Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah:"

Transkripsi

1 i. pemadam kebakaran (dan stasiun pemadam kebakaran satelit); dan j. menara ATC Persyaratan Penempatan Umum Kriteria penempatan menjelaskan persyaratan minimum untuk mendapatkan kinerja yang harus diikuti dari masingmasing fasilitas. Ketidaksesuaian atau pelanggaran atas kriteria penempatan dan clearance areas yang terkait, tidak harus selalu berdampak pada tidak amannya (safe) suatu fasilitas, akan tetapi fungsinya dapat menurun. Namun demikian, penurunan tersebut dalam beberapa kasus dapat mengakibatkan fasilitas tidak dioperasikan. Adanya potensi pelanggaran oleh operator bandar udara terhadap kriteria dari fasilitas yang ada atau yang sedang direncanakan harus diteruskan kepada Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (PPNPI) oleh operator bandar udara Persyaratan umum fasilitas navigasi penerbangan adalah suatu lokasi tertentu untuk instalasi fisik, misalnya shelter, pondasi, menara, antena beserta suatu daerah servis di sekitar lokasi fisik. Dalam beberapa kasus, terdapat persyaratan clearance zone disekitar area ini dan dalam beberapa kasus bahkan relatif ekstensif, yang bertujuan untuk memastikan transmisi gelombang elektromagnet tanpa gangguan dari sumber-sumber luar, atau agar pandangan tak terhalangi pada kasus menara ATC atau gedung Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah: a. kontrol terhadap pendirian struktur, misalnya bangunan, hanggar, pagar, jalan dalam jarak dan batasan tinggi tertentu dari fasilitas navigasi penerbangan yang ada saat ini atau yang sedang direncanakan; b. kontrol terhadap kendaraan atau pesawat udara yang memasuki, melewati atau parkir dalam clearance area tertentu; dan c. memastikan bahwa operator sudah berkonsultasi dengan Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia tentang dampak dari pekerjaan aerodrome yang sedang diusulkan atau pembangunan fasilitas navigasi penerbangan. Bahkan pekerjaan konstruksi sementara seperti penimbunan material dapat memiliki dampak, khususnya pada alat bantu precision approach Fasilitas Alat Bantu Navigasi Lokasi dari alat bantu navigasi radio sebagian besar ditentukan oleh jalur udara (air route) atau lintasan approach (approach path) dimana alat-alat bantu tersebut akan digunakan. Umumnya alat bantu tersebut tidak dapat dipindahkan tanpa ada konsekuensi perubahan pada atau 11-2

2 pembatasan terhadap jalur udara (air route) atau lintasan approach (approach path) Fasilitas ini tidak untuk dibandingkan dengan fasilitas radio, televisi atau radio bergerak. Kecuali untuk NDB, alat bantu navigasi radio lebih rumit dalam hal peralatan transmisi, disain antena dan medan elektromagnetik alat tersebut. Keakuratan lintasan (paths) yang dijelaskan oleh alat bantu navigasi ditentukan bukan hanya oleh fasilitas transmisi tetapi sebagian besar tergantung oleh pemantulan sinyal dari objek di sekitar fasilitas, permukaan tanah, tumbuhan, bangunan, kabel listrik (power lines), pesawat udara, kendaraan lainnya, pagar, parit, dll. Dalam mendisain suatu fasilitas, posisi objek-objek di atas dimasukkan dalam perhitungan. Misalnya, lokasi dipilih sehingga objek-objek di atas memberikan pengurangan sinyal yang paling kecil, tumbuhan dibersihkan, permukaan tanah di daerah utama ditinggikan, dan kabel listrik (power lines) dapat dipindahkan atau ditanam dalam tanah Agar fasilitas dapat tetap menjadi bagian yang berguna dari sistem navigasi penerbangan, karakteristik lingkungan ini harus dipelihara dan adanya proposal perubahan harus diteliti dengan hati-hati Batasan dalam pengembangan yang dijelaskan disini memberikan arahan dalam pengendalian kegiatan dan pembangunan di lingkungan sekitar alat bantu navigasi. Jika ada pengajuan atau rencana pembangunan dalam ukuran yang signifikan, tidak umum atau melampaui batasan-batasan ini, maka harus berkonsultasi dengan Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia dan sebelum memulai pembangunan atau kegiatan tersebut harus ada persetujuan tertulis terlebih dahulu Fasilitas VOR Pergerakan Kendaraan. Jalan kendaraan di dalam bandar udara, taxiway, jalan publik, rel kereta api tidak boleh mendekati radius 300 m. Kendaraan yang digunakan oleh petugas pemeliharaan aerodrome tidak boleh diparkir dalam radius 300 m Area Terbatas. Semua orang dan kendaraan yang tidak memiliki otoritas harus dijauhkan dalam jarak minimal radius 300 m. Tanda terbuat dari kayu atau pagar kayu dapat digunakan hanya untuk menjelaskan daerah terbatas. Pergerakan kendaraan diantara bangunan VOR dan antena VOR dilarang Pemeliharaan Lokasi. Rerumputan dan semak belukar dalam jarak 150 m dari lokasi harus dibabat atau dipotong secara berkala/periodik. Peralatan pemotong rumput tidak boleh diletakkan dalam jarak radius 300 m dari bangunan VOR. 11-3

3 Servis. Dalam jarak radius 300 m semua kabel (misalnya: kabel listrik dan telepon) harus ditempatkan di bawah tanah. Kabel dapat ditempatkan di atas permukaan tanah pada jarak radius 300 m hingga 600 m dari VOR, jika mereka ditempatkan secara radial terhadap VOR Clearance zone. a. Dalam radius 100 m dari bagian tengah area: bebas dari tanaman dan bangunan; b. Dalam radius m dari bagian tengah area: tinggi bangunan dan tanaman tidak melebihi batasan permukaan; c. Dalam radius 600 m dari bagian tengah area di atas permukaan kerucut, jalur transmisi bertegangan tinggi tidak diperbolehkan; d. Dalam area, tinggi bangunan dan tanaman tidak boleh melebihi permukaan kerucut seperti yang diperlihatkan di gambar Gambar : Clearance zone VOR Facilitas DME Pergerakan Kendaraan. Lihat persyaratan yang berlaku Daerah Terbatas (Restricted Area).Lihat persyaratan yang berlaku Pemeliharaan Lokasi. Tidak ada persyaratan untuk pembersihan rumput atau semak, namun demikian, pohon dalam radius 300 m tidak boleh tumbuh lebih tinggi dari DME antenna mounting point pada tiang DME Clearance zone. a. Dalam radius 100 m dari bagian tengah area: bebas dari tanaman dan bangunan; b. Dalam radius m dari bagian tengah area: tinggi bangunan dan tanaman tidak melebihi batasan permukaan; 11-4

4 c. Dalam radius 600 m dari bagian tengah area di atas permukaan kerucut, jalur transmisi bertegangan tinggi tidak diperbolehkan; d. Dalam area, tinggi bangunan dan tanaman tidak boleh melebihi permukaan kerucut seperti yang diperlihatkan di gambar Gambar : Clearance Zone DME Gangguan yang lebih besar seperti bangunan bertingkat tinggi, hanggar, jembatan, dan lain lain, dapat mempengaruhi kinerja sistem DME dan jika ada pengajuan untuk membangun bangunan besar di atas satu derajat sudut elevasi seperti yang dilihat dari antena DME dalam radius 5 km dapat mempengaruhi kinerja sistem Sistem Pendaratan Instrumen (Instrument Landing System) Umum. Ada beberapa komponen dalam instrument landing sistem : localizer, glide path, inner, middle and outer markers, DME, monitor jarak jauh (remote monitor) dan locator beacons. Fasilitas komponen menjalankan fungsi yang khusus dan diletakkan secara terpisah di lintasan approach dan di sepanjang sisi runway yang dilayani. Persyaratan penempatan dan pembatasan untuk akses dan pergerakan yang berbeda-beda berlaku untuk masingmasing lokasi Servis. Dalam area lokasi, semua kabel kontrol dan listrik harus ditanam di dalam tanah Konstruksi. Tidak ada konstruksi atau variasi pada akses yang diijinkan dalam daerah kritis atau sensitif tanpa adanya persetujuan dari Ditjen Hubud Pesawat Udara. Pesawat udara tidak boleh masuk atau berada dalam daerah kritis pada saat ILS sedang digunakan. Kondisi ini dapat berbeda jika merupakan bagian dari prosedur yang disetujui Kendaraan dan Peralatan. Kendaraan dan peralatan tidak boleh masuk atau tinggal dalam daerah kritis atau sensitif pada saat ILS sedang digunakan Kendaraan yang beroperasi dalam daerah kritis dapat menyebabkan peralatan mati secara otomatis. Pada kegiatan yang membutuhkan akses ke daerah kritis, misalnya memotong rumput, ILS harus dinonaktifkan. 11-5

5 Penggunaan jalan. Persetujuan dapat diberikan untuk digunakan pada jalan yang sedang dibangun jika jenis dan ukuran kendaraan telah diperiksa dan ditetapkan dapat diterima Kontrol Akses. Akses ke daerah kritis dikontrol oleh petugas ATC yang bertanggungjawab Tanda. Tanda-tanda harus dipasang untuk menggambarkan garis batas daerah kritis Daerah Kritis/Sensitif. Adanya gangguan terhadap sinyal ILS bergantung pada lingkungan keseluruhan di sekitar antena ILS dan karakteristik antena. Lingkungan, untuk tujuan membangun kriteria zona yang melindungi (protective zoning criteria), dapat dipilah menjadi dua jenis daerah yaitu daerah kritis dan daerah sensitif Daerah kritis adalah daerah dengan dimensi yang tertentu di sekitar localizer dan glide path dimana kendaraan, termasuk pesawat udara, dapat menyebabkan gangguan yang tidak dapat diterima terhadap kinerja ILS Daerah sensitif adalah daerah diluar daerah kritis dimana kendaraan, termasuk pesawat udara, yang parkir dan/atau bergerak dapat mempengaruhi kinerja ILS Localizer Lokasi a. Antena localizer ditempatkan di ujung runway yang dibuat tegak lurus terhadap perpanjangan garis runway dengan jarak minimal 300 m dari threshold runway terdekat; b. Bangunan tempat peralatan localizer ditempatkan di sebelah kiri atau kanan antena dengan jarak 75 m dari bagian tengah antena; c. Meskipun demikian, dalam kasus ketika area yang tersedia terbatas, jarak dari titik dasar antena ke ambang batas dapat disesuaikan hingga jarak tidak kurang dari 150 m dan posisi bangunan tempat peralatan localizer sama dengan poin b Daerah kritis. Daerah kritis bagi localizer membentang 60 m di kedua sisi garis tengah runway dimulai dari threshold hingga ke radius 75 m di sekitar antena (lihat Gambar ) Daerah sensitif. Daerah sensitif digambarkan pada gambar

6 Persiapan lokasi. Daerah kritis harus disiapkan sedemikian rupa sehingga memiliki gradien lateral tidak lebih dari ±1%, gradien longitudinal tidak lebih dari ±1% dan harus digradasi secara halus dalam batas ±75 mm dari level pada disain awal Clearance Zone. Hingga jarak 20 km dari antena ke runway, tinggi maksimal bangunan dan tanaman ditentukan oleh sudut pesawat udara seperti yang diperlihatkan pada gambar Gambar : Clearence Zone a. Elevasi area di posisi antena localizer sama dengan elevasi di threshold runway b. Shoulder instrument di daerah kritis 3 cm c. Di daerah kritis Localizer ILS tidak boleh ada gundukan tanah, bangunan dan tanaman yang mungkin menghalangi transmisi localizer. Jenis udara Localizer aperture Pesawat antenna Contoh 1 Contoh 2 Contoh 3 B-747 B-747 B-727 Biasanya 27 m (Directional dual frequency, 14 elemen) Biasanya 16 m (Semi-directional 8 elemen) Biasanya 16 m (Semidirectional 8 elemen) Sensitive area (X,Y) Category I X 600 m 600 m 300 m Y 60 m 110 m 60 m Category II X 1220 m 2750 m 300 m Y 90 m 210 m 60 m Category III X 2750 m 2750 m 300 m Y 90 m 210 m 60 m Gambar : Typical localizer critical and sensitive areas dimension variations pada runway dengan panjang 3000 m 11-7

7 11.9. Glide Path Lokasi. Pada umumnya sistem glide path dipasang pada threshold crossing height 15 m, dengan sudut lintasan (path) 3 derajat. Glide path tower agar ditempatkan pada sisi nontaxiway dari runway sekitar 300 m ke belakang dari threshold dan di antara 120 m dari garis tengah runway (runway centreline) Tatakan tanah (earth mat) khusus yang ditempatkan di antara glide path antena dan monitor pick-up harus diperiksa secara berkala/periodik. Pertumbuhan rumput harus dicegah dengan menggunakan pembasmi rumput sesuai kebutuhan Daerah kritis. Daerah kritis glide path merentang 300 m ke arah depan antena dan dipagari oleh garis + 45 derajat dari antena GP 30 m seperti yang terlihat pada Gambar Daerah sensitif. Termasuk dalam daerah sensitif adalah daerah kritis ditambah dengan suatu daerah yang dibentuk oleh garis yang membentuk sudut ±45 derajat dari suatu garis yang berawal dari antena hingga 300 m dan terletak paralel terhadap garis tengah runway (runway centreline) menuju ke threshold sepanjang 600 m dari antena GP (Lihat Gambar ) Remote Monitor. Remote Monitor merupakan non-executive monitor dari localizer, yang ditempatkan di kejauhan, umumnya di daerah middle marker Clearance zone Daerah dengan jarak 600 m dari titik tengah antena pada arah landing, ketinggian bangunan dan tanaman ditentukan oleh suatu sudut yang diperlihatkan pada Gambar a. Kemiringan bahu di daerah kritis 1.5% b. shoulder instrument di daerah kritis 3 cm c. Daerah kritis dan sensitif harus bebas dari bangunan, gundukan tanah dan pohon yang akan menganggu emisi arus glide path Glide path. Penggunaan shelter dan antena pada fasilitas glide path hendaknya menggunakan konstruksi yang bermassa rendah dan frangible. 11-8

8 Gambar11.9-1: Ukuran tanah dan instalasi lokasi Glide Path ILS(Land size and the installation location of ILS Glide Path) Gambar11.9-2: Persyaratan batas ketinggian untuk bangunan dan tanaman di sekitar Glide Path ILS (The Requirements of height limitation for building and plants around the ILS Glide Path) Marker Beacons Inner Marker.Marka dalam harus ditempatkan di antara 75 m dan 450 m dari threshold dan tidak boleh lebih dari 30 m dari perpanjangan garis tengah runway (runway centreline). Perhatian harus diberikan pada saat menempatkan inner marker untuk menghindari interferensi dengan middle marker Middle marker. Middle marker harus ditempatkan pada 1050 m (kisaran 900 m sampai 1200 m bergantung pada daerah yang tersedia) dari landing threshold di akhir pendekatan suatu runway, dan tidak boleh lebih dari 75 m dari perpanjangan garis tengah runway (runway centreline) Outer marker. Outer Marker harus ditempatkan 7,2 km (kisaran 6,5 sampai 11,1 km bergantung pada area yang tersedia) dari threshold suatu runway. Jika jarak ini tidak mencukupi, maka dapat ditempatkan antara 3,5 dan 6 nautical mile dari threshold. Jika marka ditempatkan di luar perpanjangan garis tengah runway (runway centreline), maka jaraknya tidak boleh lebih dari 75 m. 11-9

9 Gangguan (obstruction). Bangunan, kabel listrik atau telepon, atau pepohonan tidak boleh melebihi sudut elevasi 20 derajat dari suatu titik 1,8 m di atas permukaan tanah di lokasi antena marker beacon Pergerakan Kendaraan. Tidak ada persyaratan khusus Servis. Dalam jarak 15 m dari antena, semua kabel listrik dan telepon harus ditanam di bawah tanah.di luar jarak ini konstruksi di atas tanah harus memenuhi batasan-batasan atas gangguan di atas Pengaruh Listrik. Tidak ada persyaratan Daerah Terbatas. Tidak ada persyaratan Pemeliharaan lokasi. Rumput, semak, dan sebagainya harus tetap dipotong hingga ketinggian tertentu, misalnya kurang dari 0,6 m. Pohon di lokasi tersebut tidak diperbolehkan melebihi batas gangguan (obstruction limits) seperti dijelaskan di atas Locator Beacons Semua persyaratan sama seperti untuk non-directional beacon di bawah Non-Directional Beacons (NDB) Gangguan (Obstructions). Dalam daerah 100 m x 100 m harus bebas dari bangunan dan tanaman. Hingga radius 30 m dari bagian tengah antena tidak boleh ada bangunan yang terbuat dari logam kecuali peralatan NDB bingga radius 1000 m dari titik tengah antena. Tidak boleh ada bukit, pohon, konstruksi logam yang tingginya melebihi permukaan kerucut 3 derajat dan jalur listrik bertegangan tinggi. Gambar :Persyaratan tinggi bangunan dan tanaman di sekitar NDB(The requirements for the height of buildings and plants around the NDB) 11-10

10 Pergerakan kendaraan. Kecuali kendaraan yang telah mendapat izin, semua kendaraan tidak boleh mendekati antena dalam jarak kurang dari 60 m Servis. Kabel listrik dan telepon harus ditanam di bawah tanah hingga kedalaman 0,45 m jika terletak dalam jarak 150 m dari antena Daerah terbatas. Tidak ada persyaratan khusus. Jika dibutuhkan, pembangunan pagar dapat dilakukan untuk menjauhkan hewan ternak dari daerah tatakan tanah (earth mat) Pemeliharaan lokasi. Tidak ada persyaratan khusus kecuali tetap mempertahankan semak belukar agar tidak melebihi ketinggian 0,6 m dan agar penampakan lokasi tetap rapi. Mencangkul tidak diperbolehkan di daerah tatakan tanah (earth mat) Lokasi Sensor Radar Persyaratan lokasi. Persyaratan lokasi untuk jenis sensor radar yang telah ada adalah daerah persegi empat dengan ukuran sekitar 50 m kali 40 m, termasuk ruang yang cukup untuk manuver alat berat (crane) dan sebuah bantalan (pad) untuk pemeliharaan antena Untuk lokasi baru, dimensi di atas dapat dikurangi, tergantung pada apakah pembangkit listrik cadangan ditempatkan berdekatan atau tidak. Namun demikian, ruang untuk pemeliharaan antena di mana sebuah crane harus dapat bermanuver dapat menjadi faktor pembatas Clearance requirements. Persyaratan kejernihan transmisi radar (radar transmission clearance) ditujukan untuk mencegah hal-hal berikut: a. Lubang di daerah radar karena konstruksi baru yang menutup garis pandang antara radar dan pesawat udara. Semua konstruksi, yang secara geometris menembus di atas garis kaki langit seperti yang dilihat oleh radar, dapat memberikan pengaruh. b. Interferensi dengan bidang di dekat antena, yang dapat mengganggu pola antena di tempat kejauhan. Hal ini berlaku dalam jarak 500 m, pada sebagian besar radar. c. Difraksi dan pelengkungan sinyal oleh garis tepi dan objek tipis yang mana dapat menyebabkan kesalahan penetapan lokasi radar, kehilangan atau kerancuan lajur radar dsb. Gangguan jenis ini adalah tiang seperti misalnya penangkal petir. d. Pantulan sinyal radar dari permukaan tetap atau bergerak. Pantulan menyebabkan pesawat udara muncul pada layar radar di lebih dari satu lokasi

11 Clearance requirement berikut harus dirawat : a. tidak ada yang masuk ke dalam jarak 1 km dari radar dalam ketinggian permukaan 5 m di bawah bagian bawah antena. Tidak ada sesuatu yang masuk di antara radar dan kemungkinan lokasi dari target yang diinginkan, misal: di atas 0,5 derajat elevasi pada jarak sembarang. b. Tidak ada permukaan metalik atau yang memantulkan listrik di manapun yang tingginya akan membentuk sudut lebih dari 0,5 derajat pada saat dipandang dari radar, misalnya pagar, kabel listrik, tangki dan bangunan-bangunan. Semua kabel listrik di atas kepala dalam jarak 1 km harus diatur secara radial terhadap radar atau ditempatkan paling sedikit 10 derajat di bawah horisontal dari antena. c. Tidak ada pemancar radio pengganggu dalam jarak 2 km yang memiliki komponen transmisi dalam pita radar, misalnya las dan kabel transmisi listrik. Tidak ada kabel transmisi listrik dalam jarak spesifik berikut: Line Capacity 2kV 22kV 22kV 110 kv Above 110 kv Distance 400 m 1 km 2 km Tabel :Kapasitas Jalur/Kabel (Line capacity) d. Peralatan elektronik lainnya yang dapat mempengaruhi oleh transmisi radar. Peralatan tersebut tidak boleh ditempatkan dimana radar dapat mengganggu kinerjanya Pencegahan terjadinya paparan radiasi frekuensi radio dari sistem radar terhadap petugas Fasilitas Komunikasi Pemancar primary surveillance radar pada bandar udara memancarkan radiasi energi frekuensi radio kekuatan tinggi. Pada jarak di sekitar antena radar, kekuatan medan elektromagnetik dalam rentang pancaran radar bisa melampaui batas paparan radiasi yang aman yang ditetapkan oleh Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi. Oleh karena itu, petugas bandar udara harus diberitahu agar tidak mendekati lokasi dalam radius 500 m dari antena primary radar dan pada ketinggian 5 m di bawah serta 50 m di atas bidang horisontal bagian bawah antena Persyaratan lokasi. Persyaratan fisik lokasi berbeda secara signifikan tergantung pada jenis fasilitas komunikasi, dan oleh karena itu tidak mungkin menetapkan persyaratan yang umum (kecuali untuk lokasi satellite ground station)

12 Clearance requirements. Komunikasi VHF/UHF yang handal membutuhkan suatu line-of-sight path yang jernih antara base station dengan pesawat udara serta kendaraan yang menggunakan fasilitas. Konstruksi bangunan, menara, dll., bisa mengganggu komunikasi yang handal Satellite Ground Station. Persyaratan lokasi Satellite Ground Station merupakan suatu daerah persegi empat dengan dimensi 25 m kali 25 m. Clearance dibutuhkan di sekitar satellite ground stations seperti ditunjukkan pada Gambar Gambar : Lokasi Tengah Satellite Ground Station Komunikasi (Communications Satellite Ground Station Manned Centre Site) Ground Earthing Points Jika dibutuhkan, penyediaan ground earthing point harus dibuat sesuai kesepakatan dengan perusahaan penyedia bahan bakar

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

Kawasan keselamatan operasi penerbangan Standar Nasional Indonesia Kawasan keselamatan operasi penerbangan ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi 10.18.9. Sistem pemeliharaan preventif digunakan untuk runway precision approach kategori II atau III bertujuan untuk mengetahui approach and runway lights berfungsi dan dalam kondisi tertentu setidaknya

Lebih terperinci

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Fasilitas bantu

Lebih terperinci

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud. bandar udara Hubud. tanpa persetujuan khusus Ditjen 7.1.3.2. Peralatan dan instalasi yang dibutuhkan untuk tujuan navigasi penerbangan harus mempunyai massa dan ketinggian minimum yang dapat dipraktekkan,

Lebih terperinci

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup dan tujuan... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone) 7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS

Lebih terperinci

9.23. Lampu Taxiway Centre Line

9.23. Lampu Taxiway Centre Line 9.22.4.5. Jarak spasi terakhir antara lampu pada bagian lurus harus sama dengan jarak spasi pada bagian melengkung. 9.22.4.6. Jika jarak spasi terakhir pada bagian lurus kurang dari 25 m, jarak spasi kedua

Lebih terperinci

2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB. Antenna. ?cr A Tanah P* 70 M 100 M. 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh

2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB. Antenna. ?cr A Tanah P* 70 M 100 M. 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh 2). Persyaratan Batas Ketinggian Di Sekitar NDB 40 M Tiang Tiang Permukaan *. Kerucut i 1?cr--- Pagar 11 A Tanah P* 70 M 100 M 3). Persyaratan Bangunan Dan Benda Tumbuh - Didalam batas tanah 100 m x 100

Lebih terperinci

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

6.4. Runway End Safety Area (RESA) b. Dalam jarak 60 m dari garis tengah precision approach runway kategori I, dengan nomor kode 3 atau 4; atau c. Dalam jarak 45 m dari garis tengah dari sebuah precision approach runway kategori I, dengan

Lebih terperinci

AIRPORT MARKING AND LIGHTING

AIRPORT MARKING AND LIGHTING Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University AIRPORT MARKING AND LIGHTING Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Tujuan Marking Alat bantu navigasi ketika melakukan approach ke suatu bandar

Lebih terperinci

Gambar : Typical apron markings

Gambar : Typical apron markings Gambar 8.7-28 : Typical apron markings 8.7.24 Self Manoeuvring Parking 8.7.24.1 Self-manoeuvring. Istilah ini digunakan untuk prosedur dimana pesawat udara masuk dan meninggalkan aircraft stand dengan

Lebih terperinci

9.4. Aerodrome Beacon

9.4. Aerodrome Beacon divariasi intensitasnya, misal untuk menghindari kilauan. Jika lampu ini akan dibedakan dari lampu kuning, lampu tersebut harus didisain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga: a. koordinat x warna

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM 1 MATERI PEMBELAJARAN Perkembangan

Lebih terperinci

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) ICS 30.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi. 8.6.7 Marka runway aiming point 8.6.7.1 Marka aiming point harus disediakan pada setiap akhir pendekatan pada runway instrument yang diperkeras dengan code number 2, 3 atau 4. 8.6.7.2 Marka aiming point

Lebih terperinci

9.14. Lampu Runway Turn Pad

9.14. Lampu Runway Turn Pad a. Berupa lampu inset fixed unidirectional yang memancarkan warna merah dengan menghadap arah runway; dan b. Intensitas lampu minimum harus sesuai dengan penjelasan di Sub Bagian 9.22, Gambar 9.22-7. 9.13.7.

Lebih terperinci

10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM Aerodrome (Aerodrome Works) Obstacle Penutupan Runway untuk

10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM Aerodrome (Aerodrome Works) Obstacle Penutupan Runway untuk 10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM... 10-20 10.5.1. Aerodrome (Aerodrome Works)... 10-20 10.5.2. Obstacle... 10-22 10.5.3. Penutupan Runway untuk Pemeliharaan... 10-22 10.5.4. Penutupan runway karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).

BAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara untuk mengarahkan pesawat dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam prakteknya pesawat

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1 PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung

Lebih terperinci

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit Gambar 8.6-24: Marka taxiway pavement-strength limit Marka tepi taxiway utama atau apron terkait, atau marka runway side stripe, harus terpotong di sepanjang lebar jalan masuk taxiway berkekuatan rendah.

Lebih terperinci

f. Memastikan bahwa semua kendaraan, mesin, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan aerodrome telah diberi marker dan lampu atau

f. Memastikan bahwa semua kendaraan, mesin, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan aerodrome telah diberi marker dan lampu atau f. Memastikan bahwa semua kendaraan, mesin, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan aerodrome telah diberi marker dan lampu atau berada di bawahpengawasanpetugas keselamatan pekerjaan

Lebih terperinci

Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway

Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway d. 12,5 m jika Code Letter taxiway C atau B; atau e. 11 m jika Code Letter taxiway A. 6.7.11.3. Kemiringan Strip Taxiway Graded Area pada strip taxiway tidak boleh memiliki kemiringan melintang (transverse

Lebih terperinci

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara f. jika memungkinkan, kompeten dalam menggunakan alat komunikasi radio dan mengerti instruksi-instruksi yang disampaikan melalui radio. 10.11. Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara 10.11.1. Pendahuluan 10.11.1.1.

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m Gambar 9.10-3: Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m 74 Gambar 9.10-4: Konfigurasi lampu runway edge pada runway lebar 60 m 75 Gambar 9.10-5: Lampu runway edge, lampu threshold dan lampu

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74 ii. 5 lampu unidirectional yang berjarak sama dengan interval 2,4 m dimana lampu paling luar sejajar dengan baris lampu runway edge lainnya; b. 14 lampu unidirectional untuk runway dengan lebar 45 m, lihat

Lebih terperinci

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 Gambar8.11-3: Marka tiang dan menara Gambar 8.11-4: Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 8.11.5 Marka objek begerak (kendaraan) 8.11.5.1 Marka objek bergerak (kendaraan) yang rutin digunakan

Lebih terperinci

9.28. Lampu road-holding position

9.28. Lampu road-holding position 9.27.2. Pola dan Lokasi Lampu Intermediate Holding Position Pada taxiway yang dilengkapi dengan lampu centre line, lampu intermediate holding position harus berisikan paling tidak 3 lampu inset, dengan

Lebih terperinci

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau)

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau) Notes : 1) Kurva dihitung dengan rumus x 2 a 2 + y2 b 2 = 1 a 7.0 11.5 16.5 b 5.0 6.0 8.0 2) Toe-in 2º 3) Lihat catatan kolektif di Paragraf 9.11.1 untuk Gambar 9.11-1 hingga Gambar 9.11-11 Gambar 9.11-6:

Lebih terperinci

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar 8.14-21. Gambar8.14-20: Runway exit sign 8.14.8.10 Gambar 8.14-21: Dimensi tanda(sign dimensions) 8.14.8.11 Runway vacated sign 8.14.8.11.1 Runway

Lebih terperinci

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9.

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9. c. Jika sumbu sistem tidak paralel dengan garis tengah runway maka sudut displacement dan arah displacement, yaitu kiri atau kanan, harus diindikasikan; d. Nominal Sudut kemiringan approach. Untuk PAPI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap bandar udara terutama yang jalur penerbangannya padat, pendeteksian posisi pesawat baik yang sedang menuju maupun yang meninggalkan bandara sangat penting.

Lebih terperinci

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9:

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9: b. Jarak antara unit PAPI dari threshold mungkin saja harus dimodifikasi dari posisi optimum setelah mempertimbangkan: i. Panjang runway yang tersisa untuk menghentikan pesawat udara; dan ii. Jarak obstacle

Lebih terperinci

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15.2. Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15.3. Jika ground earthing points disediakan, perawatan yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

Lebih terperinci

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan 9.31. Lampu Tepi Apron (Apron Edge Light) 9.31.1. Umum 9.31.1.1. Jika indikasi tambahan alat bantu visual dibutuhkan untuk menggambarkan tepi apron di malam hari, maka lampu taxiway edge dapat digunakan.

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

Gambar8.16-4: Glider is in opera

Gambar8.16-4: Glider is in opera Gambar8.16-4: Glider is in opera 8-101 9. ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI AERODROME LIGHTING 9.1. Umum 9.1.1. Aplikasi dan Definisi 9.1.1.1. Sistem penerangan eksisting harus dioperasikan dan dipelihara sesuai

Lebih terperinci

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37 crossbar harus mendekati garis lurus horisontal di sudut yang tepat dan dibagi dua oleh garis tengah lampu garis. Lampu-lampu ini harus diberi jarak sehingga dapat menghasilkan efek linear, kecuali jika

Lebih terperinci

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa

Lebih terperinci

Code Letter Minimum Clearance

Code Letter Minimum Clearance Gambar 6.2-2:Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Code Letter "A" 6.2.4.3. Jika sebuah turn pad untuk pesawat udara tersedia di sembarang titik pada sebuah

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO No Percobaan : 01 Judul Percobaan Nama Praktikan : Perambatan Gelombang Mikro : Arien Maharani NIM : TEKNIK TELEKOMUNIKASI D3 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

Tabel : Karakteristik lampu obstacle

Tabel : Karakteristik lampu obstacle kawat atau kabel tersebut dapat membahayakan pesawat udara. 9.35.3. Benda-benda yang perlu diberi lampu di luar Permukaan Batas halangan/ols (di luar batas lateral OLS) 9.35.3.1. Kawat, kabel, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan

Lebih terperinci

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH

Pertemuan 9 SISTEM ANTENA. DAHLAN ABDULLAH Pertemuan 9 SISTEM ANTENA DAHLAN ABDULLAH dahlan.unimal@gmail.com http://www.dahlan.web.id PENDAHULUAN Dalam sejarah komunikasi, perkembangan teknik informasi tanpa menggunakan kabel ditetapkan dengan

Lebih terperinci

Warna Putih (dalam candela) 1 to to to to to

Warna Putih (dalam candela) 1 to to to to to 9.4.1.3. Jika disediakan, aerodrome beacon ditempatkan pada atau di dekat bandar udara di suatu daerah yang memiliki latar belakang penerangan yang tidak berpengaruh. Di samping itu, aerodrome beacon ditempatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DELI SERDANG,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DELI SERDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASIONAL PENERBANGAN DAN BENDA TUMBUH DI SEKITAR BANDAR UDARA INTERNASIONAL KWALA NAMU DENGAN

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) REPUBLIK INDONESIA DEPARTMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (PKPS) BAGIAN 101 BALON UDARA YANG DITAMBATKAN, LAYANG- LAYANG, ROKET TANPA AWAK DAN BALON UDARA BEBAS TANPA AWAK LAMPIRAN

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ^ KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6 b. Jika threshold runway dipindahkan dari ujung runway, maka sebuah rambu yang menunjukkan runway designation dapat dibuat untuk lepas landas pesawat udara. 8.6.2.3 Karakteristik a. Marka runway designation

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1814, 2017 BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN. Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan. PERATURAN BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN NOMOR 19 TAHUN 2017

Lebih terperinci

Jenis-jenis Antena pada Wireless

Jenis-jenis Antena pada Wireless Jenis-jenis Antena pada Wireless Pengertian Antena Antena adalah alat untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, bergantung kepada pemakaian dan penggunaan frekuensinya, antena bisa berwujud

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band Ultra High Frequency (HF).

Lebih terperinci

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya A. 14.2 KRITERIA PENEMPATAN STOPBAR LIGHT Stopbar harus ditempatkan diseberang taxiway pada atau tidak lebih dari 0,3 m sebelum titik dimana diharapkan semua lalu lintas yang memasuki Runway berhenti.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP.

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP. 10.13.4. NOTAMs Pembatasan Operasi Pesawat Udara dan Penerbitan NOTAM 10.13.4.1. Pada bagian MOWP ini harus berupa format yang memungkinkan adanya penerbitan terpisah untuk operator pesawat udara dan memudahkan

Lebih terperinci

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-7: Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-8: Bentuk dan ukuran huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance

Lebih terperinci

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN BANDAR UDARA TEBELIAN SINTANG Menimbang : a.

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA

MANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA MANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM RUANG UDARA Ruang udara terdiri dari : 1. Controlled Airspace Controlled Area (CTA) Controlled Zone (CTR) 2. Uncontrolled

Lebih terperinci

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15. Ground Earthing Points 11.15.1. Jika dibutuhkan, penyediaan ground earthing point harus dibuat sesuai kesepakatan dengan perusahaanpenyedia bahan bakar. 11.15.2. Apabila ground earthing points disediakan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 No. 2, 2008 LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN DAN KAWASAN

Lebih terperinci

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR APRON Nama : Nur Kumala NIM : 0904105061 Jurusan : Teknik Sipil Mata Kuliah : Teknik Bandar Udara UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Apron Pengertian Apron Apron adalah bagian dari lapangan gerak darat

Lebih terperinci

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline Gambar 9.7-7 Ilustrasi category II and III approach lighting system Dengan sumber lampu tunggal... 9-44 Gambar 9.7-8 Illustration of category II and III approach lighting system with barrettes... 9-45

Lebih terperinci

Disurvei 3 m Disurvei Elevasi/altituda/ketinggian (Elevation/altitude/height)

Disurvei 3 m Disurvei Elevasi/altituda/ketinggian (Elevation/altitude/height) Elevation/altitude/height Elevasi/altituda/ketinggian Elevasi Bandar Udara WGS-84 geoid undulation pada posisi elevasi Bandar Udara thresholdrunway, non-precision approach WGS-84 geoid undulation at runway

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

Physical Characteristics of Aerodromes

Physical Characteristics of Aerodromes Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Physical Characteristics of Aerodromes Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 2 Aerodrome Reference Code Digunakan oleh ICAO untuk membaca hubungan

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui peranan antena pada sistem telekomunikasi. Memahami macam dan bentuk antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui bagian-bagian antena yang digunakan dalam sistem telekomunikasi.

Lebih terperinci

KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF

KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. No. 3 September 2009 : 11-122 KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF Varuliantor Dear Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 5 BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian imformasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampai diantara keduanya

Lebih terperinci

Gambar Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface)

Gambar Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface) Gambar 7.2-4 Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface) 7.2.2.6. Permukaan Transisi a. Permukaan transisi terdiri dari bidang-bidang miring yang berasal dari tepi bawah sisi strip

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator); POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang

Lebih terperinci

d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual

d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan. 9.9.2.6. Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual approach (Visual Approach Slope Indicator Systems) yang

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET ANTENA SIDEBAND DOPPLER VERY HIGH OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) PADA JALUR LINTASAN PENERBANGAN

ANALISIS LINK BUDGET ANTENA SIDEBAND DOPPLER VERY HIGH OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) PADA JALUR LINTASAN PENERBANGAN ANALISIS LINK BUDGET ANTENA SIDEBAND DOPPLER VERY HIGH OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) PADA JALUR LINTASAN PENERBANGAN Eka Wahyudi 1 Wahyu Pamungkas 2 Bayu Saputra 3 1,2,3 Program Studi Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super BAB 11 MICROWAVE ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai antenna microwave desain, aplikasi dan cara kerjanya. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik

Lebih terperinci

AGENDA ITEM NO ALOKASI PRIMER UNTUK RADIO LOCATION SERVICE (RLS) PADA PITA GHz

AGENDA ITEM NO ALOKASI PRIMER UNTUK RADIO LOCATION SERVICE (RLS) PADA PITA GHz AGENDA ITEM NO. 1.21 ALOKASI PRIMER UNTUK RADIO LOCATION SERVICE (RLS) PADA PITA 15.4 15.7 GHz I. Latar Belakang Tujuan Agenda Item 1.21 adalah untuk mempertimbangkan kemungkinan alokasi baru untuk Radio

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN LINK MICROWAVE Tujuan utama dari perencanaan link microwave adalah untuk memastikan bahwa jaringan microwave dapat beroperasi dengan kinerja yang tinggi pada segala

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 1991 ( PERHUBUNGAN. TELEKOMUNIKASI. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

Aeronautical study. Aeroplane reference field length

Aeronautical study. Aeroplane reference field length Aeronautical study Suatu investigasi terhadap masalah terkait suatu fase penerbangan dan ditujukan untuk mengidentifikasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan memilih salah satu pemecahan yang paling dapat

Lebih terperinci

SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum 1.2 Jenis Media Saluran Transmisi

SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum 1.2 Jenis Media Saluran Transmisi SALURAN TRANSMISI 1.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak antara

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 71 TAHUN 1996 (71/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/108; TLN NO.3662

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran STASIUN RELAY SISTEM SATELIT CARA KERJA STASIUN RELAY DAN SATELIT Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran GELOMBANG ELEKTRO MAGNETIC SPEKTRUM FREKUENSI PENGATURAN FREKUENSI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul

Lebih terperinci

Petunjuk dalam pemilihan arus hubungan seri (series line currents) untuk berbagai tahap intensitas

Petunjuk dalam pemilihan arus hubungan seri (series line currents) untuk berbagai tahap intensitas yang buruk (low visibility) di siang dan malam hari serta kondisi ambient agar tidak menyilaukan pilot: a. Sistem penerangan approach (approach lighting system); b. Sistem petunjuk kemiringan approach

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan

Lebih terperinci

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT A.5.2 KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT Peralatan ini dipertimbangkan apabila pada suatu bandar udara terdapat permasalahan sebagai berikut: a. Tidak ada petunjuk yang dapat diikuti secara visual

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 21 TAHUN : 01 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 01 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang : a.

Lebih terperinci