BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini memiliki hak yang sama untuk hidup damai sesuai dengan keinginan atau pilihannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keinginan atau pilihan individu tersebut bisa bersinggungan dengan nilai-nilai maupun norma yang ada dalam masyarakat. Pilihan hidup menjadi seorang waria banyak diambil oleh individu yang merasa identitas seksualnya wanita namun terlahir dengan kondisi biologis pria. Keadaan ini dianggap menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku dalam pandangan secara umum. Di Indonesia, istilah waria atau banci diberikan masyarakat pada individu dengan kondisi biologis pria namun berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita (Junaidi, 2012). Karena keadaan waria yang berbeda dari individu lain, maka waria dianggap sebagai kelompok abnormal, dimana konteks normal dan abnormal ditentukan oleh pola kebudayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Keberadaan waria seringkali dianggap sebagai patologi sosial atau sekumpulan individu yang mengalami penyimpangan perilaku di dalam masyarakat. Hasil penelitian Kemenkes pada tahun 2007 melalui Data Surveilans Terpadu Biologis Perilaku memperkirakan terdapat sekitar hingga waria di Indonesia pada tahun Menurut Dodo Budidarmo (dalam Pizaro, 2013) koordinator Arus Pelangi, terdapat 7 juta warga Indonesia yang berstatus waria. Dodo menyampaikan hal ini dalam Seminar Kekerasan 1

2 digilib.uns.ac.id 2 Atas Nama Agama dan Masa Depan Toleransi Di Indonesia di Gedung Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Selasa, 8 Januari Meskipun belum ada data resmi secara statistik, namun di kota Solo sendiri, menurut Prasetyowati (dalam Pahlawani & Yuwono, 2010) pada tahun 1996, jumlah waria di Solo yang tergabung dalam Himpunan Waria Solo (HIWASO) sebanyak 67 orang, dan hingga tahun 2009, jumlah anggota HIWASO menjadi 130 orang waria. Himpunan Waria Solo merupakan suatu organisasi pelindung komunitas waria yang tinggal di wilayah Solo. Menurut Cintya Maramis, ketua HIWASO, keberadaan organisasi tersebut telah memiliki akta notaris sehingga sah secara hukum. Tujuan utama HIWASO adalah memberikan dukungan, perlindungan serta payung hukum pada individu waria yang tinggal dan mencari nafkah di Solo dan sekitarnya. Jumlah anggota waria yang terdaftar dalam organisasi HIWASO meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Waria bila dikaji dari sudut pandang ilmu psikologi termasuk dalam kelompok transgender, yaitu individu yang memiliki alat kelamin laki-laki secara biologis, tetapi mengidentifikasikan dirinya sebagai wanita (Yash, 2003). Identitas kelamin fisik yang dimiliki oleh individu waria adalah laki-laki normal dan tidak mengalami gangguan secara biologis. Akan tetapi dalam proses perkembangan yang dialami individu, terdapat keinginan untuk menolak bahwa dirinya seorang laki-laki. Disinilah muncul gejala transeksualisme, yakni seseorang merasa memiliki seksualitas yang berlawanan dengan struktur fisiknya (Koeswinarno, 2004).

3 digilib.uns.ac.id 3 Penelitian Kelly (dalam Koeswinarno, 2004) menunjukkan bahwa identitas dipengaruhi oleh 3 hal utama, yaitu faktor prenatal, faktor yang terjadi pada masa kanak-kanak, serta faktor yang menyangkut pubertas. Gangguan pada masa prenatal meliputi perkembangan organis kelamin melalui indikator kromosom dan hormon individu yang diikuti oleh perkembangan otak. Pada masa kanak-kanak, penanaman nilai feminin dan maskulin oleh lingkungan sosial awal akan mempengaruhi perkembangan identitas seseorang. Sedangkan pada masa pubertas, perubahan dan produksi hormon akan berdampak pada munculnya minat seseorang terhadap relasi seks. Pengalaman-pengalaman seksual yang dialami oleh individu pada masa kanak-kanak dan pubertas akan mempengaruhi minat seksualitasnya. Bagi individu waria, terdapat kecemasan dan kesukaran terhadap relasi heteroseksual. Orientasi homoseksual pada waria tidak dapat diterima oleh nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat karena dianggap sebagai suatu penyimpangan seksual pada individu maupun komunitas waria. Stereotip masyarakat yang sering ditujukan kepada waria adalah identik dengan prostitusi (Yuliani, 2006). Stereotip negatif ini menyertai waria dalam kehidupan sehari-hari sehingga individu mendapatkan perlakuan diskriminatif di masyarakat. Selain mengalami dampak seperti pengusiran dari keluarga, individu waria mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan di sektor formal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Koeswinarno (dalam Pahlawani & Yuwono, 2010) ketika waria meninggalkan lingkungan keluarga karena tidak diterima secara sosial, ia akan kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan dan di saat mulai muncul kebutuhan hidup, maka yang dapat dilakukan adalah

4 digilib.uns.ac.id 4 eksploitasi diri dengan menjual seks, karena waria tidak membutuhkan ketrampilan khusus dalam menjalankan profesi ini. Dengan profesi ini, waria mencoba menjalani hidup mandiri tanpa tergantung orang lain. Keberadaan komunitas waria yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) turut memberikan motivasi bagi waria muda yang cenderung berprofesi sama karena terpengaruh oleh sosialisasi didalamnya. Menurut Kartono (2009) permasalahan yang dihadapi waria tidak sekedar menyangkut masalah moral dan perilaku yang dianggap tidak wajar, namun merupakan dorongan seksual yang sudah menetap dan memerlukan penyaluran. Hasil penelitian Pona (1998) menunjukkan bahwa 54 persen individu yang memilih profesi sebagai PSK adalah karena sulit mendapatkan pekerjaan, 10 persen individu karena dikecewakan pasangan, 27 persen individu karena menyukai pekerjaan sebagai PSK, 3 persen individu karena menikmati kepuasan seksual yang diperoleh, dan 5 persen individu karena terpaksa. Sedangkan hasil penelitian Wilujeng (2007) menunjukkan bahwa motivasi individu memilih bekerja sebagai PSK diantaranya adalah kebutuhan biologis, dimana penyaluran kebutuhan seksual yang dilakukan dengan pelanggan. Melalui aktivitas seksual yang dilakukan dengan pengguna jasa, waria dapat memenuhi kebutuhan biologis, mencukupi kebutuhan ekonomi dan dapat bersosialisasi dengan komunitas waria yang memilih berprofesi sebagai PSK. Menurut Kartono (1983) prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan dan perbaikannya. Prostitusi berasal dari bahasa latin pro-stituere atau pro-stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan

5 digilib.uns.ac.id 5 persundalan, percabulan, pergendakan. Sedang prostitue adalah individu yang menjalankan pekerjaan menjual seks. Menurut data Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku (2007) lebih dari 80 persen waria di empat dari lima kota melaporkan menjual seks kepada pelanggan pria. Median durasi atau lama penjualan seks yang dilakukan oleh waria berkisar antara 9 sampai 13 tahun. Median jumlah klien dalam minggu terakhir berkisar dari 1 sampai 4 di lima kota. Lebih dari 90 persen waria melaporkan seks anal dan oral selama tahun Selain klien, 40 hingga 50 persen waria juga memiliki pasangan pria tetap yang mereka sebut suami. Hanya beberapa waria melaporkan memiliki pasangan wanita dalam satu tahun sebelumnya Pasangan Pria Pasangan Wanita Jual Seks Jakarta Bandung Semarang Malang Surabaya Gambar. 1 Grafik Perilaku Seksual Waria di Lima Kota (Sumber: Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku, 2007) Selanjutnya Kartono (1983) juga menyebutkan akibat dari penjualan atau komersialisasi seks diantaranya adalah menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Penyakit yang yang paling banyak diderita adalah sifilis dan kencing nanah. Dalam perkembangannya, angka prevalensi HIV dan

6 digilib.uns.ac.id 6 infeksi menular seksual, terutama pada komunitas waria tercatat sangat tinggi (Kemenkes, 2007). Menurut Golub, Walker, Longmire-Avital, Bimbi, & Parsons (2010) beberapa data menunjukkan bahwa transgender MTF (male to female) atau waria memiliki kemungkinan kejadian HIV lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain yang berisiko. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hill, Daniel, Benzie, Ayres, King, & Smith (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat angka kejadian HIV yang tinggi pada pekerja seks transgender dimana 66,7 persen subjek terdiagnosa dengan setidaknya satu infeksi menular seksual dan 29,2 persen melaporkan adanya hubungan seksual anal atau vaginal tanpa menggunakan pengaman, yang menjelaskan prevalensi HIV yang tinggi pada kelompok ini yakni sebanyak 37,5 persen. Lebih lanjut, meningkatnya resiko HIV diantara waria dihubungkan dengan faktor perilaku yang bervariasi, diantaranya tingginya prevalensi kerja seks, meningkatnya angka hubungan seks anal tanpa pengaman, dan tingginya angka hubungan seksual yang dilakukan di bawah pengaruh obat-obatan terlarang atau alkohol. Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa waria yang berprofesi sebagai PSK sangat banyak dijumpai dalam masyarakat. Meskipun demikian terdapat kesadaran ataupun dorongan untuk berhenti dari profesi tersebut. Hal ini dijelaskan oleh hasil penelitian Kemenkes yang menunjukkan bahwa jumlah waria yang melaporkan diri menjual seks di empat dari lima kota besar di Indonesia menunjukkan adanya penurunan, tiga diantaranya cukup signifikan (Kemenkes, 2007, 2011). Terdapat pergeseran profesi waria, dari PSK menjadi profesi di sektor informal lain di antaranya menjadi karyawan LSM dan

7 digilib.uns.ac.id 7 karyawan salon. Jumlah PSK waria di Makassar, mengalami penurunan yang ditandai dengan jumlah PSK dan waria yang menghadiri zikir akbar di tribun Lapangan Karebosi, Makassar, pada hari Selasa, 10 Juli Pada acara yang diselenggarakan Dinas Sosial Kota Makassar, hadir sekitar 500 orang PSK dan waria (Sumardi, 2012). Ini menunjukkan kesadaran waria untuk melakukan ibadah, yang bila terus dilakukan dengan rutin dapat menuntun waria PSK keluar dari profesi tersebut. Menurut Chintya Maramis, ketua Hiwaso, menurunnya jumlah PSK waria dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya karena kesadaran untuk beragama (mendekatkan diri kepada Tuhan) dan menemukan pekerjaan baru seperti menjadi karyawan salon kecantikan. Menurut Koeswinarno (2004) persepsi masa depan pada seorang waria biasanya ditentukan oleh indikator usia, dimana semakin bertambahnya usia menjadikan individu menginginkan lepas dari profesi ini. Pengaruh pasangan juga memberikan dampak pada keinginan waria untuk berhenti menjadi PSK. Hasil penelitian Kemenkes (2007) ditemukan sekitar 40 hingga 50 persen waria yang mengaku memiliki pasangan tetap yang disebut suami. Ini menunjukkan adanya pola perilaku seks dengan satu pasangan tetap, selain pola perilaku seks bebas pada waria. Seorang waria yang sudah memiliki suami pada umumnya akan mendapatkan larangan untuk menjadi pekerja seks dan diminta untuk mencari sumber penghasilan yang lain. Dengan didorong rasa kesetiaan serta larangan dari suami tersebut, seorang waria tidak lagi menjual jasa layanan seksual dan memilih untuk menjalankan profesi lain (Koeswinarno, 2004). Sementara itu Yos (2007) menyatakan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan individu yang memilih berprofesi sebagai PSK

8 digilib.uns.ac.id 8 akan mendorong individu tersebut untuk meninggalkan pekerjaannya. Ketidaknyamanan tersebut meliputi resiko-resiko yang harus diambil dalam menjalani profesi tersebut, diantaranya kekerasan, pelecehan, hingga penyakit menular seksual yang menyertainya. Seorang waria yang telah berhenti menjadi PSK akan mengalami perubahan-perubahan tertentu dalam hidupnya sebagai suatu konsekuensi. Perubahan-perubahan itu diantaranya adalah perubahan pola perilaku hubungan seksual, yang pada awalnya terpenuhi menjadi berkurang dan atau tidak sama seperti sebelumnya. Pada waria yang tidak memiliki suami atau pasangan, dorongan seksual terpenuhi oleh adanya kegiatan seksual dengan pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan seksualnya. Ketika berhenti berprofesi sebagai PSK, dorongan ini akan terus ada, namun tidak terpenuhi sehingga dapat menimbulkan stres. Kondisi berbeda terjadi pada waria yang telah memiliki pasangan, karena pada umumnya pacar hanya memperbolehkan kegiatan seks oral dengan pelanggan, sedangkan hubungan seks anal hanya dilakukan dengan pasangan (Koeswinarno, 2004). Selain perubahan dalam pola perilaku seksual, perubahan juga terjadi dalam penghasilan yaitu berkurangnya pendapatan yang diperoleh dari dunia malam. Dunia PSK yang penuh glamor menuntut ketersediaan sumber daya ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu pada waria yang telah berhenti menjadi PSK, terjadi perubahan yang menuntut penyesuaian diri dengan keadaan ekonomi dan gaya hidup yang sebelumnya hedonis menjadi memikirkan masa depan (Koeswinarno, 2004). Kebutuhan ekonomi tidak hanya ditekankan pada rentang waktu sesaat, namun juga pada investasi masa depan waria.

9 digilib.uns.ac.id 9 Selain perubahan yang telah disebutkan di atas, terdapat perubahan sosial yang terjadi pada waria berupa perlakuan-perlakuan yang berasal dari komunitas waria sesama PSK, keluarga dan masyarakat luas. Adanya perbedaan gaya hidup antara waria PSK dan non PSK menjadikan interaksi antara individu dengan komunitas menjadi berkurang. Individu tetap membutuhkan dukungan sosial yang diperoleh dari komunitas sesama waria, sehingga saat dukungan sosial tidak diperoleh, individu dapat mengalami stres. Sementara sikap keluarga dapat bervariasi dari menerima kembali waria hingga tetap menolak sebelum waria kembali ke jati diri asalnya. Keluarga yang menerima kembali keberadaan waria di tengah-tengah keluarga juga menuntut adanya penyesuaian interaksi antara individu waria dengan anggota keluarga yang lain. Sikap masyarakat juga sangat bervariasi bergantung dalam keterlibatan waria secara individu maupun komunitas di dalam proses sosial. Perubahan-perubahan yang dialami oleh waria yang berhenti menjadi PSK dapat memicu terjadinya stres. Stres dapat diartikan sebagai pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologi, kognitif, dan perilaku yang diarahkan kepada pengubahan kejadian penuh stres atau menampung efek dari kejadian tersebut (Baum dalam Taylor, 2009). Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan tersebut menuntut seseorang untuk menyesuaikan diri (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Seorang waria yang pada awalnya berprofesi sebagai PSK kemudian berhenti menjalankan pekerjaan tersebut, akan menghadapi tuntutan-tuntutan dari lingkungan sebagai warga yang taat pada norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Bagi seorang waria,

10 digilib.uns.ac.id 10 berhenti menjadi PSK bisa menjadi sumber stres karena berbagai tekanan psikososial, dimana persepsi dan sikap masyarakat diwarnai oleh stereotip negatif bagi keberadaan waria itu sendiri. Dengan profesi selain PSK, seorang waria belum tentu dapat diterima dan didukung eksistensinya dalam masyarakat, karena stereotip negatif yang telanjur melekat pada waria. Tekanan inilah yang dapat menjadi sumber stres pada waria, selain tekanan yang berasal dari diri sendiri. Setiap individu bereaksi secara berbeda-beda terhadap stres, bergantung pada bagaimana ia memaknai peristiwa yang menimbulkan stres tersebut (Nevid dkk, 2005). Dalam proses pemaknaan itu, seseorang akhirnya akan menentukan suatu cara untuk menghadapi stres, baik mengurangi, menghindari atau menghilangkan stres tersebut. Folkman & Moskowitz (dalam Taylor, 2009) mendefinisikan coping sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal dari situasi yang dianggap penuh stres. Sumber stres berupa tekanan psikososial pada waria yang berhenti menjadi PSK menuntut adanya suatu usaha coping. Cara coping yang paling mendasar menurut Nevid, dkk (2005) adalah coping yang berfokus emosi dan coping yang berfokus pada masalah. Coping stres yang digunakan oleh individu dalam menghadapi stres dapat bervariasi sesuai dengan kepribadian dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya stres. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana gambaran stres dan coping stres pada waria yang berhenti menjadi PSK, bagaimana dampak psikologis maupun sosial yang dialami oleh individu, dimana masyarakat masih memandang negatif

11 digilib.uns.ac.id 11 keberadaannya meski telah berhenti menjadi PSK. Kondisi sosiopsikologis waria yang beragam dan unik menjadikan proses coping yang dilakukan saat menghadapi stres bervariasi dibandingkan dengan individu yang lain. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Coping Stres pada Waria yang Berhenti menjadi Pekerja Seks Komersial. B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang a. Bagaimana stres yang dialami oleh waria yang berhenti dari profesi pekerja seks. b. Bagaimana coping stres pada waria yang berhenti menjadi pekerja seks. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritik bagi pengembangan disiplin ilmu psikologi, serta mampu memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan tentang waria, khususnya yang telah berhenti menjadi perkerja seks komersial.

12 digilib.uns.ac.id 12 b. Manfaat Praktis 1) Bagi subjek yang diteliti Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi berupa bentuk dan proses coping stres pada waria yang berhenti menjadi pekerja seks, sehingga subjek mampu mengoptimalkan penerapan strategi coping stres positif dalam menghadapi stres yang diakibatkan berhentinya waria dari profesi ini. 2) Bagi waria lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu waria yang lain dalam memahami kondisi psikologis serta memberikan dukungan sosial untuk mengurangi kondisi stres yang dialami pada kawan-kawan yang telah berhenti menjadi pekerja seks komersial. 3) Bagi masyarakat Sebagai informasi bagi masyarakat agar meninjau kembali pandangan yang berlaku dalam masyarakat sehingga dapat memberikan perlakuan yang lebih positif kepada kaum waria, khususnya yang telah berhenti menjadi pekerja seks. 4) Bagi peneliti lain Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan waria yang berhenti menjadi pekerja seks.

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR

PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR Oleh: Chenia Ilma Kirana, Hery Wibowo, & Santoso Tri Raharjo Email: cheniaakirana@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan, dimana menurut survey yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waria adalah transgender yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Mereka yang dulunya tidak berani menampakkan dirinya ke masyarakat karena merasa menjadi kaum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang menurut tahap-tahap perkembangannya. Dalam tahap perkembangan tersebut, manusia mengalami perubahan fisik dan psikologisnya. Salah

Lebih terperinci

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : WENY KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di Indonesia semakin kompleks dan berkembang dengan cepat, bahkan lebih cepat dari tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan

Lebih terperinci

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis kelamin ada perempuan, laki laki, dan intereseks (seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin.tanpa memandang jenis kelamin seseorang akan merasa tertarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman modern ini, banyak sekali waria yang hidup di dalam masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu paparan nyata yang

Lebih terperinci

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era globalisasi. Hal tersebut membuat banyak nilai-nilai dan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PENELITIAN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL Ade Septia Lumban Gaol*, Hernawilly**, Gustop Amatiria ** Penyakit menular seksual (PMS) adalah salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual dan romantik terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang berjenis

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk yang besar, sehat dan produktif merupakan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Begitu pula sebaliknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan dan kenakalan remaja tidak dapat dilepas dalam konteks kondisi sosial-budaya zamannya. Sebab setiap priode sifatnya khas dan memberikan jenis tantangan khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cinta adalah sebuah perasaan natural yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, saling memiliki,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL Oleh GWL-INA FORUM NASIONAL IV JARINGAN KEBIJAKAN KESEHATAN Kupang, 6 September 2013 Apa itu GWL dan GWL-INA GWL adalah gay,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Setiap manusia akan selalu dihadapkan pada suatu pilihan atau keputusan yang harus diambil dalam mencari makna hidupnya. Beberapa perempuan telah mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Waria (wanita-pria) adalah laki laki yang secara fisik mereka adalah lakilaki normal, memiliki kelamin yang normal, namun mereka merasa dirinya perempuan, dan berpenampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial dan ekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum, keterbelakangan, ketidaktahuan, dan kemiskinan merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah ini saling berkaitan

Lebih terperinci

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Pentingnya Sex Education Bagi Remaja Oleh: Diana Septi Purnama, M.Pd dianaseptipurnama@uny.ac.id WWW.UNY.AC.ID Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern seperti saat ini, kata globalisasi merupakan kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern seperti saat ini, kata globalisasi merupakan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti saat ini, kata globalisasi merupakan kata yang tidak asing untuk didengar. Globalisasi sendiri memiliki pengertian sebagai suatu proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. ini memungkinkan terjadinya peralihan lingkungan, dari lingkungan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dan anak jalanan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Dalam bidang pendidikan, anak jalanan pada usia remaja yang secara proporsional paling banyak mengalami

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pekerja Seks Komersial Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi (Departemen

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyaknya fenomena perubahan bentuk tubuh yang dilakukan oleh beberapa orang memicu penilaian masyarakat, khususnya perubahan tubuh yang mengarah pada status

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci