KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Desalinasi Dengan Metode MSF. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Air Semester III. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami berharap makalah ini memberikan informasi bagi mahasiwa-mahasiswi TKN 2013 khususnya dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, antara lain kepada kedua orang tua yang telah mendukung kami, Bapak Sugili Putra, S.T, selaku dosen mata kuliah Pengolahan Air, serta seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi kita semua. Yogyakarta, 6 November 2014 Hormat Kami, Tim Penyusun 1

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Makalah Manfaat Makalah... 5 BAB 2. ISI Pengertian Bagian-bagian MSF Jenis Instalasi MSF Prinsip Kerja Cara Kerja Pertimbangan Penggunaan MSF Keuntungan Metode MSF Kerugian Metode MSF Mathematical Model of Once Through MSF Problem and Solution BAB 3. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia sehari-hari. Baik dari kebutuhan rumah tangga sampai inustri besar membutuhkan air yang bersih. Namun, faktanya sumber yang ada saat ini banyak yang tercemar. Selain itu, jumlah air yang yang bersih terbatas dan sangat minim. Sumber daya air yang terdapat di daerah wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil umumnya berkualitas buruk, misalnya air tanahnya yang payau atau asin. Sumber air yang secara kuantitas tidak terbatas adalah air laut, walaupun kualitasnya sangat buruk karena air laut mengandung kadar garam atau TDS (Total Dissolved Solid) yang sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu cara adalah dengan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan SDM (sumber daya manusia), selain kondisi sumber air bakunya sendiri. Pada era industrialisasi dengan kemajuan yang sangat pesat seperti sekarang ini juga mengakibatkan kenaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Keadaan tersebut ditambah dengan terus meningkatnya jumlah penduduk akan semakin memacu peningkatan jumlah kebutuhan dasar manusia, khususnya air minum. Dengan meningkatnya permintaan akan air bersih dan semakin terbatasnya sumber daya air di alam, maka peningkatan efisiensi proses pengolahan air juga merupakan syarat utama. Oleh karena itu, diperlukan solusi sumber air bersih baru yang jumlahnya banyak. Adapun, salah satu solusinya adalah memanfaatkan sumber air laut dengan mengolah air laut atau payau menjadi air tawar, pengolahan ini dinamakan desalinasi. Namun, sumber air laut yang ada banyak mengandung mineral, seperti NaCl, dll. Mineral NaCl dan lainlainnya ini sangat mengganggu dalam penggunaan rumah tangga maupun industri. Supaya air laut dapat digunakan sebagai sumber air bersih, maka diperlukan sistem desalinasi terhaadap air laut. Diharapkan, air laut yang telah didesalinasi sesuai dengan kriteria air bersih yang dapat digunakan dalam kebutuhan rumah tangga hingga industri. Teknologi pengolahan air asin atau air laut menjadi air tawar tersebut ada bermacammacam jenisnya. Saat ini untuk mengolah air asin bisa dengan cara destilasi, pertukaran ion, elektrodialisis, dan osmosa balik. Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pemanfaatan teknologi pengolahan air asin harus disesuaikan dengan 3

4 konsidi air baku, biaya yang tersedia, kapasitas dan kualitas yang diinginkan oleh pemakai air. Di antara berbagai macam teknologi tersebut yang banyak dipakai adalah teknologi destilasi. Teknologi destilasi umumnya banyak dipakai ditempat yang mempunyai energi terbuang (pembakaran gas minyak pada kilang minyak), sehingga dapat menghemat biaya operasi dan skala produksinya besar (>500 m 3 /hari). Proses distilasi dibagi dalam 2 sistem utama yakni multi stage flash distillation dan multiple effect distillation. Gambar 1. Klasifikasi Proses Desalinasi Air Laut Namun dalam makalah ini yang akan dibahas hanya sistem destilasi Multi Stage Flash (MSF) pada desalinasi air laut atau payau menjadi air tawar yang langsung bisa diminum. MSF adalah salah satu teknologi desalinasi yang telah teruji untuk menjadikan air tersebut menjadi air minum. Metode ini dipilih karena masyarakat umum dapat menggunakan metode ini dengan alat yang sederhana. Dengan penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa dan masyarakat dapat menggunakan metode desalinasi MSF untuk menghadapi masalah kebutuhan air bersih yang ada Rumusan Masalah Dari masalah yang ada dapat dirumuskan menjadi beberapa masalah, yakni: a. Apa itu Desalinasi? b. Apa saja macam-macam Metode Desalinasi? 4

5 c. Apa itu Metode Desalinasi MSF maupun RO? d. Bagaimana prinsip Desalinasi? e. Bagaimana mekanisme kerja pada Desalinasi MSF? f. Apa saja kelebihan penggunaan desalinasi MSF? g. Apa saja kelemahan penggunaan desalinasi MSF? h. Bagaimana cara meningkatkan efisiensi proses desalinasi MSF? i. Apa unit operasi yang digunakan dalam proses Desalinasi MSF? 1.3. Pembatasan Masalah Dari semua masalah yang ada, dibatasi pembahasan meliputi, diantaranya : a. Definisi metode desalinasi MSF.. b. Prinsip kerja dan mekanisme Desalinasi MSF c. Unit proses yang digunakan dalam desalinasi MSF. d. Kelebihan dan kekurangan desalinasi MSF. e. Peningkatan efisiensi proses desalinasi MSF Tujuan Makalah Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni : a. Mengetahui segala sesuatu mengenai desalinasi MSF, meliputi definisi, macam, prinsip, mekanisme, kelebihan dan kekurangan serta peningkatan efisiensi desalinasi MSF. b. Mengetahui penggunaan dan pengaplikasian desalinasi MSF terhadap kehidupan sehari-hari. c. Mengetahui masalah-masalah unit operasi dalam metode MSF. d. Memenuhi tugas makalah pengolahan air semester Manfaat Makalah Manfaat dari pembuatan makalah yakni : a. Menambah wawasan mahasiswa, praktisi, dan masyarakat mengenai desalinasi MSF. b. Memberikan solusi terhadap masyarakat tentang air bersih dari proses desalinasi MSF. BAB 2 ISI 2.1. Pengertian 5

6 Desalinasi adalah proses menghilangkan garam dan mineral-mineral terlarut dari air laut atau air payau menjadi air tawar. MSF adalah salah satu teknologi desalinasi yang telah teruji untuk menjadikan air tersebut menjadi air minum. Proses MSF adalah teknologi desalinasi menggunakan distilasi yang biasanya digunakan untuk skala besar 2.2. Bagian-bagian MSF Multi Stage Flash merupakan distilasi bertingkat yang terdiri dari beberapa alat alat kimia, yaitu : a. Pompa Fungsi pompa pada MSF adalah untuk memompa feed yang berupa air laut dan untuk menarik keluar air tawar hasil kondensasi pada tiap tiap stage. b. Condenser Sebagai pendingin uap air tawar. c. Pressure Reducer Valve Fungsinya untuk menurunkan tekanan di brine heater agar mendidih kurang dari titik didihnya. d. Mist separator Untuk memisahkan uap dari air laut hasil pemanasan brine heater. e. Vent Ejector Mengeluarkan steam yang telah digunakan pada brine heater. f. Brine Heater Fungsinya untuk memanaskan umpan agar air tawar berubah wujud menjadi uap Jenis Instalasi MSF a. Once Through Design Jenis instalasi seperti yang tertera pada gambar 2 dibawah ini merupakan sietem MSF yang dirancang sekali lewat, dimana seluruh air laut yang akan 6

7 diuapkan dialirkan ke seluruh instalasi sekali lewat tanpa sirkulasi (recycle). Hal ini memang memudahkan operasi, tetapi biaya produksi atau biaya operasi lebih tinggi Gambar 2. Diagram Alir MSF Once Through Design b. Brine Recycle Jenis instalasi ini sistem operasinya lebih komplek tetapi biaya operasinya lebih rendah. Pada instalasi MSF sistem Brine Recycle (sistem sirkulasi air garam), yang diagram prosesnya seperti tertera pada Gambar 3, sebagian dari air garam yang dibuang (reject brine) pada bagian (tahap) yang paling dingin disirkulasikan atau didaur ulang ke ruang penguapan tahap antara(intermediate stage). Sirkulasi brine tersebut dimasukkan pada ruang penguapan pada tahap (stage) yang dipilih sedemikian rupa sehinga air baku air laut yang digunakan untuk mendinginkan uap air yang terbentuk pada ruang penguapan pada tahap berikutnya tidak akan mencapai suhu dimana proses pengolahan harus menggunakan senyawa anti kerak (anti scale). Dengan cara demikian maka hanya sebagian kecil air laut yang digunakan sebagai umpan air baku (make up water) yang memerlukan pengolahan dengan mengunakan senyawa anti kerak untuk mencegah terjadinya pengendapan kerak yakni hanya ada bagian yang suhunya lebih tinggi pada instalasi. Kemudian untuk menghindari terjadinya penumpukan konsentrasi garam yang tinggi pada MSF brine recycle, yang dapat membahayakan peralatan dengan terbentuknya endapan garam sulfat yang keras, maka sebagian dari brine (air garam) yang disirkulasikan harus dibuang. Air baku air laut yang digunakan sebagai air umpan biasanya dua kali dari jumlah produk air olahannya, tetapi jumlah tersebut hanya 25 % dari jumlah air baku apabila diolah dengan MSF One Through. Dengan demikian proses desalinasi air laut dengan MSF brine recycle dapat menghemat biaya bahan kimia yang mana hal ini merupakan salah satu keungulan 7

8 dari MSF dengan sistem sirkulasi brine. Salah satu contoh instalasi desalinasi air laut dengan proses MSF kapasitas 1000 m 3 per hari dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 3. Diagram Alir MSF Brine Recycle Gambar 4. Contoh instalasi desalinasi air laut dengan proses MSF kapasitas 1000 m3 per hari (dua unit). Lokasi PLTU Muara Karang, Jakarta. Produksi Sasakura Prinsip Kerja Desalinasi merupakan metode perubahan fase, yaitu air laut yang dipanaskan untuk menghasilkan uap air. Kemudian dikondensasi untuk menghasilkan air tawar. 8

9 2.5. Cara Kerja 1. Pretreatment Dalam instalasi ini, air umpan pertama kali dikirim ke sistem pengolahan awal (pretreatment) dengan penambahan bahan kimia dan asam, untuk menekan pembentukan kerak dalam pipa penukar panas. Kemudian diaerasi untuk mengurangi oksigen terlarut dan karbondioksida untuk meminimalkan korosi dan memperbaiki unjuk kerja penukar panas. 2. Preheated Air laut kemudian dipanaskan (preheated) dalam modul penukar panas. Selanjutnya dipanaskan sampai temperatur brine maksimum dalam pemanas brine dan kemudian dilakukan proses flashing dalam flash evaporator. Evaporator MSF dibagi menjadi beberapa ruang yang disebut stage (biasanya kurang dari 40).Pada proses ini, air laut menyembur begitu masuk bagian bawah tiap stage dan butiran-butiran halus segera mendidih dan menguap. Uap yang terjadi mengandung air tawar, yang tidak menguap disebut brine. Uap yang terjadi setelah menembus mist separator (penyaring butiran halus air yang terbawa uap) menuju pipa yang ada dibagian atas tiap stage. Karena di dalam pipa mengalir air laut yang lebih dingin, maka uap akan terkondensasi dan terkumpul di bagian bawah sebagai air kondensat. Pada waktu berkondensasi, uap melepaskan panas laten ke air laut yang mengalir di dalam pipa. Kondisi vacum (hampa) di dalam stage dipertahankan oleh steam jet ejector (ejector uap). Air laut yang mengalir di dalam pipa makin bertambah panas sejak stage terakhir (paling kanan) sampai stage pertama. Setelah meninggalkan stage pertama, air laut mengalir ke pemanas brine untuk dipanaskan sampai temperatur o C dengan uap tekanan rendah yang keluar dari katup pengurang tekanan. Temperatur dalam pemanas brine dipertahankan dengan mengatur katup pengurang tekanan secara otomatis. Uap pemanas brine yang telah menjadi kondensat dialirkan kembali ke pembangkit uap. Proses penguapan air laut dan kondensasi uap dihasilkan pada stage berikutnya sama seperti stage pertama. Brine dibuang secara teratur dan otomatis oleh pompa brine agar tinggi permukaan brine tetap konstan, kurang lebih 50 cm. MSF ini menghasilkan air dengan TDS 5-25 ppm dari air laut ppm. Untuk laju desalinasi lebih dari 4000 m 3 /hari per unit, teknologi MSF lebih lazim digunakan dibanding proses lain. 9

10 2.6. Pertimbangan Penggunaan MSF a. Analisis ekonomi pada desalinasi nuklir adalah salah satu faktor penting untuk menentukan pilihan. Biaya produksi air pada umumnya dievaluasi dari semua komponen biaya untuk desalinasi, yang meliputi biaya modal (30-50%), biaya energi (50-30%), biaya operasi dan perawatan (15-25%). b. Secara umum,biaya produksi air dipengaruhi oleh kapasitas, karakteristik tempat dan kualitas umpan. Biaya produksi air akan berkurang jika kapasitas meningkat. Karakteristik lokasi mempengaruhi biaya tanah, biaya pompa dan biaya instalasi pipa. Kualitas umpan, dalam hal ini TDS berpengaruh pada biaya produksi air untuk MSF. Kenaikan TDS akan menaikkan biaya produksi air. Nilai TDS yang lebih tinggi akan membutuhkan konsumsi energi lebih tinggi dan membutuhkan dosis bahan kimia yang lebih banyak, sehingga biaya produksi air akan lebih tinggi. Secara khusus, biaya produksi air pada MSF dipengaruhi oleh suhu yang keluar dari pemanas brine. Jika perbandingan rekoveri tinggi, maka akan menurunkan tenaga pompa, ukuran peralatan di sistem air masuk dan di sistem keluaran seperti pompa umpan dan peralatan rekoveri, dan menurunkan konsumsi bahan kimia untuk pengolahan awal. c. Komposisi unsur-unsur dalam air laut dipengaruhi oleh struktur geologi tanah dan kandungan unsur-unsur dalam air sungai yang mengalir ke laut. Kandungan unsurunsur Ca, Mg dan SO 4 = diketahui menyebabkan pembentukan kerak (scaling) dalam pipa atau penukar panas karena terbentuknya endapan. Endapan endapan ini merupakan korosi permukaan logam yang menurunkan sistem pertukaran panas, selain itu mengakibatkan perubahan mikrostruktur logam. Demikian pula peranan zat padat terlarut (TDS) dalam air laut akan memberikan kualitas akhir air bebas mineral hasil proses desalinasi. d. Kualitas sumber air laut mempengaruhi kinerja peralatan yang dilaluinya seperti pipa saluran, sistem penyaringan/pembersihan dan penampungan sebagai proses awal. Parameter kualitas air laut yang mempengaruhi usia pakai peralatan logam antara lain unsur-unsur kimia pembentuk kerak (scaling), ph, suhu, dan kandungan mikroba penyebab biokorosi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan sumber air laut sebagai air umpan Keuntungan Metode MSF 10

11 a. Air produk mempunyai kualitas yang lebih tinggi, tidak membutuhkan pembersihan sesering penggunaan destilasi dengan membran. b. Tidak ada batasan ukuran yang tetap untuk setiap unit plant. Ukuran unit MSF dapat mencapai Ton/hari. c. Modul-modul MSF dapat dirakit di pabrik perakitan dengan berat dapat mencapai Ton, dapat diangkut ke lokasi dalam satu blok tunggal. d. Dapat digabungkan dengan instalasi pembangkit tenaga(steam atau gas turbine) untuk menghemat tenaga listrik atau menghemat biaya air. e. Rancang bangun alat dapat dioptimisaisi untuk mendapatkan harga produksi air yang paling murah Kerugian Metode MSF a. Dibutuhkan air umpan yang lebih besar untuk sejumlah air produk yang sama karena perbandingan rekoverinya lebih rendah. b. Instalasi ini juga lebih mudah terjadi kerak dan korosi, namun ini dapat dikontrol dengan penambahan inhibitor kerak dan inhibitor korosi. Selain itu korosi juga dapat diatasi dengan pemilihan material yang tahan korosi. c. Instalasi MSF juga lebih memerlukan ruang untuk sejumlah kapasitas yang sama, total biaya dan konsumsi daya lebih besar Soal dan Pembahasan Soal a. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian dari Multi Stage Flash (MSF)? b. Apa saja jenis instalasi dari Multi Stage Flash (MSF)? c. Apa saja kentungan dan kerugian dari Multi Stage Flash (MSF)? d. e Pembahasan a. Bagian-bagian dari MSF : - Pompa Fungsi pompa pada MSF adalah untuk memompa feed yang berupa air laut dan untuk menarik keluar air tawar hasil kondensasi pada tiap tiap stage. 11

12 - Condenser Sebagai pendingin uap air tawar. - Pressure Reducer Valve Fungsinya untuk menurunkan tekanan di brine heater agar mendidih kurang dari titik didihnya. - Mist separator Untuk memisahkan uap dari air laut hasil pemanasan brine heater. - Vent Ejector Mengeluarkan steam yang telah digunakan pada brine heater. - Brine Heater Fungsinya untuk memanaskan umpan agar air tawar berubah wujud menjadi uap. b. Jenis-jenis instalasi MSF : - Once Through Design Sistem MSF yang dirancang sekali lewat, dimana seluruh air laut yang akan diuapkan dialirkan ke seluruh instalasi sekali lewat tanpa sirkulasi (recycle). Hal ini memang memudahkan operasi, tetapi biaya produksi atau biaya operasi lebih tinggi - Brine Recycle Pada instalasi MSF sistem Brine Recycle (sistem sirkulasi air garam), yang diagram prosesnya, sebagian dari air garam yang dibuang (reject brine) pada bagian (tahap) yang paling dingin disirkulasikan atau didaur ulang ke ruang penguapan tahap antara(intermediate stage). c. Keuntungan MSF : - Air produk mempunyai kualitas yang lebih tinggi, tidak membutuhkan pembersihan sesering penggunaan destilasi dengan membran. - Tidak ada batasan ukuran yang tetap untuk setiap unit plant. Ukuran unit MSF dapat mencapai Ton/hari. - Modul-modul MSF dapat dirakit di pabrik perakitan dengan berat dapat mencapai Ton, dapat diangkut ke lokasi dalam satu blok tunggal. - Dapat digabungkan dengan instalasi pembangkit tenaga(steam atau gas turbine) untuk menghemat tenaga listrik atau menghemat biaya air. 12

13 - Rancang bangun alat dapat dioptimisaisi untuk mendapatkan harga produksi air yang paling murah. d. BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari seluruh uraian dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni : a. Desalinasi yaitu menghilangkan partikulat garam dan lainnya dari air laut, air payau, dan penjernihan air limbah, sehingga menjadi air minum. b. MSF adalah salah satu teknologi desalinasi yang telah teruji untuk menjadikan air tersebut menjadi air minum. c. MSF membutuhkan banyak energi sebagai sumber pembangkit kalor dalam sistem penguapan, namun metode MSF bisa digunakan dengan alat sederhana. d. Unit alat pengolahan air payau menjadi air tawar ini sangat cocok digunakan untuk wilayah antara lain : a) Kawasan desa pesisir pantai b) Kawasan desa rawa pasang surut. c) Pemukiman padat penduduk di kawasan pesisir d) Daerah pemukiman yang kualitas air tanahnya jelek. e) Dll Saran Agar air yang dihasilkan maksimal, maka jumlah stage yang digunakan harus diperhitungkan secara cermat. Sehingga energi yang terpakai dapat seefisien mungkin. Dalam memperhitungkan stage tidak bisa sembarangan. 13

14 DAFTAR PUSTAKA Said, Nusa Idaman Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta: BPPT http: //faculty.ksu.edu.sa/almutaz/documents/che-413/multi-stage%20flash %20Desalination.pdf SASAKURA ENGINEERING CO.LTD., Desalination Plant, PT. Sasakura Indonesia. SEMIH OTLES AND SERKAN OTLES, Desalination Techniques Electronic Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry, 4 (4), 2004, [ ], ISSN : IAEA-TECDOC-1235, Safety Aspects of Nuclear Plants Coupled with Seawater Desalination Units, IAEA, August ULRICH EBENSPERGER AND PHYLLIS ISLEY, Ph.D., Review of The Current State of Desalination, Water Policy Working Paper , January Multi-stage flash.htm 14

15 MAKALAH PROSES DESALINASI DENGAN METODE MULTI STAGE FLASH (MSF) \ Disusun oleh : 1. Banu Suharto ( ) 2. Bayu Putra Wicaksana ( ) 3. Hera Herdiyanti ( ) 4. Inayah Dwi Agustina ( ) 5. Rikhi Galatia ( ) Program Studi : Teknik Kimia Nuklir SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR 15

16 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF)

Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) Teknologi Desalinasi Menggunakan Multi Stage Flash Distillation (MSF) IFFATUL IZZA SIFTIANIDA (37895) Program Studi Teknik Nuklir FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA ABSTRAK Teknologi Desalinasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR ANALISIS PEMANFAATAN GAS BUANG DARI TURBIN UAP PLTGU 143 MW UNTUK PROSES DESALINASI ALBERT BATISTA TARIGAN (20406065) JURUSAN TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Desalinasi adalah proses pemisahan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT. Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka Abstrak

ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT. Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka Abstrak ANALISIS PRODUKSI UAP PADA SISTEM MED PLANT Engkos Koswara Teknik Mesin Universitas Majalengka ekoswara.ek@gmail.com Abstrak MED plant merupakan sebuah bagian dari PLTU yang berfungsi untuk mengubah air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia.

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA Adhie Wisnu Pratama 1*, Juli Nurdiana 2, Ika Meicahayanti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PEMILIHAN TEKNOLOGI DESALINASI NUKLIR DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Siti Alimah*, Sudi Ariyanto*, Erlan Dewita*, Budiarto* dan Geni R. Sunaryo** * Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN ** Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN PRODUKSI AIR TAWAR HASIL MED PLANT DI PLTU SUMUR ADEM ABSTRAK

ANALISIS PENURUNAN PRODUKSI AIR TAWAR HASIL MED PLANT DI PLTU SUMUR ADEM ABSTRAK ANALISIS PENURUNAN PRODUKSI AIR TAWAR HASIL MED PLANT DI PLTU SUMUR ADEM ABSTRAK MED plant merupakan sebuah bagian dari PLTU yang berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Air tawar tersebut

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Sekarang dimana-mana terjadi krisis air akibat pencemaran dan siklus cuaca yang tak menentu

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT Latar Belakang Lokasi pabrik PT. Kaltim Parna Industri (produsen ammonia)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Blok alat yang dirancang ditunjukan oleh Gambar 3.1. Jahe Retort ( Ketel Uap ) Kondensor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekarang ini dunia dihadapkan pada krisis air bersih. Sumber daya air yang tersedia tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih di beberapa negara. Selama lebih dari

Lebih terperinci

ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI

ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI Analisis Konfigurasi Kopling PLTN dan Instalasi Desalinasi Berbasis Perhitungan Ekonomi ANALISIS KONFIGURASI KOPLING PLTN DAN INSTALASI DESALINASI BERBASIS PERHITUNGAN EKONOMI Erlan Dewita, Dedy Priambodo,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan dasar bagi sebuah unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ketersediaan dan kualitas air sangat menentukan terhadap pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) Asti Sawitri (208 700 573) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011 A. Membran Reverse Osmosis (RO) Membran RO dibuat dari berbagai

Lebih terperinci

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR Air baku yang digunakan umumnya mengandung bermacam-macam senyawa pengotor seperti padatan tersuspensi, padatan terlarut, dan gas-gas. Penggunaan air tersebut secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER ) Pesawat pengubah panas adalah pesawat pesawat yang bekerja atas dasar perpindahan panas dan satu zatke zat yang lain. A. Dapat digolongkan menurut : 1. Pendinginan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi

Lebih terperinci

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL) Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd KIMIA TERAPAN Penggunaan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas CAKUPAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerak adalah suatu deposit keras dari senyawa anorganik yang sebagian besar terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari dan angin. Evaporasi adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik, untuk mengatasi hal ini maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan, temuan penelitian, dan pembahasannya. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam

Lebih terperinci

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya perindustrian di Indonesia menyebabkan peningkatan kebutuhan listrik. Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah Indonesia melaksanakan kegiatan percepatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI ISSN 1979-2409 Penerapan Pengelolaan (Treatment) AirUntuk Pencegahan Korosi Pada Pipa AliranSistem Pendingin Di Instalasi Radiometalurgi (Eric Johneri) PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Adapun kegiatan yang dilakukan pada proses perawatan dan pemeliharaan cooling tower pada kerja praktik ini dapat diuraikan pada diagram alir berikut. Gambar

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Faktor yang mempengaruhi laju evaporasi Laju dimana panas dapat dipindahkan ke cairan Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan setiap satuan massa air Suhu maksimum yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber air tawar dan kebutuhan akan pasokan air yang lebih besar merupakan persoalan mendesak di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Sumber air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

Annisa Fillaeli KIMIA INDUSTRI SEBUAH PENDAHULUAN

Annisa Fillaeli KIMIA INDUSTRI SEBUAH PENDAHULUAN Annisa Fillaeli KIMIA INDUSTRI SEBUAH PENDAHULUAN Definisi Istilah Kimia: (kimiya) = perubahan benda/zat, khemeia) adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan memanfaatkan proses perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk memberikan efek negatif, salah satunya adalah terjadinya peningkatan timbulan sampah. Konsekuensi dari permasalahan ini adalah perlunya

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bagi manusia air adalah salah satu kebutuhan utama. Hal ini dikarenakan manusia tidak hanya membutuhkan air untuk kebutuhan tubuh (minum) tetapi juga membutuhkan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR

SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR L/O/G/O SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR PEMANFATAAN SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MEMBRAN UNTUK DESALINASI AIR LAUT The Used of Coconut Husk as Raw Material for The Fabrication of Seawater Membrane

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ANALISIS EFISIENSI DESALINASI UNIT 1 B PT. PEMBANGKIT JAWA BALI UP. MUARA KARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Oleh PUTRI WAHYUNI INDRIATY 106097003258

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP Rusnoto Abstrak Ketel uap adalah suatu pesawat yang fungsinya mengubah air menjadi uap dengan proses pemanasan melalui pembakaran bahan bakar di dalam

Lebih terperinci

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid 11 Nomor 1, April 2015 ISSN 1858-330X STUDI TENTANG PEMANFAATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT DENGAN TEKNIK REVERSE OSMOSIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan kerak (scale) merupakan masalah cukup serius dan kompleks dalam dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri minyak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL

DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL Desalinasi Hybrid MED-RO sebagai Opsi Pasokan Air Bersih di Provinsi Kepulauan BABEL (Siti Alimah dkk) DESALINASI HYBRID MED-RO SEBAGAI OPSI PASOKAN AIR BERSIH DI PROVINSI KEPULAUAN BABEL Siti Alimah,

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Nitrometana Nitrometana merupakan senyawa organik yang memiliki rumus molekul CH 3 NO 2. Nitrometana memiliki nama lain Nitrokarbol. Nitrometana ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar

Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar Pekanbaru, 11 November 2015 Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air tawar Jefri Lianda 1, Dadang Enda 2, Ariadi 3, Suhaimi 4, Wira M 5 Politeknik Negeri Bengkalis Jl. Bathin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya? TES TERTULIS KODE UNIT : KTL.PO.20.111.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Air Condensate (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN : Tes tertulis ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran.

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pembangunan. Dengan meningkatnya pembangunan akan. dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan adanya pencemaran. 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII M5-15 Pemanfaatan Arang Untuk Absorber Pada Destilasi Air Enegi Surya I Gusti Ketut Puja Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci