BAB II TINJAUAN PUSAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSAKA Bab ini berisi mengenai teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah pada penelitian ini. 2.1 Prosthetic Hand Prosthetic hand adalah bentuk tiruan dari tangan manusia yang dibuat dengan tujuan untuk menggantikan fungsi tangan manusia bagi orang yang mengalami amputasi. Prosthetic hand pada dasarnya memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat konsmetik dan alat fungsional. Prosthetic hand sebagai alat kosmetik memiliki bentuk menyerupai tangan asli, namun tidak dapat berfungsi sebagaimana tangan asli (Weir dkk, 2001). Sedangkan prosthetic hand sebagai alat fungsional memiliki kemampuan untuk melakukan model gerakan dasar tangan manusia antara lain cylindrical, lateral, palmar, hook, tip, dan spherical (Martell dkk, 2007). Anthropomorphic prosthetic hand memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan tangan manusia asli dan mampu melakukan aktivitas seperti tangan manusia asli Jenis Prosthetic Hand Prosthetic hand sejak pertama kali ditemukan telah mengalami banyak perkembangan. Terdapat beberapa jenis prosthetic hand yang telah dirancang. Martin (2011) membagi prosthetic hand menjadi empat jenis menurut bentuknya yaitu passive prosthetic, body-powered prosthetic, externally-powered prosthetic (berupa electric/myoelectric system atau pneumatic system), dan system-hybrid prosthetic. 1. Passive Prosthetic Hand Passive prosthetic merupakan jenis pertama dari prosthetic hand yang dibuat oleh Marcus Sergius pada perang Punik tahun SM. Jenis prosthetic ini tidak mempunyai komponen yang dapat bergerak, umumnya digunakan untuk tujuan cosmetic. Passive prosthetic atau cosmetic prosthetic terbuat dari urethane foam yang diselimuti dengan glove yang dicetak menyerupai bentuk tangan manusia. Bahan yang digunakan dalam pembuatan glove adalah polyvinyl chloride (PVC) dan silikon. Keuntungan pengunaan jenis prosthetic ini adalah passive prosthetic memiliki nilai kosmetik yang tinggi, relatif ringan dan murah, serta II-1

2 pemeliharaan yang mudah. Walaupun sudah mempresentasikan tangan buatan manusia yang bagus, namun rancangan jenis prosthetic ini relatif kaku sehingga tidak dapat digerakkan secara bebas layaknya tangan manusia. 2. Body-Powered Prosthetic Hand Body-powered prosthetic ditemukan tahun 1812 oleh Peter Baliff seorang dokter gigi asal Berlin, menemukan sebuah terminal device yang dioperasikan dengan mengikatkan prosthetic hand dengan tubuh pasien. Jenis prosthetic ini dapat digerakkan dengan tenaga yang berasal dari biscapular abduction dan atau glenohumeral flexion. Prosthetic ini juga dapat digerakkan dengan tenaga yang berasal dari gerak flexion dan extension pada wrist. Body-powered prosthetic menggunakan harness dan cable system untuk memanipulasi fungsi siku dan tangan. Keuntungan prosthetic jenis ini adalah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, ringan, murah, dan mudah diperbaiki. Namun, penampilan body-powered prosthetic tidak cukup menarik karena terlalu menonjolkan aspek mekanik. Selain itu, penggunaan prosthetic ini cukup sulit dan harness tidak nyaman. Sistem kabel pada body-powered prosthetic ada dua macam, yaitu voluntary open dan voluntary closing. Pada sistem voluntary open, kondisi awal jari prosthetic ini dalam keadaan menutup, kemudian kabel pada sistem tangan prosthetic ditarik sehingga jari tangan membuka. Sedangkan pada sistem voluntary closing, kondisi awal jari tangan dalam keadaan membuka, kemudian kabel pada sistem prosthetic ini ditarik sehingga jari tangan menutup. 3. Myoelectric Prosthetic Hand Myoelectric prosthetic ditemukan tahun 1948 oleh Rehold Reiner. Jenis prosthetic ini menggunakan aktivitas otot sebagai kontol geraknya. Sinyal Electromyograph (EMG) dideteksi dengan menggunakan elektrode yang dipasang pada permukaan kulit untuk kemudian membangkitkan motor yang menggerakkan hand, wrist, atau elbow. Keuntungan menggunakan myoelectric prosthetic adalah tidak diperlukannya harness atau kabel sehingga rancangan prosthetic ini dapat dibangun dengan bentuk fisik dan fungsi yang menyerupai tangan manusia. Namun, selain lebih berat, harga dan biaya perbaikan prosthetic ini pun cukup mahal. II-2

3 4. System-Hybrid Prosthetic Hand System-hybrid prosthetic merupakan prosthetic hasil kombinasi dari bodypowered prosthetic dan komponen myoelectric prosthetic. Prosthetic ini cenderung digunakan untuk jenis amputasi level tinggi (amputasi pada bagian siku ke atas). Sistem hybrid yang ada memungkinkan dua joint yang masing-masing terdapat pada body-powered dan myoelectric dapat dikontrol sekaligus. System- hybrid prosthetic biasanya lebih ringan dan lebih murah daripada myoelectric prosthetic BeBionic dan Tangan ilimb Tangan prostetik BeBionic merupakan terobosan baru dalam dunia tangan prostetik dengan peningkatan fungsi dan fleksibilitas yang jauh apabila dibandingkan dengan tangan prostetik yang ada pada umumnya. Sinyal myoelektrik yang ditangkap dari otot memiliki besaran jumlah yang cukup atau proporsional. Pada setiap jari terdapat motor dan susunan gear. Gambar 2.2 Tangan BeBionic Sumber: Advanced Arm Dynamic, 2012 Tangan prostetik ilimb pada dasarnya hampir sama dengan tangan BeBionic, yang membedakan kedua tangan ini adalah pada tangan prostetik ilimb mekanisme ibu jari digerakan secara manual sesuai keinginan pengguna. II-3

4 Gambar 2.3 Tangan ilimb Sumber: Arthur Finneston+Orthotics, Tangan MicheLangelo Tangan Michealngelo diciptakan oleh Advanced Arm Dynamic dan saat ini merupakan tangan prostetik tercanggih yang pernah ada. Mekanisme yang sangat komplek terdapat pada ibu jari, dimana pada tangan ini ibu jari dapat bergerak atau bertenaga. Tangan ini sangat halus dan rfisien dalam melakukan eksekusi gerakan (Pittman, 2012). 2.2 Gerakan Dasar Tangan Manusia Fungsi utama prosthetic hand adalah mampu melakukan gerakan penggenggaman seperti tangan manusia asli. Pada dasarnya, gerakan penggenggaman dibagi menjadi dua, yaitu jenis power grip dan precision grip. Gambar 2.4 Power grip dan Precision Grip Sumber: Hamill dkk, 2009 II-4

5 1. Power grip Tipe power grip membutuhkan kekuatan otot yang lebih besar, dimana tiga joint jari (metacarpophalangeal joint, proximal interphalangeal joint, dan distal interphalangeal joint) dalam posisi mengepal. Pada jenis power grip, ibu jari tidak berotasi dan selalu dalam keadaan lurus, sehingga kemiringan sendi engsel pada ibu jari lebih kecil dibandingkan pada sendi untuk jari yang lain. Pada umumnya, model gerakan variasi dari power grip yang sering dilakukan oleh tangan adalah model gerakan cylindrical, spherical dan hook. 2. Precision grip Tipe precision grip membutuhkan kekuatan otot yang lebih kecil, dimana hanya melibatkan dua joint (proximal interphalangeal joint, dan distal interphalangeal joint) dan hanya melibatkan satu atau dua jari, seperti gerakan menulis dan menjepit. Karakteristik dari jenis penggenggaman ini terletak pada kemampuan ibu jari dan metacarpal pollicis. Dalam arah berlawanan ibu jari berotasi membentuk suatu jalur yang berlawanan dengan jari telunjuk dan jari tengah. Pada umumnya, posisi ibu jari lurus dengan jari yang lain membengkok dengan sendi engsel pada bagian sendi metacarpophalangeal. Model gerakan yang termasuk dalam jenis precision grip adalah model gerakan lateral, palmar dan tip. Berdasarkan tipe objek yang berinteraksi, dibagi menjadi enam gerakan dasar penggenggaman cylindrical, tip, hook, palmar, spherical dan lateral. Berikut ini penjelasan enam gerakan dasar tangan manusia: 1. Cylindrical Gerakan cylindrical adalah gerakan benda kerja berada diporos antara jarijari tangan dan ditahan oleh ibu jari, umumnya geometri benda yang dipegang pada gerakan ini berupa silinder. Gerakan cylindrical melibatkan kelima jari tangan yang saling berpengaruh dalam menahan benda agar tidak jatuh, sehingga tulang jari phalanx proximalis, phalanx media, dan phalanx distalis pada tiap jari sangat berperan dalam melakukan gerakan ini. II-5

6 2. Tip Gambar 2.5 Model gerakan cylindrical Sumber: Fukaya & Toyama, 2000 Gerakan tip adalah gerakan dimana benda ditahan dengan menggunakan ibu jari tangan dan jari telunjuk, gerakan ini mirip dengan gerakan lateral dan palmar. Kemampuan dari jari telunjuk dan ibu jari tangan memegang peranan penting dalam melakukan gerakan tip, dimana benda dijepit pada tulang jari phalanx distalis dari jari telunjuk dan ibu jari. 3. Hook Gambar 2.6 Model gerakan tip Sumber: Fukaya & Toyama, 2000 Gerakan hook merupakan gerakan keempat jari menahan beban yang dilakukan secara vertikal, contoh penggunaan gerakan ini adalah ketika jari tangan memegang handle koper. Pada elemen gerakan hook, empat jari pada tangan meliputi jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking menahan beban pada saat melakukan pemegangan. Kekuatan tulang jari phalanx proximalis, phalanx media, dan phalanx distalis pada keempat jari sangat berperan dalam melakukan gerakan ini, karena beban dari benda yang dipegang sangat bergantung pada kekuatan keempat jari. Gambar 2.7 Model gerakan palmar Sumber: Fukaya & Toyama, 2000 II-6

7 4. Palmar Gerakan palmar adalah gerakan benda kerja berada di antara jari telunjuk dan ditahan oleh ibu jari dengan arah gerakan semua jari ketengah, gerakan ini mirip dengan gerakan lateral. Tulang jari phalanx distalis pada jari telunjuk dan ibu jari melakukan gerakan palmar dengan menjepit benda di antara phalanx distalis kedua jari. 5. Spherical Gambar 2.8 Model gerakan palmar Sumber: Fukaya & Toyama, 2000 Gerakan spherical melakukan gerakan pemegangan dengan benda kerja ditahan oleh kelima jari tangan, gerakan ini digunakan ketika memegang benda berbentuk bola. Gerakan spherical melibatkan kelima jari agar benda yang dipegang tidak terjatuh. Kekuatan tulang jari phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis pada kelima jari sangat berperan dalam melakukan gerakan ini, karena beban dari benda yang dipegang sangat bergantung pada kekuatan kelima jari. 6. Lateral Gambar 2.9 Model gerakan tip Sumber: Fukaya & Toyama, 2000 Gerakan lateral merupakan gerakan benda kerja berada dalam apitan antara ibu jari tangan dengan jari telunjuk pada posisi kedua jari mengarah ke depan sedangkan ketiga jari mengarah ke belakang. Kemampuan dari jari telunjuk dan ibu jari tangan memegang peranan penting dalam melakukan gerakan lateral, dimana II-7

8 benda dijepit pada tulang jari phalanx media dan phalanx distalis dari jari telunjuk dan ibu jari. Gambar 2.10 Model gerakan lateral Sumber: Fukaya & Toyama, Telapak Tangan Manusia Gambar 2.11 Struktur Tulang Telapak Tangan Sumber: Encyclopedia Britannica, Inc. Telapak tangan manusia terdiri dari banyak tulang kecil yang disebut carpal, metacarpal, dan phalangeal. Tulang-tulang penyusun telapak tangan adalah tulang carpal dan tulang metacarpal. Tulang carpal disusun oleh tulang-tulang yang lebih kecil yaitu tulang Lunate, Triquteral, Capitate, Scapoid, Trapezoid, Trapezium. Sedangkan jari disusun oleh tiga tulang yaitu Proximal phalanx, Middle II-8

9 phalanx, dan Distal phalanx. Metacarpal merupakan tulang penyusun pada keempat jari yaitu jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk. Pada ibu jari disusun oleh tulang Metacarpal of thumb. Tulang Ulna dan Radius merupakan penghubung antara lengan dan telapak tangan, kedua tulang ini tepatnya terletak pada pergelangan tangan. Gambar 2.12 Tulang telapak tangan dan pergelangan tangan kanan Sumber: J. Rohen, Tegangan dan Beban Unaksial Tegangan merupakan tahanan terhadap gaya-gaya luar (Jansen, 1989). Tegangan diukur berdasarkan bentuk gaya per satuan luas dengan satuan pound per inchi persegi (psi) atau newton per milimeter persegi (Mpa). Tegangan yang dihasilkan pada keseluruhan benda tergantung dari gaya yang bekerja. Benda yang menerima beban ekternal akan memberikan reaksi berupa gaya dalam dengan besar sama namun arahnya berlawanan. Besarnya gaya persatuan luas pada bahan disebut tegangan yang ditunjukan dengan simbol sigma (σ). Tegangan normal (aksial) merupakan intensitas gaya pada suatu titik yang tegak lurus atau normal II-9

10 pada penampang atau gaya yang selalu bekerja tegak lurus normal terhadap permukaan yang mengalami tegangan. Dalam menghitung tegangan dapat dilakukan dengan persamaan dibawah ini. σ = f = F A Dengan; F = gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus (N) A = luas penampang (mm 2 ) Gaya luar yang bekerja pada suatu batang sejajar terhadap sumbu utama dan potongan penampang batang konstan maka tegangan dalam yang dihasilkan sejajar terhadap sumbu tersebut. Gaya-gaya itu disebut gaya aksial dan tegangan yang timbul disebut tegangan aksial. Satuan internasional (SI) adalah Pa = Pascal = Newton/meter 2 = N/m 2 Batang-batang yang menahan gaya aksial, tegangan yang bekerja pada potongan yang tegak lurus terhadapa sumbu batang adalah tegangan normal saja, tegangan tarik tidak terjadi. Arah potongan ini memberikan tegangan normal maksimum dibandingkan arah-arah potongan lainya. Penyajian tanda gaya aksial yaitu positif (+) untuk tegangan tarik dan neggatif (-) untuk tegangan tarik. Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah menentukan pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat essensial dalam perancangan mesin karena tanpa diketahuinya intensitas gaya di dalam elemen mesin, maka pemilihan dimensi, material, dan parameter lainnya tidak dapat dilakukan. Intensitas gaya dalam pada suatu benda didefinisikan sebagai tegangan (stress). Gambar 2.11 menunjukkan sebuah benda yang mendapat beban dalam bentuk gaya-gaya. Untuk mengetahui intensitas gaya di dalam benda maka dapat dilakukan dengan membuat potongan imaginer melalui titik O. Untuk menjaga prinsip kesetimbangan, tentu pada penampang potongan imajiner tesebut terdapat gaya-gaya dalam yang bekerja. Kalau penampang imaginer tersebut dibagi menjadi elemen-elemen yang sangat kecil ΔA, maka pada masing masing ΔA tersebut akan bekerja gaya dalam sebesar ΔF. II-10

11 Gambar 2.13 Konsep Intensitas Gaya dalam Sebuah Benda yang Mendapat Beban Pembebanan uniaksial pada suatu elemen mesin sering terjadi pada suatu elemen mesin seperti ditunjukkan pada gambar 4.2. Tegangan yang terjadi pada elemen yang mendapat beban uniaksial adalah tegangan normal yang arahnya selalu tegak lurus penampang. Distribusi tegangan normal akibat ganya uniaksial dapat diasumsikan terdistribusi secara seragam. Formula sederhana untuk menghitung tegangan normal akibat beban uniaksial adalah Gambar 2.14 Distribusi Tegangan Normal Akibat Beban Uniaksial II-11

12 2.5 Beban Beban yang bekerja pada batang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: Beban terpusat Beban terpusat merupakan beban yang bekerja pada luasan yang relatif kecil sebagai titik pusat beban. Beban terpusat dapat dilihat pada gambar Beban terbagi merata Gambar 2.15 Beban terpusat Sumber: temonsoejadi.wordpress.com Beban terbagi merata merupakan beban yang bekerja merata pada luasan yang lebih besar dan terbagi merata pada batang sederhana. Beban terbagi merata dapat dilihat pada gambar Beban bervariasi uniform Gambar 2.16 Beban terbagi merata Sumber: temonsoejadi.wordpress.com Beban bervariasi uniform merupakan beban yang besarnya tidak merata di sepanjang batang. Disajikan pada gambar 2.5. II-12

13 2.6 Kekuatan bahan Gambar 2.17 Beban bervariasi uniform Sumber: temonsoejadi.wordpress.com Kekuatan bahan berkaitan dengan hubungan antara gaya luar yang bekerja dan pengaruhnya terhadap gaya dalam benda (Singer, 1980). Benda tidak dianggap lagi kaku ideal; deformasi meskipun kecil, merupakan sasaran utama. Sifat bahan suatu struktur mempengaruhi pemilihan dan ukuran yang memenuhi kekuatan dan kekakuan. Pada kekuatan bahan memperlihatkan distribusi gaya dalam yang bekerja pada penampang untuk menjaga kesetimbangan diagram benda bebas dari setiap segmen. Setiap komponen yang mereflesikan pengaruh beban terpasang yang berbeda dari setiap batang dan diberikan nama khusus, sebagai berikut: Gaya aksial (Axial force). Komponen ini mengukur kerja tarikan atau tekanan di penampang. Suatu tarikan menyatakan suatu gaya tarik yang cenderung memperpanjang batang, sedangkan suatu tekanan adalah gaya tekan yang cenderung memperpendek batang. Gaya ini disebut P Gaya geser (shear force). Gaya ini adalah komponen tahanan total akbiat geseran salah satu penampang suatu bagian terhadap bagian lain. Resultan gaya geser disebut V, dan komponen V Y dan V Z menunjukan arahnya Torsi (Torque). symbol T. Komponen ini mengukur tahanan puntir batang dan umumnya diberi II-13

14 2.6.4 Momen lentur (Bending moment). Komponen ini mengukur tahanan lentur batang terhadap sumbu Y atau Z dan dikenal dengan symbol M y atau M Z. Kekuatan bahan digunakan untuk mengetahui satu struktur dijamin aman terhadaap pengaruh dalam setiap maksimum yang bisa dihasilkan oleh setiap kombinasi beban. 2.7 Regangan Regangan adalah perubahan bentuk (Jensen, 1989). Semua bagian yang mengalami gaya - gaya luar, selanjutnya tegangan dalam akan menjalalani perubahan bentuk (mengalami regangan). Perubahan bentuk total (total deformation) yang dihasilkan suatu batang dinyatakan dengan huruf δ (delta). Jika panjang batang adalah l, perubahan bentuk per satuan panjang dinyatakan dalam uruf ε = epsilon. Persamaan untuk menghitung perubahan bentuk disajikan dalam persamaan berikut: Perubahan Bentuk (ε) = 2.8 Hukum Hooke perubahan bentuk total = δ panjang L Salah satu sifat penting dari bahan struktur adalah struktur yang berubah bentuk karena suatu gaya harus mampu kembali ke bentuk aslinya dengan sempurna, apabila gaya dilepas. Bahan yang mempunyai sifat ini disebut bahan elastik (Jensen, 1989). Setiap bahan memiliki sifat elastic fisis yang terbatas agar tetap terpelihara, maka perubahan bentuk dan tegangan yang menyertai perubahan bentuk tersebut tidak boleh melampau batas tertentu (batas elastik). Dalam Hukum Hooke menyatakan bahwa tegangan adalah sebanding dengan renggangan yang masih dalam batas elastis bahan. Kesebandingan tegangan terhadap tegangan dinyatakan sebagai perbandingan tegangan satuan terhadap regangan satuan atau perubahan bentuk. Sehingga dalam modulus elastisitas dapat ditentukan tegangan satuan (s) dan regangan satuan (ε) dari setiap bahan yang diberikan dinyatakan dengan E dapat dilihat pada persamaan berikut: Modulus Elastisitas (E) = tegangan satuan perubahan bentuk satuan = s ε II-14

15 2.9 Defleksi Deformasi pada batang dapat dilihat berdsarkan defleksi balok dari posisi pembebananya. Defleksi merupakan perubahan bentuk pada balok akibat pembebanan vertikal. Pada gambar 2.12 (a) ditunjukan batang g pada kondisi awal sebelum deformasi dan gambar 2.12 (b) menunjukan batang yang telah mengalami deformasi akibat pembebanan. Perubahan bentuk dari kondisi awal sebelum deformasi dan setelah deformasi ditunjukan huruf y yaitu adanya pergeseran atau jarak. Gambar 2.18 Perubahan bentuk batang Sumber: temonsoejadi.wordpress.com 2.10 Faktor keamanan (Safety Factor) Faktor keamanan merupakan perbandingan antara gaya yang diperlukan agar terjadi pecah (beban ultimate) dengan tegangan ijin suatu batang (beban ijin suatu batang) (Popov, 1978). Persamaan untuk mencari nilai faktor keamanan dapat dilihat pada persamaan berikut: Faktor Keamanan (Fs) = beban ultimate suatu batang beban ijin suatu batang = σ yield σ max Perbandingan faktor keamanan ini harus lebih besar dari satu dimana perbandingan ini merupakan perbandingan antara yield maksimum material dengan tegangan maksimum hasil perhitungan Analisis Metode Elemen Hingga ( Finite Element Analysis) Analisa kekuatan sebuah struktur menjadi bagian yang penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Analisa kekuatan dilakukan dengan rumusan teoritis menggunakan mekanika teknik dan struktur. Dalam penggunaan rumusan teoritis dilakukan penyederhanaan kondisi-kondisi sehingga hasil analisa yang diperoleh akurasi dan ketepatannya berkurang sehingga sulit diaplikasikan ke bentuk struktur yang kompleks. II-15

16 Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu metode elemen hingga (FEA) yaitu metode menggunakan pendekatan numerik untuk menganalisa sebuah struktur agar diperoleh solusi dari suatu permasalahan. Elemen tersebut bisa berupa garis, segitiga, atau setiap bentuk geometri. Desain yang akan dianalisis pertama-tama dibagi menjadi jumlah elemen hingga (meshing). Dimulai dari perancangan struktur, kemudian dilakukan pembebanan dan penetapan konfigurasi sebelum melakukan analisis. Setelah semua propertis simulasi telah terpenuhi dapat dilakukan analisis menggunakan software CAE (Computer Aided Engineering) Metode FEA digunakan dengan tujuan mengurangi biaya pengujian prototype suatu produk secara eksperimen. Istilah finite element analysis atau metode elemen hingga muncul pada tahun 1960, yang kemudian diakui sebagai cara yang efektif sehingga menjadi bidang pengkajian yang terkemuka dikalangan akademisi. Metode ini tidak hanya diterapkan dalam bidang aliran fluida, perpindahan kalor, medan magnet dan lainnya. Dalam bidang struktur, metode ini telah dikembangkan untuk menyelesaikan persoalan statik, dinamik, linier ataupun non linier. Metode finite element analysis adalah sebuah metode penyelesaian numerik yang menggunakan pendekatan dengan membagi-bagi (diskritasi) benda yang akan dianalisa menjadi bentuk elemen-elemen yang berhingga dan saling berkaitan. Software Autodesk Inventor adalah program paket yang dapat memodelkan elemen hingga, untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mekanika, Secara umum metode penyelesaian FEA menggunakan Inventor dapat dibagi mejadi tiga langkah: 1. Processing (Pendefinisian masalah), pada langkah ini desainer membuat model 3D data dari struktur atau benda yang akan dianalisa, dapat dibuat di software Patran, dapat pula mengimpor data dari software CAD seperti Solid Works sehingga lebih mudah dalam menggambar model yang rumit. Kemudian model tersebut dibagi-bagi menjadi bagian kecil berupa elemen, proses ini disebut juga sebagai proses meshing. Elemen-elemen tadi dihubungkan dengan titik diskritisasi yang disebut node, node tertentu akan ditetapkan sebagai bagian yang kaku (fix displacement) dan node lain didefinisikan sebagai bagian yang II-16

17 terkena pembebanan (load). Pada proses ini juga didefinisikan sifat material yang digunakan seperti berat jenis, modulus elastisitas dan poisson rasio. Semua proses ini dikerjakan pada software Autodesk Inventor. 2. Analysis, Pada tahap ini seluruh data yang telah diinput pada langkah processing sebelumnya akan digunakan sebagai input pada kode elemen hingga untuk membangun dan menyelesaikan menggunakan sistem persamaan aljabar linier atau non linier. 3. Post Processing, adalah langkah akhir dari tahapan penggunaan software CAE Autodesk Inventor, tahap ini menampilkan hasil akhir analisa numerik dengan tampilan data displacement dan safety factor. Data yang ditampilkan adalah grafis dengan kontur warna yang berdegradasi yang menggambarkan tingkatan tegangan yang terjadi pada model geometri Proporsi Desain Proporsi dalam prinsip desain dimaksudkan adalah adanya hubungan yang proporsional antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam suatu susunan desain. Proporsi dapat diperoleh dengan cara : 1. Memperhatikan proporsi ukuran suatu bidang atau obyek. Misalnya standar proporsi yang baik untuk segi empat panjang yaitu dua banding tiga. 2. Membuat perubahan untuk menghasilkan ukuran atau bentuk yang lebih enak dipandang. 3. Dalam membagi suatu bidang menjadi dua bagian yang sama, hendaknya pusat perhatian tidak diletakkan ditengah tengah, tetapi agak digeser ke tepi. Proporsi, menurut Vitruvius, berkaitan dengan keberadaan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran keseluruhan. Proporsi merupakan hasil perhitungan bersifat rasional dan terjadi apabila dua buah perbandingan adalah sama a:b = c:d (a,b,c,d = ukuran tinggi, lebar dan kedalaman dari unsur-unsur atau massa keseluruhan) 2.13 Penelitian Terdahulu Prosthetic hand sebagai pengganti tangan berperan sangat penting dalam aktivitas manusia sehingga berkembang banyak sekali penelitian mengenai prosthetic hand. Banyak peneliti dari berbagai disiplin ilmu tertarik untuk memahami dan mengembangkan prosthetic hand. Dikarenakan banyak sekali II-17

18 penelitian mengenai prosthetic hand, hasil rancangan hingga kriteria antara satu penelitian dengan penelitian lainnya berbeda dan dipengaruhi oleh kebutuhan yang berbeda pula. Variabel yang terus dikembangkan antara lain jumlah DOF (degree of freedom), jumlah jari hingga penggunaan actuator. Di Laboratorium Perencanaan dan Perancangan Produk (LPPD) Universitas Sebelas Maret, Surakarta, telah dikembangkan rancangan jari dan ibu jari secara anthropomorphic. Rancangan low cost anthropomorphic finger tersebut untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan akan prosthetic hand di Indonesia (Kuncara dkk., 2012). Untuk jari dihasilkan desain anthropomorphic prosthetic finger 1 DOF dengan mekanisme penggerak pada link bagian pangkal jari menggunakan sistem tarik untuk meminimalisasi terjadinya buckling kebalikan dari sistem LARM Hand. Desain jari tangan anthropomorphic dioptimalisasi berdasarkan kemiripan posisi sudut dan total panjang jari pada saat jari tangan manusia menggenggam secara maksimum. Optimalisasi dijalankan secara sederhana sesuai dengan path yang terbentuk dari gerakan jari tangan dalam menggenggam benda silindris ukuran standar pria Indonesia. Untuk ibu jari telah dilakukan penelitian mengenai desain optimum mekanisme penggerak ibu jari yang berdasar gerakan penggenggaman tangan terhadap objek silinder. Mekanisme penggerak menggunakan sistem tarik. Optimasinya didasarkan pada jalur pergerakan penggenggaman. Dalam rancangan optimal tersebut, panjang masing-masing link dirinci melalui data Tabel 2.1. (a) (b) Gambar 2.1 Mekanisme gerak Optimum Jari Telunjuk (a) dan Ibu Jari (b) II-18

19 Tabel 2.1 Rancangan Ibu jari dan Jari Optimal Jari Ibu Jari Link Panjang Link Panjang Link Link (mm) (mm) I1 50 I1 29 I2 25 I2 20 I I I I I I I I I I I I II-19

Gambar 2.1 ladder frame chassis

Gambar 2.1 ladder frame chassis 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Frame Chassis Sasis atau frame chassis atau frame assy dibidang otomotif adalah sebuah rangka pada kendaraan yang berfungsi menopang seluruh komponen kendaraan, dan menjadi

Lebih terperinci

EKSPERIMEN KOMPARASI PROSTHETIC TANGAN BERDASARKAN PENGARUH DESAIN METACARPAL DAN PHALANX PHALANGEAL

EKSPERIMEN KOMPARASI PROSTHETIC TANGAN BERDASARKAN PENGARUH DESAIN METACARPAL DAN PHALANX PHALANGEAL EKSPERIMEN KOMPARASI PROSTHETIC TANGAN BERDASARKAN PENGARUH DESAIN METACARPAL DAN PHALANX PHALANGEAL Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GALIH EKA SANJAYA I 0305032 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Kebutuhan Desain

BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Kebutuhan Desain BAB V ANALISIS Pada bab ini membahas mengenai analisis yang dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya. Adapun analisis yang akan dibahas yaitu analisis kebutuhan desain, analisis

Lebih terperinci

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN GY GESER, MOMEN LENTUR, DN TEGNGN bstrak: Mekanika bahan merupakan ilmu yang mempelajari aturan fisika tentang perilaku-perilaku suatu bahan apabila dibebani, terutama yang berkaitan dengan masalah gaya-gaya

Lebih terperinci

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER I. TEGNGN NORML DN TEGNGN GESER.. Tegangan Normal (Normal Stress) Gaya internal yang bekerja pada sebuah potongan dengan luasan yang sangat kecil akan bervariasi baik besarnya maupun arahnya. ada umumnya

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien. Pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan yang

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER MEKANIKA BAHAN (TKS 1304) GATI ANNISA HAYU PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER TEGANGAN DAN REGANGAN Tegangan dan Regangan Normal Tegangan dan Regangan Geser Tegangan dan Regangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir Mesin penyaring pasir merupakan mesin yang berfungsi sebagai pemisah antara material pasir yang halus dan kasar dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang I-1

I.1 Latar Belakang I-1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berbagai jenis struktur, seperti terowongan, struktur atap stadion, struktur lepas pantai, maupun jembatan banyak dibentuk dengan menggunakan struktur shell silindris.

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986) BAB II DASAR TEORI 2.1 Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam statika keberadaan gaya-gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

DEFORMASI BALOK SEDERHANA TKS 4008 Analisis Struktur I TM. IX : DEFORMASI BALOK SEDERHANA Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Pada prinsipnya tegangan pada balok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Spin coating telah digunakan selama beberapa dekade untuk aplikasi film tipin. Sebuah proses khas melibatkan mendopositokan genangan kecil dari cairan resin ke pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST. TUGAS AKHIR Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib PEMBIMBING Yohanes, ST. Msc SYAMSUL ARIF 2110 106 023 LATAR BELAKANG Kualitas dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila II. KAJIAN PUSTAKA A. Balok dan Gaya Balok (beam) adalah suatu batang struktural yang didesain untuk menahan gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila beban yang dialami pada

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN AKTOR KEAMANAN Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur/konstruksi/komponen yang harus diperhitungkan sedemikian

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL KODE / SKS : IT042333 / 2 SKS Program Studi Teknik Mesin S1 Pertemuan 1 Tegangan Pokok Bahasan dan TIU Mahasiswa mengetahui jenisjenis

Lebih terperinci

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan omen entur 3.1 Tipe Pembebanan dan Reaksi Beban biasanya dikenakan pada balok dalam bentuk gaya. Apabila suatu beban bekerja pada area yang sangat kecil atau terkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil dari analisa uji sambungan balok kolom precast. Penelitian dilakukan dengan metode elemen hingga yang menggunakan program ABAQUS. memodelkan dua jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI PENGARUH BEBAN DAN TEKANAN UDARA PADA DISTRIBUSI TEGANGAN VELG JENIS LENSO AGUS EFENDI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Velg merupakan komponen utama dalam sebuah kendaraan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Umum Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentudari semen, pasir, dan koral

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Lentur Balok Mac. Gregor (1997) mengatakan tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Fungsi upper Hinge Pada Refrigerator Dalam dunia industry manufactur, khususnya industry refrigerator ( lemari pendingin ) terdapat berbagai jenis komponen atau part yang mempumyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TS 05 SKS : 3 SKS Kolom ertemuan 14, 15 TIU : Mahasiswa dapat melakukan analisis suatu elemen kolom dengan berbagai kondisi tumpuan ujung TIK : memahami konsep tekuk

Lebih terperinci

Tegangan Dalam Balok

Tegangan Dalam Balok Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : SKS Tegangan Dalam Balok Pertemuan 9, 0, TIU : Mahasiswa dapat menghitung tegangan yang timbul pada elemen balok akibat momen lentur, gaya normal, gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien.pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian. dari sistem kerja dari alat yang akan digunakan seperti yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien.pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Universitas Pasundan Bandung AGUS SALEH NPM :128712004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAKTWO- DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Anang Hadi Saputro Program StudiTeknik Mesin, FakultasTeknik UniversitasMuria Kudus Email: ananghadisaputro7@gmail.com

Lebih terperinci

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION)

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION) TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION) Case 1 Mekanika Kekuatan bahan 5 th session hadisaputra@live.com Page 1 Batang dengan 2 diameter yang berbeda dibebani dengan torque pada titik A, B, C, D sehingga

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan TEGANGAN DAN REGANGAN GESER Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan Tegangan geser : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dinding Pengisi 2.1.1 Definisi Dinding pengisi yang umumnya difungsikan sebagai penyekat, dinding eksterior, dan dinding yang terdapat pada sekeliling tangga dan elevator secara

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. Material baja Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT 2.1 KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAN GEMPA Pada umumnya struktur gedung berlantai banyak harus kuat dan stabil terhadap berbagai macam

Lebih terperinci

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III Session 1 Konsep Tegangan Mekanika Teknik III Review Statika Struktur didesain untuk menerima beban sebesar 30 kn Struktur tersebut terdiri atas rod dan boom, dihubungkan dengan sendi (tidak ada momen)

Lebih terperinci

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH Disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus kuliah MS 4011 Metode Elemen Hingga Oleh Wisnu Ikbar Wiranto 13111074 Ridho

Lebih terperinci

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom] VII. KOOM 7.1. Definisi Kolom Kolom adalah suatu batang struktur langsing (slender) yang dikenai oleh beban aksial tekan (compres) pada ujungnya. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus dan sempurna

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan hasil pengujian karakteristik material bata dan elemen dinding bata yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Struktur Pusat Rekayasa Industri ITB. 4.1. Uji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN

BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN BAB III PEMODELAN RESPONS BENTURAN 3. UMUM Struktur suatu bangunan tidak selalu dapat dimodelkan dengan Single Degree Of Freedom (SDOF), tetapi lebih sering dimodelkan dengan sistem Multi Degree Of Freedom

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES

BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES 25 BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES 3.1 Pembebanan pada Hip Joint Aplikasi dari disiplin ilmu yang berkaitan dengan teknik mesin dalam berbagai aspek kehidupan semakin luas cakupannya, termasuk di bidang

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR Oleh : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( ) SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto (2107 100 161) Abstrak Kekuatan rangka merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen, Penelitian ini menggunakan baja sebagai bahan utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini profil baja

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT

Hukum Hooke. Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan. Ir. Elisabeth Yuniarti, MT Hukum Hooke Diktat Kuliah 4 Mekanika Bahan Ir. lisabeth Yuniarti, MT Hubungan Tegangan dan Regangan (Stress-Strain Relationship) Untuk merancang struktur yang dapat berfungsi dengan baik, maka kita memerlukan

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya BAB 2 GAYA Dua bab berikutnya mengembangkan hukum statistika, yang merupakan suatu kondisi dimana suatu benda tetap diam. Hukum ini dapat dipakai secara universal dan dapat digunakan untuk mendesain topangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PARAMETER RANCANGAN IBU JARI UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND

OPTIMALISASI PARAMETER RANCANGAN IBU JARI UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND OPTIMALISASI PARAMETER RANCANGAN IBU JARI UNTUK LOW COST ANTHROPOMORPHIC PROSTHETIC HAND Skripsi TYO PRASETYO I 0308019 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun oleh: SURYADI

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK ANALISIS KAPASITAS BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN Yacob Yonadab Manuhua Steenie E. Wallah, Servie O. Dapas Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email : jacobmanuhua@gmail.com

Lebih terperinci

III. TEGANGAN DALAM BALOK

III. TEGANGAN DALAM BALOK . TEGANGAN DALA BALOK.. Pengertian Balok elentur Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan

Lebih terperinci