EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK SEBAGAI METODE PENDAMPINGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PANTI ASUHAN
|
|
- Suharto Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK SEBAGAI METODE PENDAMPINGAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI PANTI ASUHAN Wahyuni Kristinawati Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai alasan dan latar belakang menyebabkan anak harus tinggal di panti asuhan: kemiskinan, penolakan atau perceraian orang tua, bencana alam, atau faktorfaktor lain. Tidak ada satupun dari alasan-alasan itu yang menunjukkan bahwa tinggal di panti asuhan adalah pilihan bagi anak, hingga akhirnya anak terpaksa menghadapi situasi yang tidak bisa dihindarinya. Sebagai tempat di mana sejumlah besar anak dengan berbagai latar belakang diasuh, berbagai keterbatasan fasilitas panti sangatlah mungkin ditemukan, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam hal perhatian, afeksi, kesempatan mengekspresikan diri, dan lain-lain. Padahal tidak hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan materi, setiap anak juga membutuhkan dukungan untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh untuk menghadapi keterbatasan kehidupan di panti. Ironisnya perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka yang mampu ditampung di panti asuhan. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung untuk diasuh di panti asuhan tetap menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan. Anak membutuhkan lingkungan dengan suasana positif yang bersifat terapeutik yang membantu mereka menyelesaikan masa lalu yang buruk dan bersiap menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Namun demikian, banyak anak yang tinggal di panti asuhan tidak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya.. Pendampingan bagi mereka diharapkan mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan
2 psikologis anak panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai bagi perkembangan fisik maupun psikologis dan sosial. Dengan demikian mereka relatif lebih mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi (harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri/setamat SMU). Salah satu bentuk pendampingan yang dapat dipilih untuk dilakukan adalah konseling kelompok. Bentuk konseling ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan konseling individual, antara lain: (a) efisiensi waktu (b) meningkatkan peran konselee karena sesama anggota kelompok dapat saling memberi saran dan feed back (c) komitmen konselee untuk mengubah diri memungkinkan pantauan dari konselee yang lain. Tinjauan Pustaka Pada bagian berikut akan diuraikan tinjauan teoritis secara singkat terkait tema yang akan dibicarakan lebih mendalam. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Secara fisik kebutuhan anak usia SD adalah gizi kesempatan olah gerak. Dengan gizi dan kesempatan pendidikan yang memadai, anak dapat berkembang dengan memadai secara kognitif tetapi harapan orang dewasa (guru,orang tua) memberi pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi belajar (Papalia, Olds, dan Feldman, 2004). Dalam relasi anak dengan teman sebaya, anak membentuk kelompok dengan teman yang memiliki usia dan status sosioekonomi yang setara karena berpengaruh pada minat dan tingat ketrampilan. Anak laki-laki cederung bermain dengan anak laki-laki dan sebaliknya (Hartup dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2004). Pada usia ini persahabatan merupakan ha penting karena anak dapat belajar kerja sama dan komunikasi, belajar tentang diri sendiri dan orang. Anak yang nyaman dengan dirinya sendiri lebih mudah bersahabat dengan orang lain (Necomb dan Bugwell dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2004). Menurut Coei dan Dodges (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2004) agresivitas cenderung menurun pada usia ini dan berubah bentuk dari hostile aggression menjadi agresi instrumental. Konseling Kelompok. Konseling kelompok adalah konseling yang melibatkan sejumlah kecil individu, umumnya 6-10 orang yang secara periodik bertemu bersama-sama dengan satu atau lebih konselor untuk membicarakan perjuangan dan permasalahan yang
3 dihadapi. Ketika seseorang bergabung dalam kelompok dan berinteraksi secara bebas, mereka cenderung membawa permasalahan kepada kelompok dan akan memperoleh dukungan dan bantuan dari sesama anggota kelompok yang lain ( center/services/group counseling.html). Konseling kelompok dapat menjadi salah satu metode pendampingan bagi anak panti asuhan. Tujuan utama konseling kelompok adalah mencapai perubahan, yaitu cara baru daam menjadi diri sendiri, berelasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Tujuan individual dalam terapi konseling kelompok dapat bervariasi tetapi semuanya bermuara pada harapan untuk berubah kea rah yang lebih baik (Conyne dalam Posthuma, 2002). Di dalam kelompok anak dapat: Belajar bagaimana ia diterima orang lain Mengalami penerimaan dan dimiliki Menemukan bahwa bukan ia tidak sendirian dalam menghadapi masalah Mendengar ide dari orang lain yang akan meningkatkan kemamapuan membuat keputusan dan menyelesaikan masalah Belajar mengekpresikan perasaan dan ide yang konstruktif pada orang lain. Memperoleh dorongan dengan mengobservasi kesuksesan orang lain. ( Penelitian yang dilakukan psikolog, sosiolog, dan psikiater menemukan bahwa kelompok kecil memberi suasana terapi dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan (Howe dan Schwartzberg dalam Posthuma, 2002). Rumusan Masalah Berdasar uraian di atas, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas konseling kelompok sebagai metode pendampingan anak usia Sekolah Dasar di Panti Asuhan? METODE PENELITIAN Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian aksi berupa konseling kelompok yang masing-masing terdiri dari 7-9 orang. Secara keseluruhan terdapat enam kelompok.
4 Pertemuan konseling kelompok dilakukan dalam periode mingguan selama enam kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung 1 2 jam. Setiap kelompok bekerja dengan satu konselor dan dua pendamping yang juga berfungsi sebagai pengamat. Pada setiap pertemuan perilaku dan ucapan anggota kelompok dicatat oleh pengamat dalam jurnal harian. Jurnal harian ini direkapitulasi pada akhir seluruh pertemuan untuk memperoleh perubahan kualitatif kelompok dan individu di dalam kelompok. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 38 anak usia 6-14 tahun yang tinggal di sebuah Panti Asuhan di Kabupaten Semarang, terdiri dari 20 anak laki-laki dan 18 orang anak perempuan, semuanya duduk di bangku Sekolah Dasar. Di antara subjek, empat (4) anak di antaranya merupakan anak pengasuh panti sendiri. Selanjutnya sebagian anak masih memiliki ayah atau ibu, tetapi hanya sebagian kecil yang masih bertemu dengan orang tua secara teratur. Separuh dari anak-anak ini tinggal di panti karena orang tua tidak mampu membiayai kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak, sementara sebagian lain memang tidak mengenal ayah dan/atau ibu sejak lahir. Gambaran Panti Asuhan Panti asuhan ini adalah sebuah panti milik pribadi yang dikelola secara kekeluargaan. Penghuni panti keseluruhan sekitar 400 orang terdiri dari usia bayi, anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia yang berasal dari berbagai daerah baik dari Jawa maupun pulau lain (Sulawesi, Ambon, Papua, dll.). Pembagian kamar di panti asuhan diatur sesuai usia dan jenis kelamin. Untuk anak usia SD, dalam setiap kamar terdapat sekitar 7-8 anak dengan satu pengasuh. Dengan luas panti yang cukup luas, ruang gerak anak-anak cukup memadai meski belum dapat dikatakan leluasa. Fasilitas yang ada di panti asuhan ini adalah sebuah ruang komputer (terdapat 9 buah komputer di dalamnya), sebuah perpustakaan kecil, telepon panti yang bagi anak hanya boleh digunakan untuk menerima telepon dari luar panti, dan ruang aula berkapasitas 100 orang.
5 Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui proses aktivitas partisipatoris (diskusi kelompok, berbagai permainan) dan observasi. Data observasi dicatat oleh pengamat yang bertindak sebagai pengamat partisipan. Analisis Data Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Organisasi data mentah yaitu catatan lapangan berupa jurnal harian (2) Content analysis dengan intepretasi pemahaman teoritis (Poerwandari, 2007). HASIL DAN BAHASAN Berdasar hasil analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Dimensi Kelompok Iklim dan Interaksi dalam Kelompok. Suasana kegiatan yang menyenangkan merupakan kunci perubahan perilaku anak. Menyenangkan yang dimaksudkan di sini bukanlah anak yang selalu gembira dan tertawa. Pada banyak kesempatan, anak menangis dan marah, tetapi yang perlu ditekankan adalah menimbulkan keyakinan pada anak bahwa semua perasaannya diterima terlebih dahulu, baru kemudian didiskusikan. Jenis Kegiatan. Permainan merupakan aktivitas yang paling disukai anak. Oleh karena ini penggunaan permainan sebagai aktivitas pembuka maupun aktivitas utama secara umum dapat diterima anak. Aktivitas yang muncul dalam proses pendampingan adalah sebagai berikut: (1) Aktivitas yang mengekspresikan emosi, yaitu menggambar, menceritakan gambar, bermain peran, menulis surat. Sejauh mana anak mengekspresikan emosinya sangat tergantung pada kesediaannya membagi diri dan keterbiasaan terhadap aktivitas yang dilakukan. Misalnya dalam aktivitas menulis surat pada orang yang dirindukan, anak yang kurang suka menulis ide akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk menulis surat. Selanjutnya sebagian anak yang tidak pernah bertemu dengan ayah dan ibunya mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dan cenderung menulis surat pada ayah atau ibu pengganti, dan ada satu anak yang menolak sama sekali untuk menulis
6 surat. (2) Mendengarkan. Mendengarkan merupakan aktivitas yang sulit dilakukan anak. Anak-anak dari para pengasuh relatif lebih mampu mengendalikan emosinya, sementara anak-anak yang tidak pernah bertemu orang tua lebih haus akan perhatian dan lebih sulit untuk mendengarkan. (3) Memberi komentar. Pada setiap kelompok selalu ada anak yang cenderung memberi komentar negatif dan menjatuhkan. Umumnya reaksi negatif ditujukan kepada anak lain yang juga memiliki masalah pengendalian diri, sedangkan anak yang tenang tidak memancing sekaligus tidak mudah terpancing dengan komentar negatif teman sebayanya. (4) Permainan kompetisi. Permainan kompetisi selalu diikuti dengan semangat karena anak mengejar hadiah. Pada permainan semacam ini selalu ditemui anak yang curang demi menjadi pemenang. Secara umum anak sulit menghargai kesuksesan orang lain sehigga mereka lebih mengharapkan tidak ada pemenang jika bukan ia sendiri pemenangnya. (5) Hadiah (reward). Reward memiliki kekuatan besar bagi anak panti asuhan. Reward yang paling mereka harapkan adalah makanan, sesuai pula dengan konfirmasi pengasuh. Dalam proses yang selanjutnya didapati bahwa sentuhan fisik (pelukan, elusan di kepala) memberi pengaruh besar pada anak semua usia. (6) Rasio anak dan pendamping. Pendamping konselor mutlak perlu pada aktivitas konseling kelompok karena sebagian anak panti asuhan memiliki masalah emosi yang perlu ditangani. Jumlah anggota kelompok 7 s/d 9 anak dirasa masih terlalu besar. Hal ini selaras dengan pendapat Posthuma (2002) yang merekomendasi jumlah anak 4 s/d 6 anak per kelompok pada kelompok anak bermasalah. Dimensi Individu Pada dimensi ini pembahasan dibagi menjadi dua bagian yaitu perilaku yang tetap bertahan selama proses konseling (tidak berubah), dan perilaku yang berubah secara positif setelah proses konseling. Perilaku yang Dipertahankan Anggota Kelompok. Perilaku yang dipertahankan anggota kelompok selama proses konseling adalah (1) Perilaku agresif. Masalah emosi yang paling sering terjadi adalah luapan agresivitas, yaitu agresi bermusuhan yang sifatnya verbal. Agresi pada anak awal sekolah dasar mudah meletup tetapi mudah dikendalikan, sedangkan pada anak kelas IV SD agresi mudah muncul tetapi lebih bertahan dan sulit dikendalikan. Hal ini terjadi karena sebagian besar anak-anak yang
7 lebih besar memiliki kebiasaan mengucapkan kata-kata kotor sehingga menjadi model buruk bagi anak usia sekolah dasar ini. Anak yang tidak pernah mengenal siapa orang tuanya memiliki masalah emosi yang lebih kompleks dari pada anak lain yang mengenal atau masih berhubungan dengan orang tuanya. Nampaknya, walaupun tidak disadari, anak-anak tanpa orang tua ini tidak mendapatkan significant other sebagai pengganti orang tua sehingga memunculkan permasalahan yang mencerminkan penolakan mereka atas diri sendiri. (2) Tingkat toleransi yang rendah. Anak panti asuhan yang menjadi subjek penelitian ini hampir semua mengalami kesulitan bersikap sportif dan menghargai keberhasilan orang lain. Mereka cenderung lebih mudah mengejek daripada memuji, memukul dan bersikap bermusuan ; hal ini tidak sesuai dengan pendapat Coei dan Dodges (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2004) yang menyatakan bahwa agresivitas cenderung menurun pada usia sekolah dasar. Perilaku Yang Berubah Perubahan perilaku yang muncul selama proses konseling pada anak peserta konseling kelompok adalah sebagai berikut : (1) Menerima emosi pribadi. Pada sebagian anak, latihan memberi nama pada perasaan, mengenali perasaan yang muncul, dan menyampaikan pada orang lain ternyata dapat bertahan pada hari-hari di luar konseling. (2) Interaksi Sosial. Interaksi sosial satu sama lain sudah terjalin dengan baik, meski pada usia tertentu anak masih malu berinterkasi dan bekerjasama dengan lawan jenisnya. Beberapa anak yang memiliki masalah dengan teman yang lain menampkakkan penerimaan yang lebih baik satu dengan yang lain. Pada anak-anak sulit masih diperlukan pendekatan interpersonal yang lebih baik, mereka masih membutuhkan dorongan untuk mengungkapkan perasaannya secara asertif dan tidak perlu mencari perhatian secara berlebihan. Hal ini akan lebih memungkinkan dicapai apabila konseling kelompok dilakukan pula bersama pendampingan atau konseling individual. (3) Partisipasi dalam kelompok. Meski perilaku berpartisipasi sangat dipengaruhi suasana yang dibangun masing-masing individu, partisipasi peserta secara umum cenderung meningkat pada pertemuan pertama hingga pertemuan berikutnya. Sedangkan perilaku tidaka berpasrtipasi masih bertahan pada sebagian kecil individu yaitu pada mereka yang
8 merasa kedatangannya ke konseling kelompok adalah keharusan dan keterpaksaan, dan pada mereka yang mengalami gangguan konsentrasi Efektivitas Konseling Kelompok sebagai Metode Pendampingan Anak Panti Asuhan Usia Sekolah Dasar. Pada dasarnya sebagai anak, perhatian dan kasih sayang adalah kebutuhan utama anak-anak ini. Pada anak-anak tanpa orang tua, kebutuhan ini bahkan lebih besar dari bentuk paling sederhana seperti disentuh, dielus, hingga didengar pendapatnya. Konseling kelompok memungkinkan terpenuhinya kebutuhan anak akan interaksi sosial satu sama lain, sekaligus sebagai kesempatan bagi anak untuk mengalami pengalaman positif, pujian, dimengerti perasaannya, didengar dan mendengar. Namun demikian enam kali sesi terasa singkat baik bagi anak maupun konselor, data yang diungkap juga terbatas pada apa yang muncul meski disumsikan bahwa kesederhanaan dan kelugasan anak membuat mereka bereaksi wajar sejak pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Masalah emosi terdeteksi pada beberapa anak, sedangkan pada anak-anak lain yang nampaknya relatif bebas dari masalah emosi, tidak berarti tidak ada masalah tetapi tetap perlu pengamatan di masa yang akan datang. Proses konseling pada anak usia ini tidak mungkin dilakukan tanpa media bantú. Perlu diperhatikan pula alokasi waktu. Sejauh ini durasi 1 jam dianggap cukup efektif untuk anak kelas awal, dan lebih meningkat pada kelas lebih tinggi. Walaupun antusias anak sangat tinggi pada kegiatan aktivitas, masih perlu dicari cara paling efektif untuk menyampaikan pesan dari tiap aktivitas itu. Pada usia awal sekolah dasar (kelas 1 SD), proses penanaman nilai lebih dimungkinkan terjadi dalam interaksi konselor atau pendamping dengan anak, belum antar anak sebagaimana seharusnya terjadi dalam konseling kelompok. Pada kelas 4,5, dan 6 barulah silang pendapat antar anak dapat lebih banyak terjalin meski lebih optimal terjadi pada anak yang tenang emosi dan kemampuan kognitif yang cukup baik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pendampingan anak panti
9 asuhan, namun akan lebih efektif dilakukan pada anak usia 9 tahun ke atas. Rasio konselor dengan jumlah anggota per kelompok disarankan 1 : 4-6 orang sehingga perhatian konselor dapat menjangkau semua anak. Selain rasio, variasi aktivitas dan kejelian pengamat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Jumlah pertemuan per kelompok dapat dipertimbangkan sesuai tujuan konseling. Selain pengelompokan berdasar usia, bisa dilakukan pula pengelompokan anak berdasar jenis masalah sehingga tema yang diangkat dalam konseling kelompok akan lebih terfokus. DAFTAR PUSTAKA Djiwandono, S.E.W., (2005). Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo. Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. (2004). Human Development. Edisi sembilan. Boston: McGraw-Hill. Poerwandari, K.E. (2007). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Posthuma, B.W., (2002). Small Groups in Counseling and Psychoterapy: Process and Leadership. Boston: Allyn and Bacon. Nonfolk State University. Group Counseling. Online: counseling_center/services/group counseling.html diunduh tanggal 1 Agustus 2009.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. S dan I telah melewati beberapa unit dalam fase forgiveness.
Lebih terperinciRita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY
Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
79 BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Analisis Subjek Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara, tes proyeksi dan analisis yang telah dilakukan terhadap ketiga subjek, maka dapat dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciB. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK ANAK REMAJA AWAL BAB I A. Latar Belakang Komunikasi interpersonal merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua tunggal dalam mendidik anak, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu
BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciKURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM
KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM Junierissa Marpaung Dosen Tetap FKIP Prodi Bimbingan Konseling Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Berbagai permasalahan yang sering muncul
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori tinggi. 2. Secara umum kebiasaan belajar siswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012
46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun Pelajaran
Lebih terperinciNO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan
179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciPROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciGambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,
Lebih terperinciPanti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang eksistensi proyek Bangsa Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya seperti yang tercantum dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Dan perjuangan pergerakan
Lebih terperinciPsikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi
Lebih terperinciPEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN
PEDOMAN OBSERVASI FENOMENA KORBAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DALAM DUNIA PENDIIDKAN 1. Kondisi dan kesan umum (ciri fisik). 2. Kondisi lingkungan rumah tempat tinggal dan lingkungan tetangga serta lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA
MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia panti asuhan adalah rumah tempat (kediaman) untuk memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya. Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
Lebih terperinciPeers and Friends. Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY
Peers and Friends Santi e. Purnamasari, M.Si. UMBY Pengantar Para ahli percaya bahwa interaksi yang terjadi di luar lingkungan keluarga adalah hal yang penting bagi perkembangan anak Terlebih kondisi saat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara umum siswa-siswi kelas enam di SDN Ujungberung Bandung tahun pelajaran 2007/2008
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian tersebut berada di Jl.
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama
Lebih terperinciTahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan kemajuan, sekaligus menjadi tantangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
128 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Interpersonal Sales dengan menggunakan metode eksperimen kuasi pada
Lebih terperinciEMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK
EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,
Lebih terperinciPerkembangan Emosi Pada Bayi
Perkembangan Emosi Pada Bayi Oleh Sutji Martiningsih Wibowo Sumbangan tulisan untuk Buletin Akhwat Yayasan Islam Paramartha Pilihan topik bahasan kali ini adalah Perkembangan emosi pada bayi yang mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ -organ
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan setelah dikonfirmasikan dengan teori yang ada, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang menjadi fokus dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dapat dikatakan dengan melakukan komunikasi. Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,270; p= 0,003 (p
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki peran yang sangat penting untuk kelangsungan ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah satu tangan panjang PBB bahwa
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Simpulan merupakan integrasi dari temuan empiris, hasil kajian teoritis, dan perbandingan dengan riset lain yang sejenis. Dari keseluruhan rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI
PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa
62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah mengguncang dasar laut yang berjarak sekitar 150 km dari pantai Sumatera pada tanggal 26
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa sekarang banyak sistem pendidikan yang bisa diberikan oleh para orangtua agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan keinginan orangtuanya.
Lebih terperinci