AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK)"

Transkripsi

1 AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN (STUDI KASUS PT PP (PERSERO) TBK) Azhar Rolib, Gatot Imam Nugroho Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk Jakarta Barat Phone (+6221) ABSTRACT The purpose of this research is to provide an overview and increase knowledge about the procedures and the implementation of the partnership program, how to calculate the value of the effectiveness and rate of return on the loan and what monitoring is required in practice. Methods of data analysis in this study is a qualitative descriptive approach. This study requires primary data and secondary data. Object of research is PT PP (Persero) Tbk. Authors conducted an analysis of policies and procedures by using the law, whether in accordance with a prescribed or not. The results achieved are PT PP (Persero) Tbk implement a partnership program in accordance with the law. Conclusion implementation of partnership programs in PT PP (Persero) Tbk is in conformity with the regulations but would need a bit of improvement in the candidate selection process established partners and monitoring implementation. For effectiveness is good value, which needs to be improved is the rate of return on the loan. Keywords: corporate social responsibility, partnership programs, micro small and medium businesses ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran dan menambah pengetahuan mengenai prosedur dan pelaksanaan program kemitraan, bagaimana menghitung nilai efektivitas dan tingkat pengembalian pinjaman serta apa saja monitoring yang diperlukan dalam prakteknya. Metoda analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder. Objek penelitian adalah PT PP (Persero) Tbk. Penulis melakukan analisis terhadap prosedur dan kebijakan dengan memakai undang-undang, apakah sesuai dengan yang ditentukan atau tidak. Hasil yang dicapai adalah PT PP (Persero) Tbk melaksanakan program kemitraan sesuai dengan undang-undang. Simpulan pelaksanaan program kemitraan di PT PP (Persero) Tbk sudah sesuai dengan peraturan akan tetapi perlu adanya sedikit perbaikan pada proses penyeleksian calon mitra binaan dan pelaksanaan monitoring. Untuk nilai efektivitas sudah baik, yang perlu ditingkatkan adalah pada tingkat pengembalian pinjaman. Kata Kunci : corporate social responsibility, program kemitraan, usaha mikro kecil dan menengah

2 PENDAHULUAN Tujuan utama dari suatu bisnis adalah menghasilkan laba semaksimal mungkin agar dapat terus menjalankan roda bisnisnya. Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk mencapai keunggulan kompetitif diantara para pesaing sehingga setiap pelaku usaha harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk dan jasanya sedemikian rupa, untuk dapat menciptakan nilai yang lebih bagi pelanggan. Di era saat ini adalah suatu kewajiban bagi setiap pelaku usaha untuk menciptakan bisnis dengan memperhatikan tanggung jawab sosial dengan para stakeholder. Saat ini istilah Corporate Social Responsibility sudah tidak asing lagi didengar dan diperbincangkan dalam topik-topik dunia usaha. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah upaya perusahaan dalam memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Perusahaan yang dulunya hanya menekankan kegiatan pada aspek pertumbuhan perusahaan dan memaksimalkan laba saja, sekarang dituntut untuk lebih memperhatikan lingkungan sosial tempat perusahaan tersebut beroperasi. Perlu diingat bahwa pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab setiap insan manusia dan tidak terkecuali pelaku dunia usaha. Dengan Corporate Social Responsibility setiap perusahaan dapat menjaga keberlanjutan usahanya. Keberlanjutan usaha akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi lain selain keuntungan semata (profit), yaitu dimensi sosial dan dimensi lingkungan. Perusahaan mulai melihat serius pengaruh dimensi sosial dan lingkungan pada setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukan suatu pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan. Artinya Corporate Social Responsibility dipandang sebagai suatu investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan. Dengan kata lain, Corporate Social Responsibility mampu mengintegrasikan konsep Tripple Bottom Line (Profit, People, Planet) yaitu keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara keuntungan, fungsifungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan. Di Indonesia sendiri Corporate Social Responsibility mulai menjadi perhatian bagi masyarakat dan dunia bisnis. Apalagi setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yang memuat pasal tentang kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan, membuat isu Corporate Social Responsibility semakin marak dibicarakan. Undang-Undang tersebut mewajibkan perusahaan menyertakan laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan di dalam laporan tahunannya. Keberadaan Corporate Social Responsibility semakin terlihat dan sudah banyak diterapkan di perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak terkecuali Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga dituntut untuk berfungsi sebagai alat pembangunan nasional yang berperan sebagai institusi sosial, dimana sebelum UU No. 40 tahun 2007 tetntang Perseroan Terbatas terkait Corporate Social Responsibility disahkan. Untuk merealisasikan peranan BUMN tersebut, pemerintah telah menerbitkan kebijakan melalui Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-236/MBU/2003, tanggal 17 juni 2003, yang setelah itu diubah pada tahun 2007 menjadi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang kewajiban melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PBKL). PBKL adalah salah satu bentuk implementasi dari konsep Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh BUMN, dimana Program Kemitraan (PK) adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi layak kredit dan mandiri. Usaha kecil yang menerima pinjaman dari PK biasanya disebut dengan Mitra Binaan. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba. Dana PK diberikan dalam bentuk pinjaman untuk modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka investasi, pinjaman khusus yaitu pinjaman dalam jangka waktu tertentu biasanya diberikan kepada usaha kecil yang sudah menjadi mitra binaan, dan beban pembinaan yaitu untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lainya. Beban pembinaan ini bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% dari dana PK yang disalurkan pada tahun berjalan. Beban pembinaan hanya dapat diberikan kepada usaha kecil yang sudah menjadi mitra binaan. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisa lebih mendalam terhadap prosedur penyaluran pinjaman kepada para mitra binaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut,

3 penelitian ini diberi judul Audit Operasional Terhadap Pelaksanaan Program Kemitraan (Studi Kasus PT PP (Persero) Tbk). Penetilian Terdahulu : 1. Bramanditto (2008) dengan judul Implementasi Pelaksanaan Penyaluran Dana Program Kemitraan di PT Aneka Tambang Tbk. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PT Aneka Tambang Tbk secara konsisten menyalurkan dana program kemitraannya kepada masyarakat Usaha Kecil. 2. Budi Kurniawan (2008) dengan judul Analisis Tingkat Kepuasan Pelayanan PKBL Bagi Mitra Binaan PT Bhanda Ghara Reksa Hasil penelitiannya menunjukkan PKBL PT BGR mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kegiatan PKBL, tetapi pembinaannya kepada para usaha kecil mitra binaannya dirasakan belum memenuhi sasaran karena kendala manajemen. METODE PENELITIAN Metode-metode pengumpulan data yang digunakan selama penyusunan skripsi antara lain adalah : 1. Studi Pustaka Data dapat diperoleh dari studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis dengan mempelajari bukubuku, majalah, jurnal, ataupun dengan pencarian di internet mengenai topik-topik yang berhubungan dengan penelitian skripsi ini. 2. Studi Lapangan Data dapat diperoleh dari a. Observasi berupa pengamatan secara langsung terhadap kegiatan produksi dan instalasi yang dilakukan perusahaan. b. Wawancara dengan staf yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program Corporate Social Responsibility di PT PP (Persero) Tbk. Penulis akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung. c. Dokumentasi yang dimiliki perusahaan. Penulis mempelajari dan membuat salinan dokumendokumen perusahaan yang terkait dengan pembahasan. Dokumen-dokumen tersebut antara lain berupa prosedur-prosedur yang ada di perusahaan, pedoman mutu, dokumen pendukung dalam pelaksanaan prosedur tersebut seperti instruksi kerja dan struktur organisasi yang diterapkan dalam perusahaan, dokumen laporan produksi, laporan keuangan, dan data-data lain yang dibutuhkan. HASIL DAN BAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program Kemitraan Bina Lingkungan. Tujuan dari audit operasional ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur penyaluran pinjaman, proses penyaluran dana pinjaman, tingkat efektivitas penyaluran dana dan tingkat kolektibilitas pengembalian, dan monitoring pengawasan dari unit PKBL dalam melaksanakan PK di PT PP (Persero) Tbk. Untuk itu, proses audit operasional atas ini harus dilakukan secara terarah dan sistematis. Program kerja untuk audit operasional adalah: 1. Survei pendahuluan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi umum mengenai aktifitas unit PKBL 2. Pengujian terinci atas sumber-sumber informasi yang sudah dikumpulkan untuk menetapkan temuan audit. 3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi hasil temuan audit rinci, menetapkan temuan dan menetapkan unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi.

4 Survei Pendahuluan. Survei pendahuluan adalah tahap awal yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai kegiatan PK. Dengan survei pendahuluan, akan diperoleh informasi mengenai aktivitas yang terjadi dalam unit PKBL secara umum. Proses survei pendahuluan yang dilakukan penulis adalah: 1. Melaksanakan wawancara atau pembicaraan awal dengan unit PKBL mengenai tujuan dan langkah kerja dari pemeriksaan yang dilakukan. Melakukan pendekatan kepada manajemen yang menjadi konsentrasi pemeriksaan, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan manajemen dan staf-staf yang berkaitan dalam pelaksanaan di lapangan. 2. Observasi Melakukan pengamatan atas aktivitas unit PKBL 3. Documentation Mempelajari dan memeriksa strategi PK dan tahap tahap prosedur penyeleksian mitra binaan Strategi Program Kemitraan Strategi PKBL PT PP (Persero) Tbk Tahun 2012 adalah: Bekerjasama dengan BUMN Pembina lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai operator Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor: S-349/MBU/2011, tanggal 29 Juni 2011 perihal Penugasan Pelaksanaan GP3K yaitu PT Sang Hyang Seri (Persero) serta bekerjasama dengan PT Pertani (Persero). BUMN Pembina lain yang bertindak sebagai operator GP3K bertindak sebagai avalist dan off taker. Sistem penyaluran program kemitraan bersifat executing. Dalam program ini PT PP (Persero) Tbk bekerjasama dengan beberapa BUMN Pembina lain yang bertindak sebagai operator Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) PT Sang Hyang Seri (Persero) untuk klaster petani padi, kedelai dan berencana melakukan kerjasama dengan PT Pertani (Persero) untuk klaster petani padi. Proses Seleksi Mitra Binaan Seleksi Untuk Calon Mitra Binaan Melalui Lembaga Penyalur : 1. Penyaringan/seleksi para calon mitra binaan yang feasible untuk diberi pinjaman dilakukan oleh BUMN/Lembaga Penyalur, karena para calon mitra binaan tersebut telah menjadi rekanan dalam kurun waktu tertentu atau telah masuk didalam list para BUMN/Lembaga Penyalur yang sudah dilakukan analisis kelayakannya serta berdasar track record mereka selama bekerja sama dengan para BUMN/Lembaga Penyalur sehingga dapat dinyatakan layak untuk diberikan pinjaman. 2. Melakukan Survey langsung ke lokasi usaha untuk mengetahui data dan kondisi sebenarnya di lapangan apakah sesuai dengan data yang ada didalam proposal sekaligus mengambil foto kegiatan usaha. 3. Bila diperlukan para calon mitra binaan dihimbau memberikan jaminan meski jaminan bukan merupakan syarat mutlak hanya sebagai bentuk moral obligation bahwa dana PK tersebut adalah merupakan pinjaman yang wajib dikembalikan bukanlah merupakan Hibah.Dana PK adalah Dana bergulir sehingga dari pengembalian pinjaman para calon mitra binaan bisa disalurkan kepada calon mitra binaan yang lainnya. 4. Hasil analisis diajukan ke Pengarah dan Ketua PKBL untuk mendapatkan persetujuan sekaligus menentukan besarnya pinjaman yang dapat diberikan ke masing-masing mitra binaan. 5. Setelah disetujui mitra binaan dan dibuatkan Kontrak Perjanjian Kerjasama Pinjaman Modal yang isinya telah dibahas dan disepakati oleh kedua belah pihak, maka dilakukan penandatanganan kontrak. 6. Sebelum dilakukan transfer dana pinjaman dipastikan terlebih dulu bahwa semua persyaratan dokumen telah dilengkapi oleh calon mitra binaan.

5 7. Bagi para calon mitra binaan yang dinyatakan feasible untuk diberikan pinjaman diundang ke kantor Perseroan atau ke kantor Lembaga Penyalur untuk dilakukan penanda tanganan perjanjian kerja sama / perjanjian pinjaman. 8. Pelaksanaan pencairan dana pinjaman ke mitra binaan Sehubungan dengan strategi unit PKBL dan proses seleksi mitra binaan kami memberikan rekomendasi agar PT PP (Persero) Tbk membuat divisi khusus yang menangani pencarian calon mitra binaan. Selama ini PT PP (Persero) Tbk dalam mendapatkan daftar calon mitra binaan biasanya bekerjasama dengan unit independent yang bertugas dalam menyeleksi calon mitra binaan mana saja yang layak untuk dipilih. Jenis unit independent yang bekerjasama dengan unit PKBL adalah koperasi-koperasi yang terdapat di daerah. Alasan unit PKBL bekerjasama dengan koperasi adalah karena unit independent itu lebih mengetahui tentang siapa saja yang membutuhkan pinjaman dan memiliki lebih banyak saluran dalam mencari calon mitra binaan. Sehingga unit PKBL itu sendiri belum mempunyai divisi yang khusus menangani dalam pencarian calon mitra binaan. Kondisi ini membuat unit PKBL rentan kemungkinan tertipu dalam mendapatkan calon mitra binaan karena bisa saja calon mitra binaan yang kualitasnya dibawah standar tersebut mengambil jalan belakang dengan koperasi demi mendapatkan pinjaman. Prosedur audit operasional atas pelaksanaan PK pada PT PP (Persero) Tbk 1. Memeriksa apakah calon mitra binaan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER- 05/MBU/2007. Untuk mengetahui apakah unit PKBL telah melakukan seleksi mitra binaan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER-05/MBU/2007 penulis melakukan wawancara dengan narasumber dari PT PP (Persero) Tbk. Ternyata selain proses seleksi yang terdapat pada halaman sebelumnya, unit PKBL juga melakukan pemeriksaan kepada calon mitra binaan. Apakah mereka sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh PER-05/MBU/2007, yaitu: 1) Memiliki kekayaan bersih sebanyak Rp tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp ) Milik Warga Negara Indonesia. 3) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan maupun cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar. 4) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 5) Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 6) Telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun. 7) Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable). Hasil dari pemeriksaan menemukan bahwa untuk syarat kuantitatif seperti syarat 1,2,3,4,6, dan 7 terpenuhi semua. Akan tetapi untuk syarat kualitatif seperti nomor 5 penulis tidak menemukan adanya catatan khusus tentang analisis yang dilakukan oleh unit PKBL. 2. Pemeriksaan terhadap kegiatan penyaluran dana PK Untuk mengetahui tentang pelaksanaan Program Kemitraan penulis melakukan wawancara dengan narasumber dari unit PKBL. Setelah melakukan wawancara tentang apa saja yang telah dilakukan unit PKBL pada tahun 2012, penulis meminta data laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan. Berikut adalah laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan unit satuan tugas PKBL PT PP (Persero) Tbk No. Uraian Wilayah Jumlah Mitra Tabel 1 Penyaluran PK Tahun 2012 Modal Kerja Pendampinga n Jumlah 1 Sektor Pertanian Kerjasama PT Pertani Kalimant an Barat

6 (Persero) Kerjasama PT Pertani (Persero) Kerjasama PT Pertani (Persero) Kalimant an Selatan Jawa Timur Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Banten Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Kerjasama PT Sang Hyang Seri (Persero) Jml Sektor Pertanian Jawa Barat Sumatera Utara Sektor Industri PT PNM (Persero) Jml Sektor Industri 3 DPK Workshop Mitra Binaan Jawa Tengah DKI Jakarta Jumlah (sumber: Hasil wawancara) Laporan posisi keuangan A - Kas dan setara kas Rp 1,974,429,620 B - Piutang penyisihan laba Rp 0 C - Piutang Lembaga penyalur Rp 11,156,741,434 D - Piutang mitra Rp 4,794,122,367 E - Alokasi penyisihan piutang pinjaman : Rp 1. Mitra binaan - Lancar ( s/d 30 hari ) Rp (242,422) - Kurang Lancar ( 31 s/d 180 hari ) Rp (1,519,000)

7 - Diragukan ( 181 s/d 270 hari ) Rp 0 - Macet ( > 270 hari ) Rp (121,905,008) Jumlah Rp (123,666,430) 2. BUMN Lain / Lembaga penyalur : - Lancar ( s/d 30 hari ) Rp 50,963,161 - Kurang Lancar ( 31 s/d 180 hari ) Rp (60,394,037) - Diragukan ( 181 s/d 270 hari ) Rp 0 - Macet ( > 270 hari ) Rp 1,916,323,584 Jumlah Rp 1,906,892,708 Jumlah Rp 1,783,226,278 F - Total aset Rp 11,985,217,137 G - Piutang bermasalah Rp 3,168,690,783 H - Kelebihan pembayaran angsuran Rp 14,410,326 I - Beban yang masih harus dibayar Rp 32,500,000 J - Angsuran belum teridentifikasi Rp 43,954,368 K - Aset bersih Rp 11,894,352,443 L - Pendapatan Rp 8,308,262,831 - Beban dan pengeluaran 7,243,109,406 M - D.P.K ( Anggaran ) Rp 1,440,000,000 - D.P.K ( Realisasi ) Rp 1,078,100,000 (sumber: Hasil wawancara) Pada tahun 2012 unit PKBL PT PP (Persero) Tbk berfokus utama pada sektor pertanian karena adanya Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) berdasarkan Surat Menteri BUMN Nomor: S-349/MBU/2011, tanggal 29 Juni 2011 perihal Penugasan Pelaksanaan GP3K. Kegiatan utama yang dilakukan unit PKBL pada tahun 2012 kemarin adalah melakukan kegiatan pasar murah dengan PT Sucofindo dan kegiatan mengadakan penyaluran dana PK untuk program GP3K melalui kerjasama dengan PT Sang Hyang Seri (Persero) dan PT Pertani (Persero). Dana yang tersedia untuk PK pada tahun 2012 berasal dari: Saldo awal sebesar Rp 219,498,166 Pengembalian angsuran sebesar Rp 4,767,580,396 Penyisihan laba sebesar Rp 3,603,347,616 dimana penyisihan laba tersebut berasal dari 1.5% X laba tahun 2011 yaitu 1.5% X Rp 240,233,175,382 Pendapatan jasa giro sebesar Rp 40,284, Menghitung kinerja PK sesuai dengan Keputusan Menteri Setelah mendapatkan laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan dari unit PKBL, penulis melakukan perhitungan tentang kinerja PK PT PP (Persero) Tbk sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002. Dari laporan aktivitas dan laporan posisi keuangan tersebut diambil variable-variable yang diperlukan dalam perhitungan kinerja. Kinerja program kemitraan merupakan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN lampiran II yang mengatur tata cara Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN Non Jasa Keuangan. Pada point III.3.d disebutkan indikator yang dinilai adalah: 1) Efektivitas Penyaluran Tabel 2 Perhitungan Nilai Efektivitas Perusahaan 1) - Dana tersedia : - Saldo awal Rp 219,498,166

8 - Pengembalian angsuran Rp 4,767,580,396 - Penyisihan laba Rp 3,603,347,616 - Pendapatan jasa giro Rp 40,284,870 Rp 8,630,711,048 2) - Dana disalurkan : - Penyaluran pinjaman Rp 7,120,000,000 - DPK / Hibah Rp 1,078,100,000 Rp 8,198,100,000 1) Jumlah dana disalurkan Rp 8,198,100, Rumus : = Jumlah dana tersedia Rp 8,630,711, (sumber: Pengolahan Data) 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman = 94.99% Tabel 3 Perhitungan Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman - Lancar Rp 8,959,362,931 x 100% = Rp 8,959,362,931 - Kurang Lancar Rp 20,833,327 x 75% = Rp 15,624,995 - Diragukan Rp 0 x 25% = Rp 0 - Macet Rp 6,970,667,543 x 0% = Rp 0 Rata-rata nilai tertimbang Rp 15,950,863,801 Rp 8,974,987,926 2) Pinjaman disalurkan (saldo piutang) : - Jumlah piutang Rp 15,950,863,801 - Piutang bermasalah Rp (3,168,690,783) - Piutang lancar Rp 12,782,173,018 Rata-2 nilai tertimbang Rp 8,974,987,926 Rumus : = Jumlah pinjaman (saldo piutang) Rp 12,782,173,018 = 70% (sumber: Pengolahan Data) Mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 maka skor untuk efektivitas penyaluran PT PP (Persero) Tbk adalah 3 sedangkan skor untuk tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman PT PP (Persero) Tbk adalah 2 Untuk membandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kita hitung terlebih dahulu data yang ada Tabel 4 Perhitungan Tahun-Tahun Sebelumnya Tahun ) Efektivitas Penyaluran Skor = 2 = 4,000,500,000 = 90% 4,428,460,000

9 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman = 3,084,064,179 6,768,474,178 = 46% Skor = 2 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 2,991,100,000 3,498,037,510 = 86% Skor = 2 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman = 3,084,064,179 6,768,474,178 = 46% Skor = 2 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 2,100,230,000 2,308,970,924 = 91% Skor = 3 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman = 1,273,015,388 6,191,424,030 = 21% Skor = 1 Tahun ) Efektivitas Penyaluran = 1,546,120,000

10 Skor = 3 = 92% 1,683,575,713 2) Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman = 2,280,447,820 = 29% 7,761,556,337 Skor = 1 (sumber: Pengolahan Data) Tabel 5 Rekapitulasi Efektivitas Penyaluran No Tahun Efektivitas Penyaluran Dana Nilai % % % % % 3 Rata-rata 91% 2.6 (sumber: Pengolahan Data) Setelah direkap dan dianalisis tingkat efektivitas penyaluran selama 5 tahun, rata-rata efektivitas penyaluran dana sebesar 91% dengan rata-rata nilai sebesar 2.6. Pada tahun 2008 efektivitas penyaluran dana sebesar 92% dengan nilai 3. Pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 91% tetapi skor masi 3. Pada tahun selanjutnya kembali mengalami penurunan menjadi 86% dengan skor turun menjadi 2 dikarenakan adanya mitra binaan yang macet dalam mengembalikan pinjaman. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 90% dengan skor tetap 2. Pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi 95% dengan skor meningkat menjadi 3. Tabel 6 Rekapitulasi Tingkat Kolektibilitas Pengembalian Pinjaman No Tahun Efektivitas Penyaluran Dana Nilai % % % % % 2 Rata-rata 42% 1.6 (sumber: Pengolahan Data) Setelah direkap dan dianalisis tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman selama 5 tahun, rata-rata tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman sebesar 42% dengan rata-rata nilai sebesar 1.6 saja. Pada tahun 2008 tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman hanya sebesar 29% dengan nilai sebesar 1. Pada tahun 2009 menurun menjadi 21% dengan nilai tetap 1. Pada tahun selanjutnya mengalami kenaikan menjadi 46% dengan nilai naik menjadi 2. Pada tahun 2011 tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman stabil tetap pada 46% dengan nilai 2. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 70% dengan nilai masi sama yaitu 2, Setelah membandingkan efektivitas penyaluran dan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman maka dapat dilihat bahwa kinerja unit PKBL PT PP (Persero) Tbk stabil dari tahun 2008 sampai 2011 dengan total nilai 4 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 5. Tingkat efektivitas penyaluran

11 dana pada 2008 dan 2009 mendapatkan nilai 3, akan tetapi mengalami penurunan pada 2010 karena meningkatnya mitra binaan yang mengalami kemacetan dalam pengembalian pinjaman. Akan tetapi pada 2011 kembali naik performanya dan meningkat lagi pada Nilai tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman pada tahun 2008 sangat rendah, hanya mencapai angka 1. Hal ini disebabkan banyaknya piutang yang macet dari mitra binaan dan kurangnya personil unit PK, sehingga pengawasan atau pengecekan langsung terhadap mitra binaan sulit dilakukan. Kurangnya pengawasan terhadap mitra binaan dan tingkat disiplin mitra binaan yang rendah mengakibatkan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman menjadi rendah pula. Pada tahun 2009 performa unit PKBL dalam tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman kembali mengalami penurunan. Untuk menyisiati hal tersebut unit PK PT PP (Persero) Tbk membuat reskedul pinjaman dengan mitra binaan dan menambah personil yang ada. Hal tersebut terbukti efektif yang dapat dilihat pada kenaikan tingkat kolektibilitas pengembalian pinjaman tahun 2010 menjadi 46%. Kemudian stabil pada tahun 2011 dan meningkat kembali pada tahun Memeriksa monitoring yang dilakukan oleh unit PKBL PT PP (Persero) Tbk. Untuk memeriksa kegiatan monitoring apa saja yang dilakukan oleh unit PKBL penulis melakukan wawancara dengan 2 narasumber, pertama dengan narasumber dengan jabatan manajer dan yang satu lagi dengan narasumber karyawan yang turun ke lapangan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah antara bagian top middle manajemen memiliki jawaban yang sesuai yang dilakukan oleh karyawan di lapangan. Kegiatan monitoring sendiri dilakukan dengan tujuan untuk memantau bagaimana perkembangan para mitra binaan di lapangan dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha para mitra binaan. Menurut hasil wawancara dengan manajer unit PKBL, PT PP (Persero) Tbk melakukan monitoring terhadap para mitra binaan seperti pengawasan langsung kepada mitra binaan, melihat perkembangan mitra binaan. Akan tetapi ketika penulis bertanya dengan karyawan yang turun ke lapangan, kegiatan monitoring yang dilakukan oleh unit PKBL adalah hanya: Melihat kinerja dari calon mitra binaan sebelum diberi pinjaman. Memprediksi prospek apakah usaha tersebut bisa berkembang. Bertanya kepada calon mitra binaan tentang penghasilan sebelum diberi pinjaman sehingga bisa memastikan pinjaman yang diberikan. Melihat apakah ada area penjualan dari hasil produksi mitra binaan. Melihat jaminan apa yang diberikan sebelum diberi pinjaman. Laporan Temuan Hasil Pemeriksaan Audit Operasional atas Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk Berikut Dengan Rekomendasi Perbaikan Sebagai tindak lanjut dilakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi pada PT PP (Persero) Tbk yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis menemukan adanya beberapa temuan permasalahan dalam program kemitraan. Berikut ini adalah beberapa permasalahan yang ditemukan mengenai unit PKBL pada PT PP (Persero) Tbk: 1. Banyaknya peminjaman bermasalah yang tidak dapat dikembalikan Pada tahun 2012 terdapat piutang bermasalah sebesar Rp. 3,168,690,783. Jumlah piutang bermasalah tersebut mencapai 20% dari total piutang yang ada. Hal tersebut akibat dari banyaknya mitra binaan yang tidak dapat mengembalikan pinjaman kepada PT. PP (Persero) Tbk. Banyaknya mitra binaan yang tidak dapat mengembalikan pinjaman menimbulkan pertanyaan pada proses penyeleksian calon mitra binaan. Apakah penyeleksian mitra binaan berjalan dengan baik atau tidak. Jika melihat syarat mitra binaan selain terdapat syarat kuantitatif, terdapat pula syarat kualitatif. Syarat kualitatif seperti mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan inilah yang tidak dapat dilihat dengan baik oleh unit PKBL. Unit PKBL tidak bisa melihat dengan tepat potensi mitra binaan karena kurangnya waktu dan karyawan ketika menganalisis potensi dari calon mitra binaan tersebut. Hal ini mengakibatkan banyaknya pinjaman yang tidak dapat dikembalikan baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang yang dapat mengganggu perputaran pinjaman yang dapat menyebabkan PT PP (Persero) Tbk kesulitan dalam memberikan pinjaman kepada calon mitra binaan yang lain.

12 Untuk mengatasi banyaknya pinjaman bermasalah kami memberikan rekomendasi untuk menambah waktu dalam menyeleksi calon mitra binaan karena dalam menganalisis potensi dan prospek dari tiap-tiap calon mitra binaan tersebut dibutuhkan analisis yang kuat dan mendalam. Akan tetapi jika jangka waktu yang digunakan untuk menyeleksi calon mitra binaan tidak dapat ditambah maka kami menyarankan untuk unit PKBL menambah karyawan yang potensial dan handal dalam menganalisis dan menyeleksi calon mitra binaan. Sehingga proses penganalisisan potensi mitra binaan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. 2. Banyaknya peminjaman macet Pada tahun 2012 terdapat peminjaman macet sebesar Rp. 6,970,667,543. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya monitoring yang dilakukan unit PKBL dalam mengawasi peminjaman yang telah diberikan. Penagihan pinjaman baru dilakukan apabila para mitra binaan telah telat dalam membayar pinjaman. Jumlah peminjaman macet yang mencapai 44% dari seluruh jumlah peminjaman yang diberikan tersebut relatif besar dan mengakibatkan perputaran peminjaman menjadi tidak dapat berputar. Jika dibiarkan terus maka dapat menyebabkan unit PKBL tidak dapat memberikan pinjaman lagi kepada calon mitra binaan baru. Untuk memperbaiki banyaknya pinjaman yang macet kami memberikan rekomendasi agar sistem monitoring unit PKBL diperbaiki. Penagihan pinjaman dilakukan secara berkala dan terlebih dahulu memberi tahu kepada mitra binaan ketika mendekati tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman. Agar para mitra binaan lebih waspada ketika sudah mendekati tanggal jatuh tempo dan dapat membayar pinjamannya tepat waktu. 3. Pembinaan yang tidak dilaksanakan oleh unit PKBL Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan unit PKBL ternyata kegiatan monitoring tidak dilakukan oleh unit PKBL. Kegiataan pembinaan hanya dilakukan oleh unit PKBL satu kali saja. Yaitu ketika calon mitra binaan akan diberikan pinjaman oleh unit PKBL. Hal tersebut ditimbulkan karena belum adanya program monitoring oleh unit PKBL. Akibat yang ditimbulkan oleh belum adanya pembinaan tersebut antara lain kemampuan perkembangan mitra binaan bakal tidak berkembang sesuai harapan. Dimana jika mitra binaan tidak ada kemajuan pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan mitra binaan dalam membayar pinjaman. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada unit PKBL adalah unit PKBL memasukkan kegiatan monitoring seperti seminar, pameran dan kegiatan lain yang berguna kedalam rencana tahunan unit PKBL karena kegiatan monitoring tersebut bertujuan agar mitra binaan dapat termotivasi untuk mengembangkan usahanya agar lebih baik lagi. Selain itu kegiatan monitoring yang perlu dilakukan unit PKBL adalah memantu kinerja para mitra binaan, memantau perkembangan produksi para mitra binaan, dan memantau hasil produksi para mitra. Pemantauan ini diperlukan agar kinerja mitra binaan dapat diketahui oleh unit PP dan dilakukan evaluasi jika terjadi penurunan kinerja para mitra binaan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Prosedur penyaluran pinjaman Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk sudah sesuai dengan PER- 05/MBU/2007. Sebelum menerima calon mitra binaan, unit PKBL melakukan seleksi terlebih dahulu. Akan tetapi dalam proses penyeleksian calon mitra binaan, PT PP (Persero) Tbk memiliki kekurangan dalam menganalisa potensi dan prospek dari calon mitra binaan. Sehingga banyak terjadi peminjaman bermasalah dengan persentasi 20% dari total peminjaman. 2. Proses penyaluran dana Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan pada awal tahun. Fokus utama pada tahun ini adalah pada sektor pertanian sesuai dengan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (G3PK). Dalam program ini PT PP (Persero) Tbk bekerjasama dengan beberapa BUMN Pembina lain yang bertindak sebagai operator GP3K antara lain PT Sang Hyang Seri (Persero) untuk klaster petani padi, kedelai dan berencana melakukan kerjasama dengan PT Pertani (Persero) untuk klaster petani padi. 3. Tahun 2012 tingkat efektivitas penyaluran dana untuk Program Kemitraan PT PP (Persero) Tbk sebesar 95%. Nilai tersebut meningkat dari tahun sebelumnya dimana pada tahun sebelumnya nilai tingkat efektivitas unit PKBL hanya 90% saja. Sedangkan untuk tingkat kolektibilitas pengembalian

13 Program Kemitraan pada tahun ini meningkat pesat dari tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2011 tingkat kolektibilitas pengembalian hanya sebesar 46%. Akan tetapi pada tahun 2012 tingkat kolektibilitas pengembalian meningkat menjadi 70% 4. Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh unit PKBL PT PP (Persero) Tbk tidak ada sama sekali. Tidak ada kegiatan yang memantau kinerja para mitra binaan dan minim kegiatan pelatihan seperti seminar, pameran, dan kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan dari mitra binaan. Hal tersebut membuat perkembangan dari tiap-tiap mitra binaan sedikit dan bisa cenderung menurun karena kemampuan yang dimiliki mitra binaan tidak diperbaharui.

14 Saran 1. Menambah waktu dalam menyeleksi calon mitra binaan karena dalam menganalisa potensi dan prospek dari tiap-tiap calon mitra binaan tersebut karena dibutuhkan analisa yang kuat dan mendalam. Akan tetapi jika jangka waktu yang digunakan untuk menyeleksi calon mitra binaan tidak dapat ditambah maka penulis menyarankan untuk unit PKBL menambah karyawan yang potensial dan handal dalam menganalisa dan menyeleksi calon mitra binaan. Sehingga proses penganalisaan potensi mitra binaan dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat. 2. Sistem monitoring unit PKBL perlu diperbaiki. Perlu adanya jadwal penagihan pinjaman yang dilakukan secara berkala dan adanya pemberitahuan kepada mitra binaan ketika mendekati tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman. Agar para mitra binaan lebih waspada dan mengetahui ketika sudah mendekati tanggal jatuh tempo dan dapat membayar pinjamannya tepat waktu. 3. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada unit PKBL adalah unit PKBL memasukkan kegiatan monitoring seperti seminar, pameran dan kegiatan lain yang berguna kedalam rencana tahunan unit PKBL karena kegiatan monitoring tersebut bertujuan agar mitra binaan dapat termotivasi untuk mengembangkan usahanya agar lebih baik lagi. Selain itu perlu adanya pemantauan kinerja para mitra binaan, memantau perkembangan produksi para mitra binaan, dan memantau hasil produksi para mitra. Pemantauan ini diperlukan agar kinerja mitra binaan dapat diketahui oleh unit PP dan dilakukan evaluasi jika terjadi penurunan kinerja para mitra binaan. 4. Perlu dibentuk divisi khusus yang menangani pencarian calon mitra binaan. Selama ini PT PP (Persero) Tbk dalam mendapatkan daftar calon mitra binaan biasanya bekerjasama dengan unit independent yang bertugas dalam menyeleksi calon mitra binaan mana saja yang layak untuk dipilih. Jenis unit independent yang bekerjasama dengan unit PKBL adalah koperasi-koperasi yang terdapat di daerah. Alasan unit PKBL bekerjasama dengan koperasi adalah karena unit independent itu lebih mengetahui tentang siapa saja yang membutuhkan pinjaman dan memiliki lebih banyak saluran dalam mencari calon mitra binaan. Sehingga unit PKBL itu sendiri belum mempunyai divisi yang khusus menangani dalam pencarian calon mitra binaan. Kondisi ini membuat unit PKBL rentan kemungkinan tertipu dalam mendapatkan calon mitra binaan karena bisa saja calon mitra binaan yang kualitasnya dibawah standar tersebut mengambil jalan belakang dengan koperasi demi mendapatkan pinjaman. REFERENSI Ambadar, J. (2008). Corporate Social Responsibility Dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo. Ardianto, Elvinaro, Machfudz, Dindin, M. (2011), Efek Kedermawanan Pebisnis dan.csr Berlipat-lipat, Jakarta: Elex Media Komputindo. Bayangkara, I.B.K. (2008). Audit Manajemen: Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat. Dahlia, L. (2010). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntabilitas, Vol. 9, No. 2. Elkington, J. (1998). Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21 st Century Business. Gabriola Island. BC: New Society Publishers. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 313/KMK.016/1994 Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Korporasi Melalui Pemanfaatan Dana Dari Bagian Laba BUMN. Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 60/KMK.016/1996 Perubahan Pasal 3. Jakarta. Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236/MBU/2003 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Jakarta.

15 Keputusan Menteri BUMN Nomor: 266/KKM.016/2007. Jakarta. Leonard, McAdam. (2003), Penerapan CSR di Indonesia Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2007. Jakarta. Rizal, M Analisa Tekanan Lobby Groups Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Akuntabilitas, Vol. 9, No. 2. Solihin, I Corporate Social Responsibility: From Charity To Sustainability. Jakarta: Salemba Empat. Undang-Undang Nomor: 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta. RIWAYAT PENULIS Azhar Rolib lahir di Jakarta pada 16 Januari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk

BAB 4 PEMBAHASAN. dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk BAB 4 PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional terhadap pelaksanaan program kemitraan dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada PT PP (Persero) Tbk mencakup pelaksanaan dari unit Program

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT TIMAH (PERSERO) TBK LAPORAN KEUANGAN UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN Catatan ASET LANCAR Kas dan setara kas

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15 UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan

Lebih terperinci

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Lebih terperinci

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN

Lebih terperinci

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

Daftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 d1/february 23, 2017 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA

KUESIONER SURVEI TERKAIT PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) BADAN USAHA MILIK NEGARA KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG INFRASTRUKTUR BISNIS ASDEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110 Indonesia Telp. 021-29935678

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.

BAB V PENUTUP. demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. 72 BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka berikut akan penulis kemukakan kesimpulan serta saran-saran, dimana kesimpulan merupakan ringkasan dari materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan menjamin dan melindungi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program

Lebih terperinci

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang memuat pasal tentang kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan, membuat isu Corporate Social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi situasi ekonomi pasar bebas. Perkembangan bisnis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan suatu wacana yang sedang mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Wacana CSR tersebut digunakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun

kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pemangku kepentingan pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjalanan panjang perekonomian Indonesia memang tidak mulus. Sejak mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka, silih berganti masalah dan rintangan seakan ingin

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan

LAMPIRAN. 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan LAMPIRAN 1. Surat Tugas 2. Daftar hadir peserta pengabdian masyarakat 3. Materi pengabdian masyarakat 4. Foto kegiatan 25 26 27 28 PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Peningkatan Kesadaran Hukum Pelaku Usaha Kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi akan menjadi semakin kompleks dan diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, informasi memegang peranan penting dalam segala aspek, termasuk bisnis. Para stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu kegiatan yang direkomendasikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Septiana dkk (2012:71-84) Booth-Haris Trust Monitor (2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Septiana dkk (2012:71-84) Booth-Haris Trust Monitor (2001) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi salah satu faktor pendukung kemudahan pelaku usaha berkembang dalam melakukan komunikasi. Dengan adanya kemajuan teknologi ini memicu persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul dari perkembangan dan peradaban masyarakat. Semakin tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggung jawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya hubungan antara perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan oleh dampak yang timbul dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan

Lebih terperinci

Oleh : Bela Rosida Rakhim. Dosen Pembimbing : Dr. Sumiati, SE., M.Si

Oleh : Bela Rosida Rakhim. Dosen Pembimbing : Dr. Sumiati, SE., M.Si MANAJEMEN KREDIT PADA PROGRAM KEMITRAAN PT. PUPUK KALTIM (Studi Kasus Di Departemen Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan) Oleh : Bela Rosida Rakhim Dosen Pembimbing : Dr. Sumiati, SE., M.Si ABSTRAK PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi adalah sesuatu hal yang pasti. Perkembangan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pesatnya perkembangan di era globalisasi ini dimana terjadi perkembangan yang pesat dibidang teknologi, transportasi, dan informasi menyebabkan terjadinya perkembangan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA

BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA BAB IV PEMBAHASAN AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG USAHA PADA PT. GROOVY MUSTIKA SEJAHTERA Audit operasional adalah audit yang dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi bagian penting dari sistem perekonomian Nasional yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perbankan merupakan industri yang memiliki banyak risiko. Selain melibatkan dana masyarakat, bank harus memutarkan dana tersebut berupa: pemberian kredit, pembelian

Lebih terperinci

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada saat ini semakin tumbuh dan berkembang, baik di dalam jumlah maupun jenis usaha yang dijalankan. Pada umumnya, tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat ketat, hal itu juga berdampak pada perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan PKBL PTPN VII Kemitraan adalah pemberian kredit modal kerja yang diberikan oleh PTPN VII kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modernisasi dan globalisasi saat ini, kebutuhan informasi dan teknologi semakin meningkat sejalan dengan persaingan semakin ketat pada setiap sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, kegiatan bank menjadi semakin canggih dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau yang disingkat PT. Telkom Indonesia adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan. CSR bukanlah hal baru, literatur mengungkapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan. CSR bukanlah hal baru, literatur mengungkapkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate sosisal resposibility atau CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam mengembangkan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016:

RINGKASAN PERUBAHAN DALAM PER 03/MBU/12/2016: LATAR BELAKANG Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 Pada tanggal 3 Juli 2015, Pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri BUMN No. PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, selain usaha swasta dan koperasi. Melalui Peraturan Pemerintah No.3 tahun 1983, pemerintah mengamanatkan BUMN untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesuksesan pembangunan dalam masa globalisasi saat ini mengarah kepada pembangunan yang berkelanjutan dan penguatan ekonomi kerakyatan. Program pembangunan yang demikian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Cipta Graha Sejahtera adalah perusahaan nasional yang dibangun pada tahun 1987 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang

BAB VI PENUTUP. Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang BAB VI PENUTUP Bab VI ini akan menjabarkan tentang kesimpulan dan saran penelitian tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN IX PG Mojo, sebagai berikut : 6.1 Kesimpulan Dalam proses Program Kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pembangunan merupakan suatu usaha yang terencana untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Jasa Marga (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2016 dan untuk beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONTEKS MASALAH Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Kehidupan manusia di bumi ini adalah suatu sistem, yang saling berkaitan satu sama lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis senantiasa berjalan secara dinamis untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Aktivitas bisnis merupakan salah satu bagian dari

Lebih terperinci

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN A. Pengertian Kredit Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) KEBIJAKAN KEMENTERIAN BUMN TENTANG PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISAMPAIKAN OLEH : ASDEP PEMBINAAN KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PADA ACARA RAKOR PENGUATAN KERJASAMA PENGELOLAAN PELUANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Penelitian. Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Dunia bisnis di Indonesia mengalami kemunduran setelah terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Dampak yang ditimbulkan dari krisis tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA BERGULIR PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA BERGULIR PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA BERGULIR PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

PT SANG HYANG SERI (PERSERO)

PT SANG HYANG SERI (PERSERO) Laporan Manajemen PT SANG HYANG SERI (PERSERO) TAHUN 2016 (1) KEPMEN Pendayagunaan BUMN Nomor: KEP-211/M-PBUMN/1999, Tentang Laporan Manajemen Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (2) Rencana Kerja dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap

BAB V PENUTUP. Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dijelaskan bahwa dalam Pasal 3 ayat (2) setiap tenaga kerja berhak atas jaminan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial

Lebih terperinci