BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
|
|
- Susanti Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN A. Pengertian Kredit Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. (Kasmir,2004:72). Asal mulanya kredit, dalam bahasa latin disebut credere yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir,2008:101) Pengertian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Undang- Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan
2 26 Selain itu bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha, haruslah berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit, percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa. Tujuan pemberian kredit ini ialah untuk membantu para nasabah atau para mitra binaan yang membutuhkan dana untuk modal kerja yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usahanya. Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang
3 27 dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan dapat dipergunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang. Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara. 6. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya, seperti mambuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.
4 28 7. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya. B. Pemberian Kredit Pada PKBL PTPN III (Persero) Medan Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut : 1) Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp ,- (satu milyar rupiah). 3) Milik Warga Negara Indonesia. 4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Besar. 5) Membentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. 6) Telah melakukan kegiatan usaha maksimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan. 7) Usaha Kecil yang belum memiliki kemampuan akses perbankan.
5 29 8) Usaha Kecil yang tidak memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki kaitan usaha dengan membina, namun diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha. 1. Dana Program Kemitraan yang disalurkan berupa : a. Pinjaman untuk modal kerja atau pembelian barang-barang modal (Aktiva Tetap Produktif) seperti : mesin dan alat bantu produksi, dan lain sebagaimana yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk Mitra Binaan. b. Pinjaman Khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat jangka panjang pendek dengan waktu maksimal 1 tahun. Perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 pihak yaitu ; PTPN III, Mitra Binaan dan rekanan usaha Mitra Binaan dengan komisi yang ditetapkan oleh PTPN III. Tingkat bunga pinjaman dikenakan kepada Mitra Binaan bersifat regresif proporsional yaitu semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan sebagai berikut : Tabel 3.1 Tingkat Bunga Pinjaman yang Dikenakan Kepada Mitra Binaan Sumber : Pedoman Pelaksanaan PKBL PTPN III No. Jumlah Pinjaman yang Diberikan Tingkat Bunga s/d Rp ,- > Rp s/d Rp > Rp s/d Rp Diatas Rp ,- 6% 8% 10% 12%
6 30 Penetapan bunga pinjaman dihitung dengan sistem bunga efektif atau dapat juga dihitung dengan system flat atau system bagi hasil sepanjang nilainya setar dengan bunga efektif. Jangka waktu atau masa pembinaan untuk Mitra Binaan adalah selama 36 bulan atau dapat dilakukan terus menerus atau sampai Mitra Binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri, Bankable sepanjang tetap memenuhi ketentuan dan persyaratan. 2. Hibah Pembinaan Mitra Binaan untuk meningkatkan usahanya, terutama di bidang, proses produksi, pemasaran hasil produksi, keuangan/pembukuan serta manajemen sederhana dan sebagainya. Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat melaksanakan berbagai pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan prouktivitas Mitra Binaan serta pengkajian/penelitian dengan biaya dari dana kemitraan yang tidak dikembalikan namun berupa hibah dalam beberapa bentuk sebagai berikut : a. Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan Mitra Binaan dalam rangka : Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi/pengolahan. Meningkatkan pengendalian mutu produksi. Meningkatkan pemenuhan standardisasi teknologi. Meningkatkan rancang bangun dan rekayasa. b. Bantuan pemasaran produksi Mitra Binaan dalam bentuk :
7 31 Membantu penjualan produk Mitra Binaan. Membantu mempromosikan produk Mitra Binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pameran (showroom). c. Bantuan pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk Mitra Binaan dapat dilakukan sendiri oleh PTPN III atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal dari Lembaga Pendidikan/Pelatihan Swasta Profsional maupun Perguruan Tinggi. C. Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan Pada PKBL PTPN III (Persero) Medan Para calon mitra binaan yang telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Per- 05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 3 ayat (1), yang telah dijelaskan diatas. Maka para calon mitra binaan dapat mengajukan proposal berupa rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur untuk mendapatkan dana bantuan dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan kepada Kebun/Bagian sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing. Adapun tahapan mekanisme penyaluran dana kemitraan pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di ini PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, ialah: 1. Calon mitra binaan mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat, antara lain :
8 32 nama dan alamat unit usaha; nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; surat Izin Usaha; foto/denah lokasi usaha dan denah rumah; perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); rencana penggunaan dana pinjaman; dan melampirkan : foto suami dan istri 3x4 : 2 lembar; fotokopi KTP suami dan istri : 2 lembar; fotokopi kartu keluarga : 1 lembar; fotokopi rekening Bank : 1 lembar; fotokopi agunan : 1 lembar. 2. Kemudian proposal diajukan ke kebun, unit usaha atau ke kantor pusat. 3. Kemudian bagian PKBL menganalisa proposal yang sudah diajukan sudah memenuhi syarat atau belum. 4. Setelah proposal diterima, bagian PKBL akan melakukan evaluasi dari kebenaran isi proposal tersebut dengan melakukan koordinasi dengan Pemkab atau Pemko tempat usaha itu dijalankan. 5. Setelah proposal selesai dievaluasi, kemudian proposal tersebut diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
9 33 6. Setelah disetujui Direksi kemudian bagian PKBL melakukan persiapan penyaluran dana kemitraan yang disalurkan melalui transfer kerekening masing-masing mitra binaan. 7. Kemudian setiap bulannya bagian PKBL akan melakukan monitoring kepada mitra binaan yang sudah mendapatkan dana kemitraan sampai proses selesai. Sebelum para calon mitra binaan mendapatkan pencairan dana dari Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, mereka terlebih dahulu diharuskan mengikuti pelatihan di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) selama 2 hari. Selama pelatihan tersebut para calon mitra binaan akan mendapatkan arahan, bimbingan, dan motivasi untuk perkembangan usaha mereka menjadi lebih baik atau untuk memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan secara efektif. Dalam mengikuti pelatihan ini, para calon mitra binaan akan mengetahui tugas, tanggung jawab, serta kewajiban mereka sebagai mitra binaan. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, maka pencairan dana dapat disalurkan dengan cara transfer ke rekening bank masing-masing calon mitra binaan. Para calon mitra binaan yang telah mendapatkan dana pinjaman dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka mereka diwajibkan untuk mengembalikan pinjamannya dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan, yang termasuk 3 (tiga) bulan masa tenggang, atau dimana masa tenggang tersebut digunakan untuk pemanfaatan dana pinjaman, seperti merenovasi warung, dan lain-lain. Adapun besarnya jasa adminsitrasi pinjaman
10 34 dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri (PerMen Nomor : Per-05/MBU/2007). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai perusahaan yang telah mengalami perkembangan dalam pengelolaannya, dan cenderung mengarah ke arah profesionalisme pengelolaannya dengan memperhatikan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi. Dan penilaian kinerja BUMN mulai diatur dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.740/KMK.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas BUMN (Rahardjo, 2007 : 163). D. Prosedur Kontrak Penyaluran Dana Kemitraan 1. Tahap Pertama Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan memberitahukan kepada Distrik Manager bahwa proporsi CMB yang diajukan telah dilakukan proses analisa/evaluasi dan telah disetujui oleh Direksi selanjutnya Distrik Manager menghubungi CMB melalui Kebun/Unit. 2. Tahap Kedua Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan menyiapkan kontrak penyaluran dan bantuan kemitraan yang akan ditandatangani oleh Direksi sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua (masing-masing diatas materai secukupnya), kontrak akan disertai dokumen berupa : a. Surat pengakuan hutang oleh pihak kedua. b. Tanda terima uang, pinjaman oleh pihak kedua. c. Jadwal angsuran pinjaman (modal kerja dan investasi). 3. Tahap Ketiga
11 35 Calon Mitra Binaan akan menyiapkan jaminan berupa : a. Hak atas Tanah baik berupa Sertifikat Asli atau akta jual beli (di depan Notaris atau Camat) maupun surat-surat berharga lainnya seperti : Surat Kendaraan Bermotor (BPKB) dan lain-lain untuk pinjaman jangka panjang dengan jumlah pinjaman relatif kecil. b. Hak Atas Tanah (Sertifikat Asli) yang akan di Akta Pemberi Hak Tanggungan (APHT) didepan Notaris yaitu bentuk jaminan yang diberikan untuk pinjaman jangka panjang dengan jumlah pinjaman cukup besar dan jaminan ini akan dipegang oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan. Jika jaminan tersebut berupa Hak Atas Tanah hak Milik (Sertifikat Asli), Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan meninjau lokasi keberadaan dari jaminan tersebut, untuk menentukan kebenarannya serta jumlah/harga taksiran dari Hak Atas Tanah yang dijaminkan. Nilai jaminan ini sekurangkurangnya sama dengan pinjaman yang akan diberikan, jaminan ini akan lebih baik nilainya mencapai 125% dari nilai pinjaman. Jika pinjaman tersebut berupa Hak Atas Tanah yang bukan Hak Milik (Sertikfat Asli) Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan memintakan Surat Kuasa dari Pemilik Sah atas tanah tersebut kepada CMB yang disahkan oleh Notaris serta meninjau lokasi keberadaan dari jaminan tersebut untuk menentukan kebenarannya serta jumlah/harga taksiran dari Hak
12 36 Atas Tanah yang dijaminkan. Nilai jaminan ini sekurangkurangnya sama dengan nilai pinjaman yang akan diberikan dan akan lebih baik nilainya mencapai 125% dari nilai nilai pinjaman. c. Surety Bond yaitu jaminan yang diberikan oleh Perusahaan Asuransi kepada bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan atas pinjaman Mitra Binaan. Jaminan ini dapat diberikan jika pinjaman dalam jangka pendek dengan jumlah pinjaman yang cukup besar. Dimana jumlah nominalnya sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman yang akan diberikan. 4. Tahap Keempat Setelah penandatangani surat perjanjian atau kontrak dan penyerahan jaminan oleh CMB dilakukan pendistribusian sebagai berikut : a. Surat Perjanjian/Kontrak didistribusikan kepada Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua. b. Seluruh dokumen baik yang berada di Distrik Manager Kebun/Bagian dan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan agar difile dan disimpan dengan rapi untuk mempermudah proses evaluasi dan monitoring Mitra Binaan. 5. Tahap Kelima a. Penyaluran Dana Kemitraan
13 37 Penyaluran dana kemitraan dilakukan oleh masing-masing Distrik Manager/General Manager dan disaksikan oleh Manager Kebun/Bagian penerima proposal setelah didahului perikatan perjanjian. b. CMB harus hadir (suami/istri) di kantor Distrik Manager/General Manager untuk mendapatkan penjelasan tentang bunyi pasal demi pasal yang tercantum dalam surat perjanjian. c. Setelah CMB mengerti dan menyatukan sanggup mentaati bunyi pasal demi pasal yang ada dalam surat perjanjian, maka dilakukan perikatan perjanjian antara PTPN III sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua yang disaksikan oleh notaris. d. Penyaluran dana kemitraan harus didukung dengan berita acara penyerahan yang berisikan tentang : Waktu penyerahan, nomor dan tanggal bilyet yang diserahkan. Jumlah dana yang tercantum dalam bilyet giro yang diserahkan. Penyaluran dana kemitraan tidak dilakukan secara cermonial, namun penyalurannya terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan. 6. Tahap Keenam Pengembalian kredit Pembayaran cicilan kredit dapat dilakukan melalui :
14 38 Transfer Bank langsng ke rekening PTPN III dan PUKK AC Nomor : pada BRI Cabang Medan Putri Hijau. Kebun/Bagian terdekat. pembayaran dapat dilakukan dari mulai tanggal 01 s/d 10 setiap bulannya. E. Monitoring/Pengawasan Kegiatan Usaha Mitra Binaan Tata cara pelaksanaan monitoring / pengawasan terhadap mitra binaan, antara lain : 1. Dilakukan monitoring terhadap realisasi penggunaan pinjaman, perkembangan asset (usaha dan administrasi), pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran angsuran pinjaman. 2. Sebelum monitoring, harus disiapkan dahulu surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala PKBL dan menunjuk dua orang petugas dalam satu tim monitoring, serta menyiapkan formulir monitoring dan laporan monitoring dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penilaian yang objektif dan realistis. Waktu pelaksanaan monitoring maksimal dua hari kerja, dimana pada hari pertama untuk wawancara, pemeriksaan administrasi dan kemudian pada hari kedua untuk peninjauan lokasi penyusunan laporan monitoring. 3. Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan wawancara, peninjauan lokasi kegiatan usaha dan pemeriksaan administrasi. Petugas yang ditunjuk melaksanakan monitoring, dapat ditugasi untuk menerima
15 39 angsuran pinjaman dengan membuat bukti tanda terima rangkap dua yang ditandatangani oleh kedua belah pihak (pembayar dan penerim), kemudian paling lambat satu hari setelah diterima harus sudah disetor/ditransfer ke rekening PKBL yang bersangkutan. 4. Untuk mengetahui penggunaan pinjaman yang sesuai dengn perjanjian, petugas PKBL melakukan wawncara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring. 5. Untuk mengetahui penggunaan pinjaman yang sesuai dengan perjanjian, petugas PKBL melakukan wawancara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring. 6. Untuk mengetahui kelancaran pembayaran angsuran pinjaman, petugas menanyakan rata-rata penerimaan dan pengeluaran tunai tiap bulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi keuangan (buku harian kas). Kemudian petugas mencatat hasilnya dala formulir monitoring yang disimpulkan dalam laporan monitoring. 7. Untuk mengetahui perkembangan/pertumbuhan omset penjualan, petugas PKBL menanyakan tentang kapasitas produksi rata-rata perbulan, ratarata stok barang perbulan dan penjualan rata-rata perbulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi penjualan dan buku persediaannya. Bila perlu mengecek ke lokasi produksi dan penjualannya, kemudian mengevaluasi pertumbuhannya.
16 40 8. Untuk mengetahui perkembangan administrasi, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk administrasi keuangan maupun administrasi umum lainnya, baik sebelum memperoleh binaan maupun sesudah memperoleh binaan. Kemudian petugas PKBL mengamati perbedaannya dan mencatat hasilnya. 9. Untuk mengetahui perkembangan pemasaran, petugas menanyakan sampai dimana pelaksanaan pemasaran dilakukan (lokal, luar kota, luar propinsi, luar pulau atau ekspor). Ini dibuktikan dengan cara mengambil bukti pengiriman produk/barang untuk beberapa bulan sehingga dapat diketahui perkembangannya, kemudian mencatat hasilnya. 10. Untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja, petugas PKBL menanyakan beberpa jumlah tenaga kerja yang lalu membandingkan dengan data yang ada dalam proposal. Selanjutnya menanyakan pula masa kerja dari beberapa tenaga kerja yang ada. Petugas PKBL juga mencari informasi dari beberapa pekerja mengenai peningkatan keterampilan yang mereka peroleh selama masa kerja tersebut dan mencatat hasilnya. 11. Untuk mengetahui perkembangan jenis usaha, petugas PKBL menanyakan apakah ada produk-produk baru (tidak sejenis) yang dihasilkan sudah dipasarkan, selama telah menerima bantuan kredit. Kemudian mengecek fisik produk dan mencatat hasilnya. 12. Untuk mengetahui perkembangan asset, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk mencatat kekayaan badan usaha, antar lain
17 41 buku kas/bank, buku piutang, buku persediaan barang, buku aktiva tetap (peralatan yang dimiliki). Kemudian mencatat hasilnya. 13. Laporan monitoring harus ditandatangi kedua belah pihak yaitu petugas monitoring dan pimpinan/pengurus/pemilik usaha yang bertalian (mitra binaan). Laporan dibuat rangkap tiga, dimana yang asli dan duplikat disimpan dalam PKBL untuk diproses lebih lanjut, sedangkan riplikanya untuk usaha kecil yang bersangkutan. 14. Berdasarkan kesimpulan dari laporan monitoring serta evaluasi yang mendalam, maka mitra binaan dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi yang ada, yaitu mitra binaan yang berhasil baik dan mitra binaan baru. Untuk mitra binaan yang berhasil dan bermasalah, baik didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan asset dan administrasi dalam satu periode pembinaan. Sedangkan untuk mitra binaan baru selain didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan asset administrasi juga didasarkan pada perkembangan omset penjualannya setelah satu periode pembinaan. 15. Petugas monitoring harus bertindak adil dan objektif dalam memberikan penilaian ataupun kesimpulan akhir, agar tidak menyesatkan dan merugikan kemudian hari bagi mitra binaan. 16. Apabila tata cara monitoring tersebut dirasakannya hasilnya masih kurang memberikan informasi yang meyakinkan bagi petugas, maka petugas monitoring dapat menambah cara yang lainnya, sehingga tujuan untuk memberikan penilaian objektif dan realistis dapat tercapai.
18 42 F. Penggolongan Kualitas Pinjaman dan Penanganan Terhadap Mitra Binaan yang Bermasalah 1. Penggolongan Kualitas Pinjaman a. Lancar ; adalah pembayaran angsuran pokok atau bunga pinjaman tepat waktu. b. Kurang Lancar ; apabila terjadi keterlammbatan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 1 (satu) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo, pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. c. Ragu-ragu ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari, dan belum melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dar tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. d. Macet ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran atau bunga yang telah melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Mitra binaan dikategorikan bermasalah apabila pengembalian pinjaman pokok atau bunga telah mencapai kualitasragu-ragu dan macet, tindakan selanjutnya adalah Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan secara bersama-sama
19 43 dengan Distrik Manager/General Manager masing-masing wilayah binaan melakukan peninjauan ke lapangan terhadap Mitra Binaan tersebut untuk mengetahui dan mengevaluasi permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan yang bermasalah. 2. Penanganan Terhadap Mitra Binaan Bermasalah a. Distrik Manager/General Manager atau Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan agar memberikan surat teguran terhadap Mitra Binaan wilayah binaan yang telah mencapai kualitas ragu-ragu setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan tersebut. b. Surat peringatan I, II, dan III Surat peringatan diberikan oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditandatangani Direksi kepada Mitra Binaan yang kualitas pengembaliannya telh mencapai tingkat macet dan pinjaman telah jatuh tempo tetapi belum melunasi hutang pokok atau bunganya. Surat peringatan berisikan teguran keras yang mengacu kepada surat perjanjian yang telah ditandatangani antara pihak pertama (PTPN III) dan pihak kedua (Mitra Binaan) dihadapan notaris pada saat pemberian pinjaman. c. Eksekusi jaminan, Pengeksekusian jaminan Mitra Binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan sepakat tim antara Distrik Manager/General Manager, Kebun/Bagian dan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direksi tentang
20 44 rencana pengeksekusian tersebut setelah mendapat persetujuan direksi membuat surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat dimana saat pendatanganan surat perjanjian tersebut ditandatangani, pengeksekusian jaminan harus sejalan dengan isi surat perjanjian. G. Masalah yang Dihadapi dan Upaya-Upaya Mengatasinya 1. Masalah yang dihadapi a. Masih terdapatnya itikad yang kurang baik dari para Mitra Binaan untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan. b. Masih belum membudayanya di kalangan Mitra Binaan untuk membayar angsuran melalui transfer Bank. c. Letak usaha dari Mitra Binaan yang terpencil mengakibatkan tingginya biaya operasional, baik di saat analisa apalagi saat melakukan monitoring/penagihan. d. Masih ada Mitra Binaan yang bersifat tertutup, sehingga pembinaan sulit dilakukan secara optimal. e. Mitra Binaan sulit memasarkan produknya. 2. Upaya Mengatasi Masalah yang Dihadapi a. Melakukan deregulasi dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang mengikutsertakan Distrik dan Kebun/Bagianbagian usaha yang ada di dalam wilayah binaan PTPN III dalam melaksanakan analisa.
21 45 b. Sebelum penyerahan dana kemitraan, Calon Mitra Binaan terlebih dahulu diberikan Pelatihan Management dasar bagi Usaha Kecil. c. Dalam hal penyusunan pembukuan dan pelaporan Usaha Kecil dilakukan monitoring dan pembinaan langsung secara berkala triwulan dan tahunan baik lintas sektoral maupun BUMN. d. Mengikut sertakan para Mitra Binaan (khususnya Mitra Binaan Unggulan) melalui kegiatan pameran dan promosi baik dalam negeri maupun luar negeri.
22 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya maka pada bab ini dapat ditarik kesimpulan sebagaimana diuraikan di bawah ini : 1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah program penyaluran dana untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana 1%-3% laba BUMN. 2. Monitoring atau pengawasan kredit yang di lakukan oleh pihak PKBL di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sudah cukup baik dimana dalam proses pengawasan kredit bukan saja dilakukan pada saat kredit sudah diterima oleh calon mitra binaan tetapi proses pengawasan kredit sudah dilakukan sejak calon mitra binaan mengajukan permohonan kredit sampai dengan kredit lunas dibayar. 3. Melalui Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini, masyarakat sangatlah terpengaruh mengenai pemberian bantuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah membawa dampak positif bagi mitra maupun lingkungan usaha dengan meningkatnya volume produksi mitra binaan dengan terserapnya tenaga kerja. 44
23 47 4. Penggolongan kualitas pinjaman Program Kemitraan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dibagi dalam empat kelompok yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Apabila mitra binaan yang masuk kedalam kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet, maka akan dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning). B. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kredit kepada mitra binaan agar tetap dilakukan secara aktif dan berkesinambungan, agar kredit yang disalurkan terkendali dengan baik sehingga kredit bermasalah dapat diminimalkan. 2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, dalam usaha perkreditannya kepada usaha kecil, koperasi dan lembaga yang membutuhkan, hendaknya benarbenar mempertimbangkan calon mitra binaan yang akan mendapat dana dari Program Kemitraan. Disamping itu hendaknya dilakukan pengecekan terhadap kebenaran jaminan untuk mencegah terjadinya kredit macet dan harus dapat mengambil keputusan yang tegas terhadap mitra binaan yang tidak mau membayar kredit yang dipinjamnya agar resiko kredit bermasalah dapat diperkecil.
24 48 3. Melihat tugas terberat adalah menjalankan fungsi serta proses pengawasan atau monitoring kredit maka hendaknya petugas yang ditunjuk dibekali dengan pengetahuan, kreatifitas, keterampilan dan keahlian serta semakin meningkatka usaha pengawasan terhadap kredit agar usaha dapat berjalan dengan lancar sehingga mitra binaan termotifasi untuk selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik lagi.
BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)
BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,
Lebih terperinciSALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang
Lebih terperinciMENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat
Lebih terperinciLaporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15
UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO) LAPORAN KEUANGAN Tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 Untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut Beserta Laporan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh
Lebih terperinciUNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)
Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) 31 Desember 2014 DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan...
Lebih terperinciMENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER - 02/MBU/7/ 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI BADAN
Lebih terperinciProgram Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
Lebih terperinciBAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang
BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah
Lebih terperinciMENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG
MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-07/MBU/05/2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat
No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa peningkatan akses dunia usaha pada sumber
Lebih terperincikemudian hari bagi bank dalam arti luas;
KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini
Lebih terperinciDAFTAR WAWANCARA Jawab
89 DAFTAR WAWANCARA 1. Bagaimana Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada Bank Prekreditan Rakyat Jawab a. Bagi pihak pemberi kredit/kreditur (bank) Pemberian
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA
BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT
1 of 50 8/23/2014 7:22 PM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT MENTERI
Lebih terperinciDANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Dalam arti luas kredit diartikan sebagai sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti credere yang
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH
CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH SURAT PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ANTARA BANK ---------------------------------------------- DAN ---------------------------------- Nomer: ----------------------------------
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 99/PMK.010/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT DENGAN
Lebih terperinciDaftar Isi. Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan
LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Daftar Isi Halaman Laporan auditor independen Laporan posisi keuangan...
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Kemitraan Antara Perum Perhutani KPH Bogor dengan UKM Kerajinan Kayu 5.1.1 Program Kemitraan Usaha Kecil Menengah Perum Perhutani sebagai salah satu Badan Usaha
Lebih terperinciUNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)
Laporan Keuangan Beserta Laporan Auditor Independen 31 Desember 2016 dan 2015 Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain. DAFTAR ISI Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Posisi Keuangan... 1
Lebih terperinciPT PERUSAHAAN PENGELOLA ASET (PERSERO) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Laporan Keuangan Untuk Tahun-tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 d1/february 29, 2016 Paraf : Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Daftar Isi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG
9 2 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PEMBIAYAAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,
SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL MELALUI DANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciBAB I. KETENTUAN UMUM
BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA Menimbang : MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Piutang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR : 172/KM K.06/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/6/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Mlati Kredit bermasalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Perum Pegadaian Kanwil Bandung merupakan tempat dimana penulis
31 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Perum Pegadaian Kanwil Bandung merupakan tempat dimana penulis melaksanakan kerja praktek dan penulis ditempatkan di Bagian Operasional.
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999, pinjaman penerusan yang dananya berasal
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS SURIYAH Kc Kudus Sebagai lembaga keuangan syariah aktivitas yang tidak kalah penting adalah melakkukan penyaluran
Lebih terperinciBAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA
BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Kredit 2.1.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan bank maupun bukan bank tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian
Lebih terperinciPENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) USAHA BERSAMA DESA SIALANG RINDANG
PENERAPAN AKUNTANSI PIUTANG PADA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) USAHA BERSAMA DESA SIALANG RINDANG Muawamah Widiawati Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)
Lebih terperinciBy : Angga Hapsila, SE.MM
By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN DAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA PADA PETANI EKS PROYEK PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN DAN UNIT
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pengajuan Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT Walisongo Semarang Mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui ketika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2002: 17), laporan keuangan didefinisikan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari
Lebih terperinciBAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG
BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG A. Mekanisme Pembiayaan Murobahah Modal Usaha di KJKS BMT Binama Semarang Pembiayaan modal di KJKS Binama Semarang adalah
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja praktek dan menuangkannya dengan judul PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan kepda masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar
Lebih terperinciBAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,
c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 12 /PBI/2001 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA PELAKSANAAN JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciProgram Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Laporan keuangan tanggal dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut beserta laporan auditor independen LAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang
BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
-1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas
Lebih terperinci