Rencana Perawatan. Universitas Gadjah Mada 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Perawatan. Universitas Gadjah Mada 1"

Transkripsi

1 6 Rencana Perawatan 6.1 Konsep rencana perawatan Diagnosis dan rencana perawatan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari praktek dokter gigi sehari-hari. Prosedur demikian menuntut klinisi untuk melaku kan asesmen pasien dalam berbagai aspek, balk status medik, dental maupun aspek psikososial. Rencana perawatan pada dasarnya merupakan formulasi strategi untuk memberi jalan keluar berbagai masalah kesehatan yang sedang dihadapi pasien. Mengingat pasien sendiri merupakan suatu sistem biologik yang hidup, perencanaan perawatan yang terbaik tentunya akan besifat individual. Dalam kaitannya dengan tujuan tersebut, maka berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perawatan harus selalu dipertimbangkan. Untuk menyusun rencana perawatan dapat dilakukan secara bertahap melalyi prosedur berikut ini: 1 Membuat daftar masalah sesuai dengan prioritas kebutuhan atau kegawatannya. Masalah pasien pada umumnya dapat dikelompokkan sesuai keterkaitannya dengan keluhan utama, komplikasi-komplikasi medik yang potensial dan berbagai kondisi atau penyakit oral yang ada. 2 Langkah berikutnya ialah membuat daftar berbagai kemungkinan solusi dan implikasinya dalam rencana perawatan untuk setiap masalah. 3 Memilih kemungkinan solusi terbaik untuk setiap masalah tersebut dengan tetap mempertimbangkan kepentingan pasien, pertimbangan teknis, dan kebutuhan perawatan dental yang lain. 4 Tahapan selanjutnya ialah menyusun solusi masalah pasien tersebut berdasarkan Skala prioritasnya mulai dari perawatan simptomatik, pengendalian penyakit, diikuti dengan perawatan aktif dengan prosedur restoratif. 5 Memilih cara pendekatan perencanaan perawatan yang tepat sesuai dengan yang dikehendaki pasien mulai dari perawatan darurat, pengendalian penyakit, perawat an menyeluruh, terbatas atau perawatan yang sifatnya sementara. Cacatan yang runtut setiap masalah dengan berbagai solusinya tersebut sangat berguna sekali untuk memformulasikan perawatan yang komprehensip pada seorang pasien, dan akan menjadi rujukan penting dalam menentukan berbagai alternatif perawatan yang akan diberikan. Bentuk rencana perawatan umumnya bersifat fleksibel dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan prioritas kegawatan dan kebutuhan pasien Universitas Gadjah Mada 1

2 dengan mengikuti pola; penanganan kondisi akut, pengendalian penyakit, mengembalikan gangguan fungsi dan pemantauan atau tindak lanjut. Tindakan yang harus segera dilakukan untuk solusi masalah yang terkait dengan keluhan utama dapat berupa perawatan paliataif atau kuratif. Perawatan paliataif ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang berkembang sedang tindakan kuratif ditujukan untuk menghilangkan masalah. Sebagai contoh misalnya pada kasus infeksi periapikal; untuk mengendalikan infeksi dan mengurangi nyeri dapat diberikan analgetik dan antibiotik, sedang untuk perawatan kuratif dapat dilakukan ekstraksi gigi atau perawatan endodontik. Bilamana dimungkinkan tujuan utama perawatan adalah kuratif, yaitu menghilangkan penyebab dan masalah. Universitas Gadjah Mada 2

3 Tabel 6-1: beberapa alternatif rencana perawatan dental Masalah Pasien Beberapa kemungkinan solusi Keluhan Utama Meliputi berbagai kondisi seperti nyeri, kelukaan, infeksi atau A. Perawatan terbaik ialah mengendalikan kondisi akut meliputi pengendalian infeksi dan nyeri, ekstraksi, terapi endodontik, perdarahan Masalah kesehatan Kondisi medik yang A. Memodifikasi procedure perawatan dental sudah terdiagnose B. Untuk masalah medik yang kompleks dan bila dari riwayat dan pemeriksaan fisik pasien tidak diperoleh kejelasan penyakitnya perlu konsultasi medik Pengobatan yang A. Menyelidiki aksi, interaksi dan efek camping obat sedang dijalani pasien Alergi / idiosinkrasi atau reaksi terhadap A. Menghindari pemakaian obat yang sama B. Menghindaripeng gunaan obat yang menimbulkan reaksi Kondisi medik yang A. Terhadap masalah yang tidak mempunyai implikasi belum terdiagnose dan perlu di waspadai langsung pada perawatan dental, menyarankan pasien untuk konsultasi medik B. Terhadap masalah yang potensial mempunyai implikasi pada perawatan dental, perlu dilakukan konsultasi medik langsung Masalah kesehatan oral A. Jika penampilan klinis lebih banyak memberikan kecurigaan pada kondisi jinak atau reaktif, perlu Lesi oral nondental reevaluasi; dan jika hasil reevaluasi tidak meyakinkan dilakukan biopsi. B. Jika secara klinis menunjukkan keganasan dilakukan biopsi. Gingivitisperiodontitis A. lntruksi preventif, kontrol plak dan skating. B. Perawatan maintenance dan pengulangan perawatan awal C. Eliminasi jaringan yang rusak secara bedah D. Perawatan kombinasi antimikrobila dengna A dan C Universitas Gadjah Mada 3

4 Pulpitis dan nekrose pulpa A. Perawatan endodontik B. Ekstraksi gigi Lesi Karies A. Tanpa perawatan B. Restorasi Maloklusi A. Perawatan orthodonsi B. Tanpa perawatan Gigi telah hilang A. GTC B. CTS C. Dental implant D. Tidak dirawat Beberapa alternatif rencana perawatan untuk masalah oral karena masalah dental perlu pendekatan menyeluruh berbagai faktor terkait termasuk fleksibilitas, dan fektifitasnya untuk menyelesaikan masalah serta prognosis. Untuk memudahkan hal ini maka dibuat daftar solusi untuk setiap masalah dental. Hal-hal yang bertentangan, kurang memuaskan atau suatu solusi yang mungkin sulit untuk dilaksanakan dapat dike sampingkan sampai dicapai suatu keputusan rencana perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Harus diperhatikan bahwa untuk sebagian perawatan dental perlu mmpertimbangkan adanya perawatan tambahan sebagai konsekuensi difinitif yang harus dimasukkan dalam proses perencanaan perawatan. Sebagai contoh misalnya untuk kasus gigi molar pertama mandibula dengan pulpa yang nekrose, solusinya dapat dilakukan ekstraksi atau perawatan endodontik. Kedua perawatan tersebut membawa konsekuensi perawatan tambahan yang berupa pembuatan gigi tiruan untuk mengganti gigi yang dicabut atau restorasi mahkota untuk pasta perawatan endodontik; keduanya perlu dilibatkan dalam perencanaan perawatan. Terhadap beberapa masalah yang potensial menimbulkan komplikasi medik, perlu dipikirkan langkah-langkah alternatif dengan cara memodifikasi perawatan dental atau melakukan konsultasi untuk mendapatkan asesmen medik yang definitif. Tujuan utama dalam tahapan ini ialah mencegah timbulnya komplikasi medik yang tidak diinginkan. Sebagai contoh misalnya untuk pasien dengan riwayat kelainan katup jantung, maka perlu profilaksis antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi endokar ditis selama dilakukan perawatan dental. Pada pasien dengan gaga) ginjal perlu dipikirkan bahwa sisa pemakaian heparin dapat menimbulkan kecenderungan perda rahan sampai 12 jam setelah hemodialisis. Untuk itu maka perawatan dental perlu dimodifikasi atau dilakukan penyesuaian baik jenis tindakan dan atau waktu pelak sanaannya. Universitas Gadjah Mada 4

5 Pilihan perawatan untuk kasus nondental atau kelainan jaringan lunak mulut sangat bervariasi tergantung pada jenis dan kharakterisitik kelainan yang ada. Pengga bungan dengan perencanaan perawatan dental umumnya tidak menimbulkan kesulitan asal diagnosis difinitif sudah ditetapkan. Namun perlu dicermati bahwa untuk diagnosis kasus jaringan lunak mulut harus mempertimbangkan keterkaitan faktor lokal di mulut dengan berbagai kemungkinan kondisi sistemik. Bahkan tidak jarang setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap pada seorang pasien ditemukan beberapa masalah atau penyakit. Diantara berbagai masalah atau kelainan tersebut tidak tertutup kemungkinan mempunyai etiologi atau faktor predesposisi yang sating tumpang tindih, atau bahkan ditemukan penyakit yang lebih berat daripada yang dikeluhkan. Sebagai contoh: Seorang pasien datang keluhan " lidah kotor. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap diperoleh diagnosis sebagai berikut: 1. Leukoplakia pada lidah dan palatum 2. Gig banyak yang karies 3. Gingivitis kronis 4. Anemia mikrositik dengan defisiensi besi Dari contoh di atas terlihat bahwa kasus yang semula tampaknya sederhana yaitu lidah kotor, ternyata diagnosisnya sangat kompleks. sehingga rencana pemeriksaan dan perawatannya tidak sesederhana seperti yang diperkirakan sebelumnya. Pada waktu mengelola kasus-kasus oral perlu diperhatikan beberapa unsur yang harus dilibatkan dalam perencanaan perawatan, antara lain: Rencana prosedur diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis difinitif perlu dinyatakan dalam perencanaan perawatan. Perencanaan harus disusun runtut sesuai dengan masalah yang ada. Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan perawatan. Perlu dinyatakan langkah langkah asesmen dan tindak lanjut yang akan dilakukan termasuk evaluasi pasta perawatan Perawatan tambahan yang harus dilakukan sebagai konsekuensi perawatan atau tindakan yang akan dilakukan. Dalam kaitannya dengan contoh kasus di atas, maka kemungkinan rencana perawatan dapat disusun sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 5

6 1. Eksisi leukoplakia di lidah dan pemeriksaan histopatologi. 2. Observasi leukoplakia ditempat lain dengan interval tiga bulan. 3. Edukasi kearah kemungkinan adanya iritasi lokal, seperti merokok, gigi runcing, protesa yang pecah dan sebagainya. 4. Perawatan untuk karies dan gingivitisnya. 5. Rujuk ke Internis untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut anemianya. 6.2 Evaluasi, tindak lanjut dan prognosis Merupakan kegiatan tahap akhir yang penting dalam pengelolaan suatu kasus, karena melalui tahapan ini dapat diketahui seberapa jauh rencana perawatan telah di Iaksanakan dan bagaimana hasil atau respon terhadap perawatan yang diberikan. Untuk itu maka evaluasi terhadap setiap langkah perawatan yang telah diberikan harus dilakukan. Kemajuan yang telah dicapai pada umumnya ditentukan berdasarkan data subyektif dan obyektif, diagnose dan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis data sebelum dengan sesudah dilakukan perawatan akan dapat disimpulkan hasil perawatan apakah balk, tidak balk atau tidak ada perubahan atau bahkan keadaannya menjadi lebih buruk. Dalam tahapan evaluasi demikian tidak tertutup kemungkinan timbulnya masa lah baru yang perlu ditindak lanjuti, atau bahkan diperlukan modifikasi perencanaan yang telah ada sebelumnya. Khusus pada pasien yang mempunyai latar belakang penya kit sistemik tertentu perlu pemikiran yang lebih lugs dan teliti mengenai masalah yang ada pada pasien tersebut dan berbagai resiko medis terkait. Sebagai contoh misalnya pasien dengan leukemia. Manifestasi di mulut dari leukemia tipe akut dapat berkaitan dengan myelosu presi akibat leukemianya. Keadaan neutropenia akan mudah terjadi infeksi kambuhan, ulserasi di mulut, gingivitis, atau hiperplasi gingiva. Akibat trombositopeni akan menyebabkan gusi berdarah atau hematom. Bila asesmen klinis menunjukkan kecurigaan kearah kondisi tersebut dan pasien sendiri tidak mengetahui bahwa is menderita leukemia, maka perlu pemeriksaan yang lebih akurat dan lengkap. Pemeriksaan darah: Hb, jumlah leukosit, trombosit, hemato krit dan rujukan medik untuk asesmen lebih lanjut mutlak diperlukan. Bila pasien mempunyai riwayat pernah didiagnose mendertia leukemia, maka konsultasi medik untuk menentukan status hematologik dan perawatan yang pernah diperoleh sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan katagori resiko dan memodifikasi pera watan ataupun tindakan pencegahan yang akan diberikan. Universitas Gadjah Mada 6

7 Prognosis merupakan prakiraan tentang perjalanan awal dan akhir dari suatu penyakit dan prakiraan kesempatan untuk sembuh. Menentukan prognosis merupakan salah saw tahapan akhir yang penting dalam perencana perawatan. Prognose yang pasti suatu kasus kadang tidak mudah ditentukan dengan cepat, karena memerlukan analisis beberapa variabel terkait seperti; kondisi lokal dan umum, faktor-faktor individual seperti pekerjaan, umur, dan tanggapan pasien sendiri terhadap rencana peravvatan yang akan diberikan. Pengalaman (empiris) dan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya banyak membantu dalam menentukan prognosis. Sebagai contoh misalnya; pada herpetik stomatitis, penyakit ini biasanya berlangsung atara 7 10 hari. Jika tidak ada faktor penyulit yang lain, dengan perawatan paliat.if raja prognosenya baik. Dengan diperkenalkan obat antivirus prognose akan lebih baik kare na dengan pengobatan antivirus infeksi demikian akan lebih cepat sembuh dan kompli kasi yang ditimbulkan menjadi berkurang. Berbeda dengan carcinoma yang patogenesis nya belum diketahui, maka prognosisnya lebih sulit ditentukan. Namun demikian dari data statistik dan pengetahuan yang telah ada dapat dipakai sebagai dasar acuan untuk menentukan prognosis. Misalnya dari berbagai literatur menunjukkan bahwa sat.0 dari sepuluh pasien dengan leukoplakia pada lidah dalam kurun waktu lima tahun akan berkembang menjadi suatu karsinoma skuamosa, dan resiko demikian akan meningkat jika usia pasien diatas 50 tahun. Disamping untuk menentukan prognosis, pengetahuan demikian akan berguna sekali untuk memberikan edukasi kepada pasien. Universitas Gadjah Mada 7

8 Daftar Pustaka Barnes,.I dan Walls, A: Gerodontology, George Warman Publications (UK) Ltd., 1994 Bricker, S.L., Langlais, R.P., and Miller, C.S.: Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment Planning. 2nd.Ed., Lea & Febiger, Philadelphia, Coleman, G.C., and Nelson, J.F., Principles of Oral Diagnosis, Mosby Year Book St. Louis Falace, DA., Emergency Dental Care, William & Wilkins, Baltimore, 1995 Greenberg, M.S. dan Glick, M. Burket's Oral Medicine : Diagnosis & Treatment, 10th.Ed., BC Decker Inc., Philadelphia, Hooly, JR dan Daun, LG: Hospital Dental Practice, The CV Mosby Company. St Louis, 1989 Lewis, M.A.O., dan Lamey, P.J., Clinical Oral Medicine. Butterworth-Heinemann, Ltd. London, 1993 Marx, R.E., Stern, D.: Oral and Maxillofacial Pathology: A rationale for Diagnosis and Treatment, Quintessence Publishing Co., Hongkong, Nevill, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., dan Bouquot, J.E.: Oral and Maxillofacial Pathology., 2nd Ed. WB. Sauders Co., Philadelphia, 2002 Peterson, L.J., Ellis, E., Hupp, J.R., dan Tucker, M.R. Contemporary Oral and Maxi Ilofacial Surgery, 2' Ed, Mosby-Year Book, Inc., St. Louis, 1998 Price, S.A., dan Wilson, L.M.W., Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes, 4th Ed. Mosby-Year book, Inc., St. Louis, 1994 Sonis, ST, Fazio, RC, dan Fang, L., Principles and Practice of Oral Medicine, WB Saunders Co., Toronto, 1984 Miller, CH., dan Palenk, C., J. Infection Control, 2" ed., The CV Mosby Company. St Louis, 1998 Nally, F.L., Eggleston, D.J., A Manual of Oral Medicine, 2nd.Ed., Manchester University Press, Kerr,DA, Ash, MM., and Millard, HD., Oral Diagnosis, 6th. Ed. St. Louis, C.V. Mosby, Katz, M., S., Geriatric Medicine, Churchill Livingstone, New York, 1991 World Health Organization: Oral Mucosal Manual, WHO, Geneva, Universitas Gadjah Mada 8

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2012-2013 BLOK 3.5.10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 0 BUKU PANDUAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.5.10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 0 BUKU PANDUAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2014-2015 BLOK 3.5.10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 0 BUKU PANDUAN MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering

Lebih terperinci

DETEKSI DAN MANAJEMEN PENYAKIT SISTEMIK PADA PASIEN GIGI-MULUT DENGAN KOMPROMIS MEDIS. Harum Sasanti FKG-UI, Departemen Ilmu Penyakit Mulut

DETEKSI DAN MANAJEMEN PENYAKIT SISTEMIK PADA PASIEN GIGI-MULUT DENGAN KOMPROMIS MEDIS. Harum Sasanti FKG-UI, Departemen Ilmu Penyakit Mulut DETEKSI DAN MANAJEMEN PENYAKIT SISTEMIK PADA PASIEN GIGI-MULUT DENGAN KOMPROMIS MEDIS Harum Sasanti FKG-UI, Departemen Ilmu Penyakit Mulut Alur Presentasi Pendahuluan Tujuan presentasi Rasional deteksi

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.4.7 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

Metode Diagnostik. Universitas Gadjah Mada 1

Metode Diagnostik. Universitas Gadjah Mada 1 3 Metode Diagnostik Profesi di bidang kesehatan dalam prakteknya akan banyak menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk memulihkan dan mempertahankan kesehatan pasien. Tujuan demikian tidak selalu dapat

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL 13 Rencana perawatan periodontal BAB 2 RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

Diagnosis Diferensial

Diagnosis Diferensial 5 Diagnosis Diferensial Diagnose sebagian besar penyakit umumnya dapat ditentukan melalui tanda dan gejala klinis yang ada. Namun perlu dicermati bahwa tanda dan gejala demikian tidak selalu spesifik untuk

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Ulser Kronis pada Kedua Lateral Lidah. Laporan Kasus. Dosen dan Mahasiswa FKG UHT, Jl Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111

Penatalaksanaan Ulser Kronis pada Kedua Lateral Lidah. Laporan Kasus. Dosen dan Mahasiswa FKG UHT, Jl Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Penatalaksanaan Ulser Kronis pada Kedua Lateral Lidah Laporan Kasus Nirmala D., Palmasari A., Nafi ah., Isidora KS., Lukisari C Dosen dan Mahasiswa FKG UHT, Jl Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Kontak

Lebih terperinci

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2 DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI Pengantar Tugas Drg. tidak hanya tahu dan merawat masalah gigi saja, tetapi juga perlu tahu dan sebisa mungkin

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2015-2016 BLOK 3.5.10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 0 BUKU PANDUAN MAHASISWA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA 1. Gorlin, RJ, Goldman HM. Thoma s Oral Pathology. 6 th ed. Vol.1. St. Louis: The CV Mosby Co; 1970: p. 481-500. 2. Regezi, Joseph A, Sciubba, James J, Jordan, Richard CK. Oral Pathology,

Lebih terperinci

BPM BLOK OROMAKSILOFASIAL 2 BUKU PANDUAN MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK OROMAKSILOFASIAL 2 BUKU PANDUAN MAHASISWA SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA OROMAKSILOFASIAL 2 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.6.12 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK

Lebih terperinci

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan

mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) ILMU KONSERVASI GIGI IV (KGK 461) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA JOGJAKARTA 2004 RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada 1

Universitas Gadjah Mada 1 I. Nama mata kuliah : Ortodonsia II II. Kode/SKS : KGO 11/2 III. Prasarat : Ortodonsia I IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi V. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Ortodonsia II diberikan pada semester

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran

Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Nama Kuliah Kode/SKS Semester Status Mataajar : Keperawatan Gawat Darurat : KPA 4350 / 2 SKS : 8 (Delapan) :

Lebih terperinci

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut goeno subagyo Jejak-jejak HIV-AIDS di mulut Mulut adalah organ yang unik Mikroorganisme penghuni nya banyak; flora normal dan patogen Lesi mulut dijumpai pada hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat. Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal

Lebih terperinci

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes. PENDAHULUAN Perawatan implan gigi adalah cara yang efisien untuk menggantikan gigi yang hilang. Namun,diabetes dapat dianggap sebagai kontraindikasi perawatan karena tingkat kegagalan sedikit lebih tinggi

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 3.6.11 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Jl. Denta No.1 Sekip Utara Yogyakarta BAHAN AJAR Pertemuan ke 6 ASUHAN KEPERAWATAN ORTODONSIA I Semester V/ 1 SKS (1-0) /KKG 5313 Oleh: drg. Heryumani S.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang. Pada tahun 2002 terdapat sekitar 600 juta orang berusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh peneliti terkait rekam medis pasien BPJS Kesehatan di poli gigi Puskesmas Mergangsan, Puskesmas Temon I, dan Puskesmas Dlingo

Lebih terperinci

ENDODONTIC-EMERGENCIES

ENDODONTIC-EMERGENCIES ENDODONTIC-EMERGENCIES (Keadaan darurat endodontik) Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1. NAMA MATAKULIAH : BIOLOGI MULUT I 2. KODE/SKS : KGH 3201/ 2 SKS 3. PRASARAT : - 4. STATUS MATAKULIAH : WAJIB 5. DESKRIPSI SINGKAT Matakuliah Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan gigi dan mulut masih banyak dialami oleh penduduk Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BPM. BLOK k ORAL MUCOSAL DISEASE AND COMPROMISSED MEDIC BUKU PANDUAN MAHASISWA SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

BPM. BLOK k ORAL MUCOSAL DISEASE AND COMPROMISSED MEDIC BUKU PANDUAN MAHASISWA SEMESTER V TAHUN AKADEMIK BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA ORAL MUCOSAL DISEASE AND COMPROMISSED MEDIC SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2016-2017 BLOK 3.5.10k PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.

Lebih terperinci

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aset berharga, tidak hanya bagi individu tetapi juga untuk negara manapun. Setiap negara dapat berkembang cepat ketika penduduknya sehat dan menjalani

Lebih terperinci

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang

Lebih terperinci

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun 2016 RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan PENULISAN DIAGNOSA DAN TINDAKAN LENGKAP DAN SPESIFIK KETEPATAN KODING INA-CBG YANG

Lebih terperinci

PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG ABSTRAK

PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG ABSTRAK PELAYANAN SPECIAL DENTAL CARE DI BAGIAN BEDAH MULUT FKG UNPAD / PERJAN RS. DR. HASAN SADIKIN BANDUNG Harry A. Kaiin ABSTRAK Alasan utama yang menyebabkan pasien menolak perawatan gigi adalah rasa takut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menangani setiap kasus dalam kedokteran gigi khususnya bidang ortodontik, para praktisi harus menyusun rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosis. Untuk

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Jl. Denta No.1 Sekip Utara Yogyakarta BAHAN AJAR Pertemuan ke 9 ASUHAN KEPERAWATAN ORTODONSIA I Semester V/ 1 SKS (1-0) /KKG 5313 Oleh: drg. Christnawati,

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA OROMAKSILOFASIAL 1 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA OROMAKSILOFASIAL 1 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA OROMAKSILOFASIAL 1 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2015-2016 BLOK 3.6.11 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Rumah sakit sebagai penyedia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Rumah sakit sebagai penyedia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan (Kementerian

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Lampiran 3 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Judul Mata Kuliah : Periodonsia II (PERAWATAN PERIODONTAL) Nomor Kode/ SKS : PE 252/ 2 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini akan membahas dasar pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : PEDODONSIA TERAPAN NOMOR KODE / SKS : KGM / 427 / 2 SKS A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dan tulang alveolar. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi (Adeyemo dkk.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH A. IDENTITAS MATA KULIAH

SILABUS MATA KULIAH A. IDENTITAS MATA KULIAH SILABUS MATA KULIAH A. IDENTITAS MATA KULIAH Kode Mata Kuliah : WAT.3.09 Nama Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I Jumlah SKS : 5 (teori 1, 1, praktik laboratorium 1, praktik klinik 2) Semester :

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20 KRISIS HIPERTENSI 1. Pendahuluan Hipertensi adalah salah satu faktor resiko utama penyakit vaskular jantung, saraf dan ginjal, dimana lebih dari setengah penyebab angka kematrian pada negara maju. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA ENDODONSIA DAN METODOLOGI PENELITIAN SEMESTER III TAHUN AKADEMIK 2012-2013 BLOK 2.3.6 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena beberapa penyakit sistemik dapat bermanifestasi ke rongga mulut (Mays dkk., 2012). Stomatitis aftosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di negara-negara maju, negara-negara berkembang dan juga negara-negara miskin. Badan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi antibiotik pada penderita tonsilitis

Lebih terperinci

MINYAK GOSOK DAPAT MENGOBATI STOMATITIS APTOSA REKUREN SECARA TOPIKAL

MINYAK GOSOK DAPAT MENGOBATI STOMATITIS APTOSA REKUREN SECARA TOPIKAL MINYAK GOSOK DAPAT MENGOBATI STOMATITIS APTOSA REKUREN SECARA TOPIKAL Ali Yusran, Donald RN Bagian Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Abstract Many studies have been done

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi. ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan, fungsi otak secara

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah 12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 22 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Representasi Pengetahuan Sistem pakar untuk penyakit Gigi dan mulut membutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi untuk mengetahui gejala yang terjadi pada penderita

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Dewasa ini penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan penyakit karies gigi (Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III II. Kode/SKS : KGO III / I III. Prasarat : Ortodonsia II IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi V. Deskripsi Mata Kuliah Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia. Berdasarkan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUSU/RS. Dr. Pirngadi Medan Zairul Arifin Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstrak Telah dilakukan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 12K OROMAXILLOFACIAL SURGERY AND REHABILITATION 1 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2016-2017 PENYUSUN Penanggung Jawab Blok : drg.

Lebih terperinci

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket. DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ EDUKASI KESEHATAN GIGI OLEH:

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ EDUKASI KESEHATAN GIGI OLEH: RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ EDUKASI KESEHATAN GIGI OLEH: Niken Widyanti Snyono FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA RENCANA PROGRAM KEGIATAN

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Gigi pada anak merupakan menentukan pertumbuhan dan perkembangan rongga mulut karena gigi susu anak akan menentukan gigi tetap dari anak tersebut. Bila seorang anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Benjolan pada payudara merupakan keluhan yang paling sering ditemui pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang bersifat jinak mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK I SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK I SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BPM BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK I SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2014-2015 BLOK 3.6.11 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 BUKU PANDUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan disekitarnya dan dapat bermetastatis atau menyebar keorgan lain (WHO,

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN MAKALAH Oleh : Yuliawati Zenab, drg.,sp.ort NIP.19580704 199403 2 001 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL PENDAHULUAN Langkah-langkah penanganan kasus periodontal : Penegakan Diagnosis Ramalan Prognosa Rencana Perawatan DEFINISI Rencana perawatan suatu kasus : cetak biru (blue

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Suatu informasi dari suatu perusahaan terutama informasi mengenai keuangan dan informasi akuntansi diperlukan oleh berbagai

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2003 1. Nama Matakuliah : Ilmu Kesehatan Anak 2. Kode/SKS : 4 SKS

Lebih terperinci