HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum IPDC IPDC adalah sebuah lembaga pendidikan dengan misi mengembangkan asimilasi pengetahuan dan kemampuan untuk membangunnya dan membentuk pribadi yang kritis dan bertanggung jawab, dengan pelayanan yang rendah hati dan cuma-cuma kepada orang lain terutama mereka yang sangat membutuhkan (Statuta IPDC: 5). Misi ini memerlukan iklim universitas yang memiliki budaya akademik dan menghargai nilai-nilai dan etika akademik. Pengembangan iklim ini menjadi penting artinya bagi penjaminan mutu proses pembelajaran yang melibatkan interaksi yang dinamis antara dosen sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai pembelajar yang memerlukan pendampingan. IPDC menciptakan suasana yang kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara sesama mahasiswa, antara sesama dosen atau karyawan yang mendorong mereka menjadi pribadi yang proaktif, kritis, inovatif, dinamis, dan etis dalam terang karisma Santa Magdalena dari Canossa (Faculty Manual IPDC 2012:6). IPDC menjunjung tinggi etika dan budaya akademis sebagai pedoman berperilaku dan berinteraksi bagi civitas akademik dalam mewujudkan visi misi melalui kegiatan pembelajaran, bukan hanya untuk membentuk intelektual mahasiswa namun terlebih bagaimana membentuk hati dan menjadi pribadi yang utuh dalam keluarga maupun negara. Selain itu IPDC menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas 1

2 untuk mendukung keberhasilan akademik mendorong kegiatan monitoring dan evaluasi untuk menjamin akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan akademis. Observasi peneliti menunjukkan kehidupan kerja yang tertib. Karyawan di IPDC biasanya mulai kerja dari sampai 17.00, dengan jam istirahat antara jam Selama jam istirahat umumnya karyawan menggunakan waktu tersebut untuk makan siang ke berbagai rumah makan atau warung. Sebagian karyawan memilih untuk tetap mengerjakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan. Profil usia karyawan cukup merata dari yang masih di bawah usia 30 tahun sampai dengan yang telah berusia di atas 50 tahun dan mereka sudah bekerjasama cukup lama. Semangat kerja karyawannya bervariasi, namun secara umum dapat dikategorikan dalam dua hal yakni, karyawan yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini biasanya memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab, pun untuk membantu teman-temannya dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan. Karyawan yang memiliki semangat kerja yang rendah, pada umumnya mereka yang tergolong dalam kelompok ini menampakkan karakteristik pribadi yang cenderung kurang bersemangat. Mereka bekerja tidak lebih dari hanya apa yang dipercayakan kepada mereka. Inisiatif untuk melakukan tugas lebih dari yang dipercayakan kepada mereka sangat rendah. Suasana kerja itu di bentuk juga oleh budaya Canossian yakni rasa kekeluargaan yang begitu tinggi. Budaya ini 2

3 menciptakan suasana yang kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara sesama dosen dan karyawan yang mendorong mereka menjadi pribadi yang proaktif, etis dan bertanggung jawab, serta melayani dengan sikap rendah hati dalam terang semangat Santa Magdalena dari Canossa, pendiri Kongregasi Canossian. Kondisi Perilaku OCB/DOCB Berdasarkan hasil wawancara dengan model Story Telling dan observasi yang dilaksanakan satu setengah hingga dua bulan (Desember 2013 sampai Februari 2014) di IPDC ditemukan fakta yang dapat digunakan untuk membedakan kelompok karyawan yang berocb tinggi dan yang berocb rendah (atau DOCB). Karyawan yang OCBnya tinggi tampak melalui tindakan karyawan yang bekerja dengan lapang hati dan memberikan waktu untuk melayani dan bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa menunggu atasan dan ikut memberikan ide dalam meningkatkan standar serta ikut terlibat dalam memperbaiki keadaan manajemen sehingga merekapun berkesempatan untuk belajar dari pengalamanpengalaman baru yang lebih membantu dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas yang mereka lakukan secara sukarela. Disisi lain karyawan yang DOCB tampak dari tindakannya yang mengutamakan pekerjaanya sendiri dan sukar membantu orang lain. Namun dengan berjalannya waktu, norma IPDC ikut membentuk karyawan menjadi pribadi yang suka akan pekerjaan dan belajar rendah hati untuk saling membantu dalam kelompok. 3

4 Perbandingan OCB/DOCB Di bawah ini dapat dilihat tabel perbandingan antara kar yawan yang memiliki OCB dengan karyawan yang DOCB melal ui gambaran organisasi dan dari data empiris bahwa kelompo k-kelompok itu eksis, mereka masing-masing memiliki pola pe rilaku atau tindakan kerja yang berbeda. Kategori Tindakan Tabel 2. Perbandingan Tindakan karyawan OCB/DOCB OCB Perbandingan Kerja dengan lapang hati dan tidak menunggu atasan. Belajar dari pengalaman. Melayani dan memberikan waktu melampaui batas kerja Tepat waktu, Meningkatkan standar Terlibat memperbaiki keadaan manajemen. Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2014) DOCB Utamakan pekerjaannya sendiri. Kurang tepat waktu dan kurang terlibat dalam organisasi. Sukar membantu orang lain. Tindakan Karyawan yang berperilaku OCB adalah melibatkan diri dalam pekerjaan organisasi dan merasa puas dan senang dengan pekerjaan itu sendiri sehingga dengan sukarela memberikan waktu dan tenaga dalam melayani melampaui batas dengan lapang hati dan tanpa merasa terbebani. Merekapun ikut terlibat dalam organisasi dalam memperbaiki manajemen untuk meningkatkan standar organisasi itu sendiri. Sedangkan bagi karyawan DOCB 4

5 mereka bersikap kurang puas dengan kebijakan yang ada dan merasa kurang dilibatkan dalam organisasi sehingga mereka lebih mengutamakan pekerjaannya sendiri dan sukar membantu teman kerja sendiri, juga kurang terbuka untuk melibatkan diri dalam kegiatan organisasi. Kategori Konsekuensi Tabel 3. Perbandingan Konsekuensi OCB/DOCB OCB Berhasil Menjadi Mahir dalam melakukan pekerjaannya Bekerja dengan semangat. Mencintai pekerjaan Aktif dan kreatif Pekerjaan menjadi utama dan imbalan menjadi nomor dua. Perbandingan Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2014) DOCB Menuntut untuk memperbaiki sistem yang ada. Perlu Sosialisasikan setiap kebijakan. Perlu perjelas job description dan perbaikan manajemen organisasi. Imbalan menjadi nomor satu dari pada pekerjaannya. Konsekuensi bagi karyawan yang berpilaku OCB adalah menjadi mahir dalam pekerjaannya dan dilakukannya dengan semangat, mereka tidak menunggu atasan tetapi aktif dan kreatif dalam pekerjaan, dan bagi mereka pekerjaan menjadi nomor satu dan imbalan menjadi nomor dua. Saya bekerja lebih dari jam kerja biasanya yakni di atas jam 5. Saya bekerja demi keperluan mahasiswa dan dosen yang memakai komputer dan mengerjakanya dengan senang hati tanpa terbebani 5

6 suatu apapun (Resp. A). Mereka dikatakan memiliki OCB tinggi karena suka bekerja keras, suka berkelompok atau bergotongroyong dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Mereka menikmati pekerjaan yang mereka lakukan sampai melupakan waktu untuk beristirahat. Mereka bahkan bekerja sampai melampaui batas waktu yang ditentukan (waktu kerja). Mereka tidak pernah mengeluh dan keberatan, jika harus bekerja lembur. Hal ini didorong oleh rasa tanggungjawab dan semangat kelompok. Pada umumnya rasa keterikatan terhadap kelompok di mana mereka berada cukup tinggi terutama di tempat kerja mereka. Bilamana organisasi menghadapi masalah atau tugas yang mendesak dan harus segera dituntaskan, maka para karyawan merasa terpanggil untuk ikut memikul beban kerja bersama-sama, dengan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadi. Sedangkan konsekuensi bagi karyawan DOCB adalah lebih mengutamakan pada imbalan dari pada pekerjaan itu sendiri, mereka merasa gaji yang mereka terima kurang memuaskan dan tidak mencukupi bagi kebutuhan keluarganya. Mereka kurang terlibat dalam kegiatan organisasi karena tidak merasa tidak dilibatkan maka mereka menuntut perlu memperbaiki sistem manajemen organisasi dan memperjelas job description yang ada, dan perlu dilibatkan dalam kebijakan-kebijakan baru yang ada di dalam organisasi. Selain itu, mereka lebih menomorsatukan imbalan daripada pekerjaan sehingga dampak yang terjadi adalah karyawan merasa gaji tidak cukup dan selalu merasa 6

7 kebijakan yang diambil merugikan, sehingga mereka meminta untuk dilakukan sosialisasi kebijakan. Gaji yang minim kurang mendukung untuk kebutuhan kami sehari-hari (Resp. D) Mereka juga merasa terbebani dengan pekerjaan ketika ada anggota organisasi yang absen yang menyebabkan mereka harus mengisi kekosongan tersebut. Hal ini bisa jadi alasan mengapa informan D menginginkan pimpinan lebih memiliki rasa percaya yang besar kepada stafnya. Banyak kerjaan yang harus saya lakukan, bukan di satu tempat saja tapi kadang harus membantu teman lain yang absen atau tidak masuk kantor dan saya harus mengisi kekosongan tersebut (Resp. D) Para karyawan yang berkarakteristik DOCB tersebut di atas adalah mereka yang kurang berkomitmen dalam kehidupan mereka dan kurang mampu bekerjasama dalam berinteraksi dengan patner kerja ataupun lingkungan kerja di mana mereka berada. Mereka sibuk dengan pekerjaanya sendiri dan kurang terbuka pada hal-hal yang perlu dikerjakan bersama. Mereka ini perlu belajar membentuk kepribadiannya secara terus-menerus dalam keterbukaan pada lingkungan kerjanya sehingga terbentuk kerjasama di dalam organisasi termasuk di dalamnya kerjasama dengan teman kerja. Hal lain yang juga dibutuhkan adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan IPDC sehingga budaya lingkungan organisasi yang suka terbuka, rasa kekeluargaan dan bekerja dengan rendah hati, lama kelamaan ikut membentuk pribadi mereka walaupun kadang sulit dan 7

8 memerlukan proses waktu yang panjang. Tabel 4. Perbandingan Karakteristik Pribadi OCB Vs DOCB Perbandingan Kategori Karateristik Pribadi OCB Pekerja keras, Suka membantu, Suka akan pekerjaan. Bertanggung jawab penuh Memberi yang terbaik, Peduli akan pekerjaan, Bekerja sesuai bakat dan talenta, Tulus dan tidak menuntut. Selalu bersyukur, Rasa memiliki terhadap pekerjaan. DOCB Bukan pekerja keras, Bekerja karena kewajiban Terasa suntuk dengan pekerjaan. Kurang terbuka pada hal baru. Tidak puas dgn kebijakan. Mengeluh dengan gaji yang kecil Kurang tulus dalam bekerja. Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2014) Tabel diatas menunjukkan bahwa karyawan yang OCBnya tinggi adalah mereka yang pada dasarnya memiliki karakteristik kepribadian yang suka membantu dan suka akan pekerjaan. Pekerjaan bagi mereka merupakan sesuatu yang tidak bisa terlepas dari pribadinya dan menjadi suatu beban berat jika mereka tidak melakukan pekerjaan itu dengan baik, sehingga bekerja menjadi kecenderungan bagi mereka. Rasa suka akan pekerjaan menjadi dorongan bagi mereka untuk selalu bertanggung jawab dan bagi mereka 8

9 bekerja merupakan suatu keharusan. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mereka membantu orang lain dan suka bekerja keras. Orang yang bekerja keras adalah orang yang suka akan pekerjaannya; karena mereka suka akan pekerjaan, maka dengan mudah mereka membantu yang lain dan sulit melepaskan pekerjaan dan bertanggungjawab atasnya. Hal itu dapat dilihat dari hasil wawancara dari responden A dan C yang mengatakan: Saya bekerja melebihi jam kerja saya dan itu saya kerjakan tanpa mengeluh karena saya suka dengan pekerjaan itu (Resp. A). Saya lebih merasa kerjaan itu milik saya dan saya merasa memiliki[nya] (Resp. C). Pada saat yang sama, ditemukan karakteristik karyawan yang bekerja keras di mana mereka melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan memanfaatkan waktu luang untuk belajar dan tidak membuang waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Mereka ini tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya, bersikap ramah, peduli dan suka menolong rekan kerja, bersikap rendah hati dan tidak angkuh dalam setiap kesempatan. Pribadi pekerja keras ini juga tidak menuntut imbalan, artinya yang utama bagi mereka adalah pekerjaan dan imbalan bukan hal utama. Sedangkan perilaku DOCB muncul dalam bentuk tindakan yang lebih mengutamakan pada pekerjaannya dan mereka kurang kerja keras. Perilaku karyawan yang memiliki DOCB ini terungkap bahwa kurang terbiasa dalam keluarga dengan bekerja keras, kurang penghayatan pada budaya 9

10 kekeluargaan, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan semangat organisasi dan kurang kepercayaan dari pimpinan. Mereka terlibat dan menaati norma-norma organisasi dan menghidupi misi organisasi yakni bertanggung jawab, melayani dengan rendah hati dan memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Namun, di sisi lain mereka menjalankan itu semua dengan berat hati karena karakteristik kepribadian mereka yang sering kali suka mengeluh dan merasa suntuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang ada. Tabel 5. Perbandingan Konteks Kondisi Sosial dan Budaya Organisasi OCB/DOCB Perbandingan Kategori OCB Kondisi Sosial Dukungan keluarga dan lingkungan Rasa kekeluargaan, Saling menghargai Budaya Dukungan organisasi, Organisasi Kepercayaan pimpinan, Fasilitas yang mendukung Etika kerja yang bagus Rasa aman, Bekerja sama, Rasa kepercayaan, Cinta akan pelayanan Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2014) DOCB Lingkungan keluarga yang kurang mendukung, Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Kurang adanya dukungan organisasi, Kurang Kepercayaan dari pimpinan Kurang adanya kerjasama. 10

11 Dari tabel ini terlihat bahwa semangat kerja dan pembentukkan karakter yang menjadikan mereka memiliki OCB tinggi tidak terlepas dari lingkungan (keluarga dan budaya) asal karyawan tetapi juga oleh organisasi IPDC itu sendiri. Dari lingkungan keluarga dan kondisi sosial, terungkapkan bahwa mereka yang memiliki OCB tinggi pada umumnya berasal dari keluarga yang sudah terbiasa dengan bekerja keras, suka menolong dan memiliki semangat pelayanan yang tinggi. Mereka terbiasa bekerja tanpa terlalu mempedulikan upah yang mereka dapatkan. Bagi mereka pekerjaan adalah sebuah bentuk pelayanan. Selain lingkungan keluarga, sosial budaya juga memainkan peranan yang sangat kuat dalam rangka membentuk karakter karyawan yang memiliki OCB tinggi. Semangat bekerjasama dan kekeluargaan ini telah dimiliki oleh masyarakat Timor Leste sejak lama. Namun bagi karyawan yang berperilaku DOCB terungkap bahwa lingkungan keluarga dan lingkungan social budayanya kurang mendukung dalam proses perkembangan mereka sehingga mereka sendiri kurang adanya keterbukaan pada nilai-nilai yang sudah tertanam di dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial sehingga membentuk perilaku-perilaku terbalik atau DOCB pada pribadi tersebut. Penanaman nilai nilai moralitas etika dan rasa kekeluargaan telah diwariskan oleh nenek moyang sebagai bentuk peradaban masyarakat. Sejak dahulu daerah Timor dikenal sebagai daerah yang masyarakatnya suka bergotong royong, suka menolong, ramah dan suka bermusyawarah. Nilai nilai dasar inilah yang telah 11

12 mendarah daging dalam diri para karyawan untuk melakukan pekerjaan penuh dengan tanggung jawab tanpa mengeluh dan ingin bekerja tanpa ada suatu paksaan dari pribadi karyawan tersebut. Nilai-nilai itupun mempengaruhi perilaku karyawan di tempat kerja dan diterapkan pada tingkatan yang berbeda. Hal ini mendorong karyawan yang OCB tinggi untuk memberikan kontribusi individu yang mendalam melebihi tuntutan peran di tempat kerja. Mereka merasa bonus yang mereka peroleh adalah kemahiran dalam pekerjaan dan bertambahnya pengalaman kerja mereka. Perilaku OCB seperti menolong orang lain, menjadi sukarela untuk tugastugas ekstra, patuh terhadap peraturan-peraturan organisasi dan prosedur-prosedur di tempat kerja, merupakan bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu. Selain itu lingkungan IPDC juga memberikan kontribusi tersendiri dalam membentuk karakter dari karyawan yang memiliki OCB tinggi. Hal ini disebabkan oleh semangat dasar IPDC itu sendiri yang diambil dari semangat hidup Canossian yaitu cinta akan pelayanan dan kekeluargaan. Semangat inilah yang kemudian memotivasi semua anggota IPDC dalam membangun kerjasama dan menanamkan karakter pribadi yang mencintai pekerjaan dan bahkan menganggap pekerjaan itu sebagai pelayanan cinta. Semangat ini pula yang mendorong para karyawan untuk bekerjasama dalam suasana kekeluargaan, semangat ini disadari oleh karyawan sebagai pendorong bagi mereka dalam membentuk diri menjadi pribadi yang memiliki OCB tinggi. Selain itu hal yang 12

13 menunjang karyawan memiliki OCB tinggi adalah kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan. Bagi karyawan yang memiliki OCB tinggi, kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan IPDC merupakan sebuah semangat yang mendorong mereka untuk semakin bekerja dengan baik dan bertanggungjawab. Gaya kepemimpinan yang terbuka terhadap kebutuhan staf/karyawan, rasa percaya, yang diberikan kepada karyawan untuk mencoba, dan terlibat secara utuh sehingga dapat memfasilitasi karyawan dalam kegiatan organisasi Bagi karyawan dalam kelompok ini, kepercayaan yang diberikan dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab, kepercayaan inilah yang memicu mereka semakin bersemangat dalam bekerja. Iklim IPDC yang memberikan dukungan sarana prasarana yang menjamin didukung oleh adanya rasa kepercayaan dari pimpinan dan teman kerja menjadi pelajaran yang berharga bagi para karyawan. Ada rasa ingin belajar terus menerus sehingga tampak proses perubahan perilaku karyawan DOCB ketika bergabung dengan lingkungan kerja yang suka menolong dan peduli pada pekerjaan yang ada. Bagi karyawan ini bekerja merupakan kewajiban yang harus dikerjakan dan sebatas mengikuti norma-norma organisasi, namun sebagai makhluk sosial, mereka mempunyai kemampuan untuk memiliki empati dan terbuka pada lingkungan kerjanya dan menyelaraskan nilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai yang dimiliki IPDC yakni bekerja dan melayani dengan rendah hati dan penuh cinta. Mereka 13

14 yang awalnya suka mengeluh dan merasa terbebani akhirnya lama-kelamaan belajar dan dengan sendirinya menjadi pribadi yang terbiasa dan senang dengan pekerjaan yang ada. Selain itu, dengan melihat karyawan yang selalu disiplin, mereka yang sebelumnya suka telambat perlahan-lahan belajar untuk berdisiplin. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap lingkungan organisasi yang dihadapinya. Proses terbentuknya perilaku DOCB diawali oleh adanya rasa kepercayaan dan dukungan organisasi dan teman kerja. Kepercayaan inilah yang mempengaruhi sikap DOCB, sehingga kepercayaan terhadap budaya organisasi membentuk sikapnya dan menguatkan niatnya untuk berperilaku sesuai dengan budaya organisasi dan belajar terus menerus sehingga pribadinya terbentuk dengan sikap-sikap positif dari teman kerjanya dan lingkungan kerja. Pada akhirnya mereka menjadi terbiasa dengan lingkungan kerjanya, walaupun bagi karyawan DOCB dibutuhkan proses waktu yang lama dan perlu adanya keterbukaan untuk belajar terus-menerus. Oleh karena itu baik karyawan yang memiliki OCB tinggi ataupun DOCB sama-sama memiliki keinginan untuk membantu rekan kerja yang sedang kewalahan. Perbedaannya adalah jika karyawan yang memiliki OCB tinggi tulus membantu rekan lain yang membutuhkan sedangkan karyawan yang memiliki OCB 14

15 rendah ingin segera membantu rekan lain agar tampak bahwa dia telah outstanding dengan pekerjaannya dan juga telah membantu rekan kerja sehingga sudah saatnya dia meninggalkan kantor untuk bekerja di tempat lain. Untuk menjelaskan mengapa ada perilaku OCB dan DOCB yang seperti digambarkan pada perbandingan hasil analisis dari tabel diatas terhadap data empiris itu mengajukan beberapa hal yang tampak di bawah ini yang membedakan dua perilaku karyawan yang berperilaku OCB dan DOCB. Berikut gambar dari penjelasan tersebut. Gambar 1. Pola Konstruksi OCB/DOCB Karakteristik Kondisi Sosial Budaya OCB Tindakan DOCB Konsekuensi + - Budaya Organisasi Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2014) Gambar 1 menampilkan bagaimana perilaku OCB dan DOCB itu terbentuk melalui interaksi antara karakteristik individu, dimana karakteristik itu sendiri merupakan produk dari interaksi sosial dan budaya organisasi itu sendiri, yakni 15

16 melalui program-program pembinaan yang lebih dalam untuk membentuk karakter individu yang lebih baik dan dapat menghasilkan konsekuensi perilaku OCB dan DOCB yang berpengaruh pada lingkungan sosialnya; dikatakan karyawan OCB karena membuka diri pada lingkungan sosial dan budaya organisasi yang ada sehingga memengaruhi tindakan dan perilakunya yang ingin membantu dengan lapang hati dan memberikan diri secara sukarela untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada tanpa batas dan ikut terlibat dalam memperbaiki keadaan manajemen. Sedangkan konsekuensi dari perilaku DOCB muncul karena kurang membuka diri pada lingkungan sosial maupun budaya organisasi sehingga tindakannya berubah menjadi kecewa terhadap lingkungan sosialnya yang menghasilkan tindakan-tindakan yang kurang menguntungkan, merasa terasing sehingga memunculkan perilaku yang aneh di dalam lingkungan kerja khususnya di IPDC. Walaupun karyawan yang OCB maupun DOCB berada dalam budaya dan lingkungan sosial yang sama namun masih ada karyawan yang berperilaku DOCB, hal ini dipengaruhi oleh hal lain yakni bukan normative tetapi yang actual ada didalam orang-orang yang kemudian menstimulasi mereka sehingga muncul DOCB atau kadang juga dalam masyarakat, ketika mengalami direl OCB ke DOCB lalu memunculkan tindakan-tindakan yang kurang menguntungkan, maka untuk memperbaiki kembali perilaku tersebut perlu adanya pemulihan perilaku melalui pelatihan atau konseling. Sedangkan pada kondisi sosial budaya seharusnya membentuk juga budaya organisasi namun pada penelitian ini 16

17 tidak ditemukan. Hasil lain yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa penyebab munculnya OCB adalah karyawan merasa adanya dukungan dari budaya organisasi yakni sistem nilai organisasi yang dianut, yakni diberi kepercayaan oleh pimpinan dan dukungan dari partner kerja mempengaruhi cara kerjanya dan berperilaku sebagai anggota organisasi yang baik di lingkungan IPDC. Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Sloat (Novliadi, 2007), bahwa di dalam iklim organisasi yang positif, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah diisyaratkan dalam uraian pekerjaan, dan akan selalu mendukung tujuan organisasi jika mereka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuh kesadaran, serta percaya bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasi. Keterikatan terjadi ketika seseorang peduli dengan pekerjaannya secara kognitif atau secara emosional terhubung dengan karyawan lainnya. Tindakan karyawan yang OCB ini didukung juga oleh lingkungan organisasi IPDC yakni adanya rasa kepercayaan pimpinan pada karyawannya. Perilaku yang diinginkan antara lain adalah perilaku karyawan yang loyal dan partisipatif, yang artinya bersedia bekerja sama dengan pimpinan dan rekan kerja, bersedia berkorban dan mudah diajak kerja sama, menawarkan bantuan bila diperlukan atau bila melihat ada yang membutuhkan tanpa mengeluh (Resp G). Perilaku karyawan yang perlu aktif dalam kegiatan 17

18 organisasi dalam banyak hal, yang artinya bersedia bekerja sama dengan pimpinan dan rekan kerja, bersedia berkorban dan mudah diajak kerja sama, menawarkan bantuan bila diperlukan. Hal ini berarti mereka perlu menghilangkan sekat birokratis yang dapat mengurangi kerjasama tim yang kompak dan sinergis. Selain partisipatif, karyawan juga harus loyal kepada organisasi karena mereka bekerja untuk organisasi, sehingga harus memberikan waktu dan kemampuan terbaik untuk organisasi. Selain usaha melalui proses kepemimpinan partisipatif seperti yang diungkapkan di atas, dilakukan juga tindakan pembinaan oleh pimpinan (manajemen). Selain itu manajemen juga perlu melakukan tindakan antisipatif untuk mendapatkan karyawan yang memiliki OCB yang tinggi. Tindakan antisipatif ini dilakukan dengan cara melakukan seleksi karyawan yang ketat saat rekrutmen. Calon karyawan yang dipilih adalah karyawan yang memiliki kesamaan visi misi dengan IPDC. Seleksi karyawan pada saat rekrutmen untuk menjadi staf diutamakan calon yang memiliki visi dan misi yang mirip dengan visi dan misi IPDC. Hal ini berarti tidak hanya difokuskan pada kemampuan dan skill, tapi juga pada karakteristik orang yang cenderung untuk lebih terlibat dalam organisasi dan mudah bekerja sama. (Resp G) Sedangkan karyawan yang memiliki DOCB memiliki ciri pribadi yang ingin selalu mencari kesibukan dengan orientasi bonus, kurang bersyukur dalam mendapatkan/menerima penghasilan, berkeinginan untuk selalu mendapatkan lebih 18

19 dan suka mengeluh. Karyawan ini kadang memisahkan diri mereka dari peran mereka dan menarik diri secara emosional dan kognitif, sehingga mereka tampil seperti robot dan tidak menunjukkan diri apa adanya. Konsekuensi dari perilaku DOCB ini adalah menyalahkan sistem manajemen yang kurang mendukung. Usaha yang telah dan akan dilakukan oleh pimpinan IPDC dalam meningkatkan OCB karyawan cukup bervariasi. Dalam hal ini, bagi karyawan yang DOCB, usaha yang dilakukan antara lain: mengembangkan sikap dan rasa memiliki melalui pelatihan-pelatihan dan acara-acara yang menumbuhkan kebersamaan. Menumbuhkan sikap memiliki melalui kebersamaan: perayaan-perayaan ulang tahun, outing untuk staf, karyawan dan dosen, pesta Institusi seperti hari jadi IPDC, hari pelindung IPDC, dimana diadakan bina keakraban. Bina keakraban adalah kebiasaan dalam Institusi yang mengharuskan pegawai untuk bekerja sama, sehingga menjadikannya sebagai karakteristik institusi IPDC. Sikap ini juga ditimbulkan melalui pemberian pelatihan tentang karisma dan spiritualitas Canossian, sebagai lembaga yang menyayangi IPDC, sehingga staf ikut menjiwai misi dan visi Canossian (Resp G). Instrumen kepemimpinan yang digunakan dilakukan dengan gaya kepemimpinan yang terbuka dan bersifat memberdayakan karyawan. Pemimpin juga melakukan usaha 19

20 yang bersifat memfasilitasi keterlibatan karyawan dalam aktivitas organisasi. Dengan kepemimpinan yang terbuka dan selalu mengikutsertakan karyawan dalam kegiatan berorganisasi maka diharapkan karyawan akan semakin solid dan menyatu. OCB yang rendah disebabkan karena sikap dan kepribadian karyawan yang kurang mendukung pencapaian OCB yang tinggi. Kepribadian merupakan karakteristik individu yang sulit untuk dapat diubah sehingga perilaku sikap yang dapat diintervensi oleh pemimpin. Upaya pimpinan untuk meningkatkan sikap karyawan yang memiliki DOCB adalah dengan menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif dan memberdayakan karyawan yakni diajak untuk terus aktif berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Pembahasan Penelitian ini menemukan konsistensi antara perilaku empiris karyawan dengan lima dimensi perilaku OCB yang dikemukakan oleh Organ et al. (2006) yakni perilaku membantu orang lain (altruism), adanya ketelitian dan kehatihatian dalam bekerja (conscientiousness), perilaku yang sportif (sportsmanship), seperti tidak komplain dan memaksimalkan waktu yang dipergunakan dalam organisasi dengan bekerja melampaui batas waktu yang ditentukan, menjaga hubungan baik dengan patner kerja (courtesy) dan civic virtue (adanya kebijaksanaan warga). 20

21 Pembentukkan perilaku khususnya bagi karyawan yang memiliki perilaku OCB tinggi semakin hari semakin konsisten dan kematangan perilaku semakin kuat. Perilaku OCB itu bertumbuh melalui program-program pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh IPDC sehingga membentuk perilaku karyawan lebih berkembang dan terus lebih baik sehingga mencapai pada tahap kematangan. Sedangkan karyawan yang berperilaku DOCB mengalami distorsi karena mempunyai karakteristik individu yang sudah menjadi bawaan dan kadang mengalami krisis atau gangguan pada karyawan DOCB yang kadang keluar dari rel, sebagai perilaku OCB yang konsisten, karyawan yang memiliki DOCB, meminta agar manajemen percaya kepada staf (karyawan) yang menjalankan pekerjaan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Beck (1960) bahwa jika seseorang menginterpretasikan pengalaman dalam hal apakah ia kompeten dan adekuat, pikirannya mungkin didominasi oleh skema jika saya tidak melakukan segalanya dengan sempurna, saya adalah gagal. Sebagai akibatnya, ia bereaksi terhadap situasi dalam hal keadekuatan kendati pun hal tersebut tidak berhubungan dengan apakah ia kompeten secara pribadi atau tidak. Cara untuk memulihkanya melalui terapi kognitif behavioral yang merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Upaya pimpinan untuk terus meningkatkan karyawan yang 21

22 berperilaku DOCB dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Diharapkan dengan para karyawan yang ikut secara aktif dalam kegiatan organisasi timbul rasa memiliki. Dari rasa memiliki kemudian mereka juga akan merasa tidak terasingkan di organisasi karena dilibatkan. Dengan rasa memiliki dan tidak asing maka kemudian akan meningkatkan kadar OCB karyawan yang tinggi dan dengan berjalanya waktu karyawan tersebut dibentuk oleh budaya orgnanisasi melalui pembinaan-pembinaan tentang kematangan diri dan pelatihan dalam organisasi yakni pemberian pelatihan tentang karisma dan spiritualitas Canossian, sebagai lembaga yang menyayangi IPDC, sehingga para karyawan ikut menjiwai misi dan visi Canossian yang membentuk perilaku tersebut menjadi lebih baik. Karakteristik karyawan dengan DOCB tersebut tidak dapat disalahkan sepenuhnya karena perilaku OCB adalah kesadaran pribadi dan tidak ada hukuman bagi yang tidak melaksanakannya. Hal ini seperti dijelaskan oleh Organ (dalam Purba dan Seniati, 2004) yang menegaskan bahwa OCB merupakan bentuk perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. Hal ini berarti bahwa perilaku tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja karyawan sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak diberikan hukuman. Sehingga OCB ini akan nampak seperti tuntutan hati nurani dari para karyawan yang bekerja di IPDC. Karena tidak ada kewajiban atau hukuman atas perilaku yang 22

23 ditunjukkan oleh karyawan yang memiliki OCB tinggi maka tidak heran jika jumlah karyawan yang memiliki OCB tinggi tidak banyak. OCB merupakan sikap ikut memiliki organisasi dan bertanggungjawab untuk memajukan dan memelihara kinerja organisasi melalui tindakan yang positif di luar peran formalnya sebagai karyawan, Organ et al. (2006) Karyawan yang memiliki OCB tinggi akan totalitas terhadap organisasi, bekerja sepenuhnya untuk organisasi. Karyawan seperti inilah yang sering mendapatkan promosi dari atasan/organisasi karena keloyalan mereka terhadap organisasi. Selanjutnya perilaku OCB merupakan suatu dinamika dimana suatu proses sosial digambarkan melalui tindakan dan interaksi individu, yang mana individu menciptakan secara terusmenerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif di mana dalam paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu (Bungin, 2010). Sebagai contoh persoalan gaji yang didapatkan karyawan; ada sebagian karyawan yang menyatakan gaji yang diterima sudah mencukupi dan tidak perlu bekerja di tempat lain, sedangkan sebagian yang lain menyatakan gaji yang diterima terlalu kecil dan tidak mencukupi kebutuhan sehingga mereka merasa perlu bekerja di tempat lain. Dengan bekerja rangkap di tempat lain, hal itu akan membuat konsentrasi karyawan terpecah sehingga tidak dapat memberikan usaha dan waktu yang maksimal untuk organisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada konstruksi sosial yang muncul sebagai akibat dari adanya interaksi sosial 23

24 dan situasi yang dihadapi oleh karyawan. Konstruksi OCB dalam suatu organisasi adalah memberikan perhatian pada individu dalam organisasi untuk membentuk dan merefleksikan keyakinan, kepentingan dan mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai yang melandasi individu untuk bertindak, seperti yang dikemukakan oleh Berger dan Luckman (1966) bahwa proses sosial melalui tindakan dan interaksi individu dimana individu menciptakan terusmenerus suatu realitas yang dialami bersama secara subjektif. Penyebab adanya perilaku DOCB pada karyawan diperoleh dari pribadi karyawan itu sendiri yang kurang terbuka pada lingkungan sosial dan budaya organisasi itu sendiri. Menurut Organ (1995), terdapat bukti-bukti kuat yang mengemukakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu kondisi awal yang memicu terjadinya OCB. Selain itu menurut Sloat (Novliadi, 2007), di dalam iklim organisasi yang positif, karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan, dan akan selalu mendukung tujuan organisasi jika mereka diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuh kesadaran, serta percaya bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasi. Hasil lain yang ditemukan dalam penelitian ini berimplikasi pada rekrutmen calon karyawan untuk masa yang akan datang. Diharapkan manajemen dalam merekrut karyawan memperhatikan perilaku kepribadian yang baik. Meskipun kemampuan mereka baik, tetapi jika mereka tidak memiliki komitmen keorganisasian, loyalitas terhadap 24

25 organisasi atau kepribadian yang kurang baik, maka mereka dapat saja bekerja di luar organisasi untuk mengoptimalkan waktu kerja mereka. 25

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB Organizational Citizenship Behavior merupakan kontribusi individu yang dalam melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan di-reward oleh perolehan kinerja tugas.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organizational Citizenship Behavior (OCB) telah menjadi konstruk penting dalam studi perilaku organisasi dan manajemen. OCB sebagai sebuah topik penelitian telah mendapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1 Pengertian Organizational Citizenship Behavior Kinerja karyawan biasanya dinilai berdasarkan pada job description yang telah dirancang

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work-Family Conflict 2.1.1 Definisi Triaryati (2003) yang mengutip dari Frone, Rusell & Cooper (2000), mendefinisikan work-family conflict sebagai bentuk konflik peran dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior Definisi OCB telah banyak diungkapkan oleh beberapa ahli, Menurut Organ (1988) OCB didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, karyawan merupakan aset yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena untuk kelangsungan kemajuan perusahaan, oleh karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertukaran Sosial Fung et al. (2012) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika mereka telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. penelitian yang berjudul Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. penelitian yang berjudul Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala 121 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari penelitian yang berjudul Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. PT. Trisapta Eka Maju telah menetapkan sasarannya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. PT. Trisapta Eka Maju telah menetapkan sasarannya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kunci sukses pertumbuhan setiap organisasi adalah kemampuannya dalam merekrut, mengembangkan dan mempertahankan talenta sumber daya manusianya. PT. Trisapta

Lebih terperinci

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II TINJAUAN TEORI A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Menurut Robbins & Judge (2008) dalam bukunya Organizational Behavior mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu berdiri disertai dengan suatu tujuan atau pencapaian. Guna mencapai tujuan tertentu organisasi membutuhkan beberapa faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan di bidang industri semakin berkembang. Oleh karena itu, maka semakin banyak pula persaingan yang ditandai dengan kompetisi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun

BAB I PENDAHULUAN. atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, menuntut persaingan organisasi atau lembaga untuk terus meningkat sehingga setiap pimpinan lembaga pun dituntut mampu menghadapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial 2.1.1 Pengertian Modal Sosial Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Proses Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Proses Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif fenomenologis yang artinya menangkap sesuatu melalui cerita orang lain. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu simpulan mengenai OCB perawat pelaksana ruang rawat inap Rumah Sakit X di Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional diarahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Barang elektronik dan furnitur dalam kehidupan modern ini sudah menjadi sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli barang elektronik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kinerja Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menyebabkan persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis dan organisasi berjalan sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia yang baik (SDM), berkualitas dan potensial merupakan suatu kebutuhan setiap perusahaan atau organisasi. Dalam pencapaian tujuan perusahaan, sumber

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pertama, akan terdapat pemaparan mengenai latar belakang permasalahan dan fenomena yang terkait. Berikutnya, rumusan masalah dalam bentuk petanyaan dan tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu ditanamkan suatu sikap dimana individu harus mampu bekerja secara tim, bukan bekerja secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku keanggotaan organisasi (Organizational Citizenship Behavior-OCB) telah menjadi topik yang mendapat banyak perhatian dari para akademisi maupun para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor penting dalam pencapaian keberhasilan organisasi. Tantangan yang dihadapi organisasi pada masa sekarang dan dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagai suatu organisasi kampus yang bergerak dalam

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia sebagai salah satu elemen utama dari perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, banyak perusahaan yang telah menetapkan pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan swasta maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pencapaian tujuan organisasi, (SDM) sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki organisasi. Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perusahaan, penilaian terhadap kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Menurut Mangkunegara (2005:67) mengatakan bahwa kinerja karyawan (prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah organisasi, karena SDM yang akan menggerakan organisasi serta mengembangkan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertukaran Sosial Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et al., (2012) menyatakan bahwa teori

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan maka diperoleh simpulan sebagai berikut: Komitmen Afektif guru di SMP Negeri Kecamatan Tanah Jawa mayoritas tergolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja didefinisikan sebagai tindakan yang hasilnya dapat dihitung, selain itu juga dapat didefinisikan sebagai hasil kontribusi karyawan dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Budaya orgnanisasi berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang bergerak pada industri yang sejenis semakin meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa meningkatkan produktivitasnya. Sejarah ikut membuktikan bahwa bangsa yang hanya mengandalkan kekayaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi organisasi dalam usaha organisasi untuk bertahan dan dalam persaingan yang semakin kompetitif. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk melakukan segala cara agar dapat tetap menjalankan perusahaan dengan sebagaimana semestinya. Banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan usaha ekstra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan organisasi saat ini sangat dipengaruhi oleh berbagai tantangan dan peluang yang hadir setiap saat, yang mendorong setiap organisasi untuk berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Extra Role Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku organisasi, OCB merupakan bentuk perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pengelolaan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong sudah menggunakan pendekatan-pendekatan model madrasah efektif mulai dari input, proses, dan outputnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan oleh Organ

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. Sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi/instansi yang merupakan suatu penegasan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia handal yang menguasai lingkup kompetensi kerja secara profesional. Hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting apabila berbicara tentang kualitas pembangunan manusia pada suatu negara. Sesuai amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tidak dapat dilepaskan dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata obyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin dalam menerapkan teori kepemimpinan dalam organisasi. tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin dalam menerapkan teori kepemimpinan dalam organisasi. tujuan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi, pemimpin memiliki peran yang sangat penting demi kemajuan organisasi dimana pemimpin memegang kekuasaan penting dalam setiap pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organizational citizenship behavior (OCB) saat ini menjadi subjek yang sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas dan kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan organisasi yang semakin kompetitif menuntut setiap karyawan agar mudah menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada serta perubahan yang cepat. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai: 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori OCB (Organizational Citizenship Behavior) OCB adalah sebuah konsep yang relatif baru dianalisis kinerja, tetapi itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. Kondisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Perilaku Organisasi. meningkatkan keefektifan suatu organisasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Perilaku Organisasi. meningkatkan keefektifan suatu organisasi. BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan teori 2.1.1 Perilaku Organisasi 2.1.1.1 Definisi Perilaku Organisasi Menurut Robbins (2009: 11) Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut profesional dalam menjalankan segala pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi pasti menginginkan untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang baik untuk organisasinya tak terkecuali di Indonesia. Ironisnya, untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berpotensial, mampu beradaptasi dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi merupakan kebutuhan dari suatu organisasi ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari perusahaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational citizenship behavior (OCB) merupakan perilaku yang ada didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai pendidikan di negeri ini memang tidak akan pernah ada habisnya. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah suatu sistem sosial yang dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap OCB dan pengaruh komitmen afektif terhadap OCB, serta pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat mempengaruhi kesuksesan suatu organisasi. Karyawan menjadi salah satu asset penting yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya dikarenakan ruang lingkup dan luas perusahaan yang telah meluas

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya dikarenakan ruang lingkup dan luas perusahaan yang telah meluas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang masih mempunyai ukuran relatif kecil dimana operasi atau kegiatan perusahan dapat dikerjakan beberapa orang, pemilik atau pemimpin dapat mengawasi dan

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala 108 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi ataupun perusahaan diciptakan memiliki sebuah tujuan. Tujuan tersebut akan dicapai apabila sumber daya manusianya memiliki produktivitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. menunjang keefektifan fungsi-fungsi organisasi, terutama dalam jangka panjang.

Bab I. Pendahuluan. menunjang keefektifan fungsi-fungsi organisasi, terutama dalam jangka panjang. Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian Organizational citizenship behavior (OCB) sangat penting artinya untuk menunjang keefektifan fungsi-fungsi organisasi, terutama dalam jangka panjang. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dunia dalam fase globalisasi yang berkembang sangat cepat dengan berbagai perubahan-perubahannya, sehingga organisasi diharuskan untuk selalu siap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan BAB II LANDASAN TEORI A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB) Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan karyawan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat melaksanakan serangkaian kegiatan acara terencana dan terorganisir (Winkel, 2012). Di dalam sekolah siswa mendapatkan pendidikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci