BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Tata Letak Pengertian Perancangan Tata Letak Perancangan fasilitas dapat dibagi menjadi dua bagian, lokasi fasilitas dan tata letak fasilitas (Afrazeh, Keivani, & Farahani, 2010, p. 249). Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perencanaan fasilitas, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan fisik, dan manusia yang ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem pelayanan (Purnomo, 2004, p. 1). Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan fasilitas dimaksudkan sebagai sarana untuk perbaikan layout fasilitas, digunakan dalam penanganan material (material handling) dan untuk menentukan peralatan dalam proses produksi, juga digunakan dalam perencanaan fasilitas keseluruhan. Ada dua hal pokok dalam perencanaan fasilitas, yaitu berkaitan dengan perencanaan lokasi pabrik (plant location) dan perancangan fasilitas produksi yang meliputi perancangan struktur pabrik, perancangan tata letak fasilitas dan perancangan sistem penanganan material (Purnomo, 2004, p. 2). Perancangan tata letak fasilitas merupakan suatu fasilitas penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif dan efisien. Perencanaan tata letak fasilitas selalu berkaitan dengan minimasi total cost. Di samping itu, perencanaan yang teliti dari layout fasilitas akan memberikan kemudahankemudahan saat diperlukannya ekspansi pabrik atau kebutuhan supervisi (Ekoanindiyo & Wedana, 2012, p. 49) Tujuan Perancangan Tata Letak Tujuan perancangan fasilitas, yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan kualitas dengan cara yang paling ekonomis melalui pengaturan dan koordinasi yang efektif dari fasilitas fisik. Adapun secara rinci beberapa tujuan perancangan tata letak fasilitas di antaranya adalah sebagai berikut (Purnomo, 2004, pp. 3 dan ): 1. Memanfaatkan area yang ada. 2. Pendayagunaan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lebih besar. 3. Meminimumkan material handling. 4. Mengurangi waktu tunggu dan mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran. 5. Memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan bagi tenaga kerja. 6. Mempersingkat proses manufaktur. 7. Mengurangi persediaan setengah jadi. 8. Mempermudah aktivitas supervisi. Perancangan sistem fasilitas merupakan perancangan bangunan dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti sistem pencahayaan, kelistrikan, sistem komunikasi, suasana kerja, sanitasi, pembuangan limbah dan 5

2 6 sebagainya. Aspek yang perlu diperhitungkan secara matang dalam perancangan tata letak antara lain meliputi peralatan-peralatan yang digunakan, mesin-mesin, dan semua perabotan perusahaan. Sedangkan dalam perancangan sistem material handling meliputi mekanisme yang dibutuhkan agar interaksi antara fasilitas yang ada seperti material, personal, informasi dan peralatan untuk mendukung produksi berjalan sempurna (Purnomo, 2004, p. 3) Tahapan Dalam Perancangan Tata Letak Tahapan-tahapan proses perancangan tata letak dapat dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Murther, yaitu melalui pendekatan yang dikenal sebagai Systematic Layout Planning (SLP). Berikut ini akan dibahas langkah-langkah dasar dari SLP. Secara sistematis prosedur pelaksanaan SLP dapat digambarkan sebagai berikut (Purnomo, 2004, pp ). Gambar 2.1 Langkah-langkah dasar SLP

3 2.2 Storage dan Warehousing Fungsi Warehouse Ada beberapa alasan untuk membangun dan mengoperasikan gudang. Dalam beberapa kasus adalah kebutuhan untuk memberikan servis yang lebih baik kepada customer dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan customer. Walaupun hal tersebut terlihat seperti fungsi utama warehouse, terdapat juga beberapa fungsi lain. Berikut adalah beberapa fungsi lain yang penting (Heragu, 2008, p. 369): 1. Provide temporary storage of goods. Untuk mencapai skala ekonomi dalam produksi, transportasi, dan penanganan produk, sering diperlukan untuk menyimpan produk di gudang dan mengeluarkan kepada customer saat terdapat permintaan. 2. Put together customer orders. Untuk menyimpan order dari customer dalam jumlah besar. 3. Serve as customer service facility. Karena gudang merupakan tempat penyimpanan produk yang akan dikirim kepada customer, gudang dapat memberikan fasilitas jasa kepada customer dan menangani pergantian serta kerusakan produk, melakukan survey pasar, dan menyediakan jasa aftersales. 4. Protect goods. Gudang biasanya dilengkapi dnegan sistem keamanan, sehingga barang hasil manufaktur dapat dilindungi dari bahaya seperti pencurian, kebakaran, banjir dan masalah cuaca lainnya. 5. Segregate hazardous or contaminated materials. Kode keamanan tidak memperbolehkan bahan material yang berbahaya berada di dekat lantai produksi, sehingga gudang menjadi tempat yang baik untuk memisahkan dan meletakkan material yang berbahaya dan terkontaminasi. 6. Perform value-added services. Beberapa gudang melakukan servis penambahan nilai seperti pengepakan produk, persiapan order customer berdasarkan persyaratan spesifik customer, inspeksi material, dan pengetesan produk. 7. Inventory. Karena sulit untuk melakukan peramalan produk sesuai dengan permintaan, dalam beberapa bisnis, penting untuk mengadakan inventaris dan safety stock untuk menjaga permintaan tak terduga Desain Warehouse Sama seperti fasilitas lain, banyak sekali masalah yang perlu ditangani saat mendesain warehouse. Kebanyakan masalah yang ada berbeda dengan fasilitas manufaktur (Heragu, 2008, p. 395) Model Desain Untuk Alokasi Ruang Gudang Dua fungsi utama warehouse termasuk (i) penyimpanan sementara dan perlindungan barang (ii) menyediakan value-added servis seperti pemenuhan dari pesanan customer, pengepakan barang-barang, servis setelah penjualan, perbaikan, pengetesan, inspeksi, dan perakitan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, sebuah warehouse biasanya dibagi menjadi area berikut: reverse storage area, forward area, dan cross-docking area. Desain dari sebuah warehouse adalah masalah yang kompleks. Mencakup sejumlah besar keterkaitan antara proses warehouse, sumber daya warehouse, dan organisasi warehouse. Rouwenhorst et al (2000) 7

4 8 mengklasifikasikan desain warehouse dan perencanaan masalah menjadi tiga level penentuan yaitu strategis, taktis, dan operasional (Heragu, 2008, p. 400). Konfigurasi Warehouse termasuk bagian dari lima area fungsional seperti area penerimaan, pengiriman, cross-docking, reserve, dan forward. Berikut adalah arus bahan yang mungkin pada sebuah warehouse (Heragu, 2008, p. 401): Arus 1 : Penerimaan cross-docking pengiriman Arus 2 : Penerimaan reverse pengiriman Arus 3 : Penerimaan reverse forward pengiriman Arus 4 : Penerimaan forward pengiriman Perencanaan Storage dan Warehouse Tujuan dari perancangan tata letak untuk departemen penyimpanan dan pergudangan adalah (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, p. 424): 1. Untuk memanfaatkan ruang secara efektif. 2. Untuk menyediakan material handling yang efisien. 3. Untuk meminimasikan biaya penyimpanan saat menyediakan level yang dibutuhkan dari servis. 4. Untuk menyediakan fleksibilitas maksimum. 5. Untuk menyediakan kerumahtanggaan yang baik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, beberapa prinsip penyimpanan harus diintegrasikan. Prinsip-prinsip yang berhubungan adalah sebagai berikut: 1. Popularitas Hukum Pareto menyatakan bahwa 85% dari kekayaan dunia dimiliki oleh 15% manusia. Hukum Pareto sering diaplikasikan untuk popularitas dari material yang disimpan. Untuk memaksimalkan, 15% dari material harus disimpan sedemikian rupa sehingga jarak perjalanan dapat diminimalkan. Material harus disimpan sehingga jarak perjalanan berbanding terbalik dengan popularitas material. Jarak perjalanan dapat diminimalisasikan dengan menyimpan barang popular pada area penyimpanan dalam dan memposisikan material untuk meminimasikan total jarak perjalanan. Jika material yang masuk dan keluar dari departemen penyimpanan atau gudang menggunakan lokasi yang sama, material yang populer harus diletakkan sedekat mungkin dengan lokasi tersebut (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, pp ). 2. Kesamaan Prinsip kedua untuk membuat tata letak ruang penyimpanan dan gudang adalah kesamaan dari barang yang disimpan. Barang yang diterima dan dikirim bersama seharusnya disimpan bersamaan. Meskipun barang tidak diterima bersama, jika dikirim bersama sebaiknya disimpan bersama. Dengan menyimpan barang yang memiliki kemiripan pada area bersama, waktu perjalanan untuk pengambilan pesanan akan menjadi minimum (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, p. 429). 3. Ukuran Memiliki bagian-bagian kecil yang disimpan pada penyimpanan yang didesain untuk bagian-bagian besar akan memboroskan ruangan. Untuk mengurangi masalah tersebut, variasi ukuran dari lokasi penyimpanan harus disediakan. Jika terdapat ketidakpastian mengenai ukuran barang yang akan disimpan, adjustable rack dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi kebutuhan perubahan.

5 Secara umum, material yang berat, besar, dan sulit untuk ditangani seharusnya disimpan dekat dengan lokasi penggunaan. Bagaimanapun, penggunaan ruang sebaiknya berdasarkan dengan kemudahan menangani dan popularitas dari barang tersebut. Jika kedua barang sama populer, yang terbesar dan paling sulit di tangan sebaiknya diberikan posisi terdekat dengan lokasi penggunaan. Jika sebuah barang lebih populer dari yang lain, tetapi lebih mudah untuk ditangani, maka popularitas relatif dan kemudahan penanganan harus ditukar. Barang yang berat harus disimpan pada area yang mempunyai tinggi penumpukan terendah. Barang yang lebih ringan dan lebih mudah ditangani disimpan pada tumpukan yang lebih tinggi (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, p. 429). 4. Karakteristik Beberapa karakteristik material yang penting termasuk (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, pp ): a. Bahan yang mudah rusak. Bahan yang mudah rusak membutuhkan penyediaan kontrol lingkungan. b. Barang yang berbentuk aneh dan mudah hancur. Beberapa barang tidak pas untuk diletakkan pada area penyimpanan bahkan pada saat variasi ukuran tersedia. Barang yang berbentuk aneh sering membuat penanganan dan penyimpanan yang signifikan. Jika dihadapi dengan barang yang berbentuk aneh, harus disediakan ruang terbuka untuk penyimpanannya. c. Material yang berbahaya. Material seperti cat, pernis, propane, dan bahan kimia yang mudah terbakar memerlukan tempat penyimpanan yang terpisah. Kode-kode keamanan harus diperiksa dan diikuti secara ketat untuk barang yang mudah terbakar dan eksplosif. d. Barang keamanan. Sebenarnya semua barang dapat dicuri. Namun, barang dengan harga tinggi per unit dan atau ukuran kecil sering menjadi target pencurian. Barang ini harus diberikan proteksi tambahan pada area penyimpanan. e. Kompatibilitas. Beberapa bahan kimia tidak berbahaya saat disimpan sendiri, tetapi dapat menjadi volatil jika terjadi kontak dengan bahan kimia lain. Beberapa material tidak membutuhkan penyimpanan spesial, namun menjadi mudah terkontaminasi jika terjadi kontak dengan beberapa material lain. Oleh karena itu, barang tersebut memerlukan area penyimpanan yang perlu dipertimbangkan dengan matang. 5. Pemanfaatan Ruang Perencanaan ruang termasuk dengan penentuan dari kebutuhan ruang untuk penyimpanan material. Namun, saat mempertimbangkan popularitas, kesamaan, ukuran, dan karakteristik material, sebuah tata letak harus dikembangkan dengan memaksimalkan pemanfaatan ruang serta memaksimalkan tingkat pelayanan yang diberikan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan saat mengembangkan tata letak (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, pp ): a. Konservasi Ruang. Konservasi ruang termasuk memaksimalkan konsentrasi dan pemanfaatan kubus dan meminimalisasi honeycombing. Memaksimalkan konsentrasi ruang meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan penanganan dari penerimaan besar. b. Keterbatasan ruang. Pemanfaatan ruang akan menjadi terbatas dengan adanya penopang, alat penyiram, ketinggian atap, beban lantai, tiang dan 9

6 10 kolom, dan tinggi penyusunan material yang aman. Beban lantai adalah bagian penting dari fasilitas penyimpanan bertingkat. c. Aksesibilitas. Penekanan yang berlebihan pada penempatan ruang dapat berakibat buruk pada aksesibilitas material. Lorong harus direncanakan luasnya untuk penanganan material handling yang efisien dan dilokasikan pada setiap tempat sehingga setiap penyimpanan memiliki akses lorong. Setiap lorong utama harus lurus dan menuju ke pintu sehingga mayoritas dari material disimpan sepanjang sumbu panjang area penyimpanan. Lorong seharusnya tidak diposisikan sepanjang dinding kecuali terdapat pintu pada dinding. d. Keteraturan. Prinsip keteraturan menekankan fakta bahwa baik penjagaan gudang dimulai dengan housekeeping. Gang harus ditandai dengan pita lorong atau cat. Jika tidak, bahan akan mulai melanggar ke luar gang dan akses ke material akan berkurang. Ruang kosong dalam area penyimpanan harus dihindari, dan harus dikoreksi bila terdapat kejadian ruang kosong Automated Retrieval and Storage Equipment Peralatan penyimpanan bisa dalam bentuk rak, laci, keranjang, dan lemari. Di antaranya, rak penyimpanan mungkin adalah bentuk yang paling umum dari peralatan penyimpanan. Terdapat banyak varian dan konfigurasi dari rak penyimpanan, seperti rak kedalaman tunggal, kedalaman double, cantilever, dan konfigurasi yang dirancang untuk memudahkan penyimpanan khusus dan operasi drive-through, flow-through, dan lain-lain. Sistem pengambilan dan penyimpanan yang lebih canggih menggabungkan penggunaan peralatan penyimpanan, menyimpan dan pengambilan mesin serta kontrol yang diwujudkan dalam sistem modern otomatisasi penyimpanan atau pengambilan (Aized, 2010, p. 130). 2.3 Material Handling Material handling adalah satu aktivitas dimana banyak perbaikan dapat dicapai, menghasilkan penghematan biaya yang signifikan. Tujuan yang ideal adalah benar-benar menghilangkan aktivitas material handling. Definisi dari material handling adalah (Tompkins, White, Bozer, & Tanchoco, 2010, p. 176): 1. Material handling adalah seni dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan perpindahan, penyimpanan, kontrol, dan proteksi dari barang-barang dan material selama proses manufaktur, distribusi, konsumsi, dan pembuangan. 2. Material handling berarti menyediakan jumlah yang tepat dari material yang tepat, dalam kondisi yang tepat, pada tempat yang tepat, waktu yang tepat, posisi yang tepat, urutan yang tepat, dan harga yang tepat, dengan menggunakan metode yang tepat. Secara natural, jika metode yang tepat digunakan, maka sistem material handling akan aman dan bebas dari bahaya Prinsip Material Handling Berikut adalah sepuluh prinsip material handling yang dikumpulkan oleh College-Industry Council on Material Handling bekerja sama dengan Material Handling Institute (Kay, 2012, pp. 2-3):

7 1. Prinsip Perencanaan. Semua material handling harus menjadi hasil dari rencana dimana kebutuhan, tujuan, dan spesifikasi fungsional dari metode yang diusulkan benar-benar ditetapkan dari awal. 2. Prinsip Standarisasi. Metode material handling, peralatan, kontrol dan software harus distandarisasi untuk mencapai tujuan kinerja secara keseluruhan tanpa mengorbankan fleksibilitas yang dibutuhkan. 3. Prinsip Kerja. Kerja material handling harus diminimalkan tanpa mengurangi produktivitas atau tingkat layanan yang diperlukan operasi. 4. Prinsip Ergonomis. Kemampuan dan keterbatasan manusia perlu dipertimbangkan dalam desain tugas material handling untuk memastikan operasi yang aman dan efektif. 5. Prinsip Unit Load. Unit muatan harus tepat ukuran dan dikonfigurasi dengan cara yang mencapai aliran material dan tujuan persediaan pada setiap tahap dalam rantai pasokan. 6. Prinsip Pemanfaatan Ruang. Penggunaan ruang yang efektif dan efisien harus dilakukan dengan semua ruang yang tersedia. 7. Prinsip Sistem. Kegiatan gerakan material dan penyimpanan harus terintegrasi. 8. Prinsip Otomatisasi. Operasi material handling harus mekanik dan atau otomatis untuk meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan respon, meningkatkan konsistensi dan prediktabilitas, menurunkan biaya operasi, dan menghilangkan tenaga kerja manual berulang. 9. Prinsip Lingkungan. Dampak lingkungan dan kondisi energi harus dianggap sebagai criteria ketika merancang atau memilih peralatan alternatif dan sistem material handling. 10. Prinsip Biaya Siklus Hidup. Sebuah analisis ekonomi menyeluruh harus memperhitungkan seluruh siklus hidup dari semua peralatan material handling dan sistem yang dihasilkan. 2.4 Standard Operating Procedures (SOP) Standard Operating Procedures atau SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan secara efektif dan efisien, konsisten, standar, dan sistematis (Tambunan, 2008, p. 79) Unsur-unsur Standard Operating Procedures Ada beberapa unsur dalam Standard Operating Procedures adalah sebagai berikut (Tambunan, 2008, p. 121): 1. Tujuan 2. Kebijakan 3. Petunjuk Operasional 4. Pihak yang Terlibat 5. Formulir 6. Masukan 7. Proses 8. Laporan 9. Validasi 10. Control 11

8 Teknik-Teknik Penyusunan Standard Operating Prosedures Dalam konteks penyusunan dan pengembangan SOP yang efektif, kata teknik diartikan sebagai sistematika tindakan-tindakan yang sangat spesifik dalam pola sistematis untuk menyusun prosedur-prosedur operasional standar suatu organisasi (Tambunan, 2008, p. 268). Ada beberapa teknik dalam penyusunan Standard Operating Procedures adalah sebagai berikut (Tambunan, 2008, pp ): 1. Teknik Naratif Teknik naratif adalah teknik yang menggunakan kekuatan narasi dan penjelasan dengan kalimat sesuai kaidah bahasa yang benar ditambah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam organisasi untuk menjelaskan langkah-langkah kegiatan di dalam organisasi, baik terkait dengan kegiatan operasional maupun administrasi. 2. Teknik Bagan Arus Teknik bagan arus (flowchart) adalah teknik spesifik yang sangat dikenal dalam pengembangan sistem informasi dan penyusunan prosedur operasional standar. Teknik bagan arus menggunakan simbol-simbol khas, dimana tiap simbol merepresentasikan makna tertentu dari kegiatan atau keputusan atau dokumen atau laporan atau media penyimpanan atau tanda penghubung tertentu, dan sebagainya. 3. Teknik Tabular Teknik tabular atau tabulasi sangat jarang digunakan dan ditampilkan di dalam penyusunan dan penyajian SOP organisasi. Teknik ini biasanya digunakan untuk melakukan analisis kegiatan dalam penyususan SOP, tetapi bukan berarti tidak dapat ditampilkan sebagai bagian dari prosedur operasional tertentu. Dalam proses analisis kegiatan, teknik tabular digunakan untuk menghitung efektivitas dan efisiensi proses kerja. 4. Teknik Campuran (Gabungan) Teknik ini merupakan gabungan dari ketiga teknik yang telah dijelaskan di atas, yaitu teknik naratif, teknik bagan arus serta teknik tabular. Dalam prakteknya, gabungan atau kombinasi ketiga teknik ini memang banyak digunakan, terutama dengan tujuan menyajikan SOP yang dapat dipahami oleh semua yang terlibat dan juga berkepentingan. Penggunaan campuran teknik naratif, teknik bagan arus, serta teknik tabular dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Tambunan, 2008, p. 294): a. Digunakan bersamaan untuk semua prosedur operasional standar yang ada di dalam pedoman SOP. Dengan cara ini, maka setiap prosedur mencakup teknik naratif dan teknik bagan arus dan tambahan teknik tabular sesuai dengan kebutuhan. b. Digunakan sesuai kebutuhan setiap prosedur opersional standar. Bila menggunakan campuran ini, maka akan ada prosedur yang hanya menggunakan teknik naratif, ada yang hanya menggunakan teknik bagan arus, dan ada yang menggunakan gabungan dari keduanya S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) Menurut Linstiani (2010) penjabaran dari metode 5S adalah sebagai berikut (Siska & Henriadi, 2012, pp ):

9 1. Seiri (Sisih/ Ringkas) Menyisihkan barang-barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. Prinsip dalam menerapkan konsep yang pertama ini adalah mengidentifikasi dan menjauhkan barang yang tidak diperlukan di tempat kerja. 2. Seiton (Penataan) Menata barang-barang yang diperlukan supaya mudah ditemukan oleh siapa saja bila diperlukan. Setiap barang mempunyai tempat yang pasti, jelas dan diletakkan pada tempatnya. Adapun metode yang dapat digunakan adalah pengelompokkan barang, penyiapan tempat, memberi tanda batas, memberi tanda pengenal barang, membuat denah atau peta pelaksanaan barang. 3. Seiso (Pembersihan) Membersihkan tempat kerja dengan teratur sehingga tidak terdapat debu di lantai, mesin dan peralatan. Prinsip: bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja. Membersihkan berarti memeriksa dan menjaga. 4. Seiketsu (Pemantapan) Memelihara taraf kepengurusan rumah tangga yang baik dan organisasi tempat kerja setiap saat. Prinsip: semua orang memperoleh informasi yang dibutuhkan tepat waktu. Pertahankan lingkungan 3S (Sisih, Susun, Sasap) yang telah dicapai, cegah kemungkinan terulang kotor/ rusak. 5. Shitsuke (Pembiasaan) Memberikan penyuluhan kepada semua orang agar mematuhi disiplin pengurusan rumah tangga yang baik atas kesadaran diri sendiri. Prinsip: berikan pengarahan kepada orang-orang untuk berdisiplin mengikuti cara dan aturan penanganan house keeping atas dasar kesadaran. Lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan. 2.6 Inventory Management System (IMS) dan Warehouse Management System (WMS) Manajemen inventaris adalah inti dari aktivitas manajemen operasi. Manajemen inventaris yang buruk menghambat operasi, mengurangi kepuasan pelanggan, dan meningkatkan biaya operasi (Stevenson, 2009, p. 549). Warehouse Management System (WMS) adalah bagian penting dari logistik dan supply chain management. Secara fungsional adalah penyimpanan barang di gudang dan distribusi barang kepada pelanggan. WMS menyediakan real time information dan membuat real time transactions. WMS menyediakan lingkungan yang memungkinkan supplier, seluruh penjual dan pedagang eceran pada jaringan lingkungan ini dan berperan sebagai jaringan komunikasi yang membantu supplier dan pelanggannya dalam hal komunikasi. Sistem ini berisikan informasi mengenai supplier dan pelanggannya, dan mempunyai data penyimpanan. Pengimplementasian WMS mengurangi biaya keseluruhan dan memberikan keuntungan ekonomi terhadap bisnis (Naseeb, Younis, Hussain, & Kausar, 2013, p. 79). Warehouse Management System adalah sebuah database penggerak aplikasi komputer, untuk meningkatkan efisiensi dari gudang dan untuk menjaga akurasi dari inventaris dengan mencatat transaksi gudang (Ramaa, Subramanya, & Rangaswamy, 2012, p. 14) Persyaratan Untuk Manajemen Inventaris yang Efektif Agar menjadi efektif, manajemen harus mempunyai (Stevenson, 2009, p. 553): 13

10 14 1. Sebuah sistem untuk menjaga inventaris yang ada dan pada pesanan. 2. Forecast dari permintaan yang dapat dipercaya termasuk indikasi dari kemungkinan forecast error. 3. Pengetahuan dari lead times dan variabilitas lead time. 4. Estimasi yang pantas dari inventaris holding costs, ordering costs, dan shortage costs. 5. Klasifikasi sistem untuk sistem inventaris Perbandingan Inventory Management System (IMS) dengan Warehouse Management System (WMS) IMS dan WMS merupakan sistem yang mengatur inventaris dari barang. IMS dan WMS mencatat transaksi inventori dan jumlah stok. IMS hanya melihat stok atau jumlah dari barang, tidak melihat barang secara fisik atau kemasan dan isi per kemasan, dan tidak merincikan dimana letak dari barang tersebut. Sedangkan WMS melihat fisik dari barang, mengontrol proses seperti shipping, receiving, putaway, move dan picking.

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG PADA PT ARGO PANTES, TBK

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG PADA PT ARGO PANTES, TBK ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG PADA PT ARGO PANTES, TBK Maya Rininta Satyoningtyas 1, Megha Rezania 2, Widi Aprian Setiawan 3, Bambang Sugiharto 4 Teknik Industri, Binus University, Jl. K.H Syahdan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS

PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS PENDAHULUAN DEFINISI, RUANG LINGKUP, TUJUAN, DAN PROSEDUR PERANCANGAN FASILITAS 7 Definisi Pabrik Pabrik/Industri setiap tempat dimana faktor-faktor seperti : manusia, mesin dan peralatan (fasilitas) produksi

Lebih terperinci

III BAB I PENDAHULUAN

III BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu sistem manajemen rantai pasok memiliki peranan penting untuk meningkatkan kinerja dalam setiap aktivitas industri. Salah satu faktor pendukungnya adalah gudang.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Merry Siska 1 dan Henriadi 2 Abstrak: UD. Dhika Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini kondisi

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PERTEMUAN #2 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perancangan Tata Letak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin, bahan-bahan,

Lebih terperinci

Perancangan Tata Letak

Perancangan Tata Letak Materi #2 TIN314 Perancangan Tata etak Fasilitas Perancangan Tata etak 2 Definisi: pengaturan tata letak fasilitas-fasilitas operasi dengan memanfaatkan area yang tersedia untuk penempatan mesin-mesin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gudang Gudang adalah sebuah fasilitas yang berfungsi untuk mendukung produk dalam proses manufaktur, mengurangi biaya transportasi, membantu mempersingkat waktu dalam merespon

Lebih terperinci

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perancangan Fasilitas Apple (1990) menginterpretasikan perancangan fasilitas sebagai penentuan bagaimana unsur perancangan fasilitas mendukung pencapaian tujuan fasilitas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Rancang Bangun Menurut George M Scott yang diterjemahkan oleh Jogiyanto HM dalam bukunya yang berjudul Analisa dan Desain Sistem Informasi, perancangan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu. Pada jurnal yang berjudul Optimalisasi Utilitas Gudang Unilever-PT Pos Indonesia di Kawasan Pulo Gadung Melalui Penataan Layout Gudang

Lebih terperinci

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DAN ALGORITMA BLOCPLAN Disusun Oleh: Risya Yuthika (1102120156) Septi Kurniawan (1102130054) Tio Auzan Hawali (1102120067) Nenden Widha Soraya (1102120157) Achmad Rizaldi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas dan Tata Letak Perencanaan fasilitas dan tata letak merupakan kegiatan menganalisis, bentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gudang 2.1.1 Definisi Gudang Menurut Mulcahy (1994, p12) Gudang adalah suatu fungsi penyimpanan berbagai macam jenis produk yang memiliki unit-unit penyimpanan dalam jumlah besar

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING

PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING MERRY SISKA DAN HENRIADI Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru Laman: merrysiska@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya,

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan produk berupa kaleng kemasan. Sehingga keberadaan warehouse sangat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan DOCKING INBOUND INPUT DATA PRODUK. Gambar I. 1 Proses Inbound

Bab I Pendahuluan DOCKING INBOUND INPUT DATA PRODUK. Gambar I. 1 Proses Inbound Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam Supply Chain, gudang memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan keberhasilan bisnis dalam tingkat biaya dan pelayanan pelanggan. Pergudangan adalah salah

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dasi (2008), melakukan penelitian yang berlokasi di CV. Pandanus Internusa untuk mendapatkan informasi mengenai

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No., Des 01 ISSN 11-669 PERANCANGAN LANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAH DAN PENERAPAN METDE S Merry Siska 1 dan Henriadi Abstrak: D. Dhika Putra merupakan perusahaan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan fasilitas produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Tata Letak Fasilitas adalah Suatu tata cara pengaturan fasilitas fasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996). Tata Letak secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perusahaan dituntut untuk mampu menghadapi persaingan baik dari perusahaan lokal maupun perusahaan luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 MANAJEMEN PRODUKSI Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 Produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan barang/jasa lain yang mempunyai

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Investigasi Awal 4.1.1. Informasi dan Data 4.1.1.1 Input Sistem kerja yang ada dan berjalan sebelumnya dilakukan secara manual. Manual dalam hal ini adalah masih menggunakan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Permasalahan tentang tata letak sudah banyak diangkat di dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Heizer dan Render (2006) keputusan mengenai tata letak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Delapan Empat Sakti merupakan perusahaan dibawah naungan Internal Group terletak di kota Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi sprei dan bedcover. Masalah yang dihadapi perusahaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gudang merupakan salah satu bagian terpenting dari seluruh proses pabrik. Gudang dapat didefinisikan sebagai suatu tempat atau bangunan yang dipergunakan untuk menimbun,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

SISTEM PENANGANAN MATERIAL SISTEM PENANGANAN MATERIAL 167 Penanganan Material (Material Handling) merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman. Material handling dirancang menggunakan metode yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG DENGAN METODE SHARED STORAGE

PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG DENGAN METODE SHARED STORAGE 64 Dinamika Teknik Juli PERANCANGAN TATA LETAK GUDANG DENGAN METODE SHARED STORAGE Firman Ardiansyah Ekoanindiyo Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. V, No. 2 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri dengan menjamurnya perusahaan industri. Setiap industri yang ada dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Industri 2.1.1 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Persero) adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pesawat terbang. Saat ini PT. Dirgantara Indonesia memproduksi pesawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja

BAB I PENDAHULUAN. fashion. Mulai dari bakal kain, tas batik, daster, dress, rompi, dan kemeja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik Gres Tenan milik Bp. Sardjono Atmomardoyo yang ada di Kampung Batik Laweyan turut andil dalam persaingan dalam hal industri fashion. Mulai dari bakal kain, tas

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN. Pundu Learning Centre

PENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN. Pundu Learning Centre PENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN Pundu Learning Centre PERSEDIAAN Yang dimaksud Persediaan disini adalah Persediaan yang meliputi Pupuk, Pestisida, Suku Cadang, BBM, Bahan dan perlengkapan, pangan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM Prodi Diploma Rekam Medis Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM 1 KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN 1. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU DAGANGANE ISIH MAS?? Aktifitas Perencanaan Produk Perencanaan Lokasi Usaha Perencanaan Tata Letak Perencanaan Sistem Material Handling Tujuan Perencanaan

Lebih terperinci

Disain Jejaring (Network Design)

Disain Jejaring (Network Design) Disain Jejaring (Network Design) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran Disain Jejaring Jejaring Fasilitas Perusahaan Kebutuhan pergudangan Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tata letak fasilitas sudah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu dengan tempat dan analisis yang berbeda antara satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA Indri Hapsari, Benny Lianto, Yenny Indah P. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya Email : indri@ubaya.ac.id PT. JAYA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dalam industri produksi, Supply Chain Manaegement memiliki peranan yang sangat penting. Supply Chain Management merupakan koordinasi sistem strategis seluruh fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengadaan Barang Dagang Penelitian yang dilakukan oleh A Laa (2011) di CV. Gunung Mas, Gresik yang menganalisis pengendalian persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Produksi Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem produksi merupakan kumpulan

Lebih terperinci

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT Mode Distribusi & Transportasi Tita Talitha, MT Pikirkan bagaimana produk-produk berikut sampai ke tangan pelanggan: Gula pasir Sabun cuci Roti kaleng Minyak goreng Air mineral Coca cola Pelanggan Pelanggan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT

DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... I ABSTRACT... II KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI... V DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR GAMBAR... X DAFTAR LAMPIRAN... XI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 1.2. PERUMUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan Pesatnya tingkat kemajuan zaman menyebabkan teknologi dibidang industri semakin meningkat pula. Mulai dari peningkatan teknologi mesin-mesin ataupun alat-alat

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan industri manufaktur dan jasa sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat ini banyak home industry yang bergerak dalam

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK AREA PRODUKSI PT X DENGAN METODE SYSTEMATIC PLANT LAYOUT

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK AREA PRODUKSI PT X DENGAN METODE SYSTEMATIC PLANT LAYOUT PERANCANGAN ULANG TATA LETAK AREA PRODUKSI PT X DENGAN METODE SYSTEMATIC PLANT LAYOUT Teguh Oktiarso 1), Henrix Setyawan Loekito 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung Jl. Villa Puncak

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Gudang Gudang merupakan bagian dari sistem logistik yang digunakan untuk menyimpan produk (raw material, part, goods-in-process, finished goods), antara titik sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Misi, Manfaat dan Fungsi Gudang Gudang dapat didefinisikan sebagai tempat yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK

KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK KONSEP DASAR TENTANG DESAIN PABRIK Suatu lay-out pada umumnya ditentukan oleh jenis proses yang mendukungnya. Karena proses yang terjadi dalam industri begitu luasnya, maka lay-out yang direncanakan untuk

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Sistem informasi akuntansi persediaan merupakan sebuah sistem yang memelihara catatan persediaan dan memberitahu

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION

TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION TATA LETAK PABRIK KULIAH 1: INTRODUCTION By: Rini Halila Nasution, ST, MT TUJUAN Setelah mengikuti perkuliahan Tata Letak Pabrik, mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan tata letak fasilitas merupakan salah satu area penting dalam merancang sistem produksi sekaligus memberikan efek yang besar terhadap keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses produksi menurut beberapa ahli diantaranya adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian proses produksi menurut beberapa ahli diantaranya adalah: BB II TINJUN PUSTK. Pengertian Proses Produksi Pengertian proses produksi menurut beberapa ahli diantaranya adalah: 1. Proses produksi adalah penciptaan barang dan jasa (Render dan Heizer, 2009:394). 2.

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biaya produksi merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan, semakin kecil biaya produksi maka semakin besar keuntungan yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara. Proses interaksi antar negara terjadi di berbagai bidang, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Supply Chain, gudang memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan keberhasilan bisnis dalam tingkat biaya dan pelayanan pelanggan. Pergudangan adalah salah satu

Lebih terperinci

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Apa itu 5S? Koni-Chi-Wa Let s start 5S. 5S memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna karena adanya kebutuhan project baru yang belum pasti, sehingga layout

BAB I PENDAHULUAN. sempurna karena adanya kebutuhan project baru yang belum pasti, sehingga layout BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Dynaplast Plant Cikarang 3 adalah plant terbaru dari Dynaplast Group di mana semua investasi mesin dan bangunan masih baru dan belum diset dengan sempurna karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Tata Letak Pabrik Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM MANUFAKTUR LEAN SUPPLY CHAIN & VALUE STREAM MAPPING (VSM)

TUGAS SISTEM MANUFAKTUR LEAN SUPPLY CHAIN & VALUE STREAM MAPPING (VSM) TUGAS SISTEM MANUFAKTUR LEAN SUPPLY CHAIN & VALUE STREAM MAPPING (VSM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT WITH LEAN PRODUCTION AND RFID APPLICATIONS: A CASE STUDY DODDY PRASETYO NUGROHO 1206180903 MAGISTER TEKNIK

Lebih terperinci