Agus Muharam, A. Ruswandi, dan Trisna Subarna PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 2 BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT

Transkripsi

1 REVITALISASI SISTEM DAN PRODUKSI BENIH JERUK KEPROK GARUT DI JAWA BARAT (Revitalization of the System and Seed Production of Citrus mandarin cv. Garut in West Java) 1 2 Agus Muharam, A. Ruswandi, dan Trisna Subarna 1 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 2 BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT ABSTRAK Jeruk keprok Garut cv. mempunyai rasa yang khas sehingga mempunyai segmen pasar tersendiri dengan harga yang lebih tinggi dari kultivar jeruk keprok lainnya. Dalam periode 4 tahun terakhir terjadi kerugian dalam pengelolaan jeruk keprok Garut, yang disebabkan oleh serangan CVPD. Untuk mempercepat pengadaan benih jeruk keprok Garut label biru, disamping dilakukan indeksing di BF, berdasarkan kesepakatan tim pengembangan jeruk Jawa Barat perlu dilakukan dugaan negatif terhadap kemurnian jeruk keprok Garut dan kesehatan jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Cisurupan. Untuk menghasilkan benih jeruk Garut yang bebas penyakit diperlukan revitalisasi yang meliputi: (a). Pengadaan benih jeruk keprok Garut yang bebas penyakit melalui metoda Shoot Tip Grafting (STG), (b) Perbaikan pengelolaan Blok Fondasi. (c). Perbaikan dan pengelolaan BPMT Cisurupan, (d) Pembentukan asosiasi penangkar benih. Penelitian dilakukan melalui metoda expert meeting, dan action research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Pemurnian benih berasal dari pohon induk tunggal. Seleksi pohon induk tunggal telah dilakukan oleh Balai Sertifikasi Benih (BPSB), kemudian dari pohon induk tunggal tersebut dilakukan Shoot Tip Grafting (STG) di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung hingga menghasilkan mata tempel yang betul-betul bebas CVPD dan Tristeza. Pekerjaan ini memerlukan waktu 1,5 tahun, dan selanjutnya Kabupaten Garut akan mempunyai jeruk keprok Garut yang murni dan bebas CVPD dan Triteza; (2) indeksing terhadap tanaman di BF dan metoda dugaan negatif terhadap jeruk non-garut, dan terserang CVPD. sehingga mata tempel yang di pergunakan oleh BPMT untuk diperbanyak dan disalurkan ke penangkar terjamin bebas penyakit; (3). perbaikan pengadaan benih dari segi teknis maupun non teknis; (4). Pola tanam disesuaikan dengan periode kebutuhan mata tempel baik di BPMT maupun di BF sehingga tersedia setiap saat. Kata kunci : Benih, jeruk. ABSTRACT Citrus mandarin cv. garut has a unique taste; therefore it has its own market with higher price than other cultivar. In the last 4 years, there have been losses in the field management of citrus mandarin cv. garut caused by CVPD. To accelerate the blue label seedling supply of mandarin cv. garut, besides the Foundation Block (FB) indexing, based on citrus 87

2 development team's agreement, it is necessary to carry out a negative estimation of mandarin cv. garut purity and the health of citrus plant in Cisurupan Bud Multiplication Block (BMB). To obtain healthy seedlings of mandarin cv. garut, it is necessary to do a revitalization covering; a. The procurement of healthy seedlings through shoot tip grafting (STG); b. FB improvement; c. Improvement and Management of Cisurupan BMB; d. The development of seed producers association. The research was held through expert meeting and action research. The result indicated: 1) seed purification of the Single Mother Plant (SMP) that was selected by BPSB, and then the healthy buds from the SMP were obtained through STG in ICSFRI. The process took 1,5 years and later Garut district in will have pure mandarin cv. garut trees that free from CVPD and Tristeza, 2) FB trees indexing and negative estimation method of mandarin non-garut cultivars which suffered CVPD, 3) Improvement of either techniques or non techniques in seed/seedling procurement, 4) The synchronization of growing period management in BMB or FB so the scion will be available at any time. Keywords : Citrus, seed. PENDAHULUAN Permintaan jeruk secara nasional saat ini diperkirakan mencapai 1,6 juta ton per tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat sebesar 5-10% per tahun (Muharam, 2004). Namun demikian produktivitas jeruk masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya jeruk belum optimal yaitu hanya 65% dari teknologi anjuran diaplikasikan, terutama dalam mengendalikan penyakit CVPD, Phytophthora dan Diplodia, sebagai akibat penggunaan benih berlabel oleh petani masih rendah, (Nurhadi et al, 1994). Populasi dan produksi jeruk keprok Garut dari tahun ke tahun terus menurun, pada tahun 1998 jumlah pohon jeruk keprok Garut yang telah menghasilkan sebanyak pohon dengan produksi ton dan tahun 2001 turun menjadi pohon dengan produksi ton. Pada kurun waktu yang sama tanaman yang belum menghasilkan turun dari pohon menjadi pohon (Anonim, 2000). Penurunan populasi tanaman jeruk kinkit tersebut antara lain akibat dari penggunaan benih yang tidak bebas penyakit, terutama CVPD, Tristeza. Ke depan, dikhawatirkan penurunan populasi mengakibatkan punahnya jeruk keprok cv. garut. Serangan CVPD, Tristeza yang prevalen dikhawatirkan dapat menyebabkan punahnya kultivar maupun varietas jeruk di Indonesia (Aubert et al., 1985; Aubert, 1989). Di sisi lain hasil identifikasi keragaan jeruk keprok Garut tahun 2005 menunjukkan beragamnya rasa dan penampilan jeruk keprok Garut di lapangan. Hal ini disebabkan karena dalam produksi benih, penangkar menggunakan mata tempel dari pohon yang 88

3 berada di kebun petani, tidak dari BPMT (Purwanto, et al., 2005). Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu pengkajian terhadap realisasi sistem dan produksi benih jeruk keprok cv. Garut. BAHAN DAN METODA Pengkajian dilakukan tahun di Jawa Barat dengan ruang lingkup meliputi kegiatan-kegiatan yang berdasarkan deliniasi tugas dari dinas dan instansi terkait dalam sistem produksi benih jeruk. BPTP bertugas melakukan pengkajian dan fasilitasi yang berhubungan dengan keberhasilan kegiatan model kelembagaan sistem perbenihan jeruk keprok Garut. Tahapan pengkajian: a. Persiapan, konsultasi dengan dinas/institusi terkait (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Kabupaten, BPSB, BPTPH, BF dan BPMT). b. Pemilihan pohon induk tunggal. c. Pengadaan benih jeruk keprok cv. Garut yang bebas penyakit melalui metode Shoot Tip Grafting (STG). d. Peningkatan kemampuan dan pengelolaan kelembagaan Blok Fondasi, BPMT, penangkar dan petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinasi Pelaksanaan Program Revitalisasi Sistem dan Produksi Benih Jeruk Keprok cv. Garut Mengingat permasalahan pada agribisnis jeruk keprok Garut diduga tidak bersifat linier, tetapi bersifat komplek dan saling terkait antar komponen dalam suatu sistem, maka pendekatan pengkajian dilakukan melalui diskusi partisipatif dari masing-masing pelaku agribisnis termasuk pemerintah daerah yang menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian. Dalam pelaksanaan pengkajian tersebut diperlukan keterpaduan program dan aksi dari dinas dan instansi terkait baik dari segi pendanaan, peningkatan SDM, maupun keterlibatan dalam pengaturan, pelayanan dan pengawasan serta penentuan kebijaksanaan pengembangan jeruk keprok Garut. Untuk itu diperlukan deliniasi tugas dalam merevitalisasi pengembangan jeruk keprok Garut tahun (Tabel 1). 89

4 Untuk mencapai optimalisasi kesepakatan dalam pelaksanaan program revitalisasi jeruk keprok garut, dengan inti permasalahan pada sistem produksi benih maka dilakukan koordinasi yang ditujukan untuk mendapatkan dan mendistribusikan benih yang sehat dan murni. Koordinasi dalam revitalisasi jeruk Keprok Garut melibatkan: a. Kepala Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat b. Kepala Seksi Buah pada Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat c. Kepala UPTD Balai Benih Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat d. Kepala BPSB, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat e. Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Garut f. Kepala Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tlekung g. BPTP Jawa Barat h. Kepala BPMT Cisurupan, Dinas Petanian Kabupaten Garut Tabel 1. Deleniasi Tugas Intansi Terkait Dalam Revitalisasi Jeruk Keprok Garut (Delineation of The Related Institutions Function in the Revitalization of Citrus mandarin cv. Garut) Kegiatan 1. Pengkajian kelembagaan sistem produksi benih 2. Pengadaan Benih jeruk murni dan sehat 3. Pengkajian kesesuaian teknologi PTKJS BPTP Diperta Propinsi Diperta Garut Instansi Keterangan: V = Keterlibatan dalam pengkajian sesuai tugas dan fungsi * = Pendanaan BPSB BPTPH Balitjestro V * V V V V V * V * V * V V V V * V V * V V V 4. Agroklinik V * V * V * V V V 5. Kebijakan pemda dalam dukungan peraturan dan modal bagi petani jeruk V * V * V 90

5 Koordinasi ditujukan untuk membuat kesepakatan dan deliniasi tugas dari intansi erkait dalam pengembangan jeru keprok Garut. Metoda yang digunakan adalah diskusi dengan format sebagai berikut: a. Rancangan revitalisasi sistem produksi benih oleh BPTP. b. Tanggapan dan ide dari masing-masing intansi. c. Pembuatan deliniasi tugas. Hasil diskusi diperoleh kesepakatan dari masing-masing intansi. Kesepakatan yang dicapai meliputi keterlibatan dalam pendanaan, pengamatan data, sertifikasi, pelaksanaan fisik, sesuai dengan tugas dan fungsi dinas terkait (Tabel 2). Tabel 2. Kesepakatan Deleniasi Tugas Intansi Terkait Dalam Revitalisasi Sistem dan Produksi Benih Jeruk Keprok cv. Garut (Agreement on the Delineation of the Related Institutions Function in Revitalization of Citrus mandarin cv. Garut) Kegiatan 1. Pengembangan kelembagaan sistem produksi benih 2. Pengadaan Benih jeruk murni dan sehat 3. Pengkajian kesesuaian teknologi PTKJS BPTP Diperta Propinsi Diperta Garut Instansi Keterangan: V = Keterlibatan dalam pengkajian sesuai tugas dan fungsi * = Pendanaan dan perjalanan petugas ** = Data dan pengamatan *** = Perjalanan petugas **** = Fasilitasi pertemuan dan teknologi BPSB BPTPH Balitjestro V **** V * V * V * *** V V **** V * V * V ** ** V *** V V **** V V * V V *** V 4. Agroklinik V **** V * V * V V V 5. Kebijakan pemda dalam dukungan peraturan dan modal bagi petani jeruk V **** V * V 91

6 Penggunaan Benih Berlabel Dalam produksi buah-buahan terutama yang berumur panjang termasuk jeruk, benih merupakan faktor produksi terpenting. Kegagalan dalam memilih benih yang baik akan menghacurkan semua investasi yang telah dicurahkan dalam keseluruhan proses produksi. Oleh karena itu proses penentuan benih yang baik merupakan tahapan yang paling kritis dalam produksi jeruk. Pengadaan benih jeruk keprok cv. Garut sehat melalui metode Shoot Tip Grafting (STG) menggunakan bahan yang berasal dari pohon induk tunggal. Pohon induk tunggal telah dilakukan seleksi oleh Balai Sertifikasi benih (BPSB), kemudian bahan tanaman (entris) dari pohon induk tunggal tersebut dibersihkan melalui metode Shoot Tip Grafting (STG) di Balitjestro hingga menghasilkan tanaman yang betul-betul bebas CVPD dan Triteza. Pekerjaan ini dimulai bulan Agustus 2005 dan memerlukan waktu 1,5 tahun. Selanjutnya dari pohon induk yang bebas penyakit tersebut akan diperoleh entris/mata tempel yang sehat dan diperbanyak. Gambar 1 menunjukkan proyeksi produksi benih jeruk keprok sehat cv. Garut periode TAHUN phn PIT STG BF BPMT: 1000 tan. RG tan. BPMT: 500 tan PENANGKAR BtBw PETANI Gambar 1. Proyeksi Produksi Benih Hasil STG (Projection of Seed Production from STG in ) 92

7 Percepatan Penerbitan Label Biru Jeruk Keprok Garut Untuk memperoleh benih jeruk keprok Garut yang sehat dan murni serta penerbitan label biru melalui STG, memerlukan waktu cukup lama. Proses STG sampai BPMT menghasilkan label biru baru dicapai tahun Kebutuhan benih jeruk keprok Garut bagi Kabupaten Garut pada tahun 2006, melalui proyek pengembangan jeruk keprok Garut diproyeksikan sebagai berikut: Bulan Juli 2006 : bibit Bulan Oktober 2006 : bibit Berdasarkan kesepakatan tim Provinsi Jawa Barat (BPSB, BPTPH, Dinas Pertanian Kabupaten Garut) pada tahun 2005 dilakukan indeksing terhadap 178 pohon Blok Fondasi jeruk keprok cv. Garut. Indeksing selesai bulan Pebruari 2006 dengan hasil dinyatakan bebas CVPD dan Triteza sebanyak 148 pohon. Untuk mempercepat pengadaan benih jeruk keprok cv. Garut label biru, disamping dilakukan indeksing pohon induk di BF, berdasarkan kesepakatan tim pengembangan jeruk Jawa Barat juga dicantumkan kajian kesehatan pohon induk di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Cisurupan dengan metoda dugaan negatif (Tabel 3). Tabel 3. Hasil Kajian Kesehatan Pohon Induk Jeruk Keprok cv. Garut BPMT Cisurupan Menggunakan Metode Dugaan Negatif. (Result of Garut Keprok Purification Using Negative Estimation Method on Bud Multiplication Block in Three Screen Houses) Nomor Screen Jumlah Pohon Asal (pohon) Jumlah Pohon Sehat Hasil Dugaan Negatif (pohon) Jumlah Kemampuan Jawa Barat Dalam Memproduksi Label Biru Berdasarkan hasil indeksing di BF dan dugaan negatif di BPMT diperoleh sumber mata tempel masing-masing 148 pohon dan 550 pohon. Dari sumber mata tempel tersebut akan diperoleh mata tempel pada tahun 2006 sebagai berikut. 93

8 Tabel 4. Jumlah Mata Tempel yang Diperoleh pada Tahun (Number of Scions Obtained in 2006) Sumber Jumlah (pohon) Jumlah Mata Tempel Februari/Mei 2006 Juli/Agustus 2006 BF BPMT : Screen Screen Screen Jumlah Kebutuhan Benih Berdasarkan produksi jumlah mata tempel yang dihasilkan di BF dan BPMT dan dikembangkan dengan kebutuhan benih berlabel di Kabupaten Garut pada bulan Februari - Mei dan Juli - Agustus 2006 masing-masing dan , maka mata tempel yang ada di kedua lokasi tersebut dapat memenuhi program Kabupaten Garut. Berdasarkan hasil pertemuan tim (BPSB, BPTPH, Direktorat Benih Hortikultura, BPTP, Balit Jeruk Dinas Pertanian Garut dan Jawa Barat), diputuskan bahwa benih berlabel biru untuk pengadaan Dinas Pertanian Garut tahun 2006 hanya untuk bulan Februari - Mei dan untuk bulan Juli - Agustus, sisanya benih berlabel merah jambu. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan BPSB yang konsisten terhadap sistem produksi benih dari Blok Fondasi (label ungu) dan BPMT (label biru). Sedangkan mata tempel yang ada di BPMT hasil dugaan negatif tidak direkomendasikan untuk label biru. Peningkatan kemampuan kelembagaan dan pengelolaan BF, BPMT, Penangkar dan Petani berdasarkan hasil beberapa kali pertemuan dapat disimpukan bahwa dalam meningkatkan kelembagaan sistem produksi benih jeruk keprok Garut diperlukan: a. Pengadaan benih jeruk keprok cv. Garut yang bebas penyakit melalui metoda Shoot Tip Grafting (STG). b. Secara kontinu dilakukan indeksing terhadap pohon induk di BF sehingga mata tempel yang di hasilkan dapat diperbanyak di BPMT. c. Mata tempel yang diperbanyak di BPMT selanjutnya disalurkan ke penangkar benih. 94

9 d. Diperlukan pengelolaan teknis maupun manajemen yang lebih baik dari Blok Fondasi di Pasirbanteng. Pengelolaan tersebut meliputi budidaya di screen house dan pengawasan terhadap kemungkinan tertularnya CVPD dan Triteza terhadap tanaman yang dipelihara. e Perbaikan dan pengelolaan BPMT Cisurupan, baik dalam segi teknis maupun non teknis. Segi teknis meliputi sterilisasi screen house, peremajaan batang bawah, peralatan dan pengawasan dari tercampurnya mata tempel jeruk keprok cv. Garut hasil STG dengan varietas lain dan dari kemungkinan tertularnya CVPD dan Tristeza. Dari segi non teknis meliputi pola periode produksi mata tempel sehingga tersedia setiap saat, biaya produksi sehingga terdapat pedoman harga jual mata tempel yang wajar dan terbeli oleh penangkar serta keberlanjutan pengelolaan BPMT. f. Perbaikan Aturan Kelembagaan yang meliputi: Keterkaitan antara Blok Fondasi, BPMT, Penangkar dan Petani. Kelembagaan ini meliputi tata aturan dan tata hubungan yang mengatur seluruh lembaga yang terkait dengan alur proses pengadaan benih hingga digunakan oleh petani. Misalnya penyederhanaan jumlah penangkar, aturan pengadaan, sanksi bagi penangkar dan petani yang tidak menggunakan mata tempel dari BPMT, harga dari Blok Fondasi, harga dari BPMT dan dari penangkar. g. Peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari pengelola BPMT, BPSB, BPTHP, Penangkar, Petugas, dan petani terhadap pengadaan, distribusi dan pengawasan benih jeruk sehat. Berdasarkan kegiatan yang harus dilakukan maka melalui pertemuan-pertemuan telah disepakati pembagian tugas dari masing-masing intansi terkait sebagai berikut. 95

10 Tabel 5. Deliniasi Tugas Instansi Terkait dalam Peningkatan Sistem Produksi Benih Jeruk Keprok Garut. (Delineation of Related Institutions in Garut Keprok Seed Production System Improvement) Program Litbang Pertanian Dinas Pertanian Propinsi Dinas Pertanian Garut BPTP LOLIT BPSB BPBHAT SUBDIN HORTIKULTURA SUBDIN HORTI BPMT STG/RG Supervisi Pelaksana Supervisi Supervisi Pembinaan dan Pendanaan Supervisi Pengelolaan BF Fasilitasi Pelaksana Rekomendasi/ Sertfikasi Pengelolaan, Suply Mata Tempel Pembinaan Pembinaan dan Pendanaan Perbanyakan Mata Tempel Pengelolaan BPMT Fasilitasi, teknis Rekomendasi teknis Rekomendasi dan sertifikasi Penyediaan mata tempel Pembinaan Pembianaan dan pendanaan Pengelolaan, perbanyakan dan distribusi mata tempel Indeksing Rekomendasi teknis, fasilitasi Pelaksana Indeksing Rekomendasi dan supervisi Penangkaran Teknologi Teknologi Rekomendasi/ Sertfikasi Pembinaan dan pengawasan Pembinaan dan pengawasan Pembinaan dan pengawasan Pembinaan dan pengawasan Pemeliharaan PIT Teknologi Teknologi Pemantauan Sosialisasi Pembinaan Pemeliharaan Pengawasan 96

11 Persepsi dan Kelembagaan Penangkar Terhadap Benih Jeruk Sehat dan Murni Dalam pembangunan pertanian terdapat empat faktor penggerak (four prime mover) yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, dan kelembagaan (Hayami dan Rattan, 1984; Pakpahan 1989). Keempat faktor tersebut merupakan faktor kecukupan (sufficient condition) untuk mencapai kinerja pembangunan. Kelembagaan sebagai tata aturan dan tata hubungan dalam menjalankan suatu usaha seperti didefinisikan Kasryno (1984) merupakan suatu perangkat aturan yang mengatur atau mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat. Untuk memperoleh benih jeruk yang sehat dan murni diperlukan lembaga yang secara teknis memproduksi benih, Pemerintah Propinsi Jawa Barat telah memfasilitasi sarana tersebut berupa blok fondasi dan blok penggadaan mata tempel. Fasilitas tersebut belum optimal sehingga lembaga tersebut belum dimanfaatkan oleh petani secara maksimal. Terdapat beberapa kendala non-teknis dalam optimalisasai fasilitas tersebut diantaranya disebabkan belum jelasnya tata aturan dan tata hubungan yang mengatur alur produksi benih jeruk sehingga kualitas benih yang beredar di lapangan rendah. Selain BF, BPMT dan penangkar perangkat yang sudah disediakan diantaranya adalah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) yang berfungsi sebagai instansi pengawasan distribusi benih. Kemurnian dan kesehatan benih jeruk keprok cv. Garut di lapangan akan sangat tergantung terhadap perilaku dan komitmen penangkar. Hasil PRA tahun 2005 menunjukkan bahwa sumber mata tempel yang digunakan penangkar tidak jelas, tidak berasal dari BF dan BPMT. Penangkar menggunakan mata tempel dan pertanaman di lapangan, sehingga timbul keragamannya jenis jeruk keprok Garut dan rusaknya tanaman akibat CVPD. Untuk menanggulangi hal tersebut telah dilakukan pertemuan-pertemuan dengan penangkar dari sentra-sentra produksi di Kecamatan Wanaraja, Cisurupan, Karangpawitan, Samarang, Pasirwangi, Cilawu, dan Kecamatan Cigedang yang mencapai 128 penangkar. Berdasarkan hasil pertemuan tersebut disepakati pembentukan Asosiasi Penangkar Benih Jeruk dan sistem pengadaan mata tempel satu pintu dari BPMT. Dukungan pemda terhadap sistem produksi benih Sarana dan prasarana dalam pembibitan jeruk keprok Garut merupakan tanggung jawab pemda, terutama perbaikan dan pemeliharaan BPMT. Untuk memperoleh dukungan pemda telah dilakukan inisiasi dan fasilitasi untuk lobi dan pertemuan dengan Dinas 97

12 Pertanian dan DPRD. Hasil dari kegiatan tersebut, pemda Garut telah mengalokasikan dana untuk: a. Perbaikan dan pemeliharaan 7 screen house BPMT, b. Pengadaan mata tempel, c. Pengadaan batang bawah, d. Perbaikan dan pemeliharaan air/irigasi untuk BPMT. KESIMPULAN 1. Kesepakatan yang dicapai meliputi keterlibatan dalam pendanaan, pengamatan data, sertifikasi, pelaksanaan fisik, sesuai dengan tugas dan fungsi dinas terkait. 2. Untuk mempercepat pengadaan benih jeruk keprok Garut label biru, disamping dilakukan indeksing di BF, berdasarkan kesepakatan tim pengembangan jeruk Jawa Barat perlu dilakukan dugaan negatif terhadap kemurnian jeruk keprok Garut dan kesehatan jeruk di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Cisurupan. 3. Berdasarkan hasil indeksing di BF dan dugaan negatif di BPMT diperoleh sumber mata tempel masing-masing sebanyak 148 pohon dan 550 pohon. DAFTAR PUSTAKA Anonim Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan dan Hortilkultura. Tahun Anonim Laporan Tahunan Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Garut, Laporan Tahunan. Tahun Anonim Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat. Direktorat Tanaman Buah Anonim Pengelolaan Blok Fondasi. Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub-tropis Anonim Monografi Desa Sindangpalay Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Tahun Anonim Monografi Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Tahun Anonim Program dan Programa Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Tahun Aubert, B., M. Garnier, D. Guilaumin, B. Herbagiandono, l. Setyobudi dan Nurhadi Greening, aserious Threat For Citrus Productions Of The Indonesian Archipelago. Future Prospects Of Intergated Control. Fruits 40: Aubert, B., Reoprt Of Visit In The Indonesian Province Of East Nusa Tenggara. FAO-UNDP Report. 6 hal. 98

13 Muharam, A Pemanfaatan Ssm dan Scm Dalam Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis. Disajikan pada Training Of Trainers (TOT) PTT Jeruk, Agustus 2004 di Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok, Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Barat. Nurhadi, A. Supriyanto dan A. Muharam Report Of CVPD Mapping On The District Of Tejakula (Buleleng) and Kubu (Karangasem). Project Management Unit (PMU) Singaraja. 21 hal. Purwanto, Trisna Subarna, dan Ruswandi Identifikasi dan Karakterisasi Jeruk Keprok Garut di Jawa Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 99