PENGEMBANGAN METODA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) UNTUK MONITORING SENYAWA BTEX DALAM SEDIMEN MUARA SUNGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN METODA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) UNTUK MONITORING SENYAWA BTEX DALAM SEDIMEN MUARA SUNGAI"

Transkripsi

1 SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia PENGEMBANGAN METODA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) UNTUK MONITORING SENYAWA BTEX DALAM SEDIMEN MUARA SUNGAI Wiji, M.Si. 8 Abstrak Pencemaran minyak di muara-muara sungai akibat industri pengilangan minyak lepas pantai sudah mulai mengancam ekosistem terutama tumbuhan magrove. Bahan pencemar yang paling berbahaya adalah golongan aromatik yang titik didihnya rendah, seperti benzena, toluena, etil benzena dan xilena (BTEX). Senyawa aromatik ini lebih mudah larut dalam air, tetapi lebih sulit terbiodegradasi oleh bakteri daripada senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa BTEX cukup melimpah dalam minyak dan merupakan racun yang akut bagi manusia sebagaimana bagi kehidupan yang lain. Selain itu senyawa aromatik tersebut dapat membunuh organisme bila terjadi kontak secara langsung dengan minyak atau bahkan minyak yang telah larut dalam air. Metode KCKT telah dikembangkan untuk monitoring senyawa BTEX dalam sedimen muara sungai. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup tiga bagian utama yaitu, ekstraksi, pemisahan, dan analisis. Ekstraksi dengan KOH 0,5 N dalam metanol digunakan untuk mendapatkan senyawa hidrokarbon dari sedimen. Pemisahan senyawa aromatik menggunakan kolom kromatografi alumina: gel silika (1 : 1) dengan fasa gerak dikloro metana. Pemisahan senyawa hidrokarbon monoaromatik (BTEX) dari poliaromatik menggunakan kolom alumina dengan fasa gerak dikloro metana atau heksana. Analisis senyawa BTEX dilakukan dengan metoda KCKT, pada kolom C 18, panjang 25 cm, fasa gerak metanol-air 7 : 3, dan detektor UV pada 254 nm. Prosentase perolehan kembali untuk benzena 85,05 %; toluena 95,66 %; etil benzena 84,01%; dan xilena 86,42%. Abstract Oil Contamination in estuaries caused by offshore oil refinary industry has begun threatening ecosyste ms, especially mangrove plant. The most dangerous contaminant is the aromatic group whose the boiling point is low, such as benzena, toluena, ethyl benzena and xilena (BTEX). These aromatic compounds are more easily dissolved in water but more difficult to be biodegraded by bacteria than other hydrocarbon compounds. There are many BTEX compounds in oil and they are acute poisons for both human beings and other living things. Besides that, these aromatic compounds can kill organisms if they have a direct contact with oil or even oil which is dissolved in water. The HPLC method had been developed to monitor the BTEX compounds in the sediments of estuaries. The approaching method in this research include three main parts: extraction, Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

2 separation, dn analysis. The extraction with KOH 0,5 N in methanol is used to achieve hydrokarbon from sediments. The separation of aromatic compounds uses column chromatography on alumina : silica gel (1 : 1) with dichloromethane mobile phase. The separation of monoaromatic hydrocarbon compounds (BTEX) from polyaromatics uses alumina column with dichloromethane or hexana mobil phase. The analysis of BTEX compounds is carried out by HPLC method, in C 18 column with the length 25 cm, eluen methanol-water 7 : 3, detector UV at 254 nm. Recovery percentage for benzene 85,05 %; toluene 95,66%; etyl benzene 84,01%; and xylene 86,42 %. Pendahuluan Dewasa ini pencemaran yang terjadi di kawasan pantai dan muara-muara sungai cukup mendapat perhatian para aktivis lingkungan. Pencemaran pantai oleh minyak bumi kerapkali terjadi di berbagai penjuru dunia. Kecelakaan kapal tanker Torrey Canyon pada tahun 1967 di pantai Cornwall, Inggris, melepaskan ton minyak mentah ke laut. Sementara kecelakaan pengilangan minyak lepas pantai di Santa Barbara Channel pada tahun 1969 melepaskan ton minyak mentah (5). Limbah minyak juga dikeluarkan secara rutin oleh tempat-tempat pengeboran minyak bumi lepas pantai yang mengirimkan minyak ke daratan melalui pipa. Selama proses pemindahan tersebut sekitar 200 ribu ton minyak mentah tumpah ke laut setiap tahun (19). Isolasi dan identifikasi terhadap sampel minyak mentah di Ponca City, Oklahoma, didapatkan 175 jenis senyawa hidrokarbon, yang terdiri dari 108 jenis alifatik jenuh dan 57 jenis aromatik (5). Hidrokarbon yang paling berbahaya adalah golongan aromatik yang titik didihnya rendah, seperti benzena, toluena, etil benzena dan xilena (BTEX). Senyawa aromatik ini lebih mudah larut dalam air, tetapi lebih sulit terbiodegradasi oleh bakter i daripada senyawa hidrokarbon lainnya (2,9). Senyawa BTEX cukup melimpah dalam minyak dan merupakan racun yang akut bagi manusia sebagaimana bagi kehidupan yang lain. Selain itu senyawa aromatik tersebut dapat membunuh organisme bila terjadi kontak secara langsung dengan minyak atau bahkan minyak yang telah larut dalam air (5). Dengan semakin meningkatnya pencemaran yang ditimbulkan oleh senyawa BTEX, maka perlu dilakukan proses monitoring yang mudah dan cepat. Salah satu caranya adalah melakukan analisis kandungan BTEX dari salah satu komponen dalam ekosistem perairan yang relatif stabil dan tidak dipengaruhi oleh alam sekitarnya. Sedimen merupakan komponen yang tepat untuk dianalis, karena kandungan senyawa BTEX di dalamnya dari tahun ke tahun akan semakin melimpah. Selama ini untuk menganalisis kandungan senyawa BTEX menggunakan metoda analisis kromatografi gas (KG). Salah satu kelemahan yang sulit dihindarkan dalam metoda KG adalah resolusinya yang kurang baik. Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan metoda analisis KCKT yang memiliki resolusi lebih baik dibandingkan metoda KG. KCKT merupakan suatu metoda analisis yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa organik baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

3 Pemanfaatan metoda ini dalam monitoring bahan pencemar organik terutama untuk bahan kimia beracun seperti BTEX diharapkan menjadi pilihan yang terbaik untuk saat ini. Metode Penelitian Ekstraksi sampel sedimen Sampel sedimen sebanyak 80 gram disaponifikasi dengan 140 ml 0,5 N KOH dalam metanol selama 4 sampai 24 jam. Setelah disaring, filtrat metanol dipekatkan dalam evaporator. Kemudian senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam metanol diekstraksi ke dalam heksana. Volume heksana ini dipekatkan dalam evaporator sampai volume 10 ml dan siap untuk di pisahkan dalam kromatografi cair-padat (KCP). Pemisahan senyawa hidrokarbon aromatik Untuk memisahkan senyawa hidrokarbon aromatik dari hidrokarbon yang lain digunakan kolom KCP yang berisi gel silika dan alumina, dengan ukuran tinggi 20 cm dan diameter 1 cm. Sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam kolom dengan laju aliran 0,5 ml/menit. Kemudian dialirkan fasa gerak dikloro metana. Hasilnya ditampung dan dipisahkan setiap 3 ml, kemudian dilihat pola absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV. Akhirnya fraksi-fraksi yang mengandung hidrokarbon aromatik dikumpulkan, dipekatkan, dan diukur volumenya. Pemisahan senyawa hidrokarbon monoaromatik (BTEX) dari poli aromatik Untuk memisahkan senyawa monoaromatik (BTEX) dari senyawa poliaromatik dilakukan dengan menggunakan kolom KCP yang berisi alumina, dengan ukuran tinggi 20 cm dan diameter 1 cm. Sampel dimasukkan ke dalam kolom dengan laju aliran 0,5 ml/menit. Kemudian dialirkan fasa gerak dikloro metana, heksana dan campuran keduanya. Hasilnya ditampung dan dipisahkan setiap 3 ml, kemudian dilihat pola absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV. Akhirnya fraksi-fraksi yang mengandung hidrokarbon aromatik dikumpulkan, dipekatkan, dan diukur volumenya. Mencari kondisi optimum KCKT untuk analisis senyawa BTEX Analisis senyawa BTEX dilakukan dengan KCKT dengan kolom C 18 yang panjangnya 25 cm. Laju aliran 1,0 ml/menit Teknik deteksi ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm. Fasa gerak campuran antara metanol air. Komposisi fasa gerak divariasikan sehingga didapatkan beberapa kromatogram. Dari kromatogram yang didapatkan dihitung waktu retensi (t R ), faktor kapasitas (k ), efisiensi kolom (N), dan resolusi (Rs) untuk mendapatkan kondisi analisis yang optimum. Kebolehulangan waktu retensi, linieritas kurva kalibrasi, kepekaan dan limit deteksi ditentukan pada kondisi optimum tersebut, untuk melihat kinerja analitik dari metoda KCKT. Menerapkan kondisi-kondisi optimum pengukuran pada sampel sedimen. Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

4 Sampel sedimen diambil dari sungai Donan, Cilacap. Sebagai kontrol juga dilakukan analisis untuk sampel sedimen yang di-spike dengan standar BTEX yang telah diketahui konsentrasinya. Hal ini dilakukan untuk menghitung besarnya prosentasi perolehan kembali. Ekstraksi sampel sedimen Hasil Penelitian dan Pembahasan Sedimen muara sungai selain mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon juga mengandung senyawa-senyawa oksigen, nitrogen, sulfur, asam lemak, serta logam. Dengan proses safonifikasi dalam KOH-metanol maka asam-asam lemak akan membentuk garam-garam kalium dan senyawa metil ester. Selain itu juga terjadi pemecahan senyawa-senyawa komplek menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Dalam proses safonifikasi ini senyawa-senyawa organik yang ada akan terekstraksi ke dalam metanol sedangkan senyawa-senyawa anorganik akan tetap tertinggal dalam sedimen. Untuk memisahkan senyawa-senyawa hidrokarbon dengan garam garam kalium dan metil ester dari asam-asam lemak dilakukan ekstraksi dari metanol ke dalam heksana. Dalam ekstraksi ini hidrokarbon akan terekstraksi ke dalam heksana sedangkan garam-garam kalium dan metil ester dari asam-asam lemak akan tertinggal dalam metanol. Pemisahan ini dilakukan karena senyawa-senyawa dari asam-asam lemak yang ada akan mengganggu dalam penentuan hidrokarbon menggunakan metoda kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Asam-asam lemak akan terelusi dengan puncakpuncak yang tumpang tindih dengan puncak-puncak senyawa hidrokarbon. Keuntungan lain dari ekstraksi hidrokarbon dalam sedimen menggunakan safonifikasi adalah kehilangan senyawa-senyawa hidrokarbon yang relatif lebih mudah menguap seperti BTEX dapat diminimalkan. Pemisahan senyawa hidrokarbon aromatik Kromatografi cairan padat (KCP) atau lebih sering disebut kromatografi kolom terbuka digunakan untuk mengumpulkan senyawa hidrokarbon aromatik dan untuk memisahkan senyawa mono aromatik dan poli aromatik. Metoda kromatografi kolom terbuka ini digunakan karena memberikan hasil yang baik untuk sampel-sampel yang mudah larut dalam pelarut organik, berat molekul tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi, dan tidak terionkan. Selain itu metoda ini juga menghasilkan selektivitas pemisahan yang cukup tinggi. Untuk mengumpulkan senyawa hidrokarbon aromatik digunakan fasa diam campuran antara alumina dan silika dengan perbandingan 1: 1. Alumina dan silika merupakan fasa diam yang bersifat polar. Alumina lebih bersifat basa, sedangkan silika lebih bersifat asam. Pencampuran dua fasa diam polar yang sifat asamnya berkebalikan diharapkan akan dapat mengumpulkan seluruh senyawa hidrokarbon aromatik, baik yang cenderung bersifat asam maupun basa. Dengan fasa gerak dikloro metana yang bersifat polar maka senyawa hidrokarbon aromatik yang lebih bersifat polar akan lebih cepat terelusi. Sedangkan senyawa hidrokarbon alifatik Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

5 yang cenderung lebih bersifat non polar akan lebih tertahan pada kolom. Dari hasil percobaan senyawa hidrokarbon aromatik sebagian besar terkumpul pada fraksi 2 dan fraksi 3. Dalam konsentrasi yang jauh lebih kecil senyawa ini juga ditemukan dalam fraksi 4 sampai fraksi 10. Volume setiap fraksi 3 ml, dengan ukuran kolom 20 cm x 1 cm, laju aliran 0,5 ml/menit. Pemisahan senyawa hidrokarbon monoaromatik (BTEX) dari poli aromatik Fasa diam alumina secara individual digunakan untuk memisahkan senyawa hidrokarbon monoaromatik dan poliaromatik. Dalam percobaan ini digunakan campuran dua fasa gerak yaitu heksana dan dikloro metana. Kondisi percobaan adalah : kolom alumina 20 cm x 1 cm; laju aliran 0,5 ml/menit; volume setiap fraksi 3 ml. Kandungan setiap fraksi dilihat berdasarkan pola spektrum UV. Hasil pemisahan dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1 Hasil pemisahan kolom alumina dengan variasi fasa gerak. Fasa gerak Mono aromatik Poli aromatik CH 2 Cl 2 F 3 F 4, F 5 CH 2 Cl 2 : C 6 H 14 = 3 : 1 F 1, F 2, F 3 F 1, F 2 CH2Cl2 : C6H14= 1 : 1 F1, F2 F1, F2 C 6 H 14 F 5 F 3, F 4 Keterangan : F 1 = fraksi 1, F 2 = fraksi 2, F 3 = fraksi 3, F 4 = fraksi 4, F 5 = fraksi 5 Untuk mengetahui kandungan setiap fraksi digunakan spektrum UV, karena senyawa hidrokarbon mono aromatik memiliki pola spektrum yang berbeda dengan senyawa poli aromatik. Senyawa mono aromatik hanya memiliki puncak antara panjang gelombang nm, sedangkan senyawa poli aromatik juga memiliki puncak antara panjang gelombang nm. Pemisahan dapat terjadi dengan baik pada fasa gerak heksana atau dikloro metana, sedangkan apabila kedua fasa gerak digabungkan tidak terjadi pemisahan. Dikloro metana yang cenderung polar lebih cepat mengelusi senyawa hidrokarbon monoaromatik yang relatif lebih polar dibanding poliaromatik. Sebaliknya fasa gerak heksana yang cenderung non polar lebih cepat mengelusi senyawa hidrokarbon poli aromatik yang cenderung lebih non polar. Selain itu juga akan terjadi interaksi antara fasa diam dan fasa gerak. Interaksi optimum antara molekul sampel dan permukaan fasa diam terjadi jika gugus fungsi sampel cocok tepat dengan bagian fasa gerak, seperti tangan dengan sarung tangan. Mencari kondisi optimum KCKT untuk analisis senyawa BTEX Pengembangan KCKT dimulai dengan pemilihan detektor dan kolom. Jenis detektor yang dapat dipakai dalam penelitian ini adalah detektor ultra violet pada panjang gelombang 254 nm, karena pada panjang gelombang tersebut senyawa BTEX yang dianalisis menyerap sinar ultra violet secara maksimal, sedangkan fasa gerak metanol dan air tidak memberikan serapan. Selain itu detektor UV Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

6 bersifat selektif, artinya hanya merespon senyawa yang menyerap sinar ultra violet saja. Detektor UV pada 254 nm menghasilkan respon yang linier dengan konsentrasi dan waktu mati sel cukup rendah. Sedangkan kolom yang digunakan adalah kolom C 18 yang bersifat non polar, karena sampel yang akan dianalisis bersifat polar. Sehingga sampel tidak terlalu lama tertahan dalam kolom dan cepat terelusi. Agar tetap terjadi pemisahan dengan efisiensi kolom yang tinggi, digunakan kolom yang panjangnya 25 cm. Untuk mendapatkan parameter percobaan yang optimal, maka komposisi fasa gerak divariasikan Fasa gerak memegang peranan yang penting dalam pemisahan analit, karena migrasi analit diatur oleh interaksi fasa gerak dan fasa diam. Kekuatan relatif interaksi ini ditentukan oleh perbedaan kekuatan gaya intermolekuler yang ada atau secara umum polaritas dari sampel, fasa diam dan fasa gerak. Migrasi analit terjadi karena adanya kompetisi antara fasa gerak dan analit untuk dapat terikat pada sisi-sisi aktif fasa diam. Fasa gerak yang dialirkan secara terus -menerus diharapkan akan dapat terikat pada fasa diam setelah mendesak analit dari ikatannya. Analit yang terusir akan ikut bergerak bersama dengan sebagian fasa gerak yang sedang mengalir. Fasa gerak yang dipakai dalam penelitian ini adalah campuran metanol dan air, yang bersifat polar, karena senyawa yang akan dipisahkan juga bersifat polar. Sehingga diharapkan senyawa yang akan dipisahkan tidak terlalu lama tertahan dalam kolom. Apabila polaritas fasa diam sama dengan fasa gerak, akibatnya interaksi antara sampel dengan kedua fasa sama. Apabila ini terjadi maka pemisahan menjadi kurang baik. Besaran dasar kromatografi dari kromatogram yang didapatkan disusun dalam tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Hasil Perhitungan Besaran Dasar Kromatografi A. Fasa gerak metanol. Besaran Dasar Kromatografi t R (menit) k N a R s Benzena 2,34 0, Toluena 2,71 0, ,09 2,07 Etyl Benzena 2,90 0, ,07 1,37 Xylena 3,16 0, ,09 2,18 B. Fasa gerak metanol-air (9:1) Besaran Dasar Kromatografi tr (menit) k N a Rs Benzena 3,04 0, Toluena 3,42 0, ,40 2,32 Etyl Benze na 3,73 0, ,23 2,04 Xylena 3,97 0, ,14 1,44 C. Fasa gerak metanol-air (8:2) Besaran Dasar Kromatografi t R (menit) k N a R s Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

7 Benzena 3,52 0, Toluena 4,21 1, ,45 3,97 Etyl Benzena 4,87 1, ,30 3,35 Xylena 5,26 1, ,13 1,73 D. Fasa gerak metanol-air (7:3). Besaran Dasar Kromatografi tr (menit) k N a Rs Benzena 4,82 1, Toluena 6,54 2, ,60 5,63 Etyl Benzena 8,57 3, ,44 5,84 Xylena 9,43 3, ,13 2,01 Keterangan : t R = waktu retensi, k = faktor kapasitas, N = efisiensi kolom, a = selektivitas, Rs = resolusi Pengaruh penambahan air pada fasa gerak terhadap faktor kapasitas dapat dilihat pada gambar 1. Dengan menggunakan fasa gerak metanol murni ternyata harga faktor kapasitas di bawah satu. Hal ini menunjukkan elusinya sangat cepat berlangsung, artinya spesi tersebut ditahan sedikit oleh kolom dan terelusi dekat puncak spesi yang tidak teretensi. Penambahan air sampai 10 % masih didapatkan harga faktor kapasitas kurang dari satu. Pada penambahan air sampai 20 % senyawa benzena dan toluena masih mempunyai harga di bawah satu, sedangkan senyawa etil benzena dan xilena sudah berharga di atas satu. Baru pada penambahan air sebesar 30 %, faktor kapasitas untuk seluruh senyawa BTEX lebih dari satu. Harga faktor kapasitas kurang dari satu mengakibatkan waktu retensi sulit diukur dengan cermat dan pemisahan menjadi kurang baik. Faktor kapasitas yang terlalu tinggi menyebabkan waktu analisis terlalu lama, sehingga pelarut yang digunakan juga terlalu banyak. Faktor kapasitas yang baik terletak antara Karena pada harga tersebut harga faktor kapasitas memberikan pengaruh yang besar terhadap kenaikan resolusi. k' B T E X % Air Gambar 1. Pengaruh penambahan air dalam fasa gerak terhadap faktor kapasitas dari senyawa BTEX. B = benzena; T = toluena; E = etil benzena; X = xilena. Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

8 Faktor selektivitas juga mempengaruhi harga resolusi antara dua puncak, walaupun tidak sebesar pengaruh faktor kapasitas. Faktor selektivitas merupakan perbandingan faktor kapasitas dua puncak yang berturutan. Secara umum, semakin tinggi prosentase air yang ditambahkan dalam fasa gerak, semakin tinggi pula harga faktor selektivitas. Untuk fasa gerak metanol murni harga faktor sele ktivitas senyawa toluena terhadap benzena 1,09; etil benzena terhadap toluena 1,07; dan antara xilena terhadap etil benzena 1,09. Dari data ini dapat terlihat bahwa harga faktor selektivitas masih cukup rendah sehingga resolusi yang didapatkan juga kurang baik. Untuk penambahan 10 % air pada fasa gerak, faktor selektivitas semakin meningkat, sehingga resolusi antara senyawa- senyawa BTEX semakin baik. Penambahan air sebanyak 20 % dan 30 %, faktor selektivitas semakin meningkat, kecuali antara senyawa xilena dan etil benzena. Faktor selektivitas antara senyawa xilena dan etil benzena pada penambahan prosentase air cenderung konstan. Secara umum pengaruh faktor selektivitas terhadap resolusi dapat dilihat pada gambar 2. α B/T T/E E/X % Air Rs B/T T/E E/X % Air Gambar 2. Pengaruh penambahan air dalam fasa gerak terhadap faktor selektivitas senyawa BTEX.(kiri). Pengaruh penambahan air dalam fasa gerak terhadap resolusi (R s ) senyawa BTEX (kanan) B/T toluena terhadap benzena; T/E etil benzena terhadap toluena; E/X xilena terhadap etil benzena. Resolusi antara senyawa-senyawa benzena dan toluena serta antara senyawa toluena dan etil benzena meningkat cukup tinggi dengan penambahan air pada fasa gerak. Sedangkan resolusi antara senyawa xilena dengan etil benzena, peningkatannya tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan resolusi antara senyawa benzena dan toluena serta antara senyawa toluena dan etil benzena dipengaruhi oleh faktor kapasitas dan faktor selektivitas, sedangkan resolusi antara senyawa etil benzena dengan xilena hanya dipengaruhi faktor kapasitas. Dengan demikian fasa gerak metanol-air dengan perbandingan 7 : 3 dapat digunakan untuk analisis senyawa BTEX, karena menghasilkan faktor kapasitas antara 1 10 dan resolusi yang cukup baik yaitu di atas 2,0. Kinerja analitik dari suatu metoda merupakan ukuran layak atau tidaknya suatu metoda digunakan untuk analisis sampel tertentu. Kajian kinerja analitik meliputi kebolehulangan waktu Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

9 retensi, kurva kalibrasi, kepekaan dan limit deteksi. Kebolehulangan waktu retensi dihitung secara statistik untuk mendapatkan simpangan baku (SD) dan koefisien variansi (K v ). Semakin kecil harga K V suatu pengukuran, maka semakin tepat kebolehulangannya. Dalam penelitian ini standar deviasi dan koefisien variansi dari 9 kali pengukuran dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 3. Standar Deviasi dan Koefisien Variansi dari waktu retensi Senyawa Benzena Toluena Etil benzena Xilena SD 0,126 0,249 0,245 0,296 K V (%) 2,267 4,458 4,391 5,306 Tabel diatas menunjukkan bahwa pengukuran senyawa benzena, toluena dan etil benzena memiliki kebolehulangan waktu retensi yang baik karena harga K V lebih kecil dari 5 %. Sedangkan pengukuran senyawa xilena memiliki kebolehulangan waktu retensi yang kurang baik. Kurva kalibrasi dapat digunakan untuk mengetahui batas linier dari suatu pengukuran. Kurva kalibrasi dibuat dengan cara membuat kromatogram larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Luas puncak yang dihasilkan masing-masing senyawa dialurkan dengan konsentrasi sehingga didapatkan kurva yang berupa garis lurus. Kurva kalibrasi yang didapatkan memberikan harga linier pada konsentrasi larutan standar senyawa BTEX sampai 0,5 ppm. Dari kurva kalibrasi didapatkan persamaan garis lurus y = 0,604x + 0,024 dan koefisien korelasi 0,996 untuk benzena; y =0,992x 0,049 dan koefisien korelasi 0,999 untuk toluena; y = 0,907x + 0,160 dan koefisien korelasi 0,998 untuk etil benzena; serta y = 0, ,192 dan koefisien korelasi 0,998 untuk xilena. luas puncak x B T E X Linear (X) konsentrasi(ppm) Gambar 4. Kurva kalibrasi senyawa BTEX. B = benzena, T=toluena, E=etil benzena, X= xilena Kepekaan adalah besarnya konsentrasi yang menghasilkan luas puncak minimum. Kepekaan dihitung melalui persamaan y = A + Bx, dimana y adalah luas puncak dari kromatogram, x adalah konsentarsi, A adalah konstanta, dan B adalah koefisien regresi. Dalam penelitian ini harga y sama dengan 1000 (yaitu minimum area, yang berarti puncak yang muncul dibawah 1000 dianggap noise) sehingga x = Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

10 kepekaan (S) dapat dihitung. Dari hasil perhitungan didapatkan kepekaan untuk benzena 0,017; toluena 0,010; etil benzena dan xilena 0,011. Limit deteksi digunakan untuk mengetahui konsentrasi terkecil yang masih dapat terukur oleh detektor. Sehingga dapat dibedakan antara noise dengan signal instrumen. Limit deteksi ditentukan pada kondisi optimum pengukuran. Mula-mula dibuat larutan standar dari masing-masing senyawa BTEX. Selanjutnya untuk memperoleh limit deteksi diinjeksikan campuran senyawa BTEX standar, dengan konsentrasi yang semakin lama semakin kecil. Pengukuran limit deteksi dilakukan pada saat konsentrasi terkecil larutan standar masih memberikan luas puncak yang dapat dideteksi oleh integrator dan mempunyai keberulangan yang baik. Pada penelitan ini limit deteksi ditentukan dari harga 3 kali perbandingan tinggi signal dengan tinggi noise. Harga limit deteksi ditentukan dari larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm dan dilakukan tiga kali berturut-turut. Dari hasil perhitungan didapatkan limit deteksi senyawa benzena 214 ppb, toluena 136 ppb, etil benzena dan xilena 150 ppb. Analisis sampel sedimen Pada penelitian ini dilakukan analisis sampel sedimen dan sampel sedimen yang di-spike dengan senyawa standar BTEX dengan konsentrasi tertentu, untuk mengetahui prosentase perolehan kembali. Hasil analisis senyawa BTEX dalam sampel sedimen menunjukkan bahwa benzena 766,62 µg/g; toluena 1944,09 µg/g; dan etil benzena 2424,98 µg/g. Hasil analisis sampel sedimen setelah dispike dengan senyawa standar benzena 1829,69 µg/g; toluena 3139,79 µg/g; etil benzena 5050,28 µg/g; dan xilena 2700,61 µg/g. Prosentase perolehan kembali yang didapatkan cukup tinggi, yaitu % untuk benzena; 95,66 % untuk toluena; 84,01 % untuk etil benzena; dan 86,42 untuk xilena. Hasil perolehan kembali di bawah 100 % menunjukkan adanya kehilangan senyawa-senyawa yang akan dianalisis selama pengerjaan sampel. Kemungkinan terbesar kehilangan tersebut terjadi pada waktu pemekatan sampel menggunakan evaporator, dimana sampel yang akan dianalisis ikut menguap bersama pelarut yang dipekatkan. Selain itu ada kemungkinan proses safonifikasi kurang lama sehingga belum semua senyawa yang akan dianalisis terekstraksi ke dalam metanol. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa larutan KOH 0,5 N dalam metanol dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa hidrokarbon dari sampel sedimen limbah minyak. Untuk memisahkan senyawa-senyawa hidrokarbon dengan garam-garam kalium dan metil ester dari asamasam lemak dilakukan ekstraksi dari metanol ke dalam heksana. KCP dengan fasa diam alumina-gel silika (1:1), dan fasa gerak dikloro metana da pat digunakan untuk memisahkan senyawa hidrokarbon aromatik dari yang lainnya. KCP dengan fasa diam alumina, fasa gerak dikloro metana atau heksana dapat digunakan untuk memisahkan senyawa hidrokarbon mono aromatik dari poli aromatik. Metoda Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

11 KCKT dengan kolom C 18 panjang 25 cm, fasa gerak metanol-air 7:3, teknik deteksi UV pada 254 nm, dapat digunakan untuk menganalisis senyawa BTEX dalam sampel sedimen. Prosentase perolehan kembali yang didapatkan untuk benzena 85,05 %, toluena 95,66 %, etil benzena 84,01 %, dan xilena 86,42%. Daftar Pustaka 1. Bennett, B. and S.R. Larter, Quantitative Separation of Aliphatic and Aromatic Hydrocarbons Using Silver Ion-Silica Solid-Phase Extraction, Anal. Chem, 72, 2000, Hilpert, L.R., May, W.E., Wise, S.A., Chester, S.N., and Hertz, H.S., Interlaborartory Comparison of Determinations of Trace Level Petroleum Hydrocarbons in Marine Sediments, Anal. Chem., 50, 1978, Miller, J.C. & Miller, J.N., Statistics for Analytical Chemistry, 3 rd, Ellis Horwood Limited, London, Peter A. Sewell & Brian Clarke, Chromatographic Separation, John Wiley & Sons, New York, Slamet Ibrahim S, Pengembangan Metoda Analisis Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Bandung, 1998, Seminar Nasional Penelitian dan Pendidikan Kimia, 9 Oktober

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Sintesis dan Karakterisasi Resin Pengkhelat Sintesis resin pengkhelat dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik retensi ion logam Cu 2+ pada resin PSDVB-NN. Untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1*, Ibrahim Arifin 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI AVIE FUROHMA PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

Analisis Fisiko Kimia

Analisis Fisiko Kimia Analisis Fisiko Kimia KROMATOGRAFI Oleh : Dr. Harmita DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan mengganggu kehidupan organisme di

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Kromatografi

Nama Mata Kuliah : Kromatografi Nama Mata Kuliah : Kromatografi Kode/SKS : 2602/2SKS Prasarat : Kimia Analitik II Dan Kimia Organik II Status Mata Kuliah : Wajib Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah kromatografi merupakan mata kuliah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yang terletak di Lantai 3 Gedung Kimia bagian Utara. 3.1 Peralatan

Lebih terperinci

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC HPLC adalah produk mutakhir kromatografi yang banyak diminati untuk keperluan analisis ataupun preparatif.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman KROMATOGRAFI PENDAHULUAN Analisis komponen penyusun bahan pangan penting, tidak hanya mencakup makronutrien Analisis konvensional: lama, tenaga beasar, sering tidak akurat, tidak dapat mendeteksi pada

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah HPLC Merupakan teknik pemisahan senyawa dengan cara melewatkan senyawa melalui fase diam (stationary phase) Senyawa dalam kolom tersebut akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Nyamuk merupakan serangga yang dapat mengancam kesehatan manusia, karena dapat menjadi vektor berbagai penyakit, antara lain malaria dan demam berdarah. Saat ini, wilayah penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI YANTI TANUWIJAYA 10703008 PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI

Lebih terperinci

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 5 gram limbah minyak hasil pengadukan dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCBAAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat, mengisolasi dan mengkarakterisasi derivat akrilamida. Penelitian diawali dengan mereaksikan akrilamida dengan anilin sulfat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di Laboratorium Biomasa Terpadu Universitas Lampung. 3.2. Alat dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon lapis tipis bismut yang dimodifikasi dengan silika dikarakterisasi di larutan elektrolit pendukung

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram EFISIENSI KOLOM Pertemuan 3 Bentuk-bentuk kromatogram - Linier (simetris, bentuk gaus), ideal (puncak sempit) - Tidak linier dan tidak ideal C S C S C S K = C S /C m K > C K < CS /C S /C m m C m C m C

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Uji fitokimia kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) Pada uji fitokimia terhadap kulit batang Polyalthia sp (DA-TN 052) memberikan hasil positif terhadap alkaloid,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Kata Kunci : kromatografi gas, nilai oktan, p-xilena, pertamax, pertamax plus.

Kata Kunci : kromatografi gas, nilai oktan, p-xilena, pertamax, pertamax plus. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 ANALISIS KANDUNGAN p-xilena PADA PERTAMAX DAN PERTAMAX PLUS DENGAN TEKNIK KROMATOGRAFI GAS (GC-PU 4600)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN RINGKASAN Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Analisis Andrografolida dalam Bahan Baku dan Tablet Fraksi Etil Asetat Andrographis paniculata Pada pengembangan produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

Hukum Kesetimbangan Distribusi

Hukum Kesetimbangan Distribusi Hukum Kesetimbangan Distribusi Gambar penampang lintang dari kolom kromatografi cair-cair sebelum fasa gerak dialirkan dan pada saat fasa gerak dialirkan. 1 Di dalam kolom, aliran fasa gerak akan membawa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

MODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE

MODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE MODIFIKASI RESIN Ca-ALGINAT DENGAN ABU JERAMI PADI SEBAGAI MATERIAL PENGISI KOLOM PADA TAHAPAN PRAKONSENTRASI ANALISA ION Mn (II) SECARA OFF- LINE Adhi Surya Pranata, Bohari Yusuf, Aman Sentosa Panggabean

Lebih terperinci

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL ABSTRAK POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL Produksi minyak bumi mengalami penurunan berbanding terbalik dengan penggunaannya yang semakin meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 007 tahun 2012 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari 2018 5 PENETAPAN KADAR KALUM SORBAT DALAM KEJU KEMASAN DENGAN METODE KROMATOGRAF CAR KNERJA TNGG (KCKT) Rizki manda 1, Nofita 2, Ade Maria Ulfa 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENETAPAN KADAR KOFEIN DALAM MINUMAN BERNERGI YANG BEREDAR DI PASARAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Afdhil Arel 1), B.A. Martinus 1), Romi Nofiandri 1) 1) Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 Oleh : Mohammad Khoirudin Alfan Nrp. 3307100080 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah T, MAppSc NIP 195307061984032004

Lebih terperinci

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis secara kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau kecepatan seperti digambarkan dalam

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ANALISIS SENYAWA KARSINOGENIK NITROSODIETILAMIN (NDEA) PADA IKAN SARDEN KEMASAN KALENG DENGAN EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION-HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY SKRIPSI INDAH LESTARI SETIOWATI

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

Kelompok 2: Kromatografi Kolom Kelompok 2: Kromatografi Kolom Arti Kata Kromatografi PENDAHULUAN chroma berarti warna dan graphien berarti menulis Sejarah Kromatografi Sejarah kromatografi dimulai sejak pertengahan abad ke 19 ketika

Lebih terperinci

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Prinsip Kerja Kromatografi Kolom Didasarkan pada absorbsi komponen2 campuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography) Kromatografi DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara

Lebih terperinci