STUDI TEKNO EKONOMI DESALINASI PLTN TIPE PWR DI PULAU BATAM KEPULAUAN RIAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI TEKNO EKONOMI DESALINASI PLTN TIPE PWR DI PULAU BATAM KEPULAUAN RIAU"

Transkripsi

1 STUDI TEKNO EKONOMI DESALINASI PLTN TIPE PWR DI PULAU BATAM KEPULAUAN RIAU Budiarto 1, Sunardi 1, Bambang Galung 2, Bandi Parapak 3 1, BATAN, Jakarta 2 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Tangerang, Banten 3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, BATAN, Tangerang, Banten ABSTRAK STUDI TEKNO EKONOMI DESALINASI PLTN TIPE PWR DI PULAU BATAM KEPULAUAN RIAU. Studi tekno ekonomi desalinasi untuk membandingkan biaya antara sistem pembangkit daya berkopel dengan instalasi desalinasi di pulau Batam dengan program DEEP 3.1 dari IAEA telah dilakukan. Data input diambil dari Badan Pengusahaan Batam untuk air bersih dan listrik dari PT.PLN Batam. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PLTN ukuran kecil sekitar 200 MWe yang di kopel dengan instalasi desalinasi air laut sangat bersaing untuk dipilih dalam program penyediaan energi dan air dimasa yang akan datang. Untuk ukuran instalasi desalinasi kapasitas m 3 /hari yang di kopel dengan kapasitas 200 MWe PLTN tipe PWR menunjukkan bahwa harga air tanpa biaya transport dengan pipa adalah US $ 0,5655/m 3, harga listrik tertinggi US $ 0,038/ Kw-h, biaya konstruksinya adalah US $ 1700/KW dan investasi total untuk instalasi desalinasinya tipe Reverse Osmosis adalah US $ 17,1 juta. Sedangkan PLTU-batubara daya 200 MWe menunjukkan harga air tanpa biaya pipanisasi adalah 0,7519 US$ / m 3, harga listrik tertinggi adalah 0,117 US$/KW-h. Biaya konstruksi spesifik untuk daya 200 MWe lebih rendah yaitu US$/KW dan biaya total investasi instalasi desalinasinya untuk Reverses Osmosis nilainya sama dengan PLTN yaitu US $ 17,1 juta. Perbandingan pembangkit 200 MWe PLTU-batubara, PLTN jenis PWR 200 MWe, dan Hight Temperature Gase Reactor (HTGR) 225 MWe juga menunjukkan bahwa varian nuklir sangat bersaing, memasukkan pajak CO2 pada pembangkit energi fosil akan menghasilkan harga tertinggi listrik dan air sangat mahal. Khususnya bila harga minyak dan gas bumi, di dunia sangat mahal untuk program energi dimasa depan Kata kunci : PLTN, PWR, Tekno ekonomi, Desalinasi, Program DEEP 3.1 ABSTRAK THE STUDY OF TECHO ECONOMIC BY DESALINATION OF PLTN TYPE PWR ON PULAU BATAM KEPULAUAN RIAU. The Study of techno economic desalination for compare the cost between power plant system coupled by desalination plant on Batam island has been done by using DEEP 3.1 program released by IAEA. The input data from Management Batam of Agency, for water and electrical by PT.PLN Batam. The results of calculation shows that the medium size 200 Nuclear power plant coupling to desalination plant was very competitive to be selected in providing energy and water supply program. For desalination installation size capacity (reverse Osmosis type) m 3 /day coupled by 200 MWe of PLTN type PWR shows that the water cost without water transport would be US $ 0,5655/m 3, levelized electricity cost is US $ 0,038/Kw-h, construction cost is US $ 1700/KW and total investment for RO desalination plant is US $ 17,1 M. Whereas of power PLTU coal 200 MWe hows that the water cost without water transport would be US $ 0,7519/m 3, levelized electricity cost is US $ 0,117/KW-h. The construction cost is US $ 1.300/KW and total investment for RO desalination plant the same is US $ 17,1 M. The comparison of power plant 200 MWe PLTU-coal, PLTN type PWR 200 MWe, and Hight Temperature Gase Reactor (HTGR) 225 Mwe, also shows that variant of nuclear was very competitive, put into of CO2 tax on fossil power ISSN

2 plant resulting levelized electricity and water cost very expensive. Especially when world market price of oil/ gas to be expensive for the future energy program. Keywords : PLTN, PWR Techno ekonomic, Desalination, Program DEEP PENDAHULUAN Pemanfaatan teknologi nuklir sebagai sumber pembangkit energi listrik dan penyedia sumber air bersih dengan menyuling air laut menjadi air tawar mendapatkan peluang besar di Indonesia. Karena tidak dapat dipungkiri saat ini Indonesia sudah mengalami kekurangan energi listrik dan ketersediaan air bersih di berbagai daerah. Pulau Batam yang merupakan salah satu potensi bagi Indonesia dalam menarik investor asing adalah salah satu pulau yang memiliki permasalahan dalam penyediaan air bersih, sumber air baku didapatkan dengan membangun waduk-waduk yang tersebar di beberapa kecamatan dengan mengandalkan air hujan, berbeda dengan Malaysia negara ini sudah mencatat keberhasilan dalam mengamankan persediaan air baku. Negara jiran ini bahkan sudah mampu memasok air bersih kepada Singapura dari Johor Baru sekitar 750 juta liter per hari. Berdasarkan grafik pertumbuhan penduduk pulau Batam dari tahun 2000 yang berjumlah jiwa sampai tahun 2008 yang berjumlah , maka dapat diambil ratarata besar kenaikan pertumbuhan penduduk setiap tahun mencapai sekitar 7%. [1] Dari data tersebut dapat ditarik proyeksi pertumbuhan penduduk sampai tahun 2018 dengan asumsi kenaikan rata-rata pertambahan jumlah penduduk sekitar 5% (di bawah rata-rata kenaikan pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2000 sampai tahun 2008), maka diprediksi jumlah penduduk kota Batam pada tahun 2018 berjumlah sekitar jiwa. Dengan jumlah tersebut, maka volume air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk kota Batam adalah jiwa X 144 liter/hari = liter/hari atau ,504 m 3 /hari (Kebutuhan satu orang per hari mengkonsumsi air rata-rata 144 liter, data Ditjen Cipta Karya, Dep.PU, Tahun 2006). Dengan total kapasitas penyediaan air bersih kota Batam (pasokan) sekitar ,758 m 3 /hari dan tidak ada rencana pengembangan penyediaan air bersih sampai tahun 2018, maka di prediksi pada tahun 2018 kota Batam akan mengalami kekurangan air bersih sekitar ,746 m 3 /hari yang akan dipasok oleh pemerintah dan swasta. Pulau Batam yang memiliki letak geografis berdekatan dengan Singapura sudah waktunya untuk memikirkan mengekspor air bersih kesana seperti yang sudah dilakukan oleh Malaysia. Pulau Batam adalah salah satu kotamadya di Provinsi Kepulauan Riau. Pusat kotanya terkenal dengan istilah Batam Center. Pulau ini memiliki luas wilayah 415 km² dan berpenduduk sampai dengan bulan Juni 2006 sebanyak jiwa, terdiri atas 9 kecamatan dan merupakan zona ekonomi istimewa, karena berada di seberang Singapura dan terletak di jalur pelayaran internasional, pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki luas wilayah daratan sebesar 715 kilometer persegi atau sekitar 115 % dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1,570,35 kilometer persegi, dibawah ini adalah peta pulau Batam. Dilihat dari letak geogafisnya kota Batam di kelilingi oleh lautan, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan sumber air bersih dari mata air tanah, kota Batam memanfaatkan air hujan yang ditampung di beberapa waduk yang terdapat di beberapa kecamatan sebagai sumber air baku untuk keperluan penduduk, instansi pemerintah/swasta serta sektor industri. Pertumbuhan ekonomi Pulau Batam yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional, menjadikan wilayah ini sebagai wilayah andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Propinsi Kepulauan Riau. Beragam sektor penggerak ekonomi meliputi sektor komunikasi, sektor ISSN

3 listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa merupakan nadi perekonomian pulau Batam yang tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat pulau Batam dan Indonesia, tetapi juga merupakan komoditas ekspor untuk negara lain. Keberadaan kegiatan perekonomian di kota ini juga dalam rangka meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu pendirian kawasan industri yang berstandar internasional yang secara tepat didesain untuk mengakomodasi kelompok industri pada suatu tempat berdasarkan keterkaitan dan efisiensi yang lebih besar. Alternatif pengelompokan lokasi industri yang potensial dikembangkan berdasarkan negara, misalnya kawasan industri Jepang, Korea, Eropa dan lain-lain atau berdasarkan jenis industri yang saling terkait misalnya kawasan industri barang elektronik, dimana berkumpul industri komponen elektronik, industri plastik, industri packaging dan industri-industri komponen pendukung lainnya. Berdasarkan gambaran di atas maka sangat perlu dan sudah saatnya dikaji suatu teknologi baru yang murah, kompetitif dan berwawaskan lingkungan untuk menyelesaikan permasalahan pasokan air bersih dan energi listrik di pulau Batam. Pada saat ini telah dikembangkan reaktor daya nuklir kogenerasi dengan efisiensi termal meningkat menjadi dua kali lipat dari pembangkit daya konvensional atau nuklir yang sekarang banyak beroperasi. Jepang memperkirakan reaktor ini akan dapat beroperasi dengan efisiensi termal efektif 80%. Bahkan secara teoritis, efisiensi tersebut masih akan dapat ditingkatkan lagi. Peningkatan efisiensi termal pembangkit daya akan berpengaruh besar pada lingkungan karena energi panas yang dibuang ke lingkungan akan menjadi lebih kecil. Instalasi pembangkit daya yang sekarang beroperasi rata-rata mempunyai efisiensi termal lebih kurang 30%, jadi 70% energi panasnya akan dibuang ke lingkungan, yang pada akhirnya akan menyumbang pemanasan global dengan konsekuensi kekacauan cuaca dunia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2025, sekitar 33% penduduk dunia atau sekitar 1,8 milyar orang akan tinggal di negara atau daerah tanpa tersedia air yang cukup kalau tidak dipikirkan adanya instalasi desalinasi air laut. [4] Di beberapa daerah kecepatan pemakaian air telah melebihi kecepatan pengisiannya, dan di Indonesia pada musim kemarau krisis air yang hebat telah terjadi di beberapa daerah, khususnya di pulau Batam dan di Nusa Tenggara Timur. Reaktor Nuklir telah dipakai untuk desalinasi air laut untuk proyek yang relatif kecil. Pengalaman operasi 150 reaktor-tahun dengan desalinasi air laut menggunakan nuklir telah dilakukan di dunia. Delapan reaktor nuklir yang di kopel dengan proyek desalinasi air laut sekarang ini telah beroperasi di Jepang. India telah hampir menyelesaikan satu unit contoh instalasi desalinasi air laut yang dikopel dengan nuklir dan demikian pula dengan Pakistan telah memulai proyek yang sama. Namun demikian, sebagian besar instalasi desalinasi air laut yang beroperasi di dunia sekarang ini memakai bahan bakar fosil dengan emisi gas CO2 yang menyertainya dan gas gas lain. Menaikkan pemakaian bahan bakar fosil untuk proses pembangkitan energi seperti instalasi desalinasi air laut skala besar bukanlah opsi jangka panjang yang berkelanjutan jika dipandang dari keterkaitannya dengan dampak lingkungan. Oleh karena itu sumber energi utama untuk instalasi desalinasi dimasa depan adalah reaktor nuklir yang mampu memberikan sejumlah energi yang sangat besar yang diperlukan untuk proyek desalinasi skala besar. [2,4] Sampai tahun 2002, lebih dari unit instalasi desalinasi skala industri telah dipasang atau dikontrakkan. Instalasi desalinasi ini diperkirakan mempunyai kapasitas total 8.5 milyar gallon/hari yang terdiri dari 3.5 milyar gallon/hari desalinasi air payau dan 5 milyar gallon/hari desalinasi air laut. [8] Bila opsi nuklir dipilih, maka pemilihan instalasi desalinasi sangat tergantung pada tipe reaktor dan pemakaian akhir dari produk airnya, apakah untuk air minum, air industri ISSN

4 dan air untuk komersial lainnya. Instalasi desalinasi thermal apakah Multi Stage Flash (MSF) atau Multi Effect Destilation (MED) memberikan produk air murni yang langsung dapat dipakai untuk air proses. Reverse Osmosis (RO) menghasilkan air dengan kualitas air minum sesuai standar WHO. [1,3] Program DEEP 3.1 yang dikeluarkan IAEA dapat dipakai untuk menghitung harga air dan energi baik untuk tujuan pembangkitan sendiri maupun untuk tujuan dikopel dengan instalasi desalinasi air laut. DEEP adalah paket perangkat lunak untuk perbandingan ekonomi instalasi desalinasi air laut, termasuk opsi nuklir. Keluaran dari perhitungan meliputi harga air dan energi tertinggi, perincian komponen biaya, konsumsi energi dan energi netto listrik yang bisa dijual untuk setiap opsi yang dipilih. Pembangkit energi tertentu di model dengan pengaturan data input termasuk rancangan tenaga, parameter siklus tenaga dan biayanya. Sistim desalinasi di model agar sesuai dengan standar air minum yang dikeluarkan WHO (World Health Organization). [4] 2. METODOLOGI 2.1. Penyiapan data Input untuk Program DEEP 3.1. Untuk menghitung perbandingan biaya instalasi desalinasi air laut yang dikopel dengan nuklir atau fosil, data input yang akan dipakai oleh program DEEP 3.1 harus disiapkan dengan memakai langkah sbb: [4] a. Buka file spread sheet program DEEP 3.1 b. Klik file untuk menyusun case baru (new case) dari file template yang disediakan oleh DEEP 3.1 c. Pilih tipe konfigurasi kopling dari template apakah NSC-MD; NSC-MD-RO. d. Masukkan semua data yang diperlukan pada template file terpilih supaya program DEEP 3.1 menghitung dan memberikan hasil yang teliti. Data yang harus dimasukkan tergantung pada tipe template yang akan dipakai misalnya: kalau tipe kopling menggunakan konfigurasi NSC-MD: i. Case identification dan site Characteristics. ii. Parameter data input teknis. iii. Parameter data input ekonomi iv. Exhange data yang dipakai dalam input, Full Iinput, Summary, Full report dan CP Sheet. v. Data modul Fosil atau nuklir seperti misalnya: -Base power plant performance data -Energy plant cost data -Singgle purpuse plant performance -Power plant cost for economic evaluation. vi. Distillation Plant Module data/definition: -Distillation performance data -Water transport input data -Distillation plant cost data -Distillation plant performance. -Economic evaluation e. Setelah selesai memasukkan data input pada file yang dipilih, klik NEW CASE pada DEEP open file. f. Bila New Case telah di klik konfigurasi berikut dari program DEEP 3.1 akan di tunjukkan. [4] ISSN

5 g. Untuk memerintahkan program DEEP 3.1 menghitung,data yang harus di masukkan pada tampilan NEW CASE diatas adalah: 1. Nama File dari Proyek dan nama Case-nya. 2. Kapasitas total dari instalasi airnya. 3. Data input dari pembangkit energy ( thermal dan net electric power), dan specific construction cost ( $/KW) 4. Salinitas dari air laut (Tds, ppm) dan interest yang dipakai untuk perhitungan (5% atau 8%). 5. Distillation plant data input: Maximum brine temperature, heating steam temperature, and specific construction cost (disediakan oleh DEEP). 6. Konfigurasi kopling diantara sumber energi dan teknologi desalinasi terpilih seperti ditunjukkan dalam case input form, apakah memakai nuklir steam turbin, nuklir gas turbin, panas nuklir, steam cycle turbine, steam cycle oil gas turbine/grsg, Fossil heat atau Renewable heat dst. 7. Memasukkan data Distillation Plant Data atau Reverse Osmoses Plant Data. 8. Pipeline transport option (kalau dipakai), 9. Carbon tax option (kalau dipakai dalam perhitungan) 10. Nama File 11. Klik OK bila semua data telah dimasukkan. h. Bila DEEP 3.1 telah selesai menghitung, hasil dapat dilihat dalam kotak Show case Result. Case file yang dihasilkan oleh perhitungan DEEP dapat juga dilihat dalam kotak VIEW CASE. i. Apabila data input akan diubah karena ada kesalahan selama penyiapan data, DEEP 3.1 melengkapi dirinya dengan EDIT INPUT DATA. Klik kotak edit input data untuk melakukan editing pada input. Jika seandainya gagal untuk melakukan editing data dari kotak Edit Input Data, maka pemakai harus kembali ke complete file data input yang telah di siapkan ( di run) sebelumnya. Semua data yang salah harus di periksa satu per satu, dan akhirnya instruksikan DEEP untuk melakukan perhitungan kembali Assumsi dan Batasan pada Perhitungan DEEP 3.1 Beberapa asumsi yang diambil dan karakteristik kunci /batasan yang ada di dalam DEEP untuk melakukan perhitungan adalah sbb: 1. Instalasi desalinasi untuk sesuatu kapasitas dibuat untuk beberapa unit ukuran kecil. Ukuran yang dipakai dalam perhitungan DEEP adalah perkalian m 3 /hari sampai maksimum m 3 /hari untuk tipe distilasi, dan , m 3 /hari, dan m 3 /hari untuk hibrid. [2,4] 2. Untuk desalinasi dengan tipe Reverse Osmosis, DEEP menghitung biayanya dengan konfigurasi Stand alone (berdiri sendiri) dan contiguous (berdampingan). Untuk desalinasi dengan contiguous suhu air masuk ke sistim reverse ormosis dapat dinaikkan untuk menyesuaikan dengan pemakaian keluaran air pendingin kondensor sebagai air umpan ke reverse osmosis. Kenaikan suhu air umpan dapat menaikkan kinerja membran tetapi tidak merubah kecepatan produksi air atau biaya air. 3. Discount rate (bunga bank) yang diasumsikan dalam program DEEP untuk kajian ekonomi dari instalasi desalinasi adalah sama dengan discount rate untuk pembangkit energinya. Ini mungkin asumsi secara total kurang sempurna dalam kasus-kasus tertentu dimana biaya untuk pembangkit energi jauh lebih tinggi dari instalasi desalinasinya, dan waktu konstruksi yang lebih pendek untuk instalasi desalinasinya. Untuk perhitungan ini diambil discount rate 8% untuk evaluasi. [2] ISSN

6 4. Biaya air terhitung oleh DEEP didasarkan pada metode constant money levelized cost. 5. Dalam kasus MED dan MSF, suhu maksimum garam dalam programdeep di set pada suhu 70 0 C atau lebih tinggi, sesuai dengan instruksi dalam manual DEEP. [2,4,6] 6. Untuk tujuan perhitungan ini, rata-rata salinitas laut di Madura adalah ppm. 7. Untuk pertimbangan lingkungan dan untuk mengerti dampak biaya air yang dihasilkan pajak CO2 telah ditambahkan pada pembangkit energi minyak/gas maupun batubara yang akan di kopel dengan instalasi desalinasi. 8. Kapasitas hasil desalinasi untuk perhitungan ini telah diambil harga m 3 /hari hingga m 3 /hari, sesuai dengan perkiraan angka kekurangan air minum untuk tahun 2018 di Pulau Batam adalah m 3 /hari. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisa Ekonomi Desalinasi dengan Software DEEP versi 3.1 Untuk menghitung keekonomian dari suatu proses desalinasi air laut digunakan program Desalination Economic Evaluation Program disingkat DEEP versi 3.1 yang dikembangkan oleh IAEA dan telah di keluarkan pada bulan September Program memungkinkan Perancang atau pemegang keputusan dapat membandingkan kinerja dan estimasi biaya dari berbagai tipe desalinasi dan konfigurasi pembangkit energinya. Model desalinasi yang dicakup oleh DEEP meliputi MSF, MED, RO maupun sistem Hibrid, sementara opsi energi pembangkitnya meliputi PLTN jenis PWR dan PLTU(Batubara). Pembangunan fasilitas desalinasi yang dikopel dengan pembangkit energi fosil (PLTU, Batubara) dan PLTN jenis PWR(kapasitas 200 MW(e)) berdasarkan standar kebutuhan air bersih per orang 225 Liter/hari periode 2005 s/d 2011 dan standar kebutuhan air bersih per orang 350 Liter/hari periode 2012 s/d 2020 dengan rata-rata 5% Kebutuhan di sediakan oleh Unit Desalinasi antara tahun 2012 sampai Dari Tabel 1, 2, dan 3, menunjukkan barwa hasil perhitungan DEEP 3.1 untuk pembangkit energi dari Batubara 200 MW(e) dan dikopel dengan MSF, MED dan RO, diperoleh berbagai harga air untuk kapasitas 5000 m 3 /hari sampai m 3 /hari. Disimpulkan bahwa apabila kapasitas unit desalinasi semakin besar, harga air akan lebih murah. Harga air paling murah bila dibangun tipe kopling COAL RO dengan diperoleh harga air pada kapasitas /hari sebesar US $ 0,7519/m 3, dengan total biaya investasi untuk desalinasi sebesar US $ ,- Dari Tabel 4, 5, dan 6, hasil perhitungan DEEP 3.1 untuk pembangkit energi nuklir (PWR 200 MW(e)) dan di kopel dengan MSF, MED dan RO, diperoleh berbagai harga air untuk kapasitas mulai dari 5000 m 3 /hari sampai m 3 /hari. Harga air paling murah bila dipilih kopeling PLTN-RO. Untuk kapasitas desalinasi sebesar m 3 /hari harga air sebesar US $ 0,5655 /m 3 dan biaya investasi unit desalinasi sebesar US $ ,- Selanjutnya dari Tabel 7 dan 8, terlihat bahwa hasil perhitungan DEEP untuk pembangkit energi dari PLTN jenis PWR dan dipilih unit desalinasi hibrid (campuran antara MSF-RO atau MED-RO) dengan kapasitas m 3 /hari, m 3 /hari dan m 3 /hari. Untuk kapasitas desalinasi hybrid sebesar m 3 /hari harga air terendah US $ 0,6802 /m 3 ( Unit desalinasi hybrid MED-RO) lebih rendah dibanding desalinasi hybrid MSF-RO, namun untuk biaya investasi unit desalinasi hybrid MED-RO (US $ ,-) lebih mahal dibandingkan desalinasi hybrid MSF-RO yaitu sebesar US $ ,- Kemudian Tabel 9 dan 10, menunjukkan hasil perhitungan DEEP untuk pembangkit energi dari batubara dan dipilih unit desalinasi hybrid (campuran antara MSF-RO atau MED-RO) dengan kapasitas m 3 /hari, m 3 /hari dan m 3 /hari. Untuk ISSN

7 kapasitas desalinasi hybrid sebesar m 3 /hari harga air tertinggi US $ 1,2869 /m 3 Unit desalinasi hybrid MSF-RO dan lebih besar dibanding desalinasi hybrid MED-RO, namun untuk biaya investasi unit desalinasi hybrid MED-RO (US $ ,-) lebih mahal dibandingkan desalinasi hybrid MSF-RO yaitu sebesar US $ ,- Hasil analisa bahwa defisit listrik dan air bersih di Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau hingga tahun 2018 sekitar 750 MWe dan m 3 /hari. Apabila kondisi masyarakat menghendaki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN jenis PWR), maka akan menambah kapasitas daya listrik sebesar 200 MWe. Sedangkan kekurangan pasokan air bersih, berdasarkan jumlah penduduk orang dan dengan asumsi kebutuhan satu orang per hari mengkonsumsi air rata-rata 350 per liter maka kekurangan air bersih yaitu m 3 /hari, jika dengan asumsi 95% dipasok dari air waduk, maka pasokan dari instalasi desalinasi sebesar 5 % yaitu m 3 / hari. Berdasarkan analisis PLTN dan teknologi desalinasi, serta analisis kebutuhan dan pasokan listrik, serta kebutuhan dan pasokan air bersih di Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau, maka ada 2(dua) pilihan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yaitu : 1). PLTN jenis PWR, maka terpilih sistem kopling PLTN jenis PWR 200 MWe sebanyak 1 unit yang di kopling dengan instalasi desalinasi jenis RO harga air adalah 0,5655 US$/m 3 bila dibanding PLTU-batubara adalah 0,6802 US$/m 3. Sedangkan, harga air apabila menggunakan sistem kopling PLTN 200 MWe dengan sistem desalinasi hybrid MED-RO adalah 0,6802 US$/m 3, sebagai perbandingan bahwa harga air dari sistem kopling PLTU batubara dengan sistem desalinasi hybrid MED-RO adalah 0,9878 US$/m 3. Dengan dipilihnya Desalinasi jenis RO karena biayanya paling rendah. Diharapkan dengan instalasi desalinasi (tambahan) akan mencukupi kebutuhan air-murni di Pulau Batam, Kep.Riau bagi industri, tambahan air bersih bagi kegiatan pariwisata, masyarakat/rumah-tangga, serta pelayanan fasilitas umum. Tipe-tipe Teknologi Desalinasi yang komersil antara lain : MSF Multi-Stage Flash distillation. MSF banyak di PLN, dianggap paling handal, biarpun paling boros energi dan ongkos air paling mahal. MED Multi-Effect Distillation. MED lebih mutakhir, lebih hemat energi, terbukti handal serta ongkos produksi tidak mahal, maka sangat disarankan. RO Reverse Osmosis. RO paling murah ongkos produksinya, tetapi paling ketat dalam disiplin pengoperasian dan perawatannya. Teknologi RO menggunakan filter membran canggih yang harus di-impor dari luar negeri. SA-RO Stand-Alone Reverse Osmosis. SA-RO dapat dibangun terpisah dari pembangkit energi. C-RO Contiguous Reverse Osmosis. Tidak dapat teroisah dari pembangkit listriknya. MED-RO Gabungan unit MED dan unit RO, memanfaatkan keunggulan dari masing-masing. Adapun limbah buangan (brine) dari instalasi desalinasi air-laut akan dimanfaatkan untuk pembuatan garam. Dengan masukan brine ini pembuatan garam lebih intensif dan lebih produktif. Dengan penambahan daya listrik ini sebaiknya memiliki instalasi desalinasi air-laut, yang kapasitas produksinya diperbesar, dimulai di tahun 2018, kapasitas terendah tambahannya sebesar 5000 m 3 /hari, kemudian dapat ditambah dengan unit-unit berikutnya mengikuti perkembangan industrialisasi di tahun-tahun kemudian. ISSN

8 4. KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dengan program DEEP 3.1 yang dikembangkan oleh IAEA dapat disimpulkan sbb: 1. Studi tekno ekonomi desalinasi PLTN jenis PWR dengan perbandingan pembangkit kapasitas 200 MWe dengan Fosil (PLTU-batubara) yang di kopel dengan instalasi desalinasi menunjukkan bahwa varian nuklir sangat bersaing, bila dipilih untuk program energi dimasa depan. Untuk instalasi desalinasi (tipe reverse osmosis/ro) kapasitas m 3 /hari yang di kopel dengan PLTN jenis PWR daya 200 MWe menunjukkan harga air tanpa biaya pipanisasi adalah 0,5655 US$ / m 3, harga listrik tertinggi adalah 0,038 US$/KW-h. Biaya konstruksi spesifik untuk 200 MWe PWR adalah US$/KW dan biaya total investasi instalasi desalinasinya untuk Reverses Osmosis adalah US $ 17,1 juta sedangkan PLTU-batubara daya 200 MWe menunjukkan harga air tanpa biaya pipanisasi adalah 0,7519 US$ / m 3, harga listrik tertinggi adalah 0,117 US$/KW-h. Biaya konstruksi spesifik untuk daya 200 MWe lebih rendah yaitu US$/KW dan biaya total investasi instalasi desalinasinya untuk Reverses Osmosis nilainya sama dengan PLTN yaitu US $ 17,1 juta. 2. Studi tekno ekonomi desalinasi PLTN kogenerasi dengan perbandingan pembangkit 200 MWe PLTU-batubara, PLTN jenis PWR 200 MWe, dan HTGR 225 MWe juga menunjukkan bahwa varian nuklir sangat bersaing, namun dengan memasukkan pajak CO2 pada pembangkit energi fosil akan menghasilkan harga tertinggi listrik dan air sangat mahal. Khususnya bila harga minyak dan gas bumi, di dunia sangat mahal untuk program energi dimasa depan. HTGR dengan daya 2 x 112,5 MWe atau 225 MWe sebanyak 1 unit yang di kopling dengan instalasi desalinasi MSF/MED Ucapan Terima Kasih Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada DP2M DIKTI melalui program Sinergi dan Sinkronisasi Penelitian Bidang IPTEK Nuklir DIKTI-BATAN 2009 atas pendanaannya dan terima kasih juga kami sampaikan kepada Laboratorium Sucofindo di Batam atas kerjasamanya dalam pengambilan dan pengujian sampel air laut serta fasilitasnya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Anonymous, Optimization of The Coupling Nuclear Reactors and Desalination Systems, IAEA TECDOC- 1444, Final Report of Coordinated Research Project (2003) [2]. Anonymous, Examining the Economics of Seawater Desalination Using The DEEP Code, IAEA-TECDOC-1186, November [3]. Anonymous, Introduction of Nuclear Desalination, A Guide Book, Technical Report Series No. 400, International Atomic Energy Agency, Vienna, (2000) [4]. Anonymous, Desalination Economic Evaluation Programme Version 3.1, Draft Version of the User Manual, International Atomic Energy Agency, September [5]. Anonymous, Water Desalination Brochure, Energy Division Department Power Plant Engineering, Lahmeyer International GmbH, Friedberger Str Bad Vilbel, Germany.(2000) [6]. DJOKOLELONO MURSID dkk, Penilaian Ekonomi Instalasi Listrik Dan Air Bersih Bagi Madura, Laporan Akhir Riset Unggulan Terpadu (RUT) Tahun Anggaran , Pusat Pengembangan Energy Nuklir,.(2002) [7]. INGERSOLL D.T., and BINDER J.L. Oak Ridge National Laboratory, USA; Kostia V.I., ISSN

9 Panov Yu.K., Polunichev OKB Mechanical Engineering Rusia; Ricotti M.E., and Conti D., Polytechnic of Milan, Italy; Alonso G Instituto National de Investigaciones Nucleares, Mexico, Cogeneration of Electricity and Potable Water Using The International Reactor Innovative and Secure (IRIS) Design. [8]. SEMIAT RAPHAEL, Desalination : Present and Future, Water Research Institute, Technion City, Haifa Israel, International Water Resources Assosiation, Water International, Volume 25, Number 1, Page 54-65, March DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Wahri Sunanda (Univ.Bangka Belitung) Jelaskan berapa besar defisit listrik dan air bersih yang terjadi di Pulau Batam pada tahun 2018? Jawaban : Hasil analisis bahwa defisit listrik dan air bersih di Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau hingga tahun 2018 sekitar 750 MWe dan m 3 /hari. Apabila kondisi masyarakat menghendaki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN jenis PWR), maka akan menambah kapasitas daya listrik sebesar 200 MWe. Sedangkan kekurangan pasokan air bersih, berdasarkan jumlah penduduk orang dan dengan asumsi kebutuhan satu orang per hari mengkonsumsi air rata-rata 350 per liter maka kekurangan air bersih yaitu m 3 /hari, jika dengan asumsi 95% dipasok dari air waduk, maka pasokan dari instalasi desalinasi sebesar 5 % yaitu m 3 / hari. Berdasarkan analisis PLTN dan teknologi desalinasi, serta analisis kebutuhan dan pasokan listrik, serta kebutuhan dan pasokan air bersih di Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau, maka perbandingan dua pembangkit listrik yaitu pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN tipe PWR) dan PLTU-Batubara sebagai berikut : Dengan PLTN, maka terpilih sistem kopling PLTN jenis PWR 200 MWe sebanyak 1 unit yang di kopling dengan instalasi desalinasi jenis RO harga air adalah 0,5655 US$/m 3 bila dibanding dengan PLTU-batubara harga air adalah 0,6802 US$/m 3. Apabila menggunakan sistem kopling PLTN 200 MWe dengan sistem desalinasi hybrid MED-RO adalah 0,6802 US$/m 3, sebagai perbandingan bahwa harga air dari sistem kopling PLTU batubara dengan sistem desalinasi hybrid MED-RO adalah 0,9878 US$/m 3. Dengan dipilihnya Desalinasi jenis RO karena biayanya paling rendah. Diharapkan dengan instalasi desalinasi (tambahan) akan mencukupi kebutuhan airmurni di Pulau Batam, Kep.Riau bagi industri, tambahan air bersih bagi kegiatan pariwisata, masyarakat/rumah-tangga, serta pelayanan fasilitas umum. ISSN

10 Table 1. Hasil Perhitungan DEEP utk Multi Stage Flash (MSF), 200 MW Coal PowerPlant; Interest 5% dan TDS=28800 ppm; Pajak CO2 dihitung ; Kapasitas 5000m 3 /hari, 7500m 3 /hari; 10000m 3 /hari; m 3 /hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018; Table 2. Hasil Perhitungan DEEP Utk Multi Effect Distillation (MED) ; 200 MW Coal Power Plant, Interest 5% and TDS ppm; m ; Pajak CO2 dihitung ; Kapasitas 5000 m 3 /hari ;7500 m 3 /hari; m3/hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018 Table 3. Hasil Perhitungan DEEP Utk Reverse Osmosis (RO) ; 200 MW Coal Power Plant; Interest 5% and TDS ppm; Pajak CO2 dihitung; Kapasitas 5000 m 3 /hari ;7500 m 3 /hari; m 3 /hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018; ISSN

11 Table 4. Hasil Perhitungan DEEP Utk Multi Stage Flash (MSF) ; 200 MW PWR Nuclear Power Plant, Interest 5% dan TDS ppm, Kapasitas 5000 m 3 /hari ;7500 m 3 /hari; m 3 /hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018; Table 5. Hasil Perhitungan DEEP Utk Multi Effect Distillation (MED) ; 200 MW PWR Nuclear Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm, Kapasitas 5000 m 3 /hari, 7500 m 3 /hari; 10000m 3 /hari; 12500m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi th 2018 Table 6. Hasil Perhitungan DEEP Utk Reverse Osmosis (RO); 200 MW PWR Nuclear Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm, Kapasitas 5000 m 3 /hari ;7500 m 3 /hari; m 3 /hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018 Table 7. Hasil Perhitungan DEEP untuk tipe Hibrid MSF-RO;200 MW PWR Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm;,kapasitas m 3 /hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018 ISSN

12 Table 8. Hasil Perhitungan DEEP untuk tipe Hibrid MED-RO;200 MW PWR Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm; Kapasitas m 3 /hari ;12500 m 3/ hari; m 3 /hari; Beroperasi thn 2018 Tabel 9. Hasil Perhitungan DEEP untuk tipe HIBRID MSF-RO; 200 MW Coal Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm,;kapasitas10000 m 3 /hari; m 3 /hari dan m 3 /day ; Beroperasi thn 2018 Table 10. Hasil Perhitungan DEEP untuk tipe HIBRID MED-RO; 200 MW Coal Power Plant; Interest 5% dan TDS ppm,kapasitas m 3 /hari; m 3 /hari dan m 3 /hari ; Beroperasi thn 2018 ISSN

PERBANDINGAN BIAYA ANTAR SISTEM PEMBANGKIT DAYA BERKOPEL PABRIK DESALINASI DENGAN PROGRAM DEEP 3.1

PERBANDINGAN BIAYA ANTAR SISTEM PEMBANGKIT DAYA BERKOPEL PABRIK DESALINASI DENGAN PROGRAM DEEP 3.1 PERBANDINGAN BIAYA ANTAR SISTEM PEMBANGKIT DAYA BERKOPEL PABRIK DESALINASI DENGAN PGRAM DEEP 3.1 Bambang Galung Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Serpong-Tangerang 15314

Lebih terperinci

ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI

ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI Analisis Konfigurasi Kopling PLTN dan Instalasi Desalinasi Berbasis Perhitungan Ekonomi ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI Erlan Dewita, Dedy Priambodo,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%

Lebih terperinci

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) IFFATUL IZZA SIFTIANIDA (37895) Program Studi Teknik Nuklir FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ABSTRAK Teknologi Desalinasi Menggunakan

Lebih terperinci

PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Siti Alimah*, Sudi Ariyanto*, Erlan Dewita*, Budiarto* dan Geni R. Sunaryo** * Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN ** Pusat Teknologi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI

Lebih terperinci

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector

Lebih terperinci

ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN

ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN ASPEK TEKNO-EKONOMI PENGGUNAAN TVC PADA DESALINASI MED UNTUK PASOKAN AIR BERSIH DI PLTN Siti Alimah, Nafi Feridian Pusat Pengembangan Energi Nuklir BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TAPAK TERHADAP HARGA LISTRIK DAN AIR PADA SISTEM DESALINASI DENGAN SUMBER ENERGI NUKLIR DAN FOSIL

STUDI PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TAPAK TERHADAP HARGA LISTRIK DAN AIR PADA SISTEM DESALINASI DENGAN SUMBER ENERGI NUKLIR DAN FOSIL Studi Analisis Pengaruh Perubahan Kondisi Ungkungan Tapak Terhadap Harga Ustrik dan Air pada Sistem Desalinasidengan Sumber Energi Nuklir Dan Fosil STUDI PENGARUH PERUBAHAN KONDISI UNGKUNGAN TAPAK TERHADAP

Lebih terperinci

DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL

DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL Desalinasi Hybrid MED-RO sebagai Opsi Pasokan Air Bersih di Provinsi Kepulauan BABEL (Siti Alimah dkk) DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL Siti Alimah,

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN REAKTOR DAYA VK-300 TIPE BWR UNTUK PROSES DESALINASI

STUDI PEMANFAATAN REAKTOR DAYA VK-300 TIPE BWR UNTUK PROSES DESALINASI STUDI PEMANFAATAN REAKTOR DAYA VK-300 TIPE BWR UNTUK PROSES DESALINASI Oleh : Itjeu Karliana, Sumijanto, Dhandhang P. Purwadi Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK STUDI PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN ABSTRAK Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN DESALINASI NUKLIR MENGGUNAKAN KONSEP ZERO DISCHARGE DESALINATION (ZDD)

OPTIMASI DESAIN DESALINASI NUKLIR MENGGUNAKAN KONSEP ZERO DISCHARGE DESALINATION (ZDD) INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA OPTIMASI DESAIN DESALINASI NUKLIR MENGGUNAKAN KONSEP ZERO DISCHARGE DESALINATION (ZDD) BATAN B.36 Peneliti/ Perekayasa : 1. Ir. Erlan Dewita, M.Eng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber energi tak terbarukan berupa energi fosil yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis energi dunia. Fenomena ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( ) ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS (2000 2030) Adhi D. Permana dan Muchammad Muchlis ABSTRACT This paper discusses the impact of coal supply capacity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

ANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR

ANALISIS EMISI CO2 PADA STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN LISTRIK WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Analisis Emisi CO2 pada Studi Perencanaan Pengembangan Pembangkitan Listrik Wilyah Bangka Belitung dengan Opsi Nuklir (Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman, Djati Hoesen Salimy) ANALISIS EMISI CO2 PADA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN Oleh: Nenny Saptadji Lardello - Italy, 1913 Iceland, 1930 USA, 1962 New Zealand, 1958 Kamojang, 1917 1972 Kamojang, 1983 2005 dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi kelistrikan nasional berdasarkan catatan yang ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK REAKTOR TEMPERATUR TINGGI DENGAN SISTEM PEMBANGKIT LAINNY A MENGGUNAKAN PROGRAM LEGECOST

STUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK REAKTOR TEMPERATUR TINGGI DENGAN SISTEM PEMBANGKIT LAINNY A MENGGUNAKAN PROGRAM LEGECOST Studi Perbandingan Harga Ustrik Reaktor Temperatur Tinggi dengan Sistem Pembangkit Lainnya Menggunakan Program Legecost (M. Nasrullah, Amold Y.S., Tosi Prastiadi, Adiwardojo) STUDI PERBANDINGAN HARGA LISTRIK

Lebih terperinci

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 1 Januari 2014; 23-28 ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9) Agus Hendroyono Sahid, Dwiana Hendrawati Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

International Atomic Energy Association (Badan tenaga atom internasional)

International Atomic Energy Association (Badan tenaga atom internasional) WASP (Wien Automatic System Planning) pada awalnya dikembangkan pada tahun 1972 oleh Tennessee Valley Authority dan Oak Ridge National Laboratory di Amerika Serikat untuk memenuhi kebutuhan IAEA untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT. Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka Abstrak

ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT. Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka Abstrak ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka ekoswara.ek@gmail.com Abstrak MED plant merupakan sebuah bagian dari PLTU yang berfungsi untuk mengubah air

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN TESIS HERLINA 0706305305 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI

ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI ANALISIS KINERJA PRECOOLER PADA SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK PROSES DESALINASI Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 3 Februari 2010 Kebutuhan Energi Kelistrikan Indonesia di masa depan Data dan Proyeksi (2000-2050) Penduduk,

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Telp./Fax: (021)

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, konsumsi energi dunia mencapai sekitar 13541 Mtoe. Bauran energi dunia (Gambar 1.1) didominasi energi fosil, yang mencapai 81,4%. Minyak bumi, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 62-68 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan Teguh Prayudi Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Desalinasi Dengan Metode MSF. Makalah

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE)

Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Pengaruh Variasi Temperatur Keluaran Molten Salt Reactor Terhadap Efisiensi Produksi Hidrogen dengan Sistem High Temperature Electrolysis (HTE) Elsa Melfiana *, Andang Widi Harto,, Alexander Agung, * Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG Wahri Sunanda 1, Rika Favoria Gusa 2 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 1,2 wahrisunanda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Energi merupakan sarana/komponen vital pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel

Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel 1 Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel Kho Hie Khwee Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura e-mail: khohiekhwee@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K

ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K ANALISIS KARAKTERISTIK TERMAL INTERMEDIATE HEAT EXCHANGER PADA RGTT200K Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang 15310 Telp./Fax:

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono Abstract Energy supply optimation is aimed to meet electricity demand for domestic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam

I. PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu negara. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah konsumsi listrik yang diperlukan

Lebih terperinci

Satria Duta Ninggar

Satria Duta Ninggar Satria Duta Ninggar 2204 100 016 Pembimbing : Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng NIP. 130 520 749 Ir. Teguh Yuwono NIP. 130 604 244 Pertumbuhan pelanggan di Jawa Tengah yang pesat mengakibatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *)

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) POLA PEMAKAIAN DAN DISTRIBUSI GAS BUMI DI INDONESIA PADA PERIODE PEMBANGUNAN TAHAP KEDUA ABSTRAK Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) Minyak dan gas bumi masih sangat berperan dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC) Aep Saepul Uyun 1, Dhimas Satria, Ashari Darius 2 1 Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan bentuk usaha akomodasi pariwisata dengan perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Jumlah hotel terus bertambah setiap tahunnya dan menyumbang devisa

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SKEMA OPTIMUM EKSTRASI UAP UNTUK INSTALASI DESALINASI PADA SISTEM KOGENERASI PLTN PWR

IDENTIFIKASI SKEMA OPTIMUM EKSTRASI UAP UNTUK INSTALASI DESALINASI PADA SISTEM KOGENERASI PLTN PWR Identifikasi Skema Optimum Ekstrasi Uap untuk Instalasi Desalinasi pada Sistem Kogenerasi PLTN PWR (Dedy Priambodo, Erlan Dewita, Sudi Ariyanto) IDENTIIKASI SKEMA OPTIMUM EKSTRASI UAP UNTUK INSTALASI DESALINASI

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan)

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) Rachman E., Tati R. dan Sofwan B. April 2014 BADAN LITBANG KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Rp.2,240,000 16.087.000 IDR/ha (4 thn) KB 8,000 USD/ha

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR

ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN JAWA-MADURA-BALI DENGAN OPSI NUKLIR Analisis Aspek Lingkungan pada Optimasi Perencanaan Pengembangan Sistem Pembangkitan Jawa-Madura-Bali dengan Opsi Nuklir (Arief Heru Kuncoro dkk) ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN PADA OPTIMASI PERENCANAAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi B2TE BPPT, Energy Partner Gathering Hotel Borobudur Jakarta, 4 Desember 2013 www.mctap-bppt.com INTENSITAS ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA (dan

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN l.1 LATAR BELAKANG Konsumsi per kapita sumber energi non terbarukan di bumi yang meliputi gas, minyak bumi, batu bara, merupakan salah satu kekayaan ekonomi yang dimiliki suatu Negara

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK Energi Nuklir sebagai Sumber Energi Panas Alternatif pada Kilang Minyak (Sunardi, Djati H Salimy, Edwaren Liun, Sahala M Lumbanraja) ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TEKNO-EKONOMI PEMANFAATAN GAS ALAM MENGGUNAKAN SISTEM KOGENERASI DI RUMAH SAKIT (STUDI KASUS RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS) TESIS ROBI H.SEMBIRING 07 06 17 33 45 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang cukup penting bagi manusia dalam kehidupan. Saat ini, hampir setiap kegiatan manusia membutuhkan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K

OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 Pontianak, 19 Juni 2014 OPTIMASI KINERJA IHX UNTUK SISTEM KOGENERASI RGTT200K Ign. Djoko Irianto, Sri Sudadiyo, Sukmanto Dibyo Pusat Teknologi dan

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci