KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK"

Transkripsi

1 KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria menghadapi banyak masalah, antara lain adanya kebingungan identitas diri dan ketidakterimaan sosial dari lingkungan. Saat kesejahteraan subjektif menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat sebagai reaksi atas banyaknya artikel psikologi yang mengungkap keadaan negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai kesejahteraan subjektif dan mengeksplorasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif pada Waria PSK. Subjek penelitian ini adalah Waria, berumur di atas 35 tahun, mempunyai pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, tidak memiliki pekerjaan sampingan serta berdomisili di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, kartu stimulus kata dan, kuesioner terbuka. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi metode sebagai teknik pemeriksaan data. Berdasar hasil penelitian dan analisis data, diketahui bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif Waria PSK adalah pemahaman agama dan spiritualitas, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan adanya tujuan hidup. Pembentukan kesejahteraan subjektif pada Waria diawali oleh bagaimana mereka menerima kehidupan, baik kondisi internal maupun eksternal. Penerimaan ini selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan juga mempengaruhi waria PSK. Bila waria PSK memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial yang baik, maka ia cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik; sehingga akan menumbuhkan kesejeahteraan subjektif yang positif dalam diri mereka. Kata kunci : kesejahteraan subjektif, Waria, Pekerja Seks Komersial (PSK) PENDAHULUAN Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat dan bukan merupakan hal yang baru lagi. Waria merupakan salah satu transgender, yaitu sikap dan perilaku maskulin berubah atau merubah diri ke sikap dan perilaku feminim (Sarah, 2007). Keputusan atau dorongan individu untuk menjadi waria melalui proses yang panjang. Waria banyak menghadapi masalah dari dalam maupun dari luar sebagai konsekuensi pemilihan hidup sebagai waria. Pertama, mereka cenderung mengalami kebingungan identitas diri. Kedua, adanya ketidakterimaan sosial dari lingkungan atas penentangan konstruksi gender. Selanjutnya, mereka juga menghadapi rumitnya legalitas, hukum norma tertulis maupun tidak tertulis yang menempatkan pada hak dan kewajibannya, serta mereka juga mempunyai dorongan seksual yang sama dengan manusia

2 lainnya (Lerner dan Spanier dalam Koeswinarno, 2004). penerimaan dan pengakuan waria di Indonesia, baru sebatas realitas informal oleh sebagian masyarakat. Uraian di atas, memunculkan pertanyaan : Bagaimana gambaran hidup waria PSK? Bagaimana gambaran evaluasi hidupnya? Apa yang menjadi tolok ukur waria PSK dalam mengevaluasi hidupnya? Saat kesejahteraan subjektif menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat sebagai reaksi atas banyaknya artikel psikologi yang mengungkap keadaan negatif. Diener & Scollon (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan subjektif berhubungan dengan bagaimana seseorang merasakan dan berpikir mengenai kehidupannya, baik emosi ataupun kognisi saat ini atau masa lampau, meliputi : kepuasan hidup, emosi positif, kepuasan pada domain tertentu seperti kepuasan kerja dan perkawinan, dan tingkat kualitas emosi positif atau negatif. Diener et al (1999) mengungkapkan bahwa kesejahteraan subjektif terdiri dari dua komponen, yaitu afek dan kepuasan hidup. Afek merupakan gambaran evaluasi langsung individu atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, individu akan beraksi dengan afek positif jika mengalami sesuatu yang baik, dan sebaliknya. Afek positif yang dominan cenderung direfleksikan sebagai kesejahteraan subjektif yang tinggi. Menurut Tallegen (dalam Diponegoro, 2004), terdapat 10 kata sifat yang mempunyai daya ungkap afek positif, yaitu : penuh perhatian, berminat, waspada, bergairah, antuasias, inspiratif, bangga, kuat, aktif, dan teguh pendirian. Sedangkan afek negatif diungkap dengan 10 kata sifat sebagai berikut : penuh tekanan, terganggu, bersalah, takut, memusuhi, pemarah, malu, gelisah, gugup, dan khawatir. Lebih lanjut Diener (1999) mengemukakan bahwa kepuasan hidup merupakan bentuk kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman disertai dengan kegembiraan. Penilaian kepuasan didasarkan pada perbandingan antara kondisi diri tertentu dibandingkan dengan berbagai standar, yang mencakup : orang lain, kondisi masa lalu, tingkat aspirasi dan ide dari kepuasan, dan kebutuhan atau tujuan lain. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif individu, antara lain : (a) penilaian individu terhadap kesehatannya (kesehatan subjektif); (b) penghasilan dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar; (c) kemakmuran; (d) agama, dicerminkan dalam perlaku religius; (e) pernikahan, yang berefek pada adanya dukungan emosional dan ekonomi; (f) pendidikan, yang memungkinkan individu untuk lebih maju dalam mencapai tujuan atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya; (g) kepribadian; (h) tujuan, individu bereaksi positif ketika tujuannya mengalami peningkatan, dan sebaliknya; (i) perilaku coping yang efektif. Waria pekerja seks komersial (PSK) adalah individu yang memiliki jenis kelamin satu, namun berperilaku dan mengenakan pakaian dari lawan jenisnya untuk memenuhi hasrat dalam dirinya untuk diterima dan diperlakukan sebagai lawan jenis, dan memiliki pekerjaan sebagai penjual jasa (jasa seks) tanpa melibatkan emosi individu. Terbentuknya kepribadian waria dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor lingkungan seperti pola asuh, pendidikan, hambatan perkembangan seksual, maupun faktor bawaan seperti masa prenatal, hormonal dan konstitusi pembawaan. Hambatan dalam memilih lapangan pekerjaan, baik dari aspek fisik maupun sosial, mengakibatkan sulitnya waria untuk bekerja pada sektor formal. Sektor informal yang mudah diakses waria adalah sebagai pelayanan jasa kecantikan dan pelayanan jasa seksual. Berdasarkan uraian di atas, disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

3 Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) Permasalahan Sosial Permasalahan Internal Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan subjektif Afek Kepuasan Hidup Pilihan hidup menjadi Waria berdampak pada masalah penerimaan sosial, seperti tidak diterimanya waria oleh lingkungan mengingat nilai-nilai agama dan sosial di Indonesia tidak mengizinkan perilaku transeksual, sehingga peluang kerja menjadi sempit. Dalam diri individu Waria sendiri juga memiliki kesulitan dalam penerimaan diri dan kebingungan identitas, di samping adanya kebimbangan antara menjadi diri sendiri dengan mematuhi norma-norma yang melarang menjadi Waria. Kondisi ini akan berpengaruh pada kesejahteraan subjektif Waria tersebut. Kesejahteraan subjektif ini terdiri dari dua komponen, yaitu afek dan kepuasan hidup. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : kemakmuran, agama dan tujuan hidup. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Moleong (2005), penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah. Adapun fokus penelitiannya adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana waria mengevaluasi kehidupannya baik secara kognitif maupun afeksi, baik kehidupan sekarang maupun kehidupan sebelumnya Subjek penelitiannya mempunyai keterbarasan karakteristik sebagai berikut : (1) Waria, (2) umur di atas 35 tahun, (3) jenis pekerjaan sebagai pekerja seks komersial, (4) tidak memiliki pekerjaan sampingan, (5) berdomisili di Yogyakarta, dan (6) bersedia menjadi subjek penelitian dan dibuktikan dengan surat keterangan Metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara mendalam yang terfokus (in depth focused interview). Metode ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu mengenai topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Poerwandari, 1998). Adapun pedoman wawancara adalah:

4 Kondisi subjek internal Kondisi subjek eksternal Afek Kepuasan hidup Faktor-faktor yang berpengaruh Makna kesejahteraan subjektif Tabel 1. Pedoman wawancara subjek Demografi Penerimaan diri Kepribadian dan deskripsi subjek Pengakuan dan penerimaan keluarga dan lingkungan Interaksi sosial : keluarga dan pasangan, teman dan lingkungan Kepuasan terhadap diri sendiri Kepuasan terhadap pekerjaan Kepuasan terhadap pasangan Kepuasan terhadap hidup yang dimiliki Tujuan dan harapan masa depan Kemakmuran Nilai-nilai religiusitas dan spiritualitas 2. Observasi. Hasil dari observasi dalam penelitian ini digunakan untuk data tambahan dalam memahami fenomena yang diteliti. 3. Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu yang didalamnya berisikan 22 jenis emosi manusia manusia yang disarikan oleh Diponegoro (2004) dari berbagai pendapat ahli psikologi. 4. Kartu stimulus kata, yang terdiri dari kartu yang didalamnya berisikan 22 jenis emosi manusia manusia yang disarikan oleh Diponegoro (2004) dari berbagai pendapat ahli psikologi. 5. Kuesioner terbuka, yang ditujukan pada kepada significant person dengan tujuan untuk menambah data penelitian dan pengecekan data dari hasil wawancara dengan subjek penelitian. Pelaksanaan teknik pemeriksaan pada penelitian ini didasarkan atas berbagai kriteria, yaitu kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian (Lincoln dan Guba, dalam Poerwandari, 1998). Untuk mencapai kriterium kepercayaan penelitian digunakan teknik pemeriksaan data melalui pengecekan responden, pengecekan sejawat serta teknik triangulasi metode. Usaha untuk membangun keteralihan dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan melakukan uraian penelitian yang rinci dan terorganisir. Kriterium kebergantungan diupayakan dengan beberapa cara, antara lain dengan membuat langkah-langkah penelitian seoperasional dan serinci mungkin, berdiskusi dengan teman sejawat dan para ahli, dan menggunakan berbagai metode pengumpulan data. Langkah-langkah analisis yang digunakan adalah (1) pengelompokan data dalam tema besar (open coding); (2) pengorganisasian data dalam tema dan konsep inti penelitian (axial coding); (3) perbandingan antar data dan ditunjang konsep teoritis (selective coding); dan (4) interpretasi dan elaborasi, menggabungkan berbagai temuan PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Tahap-tahap persiapan meliputi : (1) studi pendahuluan, yang berupa studi pustaka

5 permasalahan melalui media cetak dan elektronik; dan (2) pembentukan raport pada komunitas waria, dengan melakukan kunjungan informal pada tokoh-tokoh waria dan acara perkumpulan waria; (3) pencarian subjek penelitian, dipilih sebanyak tiga calon subjek dengan kriteria berdasar kesediaan dan waktu yang dimiliki; dan (4) penyusunan pedoman wawancaara 2. Pelaksanaan penelitian Penelitian diawali dengan penjelasan prosedur pengambilan data. Subjek mengisi lembar kesediaan sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan penggunaan kartu stimulus untuk membantu subjek mengungkap kondisi afek yang dirasakan subjek. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik pengecekan kembali terhadap subjek dan significant person. Pengambilan data dilaksanakan tanggal 5 Juni 2007 sampai dengan 21 Juni Deskripsi hasil penelitian Setelah pengumpulan data dari masingmasing subjek penelitian, maka hasil penelitian diolah dengan metode kualitatif. Data yang diorganisasikan, kemudian dimasukkan dalam 3 kategori dan beberapa sub kategori. Hasil pengorganisasian data disajikan dalam tabel 2, di bawah ini : Tabel 2. Kondisi Hidup subjek Kondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Penerimaan diri atas status waria Memiliki penerimaan diri yang cenderung tinggi atas status waria Kepribadian Subjek memiliki sifat periang Coping yang digunakan bermacammacam Demografi Memiliki pasangan yang telah dijalin selama 12 tahun Pendaparan / hari Pendidikan hingga kelas 5 SD dan pernah mengikuti Kondisi fisik dan kesehatan kursus masak Memiliki penyakit yang belum bisa disembuhkan Memiliki dorongan seksual terhadap lakilaki dan tidak mengalami penurunan atas dorongan terhadap Memiliki penerimaan diri yang rendah atas status waria yang dimilikinya Subjek memiliki sifat mudah gembira Subjek merupakan individu yang mu-dah menerima pendapat dan penilaian orang lain Tidak memiliki pasangan Tidak memiliki riwayat penyakit dalam status kesehatan Pendaparan / hari Pendidikan lulus SD Memiliki dorongan seksual terhadap laki-laki, namun mengalami penurunan atas dorongan terhadap seks Memiliki kesehatan yang cenderung baik Memiliki penerimaan diri yang cenderung rendah atas status waria Subjek merupakan individu yang tidak peduli dengan orang lain mengenai dirinya Subjek merupakan individu yang tidak memikirkan hari esok Memiliki pasangan lebih muda yang telah dijalin 1,5 tahun Pendapatan tak tentu tetapi cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan Subjek mudah sakit flu karena pekerjaannya yang mengharuskan begadang Memiliki dorongan sek-sual terhadap lakilaki

6 seks Kondisi Hidup Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Pengakuan dan Diakui dan diterima sebagai Subjek belum come- penerimaan dari wanita dan waria out pada keluarga dan keluarga, lingkungan oleh keluarga, pasangan, lingkungan asal asal, dan keluarga pasangan, ling- Diakui dan diterima lingkungan kungan asal, dan lingkungan sebagaimana layak- migrasi migrasi nya wanita oleh ling- kungan migrasi Interaksi di luar keluarga Interaksi di dalam keluaraga Subjek mayoritas berteman dengan perempuan dan waria. Meskipun begitu, bagi subjek itu bukan merupakan hambatan Subjek dalam keluarga sedarah, memiliki hubungan yang dekat dengan ibu dan saudaranya. Namun tidak dengan ayah. Saat ini Subjek dalam interaksi keluarga hanya melalui surat atau telepon. Subjek disukai oleh keluarga pasangan sebagaimana perempuan Subjek cenderung berinteraksi dengan perempuan Subjek senang dengan figur ayah, dekat dengan sosok ibu, dan memiliki hubungan yang baik dengan saudara. Namun saat ini Subjek berada jauh dari lingkungan keluarga subjek. Diakui dan diterima oleh lingkungan migran, lingkungan asal, keluarga, dan pasangan Subjek merasa tidak mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan dunia luar. Meskipun sering dihina waktu kecil, namun subjek tidak merasa minder. Subjek aktif ikut kegiatan kemasyarakatan Subjek dekat dengan ibu dan saudara perempuan. Subjek tidak dekat dengan ayah karena subjek merasa tidak nyaman. Saat ini orangtua subjek sudah meninggal dunia dan subjek hanya berkomunikasi dengan saudaranya melalui surat.

7 4. Pembahasan dan Analisis Seluruh subjek penelitian sejak kecil cenderung memiliki sifat feminin yang tinggi. Mereka menyatakan dirinya layaknya seperti perempuan sejak kecil, baik perilaku maupun mental. Mereka ingin diterima oleh lingkungan sebagai anggota kelompok lawan jenisnya. Untuk itu mereka berusaha mengubah kondisi fisik dengan cara suntik silikon. Penerimaan sosial menjadi kebutuhan bagi seluruh subjek; meskipun dalam kehidupan para subjek, penerimaan dan pengakuan lingkungan atas status waria yang didapat subjek berbeda-beda. Dalam interaksi dengan lingkungan sosial khususnya lingkungan migran, semua subjek diterima dan diakui oleh masyarakat setempat. Akan tetapi, subjek masih belum diterima oleh masyarakat luas, seperti dihina dan dilecehkan. Aksi penerimaan sosial dari masyarakat ini dihadapi subjek dengan bermacam-macam strategi coping, sesuai dengan kepribadian subjek. Disebabkan karena strategi coping yang tidak tepat, subjek memiliki penerimaan diri yang rendah. Seluruh subjek bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Motivasi subjek sebagai PSK bervariasi, ada yang untuk mencari nafkah, atau bertemu teman, ataupun mencari hiburan dan pemuasan kebutuhan atas dorongan terhadap laki-laki. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kepuasan terhadap pekerjaan. Warr (dalam Siegrist, 2003) mengungkapkan bahwa kepuasan hidup dan kepuasan kerja saling berhubungan. Dua daari tiga subjek memiliki pasangan hidup, sedangkan satu subjek tidak memiliki pasangan hidup. Pilihan subjek untuk mempunyai pasangan hidup ataupun tidak serta kesadaran terhadap siapa dirinya membuat subjek memiliki kepuasan dalam hidup subjek. Pemahaman agama dan spiritualista hanya dirasakan dan dilaksanakan oleh satu subjek saja. Pemahaman tersebut membuat subjek memiliki rasa berdosa yang besar atas pekerjaan sebagai PSK, sehingga subjek takut terhadap kematian dan Tuhan. Coping (melakukan ibadah wajib dan sunah) yang dilakukan subjek tidak bisa memecahkan masalah, hanya bersifat mengurangi beban psikologis. Akibatnya, subjek tetap memiliki afek negatif. Berbeda dengan dua subjek lainnya, karena nilai-nilai religiusitas cenderung rendah, sehingga kedua subjek tidak memiliki afek negatif. Shepard (1979) mengemukakan bahwa penerimaan diri pada individu menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan individu terhadap dirinya. Dalam penelitian ini, hanya satu subjek (subjek I) yang menerima kondisi hidupnya. Subjek tersebut mengakui dirinya bahagia karena dapat menerima segalanya dengan ikhlas. Sedangkan dua subjek lainnya (Subjek II dan III) belum memiliki sikap nrimo sepenuhnya atas hidup mereka. Penjabaran kondisi hidup yang dimiliki subjek di atas memunculkan berbagai kesejahteraan subjektif dari para subjek. Subjek pertama cenderung memiliki tingkat kesejahteraan tinggi, karena adanya sikap nrimo yang membantu subjek untuk menikmati hidup. Subjek kedua memiliki penerimaan diri yang rendah dan belum memiliki sikap nrimo. Hal ini menguatkan ketidakpuasan subjek atas keseluruhan kehidupan, sehingga subjek mempunyai kesejahteraan subjektif yang rendah. Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif pada waria PSK diawali oleh bagaimana mereka menerima kehidupan, baik kondisi internal maupun eksternal. Penerimaan inilah yang selanjutnya menentukan proses penyelesaian terhadap masalah yang mereka hadapi. Penerimaan sosial dari lingkungan masyarakat juga mempengaruhi waria PSK. Bila waria PSK memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial yang baik, maka ia cenderung memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik; dan pada akhirnya akan menumbuhkan kesejeahteraan

8 subjektif yang positif dalam diri mereka. Sebaliknya, bila waria PSK tidak memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial yang baik, maka ia cenderung tidak memiliki strategi penyelesaian masalah yang baik pula; dan ini menumbuhkan kesejahteraan subjektif yang negatif dalam diri mereka. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu : 1. Seluruh subjek memiliki gangguan identitas kelamin transeksual dari kecil, sehingga seluruh subjek memiliki perbedaan dengan laki-laki pada umumnya. 2. Para subjek penelitian memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang bervariasi. Dua dari tiga subjek memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi. 3. Dalam penelitian ini ditemukan adanya sikap menerima terhadap kehidupan. Sikap nrimo membantu subjek untuk menikmati dan tidak apatis terhadap kehidupan yang dimilikinya. 4. Kesejahteraan subjektif waria PSK dipengaruhi oleh agama, kemakmuran, kepribadian, penerimaan diri, pengakuan dan penerimaan sosial, dan tujuan hidup. 5. Penggunaan strategi coping yang tepat dalam menghadapi masalah dapat meningkatkan kessejahteraan subjektif subjek. Saran 1. Bagi kaum waria a. Waria hendaknya perlu memikirkan kembali apakah dirinya siap menjadi waria dengan segala konsekuensinya agar penerimaan diri cenderung tidak menurun. b. Sikap nrimo pada kehidupan membantu waria menikmati kondisi hidupnya, sehingga dapat tercipta afek positif dan kepuasan dalam hidupnya. c. Menggunakan strategi coping yang tepat dalam menghadapi masalah, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang menjadi sumber tekanan. d. Tingkat kesejahteraan subjektif dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, antara lain : meningkatkan keahlian yang dimiliki agar dapat mandiri secara ekonomi tanpa harus tergantung pada pekerjaan sebagai PSK; menjaga kondisi tubuh waria yang rentan dengan PMS (penyakit menular seksual); meningkatkan kualitas relasi sosial sehingga dapat membantu waria dalam menjalani hidup. 2. Bagi masyarakat a. Orangtua hendaknya mulai menanamkan perbedaan seks dan pengembangan peran sosial pria dan wanita yang tepat ke anak-anaknya sejak mereka balita. b. Orangtua harus memperhatikan anaknya apabila ada kelainan dalam bertingkah laku, sehingga proses untuk menjadi waria dapat diminimalkan. c. Bagi masyarakat umum, diharap lebih dapat memahami fenomena waria secara lebih manusiawi. 3. Bagi praktisi psikologi Praktisi psikologi dapat mengambil manfaat teoritis penelitian ini, yaitu bahwa kesejahteraan subjektif seseorang dipengaruhi berbagai faktor; dan individu membutuhkan penerimaan sosial atas dirinya, baik berupa pengakuan atas eksistensinya maupun dalam berinteraksi sosial. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti sebaiknya berlatih terlebih dahulu untuk meningkatkan kepekaan dalam melakukan wawancara agar dapat merespon dengan baik setiap jawaban

9 subjek. Selain itu, peneliti juga perlu melakukan rapport kepada subjek penelitian. DAFTAR PUSTAKA Diener, E., Suh, E.M., Lucas, R.E., & Smith, H.L Subjective Well-Being : Three Decades of Progress. Psychological Bulletin. 125 (2), Diener, E. & Scollon, C Subjective Well Being is Desirable, but not the Summum Bonum. Workshop on Well Being. Diakses tanggal 22 Maret 2007, dari Diponegoro, M Peran Nilai Ajaran Islam terhadap Kesejahteraan Subjektif Remaja Islam. Disertasi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM Koeswinarno Hidup sebagai Waria. Yogyakarta : LKis Pelangi Poerwandari, E.K Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sarah, Y., dkk Waria : Kami Memang Ada. Yogyakarta : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Siegrist, J., Subjective Well Being : New Conceptual and Methodological Development in Health Related Social Sciences. Workshop on Well Being. Diakses tanggal 22 Maret 2007.,

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay. 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay. Dengan tujuan penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitan kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. Kehidupan waria sama dengan manusia lainnya. Selaras dengan kodrat manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvie Andartyastuti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Silvie Andartyastuti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang masyarakatnya menuju modernisasi. Masyarakat yang modern menimbulkan kompleksitas akibat dari kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian merupakan hal yang sudah umum terjadi di masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk, yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki potensi yang khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan 60 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian Paradigma penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma penelitian kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis yang tujuan mendapatkan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 HUBUNGAN ANTARA COPING STRATEGY DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA BANDUNG 1 Silvie Andartyastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai sesuai dengan keinginan atau pilihannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG Nimas Ayu Nawangsih & Ika Febrian Kristiana* M2A 009 090 nimasayunawang@gmail.com, zuna210212@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian kualitatif Pengumpulan data oleh peneliti akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif berkaitan dengan mengumpulkan dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai wadah dari mahasiswa untuk menyalurkan bakat dibidang olahraga. Mahasiswa juga dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan suatu metode atau pendekatan untuk melakukan penelitian terhadap fenomena yang ada di lapangan dan prosedur pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan penelitian, pendekatan kualitatif, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan prosedur penelitian. III. A. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi secara lebih dalam penerimaan (acceptance) anak terhadap hadirnya ayah tiri setelah kematian ayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Kehidupan Keraton

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang diterapkan pada penelitian ini yaitu dengan metode kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan Taylor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III Inisial A D V Usia 22 tahun 27 tahun 33 tahun Tempat/Tanggal Jakarta, 24 Mei 1986 Jakarta, 19 Maret 1981 Jakarta Lahir Agama Islam Kristen Protestan Katolik Suku

Lebih terperinci

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, 2009 3. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep pacaran dan perilaku pacaran pada remaja awal. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buruh gendong merupakan orang yang bekerja untuk orang lain dengan cara menggendong barang dibelakang punggung untuk mendapatkan upah dari usahanya tersebut.

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia bukan hanya ingin sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia ingin hidup bahagia dunia dan akhirat. Manusia harus melakukan suatu usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Usaha yang dilakukan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan memiliki rasa kesedihan. Kebahagiaan memiliki tujuan penting di dalam kehidupan manusia. Setiap individu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK ANAK REMAJA AWAL BAB I A. Latar Belakang Komunikasi interpersonal merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua tunggal dalam mendidik anak, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. kebutuhan-kebutuhan partisipan (Santoso & Royanto, 2009). Menurut Denzin & Lincoln

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. kebutuhan-kebutuhan partisipan (Santoso & Royanto, 2009). Menurut Denzin & Lincoln 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan menggali informasi tentang suatu gejala berdasarkan pengalaman, persepsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk memahami suatu gejala, fakta, realita, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan pengalaman subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud untuk memahami dan menggali lebih dalam mengenai fenomena penyesuaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi secara lebih dalam penerimaan (acceptance) remaja yang memiliki ibu tiri. Proses penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah BAB 1 PENDAHULUAN A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah satunya untuk perubahan lingkungan maupun untuk dirinya sendiri yang bertujuan meningkatkan dan merubah kualitas

Lebih terperinci

BAB III. pemahaman yang mendalam mengenai kondisi psychological well being pada istri

BAB III. pemahaman yang mendalam mengenai kondisi psychological well being pada istri BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi psychological well being pada istri kedua dalam pernikahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini peneliti dapat memperoleh data yang rinci

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena sebagai prosedur

Lebih terperinci