Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway"

Transkripsi

1 d. 12,5 m jika Code Letter taxiway C atau B; atau e. 11 m jika Code Letter taxiway A Kemiringan Strip Taxiway Graded Area pada strip taxiway tidak boleh memiliki kemiringan melintang (transverse slope) ke atas lebih dari: a. 2,5% jika Code Letter taxiway C, D, E dan F; atau b. 3%Jika Code Letter taxiway A atau B; c. Sudut Kemiringan ke atas diukur relatif terhadap kemiringan melintang permukaan taxiway yang berdekatan dan bukan dengan horisontalnya. d. Sudut Kemiringan Melintang kebawah dari Graded Area pada strip taxiway tidak boleh lebih dari 5.0%, jika diukur sehubungan dengan horizontalnya. e. Bagian pada strip taxiway diluar Graded Area tidak boleh lebih dari 5.0% jika diukur relative terhadap horizontalnya Objek-objek pada Taxiway strip. a. Strip taxiway harus bebas dari objek permanen/tetap selain dari alat bantu visual atau alat bantu navigasi yang digunakan untuk memandu pesawat udara atau kendaraan atau untuk keselamatan pesawat udara. b. Alat bantu visual yang terletak di dalam strip taxiway harus diposisikan pada ketinggian tertentu sehingga tidak dapat tersambar baling-baling, permukaan (pod) mesin dan sayap pesawat yang menggunakan taxiway serta bersifat mudah rapuh dan terpasang serendah mungkin atau sesuai dengan jarak yang tercantum pada table Taxiway berbentuk Jembatan Dengan mengacu pada Paragraf , lebar minimum bagian taxiway berbentuk jembatan yang dapat mendukung lalu lintas pesawat udara yang menggunakan jembatan tersebut, apabila diukur tegak lurus dengan garis tengah taxiway, harus tidak kurang dari lebar total taxiway dan graded area yang dijelaskan dalam Paragraf Lebar minimum bagian taxiway berbentuk jembatan yang dimaksud dalam Paragraf dapat dikurangi hingga mencapai lebar yang tidak kurang dari lebar taxiway yang berkaitan, jika metode penahanan lateral yang memadai diterapkan pada sisi bagian tersebut untuk mencegah pesawat udara keluar dari bagian tersebut Akses dapat disediakan untuk memungkinkan kendaraan penyelamat dan pemadam kebakaran masuk dari kedua arah dalam waktu respon yang ditetapkan menuju pesawat udara terbesar yang menggunakan taxiway berbentuk jembatan tersebut. 6-28

2 Catatan: Jika mesin pesawat udara menggantung di atas struktur jembatan, maka dibutuhkan perlindungan area yang berdekatan di bawah jembatan dari jet blast Jembatan dapat dikonstruksi pada bagian lurus taxiway dengan bagian lurus pada kedua ujung jembatan untuk memfasilitasi barisan pesawat yang mendekati jembatan Jarak Pemisahan Minimum Taxiway Jarak pemisahan antara garis tengah taxiway, meliputi apron taxiway, dan: a. Garis tengah runway paralel; atau b. Garis tengah taxiway paralel; c. Struktur bangunan, kendaraan, dinding, tanaman, peralatan, pesawat yang parikir atau jalan, tidak boleh kurang dari jarak yang ditentukan dalam Tabel Garis tengah precision approach runway Code letter Runway code number A B C D E F 1 82,5 m 87 m 93 m ,5 m 87 m 93 m ,5 m 162 m 168 m 176 m m 176 m 182,5 m 190 m Garis tengah nonprecision approach Code letter runway Runway code number Code Letter runway A B C D E F 1 52,5 m 57 m 63 m ,5 m 57 m 63 m ,5 m 87 m 93 m 176 m m 176 m 182,5 m 190 m Garis tengah non instrument runway Code letter Runway code number A B C D E F 1 37,5 m 42 m 48 m ,5 m 52 m 58 m ,5 m 57 m 63 m 101 m m 101 m 107,5 m 115 m Garis tengah taxiway Taxiway, selain aircraft stand taxilane, centre line ke objek Code letter A B C D E F 23,75 m 33,5 m 44 m 66,5 m 80 m 97,5 m Code letter A B C D E F 16,25 m 21,5 m 26 m 40,5 m 47,5 m 57,5 m Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway 6-29

3 Catatan: Jarak pemisah didasari oleh konsep bahwa sayap pesawat udara, berpusat pada taxiway paralel, tetap pada posisi bebas terhadap lebar runway strip Jarak pemisah garis tengah taxiway ke garis tengah runway telah ditentukan dengan menggunakan lebar maksimum runway strip yang disyaratkan untuk kategori dan Code Number tertentu Holding Bays, Runway-Holding Positions, Intermediate Holding Positions and Road-Holding Positions Pendahuluan a. Holding bay didefinisikan sebagai area di luar taxiway dimana pesawat udara dapat diminta untuk menunggu/berhenti. b. Runway-holding position adalah posisi yang ditetapkan pada taxiway untuk memasuki runway. c. Intermediate holding position adalah posisi yang ditetapkan pada taxiway selain dari taxiway yang menuju ke runway. d. Road-holding position adalah posisi yang ditetapkan dimana kendaraan menunggu/berhenti sementara sebelum melewati runway Penyediaan Penyediaan holding bay adalah hak prerogatif operator bandar udara. Meskipun demikian, jika disediakan holding bay, areanya harus terletak dimana pesawat udara apapun yang berada di area tersebut tidak boleh melanggar permukaan transisional dalam. Runwayholding position harus ditetapkan: a. Pada taxiway, di persimpangan taxiway dan runway; atau b. Di persimpangan runway dengan runway lainnya dimana pesawat perlu diminta untuk berhenti/menunggu Kecuali untuk exit taxiway, intermediate holding position harus berada pada taxiway jika pemandu lalu lintas penerbangan meminta pesawat udara berhenti/menunggu pada posisi tersebut Road-holding position harus berada di persimpangan suatu jalan dengan runway, Lihat juga Paragraf 8,6,14 untuk rambu dan marka road-holding position Lokasi Holding bay, runway-holding position, intermediate holding position dan road-holding position tidak boleh ditempatkan di area dimana pesawat udara atau kendaraan yang menggunakan area tersebut: a. Melanggar permukaan transisional dalam dari precision approach runway atau, dalam kasus lain, graded area pada runway strip; atau b. Mengganggu operasi alat bantu navigasi radio Jarak dari Runway-holding Position, Intermediate Holding Position atau Road-holding Position ke Runway Centre line Runway-holding position, intermediate holding position, atau road-holding position tidak boleh berada lebih 6-30

4 dekat dengan garis tengah runway dibandingkan dengan jarak yang ditentukan dengan menggunakan Tabel Untuk rapid exit taxiway, maka jarak minimum untuk memposisikan runway holding position diukur tegak lurus dari garis tengah runway ke sisi terdekat marka runway-holding position. Lihat Gambar Gambar 6.8-1: Runway holding position pada rapid exit taxiway Jika Code runway adalah 3A, 3B atau 3C untuk non instrument, non precision approach dan lepas landas, maka jarak minimumnya adalah 45 m Jika Code runway adalah 3A, 3B atay 3C untuk precision Cat I, maka jarak minimumnya adalah 75 m Jika runway precision approach Cat II dan III, dapat dikurangi mencapai 90 m hingga 300 m dari ujung runway. 6-31

5 Code Number Noninstrument Jenis Runway Non- Precision Precision Category Approach I Precision Kategori II atau III Lepas Landas 1 30 m 40 m 60 m - 30 m 2 40 m 40 m 60 m - 40 m 3 75 m 75 m 90 m (ab) 90 m (ab) 75 m 4 75 m 75 m 90 m (abc) 90 m (abc) 75 m a Untuk precision approach runway Cat I, II dan III, jarak dalam Tabel dapat dikurangi sebesar 5 meter untuk setiap meter dimana elevasi runway-holding position lebih rendah dari elevasi threshold runway, asalkan tidak melanggar permukaan transisional dalam. b Untuk precision approach runway Cat I, II dan III, jarak dalam Tabel dapat ditambah guna menghindari interference dengan alat bantu radio navigasi, khususnya glide path and localizer facilities. c Jarak runway holding position 107,5 m jika Code Number adalah 4 F untuk precision approach cai I, II dan III Where the code letter is F, this distance should be m. Tabel 6.8-1: Jarak minimum dari runway-holding position, intermediate holding position atau road-holding position ke garis tengah runway yang berhubungan 6.9. Apron Lokasi Apron Apron harus diposisikan sehingga pesawat udara yang diparkir diatasnya tidak melanggar permukaan batas rintangan, dan terutama permukaan transisional Dimensi Apron Penjelasan Kategori Pesawat udara A B C D E F Dimensi Apron (untuk 1 pesawat) a. Self taxiing (45 taxiing) Panjang (m) Lebar (m) b. Nose in Panjang (m) Lebar (m) Tabel 6.9-1: Dimensi Apron (Dimension of Apron) 6-32

6 Gambar 6.9-1: Gambaran vertikal apron Jarak Pemisahan Apron Aircraft parking position taxilane harus dipisahkan dari objek apapun dengan jarak tidak kurang dari yang telah ditentukan dengan menggunakan Tabel Code Letter untuk pesawat udara Dari garis tengah aircraft parking position taxilane ke objek Dari Garis tengah apron ke Objek Dari ujung sayap pesawat udara pada aircraft parking position ke objek A 12,0 m 16,25 m 3,0 m B 16,5 m 21,5 m 3,0 m C 24,5 m 26,0 m 4,5 m D 36,0 m 40,5 m 7,5 m E 42,5 m 47,5 m 7,5 m * F 50,5 m 57,5 m 7,5 m * * Jarak pemisah minimum adalah 10 meter jika menggunakan parkir bebas (free moving) Tabel 6.9-2: Posisi parkir pesawat Jarak pemisahan minimum Pesawat udara pada posisi parkir pesawat harus dipisahkan dari objek apapun, selain garbarata, dengan jarak tidak kurang dari yang telah ditentukan dengan menggunakan Tabel Paragraf tidak berlaku untuk pesawat dengan Code Letter D, E dan F jika sistem panduan docking secara visual memungkinkan untuk pengurangan jarak pemisahan Kemiringan Apron (Slopes on Aprons) Kemiringan posisi parkir pesawat tidak boleh lebih dari 1% Kemiringan bagian apron lain yang manapun harus sesuai agar bisa digunakan dengan baik tanpa mengakibatkan genangan air pada permukaan apron, tetapi tidak boleh lebih dari 2% Kelandaian apron harus dalam posisi sedemikian sehingga kemiringan tidak turun menuju gedung terminal. 6-33

7 Jika kemiringan menuju gedung terminal tidak dapat dihindari, maka harus disediakan drainase apron untuk mengarahkan bahan bakar yang tercecer menjauh dari gedung-gedung dan struktur lain yang berdampingan dengan apron Jika saluran air hujan juga dapat mengumpulkan bahan bakar yang tumpah dari area apron, maka harus disediakan perangkap nyala (flame trap) atau lubang pencegat (interceptor pit) untuk mengisolasi dan mencegahnya masuk ke area lain Daya dukung Apron (Apron Bearing Strength) Daya dukung apron setidaknya harus sama dengan kekuatan runway, mengingat fakta bahwa apron akan menjadi subjek dari kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi, sebagai akibat dari pergerakan yang lambat dan pesawat udara yang diam, dan dari tekanan yang lebih tinggi dari runway dimana apron digunakan Jalan Apron (Apron Road) Pada apron dimana disediakan jalan yang telah diberi marka untuk pergerakan kendaraan-kendaraan di permukaan, jika memungkinan, kendaraan-kendaran yang berjalan diatasnya berada pada jarak sekurangnya 3 m dari pesawat udara apapun yang diparkir dalam posisi parkir pesawat udara Posisi parkir pesawat udara yang diisolasi (Isolated aircraft parking positions) Posisi parkir pesawat udara yang diisolasi harus ditentukan atau pemandu lalu lintas penerbangan bandar udaradiberikan informasi mengenai area yang sesuai untuk parkir pesawat udara yang diketahui atau diyakini terlibat tindakan pelanggaran hukum, atau untuk alasan lain yang membutuhkan isolasi dari aktivitas normal bandar udara Posisi parkir pesawat udara yang diisolasi harus berada dalam jarak maksimal yang dapat diaplikasikan dan dalam kasus apapun tidak boleh kurang dari 100 m dari posisi parkir lainnya, gedung atau area umum, dll. Perlu diberikan perhatian untuk memastikan bahwa posisinya tidak berada di atas peralatan bawah tanah, seperti bahan bakar pesawat udara dan gas serta kemungkinan lainnnya yaitu kabel listrik dan komunikasi Radio Altimeter Operating Area Umum Radio Altimeter Operating Area dapat disediakan pada prethreshold area precision approach runway Panjang Area Radio Altimeter Operating Area dapat diperpanjang sampai dengan sebelum threshold dengan jarak paling sedikit 300m Lebar Area Radio Altimeter Operating Area dapat diperpanjang secara lateral, pada setiap sisi dari runway center line, sampai dengan 60m, kecuali dalam kondisi tertentu, jarak dapat dikurangi 6-34

8 menjadi tidak kurang dari 30 m jika hasil kajian aeronautika menunjukkan bahwa penurunan tersebut tidak akan mempengaruhi keselamatan operasi pesawat udara Perubahan Kemiringan Longitudinal Jika sebuah perubahan kemiringan tidak dapat dihindari pada sebuah daerah operasional radio altimeter, tingkat perubahan diantara dua kemiringan yang berurutan harus tidak lebih dari 2% per 30 meter (minimum jari-jari lengkungan meter). Catatan : Pedoman untuk Radio Altimeter Operating Area terdapat pada Attachment A, Section 4.3, dan dalam Manual of All-Weather Operations, (Doc 9365), Section 5.2. Pedoman penggunaan radio altimeter terdapat dalam PANS-OPS, Volume II, Part II, Section Semburan Mesin Jet (Jet Blast) Umum Operator bandar udara harus melindungi orang-orang dan benda-benda dari efek semburan mesin jet yang berbahaya. Informasi khusus mengenai kecepatan semburan mesin jet, seperti kontur lateral dan vertikal untuk model pesawat udara tertentu, diberikan dalam Karakteristik Pesawat Dokumen Perencanaan Bandar Udara yang disiapkan oleh pabrik pesawat udara untuk sebagian besar model pesawat udara Bahaya Semburan Mesin Jet dan Sapuan Baling-baling (Jet Blast and Propeller Wash Hazards) Kecepatan angin maksimum yang direkomendasikan dimana terdapat orang, benda atau gedung di sekitar pesawat udara tidak boleh lebih dari: a. Penumpang dan area umum utama, dimana penumpang berjalan dan berkumpul 60 km/jam; b. Area umum kecil, dimana tidak banyak orang berkumpul 80 km/jam; c. Jalan umum 50 km/jam dimana kecepatan kendaraan mungkin mencapai 80 km/j atau lebih, dan 60 km/jam dimana kecepatan kendaraan kurang dari 80 km/jam; d. Personil yang bekerja di dekat pesawat 80 km/jam; e. Peralatan apron biasanya tidak lebih dari 80 km/jam; f. Area parkir pesawat ringan diminta 60 km/jam dan tidak lebih dari 80 km/jam; g. Bangunan dan struktur lainnya tidak lebih dari 100 km/jam. Catatan: Untuk memberikan perlindungan dari kecepatan semburan mesin jet, maka operator aerodrome bandar udara dapat mempertimbangkan panggunaan pagar pelindung atau penggunaan bahan bangunan yang layak Jenis Jenis Pagar Bahan pagar dapat berupa beton maupun logam. Sebagian besar pagar pra-produksi berupa logam. Deflektor beton biasanya membutuhkan lebih sedikit perawatan. Pagar louvred menangkis semburan dengan ketinggiannya sehingga lebih merupakan subjek dari tekanan udara yang lebih rendah 6-35

9 dibandingkan dengan pagar padat pada keadaan semburan yang sama. Pagar perantara (baffles), Pagar berlubang (perforations), Pagar dengan Louvre, dan Pagar bergelombang dapat digunakan satu persatu atau dikombinasikan dengan sangat efektif mengurangi atau menghilangkan efek semburan dibelakang pagar. Beberapa jenis pagar untuk mengatasi semburan diilustrasikan pada gambar Gambar : Jenis Pagar untuk Mengatasi Semburan Fasilitas Glider Lokasi Glider Runway Strips Jika karakteristik fisik lokasi memungkinkan, dan jika jumlah operasi powered aircraft yang diharapkan tidak melebihi per tahun, glider runway strip dapat ditempatkan pada runway strip yang ada saat ini. 6-36

10 Dengan mengacu pada perijinan Ditjen Hubud operasi glider dapat dilakukan dari runway yang biasanya digunakan untuk powered aircraft Dimensi Glider Runway Strips Jika Glider Runway Strips berada di luar bahu runway yang ada, maka lebar bahu runway harus tidak kurang dari 60 m, dan harus mempunyai panjang yang memadai untuk operasi glider Jika arah berlawanan dengan sirkuit diijiinkan dan operasi yang benar-benar independen dilakukan, maka jarak pemisahan antara garis tengah dari dua Glider Runway Strips harus tidak kurang dari 120 m Jika Glider Runway Strips sebagian atau keseluruhan berada dalam runway strip yang ada, maka harus memiliki panjang yang memadai untuk operasi glider, dan lebar tidak kurang dari 37,5 m: a. Jika terdapat pencahayaan flush-mounted atau tidak ada pencahayaan runway, dari sisi/tepi runway yang ada sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar di bawah ini; dan b. Jika terdapat lampu runway yang ditinggikan (elevated runway lighting), atau jika terdapat fitur fisik seperti saluran reruntuhan yang diisi batubatu, kondisi curam, atau bahu yang kasar, dari tiga meter dari lampu runway atau fitur fisik seperti ini, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar dibawah ini. Gambar : Glider Runway Strips Area Parkir Glider (Glider Parking Areas) Area parkir glider harus disediakan di luar glider runway strip atau runway strip yang ada. Berdasarkan frekuensi lalu lintas glider, mungkin perlu dibuat suatu daerah dimana glider dapat berhenti untuk sementara sambil menunggu antrian. 6-37

11 Kemampuan Layanan Glider Runway Strip (Serviceability) Jika operasi glider dilakukan runway strip yang ada di bandar udara yang telah bersertifikasi atau beregister, maka kemampuan layanan runway strip harus dimonitor Standar Glider Runway Strip Glider runway strip harus disediakan berdasarkan standar-standar berikut: a. Jika glider runway strip berada dalam runway strip yang ada untuk pesawat udara bertenaga (powered aircraft), maka glider runway strip tersebut harus sesuai dengan tingkatan dan level runway strip yang ada untuk pesawat bertenaga (powered aircraft); dan b. Jika glider runway strip berada di luar runway strip yang ada untuk pesawat udara bertenaga (powered aircraft), maka harus sesuai dengan standar runway strip untuk area pendaratan pesawat udara Glider runway strips harus dipelihara berdasarkan standar pengoperasian runway strip Notifikasi Fasilitas dan Prosedur Glider Penerbitan NOTAM harus dilakukan sebelum mengijinkan operasi penerbangan glider. Jika operasi ini dilakukan secara permanen dalam bandar udara, maka notifikasi diberikan dalam AIP. 6-38

12 7. PEMBATASAN DAN PEMINDAHAN OBSTACLE (OBSTACLE RESTRICTION AND REMOVAL) 7.1. Umum Pendahuluan Ruang Lingkup dari Bab ini adalah untuk menentukan standar untuk mengendalikan ruang udara di sekitar bandar udara Obstacle didefinisikan sebagai: Objek apapun yang berada di atas atau berdiri di atas permukaan area pembatasan obstacle yang telah ditentukan, dimana meliputi runway strip, runway end safety area, clearway dan taxiway strip; dan objek apapun yang memasuki permukaan batas obstacle (obstacle limitation surface/ols), yaitu serangkaian permukaan yang menentukan batas ketinggian objek, di sekitar bandar udara Kebutuhan data obstacle untuk rancangan prosedur penerbangan instrumen perlu ditentukan dengan berkoordinasi dengan perancang prosedur penerbangan Ketidaksesuaian dengan standar dapat mengakibatkan Ditjen Hubud mengeluarkan peringatan pemberitahuan bahaya (hazard identification) sebagaimana dijelaskan dalam PKPS Bagian Tujuan Tujuan dari permukaan batas obstacle (obstacle limitation surfaces) adalah: Untuk menentukan volume ruang udara di sekitar bandar udara yang harus dijaga agar bebas dari obstacle sehingga operasi pesawat udara yang dikehendaki di dalam bandar udara dapat dilaksanakan dengan selamat, baik selama pendekatan visual secara keseluruhan atau selama segmen pendekatan visual dari pendekatan instrumen (instrument approach); Untuk mencegah bandar udara tidak dapat digunakan karena pertumbuhan obstacle di sekitar bandar udara ; dan hal ini dapat dicapai dengan menerapkan serangkaian permukaan pembatasan obstacle (obstacle limitation surfaces) yang menentukan batas dari objek apa yang berada dalam ruang udara Obstacle Restriction Objek, kecuali untuk alat bantu visual dan navigasi atau alat untuk keselamatan operasi pesawat udara yang disetujui, tidak boleh berada dalam area pembatasan obstacle (obstacle restriction area) di 7-1

Strip Taxiway Taxiway harus ditempatkan di sebuah taxiway strip, yang mana sisi dalamnya adalah area graded Lebar Strip Taxiway

Strip Taxiway Taxiway harus ditempatkan di sebuah taxiway strip, yang mana sisi dalamnya adalah area graded Lebar Strip Taxiway 6.7.9.2. Radius dari potongan/fillet di bagian dalam kurva pada rapid exit taxiway harus memadai untuk memberikan jalur masuk (throat) guna memfasilitasi radius putaran awal saat masuk ke taxiway. 6.7.9.3.

Lebih terperinci

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

6.4. Runway End Safety Area (RESA) b. Dalam jarak 60 m dari garis tengah precision approach runway kategori I, dengan nomor kode 3 atau 4; atau c. Dalam jarak 45 m dari garis tengah dari sebuah precision approach runway kategori I, dengan

Lebih terperinci

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud. bandar udara Hubud. tanpa persetujuan khusus Ditjen 7.1.3.2. Peralatan dan instalasi yang dibutuhkan untuk tujuan navigasi penerbangan harus mempunyai massa dan ketinggian minimum yang dapat dipraktekkan,

Lebih terperinci

Gambar : Typical apron markings

Gambar : Typical apron markings Gambar 8.7-28 : Typical apron markings 8.7.24 Self Manoeuvring Parking 8.7.24.1 Self-manoeuvring. Istilah ini digunakan untuk prosedur dimana pesawat udara masuk dan meninggalkan aircraft stand dengan

Lebih terperinci

Physical Characteristics of Aerodromes

Physical Characteristics of Aerodromes Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Physical Characteristics of Aerodromes Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 2 Aerodrome Reference Code Digunakan oleh ICAO untuk membaca hubungan

Lebih terperinci

9.23. Lampu Taxiway Centre Line

9.23. Lampu Taxiway Centre Line 9.22.4.5. Jarak spasi terakhir antara lampu pada bagian lurus harus sama dengan jarak spasi pada bagian melengkung. 9.22.4.6. Jika jarak spasi terakhir pada bagian lurus kurang dari 25 m, jarak spasi kedua

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 39 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi. 8.6.7 Marka runway aiming point 8.6.7.1 Marka aiming point harus disediakan pada setiap akhir pendekatan pada runway instrument yang diperkeras dengan code number 2, 3 atau 4. 8.6.7.2 Marka aiming point

Lebih terperinci

Code Letter Minimum Clearance

Code Letter Minimum Clearance Gambar 6.2-2:Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Code Letter "A" 6.2.4.3. Jika sebuah turn pad untuk pesawat udara tersedia di sembarang titik pada sebuah

Lebih terperinci

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone) 7.2.2.7. Zona Bebas Obstacle Permukaan inner approach, inner tranisitional dan balked landing, ketiganya mendefinsikan volume ruang udara di sekitar precision approach runway, yang dikenal sebagai zona

Lebih terperinci

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara f. jika memungkinkan, kompeten dalam menggunakan alat komunikasi radio dan mengerti instruksi-instruksi yang disampaikan melalui radio. 10.11. Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara 10.11.1. Pendahuluan 10.11.1.1.

Lebih terperinci

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP.

NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP. 10.13.4. NOTAMs Pembatasan Operasi Pesawat Udara dan Penerbitan NOTAM 10.13.4.1. Pada bagian MOWP ini harus berupa format yang memungkinkan adanya penerbitan terpisah untuk operator pesawat udara dan memudahkan

Lebih terperinci

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 Gambar8.11-3: Marka tiang dan menara Gambar 8.11-4: Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65 8.11.5 Marka objek begerak (kendaraan) 8.11.5.1 Marka objek bergerak (kendaraan) yang rutin digunakan

Lebih terperinci

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit Gambar 8.6-24: Marka taxiway pavement-strength limit Marka tepi taxiway utama atau apron terkait, atau marka runway side stripe, harus terpotong di sepanjang lebar jalan masuk taxiway berkekuatan rendah.

Lebih terperinci

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi 10.18.9. Sistem pemeliharaan preventif digunakan untuk runway precision approach kategori II atau III bertujuan untuk mengetahui approach and runway lights berfungsi dan dalam kondisi tertentu setidaknya

Lebih terperinci

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan 9.31. Lampu Tepi Apron (Apron Edge Light) 9.31.1. Umum 9.31.1.1. Jika indikasi tambahan alat bantu visual dibutuhkan untuk menggambarkan tepi apron di malam hari, maka lampu taxiway edge dapat digunakan.

Lebih terperinci

Code Letter Minimum Clearance

Code Letter Minimum Clearance Gambar 6.2-2: Perkerasan yang dibutuhkan untuk melakukan perputaran 180 derajat penuh pesawat udara Kode huruf "A" (Pavement required to complete a 180-degree turn Code letter A aircraft) 6.2.4.3. Jika

Lebih terperinci

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar 8.14-21. Gambar8.14-20: Runway exit sign 8.14.8.10 Gambar 8.14-21: Dimensi tanda(sign dimensions) 8.14.8.11 Runway vacated sign 8.14.8.11.1 Runway

Lebih terperinci

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau)

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau) Notes : 1) Kurva dihitung dengan rumus x 2 a 2 + y2 b 2 = 1 a 7.0 11.5 16.5 b 5.0 6.0 8.0 2) Toe-in 2º 3) Lihat catatan kolektif di Paragraf 9.11.1 untuk Gambar 9.11-1 hingga Gambar 9.11-11 Gambar 9.11-6:

Lebih terperinci

Gambar8.16-4: Glider is in opera

Gambar8.16-4: Glider is in opera Gambar8.16-4: Glider is in opera 8-101 9. ALAT BANTU VISUAL NAVIGASI AERODROME LIGHTING 9.1. Umum 9.1.1. Aplikasi dan Definisi 9.1.1.1. Sistem penerangan eksisting harus dioperasikan dan dipelihara sesuai

Lebih terperinci

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA BANDAR UDARA Pengertian Bandar Udara Adapun pengertian Bandar udara menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut: Menurut International Civil Aviation Organization, bandar udara adalah area tertentu

Lebih terperinci

9.4. Aerodrome Beacon

9.4. Aerodrome Beacon divariasi intensitasnya, misal untuk menghindari kilauan. Jika lampu ini akan dibedakan dari lampu kuning, lampu tersebut harus didisain dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga: a. koordinat x warna

Lebih terperinci

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6 b. Jika threshold runway dipindahkan dari ujung runway, maka sebuah rambu yang menunjukkan runway designation dapat dibuat untuk lepas landas pesawat udara. 8.6.2.3 Karakteristik a. Marka runway designation

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan nomor SKEP/161/IX/03 tanggal 3 September

Lebih terperinci

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana: BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. ANALISA PANJANG LANDASAN Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari advisory circular AC: 150/ 5325-4A dated 1/ 29/ 90, persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan

Lebih terperinci

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

Kawasan keselamatan operasi penerbangan Standar Nasional Indonesia Kawasan keselamatan operasi penerbangan ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1 PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung

Lebih terperinci

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline Gambar 9.7-7 Ilustrasi category II and III approach lighting system Dengan sumber lampu tunggal... 9-44 Gambar 9.7-8 Illustration of category II and III approach lighting system with barrettes... 9-45

Lebih terperinci

Aircraft stand number designation. Gambar :

Aircraft stand number designation. Gambar : Gambar8.7-11 : Aircraft stand number designation 8.7.11.4 Aircraft type limit designations mengindikasikan aircraft stand mana yang mampu mengakomodasi jenis pesawat udara tertentu. Nomor designation ini

Lebih terperinci

Reference Code Letter. Tabel8.7-3: Pilot Stop Line

Reference Code Letter. Tabel8.7-3: Pilot Stop Line pilot. Pilot stop line harus memiliki panjang 6 m dan offset dari alignment line. 8.7.14.2 Jika segala jenis pesawat udara akan ditempatkan pada satu posisi parkir, maka offset untuk code letter C harus

Lebih terperinci

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15.2. Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15.3. Jika ground earthing points disediakan, perawatan yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan

Lebih terperinci

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9.

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9. c. Jika sumbu sistem tidak paralel dengan garis tengah runway maka sudut displacement dan arah displacement, yaitu kiri atau kanan, harus diindikasikan; d. Nominal Sudut kemiringan approach. Untuk PAPI

Lebih terperinci

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar kesesuaian dengan standar yang berlaku saat ini dapat dicapai. 2.3.3. Standar yang mengandung frasa seperti jika dapat diterapkan, jika secara fisik dapat diterapkan, dll., tetap membutuhkan pengecualian

Lebih terperinci

10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM Aerodrome (Aerodrome Works) Obstacle Penutupan Runway untuk

10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM Aerodrome (Aerodrome Works) Obstacle Penutupan Runway untuk 10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM... 10-20 10.5.1. Aerodrome (Aerodrome Works)... 10-20 10.5.2. Obstacle... 10-22 10.5.3. Penutupan Runway untuk Pemeliharaan... 10-22 10.5.4. Penutupan runway karena

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,

Lebih terperinci

mencapai 1200 m Tabel 8.6-2:Standar marka Runway aiming point

mencapai 1200 m Tabel 8.6-2:Standar marka Runway aiming point 8.6.8 Marka Titik sasaran Landasan Pacu(Runway Aiming Point) 8.6.8.1 Marka aiming point harus disediakan pada setiap akhir pendekatan pada runway instrument yang diperkeras dengan code number 2, 3 atau

Lebih terperinci

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan

Lebih terperinci

9.28. Lampu road-holding position

9.28. Lampu road-holding position 9.27.2. Pola dan Lokasi Lampu Intermediate Holding Position Pada taxiway yang dilengkapi dengan lampu centre line, lampu intermediate holding position harus berisikan paling tidak 3 lampu inset, dengan

Lebih terperinci

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Fasilitas bantu

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74 ii. 5 lampu unidirectional yang berjarak sama dengan interval 2,4 m dimana lampu paling luar sejajar dengan baris lampu runway edge lainnya; b. 14 lampu unidirectional untuk runway dengan lebar 45 m, lihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

9.14. Lampu Runway Turn Pad

9.14. Lampu Runway Turn Pad a. Berupa lampu inset fixed unidirectional yang memancarkan warna merah dengan menghadap arah runway; dan b. Intensitas lampu minimum harus sesuai dengan penjelasan di Sub Bagian 9.22, Gambar 9.22-7. 9.13.7.

Lebih terperinci

Gambar Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface)

Gambar Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface) Gambar 7.2-4 Gambaran bidang permukaan pendekatan(plan view of approach surface) 7.2.2.6. Permukaan Transisi a. Permukaan transisi terdiri dari bidang-bidang miring yang berasal dari tepi bawah sisi strip

Lebih terperinci

AIRPORT MARKING AND LIGHTING

AIRPORT MARKING AND LIGHTING Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University AIRPORT MARKING AND LIGHTING Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Tujuan Marking Alat bantu navigasi ketika melakukan approach ke suatu bandar

Lebih terperinci

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9:

The arrangement of a PAPI system and the resulting display. Gambar 9.9-9: b. Jarak antara unit PAPI dari threshold mungkin saja harus dimodifikasi dari posisi optimum setelah mempertimbangkan: i. Panjang runway yang tersisa untuk menghentikan pesawat udara; dan ii. Jarak obstacle

Lebih terperinci

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m Gambar 9.10-3: Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m 74 Gambar 9.10-4: Konfigurasi lampu runway edge pada runway lebar 60 m 75 Gambar 9.10-5: Lampu runway edge, lampu threshold dan lampu

Lebih terperinci

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm. 11.15. Ground Earthing Points 11.15.1. Jika dibutuhkan, penyediaan ground earthing point harus dibuat sesuai kesepakatan dengan perusahaanpenyedia bahan bakar. 11.15.2. Apabila ground earthing points disediakan,

Lebih terperinci

3.5. GEDUNG TERMINAL PKP-PK. Material atap Rangka Atap Material Kaca Kabin Ruang Pengawas. v:y

3.5. GEDUNG TERMINAL PKP-PK. Material atap Rangka Atap Material Kaca Kabin Ruang Pengawas. v:y 3.5. GEDUNG TERMINAL PKPPK Bandar Udara Luas Bangunan Bangunan Lokasi Gedung Terminal VIP M2 v:y Material atap Rangka Atap Material Kaca Kabin Ruang Pengawas Plafond Kusen Pintu Jendela Dinding Jenis Pondasi

Lebih terperinci

1) Nilai intensitas telah memperhitungkan penerangan latar belakang yang kuat, termasuk kemungkinan berkurangnya cahaya yang dihasilkan akibat debu da

1) Nilai intensitas telah memperhitungkan penerangan latar belakang yang kuat, termasuk kemungkinan berkurangnya cahaya yang dihasilkan akibat debu da 1) The intensity values have taken into account high background luminance, and possibility of deterioration of light output resulting from dust and local contamination. Nilai intensitas telah memperhitungkan

Lebih terperinci

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

Selain digunakan untuk operasional penerbangan BAB III BANDAR UDARA ADISUCIPTO 3.1. KONDISI BANDAR UDARA 3.1.1. Lokasi Bandar Udara Bandar udara Adisucipto terletak sekitar 8 km arah timur kota Yogyakarta dengan koordinat geografis 07 47'S - 110 26'

Lebih terperinci

Tabel : Karakteristik lampu obstacle

Tabel : Karakteristik lampu obstacle kawat atau kabel tersebut dapat membahayakan pesawat udara. 9.35.3. Benda-benda yang perlu diberi lampu di luar Permukaan Batas halangan/ols (di luar batas lateral OLS) 9.35.3.1. Kawat, kabel, dan lain-lain

Lebih terperinci

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-7: Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign Gambar 8.14-8: Bentuk dan ukuran huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance

Lebih terperinci

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya

Runway Guard Light ditempatkan pada persimpangan taxiway dengan precision approach Runway dan Runwaynya A. 14.2 KRITERIA PENEMPATAN STOPBAR LIGHT Stopbar harus ditempatkan diseberang taxiway pada atau tidak lebih dari 0,3 m sebelum titik dimana diharapkan semua lalu lintas yang memasuki Runway berhenti.

Lebih terperinci

9.36. Pemberian Lampu pada Daerah yang Ditutup dan Unserviceable

9.36. Pemberian Lampu pada Daerah yang Ditutup dan Unserviceable 9.35.5. Floodlighting untuk Obstacle 9.35.5.1. Ketika instalasi lampu obstacle normal dianggap tidak praktis atau tidak diinginkan karena alasan keindahan atau alasan lain, floodlighting obstacle mungkin

Lebih terperinci

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT

KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT A.5.2 KRITERIA PENEMPATAN CIRCLING GUIDANCE LIGHT Peralatan ini dipertimbangkan apabila pada suatu bandar udara terdapat permasalahan sebagai berikut: a. Tidak ada petunjuk yang dapat diikuti secara visual

Lebih terperinci

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37

Gambar 9.7-4: Precision approach category I lighting systems 9-37 crossbar harus mendekati garis lurus horisontal di sudut yang tepat dan dibagi dua oleh garis tengah lampu garis. Lampu-lampu ini harus diberi jarak sehingga dapat menghasilkan efek linear, kecuali jika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR APRON Nama : Nur Kumala NIM : 0904105061 Jurusan : Teknik Sipil Mata Kuliah : Teknik Bandar Udara UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 Apron Pengertian Apron Apron adalah bagian dari lapangan gerak darat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

Petunjuk dalam pemilihan arus hubungan seri (series line currents) untuk berbagai tahap intensitas

Petunjuk dalam pemilihan arus hubungan seri (series line currents) untuk berbagai tahap intensitas yang buruk (low visibility) di siang dan malam hari serta kondisi ambient agar tidak menyilaukan pilot: a. Sistem penerangan approach (approach lighting system); b. Sistem petunjuk kemiringan approach

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun beberapa tinjauan pustaka yang berkenaan dengan Analisis Desain Geometrik Bandar Udara Husein Sastranegara dengan menggunakan Perangkat

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis; KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :...KP.143..TAHUN. 2016. TENTANG VERIFIKASI OPERASIONAL BANDAR UDARA UNTUK ANGKUTAN UDARA

Lebih terperinci

Gambar Air taxi-route Tidak diperbolehkan mengoperasikan helikopter secara simultan pada helicopter air taxi-route.

Gambar Air taxi-route Tidak diperbolehkan mengoperasikan helikopter secara simultan pada helicopter air taxi-route. Gambar 2.1-3 Air taxi-route 2.1.6.12. Tidak diperbolehkan mengoperasikan helikopter secara simultan pada helicopter air taxi-route. 2.1.6.13. Jarak pemisah (separation distance) sebuah objek atau helicopter

Lebih terperinci

Warna Putih (dalam candela) 1 to to to to to

Warna Putih (dalam candela) 1 to to to to to 9.4.1.3. Jika disediakan, aerodrome beacon ditempatkan pada atau di dekat bandar udara di suatu daerah yang memiliki latar belakang penerangan yang tidak berpengaruh. Di samping itu, aerodrome beacon ditempatkan

Lebih terperinci

Standar tekanan ban pesawat. MN/m 3 MN/m 3 MN/m 3 MN/m 3. psi kg/cm 2 mpa A B C D A B C D

Standar tekanan ban pesawat. MN/m 3 MN/m 3 MN/m 3 MN/m 3. psi kg/cm 2 mpa A B C D A B C D ACNrelatif Jenis Pesawat Udara Massa All - Up (Massa Apron Maksimum) (Massa Operasional Kosong) Beban pada satu roda gigi utama (Main gear Standar tekanan ban pesawat Subgrade perkerasan Rigid (Kaku) High

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang... Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 00 Tentang Kebandarudaraan Pasal Ayat, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1306, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pesawat Udara. Rusak. Bandar Udara. Pemindahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konfigurasi Bandar Udara 2.1.1 Definisi Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/161/IX/2003, Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ^ KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Jalan Merdeka Barat No. 8 Jakarta 10110 KotakPosNo. 1389 Jakarta 10013 Telepon : 3505550-3505006 (Sentral) Fax:3505136-3505139 3507144 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

Kode Referensi Aerodrome Kode elemen 1 Kode elemen 2 Referensi Panjang Landas Pacu Kode Lebar Sayap digunakan Pesawat Udara

Kode Referensi Aerodrome Kode elemen 1 Kode elemen 2 Referensi Panjang Landas Pacu Kode Lebar Sayap digunakan Pesawat Udara 2.5.3. Kode Huruf untuk elemen 2 harus ditentukan dari kolom 3 tabel di bawah. Kode huruf, yang berhubungan dengan lebar sayap terbesar, atau jarak terjauh antar roda-roda utama terluar, mana yangakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang

Lebih terperinci

Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah:

Tanggung jawab operator bandar udara untuk memenuhi persyaratan standar ini adalah: i. pemadam kebakaran (dan stasiun pemadam kebakaran satelit); dan j. menara ATC. 11.3. Persyaratan Penempatan Umum 11.3.1. Kriteria penempatan menjelaskan persyaratan minimum untuk mendapatkan kinerja

Lebih terperinci

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya oleh : Yoanita Eka Rahayu 3112040611 LATAR BELAKANG Saat ini masyarakat cenderung menginginkan sarana transportasi yang cepat dan

Lebih terperinci

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator); POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang

Lebih terperinci

ICAO (International Civil Aviation Organization)

ICAO (International Civil Aviation Organization) BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menganalisis daerah pendaratan pada bandar udara Adisucipto menggunakan peraturan yang telah ditetapkan oleh ICAO maupun FAA ICAO (International Civil Aviation Organization)

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8 No.1031, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. IMB. Bandar Udara. Pemberian dan Persetujuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun

PENDAHULUAN Perkembangan teknologi di bidang transportasi semakin berkembang. Hal ini dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat dalam melakukan hubun PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY DAN APRON UNTUK PESAWAT TIPE B 737-900 ER PADA BANDARA SULTAN BABULLAH TERNATE 1 Herckia Pratama Daniel 2 Jennie Kusumaningrum, ST., MT. Email : 1 herckia_pratama.d@studentsite.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Aeronautical study. Aeroplane reference field length

Aeronautical study. Aeroplane reference field length Aeronautical study Suatu investigasi terhadap masalah terkait suatu fase penerbangan dan ditujukan untuk mengidentifikasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan memilih salah satu pemecahan yang paling dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2010 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandar Udara adalah kawasan di daratan atau perairan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 2770 / XII / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 2770 / XII / 2010 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 2770 / XII / 2010 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup dan tujuan... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual

d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual d. PAPI harus dipasang di sisi kiri runway, kecuali jika tidak dapat diterapkan. 9.9.2.6. Jika lebih dari satu sistem indikator kemiringan visual approach (Visual Approach Slope Indicator Systems) yang

Lebih terperinci

4.8. Penerbitan NOTAM untuk Mengumumkan secara resmi Register Bandar Udara dan Register Bandar Udara yang melayani angkutan Udara Bukan Niaga

4.8. Penerbitan NOTAM untuk Mengumumkan secara resmi Register Bandar Udara dan Register Bandar Udara yang melayani angkutan Udara Bukan Niaga 4.7.2. Salinan tambahan aerodrome manual tersedia sehingga staf bandar udara dan organisasi lain di bandar udara dapat memiliki akses ke salinan aerodrome manual tersebut. 4.7.3. Apabila penambahan salinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang 2.1.1. Bandar udara Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti -3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN UMUM Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki peranan yang penting dan strategis

Lebih terperinci

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 24 TAHUN 2009 TANGGAL : 26 FEBRUARI 2009 PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) BAGIAN 139 BANDAR UDARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG PROSEDUR PENGUJIAN DI DARAT ( GROUND INSPECTION) PERALATAN FASILITAS

Lebih terperinci

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR) ICS 30.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. ANALISA PERGERAKAN PESAWAT 4.1.1. Data pergerakan pesawat Data yang digunakan dalam menganalisa kebutuhan apron adalah data pergerakan pesawat dimana idealnya disesuaikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 55 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 55 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 55 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang seperti pesawat udara dan helikopter

Lebih terperinci