BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui
|
|
- Yuliani Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui dalam kehidupan masyarakat adalah salah satu hal mendasar yang mampu membuat manusia merasakan kesejahteraan. Menjadi manusia yang sejahtera tentu menjadi salah satu tujuan hidup, namun kesejahteraan tidak dapat dicapai begitu saja. Banyak cara dan pengorbanan yang harus dilewati untuk meraih kesejahteraan yang diidamkan oleh masing-masing individu, misalnya dengan bekerja. Seperti yang diungkapkan William Glasser (Sumarnonugroho, 1984) bahwa memenuhi kebutuhan dapat dicapai dengan jalur pendidikan atau melalui proses belajar. Ketika bekerja individu akan merasakan proses belajar dalam dirinya karena individu akan banyak mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut dapat mengembangkan potensi individu dan membantu individu untuk meraih kesejahteraan seperti yang dijelaskan Amartya Sen (Chamsyah, 2008) bahwa individu yang sejahtera adalah individu yang dapat mengembangkan potensinya secara optimal serta dapat memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, minum, rasa aman, dan kesempatan memilih untuk mencapai
2 kehidupan yang layak. Individu yang ingin mencapai kesejahteraan dengan bekerja memiliki kesempatan untuk dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Indonesia yang termasuk pada negara berkembang menawarkan banyak lahan pekerjaan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja seperti buruh. Buruh sangat dibutuhkan para pengusaha atau pemilik modal sebagai tenaga kerja yang membantu menjalankan usahanya terutama pada kegiatan produksi (Syafa at, 2008). Di Indonesia buruh memiliki peran yang penting dalam perekonomian negara karena buruh merupakan penggerak utama perekonomian dan sistem modal dalam industri yang sedang berkembang. Di sisi lain buruh juga menjadi barang jual industri disebabkan oleh kondisi perekonomian negara yang semakin memburuk akibat krisis ekonomi yang membuat posisi buruh dalam pembagian kerja menjadi semakin lemah (Rahardjo, 2012). Adam Smith (Chamsyah, 2008) mengemukakan bahwa kesejahteraan dapat diraih dengan adanya pembagian kerja pada tugas tertentu, antar sektor, atau antar negara. Konsep kesejahteraan Smith identik dengan pemenuhan kebutuhan melalui kegiatan produksi yang mengarah pada industri dengan adanya pembagian kerja antara pengusaha sebagai pemilik modal, pemerintah sebagai pemberi fasilitas industri, dan buruh sebagai salah satu faktor produksi. Pihak industri atau pengusaha sebagai pemilik modal harus selalu menjaga kualitas maupun kuantitas produksi agar mampu memenuhi target persaingan pasar global. Demi mencapai hasil yang maksimal, para pengusaha menekan berbagai pengeluaran yang memungkinkan untuk dihemat, salah satunya adalah mengatur
3 pengeluaran untuk tenaga kerja (Santoso, 2010). Pengusaha akan mencari pekerja yang dapat dibayar dengan upah yang rendah dan waktu kerja yang lebih panjang karena mengejar hasil produksi yang tinggi (Sugiyanto, 1997). Lemahnya posisi buruh dalam pembagian kerja tersebut membuat pihak pengusaha memiliki kekuasaan terhadap kondisi kehidupan buruh, salah satunya adalah dengan memberikan upah rendah (Syafa at, 2008). Upah yang rendah tidak mengurungkan keinginan masyarakat di Indonesia untuk tidak memilih menjadi buruh sebagai pekerjaan mereka. Lapangan industri seakan menjadi area yang menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan. Faktanya buruh menjadi salah satu pekerjaan yang banyak dipilih oleh masyarakat di Indonesia seperti yang ditunjukkan tabel 1.1. Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, (juta orang) Status Pekerjaan Utama Februari Agustus Februari Agustus Februari Berusaha sendiri 20,81 21,05 20,46 21,03 21,15 Berusaha dibantu buruh tidak 21,64 21,93 21,92 21,68 21,31 tetap Berusaha dibantu buruh tetap 2,97 3,03 3,02 3,26 3,59 Buruh atau karyawan 28,91 29,11 30,72 32,52 34,51 Pekerja bebas di sektor 6,35 5,88 6,32 5,82 5,58 pertanian Pekerja bebas di luar sektor 5,15 5,67 5,28 5,13 5,16 pertanian Pekerjaan keluarga atau tidak dibayar 18,66 18,19 19,68 18,77 19,98 Sumber: Berita Resmi Statistik, Badan Pusat Statistik No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011
4 Tabel tersebut menandakan bahwa pekerjaan utama sebagai buruh masih menjadi minat masyarakat dilihat dari jumlah buruh yang terus meningkat setiap tahunnya. Yul (2011) dalam penelitiannya juga berpendapat bahwa jumlah buruh di Indonesia bertambah pada bulan Agustus 2011 menjadi 37,8 juta orang. Tribun Jabar (1 Mei 2012) juga mencatat angkatan kerja buruh di Indonesia merupakan jumlah yang terbesar setelah Cina. Meningkatnya jumlah buruh bertolak belakang dengan konsekuensi besarnya upah minimum yang diterima buruh. Menurut Santoso (2010) upah buruh yang rendah disebabkan oleh kondisi buruh yang tidak memiliki keahlian dalam bekerja sehingga buruh menghadapi pekerjaan yang sama setiap harinya dan cenderung tidak mengalami kemajuan. Syafa at (2008) menyatakan bahwa upah buruh di Indonesia merupakan upah yang terendah di Asia seperti yang dapat dilihat dalam tabel yang menyajikan besarnya upah yang diterima buruh baik laki-laki maupun perempuan. Tabel 1.2 Rata-Rata Upah/Gaji menurut Jenis Kelamin Februari 2006-Februari 2008 Karakteristik Pekerja Februari Agustus Februari Agustus Februari Rata-rata upah per Bulan (Rp) Laki-laki Perempuan Sumber: Sensus Ekonomi 2006 Tabel di atas menunjukkan perbedaan menurut jumlah upah yang diterima oleh buruh laki-laki maupun perempuan. Dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun rata-rata upah yang diterima oleh buruh laki-laki maupun perempuan meningkat,
5 tetapi. Pada Februari 2006 rata-rata upah laki-laki adalah Rp dan perempuan sebesar Rp Bulan Agustus 2006 rata-rata upah meningkat menjadi Rp untuk laki-laki dan Rp untuk perempuan. Pada tahun 2007 di bulan Februari rata-rata upah kembali meningkat menjadi Rp untuk laki-laki dan Rp untuk perempuan. Bulan Agustus rata-rata upah meningkat menjadi Rp untuk laki-laki dan Rp untuk perempuan. Pada Februari 2008 ratarata upah untuk laki-laki menjadi meningkat sebesar Rp dengan jumlah rata-rata upah yang diterima perempuan masih lebih rendah dari laki-laki yaitu sebesar Rp Selain upah yang rendah jaminan dan hak dasar buruh juga lemah dan kurang diperhatikan oleh pihak pemerintah sehingga buruh sering melakukan aksi demonstrasi atau mogok kerja yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun, tuntutannya antara lain perbaikan kondisi kerja dan peningkatan kesejahteraan (Syafa at, 2008). Aksi unjuk rasa antara lain terjadi pada beberapa daerah seperti di Bandung yang dilaporkan Detik Bandung (1 Mei 2012) bahwa buruh melakukan demonstrasi untuk memperjuangkan kenaikan upah, penghapusan sistem kontrak kerja, dan mengadakan jaminan sosial. Dari Jambi pada tanggal 1 Mei 2012 Kompas.com melaporkan bahwa buruh mengeluhkan atas lemahnya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja yang diberikan oleh para pengusaha. Para buruh di Jambi juga menuntut pengupahan yang layak dan sesuai dengan jam kerja disertai dengan jaminan kesehatan dan keselamatan. Kompas.com juga melaporkan dari Malang (1 Mei 2012) buruh melakukan demonstrasi dengan tuntutan pemberian upah
6 yang layak sesuai dengan UMK karena di Malang masih terdapat perusahaan yang tidak membayar upah buruh sesuai dengan UMK atau di bawah besar UMK Malang. Selain meminta pembayaran upah yang sesuai, buruh juga menuntut tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional agar para buruh dapat menikmati waktu luang untuk berlibur setelah setiap hari memenuhi target produksi perusahaan. Semua aksi unjuk rasa yang dilakukan tidak lain dilakukan buruh untuk memperjuangkan hak dasar dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Di Indonesia banyak pabrik yang didirikan di beberapa kabupaten dan kota seperti Karawang, Purwakarta, Bekasi, Cikarang, Bogor, dan beberapa kota lainnya yang berorientasi dagang dan ekspor. Pabrik-pabrik yang didirikan di kota tersebut mempekerjakan buruh untuk meningkatkan hasil produksi, sehingga buruh menjadi unsur yang penting dalam perusahaan untuk menjalankan proses produksi (Santoso, 2010). Salah satu pabrik yang mempekerjakan buruh untuk menjalankan proses produksi yaitu PT. Laksana Tekhnik Makmur yang terletak di Cileungsi Kabupaten Bogor. PT. Laksana Tekhink Makmur merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi aksesoris mobil dengan 125 buruh untuk melancarkan kegiatan produksi setiap harinya. Upah yang diterima oleh buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur dapat dikatakan sudah mencapai tingkat UMR dengan konsekuensi pekerjaan yang cenderung repetitif setiap harinya. Rata-rata setiap bulan buruh mendapatkan upah pokok sebesar Rp dengan tambahan uang lembur sebesar Rp sampai dengan Rp per-jam dengan jam lembur yang telah
7 ditetapkan dan dijadwalkan oleh masing-masing kepala produksi. Seperti yang tertera dalam situs Kadin Kabupaten Bogor besarnya UMR yang ditetapkan untuk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 yaitu Rp , maka upah pokok yang diterima para buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur sudah mencapai UMR di Kabupaten Bogor. Berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan sebelumnya pada bulan Maret 2012 terhadap 106 buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur, hasil sebaran kuesioner terbuka beberapa buruh mengaku bahwa upah yang diterima tidak sesuai karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka juga mengungkapkan bahwa mereka dianggap sebagai mesin produksi, bekerja keras setiap hari, dan kurang diperhatikan kesejahteraannya. Berdasarkan pernyataan buruh dalam studi pendahuluan tersebut, beberapa buruh masih belum merasa puas dengan upah yang mencapai UMR. Hal tersebut menandakan masih ada beberapa faktor lain yang membuat buruh menilai dirinya belum merasakan kesejahteraan secara utuh. Penilaian atau evaluasi tentang kesejahteraan tersebut pada kehidupan buruh mengacu pada pendapat Diener (Deci dan Ryan, 2006) yang telah memfokuskan kesejahteraan (well-being) pada eksplorasi tentang kesejahteraan subjektif yang dianggap lebih subjektif untuk menilai atau mengevaluasi sejauh mana tingkat kesejahteraan individu, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi dan tingkat kesejahteraan individu dapat dilihat dari cara mengevaluasi atau menilai individu terhadap pengalaman yang positif maupun negatif tentang hidup mereka yang kemudian disebut dengan kesejahteraan subjektif. Seperti yang diungkapkan Diener
8 dan Lucas (Daniel, Diener, dan Schwarz, 1999) bahwa kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi seseorang terhadap kehidupan mereka yang termasuk pada hal yang bersifat kognitif terhadap kepuasan dan evaluasi afeksi terhadap perasaan dan emosi. Kesejahteraan subjektif terdiri dari dua penilaian yaitu secara kognitif dan afektif. Suka dan duka yang dirasakan buruh selama bekerja di PT. Laksana Tekhnik Makmur terangkum dalam sebuah pengalaman hidup sebagai seorang buruh. Pengalaman tersebut tidak terlepas dari penilaian atas kebahagiaan yang dirasakan maupun kepuasan yang diraih selama bekerja. Penilaian buruh mengenai kebahagiaan, kesedihan, dan reaksi emosi lain yang dirasakan dikatakan sebagai penilaian terhadap komponen afektif pada kesejahteraan subjektif. Buruh yang merasakan kebahagiaan lebih banyak dibandingkan kesedihan dapat dikatakan telah mencapai kesejahteraan atau kondisi kesejahteraan subjektif yang baik, seperti dalam teori hedonis yang diungkapkan oleh Seligman (2005) bahwa kualitas kehidupan seseorang diukur dari kuantitas peristiwa menyenangkan dikurangi kuantitas peristiwa tidak menyenangkan. Diener dan Suh (2000) menjelaskan bahwa kebahagiaan merupakan suatu bentuk evaluasi positif seseorang terhadap keseluruhan hidupnya secara utuh, selain itu kebahagiaan juga dapat diartikan sebagai kondisi kehidupan dimana individu merasakan kesejahteraan berupa materi maupun kebebasan terhadap hidup yang dijalaninya. Diener dan Suh (2000) menyatakan bahwa kebahagiaan dan kepuasan memiliki persamaan makna dengan kesejahteraan subjektif. Istilah tersebut tidak
9 hanya digunakan untuk mengungkapkan kepuasan maupun kebahagiaan, tetapi juga untuk mengungkapkan perasaan tidak nyaman atau suasana hati yang kurang menyenangkan. Kesejahteraan maupun kebahagiaan yang dikaitkan dengan materi dan kebebasan atas pilihan berhubungan erat dengan kepuasan yang didapatkan oleh buruh. Kepuasan merupakan salah satu bentuk penilaian komponen kognitif pada kesejahteraan subjektif. Buruh akan berada pada kondisi kesejahteraan yang baik ketika mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Kepuasan yang dirasakan juga berkaitan dengan pencapaian suasana hati yang positif. Menurut Seligman (2005) seseorang yang merasakan suasana hati positif akan cenderung memperlihatkan hasil kerja yang memuaskan serta mampu dihadapkan pada berbagai tugas dengan baik. Pihak industri tentunya selalu menginginkan buruh yang memiliki kinerja baik, tetapi hal tersebut akan lebih baik disertai dengan pemenuhan hak dasar seperti UMR yang sesuai, jaminan sosial, dan waktu libur yang sesuai dengan jam kerja yang telah didedikasikan buruh untuk perusahaan. Ketetapan upah yang sesuai atau tidak sesuai dengan batas UMR, kurang diperhatikannya jaminan sosial, serta jam kerja yang relatif menyita waktu luang para buruh di pabrik khususnya PT. Laksana Tekhnik Makmur tidak banyak mengurungkan masyarakat untuk memilih buruh sebagai mata pencahariannya memenuhi kebutuhan hidup. Dengan adanya aksi unjuk rasa membuktikan bahwa pilihan menjadi buruh juga tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat, perolehan upah yang sesuai dengan UMR membuat beberapa buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur belum mencapai tingkat kesejahteraan yang baik. Tentunya tingkat
10 kesejahteraan tidak hanya ditentukan oleh faktor pekerjaan dan pendapatannya saja, sejalan dengan penelitian Diener et al. (dalam Diener dan Suh, 2000) diperoleh temuan bahwa pendapatan tidak selalu kesejahteraan subjektif yang tinggi. Menurut Diener dan Suh (2005) tingkat kesejahteraan seseorang tentunya bisa ditentukan oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan pernikahan. Dari faktor tersebut apabila individu belum mendapatkan kehidupan secara layak, maka individu tersebut tidak dikatakan telah mencapai kesejahteraan. Dalam suatu studi yang dilakukan Ravaillion dan Lokshin (Diener dan Suh, 2000) kondisi pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan pernikahan yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan serta berdampak pada kepuasan secara finansial. Dapat dikatakan bahwa kesejahteraan subjektif buruh tidak hanya dilihat dari pemenuhan upah saja. Masih ada hal lain yang mendorong masyarakat untuk bekerja sebagai buruh, sehingga buruh dapat menilai dan memberikan evaluasi yang bersifat kognitif dan afektif terhadap dirinya mengenai kesejahteraan yang dirasakannya. Penilaian atau evaluasi seseorang yang bekerja sebagai buruh dapat diketahui dari penelitian dengan judul Kesejahteraan Subjektif (Subjective Well-Being) Buruh Pabrik (Studi Deskriptif pada Buruh PT. Laksana Tekhnik Makmur Kabupaten Bogor).
11 B. Fokus Penelitian Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan dalam latar belakang, penelitian ini difokuskan pada kesejahteraan subjektif buruh. Menurut Diener (2005) kesejahteraan subjektif diartikan sebagai evaluasi kognitif mencakup kepuasan hidup dan reaksi afektif seperti kesedihan dan kebahagiaan. Kesejahteraan subjektif pada penelitian ini diartika sebagai kondisi kesejahteraan buruh yang dilihat berdasarkan penilaian buruh terhadap aspek kognitif dan aspek afektif. Diener (2009) mendefinisikan aspek kognitif sebagai penilaian terhadap kepuasan hidup secara umum dan domain tertentu (khusus). Dalam penelitian ini kepuasan hidup secara umum terdiri dari penilaian buruh terhadap kebermaknaan, tujuan dan harapan hidup, optimisme, dan penyesuaian diri. Kepuasan dalam domain tertentu (khusus) terdiri dari kepuasan terhadap penghargaan, pekerjaan, pendidikan, dan hubungan kerja. Diener (2005) menyatakan bahwa aspek afektif pada kesejahteraan subjektif terdiri dari afek positif dan afek negatif. Aspek afektif dalam penelitian ini yaitu reaksi emosi yang dirasakan buruh selama bekerja di PT. Laksana Tekhnik Makmur yang terdiri dari reaksi emosi positif dan negatif, termasuk di dalamnya adalah pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
12 C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah utama penelitian adalah Bagaimana kesejahteraan subjektif buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur? dari masalah umum tersebut, ada tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi kesejahteraan subjektif buruh dilihat dari penilaian aspek kognitif terhadap pengalaman bekerja di PT. Laksana Tekhnik Makmur? 2. Bagaimana kondisi kesejahteraan subjektif buruh dilihat dari penilaian aspek afektif terhadap pengalaman bekerja di PT. Laksana Tekhnik Makmur? 3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif buruh di PT. Laksana Tekhnik Makmur? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan fakta empirik mengenai kesejahteraan subjektif buruh yang bekerja di PT. Laksana Tekhnik Makmur. Tujuan khusus penelitian ini yaitu mendeskripsikan fakta empirik mengenai: 1. kondisi kesejahteraan buruh berdasarkan penilaian aspek kognitif. 2. kondisi kesejahteraan buruh berdasarkan penilaian aspek afektif. 3. faktor-faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif buruh.
13 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat secara teoretis yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. memperluas bidang kajian mengenai buruh yang difokuskan pada kesejahteraan untuk mengembangkan wawasan di bidang psikologi industri. 2. bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan penelitian tentang kesejahteraan subjektif. Lebih baik lagi peneliti selanjutnya dapat menyusun program pengembangan menuju sumber daya manusia yang sejahtera. Adapun manfaat praktis dari penelitian bagi perusahaan yaitu data dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk lebih memperhatikan kebutuhan buruh di lingkungan pabrik dan kesejahteraan buruh terutama untuk menyusun kebijakan kerja seperti upah, jam kerja, dan jaminan sosial serta dapat memberikan pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia secara adil.
, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang Industri. Perkembangan dalam bidang Industri ini adalah salah satu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, terlebih mapan secara finansial. Hal itu seolah-olah sudah
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv vi viii x xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi. Terpenuhinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia melakukan pengesahan
Lebih terperinciPERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Kehidupan Keraton
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Subjective Well Being dari Russell (2008) adalah persepsi manusia tentang keberadaan atau pandangan subjektif mereka tentang pengalaman hidupnya, menurut beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana Finance adalah sejenis perusahaan leasing yang memberikan pinjaman dana dengan jaminan Bukti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buruh gendong merupakan orang yang bekerja untuk orang lain dengan cara menggendong barang dibelakang punggung untuk mendapatkan upah dari usahanya tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu
50 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu penelitian dengan menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesejahteraan merupakan dambaan setiap manusia dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketika seluruh kebutuhan manusia terpenuhi.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Subjective Well Being Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan eudaimonic dan kebahagiaan hedonis. Istilah eudaimonic berasal dari bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak
Lebih terperinciRETNO SAWITRIAVI F
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN ATAS PENGHARGAAN (REWARD) YANG DITERIMA DARI PERUSAHAAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia ingin hidup bahagia dunia dan akhirat. Manusia harus melakukan suatu usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Usaha yang dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan, karena pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia bukan hanya ingin sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sourching, meminta kenaikan upah dll. Seperti dilansir pada merdeka.com pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, gejolak tenaga kerja semakin tinggi dan banyak terjadi dimanamana khususnya di Indonesia mengingat di berbagai media massa baik elektronik maupun media
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101
Lebih terperinci2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pengemudi angkutan kota (angkot) karena peneliti sadar bahwa peranan pengemudi angkot dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia senantiasa terus berkembang, dari awal hingga akhir kehidupan. Di mana setiap tahapan kehidupan terdapat tugas atau peran yang harus dipenuhi. Hal ini sejalan
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciSubjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra
Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting yang mampu digunakan menjalankan setiap proses di dalamnya yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya, tentu tidak hanya membutuhkan sumber daya material seperti modal dan mesin, melainkan juga terdapat sumber terpenting yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebahagiaan. Diener (2008) menggunakan istilah Subjective Well Beingsebagai pengganti kata kebahagian.subjective Well Being merupakan cara seseorang untuk mengevaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan
Lebih terperinciSISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA
SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama, No. Status Pekerjaan Utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan agar selalu dapat bertahan, mampu berinovasi dan menjadi unggul ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat, pasti akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak sekali kejanggalan yang di temukan di dunia kerja. Banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak sekali kejanggalan yang di temukan di dunia kerja. Banyak pekerja/buruh yang melakukan demonstrasi karena hak asasinya tidak dipenuhi. Makna dan arti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial membuat manusia bertemu dan berhubungan dengan berbagai macam orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak perusahaan menyadari bahwa SDM merupakan masalah perusahaan yang paling penting, karena melalui sumber daya manusialah yang menyebabkan sumber
Lebih terperinciBAGIAN I PEREMPUAN DI GARIS DEPAN
BAGIAN I PEREMPUAN DI GARIS DEPAN 1 MOGOK Oleh: Susi 2 Pagi itu langit cerah. Di kawasan industri Pasar Kemis, Tangerang, sebuah perusahaan memasang pengumuman tentang adanya lowongan kerja. Syarat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertambahan penduduk suatu Negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan masalah tersendiri. Hal ini disebabkan belum berfungsinya semua sektor
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciProsiding Psikologi ISSN:
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Subjective Well-Being pada Warga Usia Dewasa Madya di Kawasan Padat Penduduk RT 09/ 09 Cicadas Sukamulya Kelurahan Cibeunying Kidul Kota Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumber daya manusia yang handal memiliki peran yang lebih strategis dibandingkan sumber daya yang lain. Sumber daya manusia adalah harta yang paling penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bersama. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Menurut Stoner, organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. distributor sepatu. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1931 ini sudah mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan Sepatu Bata Tbk (BATA) adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang memproduksi sepatu kulit, sepatu kain, sepatu santai dan olahraga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan istilah human capital yang memandang sumber daya manusia atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang unggul dalam persaingan di era globalisasi saat ini adalah perusahaan yang menempatkan karyawan (pegawai) tidak sebagai faktor produksi semata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran karyawan yang sangat penting bagi setiap organisasi atau perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten merupakan aset yang tidak ternilai harganya bagi setiap organisasi ataupun perusahaan. Mengingat peran karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memerlukan sumber daya untuk mencapai usaha yang telah ditentukan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang terus menerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dengan baik, dalam tumbuh kembangnya menjadi manusia dewasa, anak juga memiliki harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan, salah satunya adalah agama. Setiap agama di Indonesia memiliki pemuka agama. Peranan pemuka agama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan menjadikan daya tarik bisnis itu tersendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.secara umum dapat diketahui bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) Mardha Tresnowaty Putri, Hadi Sutarmanto Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Keberadaan waria merupakan realitas yang tidak bisa ditolak oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran karyawannya. Maju mundurnya perusahaan juga ditentukan oleh kinerja para karyawannya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada. bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. a. Subjective well-being guru honorer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dilakukan disegala bidang seperti dalam bidang ekonomi yang menjadi pusat perhatian utama dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi atau perusahaan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak
Lebih terperinciDefinisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja
Buruh Indonesia Definisi Buruh Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA
KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir dan dewasa awal. Menurut Monks (dalam Desmita, 2012) remaja akhir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal. Menurut Monks (dalam Desmita, 2012) remaja akhir berada pada rentang usia 18-21
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama. Terdapat enam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku, ras, golongan dan agama. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan untuk setiap orang merupakan sesuatu yang dianggap palingutama, karena kebahagiaan merupakan sesuatu yang penting untuk kehidupan seseorang. Setiap
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK
Lebih terperinciStudi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu ¹Hemas Farah Khairunnisa, ²Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sisi afektif atau emosi. Seperti yang di kemukakan oleh Martoyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan global, keberadaan sumber daya manusia yang handal memiliki peran yang lebih strategis dibandingkan sumber daya yang lain. Sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Saking pentingnya hal tersebut, sampai-sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar. Sebagai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Diajukan Oleh : Lusi Wijayanti F 100 040 176 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tenaga Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tenaga kerja adalah salah satu komponen dari perusahaan dan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam operasional perusahaan. Menurut Biro Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan memiliki peran penting dalam memumbuhkan perekonomian suatu negara, perusahaan mampu mengurangi pengangguran dengan membuka lowongan pekerjaan, memberikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang pembangunan dan tata kota yang menjunjung estetika seni tinggi yang sedang banyak digalakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan meliputi sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi atau perusahaan beroperasi dengan menggunakan seluruh sumber dayanya untuk menghasilkan barang atau jasa yang berdaya jual. Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, Manusia selalu menginginkan kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap individu dari berbagai
Lebih terperinciKUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB
KUESIONER No. kuesioner DIISI OLEH PENELITI. Nama Pewawancara : Kelompok :. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB ( Berilah tanda silang (x) sesuai dengan jawaban responden ) DATA DIRI RESPONDEN. Nama :.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia industri merupakan dunia yang berisikan perusahaan-perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia industri merupakan dunia yang berisikan perusahaan-perusahaan yang dijadikan sebagai tempat terjadinya kegiatan produksi dan selain sebagai tempat terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada akhir tahun 2012, demo buruh untuk penuntutan upah muncul di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2012, demo buruh untuk penuntutan upah muncul di berbagai media, baik itu layar kaca (televisi), internet, radio, koran harian, dan majalah. Fenomena
Lebih terperinci