Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Reyhan NIM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Reyhan NIM:"

Transkripsi

1 PENGARUH TRAIT KEPRIBADIAN, SELF-ESTEEM, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Reyhan NIM: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M i

2

3

4

5 MOTTO? Komunikasi yang baik terhadap orang lain dimulai dengan komunikasi yang baik terhadap diri sendiri? v

6 ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) Desember 2013 C) Reyhan D) Pengaruh Trait Kepribadian, Self-Esteem, dan Jenis Kelamin terhadap Kecemasan Berkomunikasi Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E) xiii Lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh trait kepribadian, selfesteem, dan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Kecemasan berkomunikasi merupakan kecemasan yang dialami individu saat melakukan kegiatan berkomunikasi dengan seseorang ataupun dengan orang banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester satu dan tiga tahun ajaran 2013/2014. Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling. Responden yang digunakan adalah 189 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala, yaitu skala kecemasan berkomunikasi yang diadaptasi dari skala PRCA, skala big five personality yang diadaptasi dari skala Mini-IPIP, dan skala self-esteem yang diadaptasi dari skala RSES. Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik regresi berganda dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi 18.0, sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7. Dari hasil perhitungan menggunakan regresi berganda didapatkan indeks signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai p (p<0,05) dengan R-Square sebesar 0,404. Sehingga keputusan statistiknya adalah menerima hipotesis mayor yang berarti ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian, self-esteem, dan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta. Proporsi varian dari kecemasan berkomunikasi yang dijeaskan oleh semua IV trait kepribadian, self-esteem, dan jenis kelamin adalah sebesar 40,4%. Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan menambah variabel lain yang terkait dengan kecemasan berkomunikasi yang dapat dianalisis sebagai independent variable yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap kecemasan berkomunikasi seperti self efficacy, self confidence, kecerdasan emosi, keterampilan berkomunikasi, dan dukungan sosial. G) Bahan Bacaan: 25; buku: 4 + jurnal: 19 + tesis: 1 + artikel: 1 vi

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Pertama-tama penulis ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas selesainya pembuatan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat selesai: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Netty Hartati, M.Si dan Ibu Layyinah, M.Si, pembimbing yang telah banyak membantu penulis dengan membimbing materi dan penulisan, serta memberi masukan dan kritik dari awal sampai skripsi ini selesai. 3. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, pembimbing akademik. 4. Semua staff pengajar dan staff administrasi yang telah membekali penulis dengan banyak ilmu pengetahuan dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Kedua orang tua dan saudara/i penulis yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Nurzein, Dudi, Asep, Farhanah, Niqo, dan Chantri yang telah banyak membantu dan menemani penulis di dalam penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman Psikoche 2009, terima kasih untuk persaudaraannya selama ini. 8. Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 dan 2013 yang telah bersedia menjadi responden penelitian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. vii

8 Semoga pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, aamiin. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Jakarta, 23 Januari 2014 Penulis viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Mayor Perumusan Masalah Minor Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan...10 BAB 2. KAJIAN TEORI Kecemasan Berkomunikasi Definisi Kecemasan Berkomunikasi Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berkomunikasi Jenis-Jenis Kecemasan Berkomunikasi Pengukuran Kecemasan Berkomunikasi Trait Kepribadian Definisi Trait Kepribadian Definisi Big Five Dimensi-Dimensi Big Five Pengukuran Big Five Personality Self-Esteem Definisi Self-Esteem Pengukuran Self-Esteem Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian Hipotesis Mayor Hipotesis Minor...28 BAB 3. METODE PENELITIAN Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel...30 ix

10 Populasi dan Sampel Teknik Pengambilan Sampel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel Instrumen Pengumpulan Data Uji Validitas Konstruk Uji Validitas Konstruk Kecemasan Berkomunikasi Uji Validitas Konstruk Trait Kepribadian Uji Validitas Konstruk Self-Esteem Teknik Analisis Data Prosedur Penelitian...45 BAB 4. HASIL PENELITIAN Gambaran Subjek Penelitian Analisis Deskriptif Kategorisasi Skor Uji Hipotesis Analisis regresi Variabel Penelitian Pengujian Proporsi Varians Independen Variable...56 BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Kesimpulan Diskusi Saran Saran Teoritis Saran Praktis...64 DAFTAR PUSTAKA...66 LAMPIRAN... x

11 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 3.8. Tabel 3.9. Tabel Tabel Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Bobot Nilai Item Blueprint Skala Kecemasan Berkomunikasi Blueprint Skala Trait Kepribadian Blueprint Skala Self-Esteem Muatan Faktor Kecemasan Berkomunikasi Muatan Faktor Trait Kepribadian Extroversion Muatan Faktor Trait Kepribadian Neuroticism Muatan Faktor Trait Kepribadian Agreeableness Muatan Faktor Trait Kepribadian Openness Muatan Faktor Trait Kepribadian Conscientiousness Muatan Faktor Self-Esteem Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan jenis Kelamin Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Norma Skor Kategorisasi Tingkat Kecemasan Berkomunikasi Kategorisasi Tingkat Self-Esteem R-Square Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV Koefisien Regresi Kontribusi Varians IV terhadap DV xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Angket Penelitian Syntax dan Path Diagram Data Hasil Skoring xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah penelitian, pembatasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan Latar Belakang Masalah Komunikasi selalu diperlukan manusia untuk menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, khususnya dalam hubungan interpersonal. Aktivitas komunikasi selalu menjadi kebutuhan utama bagi semua orang termasuk mahasiswa untuk mengungkapkan isi hati atau gagasan, menjadi lebih kompeten, dapat meningkatkan kepercayaan diri, dan mudah melibatkan diri terhadap pembicaraan orang lain. Namun dari pengamatan yang dilakukan oleh Prayudi dan Susilo (2006) selaku peneliti dan staf pengajar di perguruan tinggi, selalu saja ditemukan mahasiswa dengan sikap communication apprehension (kecemasan berkomunikasi). Berdasarkan catatan mereka, dua dari sepuluh orang mengalami apa yang disebut dengan kecemasan berkomunikasi. Padahal mahasiswa harus mempunyai kompetensi dalam berkomunikasi agar dapat mempraktekkan ilmunya secara efektif. Maka dari itu selama proses pembelajaran di kelas mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berkomunikasinya. Beberapa kegiatan belajar diharapkan dapat digunakan 1

15 2 oleh mahasiswa, termasuk diskusi kelompok, diskusi kelas, rapat organisasi, dan pelatihan keterampilan berkomunikasi (Rachmi & Khotimah 2010). Banyaknya jumlah mahasiswa yang mengalami kecemasan berkomunikasi ditunjukkan oleh hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yang menyatakan bahwa 10 sampai 20 persen mahasiswa Amerika Serikat mengalami kecemasan berkomunikasi (Prayudi & Susilo, 2006). Sedangkan penelitian yang dilakukan di sebuah universitas di Indonesia memberikan hasil bahwa 73 persen mahasiswa yang menjadi partisipan mempunyai tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi (Rachmi & Khotimah, 2010). Bukan hanya banyaknya jumlah populasi yang mengalami kecemasan berkomunikasi, namun juga kecemasan berkomunikasi secara tidak mereka sadari berpengaruh dalam hidup mereka (McCroskey, 1976). Istilah communication apprehension atau kecemasan berkomunikasi diciptakan oleh McCroskey (1976) dan mengacu kepada sindrom kecemasan yang berhubungan dengan berkomunikasi dengan seseorang ataupun orang banyak. Orang yang memiliki tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi sering menghindari komunikasi karena ia akan mengalami reaksi negatif dari perasaan cemasnya. Selain itu, orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi juga akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi, dan hanya berbicara apabila terdesak saja (Prayudi & Susilo, 2006).

16 3 Prayudi dan Susilo (2006) menjelaskan beberapa konsekuensi dan dampak yang bisa diidentifikasi dari kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa. Pertama, mahasiswa cenderung memilih diam karena takut mengemukakan ide yang memerlukan logika berpikir aktif mahasiswa. Kedua, mahasiswa cenderung lamban dalam beradaptasi terhadap perubahan kondisi dan situasi. Ketiga, mahasiswa menjadi tidak kritis dalam mencermati realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat karena kecenderungan untuk memilih tidak mengemukakan opini, walaupun mahasiswa yang bersangkutan sesungguhnya berada di dalam lingkungan kampus atau perguruan tinggi. Keempat, mahasiswa akan mengalami kesulitan dalam bekerja sama dalam sebuah tim atau kelompok. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berkomunikasi seseorang di antaranya seperti trait kepribadian, self-esteem, dan jenis kelamin (Rashidi, Yamini, & Syafiei, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McCroskey, Daly, dan Sorensen (1976) bahwa kecemasan berkomunikasi ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan dengan trait-trait kepribadian seseorang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan enam trait kepribadian (adventurousness, surgency, general anxiety, self-control, emotional maturity, tolerance for ambiguity) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecemasan berkomunikasi.

17 4 Dalam penelitian Wrench, Brogan, McCroskey, dan Jowi (2008) tentang pengaruh kepribadian terhadap kecemasan berkomunikasi, ia menemukan bahwa pengaruh trait kepribadian extroversion dan neuroticism terhitung cukup besar, sebesar 72 persen mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang dalam berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Rashidi dkk (2011) juga memberikan hasil bahwa extroversion merupakan prediktor yang kuat bagi kecemasan berkomunikasi. Extroversion berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kecemasan berkomunikasi. Semakin extrovert seseorang, maka tingkat kecemasan berkomunikasinya semakin rendah. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Huntley (dalam McCroskey & Richmond, 1990) menemukan korelasi yang rendah antara extroversion dan kecemasan berkomunikasi. Selain extroversion dan neuroticism, dimensi big five yang lain, yaitu agreeableness signifikan berpengaruh secara negatif terhadap kecemasan berkomunikasi. Hal ini ditemukan di dalam hasil penelitian yang diakukan oleh Cavanaugh (2013). Variabel kepribadian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah trait-trait kepribadian big five yang antara lain adalah: neuroticism (N), extroversion (E), openness to experience (O), agreeableness (A), dan conscientiousness (C). Berdasarkan dari beberapa penelitian di atas, baru tiga dari lima trait kepribadian big five yang ditemukan memiliki pengaruh dengan kecemasan berkomunikasi, yaitu extroversion, agreeableness, dan

18 5 neuroticism. Meskipun begitu, peneliti juga ingin melihat ketiga trait kepribadian big five yang lainnya karena kepribadian seseorang merupakan gabungan dari kelima trait tersebut. Peneliti mengambil pendekatan big five personality sebagai variabel kepribadian yang mempengaruhi kecemasan berkomunikasi dikarenakan pendekatan ini menggunakan trait-trait kepribadian yang terdiri dari lima faktor besar yang telah diakui dan digunakan di berbagai Negara. Selain kepribadian, self-esteem juga menjadi faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi seseorang. Selfesteem mengacu pada sikap individu, baik positif maupun negatif terhadap dirinya secara keseluruhan (Rosenberg, Schooler, Schoenbach, & Rosenberg, 1995). McCroskey Daly, Richmond, & Falcione (1977) menjelaskan orangorang dengan tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi mempunyai selfesteem yang rendah. Mereka cenderung menghindari situasi yang mengharuskannya untuk berkomunikasi, merasa kurang diterima, merasa dinilai negatif oleh lawan bicaranya ketika berinteraksi, dan merasa bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rashidi dkk (2011) menemukan bahwa self-esteem berpengaruh secara negatif terhadap kecemasan berkomunikasi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian McCroskey dkk (1977) yang menemukan korelasi negatif antara self-esteem dengan kecemasan

19 6 berkomunikasi. Korelasi yang serupa juga ditemukan di dalam hasil penelitian Pearson, Child, DeGreeff, Semlak, dan Burnett (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat self-esteem seseorang berhubungan secara signifikan dengan semakin rendahnya tingkat kecemasan berkomunikasinya. Meskipun begitu, Philip, Smith, dan Modaff (2004) menemukan korelasi yang rendah antara self-esteem dan kecemasan berkomunikasi. Selain faktor kepribadian dan self-esteem, jenis kelamin juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan berkomunikasi. Meskipun begitu, hasil dari beberapa penelitian yang mencoba mengungkap pengaruh antara jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi masih kontradiktif. Dua penelitian yang dilakukan oleh Thaher (2005) dan Oladipo, Agbajeola, dan Adenaike (2012) mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi. Sementara itu, Rashidi dkk (2011), dari hasil penelitian mereka menyatakan bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan berkomunikasi. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Trait Kepribadian, Self-Esteem, dan Jenis Kelamin terhadap Kecemasan Berkomunikasi Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatul

20 Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Kecemasan berkomunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecemasan yang berhubungan dengan berkomunikasi dengan seseorang maupun dengan orang banyak (McCroskey, 1976) pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 1 dan 3 tahun ajaran 2013/2014. Peneliti hanya mengambil sampel dari mahasiswa semester 1 dan 3 tahun ajaran 2013/2014 untuk menghindari bias yang mungkin terjadi karena perbedaan kemampuan dalam menyesuaikan diri pada mahasiswa baru dan mahasiswa lama, 2. Trait kepribadian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Big five personality. Big five personality adalah pengumpulan trait-trait kepribadian ke dalam lima dimensi dasar, yaitu extroversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience (McCrae & John, 1991). 3. Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap individu baik positif maupun negatif terhadap dirinya sebagai sebuah totalitas (Rosenberg et al., 1995).

21 Perumusan Masalah Mayor Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian, self-esteem, dan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? Perumusan Masalah Minor 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian neuroticism terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian extroversion terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian openness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian agreeableness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian conscientiousness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

22 9 6. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 7. Apakah ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian (neuroticism, extroversion, agreeableness, openness, dan conscientiousness), self-esteem, dan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Manfaat teoritisnya adalah untuk menambah khazanah kajian psikologi khususnya yang berkaitan dengan psikologi kepribadian dan psikologi komunikasi. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengaruh kepribadian dan self-esteem terhadap kecemasan dalam

23 10 berkomunikasi pada mahasiswa serta dapat membantu mahasiswa dalam peningkatan program pengurangan dan penghentian rasa cemas ketika berkomunikasi. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan pengetahuan mengenai kepribadiannya serta sebagai acuan agar mahasiswa dapat mengurangi kecemasan dalam berkomunikasi. Diharapkan penelitian ini juga dapat menjawab keingintahuan masyarakat mengenai pengaruh trait kepribadian dan self-esteem dan jenis kelamin terhadap kecemasan dalam berkomunikasi khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini berpedoman pada sistematika penulisan American Psychological Association (APA) style. Untuk memudahkan penulisan skripi ini, penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab seperti berikut : BAB 1: PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2: KAJIAN TEORI Dibahas sejumlah teori mengenai permasalahan yang akan diteliti, yaitu mengenai kecemasan berkomunikasi, trait kepribadian, big five personality, self-esteem, kerangka berpikir, dan hipotesa.

24 11 BAB 3: METODE PENELITIAN Bab ini merangkum pendekatan dan jenis penelitian, variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisa data. BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISA DATA Pada bab IV ini diuas secara jelas mengenai gambaran umum subjek penelitian, presentasi dan analisa data, dan pembahasan hasil pengujian hipotesis. BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN Pada bab V ini dijelaskan kesimpulan, diskusi, dan saran.

25 BAB 2 KAJIAN TEORI Pada bab dua ini akan dibahas mengenai kajian teori penelititian yang berisi tentang teori kecemasan berkomunikasi, trait kepribadian, big five personality, dan selfesteem. Selanjutnya dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis penelitian Kecemasan Berkomunikasi Definisi Kecemasan Berkomunikasi Definisi yang paling sering digunakan untuk mendefinisikan kecemasan berkomunikasi datang dari McCroskey (1976), ia mendefinisikan kecemasan berkomunikasi sebagai tingkat ketakutan atau kecemasan individu yang berhubungan dengan aktivitas berkomunikasi dengan seseorang maupun dengan orang banyak. Individu yang mengalami kecemasan berkomunikasi cenderung sering menghindari komunikasi karena ia akan merasakan reaksi negatif yang didapatkan dari kecemasannya akibat berinteraksi. Namun bukan berarti individu tersebut tidak pernah terlibat di dalam interaksi, hanya lebih memilih untuk sedikit berbicara dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami kecemasan berkomunikasi di dalam situasi dan keadaan yang sama. Wrench dkk (2008) menjelaskan bahwa kecemasan berkomunikasi adalah kecenderungan individu untuk mengalami hambatan ketika 12

26 13 membayangkan dirinya sedang berkomunikasi, atau sedang benar-benar berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan orang banyak. Selama lebih dari dua dekade definisi kecemasan berkomunikasi telah digunakan untuk menggambarkan sifat dari seorang individu yang memiliki rasa takut atau kecemasan tentang berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan berkomunikasi tidak menampilkan kecemasannya kecuali jika berada di lingkungan yang tidak dikenalnya atau dengan orang-orang yang tidak akrab (Oladipo et al., 2012). Sedangkan menurut Thaher (2005), kecemasan berkomunikasi pada mahasiswa adalah pola kecemasan yang mempengaruhi komunikasi verbal dan prestasi mahasiswa. Kecemasan berkomunikasi muncul karena ketakutan mahasiswa terhadap komunikasinya yang buruk dan penilaian negatif yang didapatkannya. Kecemasan tersebut tercermin dalam sikap mahasiswa. Berger dkk (1984) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kecemasan berkomunikasi mengetahui betapa pentingnya komunikasi namun terhalang oleh ketakutan atau kecemasannya. Individu yang seperti ini cenderung sedikit berbicara. Jika seseorang takut akan sesuatu, akan sangat wajar jika ia menghindar atau menarik diri dari sesuatu yang ditakutinya. Inilah yang cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kecemasan berkomunikasi. Berdasarkan dari beberapa definisi di atas maka pengertian dari kecemasan berkomunikasi dalam penelitian ini adalah tingkat ketakutan atau

27 14 kecemasan individu yang berhubungan dengan aktivitas berkomunikasi dengan seseorang maupun dengan orang banyak (McCroskey, 1976) Faktor yang mempengaruhi Kecemasan Berkomunikasi Dari beberapa literatur dan hasil penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan berkomunikasi seseorang, diantaranya adalah kepribadian (McCroskey, 1976), self-esteem (McCroskey, 1977), jenis kelamin (Rashidi, 2011), hereditas (McCroskey, 1982), lingkungan (McCroskey, 1982), dan keterampilan berkomunikasi (Rashidi, 2011): 1. Kepribadian Kepribadian seseorang secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat kecemasan berkomunikasi seseorang. Tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi pada seseorang dipengaruhi oleh karakteristik kepribadiannya yang maladaptif secara sosial. 2. Self-esteem Individu yang memiliki tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi juga akan memiliki self-esteem yang negatif karena self-esteem sebagian besar berperan dalam interaksi seseorang dengan orang lain. Ketika berinteraksi, ia merasa bahwa dirinya dinilai secara negatif oleh orang lain.

28 15 3. Jenis kelamin Dalam beberapa budaya, laki-laki dianggap mendominasi, sementara wanita diperlakukan inferior. Dalam budaya yang menempatkan wanita selangkah di belakang laki-laki seperti ini, wanita akan merasa segan dan cemas dibandingkan teman-teman laki-laki mereka di dalam kelas. 4. Hereditas Anak terlahir dengan kecenderungan untuk memiki kepribadian yang berbeda-beda, dan kecenderungan ini tidak dapat diubah. Maka dari itu, anak yang berbeda akan bereaksi secara berbeda terhadap kondisi lingkungan yang sama. Interaksi hereditas dengan lingkungan yang seperti ini dipandang sebagai pencetus munculnya kecemasan berkomunikasi ketika anak dewasa. 5. Lingkungan Selain faktor hereditas, faktor lingkungan seseorang juga dianggap sebagai faktor yang dominan. Jika seorang anak mendapatkan reinforcement untuk berkomunikasi, maka ia akan lebih sering berkomunikasi. Sebaliknya jika seorang anak tidak mendapatkan reinforcement untuk berkomunikasi, maka ia akan jarang berkomunikasi. 6. Keterampilan berkomunikasi Meningkatnya keterampilan berkomunikasi seseorang diikuti dengan menurunnya kecemasan berkomunikasinya karena ia telah melatih

29 16 bahasanya secara tepat dan percaya pada keterampilannya untuk berkomunikasi dengan baik. Dalam penelitian ini, karena keterbatasan peneliti, peneliti hanya mengambil tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan berkomunikasi untuk dijadikan sebagai independent variable, yaitu trait kepribadian, self-esteem, dan jenis kelamin Jenis-Jenis Kecemasan Berkomunikasi Menurut Wrench dkk (2008) terdapat empat jenis kecemasan berkomunikasi yang dibagi berdasarkan pada konteks berkomunikasi, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi di dalam rapat, komunikasi di dalam diskusi kelompok, dan berbicara di depan umum: 1. Kecemasan berkomunikasi interpersonal adalah tingkat kecemasan atau ketakutan ketika berkomunikasi dengan individu dalam interaksi satu orang. Intinya, ketika seseorang merasakan kecemasan ketika membayangkan dirinya sedang berinteraksi dengan orang lain maupun selama melakukan interaksi yang sebenarnya dengan orang lain, maka ia dikatakan mengalami kecemasan berkomunikasi interpersonal. 2. Kecemasan berkomunikasi dalam rapat dan dalam diskusi kelompok adalah tingkat kecemasan atau ketakutan ketika berkomunikasi dengan satu orang maupun banyak orang selama berada di dalam rapat, ruang kelas, maupun dalam kelompok.

30 17 3. Kecemasan berbicara di depan umum adalah tingkat kecemasan atau ketakutan ketika berkomunikasi dengan seseorang maupun banyak orang dalam situasi formal. Kecemasan berkomunikasi di depan umum sangat erat kaitannya dengan fobia sosial. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis-jenis kecemasan berkomunikasi dari Wrench dkk (2008) Pengukuran Kecemasan Berkomunikasi Menurut McCroskey ( ada beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur kecemasan berkomunikasi, diantaranya adalah: 1. Personal Report of Communication Apprehension (PRCA). Alat ukur ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan skor kecemasan berkomunikasi dalam banyak konteks, seperti berkomunikasi di depan umum, berkomunikasi dengan dua orang, berkomunikasi di dalam kelompok kecil, dan berkomunikasi di dalam kelompok besar. 2. Personal Report of Interethnic Communication Apprehension (PRECA). Alat ukur ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan skor kecemasan berkomunikasi seseorang khusus dalam konteks komunikasi antar etnis. Kecemasan berkomunikasi antar etnis merupakan sub-kategori dari kecemasan berkomunikasi secara umum.

31 18 3. Personal Report of Intercultural Communicationjh Apprehension (PRICA). Alat ukur ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan skor kecemasan berkomunikasi seseorang khusus dalam konteks komunikasi antar budaya. Kecemasan berkomunikasi antar budaya merupakan subkategori dari kecemasan berkomunikasi secara umum. 4. Personal Report of Public Speaking Anxiety (PRPSA). Alat ukur ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan skor kecemasan berkomunikasi seseorang khusus dalam konteks komunikasi di depan umum. Dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi skala PRCA. Hal ini dikarenakan sesuai dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. PRCA juga merupakan alat ukur yang reliabel dan valid dalam mengukur kecemasan berkomunikasi (McCroskey, 1978) Trait Kepribadian Definisi Trait Kepribadian Menurut Feist dan Feist (2009), trait memberikan kontribusi terhadap perbedaan individu dalam berperilaku, konsistensi perilaku sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku pada berbagai situasi. Trait merupakan sesuatu yang unik dan polanya berbeda pada setiap individu.

32 19 Menurut Alpport dan Odbert (1936), trait dianggap sebagai pola yang menentukan kecenderungan individu terhadap kepribadiannya yang ditunjukkannya secara konsisten. Mereka menambahkan bahwa trait merupakan karakter pribadi yang terbentuk dari adaptasi individu secara psikologis terhadap lingkungannya. Trait bersifat stabil, abadi, berasal dari dalam diri, dan muncul pada berbagai situasi yang dialami individu (John & Srivastava, 1981). Berdasarkan dari beberapa definisi di atas maka pengertian dari trait kepribadian dalam penelitian ini adalah karakter pribadi yang menentukan kecenderungan individu terhadap kepribadiannya yang ditunjukkannya secara konsisten Definisi Big Five Personality Teori Big five telah digunakan untuk mengukur trait kepribadian dalam berbagai budaya di seluruh dunia (Feist & Feist, 2009). John dan Srivastava (1981) menjelaskan bahwa struktur big five bukan berarti bahwa perbedaan kepribadian antar individu dapat dijabarkan hanya menggunakan lima trait, namun lima dimensi ini mewakili kepribadian pada tingkat abstraksi yang paling luas, dan setiap dimensinya merangkum banyaknya perbedaan karakteristik kepribadian yang lebih spesifik. Menurut McCrae dan John (1991), Big five personality adalah pengumpulan trait-trait kepribadian ke dalam istilah lima dimensi dasar yaitu

33 20 extroversion, neuroticism, agreeableness, openness, dan conscientiousness. Big five benar-benar mewakili struktur trait dan dapat diaplikasikan pada teori kepribadian. Kegunaan big five personality adalah dapat memberikan istilah yang umum untuk psikolog dari budaya yang berbeda-beda, dapat menjelaskan fenomena dasar dari teori kepribadian, dapat menjadi kerangka berpikir di dalam penelitian, dan dapat memberikan panduan dalam melakukan assessmen yang komprehensif pada individu dalam aspek pendidikan, industri/organisasi, dan psikologi klinis. Berdasarkan dari beberapa definisi di atas, untuk melihat trait kepribadian dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan big five personality, yaitu pengumpulan trait-trait kepribadian ke dalam istilah lima dimensi dasar, yaitu extroversion, neuroticism, agreeableness, openness, dan conscientiousness (McCrae & John, 1991) Dimensi-Dimensi Big Five Dimensi dalam big five menurut McCrae & John (1991) adalah extroversion, agreeableness, neuroticism, openness, dan conscientiousness: 1. Extroversion Menurut Feist dan Feist (2009), dimensi ini menggambarkan energi psikis individu yang mengarah ke dunia luar dirinya sehingga individu terorientasi pada objek, bukan pada dirinya sendiri. Individu yang extrovert lebih terpengaruhi oleh lingkungannya dibandingkan dengan

34 21 dirinya sendiri. Mereka cenderung fokus pada sikap objektif daripada subjektif. Individu yang extrovert dikarakteristikkan dengan sifat mudah bersosialisasi dan impulsif. Extroversion memiliki beberapa facet (trait yang lebih spesifik) yaitu: minat berteman, minat berkelompok, kemampuan asertif, aktif, mencari kesenangan, dan ceria (Donnellan, Oswald, Baird, & Lucas, 2006). 2. Agreeableness Menurut Feist dan Feist (2009), dimensi ini menggambarkan perbedaan individu yang berhati lembut dan individu yang kasar. Individu yang agreeableness cenderung mudah percaya, murah hati, penurut, menerima, dan baik hati. Agreeableness memiliki beberapa facet (trait yang lebih spesifik) yaitu: percaya, bermoral, suka menolong, mampu bekerjasama, rendah hati, dan simpati (Donnellan et al., 2009). 3. Neuroticism Neuroticism mewakili perbedaan individu dalam kecenderungannya untuk mengalami stress yang dapat dilihat dari aspek kognitif dan perilakunya (McCrae & John, 1991). Neoruoticism memiliki beberapa facet (trait yang lebih spesifik) yaitu: cemas, marah, depresi, sadar diri, pengendalian diri, dan rapuh (Donnellan et al., 2006). 4. Openness Openness secara konsisten menginterpretasikan intelektualitas dan keterbukan, termasuk minat, imajinasi, sesuatu yang asli, rasa ingin tahu,

35 22 dan artistik, bijaksana, berpikir logis, dan berpikir jauh ke depan (McCrae & John, 1991). Openness memiliki beberapa facet (trait yang lebih spesifik) yaitu imajinasi, minat terhadap seni, emosi, minat berpetualang, intelektualitas, dan kebebasan berpikir (Donnellan et al., 2006). 5. Conscientiousness Menilai kemampuan individu didalam hal pengorganisasian, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan (Pervin & John, 2001). Umumnya, individu yang memiliki skor conscientiousness yang tinggi adalah individu yang pekerja keras, teliti, tepat waktu, dan tekun (Feist & Feist, 2009). Conscientiousness memiliki beberapa facet (trait yang lebih spesifik) yaitu: self-efficacy, teratur, tanggung jawab, keinginan untuk berprestasi, disiplin, dan hati-hati (Donnellan et al., 2006) Pengukuran Big Five Personality Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur big five personality, diantaranya NEO-PI-R, HPI, Mini-IPIP, PCI, NEO FFI BFI, AB5C, CPI, Big Five factor Maker, dll. Dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi skala Mini-IPIP yang dibuat oleh Donnellan dkk (2006). Mini- IPIP adalah versi pendek dari IPIP (International Personality Item Pool) yang dibuat oleh Goldberg berdasarkan teori dari McCrae dan Costa. Mini-IPIP dapat diterima secara psikometri dan berguna untuk mengukur faktor kepribadian big five seseorang (Donnellan et al., 2006).

36 Self-Esteem Definisi Self-Esteem Berger dkk (1984) menjelaskan bahwa self-esteem adalah cara seseorang dalam menilai dirinya sendiri secara keseluruhan. Orang yang memiliki selfesteem yang rendah cenderung menganggap dirinya tidak layak, lebih sering gagal daripada berhasil, dan kurang kompetitif dibandingkan dengan orangorang disekitarnya. Sebaliknya, orang yang memiliki self-esteem yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai anggota masyarakat yang berguna, seorang pemenang, berkompeten, dan lebih sering sukses. Self-esteem adalah sikap individu, baik positif maupun negatif terhadap dirinya secara keseluruhan (Rosenberg et al., 1995). Sedangkan menurut Heatherton dan Wyland (2002) self-esteem adalah respon emosional yang dirasakan seseorang terkait dengan penilaiannya terhadap dirinya sendiri. Self-esteem memberikan pengaruh terhadap tingkat kenyamanan seseorang terhadap pengalaman berkomunikasinya. jika seseorang pernah merasakan gagal dalam berkomunikasi di sebuah situasi atau peran tertentu, ia mungkin akan mengaitkan hal-hal yang negatif dengan situasi atau peran tersebut (Pearson, et al., 2011). Berdasarkan dari beberapa definisi di atas maka pengertian self-eteem dalam penelitian ini adalah sikap individu, baik positif maupun negatif terhadap dirinya secara keseluruhan (Rosenberg et al., 1995).

37 Pengukuran Self-Esteem Berikut ini beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur selfesteem (Heatherton & Wyland, 2003), yaitu: 1. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) RSES paling banyak digunakan dalam pengukuran global self-esteem. RSES terdiri dari sepuluh item pernyataan dengan reliabilitas internal tinggi (alpha.92). 2. Revised Janis-Field Feelings of Inadequency (JFS) JFS paling cocok digunakan untuk mengukur self-esteem pada orang dewasa. JFS direkomendasikan untuk digunakan pada penelitian yang meneliti banyak komponen self-esteem. Reliabilitas JFS mencapai State Self-Esteem Scale (SSES) SSES terdiri dari 20 item dan mempunyai konsistensi internal (alpha=.92). SSES terbentuk dari tiga faktor: kinerja, sosial, dan self-esteem. Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi skala RSES milik Rosenberg (2003) yang terdiri dari 10 item. Hal ini dikarenakan menurut Demo (dalam Heatherton & Wyland, 2003), RSES adalah alat ukur yang paling banyak digunakan di dalam penelitian yang mengukur self-esteem. Selain itu, RSES sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin mengukur self-esteem secara global.

38 Kerangka Berpikir Proses komunikasi tidak semuanya dapat berjalan dengan efektif karena setiap orang mempunyai kualitas komunikasi yang berbeda-beda yang ditunjukkan dari hasil komunikasi tersebut. Ada hambatan dalam berkomunikasi yang disebut dengan kecemasan berkomunikasi (communication apprehension). Kecemasan dalam berkomunikasi yang dialami oleh seseorang adalah perasaan takut untuk berkomunikasi dengan seseorang atupun dengan orang banyak. Kecemasan berkomunikasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian, selfesteem, dan jenis kelamin. Kepribadian selalu mempengaruhi cara seseorang dalam menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap suatu situasi psikologis atau stimulus. Individu yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang tinggi merupakan individu yang menarik diri dan tidak mampu menyesuaikan diri secara sosial. Sedangkan individu yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang rendah merupakan individu yang mampu menyesuaikan diri secara sosial dan berhasil di dalam masyarakat (McCroskey et al., 1976). Hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa kecenderungan seseorang untuk mengalami kecemasan berkomunikasi memiliki korelasi yang cukup erat dengan dua buah dimensi big five, yaitu neuroticism dan extroversion (Wrench et al., 2008). Sedangkan penelitian yang lain membuktikan bahwa dimensi agreeableness signifikan berpengaruh secara negatif terhadap kecemasan berkomunikasi (Cavanaugh, 2013).

39 26 Dimensi neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi adalah individu yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Individu yang seperti ini dapat dibilang memiliki tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi jika perasaan cemasnya muncul pada saat dirinya berkomunikasi dengan orang lain. Extroversion dikarakteristikkan dengan keinginan untuk bersosialisasi. Seseorang dengan tingkat extroversion yang tinggi cenderung lebih banyak melakukan percakapan walaupun jika ia berada di sebuah ruangan yang berisi orang-orang yang belum pernah ditemui sebelumnya. Sebaliknya, seseorang dengan tingkat extroversion yang rendah cenderung akan diam, cemas, dan merasa tidak nyaman ketika berada pada ruangan yang sama. Salah satu penyebab munculnya kecemasan berkomunikasi pada seseorang ketika berkomunikasi adalah adanya ketakutan terhadap konflik verbal. Individu dengan tingkat agreeableness yang tinggi cenderung mengalami lebih sedikit konflik, maka dari itu mereka juga mengalami lebih sedikit kecemasan yang mungkin terjadi karena konfik verbal tersebut. Hal yang sebaliknya akan dirasakan oleh orang yang memiliki tingkat kecemasan berkomunikasi yang tinggi karena mereka mempunyai kecemasan yang berlebih terhadap munculnya konflik verbal ketika berkomunikasi dengan orang lain (Cavanaugh, 2013).

40 27 Selain trait kepribadian, self-esteem juga merupakan salah satu prediktor yang penting bagi kecemasan berkomunikasi. Self-esteem yang positif akan membuat individu memiliki beberapa kelebihan, termasuk kemampuannya dalam mengatasi rasa cemas. Hal tersebut merupakan modal yang paling berharga dalam menjalin hubungan interpersonal. Sebaliknya, individu yang memiliki self-esteem yang negatif lebih sering merasakan pengalaman berkomunikasi yang negatif pula. Sedangkan pengalaman berkomunikasi yang negatif yang dirasakan seseorang akan memberikan kontribusi terhadap rendahnya extroversion dan membuat individu tersebut menghindari kegiatan berkomunikasi (Pearson et al., 2011). Beberapa penelitian yang mencoba mengungkap pengaruh jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi masih kontradiktif. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa wanita mempunyai tingkat kecemasan berkomunikasi yang lebih tinggi daripada laki-laki, namun beberapa penelitian lainnya justru menunjukkan hasil yang sebaliknya.

41 28 Tabel 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Neuroticism Extraversion Trait Kepribadian Openness Agreeabeness Conscientiousness Self-Esteem Kecemasan Berkomunikasi Jenis Kelamin 2.5. Hipotesis Penelitian Hipotesis Mayor Ha : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian, self-esteem, dan Hipotesis Minor jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian neuroticism terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian extroversion terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

42 29 Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian openness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian agreeableness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan trait kepribadian conscientiousness terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan self-esteem terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap kecemasan berkomunikasi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

43 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, prosedur penelitian, serta metode analisis data Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 1 dan 3 tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 289 orang. Peneliti hanya memilih mahasiswa/i semester 1 dan 3 tahun ajaran 2013/2014 sebagai populasi ini untuk menghindari bias yang mungkin terjadi karena perbedaan kemampuan dalam menyesuaikan diri pada mahasiswa baru dan mahasiswa lama dalam aktivitas berkomunikasinya, khususnya ketika berada di dalam kelas. Karena keterbatasan peneliti, peneliti hanya mengambil sebagian sampel dari populasi. Jumlah angket penelitian yang peneliti sebar sebanyak 200 angket, namun hanya 189 yang dapat dianalisis karena sisanya tidak diisi lengkap, sehingga jumlah tersebut yang peneliti jadikan sampel dalam penelitian ini Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling karena untuk keterbatasan peneliti berkaitan dengan waktu, biaya, dan tenaga. Angket penelitian diberikan kepada mahasiswa/i Fakultas 30

44 31 Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 1 dan 3 tahun ajaran 2013/2014 yang bersedia mengisi angket penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi dependent variabel adalah kecemasan berkomunikasi. Sedangkan yang menjadi independent variable adalah trait kepribadian (neuroticism, extroversion, agreeableness, openness, dan conscientiousness), self-esteem, dan jenis kelamin Definisi Operasional Variabel 1. Kecemasan berkomunikasi adalah sejauh mana individu mengalami kecemasan untuk berpartisipasi dalam berkomunikasi secara verbal, berupa ketika berkomunikasi dengan seseorang dan ketika berkomunikasi dengan orang banyak. 2. Trait kepribadian big five adalah struktur kepribadian manusia yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yaitu; 1) extroversion berupa minat berteman, aktif, mencari kesenangan, dan ceria; 2) Agreeableness berupa suka menolong dan simpati; 3) conscientiousness berupa teratur dan disiplin; 4) neuroticism berupa cemas, marah, depresi, dan pengendalian diri; dan 5) openness berupa imajinasi dan intelektualitas.

45 32 3. Self-esteem adalah sikap individu terhadap dirinya sebagai sebuah totalitas. Sikap tersebut berupa sikap positif terhadap diri, dan sikap negatif terhadap diri Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala model Likert. Pilihan jawaban untuk skala kecemasan berkomunikasi, big five, dan self-esteem terdiri dari empat kategori jawaban yaitu: 1. Sangat Tidak Setuju (STS), apabila subjek merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. 2. Tidak Setuju (TS), apabila subjek merasa tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. 3. Setuju (S), apabila subjek merasa setuju dengan pernyataan yang diberikan 4. Sangat Setuju (SS), apabila subjek merasa sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan. Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan yang favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan favourable, pilihan jawaban sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2, dan sangat tidak setuju diberi nilai 1. sedangkan untuk pernyataan yang unfavourable, pilihan jawaban sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai 3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1.

46 33 Tabel 3.1. Bobot nilai item Pilihan STS TS S SS Favourable Unfavourable Kecemasan Berkomunikasi Kecemasan berkomunikasi didapatkan dari adaptasi skala PRCA yang dibuat oleh McCroskey (1978). Kecemasan berkomunikasi yang diukur berdasarkan konteks situasinya, yaitu ketika berkomunikasi dengan seseorang, dan ketika berkomunikasi dengan orang banyak. Tabel 3.2. Blueprint Skala Kecemasan Berkomunikasi No. Indikator Item Total Fav Unfav 1. Komunikasi dengan 3, 8, 9, 6 4 seseorang 2. Komunikasi dengan orang banyak 2, 4, 5 1, 7, 10 6 Total Trait Kepribadian Trait kepribadian didapatkan dari adaptasi skala Mini-IPIP yang dibuat oleh Donnellan dkk (2006). Skala ini mengukur lima dimensi big five personality yaitu: extroversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.

47 34 Tabel 3.3. Blueprint Skala Trait Kepribadian No. Dimensi Indikator Item Total Fav Unfav 1. Extroversion Ceria 1 4 Minat Berteman 11 Mencari Kesenangan 16 Aktif 6 2. Agreeableness Simpati 2, Suka Menolong 7 3. Conscientiousness Teratur 13 18, 8 4 Disiplin 3 4. Neuroticism Pengendalian Diri 4 4 Cemas 9 Marah 14 Depresi Openness Imajinasi Intelektualitas 10, 15 Total Self-Esteem Self-esteem didapatkan dari adaptasi skala RSES yang dikembangkan oleh Rosenberg (dalam Heatherton & Wyland, 2003). RSES mempunyai 10 pernyataan dengan empat rentang pilihan jawaban. Tabel 3.4. Blueprint Skala Self-Esteem Indikator Item Total Fav Unfav Sikap terhadap diri 1, 2, 4, 6, 7 3, 5, 8, 9, Total Uji Validitas Konstruk Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan

48 35 Confirmatory Faktor Analysis (CFA), untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan teori adalah konsep bahwa seluruh item mengukur satu hal yang sama (unidimensional) yaitu konstruk yang hendak diukur Uji Validitas Konstruk Kecemasan Berkomunikasi Peneliti menguji apakah 10 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel kecemasan berkomunikasi. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi- Square = 223,25, df = 35, P-value = , RMSEA = 0,169. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 35,61, df = 26, P-value = 0,09904, RMSEA = 0,044. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kecemasan berkomunikasi. Tahap selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.

49 36 Tabel 3.5. Muatan Faktor Kecemasan Berkomunikasi No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan Keterangan: tanda = signifikan (t>1,96) Berdasarkan tabel 3.5, diketahui bahwa tidak terdapat item yang muatan faktornya <1,96, sehingga seluruh item tersebut dapat ikut dianalisis dalam perhitungan skor faktor Uji Validitas Konstruk Trait Kepribadian 1. Extroversion Peneliti menguji apakah 4 item ada yang bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur variabel trait kepribadian extroversion. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 11,19, df = 2, P-value = 0,00371, RMSEA = 0,156. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1,69, df = 1, P-value = 0,19425, RMSEA = 0,060. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab dua (kajian pustaka) telah membahas teori yang telah menjadi dasar penelitian. Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam bab kajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, yaitu kepribadian, yang terdiri dari: 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Regresi berguna untuk mencari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat enam variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor kepribadian yang terdiri dari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi ganda. Penelitian korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan dan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 40 4. METODE PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam empat bagian. Pada bagian pertama, peneliti akan membahas responden penelitian yang meliputi karakteristik responden, teknik pengambilan sampel, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sama halnya dengan peserta didik yang lain, mereka juga samasama memiliki permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian Big Five dan citra merek terhadap keputusan pembelian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dengan populasi penduduk kota Bandung. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik accidental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Definisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi dan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara sistematis yang hasilnya berguna untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif karena menurut Sugiyono (2012) metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur paling penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2011, hal. 13), penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN BIG FIVE DENGAN PEMAAFAN PADA ISTRI YANG MENGALAMI PROBLEMATIKA PERKAWINAN SKRIPSI Oleh: IKA NURANI 11.40.0103 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying 88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel tergantung Varibel bebas : Prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan

BAB IV ANALISIS DATA. Larangan yang berjumlah 138 orang dalam rentang usia tahun. 1) Deskripsi Subjek Berdasarkan Panti Asuhan BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi subjek penelitian ini diuraikan berdasarkan panti asuhan, jenis kelamin dan usia. Subjek penelitian ini adalah anak asuh panti asuhan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan metode penelitian dan bagaimana teori yang dibahas dalam kajian pustaka diaplikasikan dalam penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Konstruk penelitian ini adalah termasuk penelitian eksplanatoris, yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Konstruk penelitian ini adalah termasuk penelitian eksplanatoris, yaitu 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Konstruk penelitian ini adalah termasuk penelitian eksplanatoris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud memberikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini akan mengambil sampel pada pegawai Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. 3.2. Jenis Penelitian Menurut Oei (2010:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional yaitu korelasi parsial. Menurut Arikunto (2002:23) penelitian kuantitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Culture Shock terhadap kemampuan adaptasi mahasantri

Lebih terperinci

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.11 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Azwar (1998) pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia. Terdapat banyak cara untuk mempelajari perilaku manusia, salah satunya adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12) BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu remaja mulai dari rentang usia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lingkup metodologi yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lingkup metodologi yang akan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lingkup metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi desain, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu daya tarik interpersonal dan kohesivitas kelompok. Untuk kepentingan penelitian ini, maka pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut. 25 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian dalam penelitian ini, terdiri dari: pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, subjek

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Alienasi 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan gejala dan menjelaskan hubungan antar variabel yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan gejala dan menjelaskan hubungan antar variabel yang ditemukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang berguna menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan tingkat kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas I Madrasah Aliyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Seperti yang dikemukakan pada pendahuluan bahwa yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk soal- soal ujian nasional mata pelajaran bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid,

BAB III METODE PENELITIAN. mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitan sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang terdiri dari satu variabel tergantung dan dua variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.1.1. Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan. 11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel kriterium: Penyesuaian diri terhadap lawan jenis. B. Definisi Operasional digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu satu variabel kriterium dan dua variabel prediktor, sebagai berikut: 1. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Salah satu pengukuran yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk mempelajari proses mental dan perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia, para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam membicarakan tentang metode penelitian akan dibahas tentang (a) Tempat dan Waktu Penelitian, (b) Identifikasi Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa karena pendidikan dapat mendorong serta menentukan maju mundurnya suatu proses

Lebih terperinci