact Heat Exchanger (Radiator)

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : PERBEDAAN LAJU ALIRAN PANAS YANG DISERAP AIR DALAM PEMANAS AIR BERTENAGA SURYA DITINJAU DARI PERBEDAAN LAJU ALIRAN AIR DALAM PIPA KOLEKTOR PANAS Sumanto Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci